• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN KONSUMEN DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA

PRODUK MADU PRAMUKA DI PT. MADU PRAMUKA

NUR UTAMI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NUR UTAMI. Kepuasan Konsumen Dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka. Dibimbing oleh Rita Nurmalina Suryana.

Kesuksesan PT. Madu Pramuka dalam bisnis budidaya lebah madu secara modern mendorong munculnya berbagai produk sejenis yang menjadikan kondisi pasar semakin kompetitif. Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk Madu Pramuka, menganalisis tingkat kepuasan konsumen, serta menganalisis sensitivitas harga produk Madu Pramuka. Metode penelitian yang digunakan adalah Importance Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), dan sensitivitas harga menggunakan pendekatan Van Westendorp. Berdasarkan Importance Performance Analysis, atribut dalam kuadran I yaitu atribut yang perlu mendapat prioritas utama untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja adalah kemudahan memperoleh produk serta informasi pada kemasan. Atribut dalam kuadran II yaitu atribut yang perlu dipertahankan kualitasnya adalah rasa madu, manfaat produk, serta keaslian produk. Dari analisis Customer Satisfaction Index diperoleh nilai CSI sebesar 78,63, konsumen Madu Pramuka puas terhadap produk. Berdasarkan analisis sensitivitas harga, harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml saat ini sebesar Rp110 000 berada pada rentang harga yang dapat diterima, yakni pada kisaran harga dengan batas bawah adalah sebesar Rp105 000 dan batas atas sebesar Rp115 000.

Kata kunci : Madu Pramuka, Kepuasan, Sensitivitas Harga, CSI, IPA

ABSTRACT

NUR UTAMI. The Consumer Satisfaction and Analysis on the Price Sensitivity of Pramuka Honey Product of PT Madu Pramuka. Supervised by Rita Nurmalina Suryana.

The success of PT. Madu Pramuka in its modern honeybee farming business has encouraged the emergence of many varieties of similar products, thus it leads to more competitive market conditions. The purposes of the study were to analyze the importance level and attribute performance of the product, to analyze the level of customer satisfaction, and also to analyze the price sensitivity of the Pramuka Honey Product. The research methods that used were Importance Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), and Van Westendorp method approach method. Based on the Importance Performance Analysis, attributes included in the first quadrant, wich are the first priority attributes that its performance should be fixed and improved, were the ease of obtaining product and the information on the packaging. Attributes included in Quadrant II, which are attributes that its quality should be mantained, were the flavors, the benefits and the authenticity of the product. From the analysis of Customer Satisfaction Index, a value of 78.63 was obtained indicating that consumers of Pramuka Honey were satisfied with the product. Based on the analysis of price sensitivity, the price of super Pramuka honey in size 650 ml which is Rp110 000, was in acceptable price range, that is bound on the lower end by Rp105 000 and on the upper end by Rp115 000.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

KEPUASAN KONSUMEN DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA

PRODUK MADU PRAMUKA DI PT. MADU PRAMUKA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka

Nama : Nur Utami NIM : H34114066

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September ini ialah perilaku konsumen, dengan judul Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina Suryana, MS selaku dosen pembimbing, Tintin Sarianti SP, MM selaku dosen evaluator dalam pelaksanaan seminar proposal, Dr Ir Suharno, M.Adev dan Arif Karyadi Uswandi SP, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Penghargaan penulis sampaikan kepada segenap jajaran staf PT. Madu Pramuka yang telah mengijinkan untuk melaksanakan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data mengenai gambaran umum perusahaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah saya Sugiyono, ibu saya Tumirah, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Penelitian Terdahulu 7

Penelitian Terdahulu Mengenai Sensitivitas Harga 8 Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen 9

Penelitian Terdahulu Mengenai Madu 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Madu 11

Kandungan Madu 12

Kerangka Pemikiran Teoritis 12

Perilaku Konsumen 12

Produk 13

Harga 13

Kepuasan Konsumen 14

Importance Performance Analysis (IPA) 15

Customer Satisfaction Index (CSI) 15

Sensitivitas Harga 16

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Metode Penentuan Sampel 20

Jenis dan Sumber Data 20

(11)

Metode Pengolahan Data 21

Analisis Deskriptif 22

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 22

Uji Validitas 22

Uji Reliabilitas 23

Importance Performance Analysis (IPA) 24

Customer Satisfaction Index (CSI) 26

Analisis Sensitivitas Harga 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Hasil 28

Gambaran Umum Perusahaan PT. Madu Pramuka 28

Struktur Organisasi Perusahaan 29

Karakteristik Umum Konsumen 31

Jenis Kelamin 32

Pekerjaan 32

Domisili 33

Pendapatan Setiap Bulan 34

Uji Validitas 34

Uji Reliabilitas 35

Importance Performance Analysis (IPA) 35

Customer Satisfaction Index (CSI) 41

Analisis Sensitivitas Harga 42

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

(12)

DAFTAR TABEL

1 Produksi dan Impor Madu Indonesia Tahun 2007 sampai 2011 1 2 Nama Dagang Madu dan Produsen Lebah Madu di Indonesia 3 3 Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia 3

4 Atribut Uji Validitas 23

5 Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan 25

6 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index 27

7 Posisi serta Tugas dan Wewenang pada PT. Madu Pramuka 30

8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia 32

9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin 32 10 Karaktersiktik Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan 33

11 Karaktersitik Konsumen Berdasarkan Domisili 33

12 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan setiap Bulan 34

13 Atribut Penelitian 35

14 Nilai Rata-Rata Atribut Madu Pramuka berdasarkan Tingkat

Kepentingan dan Tingkat Kinerja 36

15 Perhitungan Costumer Satisfaction Index 42

16 Daftar Harga Madu Pramuka Ukuran 650 ml 43

17 Penilaian Responden Terhadap Harga Jual Madu Pramuka Super Ukuran

650 ml pada Berbagai Kategori Harga 44

18 Hasil Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka Super Ukuran

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Penjualan Madu Pramuka Di Gerai Pusat Cibubur Tahun 2008-2012 5

2 Model Perilaku Konsumen 13

3 Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Laba 14

4 Kerangka Pemikiran Operasional 19

5 Diagram Kartesius Tingkat Kinerja dan Kepentingan Konsumen 26 6 Diagram Kartesius Importance Performance Analysis Madu Pramuka 36 7 Grafik Indifferent Pricing Point (IPP) Terhadap Harga Jual Madu

Pramuka Super Ukuran 650 ml. 45

8 Grafik Optimum Pricing Point (OPP) Terhadap Harga Jual Madu

Pramuka Super Ukuran 650 ml 46

9 Grafik Marginal Expensive Point (MEP) Terhadap Harga Jual Madu

Pramuka Super Ukuran 650 ml 46

10 Grafik Marginal Cheap Point (MCP) Terhadap Harga Jual Madu

Pramuka Super Ukuran 650 ml 47

11 Grafik Range of Acceptible Price (RAP) Terhadap Harga Jual Madu

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Hasil Kuesioner untuk Uji Validitas 53

2 Hasil Uji Validitas 54

3 Data Hasil Kuesioner untuk Uji Reliabilitas 59

4 Hasil Uji Reliabilitas 60

5 Data Kepentingan Hasil Kuesioner 62

6 Data Kinerja Hasil Kuesioner 66

7 Indikator Tingkat Kinerja Atribut Madu Pramuka 70

8 Bagan Struktur Organisasi PT. Madu Pramuka 73

(15)

Latar Belakang

Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah berasal dari bahan baku nektar bunga. Madu merupakan salah satu komoditi hasil non hutan yang memberikan banyak manfaat. Manfaat madu berupa kandungan berbagai zat yang berkhasiat untuk kesehatan. Zat yang terkandung dalam madu terdiri dari glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, karbohidrat, enzim diatase, enzim invertase, dan zat warna yang bervariasi. Glukosa dalam madu berkhasiat mengembalikan cairan tubuh dengan cepat. Fruktosa dapat mengurangi kerusakan hati. Enzim diatase dan invertase berguna untuk mengurangi pati, protein, dan glikosida yang berlebihan dalam tubuh. Secara umum peranan madu untuk kesehatan dapat membantu meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh1. Madu juga digunakan sebagai bahan baku utama ataupun pendukung dalam proses produksi industri seperti industri minuman, makanan, farmasi, dan kosmetik.

Penggunaan madu sebagai obat dalam Islam sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, madu digunakan untuk mengobati penyakit diare. Penggunaan madu sebagai obat dalam perspektif agama Islam memiliki kelebihan dibandingkan obat-obatan lain. Madu adalah satu-satunya obat berbahan alami yang khasiatnya secara eksplisit dijelaskan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 68 sampai 69, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan, seperti yang telah banyak di lakukan penelitian, menemukan bahwa madu mengandung bahan antioksidan, antimikroba, anti jamur yang alami sehingga dapat digunakan sebagai perawat kulit, pengawet makanan dan juga sebagai obat luka2.

Konsumsi madu perkapita di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 7.5 gram/tahun, sedangkan negara Jerman mencapai 1.5 kilogram/tahun dan Jepang sudah mencapai 2 kilogram/tahun. Tingkat konsumsi madu di Indonesia yang masih rendah disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang fungsi madu hanya sebagai obat3. Saat ini kebutuhan madu nasional sebanyak 2 200 ton/tahun. Sedangkan produksi nasional pada tahun 2011 baru mencapai 107.94 ton/tahun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi dan Impor Madu Indonesia Tahun 2007 sampai 2011 No. Tahun Produksi Madu (Ton) Tren (%) Impor Madu (Ton) Tren (%)

1 2007 8 663.81 - 922 -

2 2008 7 690.14 -11.24 946 2.60

3 2009 1 931.62 -74.88 8 265 773.68

4 2010 15.40 -99.20 15 595.49 88.69

5 2011 107.94 600.90 2 299.02 -85.26

Rata-rata 2007-2011 3 681.78 103.89 5 605.50 194.93 Keterangan: (-) penurunan jumlah produksi

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Indonesia, 2012

1

http://naturehealthy.com/ [1 Juli 2013]

2 http://www.voa-islam.com/ [ 1 Juli 2013] 3

(16)

Berdasarkan data kebutuhan madu nasional dan produksi madu nasional diketahui bahwa kebutuhan terhadap madu belum terpenuhi. Salah satu alternatif yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan madu nasional adalah dengan melakukan impor. Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan adanya fluktuasi produksi madu yang sebagian besar mengalami tren penurunan pada setiap tahunnya berimbas pada peningkatan volume impor madu. Penurunan produksi madu terjadi pada tahun 2007 sampai 2010, berbanding terbalik dengan volume impor madu yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sampai 2008 produksi madu mengalami penurunan sebesar 11.24 persen sehingga impor madu mengalami peningkatan sebesar 2.60 persen. Pada tahun 2008 sampai 2009 penurunan produksi madu sebesar 74.88 persen sehingga impor madu meningkat sebesar 773.68 persen. Pada tahun 2009 sampai 2010 produksi madu mengalami penurunan sebesar 99.20 persen sehingga volume impor madu meningkat sebesar 88.69 persen. Produksi madu mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 601 persen sehingga impor madu menurun sebesar 85.26 persen.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi madu diantaranya yaitu adanya ketersediaan pakan lebah yang lebih banyak, bersumber dari pemilik usaha tanaman berbunga yang bersedia menjadikan tanamannya sebagai pakan lebah madu karena kegiatan lebah madu tersebut dapat membantu proses penyerbukan. Selain itu, saat ini telah banyak diusahakan alternatif tanaman lain sebagai pakan lebah yang dapat menghasilkan nektar dan polen sepanjang tahun, mudah didapat dan dengan harga yang terjangkau. Perkembangan produksi madu yang cukup baik memberikan peluang bisnis madu di Indonesia. Hal tersebut juga didukung dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sehingga merubah pola hidup masyarakat yang lebih memilih untuk mengkonsumsi segala bentuk makanan dan minuman yang berasal dari alam dan bebas bahan kimia seperti madu salah satunya.

(17)

Tabel 2 Nama Dagang Madu dan Produsen Lebah Madu di Indonesia

No. Nama Dagang Produsen

1. Madu Nusantara PT. Madu Murni Nusantara

2. Madurasa PT. Air Mancur

3. Madu Tawon PT. Ibu Jaya

4. Floramadu PT. Ciubras

5. Madu Perhutani Perum Perhutani

6. Madu Alam Sumbawa PT. Suba Alam Muda

7. Madu Alam CV Bangka Indah

8. Madu Multisari PT. Multisari Idaman

9. Madu Mutiara Tugu Ibu Apriari Mutiara Tugu Ibu 10. Madu Kuat Royal Honey Meditrika Agung

11. Madu Kalimantan Kalimantan Perdana

12. Madu Pramuka PT. Madu Pramuka

Sumber: http://www.bi.go.id/ (28 Juni 2013)

Harga merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pilihan konsumen. Harga berpengaruh terhadap posisi kompetitif perusahaan dan pangsa pasarnya. Karena itu, harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih. Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia Jenis Madu Ukuran

Kemasan

Merek

Madu Pramuka Madu Nusantara Madu Multisari

Madu Murni 650 ml Rp105 000 Rp70 000 Rp87 500

Madu Hutan 650 ml Rp105 000 - Rp70 000

Madu Super 650 ml Rp110 000 Rp96 000 Rp97 500

Sumber: survei pasar pendahuluan

(18)

lain sehingga membuat masalah tersebar dan sulit dihentikan. Akibatnya reputasi perusahaan menjadi buruk di mata konsumen. Oleh karena itu sangat perlu mengetahui kepuasan konsumen dan tingkat harga yang dapat diterima oleh konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pemasaran khususnya terkait dengan penetapan harga yang tepat.

Perumusan Masalah

PT. Madu Pramuka adalah salah satu perusahaan yang mengusahakan pengembangan peternakan lebah madu. Pada awal berdirinya bernama Pusat Perlebahan Apiari Pramuka yang didirikan atas gagasan dari Sekjen Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang ingin menerapkan kegiatan peternakan lebah secara modern di Indonesia pada tahun 1970. Gagasan tersebut diungkapkan dalam workshop peternakan lebah di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 1970. Salah satu hasil dari workshop tersebut adalah pembentukan suatu badan untuk menampung segala aktivitas peternakan lebah di lingkungan Gerakan Pramuka. Sehingga terbentuklah suatu unit usaha Pramuka yang disebut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka4.

Pada bulan Januari 2005 Kwarnas Gerakan Pramuka merubah fungsi Unit Usaha Apiari Pramuka menjadi Perseroan Terbatas (PT) Madu Pramuka dengan akte Notaris No. 6 tanggal 5 Januari 2005. PT. Madu Pramuka merupakan pioneer perlebahan modern di Indonesia yang menyediakan berbagai macam produk dari lebah madu seperti aneka jenis madu, royal jelly, bee pollen, propolis, lilin lebah, dan sengatan lebah (apitherapy) (PT. Madu Pramuka 2013). Produk madu PT. Madu Pramuka dikenal memiliki keaslian dan manfaat yang baik bagi kesehatan di kalangan konsumennya. Namun dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, PT. Madu Pramuka masih menghadapi beberapa permasalahan khususnya dalam menciptakan kepuasan konsumen terhadap produk. PT. Madu Pramuka juga memiliki keterbatasan dalam memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas karena hingga saat ini produk yang dihasilkan hanya dipasarkan melalui gerai-gerai pribadi milik PT. Madu Pramuka. Sehingga tidak sedikit konsumen madu yang tidak mengenal Madu Pramuka. Padahal madu merupakan produk unggulan yang dimiliki oleh PT. Madu Pramuka sebagai pioneer perlebahan modern.

Penjualan madu PT. Madu Pramuka juga menghadapi fluktuasi yang berimbas pada penurunan pendapatan. Fluktuasi penjualan madu dapat dilihat pada Gambar 1.

4

(19)

Gambar 1 Penjualan Madu Pramuka Di Gerai Pusat Cibubur Tahun 2008-2012 Sumber : PT. Madu Pramuka

Gambar 1 menunjukkan bahwa penjualan Madu Pramuka mengalami fluktuasi yang berimbas pada penurunan pendapatan. Hal tersebut terlihat dari penjualan Madu Pramuka yang terus mengalami penurunan pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Pada tahun 2008 penjualan Madu Pramuka sebesar Rp4 432 601 300 kemudian penjualan mengalami penurunan di tahun 2009 yang hanya mencapai sebesar Rp4 257 956 175 dan pada tahun 2010 kembali mengalami penurunan penjualan yang hanya mencapai Rp4 088 186 750. Namun pada tahun 2011 penjualan Madu Pramuka mengalami peningkatan penjualan mencapai Rp6 232 963 650 dan kembali mengalami penurunan penjualan di tahun 2012 yang hanya mencapai Rp5 989 848 500. Selain adanya penurunan, penjualan Madu Pramuka juga tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Target penjualan yang ditetapkan pada tahun 2008 sebesar Rp5 000 000 000 namun penjualan hanya mencapai Rp4 432 601 300, pada tahun 2009 target penjualan yang ditetapkan sebesar Rp6 000 000 000 namun penjualan hanya mencapai Rp4 257 956 175. Tahun 2010 target penjualan yang ditetapkan sebesar Rp7 000 000 000 namun penjualan Madu Pramuka hanya mencapai Rp4 088 186 750. Pada tahun 2011 penjualan Madu Pramuka mengalami peningkatan namun hasil penjualan yang diperoleh belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan, dimana target yang ditetapkan sebesar Rp8 000 000 000 namun penjualan Madu Pramuka hanya sebesar Rp6 232 963 650. Tahun 2012 penjualan Madu Pramuka mengalami penurunan dan semakin jauh dibawah target yang telah ditetapkan, dimana target yang telah ditetapkan sebesar Rp9 000 000 000 namun penjualan Madu Pramuka hanya mencapai Rp5 989 848 500.

Adanya penurunan penjualan dan target penjualan yang selalu tidak tercapai selama 5 tahun terakhir mengindikasikan bahwa produk Madu Pramuka belum mampu menciptakan kepuasan sepenuhnya bagi keseluruhan konsumen, karena ketika konsumen merasa tidak puas terhadap suatu produk maka mereka cenderung akan berpindah ke produk lain dan tidak kembali mengkonsumsi produk tersebut sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkat penjualan yang

(20)

-semakin menurun. Beragamnya produk madu di pasaran dengan berbagai merek, kemasan dan tingkat harga yang berbeda telah mengganggu tingkat pembelian konsumen secara berulang karena konsumen semakin leluasa untuk memilih sehingga tingkat persaingan antar produk juga semakin kuat. Karakteristik produk seperti volume, informasi pada kemasan, serta aroma madu yang tidak sesuai dengan harapan konsumen sehingga menimbulkan keluhan konsumen juga telah mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan pembelian.

Kebijakan yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan pemasaran adalah penentuan kebijakan harga yang tepat. Produk madu Pramuka memiliki tingkat harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk madu lain yang banyak beredar dipasar serta mudah ditemui seperti Madu Nusantara dan Madu Multisari. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada jenis madu dan kemasan yang sama sebesar 650 ml, harga Madu Pramuka lebih tinggi dibandingkan harga Madu Nusantara. Tingkat harga Madu Pramuka yang lebih tinggi dibandingkan merek madu lain yang lebih mudah untuk ditemui di pasaran dengan tidak didukung adanya kemudahan bagi konsumen untuk bisa membelinya di berbagai tempat penjualan telah menimbulkan keluhan dari beberapa konsumen. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap minat konsumen dalam melakukan pembelian. Ketika konsumen membeli suatu produk, mereka menukarkan suatu nilai (harga) untuk mendapatkan sesuatu agar dapat dimiliki atau dimanfaatkan.

Harga suatu produk merupakan faktor penentu permintaan pasar pada suatu produk. Penetapan harga suatu produk harus dipertimbangkan berdasarkan pemahaman hubungan antara harga dan permintaan, serta kesesuaian dengan persepsi konsumen pada nilai. Jika suatu produk dijual dengan harga lebih rendah daripada yang ditetapkan oleh pesaing maka target laba yang diinginkan tidak akan tercapai. Begitu juga sebaliknya, apabila harga suatu produk dijual lebih mahal daripada harga yang ditetapkan oleh pesaing, hal ini dapat berisiko pada berkurangnya kesempatan menjual karena konsumen akan memilih produk dengan harga yang lebih terjangkau. Oleh karena itu, untuk menentukan perubahan penetapan harga, perusahaan memerlukan informasi mengenai tingkat range harga yang dapat diterima konsumen.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan cara mendapatkan informasi dari konsumen madu PT. Madu Pramuka mengenai tingkat kepuasan konsumen dan rentang harga yang relevan bagi konsumen. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat membantu PT. Madu Pramuka dalam menganalisis sensitivitas harga dan kepuasan konsumen serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, agar perusahaan dapat merumuskan alternatif strategi pemasaran khususnya terkait kebijakan penetapan harga yang tepat sehingga perusahaan dapat bertahan dalam industri madu dan meningkatkan penjualan untuk memperoleh laba yang berkelanjutan.

Berdasarkan kondisi dan permasalahan yang ada pada PT. Madu Pramuka, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk Madu Pramuka? 2) Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Madu Pramuka? 3) Bagaimana sensitivitas harga dan berapa range harga produk Madu Pramuka

(21)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk Madu Pramuka. 2) Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Madu Pramuka. 3) Menganalisis sensitivitas harga dan range harga produk Madu Pramuka yang

dapat diterima konsumen.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan:

1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama dibangku kuliah, khususnya dalam menganalisis kepuasan konsumen.

2) Bagi PT. Madu Pramuka, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perusahaan guna melakukan perbaikan strategi terutama yang berkaitan dengan penetapan dan perubahan harga.

3) Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya khususnya penelitian terkait sensitivitas harga dan analisis kepuasan konsumen.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka, kepuasan konsumen Madu Pramuka serta sensitivitas harga produk Madu Pramuka ukuran 650 ml. Informasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pandangan atau penilaian konsumen terhadap produk madu, tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka, tingkat kepuasan konsumen dan tingkat sensitivitas harga. Pengambilan responden dilakukan hanya pada konsumen madu PT Madu Pramuka.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

(22)

Penelitian Terdahulu Mengenai Sensitivitas Harga

Erwanto (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen Terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Di Kota Bogor. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa preferensi konsumen terhadap produk AMDK dan menganalisa hubungan perubahan harga (sensitivitas harga) dengan loyalitas konsumen AMDK merek Aqua. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dan metode Huisman. Berdasarkan nilai presentase pangsa preferensi pada setiap tingkat harga yang diuji (P0 sampai P4) untuk berbagai merek AMDK, menunjukkan hasil bahwa merek Aqua memiliki nilai presentase pangsa preferensi yang semakin meningkat, diikuti oleh merek Ades. Sebaliknya untuk merek 2Tang, justru selalu mengalami penurunan nilai presentase pangsa preferensi. Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa konsumen AMDK merek Aqua lebih loyal dibandingkan dengan konsumen AMDK merek Aquades dan 2Tang bila masing-masing produsen meningkatkan harga produknya. Faktor dominan yang mempengaruhi responden untuk tetap mengkonsumsi hanya pada merek tertentu saja adalah faktor ketersediaan, sedangkan faktor keyakinan terhadap kualitas produk serta harga yang relatif terjangkau juga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap keputusan pembelian merek AMDK.

Indra (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen terhadap Minyak Goreng Merek Bimoli di Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis sensitivitas harga, analisis tabulasi deskriptif, dan analisis regresi logistik (metode logit). Hasil dari nilai odds ratio untuk variabel pengeluaran adalah 5.05 artinya pembeli dengan tingkat pengeluaran lebih tinggi, berpeluang lebih loyal 5.05 kali dibandingkan pembeli dengan pengeluaran yang lebih kecil. Nilai odds ratio untuk variabel pendidikan adalah 0.08 artinya pembeli dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, berpeluang lebih loyal 0.08 kali dibandingkan pembeli dengan pendidikan yang lebih rendah. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga diperoleh hasil bahwa harga minyak goreng Bimoli, berada pada rentang harga yang optimum yang dapat diterima, yaitu antara Rp22 500 hingga Rp24 500. Konsumen akan mulai berperilaku tidak loyal ketika kenaikan harga mencapai lebih dari Rp3 000 dari harga dasarnya, yaitu pada tingkat harga Rp26 500, ketika harga produk minyak goreng yang lain tetap.

(23)

produk Marginal Cheap Point (MCP), tingkat harga optimum bagi produk Optimum Price Point (OPP), Indifference Price Point (IPP), dan rentang harga yang wajar bagi produk Range of Acceptable Price (RAP).

Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen

Penelitian Heriyana (2008) mengenai Analisis Kepuasan Konsumen Madu Mutiara Tugu Ibu di Depok Jawa Barat. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik konsumen dan atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan serta tingkat kepuasan konsumen Madu Pramuka. Desain penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif serta analisis tingkat kepentingan dan kinerja. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis IPA, keseluruhan atribut dinilai baik oleh konsumen sehingga tidak terdapat atribut yang masuk dalam kuadran D. Atribut yang masuk di dalam kuadran A yaitu wilayah yang memuat atribut yang dianggap penting namun tidak sesuai oleh harapan konsumen hanya satu yaitu kenyamanan ruangan. Atribut yang masuk dalam kuadaran B yaitu wilayah yang memuat atribut yang dianggap penting dan sudah sesuai dengan harapan konsumen meliputi rasa madu, manfaat madu, kemudahan menjangkau lokasi, kemampuan karyawan berkomunikasi dengan konsumen, kecepatan karyawan dalam menanggapi keluhan konsumen, keramahan dan kesopanan karyawan, kebersihan dan kerapihan karyawan, serta kebersihan dan kerapihan ruangan. Atribut yang masuk dalam kuadaran C yaitu wilayah yang memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen meliputi harga madu, aroma madu, kekentalan madu, warna madu, promosi penjualan, label kemasan, serta citra konsumen. Secara keseluruhan, atribut-atribut perusahaan madu MTI dapat memuaskan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari nilai Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 0.78 dengan intrepretasi puas.

Penelitian Arief (2008) mengenai Analisis Kepuasan Konsumen Produk Susu Ultra Milk. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif pada karakteristik umum responden dan analisis kuantitatif menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil analisis index kepuasan konsumen secara keseluruhan yang berhasil dicapai produk Ultra Milk sebesar 61.89 persen artinya perusahaan memuaskan 61.89 persen dari harapan konsumen. Atribut yang paling memuaskan konsumen adalah atribut kondisi kemasan pada saat dikonsumsi yang memiliki skor indeks kepuasan tertinggi sebesar 0.672 atau 67.2 persen. Atribut yang harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut untuk kandungan bahan pengawet dan kemudahan memperoleh produk. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah atribut tambahan nilai gizi, jaminan halal dan izin Depkes, kekentalan cairan produk, ukuran volume produk, dan kondisi kemasan pada saat dikonsumsi. Atribut yang menjadi prioritas rendah perusahaan meliputi aroma yang khas, variasi pilihan rasa, kejelasan tanggal kadaluarsa, harga eceran dibandingkan dengan volume produk, dan desain kemasan yang menarik. Atribut dapat diminum kapan saja merupakan atribut yang dinilai berlebihan tingkat kinerjanya oleh konsumen.

(24)

kedua penelitian tersebut hanya terletak pada objek penelitian dan atribut penelitian yang digunakan pada penelitian, Heriyana (2008) atribut penelitian yang digunakan terdiri dari 17 atribut sedangkan pada penelitian Arief Rahman (2008) terdiri dari 13 atribut.

Penelitian Terdahulu Mengenai Madu

Raisa (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Madu Pramuka di PT Madu Pramuka serta Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif melalui karakteristik umum konsumen dan proses keputusan pembelian konsumen Madu Pramuka, sedangkan analisis kuantitatif menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil analisis IPA, atribut produk yang termasuk dalam Kuadran I atau prioritas utama yaitu informasi pada produk dan kemudahan memperoleh produk; pada Kuadran II atau pertahankan prestasi terdapat rasa, manfaat dan keaslian madu; pada Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari harga, kemasan serta iklan dan promosi; serta pada Kuadran IV atau berlebihan terdiri dari pilihan rasa, warna, kekentalan, aroma, merek, dan volume. Berdasarkan hasil analisis CSI, secara umum konsumen Madu Pramuka termasuk dalam kategori puas terhadap kinerja produk, yakni berdasarkan nilai CSI sebesar 71.47 persen. Namun, nilai CSI sebesar 71.47 persen dianggap belum mampu meningkatkan jumlah konsumen untuk melakukan pembelian Madu Pramuka.

(25)

adalah meningkatkan promosi, dan strategi W-T yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah memperbaiki kualitas manajemen. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), urutan strategi perusahaan MTI adalah meningkatkan kegiatan promosi (Total Activeness Score = 6.696), meningkatkan pelayanan kepada pelanggan (Total Activeness Score = 6.255), aktif melakukan kegiatan pengembangan produk (Total Activeness Score = 6.021), meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (Total Activeness Score = 5.692), melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat (Total Activeness Score = 5.652), dan memperbaiki kualitas manajemen (Total Activeness Score = 4.939).

Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti. Pada umumnya penelitian mengenai kepuasan konsumen mengangkat permasalahan mengenai persaingan antar produk sejenis. Persamaan antara penelitian terdahulu tersebut adalah penilaian konsumen terhadap atribut suatu produk sebagai dasar untuk melakukan analisis kepuasan konsumen dengan alat analisis yang sama dalam penelitian ini yaitu menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Persamaan dengan penelitian terdahulu pada analisis sensitivitas harga terletak pada penggunaan pendekatan Van Westendorp sebagai analisis penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terahulu terletak pada objek penelitian, yaitu produk Madu Pramuka dari PT. Madu Pramuka Cibubur, meskipun terdapat salah satu penelitian diatas yang menggunakan objek yang sama namun berbeda topik karena dalam penelitian ini dilakukan juga mengenai analisis sensitivitas harga. Selain itu, perbedaan juga terletak dalam alat analisis yang digunakan. Penelitian terdahulu yang mengkaji kepuasan konsumen ada yang melengkapi dengan analisis Multiatribut Fishbein dan pada analisis sensitivitas harga penelitian terdahulu menggunakan metode Huisman.

KERANGKA PEMIKIRAN

Madu

Madu adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga yang disebut lebah atau tawon. Lebah penghasil madu ini termasuk dalam famili “apidae” dan yang paling banyak dibudidaya di Indonesia maupun diseluruh dunia adalah jenis lebah Apis Mallifera. Madu alami umumnya terbuat dari nektar yakni cairan manis yang terdapat di dalam mahkota bunga yang biasa diserap oleh lebah atau tawon, yang kemudian dikumpulkan dan disimpan di dalam sarangnya untuk diolah menjadi bahan persediaan makanan utama bagi mereka, seisi penghuni sarangnya (Purbaya 2007).

(26)

Kandungan Madu

Menurut penelitian para ahli, madu alami mengandung banyak mineral serta tujuh jenis vitamin B kompleks, juga terdapat vitamin C, dekstrin, pigmen tumbuhan, aminoacid (asam amino), protein, serta ester (yang berfungsi untuk membentuk enzim), dan komponen aromatik yaitu zat-zat atau unsur yang berfungsi sebagai pengharum. Beberapa kandungan mineral dalam madu adalah Belerang (S), Kalsium (Ca), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P), Klor (Cl), Kalium (K), Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon (Si), Natrium (Na), Molibdenum (Mo) dan Aluminium (Al). Kandungan mineral yang ada dalam madu alami, tergantung dari sari bunga yang dihisap. Kegunaan kalsium dan fosfor dalam madu sangat berguna bagi pertumbuhan tulang dan gigi (Rostita 2007).

Menurut Purbaya (2007) madu mengandung tujuh enzim yang tidak ternilaikan nilai serta manfaatnya. Enzim-enzim tersebut adalah:

a) Enzim Invertase yang dapat mengubah sukrose menjadi dekstrose dan levulose.

b) Enzim Diastase dapat mengubah tepung menjadi maltose.

c) Enzim Katalase dapat mendemposisi hydrogen peroksidan (menguraikan hydrogen peroksidan menjadi bentuk yang lebih sederhana).

d) Enzim Inulase dapat mengubah insulin menjadi levulose. e) Enzim dari zat-zat aromatic seperti terpenes, aldehid, dan ester. f) Enzim dari zat-zat lain seperti manitol dan dulcitol.

g) Enzim maltose yang dapat membantu membangkitkan energi atau tenaga yang jarang sekali bisa terjadi.

Kerangka Pemikiran Teoritis Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan sesudah tindakan tersebut (Engel et al 1994).

(27)

Gambar 2 Model Perilaku Konsumen Sumber : Kotler ( 2008)

Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, property, organisasi, informasi, dan ide. Terdapat lima tingkat produk, setiap tingkat menambah nilai pelanggan yang lebih besar dan kelimanya merupakan bagian dari hierarki nilai pelanggan (customer value hierarchy) (Kotler 2008):

a) Pada tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit), layanan atau manfaat yang dibeli oleh konsumen.

b) Pada tingkat kedua, mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product)

c) Pada tingkat ketiga, mempersiapkan produk yang diharapkan (expected product), sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan konsumen ketika membeli produk ini.

d) Pada tahap keempat, menyiapkan produk tambahan (augmented product) yang melebihi harapan konsumen.

e) Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product), yang mencakup semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami sebuah produk atau penawaran di masa depan. Ini adalah tempat dimana perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan konsumen dan membedakan penawaran.

Harga

Harga dalam arti sempit adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Dalam arti luas, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli (Kotler 2008).

Harga yang diajukan oleh perusahaan akan gagal bila berada terlalu tinggi untuk dapat menghasilkan permintaan dan bila terlalu rendah untuk menghasilkan keuntungan. Persepsi pelanggan terhadap nilai-nilai dari produk menjadi batas atas dari harga. Bila pelanggan menganggap bahwa harga lebih besar daripada nilai produk, mereka tidak akan membeli produk. Biaya produksi menetapkan batas bawah dari harga. Bila perusahaan menetapkan harga di bawah biaya produksi, perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam penetapan harga diantara dua keadaan ekstrem ini, perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor

(28)

internal dan eksternal lainya, termasuk strategi dan bauran pemasaran secara keseluruhan, kondisi pasar dan permintaan, strategi serta harga dari pesaing. Pada akhirnya pelanggan yang akan memilih apakah harga suatu produk sudah tepat. Keputusan penetapan harga, seperti keputusan bauran pemasaran lainnya, harus dimulai dengan nilai pelanggan (Kotler 2008).

Menurut Swastha (1998) harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang beserta pelayanannya. Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Menurut teori ekonomi, harga akan ditentukan pada suatu titik pertemuan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga adalah sifat permintaan pasar. Jika permintaan bersifat inelastis maka perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya. Apabila permintaan bersifat elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar. Apabila permintaan bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama.

Kepuasan Konsumen

Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa, Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi, pelanggan tersebut senang (Kotler 2009).

Kepuasan dibagi dua macam, yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan psikologika. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan, sedangkan kepuasan psikologika merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk. Selanjutnya, pelangganpun dapat dibagi atas dua macam, yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal mudah diidentifikasi karena mereka ada diluar organisasi, sedangkan pelanggan internal merupakan orang-orang yang melakukan proses selanjutnya dari pekerjaan orang-orang sebelumnya (Umar 2005).

Eugene dan Vikas (2000) menguraikan bahwa tidak selalu program kepuasan pelanggan menghasilkan banyak hal seperti yang diharapkan. Seringkali perusahaan menghubungkan kepuasan pelanggan ini dengan laba perusahaan seperti pada gambar berikut:

Kinerja Kepuasan Retensi

atribut pelanggan pelanggan Laba Gambar 3 Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Laba Sumber: Eugene dan Vikas (2000).

(29)

meningkatnya kepuasan pelanggan maka diharapkan pelanggan yang bertahan juga meningkat, yang akhirnya akan menghasilkan laba yang lebih besar.

Pada beberapa perusahaan hubungan kepuasan pelanggan dengan laba perusahaan mengalami masalah. Seringkali perusahaan meningkatkan kinerja atribut yang menjadi kunci akan tetapi tidak meningkatkan kepuasan pelanggan. Pada kondisi lain, perubahan tingkat kepuasan pelanggan ini ternyata tidak berpengaruh terhadap bertahannya pelanggan bahkan terhadap laba perusahaan. Hal inilah yang menarik bagi Eugene dan Vikas (2000) untuk membahas kaitan kepuasan pelanggan-laba, yang menurut mereka terdapat hubungan yang asimetri dan nonlinear pada setiap hubungan yang terdapat pada kepuasan pelanggan dan laba tersebut ( Lupiyoadi, 2006).

Importance Performance Analysis (IPA)

Teknik ini dikemukakan pertama kali oleh Martila dan James (1977) dalam artikel mereka yang berjudul “Importance Performance Analysis” yang dipublikasikan di Journal of Marketing. Pada teknik ini responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut yang relevan dan tingkat kinerja perusahaan (perceived performance) pada masing-masing atribut tersebut. Nilai rata-rata tingkat kepentingan aribut dan kinerja perusahaan akan dianalisis dengan Importance performance matrix. Matrix ini sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam mengaplikasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang spesifik, dimana perbaikan kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan total pelanggan. Selain itu, matrix ini juga menunjukkan bidang atau atribut tertentu yang perlu dipertahankan dan aspek-aspek yang perlu dikurangi prioritasnya. Kendati demikian, batas antara tingkat kepentingan tinggi dan tingkat kepentingan rendah serta kinerja tinggi dan tingkat kinerja rendah relatif arbitrary, tergantung konteks riset bersangkutan (Sumarwan 2011).

Pada IPA terdapat istilah kepentingan bukan harapan yang menjadi dasar pengukuran konsumen yaitu kesenjangan antara harapan konsumen dengan tingkat kinerja yang diharapakan oleh konsumen. Istilah expectation diganti dengan istilah importance atau tingkat kepentingan berdasarkan persepsi pelanggan (Rangkuti 2006). Konsep Importance dinilai mampu memberikan kejelasan tingkat kepentingan atribut berasarkan persepsi konsumen. Selain itu, perusahaan dapat lebih fokus pada atribut yang dianggap penting oleh para pelanggan (Supranto 2001).

Customer Satisfaction Index (CSI)

(30)

Perhitungan salah satu komponen dalam CSI yaitu Weight Average Total (WAT) dapat diketahui atribut yang kinerjanya perlu dipertahankan dan atribut yang kinerjanya perlu ditingkatkan. Atribut yang berada di atas rata-rata WAT harus dipertahankan kinerjanya sedangkan atribut dibawahnya perlu ditingkatkan kinerjanya (Chandrawatisma dalam Harnasari 2009). CSI juga menghasilkan kepuasan per atribut yang dihitung dengan membuat persentase dari proporsi skor kepuasan per atribut terhadap kepuasan total. Perhitungan CSI diperoleh dari perhitungan IPA yang tiap nilai rata-rata kepentingan dan kinerja atribut dihitung rata-rata tertimbangnya sebagai bobot. Perhitungan CSI digunakan sebagai pelengkap dari perhitungan IPA yang terbatas pada penilaian atribut yang tidak mencerminkan kepuasan pelanggan secara langsung.

Sensitivitas Harga

Analisis sentivitas harga pertama kali diperkenalkan oleh Van Westendorp pada awal 1970-an. Analisis yang dilakukan digunakan untuk melihat harga dari sisi konsumen. Penilaian harga yang dilakukan konsumen berdasarkan kategori harga sangat murah, harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal (Blamires dalam Sinaga 2006).

Cartwright dalam Yulianti (2007) mengemukakan bahwa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah syarat untuk mendapatkan keuntungan yaitu dengan membuat harga yang minimum dari sisi produsen yang disebut dengan Optimum Price/OP (min) dan harga maksimum yang akan dibayarkan oleh konsumen yang disebut dengan Consumer Price/CP (max), dalam hal ini CP (max) merupakan harga tertinggi/maksimum produk (MEP). CP (max) menunjukkan fungsi nilai harapan yang memperlihatkan kebutuhan persepsi dari kualitas, harga dan harga pesaing. Apabila CP (max) lebih kecil dari OP (min), maka tidak akan ada penjualan, karena harga barang atau jasa tersebut dinilai terlalu mahal oleh konsumen. Ketika CP (max) sama dengan OP (min) maka penjualan akan terjadi tetapi dengan tingkat fleksibilitas untuk produsen dalam menawarkan potongan harga atau diskon dan bagi konsumen untuk membayar lebih ketika mereka benar-benar menginginkan produk tersebut.

Pengukuran sensitivitas harga digunakan untuk menentukan tingkat kisaran harga yang dapat diterima untuk suatu produk atau jasa tertentu berdasarkan persepsi harga menurut konsumen. Lima titik harga tersebut adalah (Robert et al. 1997)

1. Indifference Pricing Point (IPP)

Titik perpotongan distribusi kumulatif harga murah-mahal yaitu jumlah konsumen yang menganggap harga murah sama dengan jumlah konsumen yang menganggap harga mahal. Pada tingkat harga jumlah konsumen maksimum yang peduli terhadap harga.

2. Optimum Pricing Point (OPP)

(31)

3. Range of Acceptable Price (RAP)

Kisaran harga yang terbentuk dari dua titik, yaitu antara perpotongan distribusi kumulatif harga murah dan sangat murah yang disebut Marginal Cheap Price Point (MCP) dan perpotongan antara distribusi kumulatif harga mahal dengan sangat mahal yang disebut Marginal Expensive Price Point (MEP). Kisaran antara dua titik tersebut menunjukkan harga yang dapat diterima untuk lebih banyak konsumen.

4. Marginal Cheap Price Point (MCP)

Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga terendah bagi produk. Kisaran harga ini terbentuk dari dua titik yang antara perpotongan distribusi kumulatif harga sangat murah dan murah. Kisaran harga inilah konsumen mulai meragukan kualitas produk.

5. Marginal Expensive Price Point (MEP)

Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga tertinggi bagi produk. Kisaran harga ini terbentuk dari dua titik yang antara perpotongan distribusi kumulatif harga sangat mahal dan mahal. Kisaran harga inilah konsumen tidak lagi mau membeli produk.

Menurut Weiner et al (2004), dalam Range of Acceptable Price (RAP) terdapat Range of Recommended Prices atau harga yang direkomendasikan untuk suatu produk. Dimana dalam Range of Recommended Prices terdapat batas atas dan batas bawah untuk harga yang direkomendasikan. Batas atas untuk harga yang direkomendasikan berada pada titik Optimum Pricing Point (OPP) dan batas bawah berada pada titik Indifference Pricing Point (IPP). Apabila produk dijual melebihi batas atas harga yang direkomendasikan akan menyebabkan semakin berkurangnya volume penjualan dan harga produk yang lebih kecil dari batas bawah akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Perkembangan industri madu dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan munculnya berbagai jenis dan merek madu yang ada dipasar. Peningkatan industri madu di Indonesia disertai dengan adanya peningkatan penggunaan terhadap madu sebagai akibat dari meningkatnya kesadaran masayarakat terhadap kesehatan dan pemahaman terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari madu. Peningkatan produsen madu yang menghasilkan beragam jenis dan merek madu berimbas pada keleluasaan konsumen dalam menentukan keputusan pembelian produk madu yang ada di pasar. Keleluasaan konsumen dalam menentukan keputusan pembelian pada produk madu menjadi tantangan bagi perusahaan dalam mempertahankan tingkat penjualan dan kepuasan konsumen.

(32)

mengetahui adanya Madu Pramuka. Hal ini dikarenakan PT. Madu Pramuka memiliki keterbatasan dalam memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas karena hingga saat ini produk yang dihasilkan hanya dipasarkan melalui gerai-gerai pribadi milik PT. Madu Pramuka.

Madu sebagai produk unggulan PT. Madu Pramuka mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Namun hingga saat ini penjualan Madu Pramuka masih berfluktuasi dengan tren penjualan yang semakin menurun sehingga berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Adanya penurunan penjualan dan target penjualan yang selalu tidak tercapai selama 5 tahun terakhir pada produk Madu Pramuka mengindikasikan bahwa kepuasan konsumen terhadap produk perlu ditingkatkan sehingga konsumen tetap setia mengkonsumsi Madu Pramuka dan tidak berpindah pada merek lain. Kepuasan konsumen terhadap suatu produk madu terbentuk karena kesesuaian antara manfaat, kualitas serta harga yang sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Secara umum adanya kenaikan harga yang tidak disertai dengan perbaikan kualitas dan manfaat akan menyebabkan konsumen berpindah pada produk madu merek lain. Tentunya hal ini akan berimbas pada tingkat penjualan madu yang terus mengalami penurunan, karena konsumen memiliki peranan yang sangat penting terhadap upaya meningkatkan penjualan.

Adanya persaingan yang tinggi antar berbagai jenis merek madu yang beredar di pasar dan permasalahan dalam hal kepuasan konsumen sehingga menyebabkan adanya penurunan penjualan, mengindikasikan pentingnya untuk mengkaji sensitivitas harga dan kepuasan konsumen Madu Pramuka. Analisis mengenai kepuasan konsumen didahului dengan mengidentifikasi karakteristik umum konsumen. Identifikasi karakteristik konsumen meliputi usia, jenis kelamin, domisili, pekerjaan, dan rata-rata pendapatan perbulan dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA), analisis tingkat kepuasan konsumen menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI), serta analisis sensitivitas harga.

(33)

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional

 PT. Madu Pramuka menghadapi keluhan konsumen terhadap harga produk.

(34)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di gerai pusat Madu Pramuka PT. Madu Pramuka yang terletak di Komplek Wiladatika Cibubur RT 001 RW 005 Kelurahan Pondok Rangon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Dengan pertimbangan PT. Madu Pramuka merupakan pioner budidaya lebah modern di Indonesia dan pemilihan gerai didasarkan atas pertimbangan jumlah penjualan di gerai pusat paling tinggi. Penjualan yang tinggi mengindikasikan bahwa jumlah konsumen lebih banyak daripada di gerai Madu Pramuka yang terletak ditempat lain sehingga diharapakan akan mendapatkan karakteristik konsumen Madu Pramuka yang semakin beragam. Pengambilan data dilakukan pada pertengahan bulan September 2013.

Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling, dimana setiap konsumen yang membeli atau mengkonsumsi Madu Pramuka PT. Madu Pramuka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu sampel dipilih karena pertimbangan kemudahan, ketersediaan, dan kenyamanan untuk diteliti. Convenience sampling merupakan sampel yang diambil dari siapa saja didalam populasi yang sedang berada dilokasi penelitian dan cocok sebagai sumber data serta bersedia menjadi sampel penelitian (Umar 2005).

Sampel yang menjadi responden adalah sampel yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu konsumen yang pernah membeli dan mengkonsumsi Madu Pramuka super sekaligus madu jenis lainnya ukuran 650 ml minimal sebanyak dua kali. Sehingga diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk menentukan secara obyektif dalam menduga atau membuat generalisasi terhadap karakteristik populasi. Menurut Supranto (2001), sampel yang tergolong sampel besar yang dianggap mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 kasus. Ukuran populasi konsumen Madu Pramuka tidak diketahui dengan tepat karena konsumen dapat membeli produk beberapa kali atau berulang-ulang. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini diambil lebih dari 30 responden, yaitu 100 responden yang pernah membeli dan mengkonsumsi Madu Pramuka PT. Madu Pramuka. Peneliti beranggapan bahwa ukuran sampel ini telah mengikuti distribusi normal karena jumlah responden yang diambil telah berada diatas jumlah minimum yang disyaratkan untuk dapat memenuhi asumsi distribusi normal.

Jenis dan Sumber Data

(35)

lapangan, penyebaran kuesioner, wawancara, pengamatan dan pencatatan dokumen dari perusahaan maupun dokumen terkait lain yang sumbernya berasal dari luar perusahaan.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut seperti data dari studi pustaka berupa laporan–laporan peneliti yang terkait misalnya studi literatur, baik dari internet ataupun dari buku-buku terkait, data statistik produksi, impor madu, dan data konsumsi madu nasional.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian diuji terlebih dahulu keandalannya sebelum digunakan dalam penelitian. Pengujian yang dilakukan berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Umar, 2005).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada konsumen dan penyebaran sejumlah kuesioner kepada konsumen produk Madu Pramuka. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan dilakukannya penelitian. Pernyataan yang dibuat disesuaikan dengan data yang ingin diperoleh dan dibuat menggunakan kata yang sederhana dan mudah dipahami agar memudahakan responden dalam pengisian. Kuesioner dibagi menjadi empat bagian, bagian pertama berupa screening yang bertujuan untuk menyaring konsumen yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh peneliti. Bagian kedua berisi mengenai karakteristik responden. Bagian ketiga berisi pertanyaan terkait dengan kepuasan konsumen dan bagian keempat berisi mengenai pertanyaan terkait sensitivitas harga. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner terdiri dari dua macam pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka berisi pertanyaan yang jawaban tidak ditentukan sebelumnya jadi responden memiliki kebebasan untuk mengisi. Sedangkan pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif-alternatif jawaban telah disediakan sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang menurutnya paling sesuai.

Selain menggunakan kuesioner yang diberikan kepada konsumen, data primer lainnya diperoleh melalui wawancara dengan pihak intern perusahaan. Wawancara dengan pihak intern perusahaan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran umum perusahaan secara jelas mengenai produk madu, dan kegiatan pemasaran yang dilakukan. Data sekunder yang digunakan diperoleh melalui studi literatur dan pustaka baik dari internet ataupun dari buku-buku terkait.

Metode Pengolahan Data

(36)

Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berikut akan dijelaskan metode-metode analisis data tersebut.

Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2011). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji data yang berasal dari daftar pertanyaan atau kuesioner responden, validitas dan reliabilitas dapat membuktikan bahwa daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden sudah mewakili populasi yang ada atau belum. Pada umumnya uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden diluar dari jumlah 100 responden yang digunakan sebagai sampel.

Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan derajat ketepatan suatu ukuran untuk menggambarkan kebenaran secara universal. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas dilakukan menggunakan Cochran Q test dengan rumus (Suliyanto 2005):

Qhit = (

k- )[ k∑kiCi -(∑kiCi) ]

k∑ki i- ∑ni i

Keterangan:

K : jumlah atribut yang diuji Ci : jumlah skor atribut i Ri : jumlah skor responden i Hipotesis:

Ho : kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden.

H1 : kemungkinan ada atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh seluruh responden

Hasil Qhit dibandingkan dengan Qtabel, dimana penentuan Qtabel dengan α 0,05, derajat kebebasan (dk) = k-1. Apabila Qhit > Qtabel maka tolak Ho, dan sebaliknya apabila Qhit < Qtabel makaterima Ho.

(37)

rekomendasi terkait atribut apa saja yang penting untuk dikaji. Atribut yang digunakan terdiri dari 15 atribut yang disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Atribut Uji Validitas

No Atribut

1 Rasa Madu

2 Pilihan Jenis Madu 3 Kekentalan

4 Aroma 5 Warna 6 Harga

7 Material Kemasan 8 Variasi kemasan 9 Manfaat

10 Volume 11 Merek

12 Keaslian produk 13 Iklan dan Promosi

14 Kemudahan memperoleh produk

15 Informasi pada kemasan (tgl kadaluarsa, izin BPPOM RI dan label halal) Apabila dari hasil uji validitas nantinya terdapat atribut yang tidak valid maka harus dihilangkan atau tidak ditanyakan kepada responden pada saat pengambilan data.

Uji Reliabilitas

Keandalan atau reliabilitas didefinisikan sebagai seberapa jauh pengukuran bebas dari varian kesalahan acak (free from random error variance). Kesalahan acak menurunkan tingkat keandalan pengukuran. Agar merasa yakin bahwa skor/nilai dari kuesioner dapat mencerminkan dimensi kepuasan secara handal (realibility), kuesioner harus menunjukkan keandalan yang tinggi (Supranto 1997).

Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Hoyt test. Tahapan untuk uji Hoyt meliputi (IPB 2012) :

1. Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr dengan rumus;

Keterangan :

(38)

2. Mencari jumlah kuadrat butir dengan rumus:

Keterangan :

JKb : jumlah kuadrat butir

∑ B : jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir (∑ Xt)²: kuadrat dari skor total

3. Mencari jumlah kuadrat total JKt dengan rumus: kt B B ∑ Keterangan:

JKt : jumlah kuadrat total

(∑B) : jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir (∑ ) : kuadrat jawaban salah (tidak) seluruh butir 4. Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus:

Keterangan:

JKs : jumlah kuadrat sisa JKt : jumlah kuadrat total JKr : jumlah kuadrat responden JKb : jumlah kuadrat butir

5. Mencari varians responden, varians butir dan varian sisa dengan rumus : r rdbr b b

dbb s s dbs

Keterangan:

Vr : varians responden dbr : derajat bebas responden Vb : varians butir dbb : derajat bebas butir Vs : varians sisa dbs : derajat bebas sisa 6. Memasukkan nilai varians yang diperoleh ke rumus :

r11 - s r

Hasil perhitungan nilai r11 dibandingkan dengan nilai r product moment dimana penentuan nilai r product moment tabel diperoleh berdasarkan nilai N dengan α 0,05 . Apabila nilai │r │ < r product moment maka tidak reliable, dan sebaliknya apablia nilai │r │ > r product moment maka reliable.

Importance Performance Analysis (IPA)

(39)

Tabel 5 Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan

Skor Kinerja (X) Kepentingan (Y)

Skor 1 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Penting

Skor 2 Tidak Baik Tidak Penting

Skor 3 Cukup Baik Cukup Penting

Skor 4 Baik Penting

Skor 5 Sangat Baik Sangat Penting

Total penilaian tingkat kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor penilaian yang diberikan oleh responden. Hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam diagram IPA. Masing-masing atribut diposisikan dalam diagram tersebut berdasarkan skor rata, dimana skor rata-rata penilaian kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X. Sedangkan atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan (Y). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

∑ni i

n

∑ni i n

Keterangan:

X = Skor rata-rata tingkat kinerja Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden

Diagram IPA merupakan suatu ruang yang dibagi atas empat bagian dan masing-masing bagian dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (a,b). Titik tersebut diperoleh dari rumus:

a ∑k i b ∑ i

k

Keterangan:

a = Batas sumbu X (tingkat kinerja) b = Batas sumbu Y (tingkat kepentingan) k = Banyaknya atribut yang diteliti

(40)

Kepentingan Y

Penting

Kuadaran I Kuadaran II

(Prioritas Utama) (Pertahankan Prestasi)

Kuadran III Kuadran IV

Kurang (Prioritas Rendah) (Berlebihan) Penting

X

Kurang Baik Kinerja Baik

Gambar 5 Diagram Kartesius Tingkat Kinerja dan Kepentingan Konsumen (Rangkuti, 2006)

Keterangan :

1. Kuadran I (Prioritas utama)

Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan atau tidak puas.

2. Kuadran II (Pertahankan prestasi)

Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

3. Kuadran III (Prioritas rendah)

Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

4. Kuadran IV (Berlebihan)

Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.

Customer Satisfaction Index (CSI)

(41)

langsung. Metode pengukuran CSI meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Supranto, 2001):

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS), nilai ini didapat dari rata-rata kepentingan tiap responden.

I ∑ni n i Keterangan :

n = Jumlah responden

Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke-i

2. Weight Factors (WF), adalah fungsi dari Mean Importance Score atau nilai dari rata-rata tingkat kepentingan (MIS-i) per atribut terhadap total MIS seluruh atribut yang diuji. Dimana p merupakan atribut kepentingan ke-p.

F I i

∑pi I i 00

3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kinerja atau Mean Satisfaction Score (MSS).

F

4.Menghitung Customer Satisfaction Index, yaitu jumlah Weight Score (WS) dibagi dengan Highest Scale (HS). Skala maksimum diperoleh dari ukuran Skala Likert yang digunakan dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja. Maka dalam penelitian ini skala maksimum yang digunakan yaitu lima.

C I 00

Tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan konsumen berdasarkan kriteria pada Tabel 6.

Tabel 6 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index

Angka Indeks Interpretasi

0,00 – 0,21 Sangat tidak puas

0,21 – 0,40 Tidak puas

0,41 – 0,60 Cukup puas

0,61 – 0,80 Puas

0,81 – 1,00 Sangat puas

(42)

(m n)b Keterangan:

RS = rentang skala m = skor tertinggi n = skor terendah

b = jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan skala maksimal lima). Analisis Sensitivitas Harga

Sensitivitas harga konsumen yaitu kepekaan relatif dari harga dalam mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk melakukan pencarian harga untuk menemukan harga yang lebih baik. Analisis sensitivitas harga menggunakan pendekatan Van Westendorp didasarkan pada asumsi bahwa harga yang wajar ada bagi konsumen dalam setiap kategori dan untuk setiap tingkat kualitas dalam kategori. Keputusan harga konsumen dibuat melalui menyeimbangkan nilai terhadap harga, terdapat harga atas dan bawah bagi konsumen yang akan membayar untuk produk atau jasa (Lipovetsky et al,2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga antara lain: pengaruh nilai unik, pengaruh kesadaran atas produk pengganti, pengaruh perbandingan yang sulit, pengaruh pengeluaran total, pengaruh manfaat akhir, pengaruh biaya bersama, pengaruh investasi tertanam, pengaruh mutu harga, dan pengaruh persediaan.

Objek yang digunakan dalam analisis sensitivitas harga adalah Madu Pramuka super PT. Madu Pramuka ukuran 650 ml. Hal tersebut didasarkan pada kondisi yang ada dilapangan bahwa produk Madu Pramuka yang lebih banyak dibeli adalah madu super ukuran 650 ml, hal ini dikarenakan kandungan dalam madu super lebih lengkap yaitu terdapat campuran royal jelly dan bee pollen. Dalam penelitian ini penilaian harga yang digunakan konsumen berdasarkan kategori harga sangat murah, harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal. Range harga yang digunakan pada produk madu yang tertinggi dan terendah diperoleh dari hasil survey harga madu rata-rata di pasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran Umum Perusahaan PT. Madu Pramuka

Gambar

Tabel 3  Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia
Gambar 1 Penjualan Madu Pramuka Di Gerai Pusat Cibubur Tahun 2008-2012
Gambar 2 Model Perilaku Konsumen
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Makna konotasi: Suga duduk di atas lantai kaca dengan banyak bayangan tangan hitam di bawahnya yang seolah-lah bayangan hitam yang mencoba meraihnya itu adalah “bayangan” dari

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiansyah (2014) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara istirahat mata dengan kelelahan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dalam penelitian tindakan kelas dengan pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal dengan metode

Setelah usai perang Padri, kegiatan di surau-surau bergerak dibidang tarekat semata, sedangkan fungsi surau sebagai pusal lembaga pendidikan islam sudah mulai

“Anggaran penjualan adalah proyeksi yang disetujui oleh komite anggaran, yang menjelaskan penjualan yang diharapkan dalam satuan unit dan uang.” Penyusunan anggaran penjualan ini

5) Mengidentifikasi potensi bisnis baru yang terkait atau tidak terkait dengan bisnis saat ini melalui kemitraan strategis dengan pihak terkait dan dilaksanakan oleh

Tekanan yang tinggi menyebabkan fasa gerak (eluen) dapat bergerak lebih cepat dengan laju alir 1-10 mL per menit sehingga difusi menjadi