LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490
TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh
CHARLIE PUTRA
090406077
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490
TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh:
CHARLIE PUTRA
09 0406 077
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh:
CHARLIE PUTRA
09 0406 077
Medan, Februari 2014
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.
Devin Defriza Harisdani, S.T., M.T.
NIP : 196201091987012001
NIP : 196503181995011001
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
Nama : Charlie Putra
NIM : 09 0406 077
Judul Proyek Tugas Akhir : Stasiun Televisi Swasta Di Medan
Tema : Arsitektur Metafora
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TKA-490
1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa Sidang
4. Perbaikan Dengan Sidang
5. Tidak Lulus
Medan, Februari 2014
Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator TKA-490,
Ir. N.Vinky Rahman, MT. Wahyuni Zahrah, S.T., M.S.
NIP : 196606221997021001 NIP : 197308192000042001
karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh
proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Arsitekur, Departemen Arsitektur
Universitas Sumatera Utara.
Proses yang panjang ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan doa,
semangat dan dan perhatian dari orang tua serta kakak dan adik penulis.
Penulis juga ingin meyampaikan rasa terima kasih yang sebesar
besarnya
kepada :
Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing I atas
kesediaannya membimbing, memotivasi, dan memberi pengarahan
yang sangat berarti dan selalu memberikan yang terbaik dari awal
hingga akhir
Bapak Devin Defriza, ST., MT. atas kesediaannya membimbing,
memotivasi, serta memberi pengarahan yang membuka pikiran.
Bapak Ir. Samsul Bahri, M.T. dan Bapak Yulesta Putra, S.T., M.Sc.
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran-saran yang sangat membantu.
Bapak Ir. Vinky Rachman, MT. selaku Ketua Departemen Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S. selaku koordinator Tugas Akhir,
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Bapak dan Ibu pegawai staff Tata Usaha Departemen Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
telah bersama-sama melalui proses pendidikan di Arsitektur USU.
Adik-adik junior stambuk 2010 dan 2011 yang telah memberi
dukungan kepada penulis
Adik-adik junior stambuk 2012 dan 2013 yang telah senantiasa
memberi bantuan penyelesaian maket dengan senang hati
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khusunya di lingkungan Departemen Arsitektur Universitas
Sumatera Utara.
Medan, Februari 2014
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR . vi
DAFTAR TABEL .. viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Maksud dan Tujuan... ... 3
1.3 Sasaran dan Lingkup Layanan... 3
1.4 Perumusan dan Permasalahan Perancangan ....4
1.5 Metode Pendekatan Masalah... ... 4
1.6 Asumsi Asumsi.... 5
1.7 Kerangka Berpikir... . 6
1.8 Sistematika Pembahasan... 7
BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul... . 8
2.2 Tinjauan Umum... .. 9
2.2.1 Sejarah Perkembangan Televisi... . 9
2.2.1.1 Televisi Elektromekanik... 9
2.2.1.2 Televisi Elektronik... 10
2.2.2 Sejarah Penyiaran Televisi... 12
2.2.2.1 Standar Siaran Televisi... .. 13
2.2.2.2 Saluran Pemancar Televisi... 15
2.2.2.3 Televisi Penerima... .. 17
2.2.2.4 Distribusi... ... 18
2.2.3 Lembaga Penyiaran Swasta... ... 19
2.2.4 Kegiatan Penyiaran...20
2.2.5 Fasilitas Televisi...21
2.2.6 Program Siaran Televisi...25
2.2.6.1 Acara Hiburan Tanpa Naskah...25
2.2.6.2 Acara Hiburan dengan Naskah...26
2.3.2 Alternatif Lokasi Tapak... ...29
2.3.3 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Perancangan... 31
2.4 Tinjauan Fungsi... 32
2.4.1 Daftar Pengguna... .. 32
2.4.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan... 32
2.5 Studi Banding Proyek Sejenis... 37
2.5.1 Seoul Broadcasting System (SBS)... .. 37
2.5.2 CCTV Heaadquarters... . 41
BAB 3 ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema... .. 43
3.1.1 Arsitektur... .. 43
3.1.2 Metafora... . 43
3.2 Interpretasi Tema... .. 46
3.3 Keterkaitan Tema dengan Judul... 46
3.4 Studi Banding Proyek Tema Sejenis... 47
3.4.1 TGV Station.... 47
3.4.2 EX Plaza, Jakarta, Indonesia... 48
3.4.3 Sydney Opera House... 48
BAB 4 ANALISA 4.1 Analisa Proyek... 49
4.2 Analisa Tata Guna Lahan... . 50
4.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian... .. 51
4.4 Analisa View... 52
4.5 Analisa Kebisingan... .. 53
4.6 Analisa Orientasi Matahari... 53
4.7 Analisa Pola Kegiatan... 54
4.8 Program Ruang... 55
5.2.1 Konsep Entrance dan Sirkulasi... 60
5.2.2 Konsep Penzoningan Tapak... .61
5.2.3 Konsep Bentukan... . 62
5.2.4 Konsep Penzoningan Ruang Dalam... . 63
5.2.5 Konsep Struktur Bangunan... . 66
5.2.6 Konsep Tampak Bangunan... . 66
5.2.7 Konsep Utilitas... .. . 67
DAFTAR PUSTAKA ... . 70
Gambar 2.1 Skema transmisi siaran dari stasiun televisi ke antena
penerima ... 24
Gambar 2.2 Skema transmisi siaran yang diterima antena
penerima ... ...25
Gambar 2.3 Jalan Gatot Subroto 29
Gambar 2.4 Jalan A.H. Nasution. .. 30
Gambar 2.5 Jalan Kejaksaan . 30
Gambar 2.6 Eksterior Gedung SBS... 37
Gambar 2.7 Keterangan Fungsi Gedung SBS .. 38
Gambar 2.8 Studio Entertainment SBS.. . . 39
Gambar 2.9 Studio Berita SBS... ... 39
Gambar 2.10 Lobby SBS . . 40
Gambar 2.11 Roof Garden SBS. ... 40
Gambar 2.12 SBS Park . 40
Gambar 2.13 Exterior CCTV. ... 41
Gambar 2.14 Gambar Potongan Gedung CCTV .. 42
Gambar 3.1 Eksterior TGV Station... .. 47 Gambar 3.2 Interior TGV Station... 47
Gambar 3.3 Efek kinetis pada EX Plaza 48
Gambar 3.4 Penerapan metafora pada EX Plaza 48
Gambar 3.5 Exterior Sydney Opera House .. 48
Gambar 4.1 Peta wilayah Indonesia ...49
Gambar 4.2 Peta Pulau Sumatera .. 49
Gambar 4.3 Peta kecamatan Medan Petisah 49
Gambar 4.4 Peta wilayah site .. 49
Gambar 4.5 Foto-foto Existing bangunan di lokasi proyek 50
Gambar 4.6 Gambar Analisa Tata Guna Lahan . 50
Gambar 4.7 Gambar Analisa Sirkulasi . 51
Gambar 4.8 View di sekitar Site .. 52
Gambar 4.9 Gambar Analisa Kebisingan . 53
Gambar 4.14 Struktur Organisasi Stasiun Televisi Swasta .. 55
Gambar 5.1 Konsep Entrance... .. 60
Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi... 60
Gambar 5.3 Konsep Penzoningan Tapak. .. .. 61
Gambar 5.4 Konsep Tapak.... .. 61
Gambar 5.5 Bentukan Denah . 63
Gambar 5.6 Konsep Bentukan Tampak . 63
Gambar 5.7 Diagram Zoning Ruang Dalam. 63
Gambar 5.8 Penzoningan Lantai 1 . 64
Gambar 5.9 Penzoningan Lantai 2 . 64
Gambar 5.10 Penzoningan Lantai 3 . 65
Gambar 5.11 Penzoningan Lantai 4 . 65
Gambar 5.12 Penzoningan Lantai 5 . 65
Gambar 5.13 Detail Struktur dan Pondasi. 66
Gambar 5.14 Detail Lapisan Tempered Glass 67
Gambar 5.15 Proses pembuatan Laminated Glass 67
Tabel 2.2 Tabel kriteria internal site Stasiun Televisi Swasta .. 29
Tabel 2.3 Tabel penilaian kriteria lokasi . 31
Tabel 2.4 Tabel kebutuhan ruang Stasiun Televisi Swasta 32 Tabel 4.1 Tabel alur kegiatan pengguna Stasiun Televisi Swasta.. . 54
Tabel 4.5 Tabel Program Ruang 55
entertainment. This building is a place to develop the activities of information broadcasting including news, documenter, kids program, and especially in sports as well as the potentil of other area. The propose of this building construction is to introduce to Medan city s teenager who have the talent in sports to other areas, so that the public interest in sports will thrive. This building s design using tangible metaphore of a wave signal. The expectation after the construction of this building is to raise the public interest of Medan city people in the world of entertainment especially in sports.
Keyword : Television Station, Sports, Medan, Metaphor
Abstrak
/0 123 45 6 43 4 783 9:6 4 ; 0<0 =:9 : 7>39 83 ?: 13@ 96 ?@ 3 4 6 4 86@ 1010 46 A: @ 02 6 86A34 93B3 43
@ 05 :3 83 4 ?6 4:3 C04D:3 B34 8 0<0 =:9: ?: E F83 G0 ?34, 80B68313 ?3< 31 10 4: 45@ 38@ 3 4 1: 438
139D3 B3@ 38 ?3<31 ?6 4:3 A:26B3 4H I3456 43 4 : 4: 10 B6C3@ 3 4 >3?3A J801C3 8 1012: 43 3@ 8:K: 839
C0 4D023B3 4 : 4KFB139:
23 :@ 2 0 B: 83L
?F@6 10 480 BL CBF5B 3 1
3 43@ M 3 43@ L ?3 4 80 B68313 C3 ?3
2: ?345 F<3AB353 90B 83 C F80 49 : ?3 0 B3A <3: 4 4D3H ;6N63 4 C0 12 3456 43 4 2 3 45643 4 : 4: 6 486@
10 1C0B@0 43<@3 4C016 ?3 C0 16 ?:EF83 G0 ?3 4 D3 45101C64D3: 23@38?3<3 1 2: ?3 45F<3A B 353
@ 0 ?30B3A <3: 4, 35 3B 1:43 8 139D3 B3@ 38 ?3 <3 1 2: ?345 F<3 A B353 90 13@: 4 20 B@0123 45H O093 : 4
23 4 56 43 4 : 4: 10 45 56 43@ 3 4 80 13 3 B9: 80@ 86 B tangible metaphore J
3B9: 80@ 86B
10 83KFB 3 tangible ?3 B: 90 263A 9: 4D3< 50<F123 45H O0 4534 ?: 23 45 6 44D3 23 45643 4 : 4: ?:A3B3C@ 34 ?3C38
10 4: 45@38@ 3 4 1: 43 8 139D3 B 3@ 38 @F83 G0 ?3 4 ?3<3 1 A3< ?6 4:3 A:2 6 B34 80B 6 8313 ?: 2: ?3 45
F<3AB3 53H
entertainment. This building is a place to develop the activities of information broadcasting including news, documenter, kids program, and especially in sports as well as the potentil of other area. The propose of this building construction is to introduce to Medan city s teenager who have the talent in sports to other areas, so that the public interest in sports will thrive. This building s design using tangible metaphore of a wave signal. The expectation after the construction of this building is to raise the public interest of Medan city people in the world of entertainment especially in sports.
Keyword : Television Station, Sports, Medan, Metaphor
Abstrak
ST UVW XY Z XW X [\W ]^Z X _ T`T a^] ^ [bW] \W c^ UWd ]Z cd W X Z X \Zd UTUT XZ e^ d TV Z \ZeWX ]WfW XW
d TY ^W \W X cZ X^W gTXh^W fWX \ T`T a^]^ c^ i j\W kT cWX, \TfZ\WUW cW` WU UT X^ XYd W\d W X U^ XW\
UW]hW fWd W\ cW`WU cZ X^W e^VZfW Xl mWXYZ XW X ^ X^ UT fZgWd W X bWcWe n\TUgW \ UTUV^ XW Wd \^o^ \W]
gT XhTVWfW X ^ XojfUW]^
VW ^d V T f^ \Wp
cjdZ UT X\T fp gfjYf W U
W XWd q W XWd p cW X \T fZ\WUW gW cW
V^ cWXY j`WefWYW ]Tf \W g j\T X] ^ cW T fWe `W^ X XhWl _ZrZW X gT UV WXYZ XW X V W XYZXW X ^ X^ Z X\Zd
UT UgTfdT XW`dW XgTUZ cW gT UZ c^ij\W kT cW X hW XYUTUgZXhW^ VWdW\cW`W U V^ cW XYj`We f WYW
d T cWTfWe `W^ X, WY Wf U^XW \ UW]hW fWd W\ cW `W U V^ cWXY j`W e fWYW ]T UWd^ X VT fdTUVW XYl sT]W ^ X
VW X YZ XW X ^ X^ UT XY YZ XWd W X \T UW W f]^ \Td \Z f tangible metaphore n
Wf]^ \Td \Zf
UT \Wojf W tangible cW f^ ]T VZWe ]^ XhW` YT`jUVW XYl sT XYWX c^ VW XY Z XXhW VW XYZXW X ^ X^ c^eWfWgd WX cWgW\
UT X^ XYdW\d W X U^ XW \ UW]hW f Wd W\ dj\W kT cW X cW`W U eW` cZ X^W e^V Z fWX \Tf Z \WUW c^ V^ cW XY
j`WefW YWl
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
wxyz x {| }~}~ xz~ z{ ~z} }~ ~y{ } x } { x }y z}~
{} }y }z} ~y{ } y}~ { }z ~ |x }y ~ }~ ~}y }z} ~ }z ~ z
{ x ~x } } ~ }z ~ z {x ~ } } z}~ ~y {} ~y {} x } { x ~ }
zx| }~ zz | } { } }y }z} } ~ x } {x ~} z{ } x ~ ~
}}{zx } ~|xy {} }y }z}|xy |}~ }}~| xy ~x}y }
wxyz x {| }~}~ xz~ z{~z} } ~ ~ y { } xy x| x }
{ x{|}} {z} xy }} ~ } x ~ }y }~y x y{ } z x ~y }y }~
~ ~x } wx ~y }y}~ x| }} x~y}y ~y { } }~ x{| x ~ z x ~ }}
{ { xy } ~~y} {}z ~ } ~ } y }x xy }{} } }{ {x ~x {| } ~z}~
} }{ x{ zy} x }y } z } wx ~y }y}~ x } {x ~} }} } }y }~}
| xyz{ ~z} | } { } }y }z} x{ | } } x ~y }y }~ ~ } | ~ }~
x{x y ~ } wxy z x{|} ~ }~ x y x| x } {x~yx| }|z}~ }~} }~ z {
x ~} y }~ x ~ }y}~y y}~ }} x }{} ~{x~} }z{ x{ } }
x x x | }} }} } }y }~} x ~y}{ } }~ ~y{ } y}~
}~} x ~ ~ }y xy }y }~ } ~y {} y} ~ x} xy }
{ x ~} z}~ ~y} }} } z x| } ~ y {xy { } }y }z} { x y ~ x ~}~
x ~}}{}~| }} x}y } ~ } } }z x ~ }z} ~xx x x{z y }~
x{z y}~ {}~ } } } x~ }y x } } y}~ } x x
{ x ~} z}~{ x }~y{ } ~{ x ~} }~ }|xy x ~ }y
w }} } }~y} ~ ~x } } ~y} xy } } 5 } ~ x x { z } } } , w ( xz}y }~ ), , , }~ ~ }y. }~ }y { ~ ~} } ~ x x xy x| } }} x| }} }xy ~ }
¡¢£¤ ¥ ¦§¡§ £¨¤ £©©y£ ª ©¥ £©« ¬ ©¥£©« ® ¯°¯± ²³ ´£µ © ³¶¶ ³ §¡ ©§ £ ©«
·¡ ©y¦£± £ ©¸
¨ ¡ ©y¦£± £ © § ¦¥£¤ ¹£« ¦ °¡ ©¢£¥¦ °¯ ©¯¨ ¯¹¦ º£¤£± § £ . ·£± £ ¦©»¡¼§ ¯± ¥£¹£° ©¡« ¡± ¦ ½£© « °¡©½£¥ £± ¦ °£ ©¾££§ °¡¥ ¦£ ¨¡ ©½¦£± £© §¡¹¡»¦¼¦ §¡± § £°£ ¥£± ¦ ¼¡« ¦ ¡¤ ¯ ©¯°¦ °¡ ©½¡¿£¿¤ £© ° ©À¹©½£ ¼§ £¼¦ © §¡¹¡»¦¼¦ ¼Á£¼§ £ ¹¯¤ £¹ ¥ ¦ ¿¡¿¡±£¨ £ ¥£¡± £ µ ¥ ¦ ©¥¯ ©¡¼¦£ ¥ £© ¼£¹£ µ ¼£§©½£ £¥ £¹£ µ ᥣ©. ® £°© ¾ ©«¼¦ ¼§ £¼¦ © §¡¹¡»¦¼¦ ¹¯ ¤ £¹ ½£©« ¦¥¡ £¹ £¥ £¹£µ ©§¤ °¡°¨¡± ¤ ¡ ©£¹¤£© ¥£©
°¡¹¡¼§ £± ¦¤ £©¿¥ £½£ ¿ ¥ £y£¹¯ ¤ £¹¼¡ ± § £©¦¹£¦ ©¦¹£ ¦¤¡ £± ¦¾£©¹¯¤£¹Ä
Å ¯§ £ ᥣ© °¡ ± ¨ £¤£© ¤ ¯§ £ °¡ §± ¯¨¯¹¦§ £© y£ ©« ¿¡± ¨ ¯§¡ ©¼¦£¹ ¥ £¹£°
¨ ¡± ¤¡°¿£©« £©©y£ ¥ £± ¦ ¼¡ «¦ ¼¯¼¦£¹ ¸ ¿¥ £y£¸ ¨ ¯¹¦§ ¦¤ ¥ £© ¡¤ ¯© ¯°¦Ä Æ£¹ ¦© ¦
¥£¨ £§ ¥ ¦¹¦µ£§ ¥ £±¦ À£± £ ¨ ¡ ©y£°¨ £¦£ © ¦©¾¯± °£¼¦ ¤ ¡¨ £¥ £ °£¼½£± £¤ £§ y£©«
¼£©«£§¨¡±¼ £¼¦¾Äù£¦¥£± ¦¼± £§¤£¿£±¸± £¥ ¦¯¸§¡¹¡»¦¼¦°£¨ ©°¡¹£¹¦¥ © ¦£
° £y£ Ä ®£° © ¨¡©y£°¨ £¦£ © ¦©¾¯± °£¼¦ °¡¹ £¹ ¦ §¡¹¡»¦¼¦ ¹¡¿¦µ ¥ ¦°¦ ©£§ ¦ ¯¹¡ µ
° £¼½£± £¤ £§¸ ¿¤£© µ £©£y ¼¡¿£ « £¦ ¼£± £ ©£ ¨¡ ©£°¨ £¦£ ©y ¦©¾¯± °£¼¦¸ §¡¹¡»¦¼¦
¢« £ ¼¡¿£« £¦ ¼£¹£µ ¼£§ ¼£±£©£ µ¦¿± £© ¿£«¦ ¤¡¹ £± « £Ä £±£©£ ¡¥ ¤ £§¦¾ °¡¹£¹¦§¡¹¡»¦¼¦ ¦ ©¦ ¨ ©°¡ ©¢£¥ ¦ ¼£¹£µ ¼£§ ¨ ¦¹¦µ £© ¨¡©¥ ¦¥ ¦ ¤ £© ¼£ £§ ¦©¦Ä ù£¦ ¥£± ¦ £À£± £ £ ©£¤ £©£¤¸ ¯¹£µ±£« £¸ ¤¹¦©¡±¸ ¾£¼µ¦¯©¸¥± £°£¸ ¤¯©¥¦¼¦ ¹ £± ¥ £©
¥£¹£° ©¡«¡± ¦ y£©« £¥ £ °¡ ©¢£¥ ¦ £¹§¡± ©£§ ¦ ¾ °£¼y£±£¤ £ § ©§¤ °¡°¨¡ ± ¤£y£
¨ ¡ ©« ¡§ £µ £ ©Ä
£°¨ £¦¼£ £§ ¦©¦¸Ã¡¥£© µ£©y£ °¡ °¨ ©y£¦ ¹¦ °£¼§ £¼¦ © §¡¹¡»¦¼¦¼ Á£¼§ £
y £ ¦§ÇÈ ÉÉ´ ʸ È¡¹¦´ ʸˮ´ Êᥠ£ ©, ® ¡ §.´ Ê¥£©´ Ê ÌÂ.È £¥ ¦£© § £± £¹¦ °£ ¼§ £¼¦ © §¡¹¡»¦¼¦ ¼Á£¼§ £ §¡±¼¡¿§ µ£© ½£ ¿¡± ¨ £ ¼§ £¼¦© §¡¹¡»¦¼¦ ± ¡¹£½ ½£¦§ ÈÉÉ ´Ê ¥ £ © ´ Ê Ì á¥£©. ¡¥ £© «¤£© ¼§ £¼¦ © § ¡¹¡»¦¼¦ ¹¯¤£¹ ¹£ ¦©©½£ ½£¦§ Ë®´ Ê ¥£© ® ¡§.´ Ê ½£©« °£¼¦µ ¤± £©« °£°¨ °¡Á£¥ £µ ¦ ¤¡« ¦£ § £© ¨ ¡ ©½£ °¨ £¦£© ¦©¾¯± °£¼¦ ¥ £© ¢ «£ £À£± £ µ ¦¿± £ ©. Æ£¹ §¡±¼¡¿§ ¥£¨ £ § ¥ ¦¹¦µ £§ ¥£± ¦ ¢£¥Á£¹ ¼¦£± £© §¡¹¡»¦¼¦ ½£ ©« § ¦¥£¤ §¡± £§±, ¢ «£ ¤± £ ©« ©½£ °¦©£ § ° £¼½£± £¤ £§Ã¡ ¥ £© ½£ ©«°¡ ©¯ ©§ ¯© ¼¦£± £© ¥ £± ¦ ¼§£¼¦©§¡¹¡»¦¼¦¹¯¤£¹§¡±¼¡¿ §.
ÍÎÏÐ Ï Ñ ÒÓÔ ÏÒ ÕÏ Ñ ÖÏÑÏÔ Ñy yÏ ×Ï ÍØÏÐ ÏÔÏÙ yÏ ÑÚ ÍÛ ÑÚÏÜ Ï × Û× ÏÍÏ ÑÚ Ù ÛÒÛ ÝÎÍÎ
ÔÏ ÖÛ ÒÕÏ ÑÏÑÙ Û ÑÏ
ÞÏÐ Ï ÖÓÒÏßÑÙßÔ
×Û ÑÓÑÙ Ó ÑÍÎÏÐ ÏÑ
Î ÑÙ Û Ð ÑÏ ÍÎÓ ÑÏÒà
áÏÒÎ ÑÎ ÒÏâ yÏÑÚ ×Û ÒÏÙ ÏÐÖÛÒÏ Ô Ï ÑÚ ÎÕÎÞÎÒÎâÑyÏ ÜßÕßÒÙßÚ Ï ÍÏÔâÎÐÎ ÑÎã yÏ ÎÙßä
åÙ Ï ÍÎßÑæÛÒÛÝÎ ÍÎå çÏÍÙ ÏÕÎèÛ ÕÏÑàéÏÑÚßÑÏ ÑÎ ÑÎ×Û Ðß ÞÏÔ ÏÑÍÛÖÏÚÏ ÎÍß× ÖÛÐ
ÞÛ ÑyÏ×ÞÏÎÏÑ Î Ñê ÓÐ × Ï ÍÎ ÒÓÔÏÒ ÕÏÑ ÜßÚÏ âÎ ÖßÐ Ï Ñ Ù ÛÐßÙ Ï×Ï ÕÎ ÖÎ ÕÏÑÚ ÓÒ ÏâÐ ÏÚ Ï
ÜßÚÏtalkshowÕÏÐ ÎÕÏÛÐ ÏâÒÓÔ ÏÒà
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
èÏ ÔÍßÕÕÏ ÑÙßÜßÏÑÕÎÒÏÔÍÏ ÑÏ Ô Ï ÑÑyÏÍÙßÕÎÔ Ï ÍßÍÞÐ ÓyÛÔÎ ÑÎÏ ÕÏÒÏâä
Ïà èÛ Ñë ÎÞÙ ÏÔÏ Ñ ÍßÏÙß ÏÐÍÎÙ ÛÔ ÙßÐ yÏ ÑÚ × ÛçÏ ÕÏâÎ ÕÏ Ñ × Û× ÖÎ ÑÏ ÏÔ Ù Îê ÎÙ Ï Í
ÞÛ ÑyÛ ÖÏÐ ÏÑ Î Ñê ÓÐ × Ï ÍÎ ÖÏÎÔ ÖÛÐ ÎÙ Ïã ÕÓ Ôß×Û ÑÙ Û Ðã ÞÐ ÓÚÐ Ï× Ï ÑÏÔ Ï ÑÏÔã
ÕÏ ÑÙ ÛÐßÙ Ï×ÏÞÏ ÕÏÖÎ ÕÏÑÚÓÒÏâÐ ÏÚÏÍÛÐ Ù ÏÞÓÙ Û ÑÍÎÕÏÛÐ ÏâÒÏÎ Ñ ÑyÏ;
b. Menyediakan suatu wadah tempat studio pertunjukan;
c. Menciptakan ruang ruang luar yang mendukung kegiatan di dalam stasiun televisi nantinya.
d. Menciptakan ruang Arsitektur yang mendukung optimalisasi kontinuitas antara ruang luar maupun ruang dalam untuk mendapatkan ruang yang nyaman dan efisien.
1.3 SASARAN DAN LINGKUP LAYANAN
Adapun batasan perencanaan proyek ini adalah bangunan sebagai wadah kegiatan penyebaran informasi.
Lingkup perencanaannya adalah :
a. Perancangan stasiun televisi yang mencakup kegiatan perekaman dan penyiaran siaran, kegiatan editing dan kegiatan pendukung lainnya. b. Bangunan ini didesain dengan menggunakan unsur unsur
masyarakat, dan terutama yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
1.4 PERUMUSAN MASALAH PERANCANGAN
1. Bagaimana merancang stasiun televisi agar setiap ruang, bentuk, dan bahan yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal.
2. Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan kegiatan yang diinginkan.
3. Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.
4. Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesibilitas yang mudah.
5. Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan mampu mencerminkan karakter kegiatan yang ditampung didalamnya sesuai dengan tema yang dipilih.
1.5 METODE PENDEKATAN MASALAH
Adapun pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :
Survey, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi tersebut disertai dengan mengadakan studi literatur sebagai penambah dari data-data yang didapat di lokasi tersebut.
Studi banding terhadap proyek-proyek sejenis yang dapat memberikan poin-poin permasalahan yang harus dipecahkan maupun kelebihan dari proyek sejenis yang dapat menjadi masukan dalam perancangan.
Studi pustaka yang berkaitan dengan judul dan tema untuk mendapat informasi dalam mempelajari permasalahan serta pemecahannya yang mampu mendukung dalam proses perancangan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, internet, dan sumber-sumber lain yang diangap perlu.
1.6 ASUMSI ASUMSI
1.7 KERANGKA BERPIKIR
Pada gambar 1.1 dapat dilihat diagram berpikir dalam penyelesaian proses perancangan Stasiun Televisi Swasta
Latar Belakang
Perkembangan dunia massa yang semakin lama semakin berkembang.
Stasiun televisi lokal di Medan masih belum mampu mewadahi kegiatan penyampaian informasi baik berita maupun hiburan kepada masyarakat.
Televisi juga menjadi salah satu sarana edukasi saat ini.
Perumusan Masalah
Bagaimana merancang stasiun televisi agar setiap ruang, bentuk, dan bahan yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal.
Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan kegiatan yang diinginkan.
Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.
Bagaimana merencanakan pencapaian / aksesibilitas yang mudah.
Maksud dan tujuan
Menciptakan suatu arsitektur yang mewadahi dan membina aktifitas penyebaran informasi baik berita, dokumenter, olahraga, program anak anak, serta seni budaya daerah dan potensi daerah lainnya;
Menyediakan suatu wadah tempat studio pertunjukan;
Menciptakan ruang ruang luar yang mendukung kegiatan di dalam stasiun televisi nantinya.
Menciptakan ruang Arsitektur yang mendukung optimalisasi kontinuitas antara ruang luar maupun ruang dalam untuk mendapatkan ruang yang nyaman dan efisien.
Pengumpulan data Survey Lokasi
-pemilihan lahan yang sesuai -kondisi lahan yang ada
Survey literature -data RUTRK -data arsitek
Analisa
-analisa kondisi tapak -analisa teknologi
-prinsip tema dalam desain
Konsep Perancangan -Konsep Dasar
-Konsep perancangan tapak -Konsep perancangan bangunan -Konsep struktur bangunan -Konsep utilitas bangunan
Pra Perancangan
-pendekatan teori arsitektur -penzoningan Desain skematik F E E D B A C K
1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan ini meliputi bagian sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan
pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.
BAB II. Deskripsi Proyek
Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
BAB III. Elaborasi tema
Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
BAB IV. Analisa
Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.
BAB V. Konsep Perancangan
BAB 2
DESKRIPSI PROYEK
2.1 TERMINOLOGI JUDUL
Judul dari proyek adalah Stasiun Televisi Swasta di Medan yang
merupakan suatu wadah penghubung antara penyiar informasi dengan
penerima informasi yang berkedudukan di Medan. Dalam judul Stasiun
Televisi Swasta di Medan, mengandung 4 pengertian utama.
Medan (daerah tingkat II berstatus kotamadya) adalah ibu kota provinsi
Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, dengan luas 265,10 km² atau 3,6%
dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan.
Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' 3° 43' Lintang Utara dan
98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung
miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas
permukaan laut yang mengakibatkan Medan memiliki iklim tropis
(Poerwadarminta, 1991).
Menurut McGraw Hill (1984) bahwa stasiun adalah sebuah tempat di
mana peralatan radio, televisi, radar, atau peralatan listrik lainnnya dipasang.
(McGraw Hill, Dictionary of Scientific and Technical Terms, Edisi ke-5, 1984 New York, hal. 1547). Sedangkan menurut Caruso et.al. stasiun adalah
suatu tempat yang dilengkapi dengan sarana memindahkan atau menerima
gelombang, terdiri dari radio, administrasi, dan teknik dalam melakukan
kegiatan penyiaran secara terkoordinasi. (Caruso, James R. & M.E. Arthur :
A Beginner s Guide To Producing TV, Prentice Hall, New Jersey, 1990).
Jadi, stasiun adalah sebuah tempat di mana peralatan radio, televisi, radar,
atau peralatan listrik lainnnya dipasang yang digunakan sebagai sarana
memindahkan atau menerima gelombang dalam melakukan kegiatan
penyiaran secara terkoordinasi.
Menurut P.C.S. Surrisno televisi terdiri dari kata tele (bahasa Yunani)
(P. C. S. Surisno Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio,
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Ediri ke-3, Jakarta, hal.1). Sedangkan
menurut Caruso et. Al. televisi adalah suatu alat dan cara komunikasi
dengan pemindahan audio (suara) dan visual (gambar), gerak dan sinkron,
yang diubah ke signal elektrik, yang secara skematis dapat menciptakan
kembali signal audio visual, setelah diterima pancaran gelombang oleh
antenna, pada titik penerima yang jauh (Caruso, James R. & M.E. Arthur: A Beginner s Guide To Produsing TV, Prentice Hall, New Jersey, 1990). Jadi, televisi adalah suatu alat komunikasi dengan pemindahan audio dan visual
dari jarak yang jauh.
Swasta adalah tidak untuk umum, bukan kepunyaan pemerintah. (W. J.
S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustara,
cetakan ke-5, Jakarta, 1976, hal. 173).
Jadi, pengertian dari judul Stasiun Televisi Swasta di Medan adalah
pusat kegiatan penyiaran siaran melalui media televisi, yang memiliki sendiri
perangkat penyelenggaraan siaran dan alat pemancar / transmisi yang
berkedudukan di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.
2.2 TINJAUAN UMUM
Tinjauan Proyek meliputi deskripsi proyek, lokasi proyek, kegiatan pemakai
dan pengunjung, serta studi banding proyek sejenis.
2.2.1 Sejarah Perkembangan Televisi
Perkembangan teknologi televisi dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu
teknologi yang bergantung pada prinsip mekanik dan elektronik dan teknologi yang
murni elektronik. Televisi elektronik banyak ditemukan pada televisi modern yang
ada sekarang ini, tetapi takkan mungkin ada tanpa penemuan dan pengembangan
dari televisi mekanik.
2.2.1.1 Televisi Elektromekanik
yang berputar dikenal sebagai televisi pertama yang menampilkan gambar
bergerak, tetapi masyarakat percaya bahwa ia tidak pernah membuat prototipenya
untuk membuktikan temuannya. (hingga tahun 1907 perkembangan teknologi
tabung pengerasan membuat rancangannya menjadi lebih praktis)
Tahun 1907-1910, Boris Rosing dan muridnya Vladimir Zworykin mendemonstrasikan system televise yang menggunakan scanner tabung kaca
mekanik dan dan tabung elektronik Ferdinand Braun (cathode ray tube tabung sinar katoda) dalam sebuah receiver. Rosing menghilang selama penemuan Bolshevik tahun 1917, tetapi kemudian Zworykin bekerja di RCA untuk membuat televisi elektronik murni, rancangan yang akhirnya menjadi paten tantangan bagi
rancanganPhilo Taylor Farnsworth.(Mary Bellis, 1997)
Sistem televisi analog semi mekanik yang pertama didemonstrasikan pada
Februari 1924 di London oleh John Logie Baird dengan menggunakan gambar Felix
The Cat dan pada tanggal 30 Oktober 1925 dengan menggunakan sebuah gambar
bergerak yang dibuat oleh Baird. Sistem Baird ini diadopsi oleh BBC, yang
kemudian dihentikan penggunaannya tahun 1937 karena televisi elektronik murni
ditemukan.
2.2.1.2 Televisi Elektronik
Walaupun penemuan Nipkow, Rosing, Baird, dan yang lain luar biasa,
sedikit saja teknologi temuan mereka yang digunakan pada televisi modern. Pada
tahun 1934, semua sistem televisi elektromekanik telah ketinggalan.
A. Campbell Swinton menulis surat untuk majalah Nature pada tanggal 18 Juni 1908, yang menjelaskan konsepnya mengenai televisi elektronik yang
menggunakan tabung sinar katoda yang ditemukan oleh Karl Ferdinand Braun. Ua
menggunakan sinar elektron dalam kamera dan receiver, yang dapat menghasilkan
gambar bergerak dan dapat dikendalikan secara elektronis. Ia menjelaskan hal ini
tahun 1911 dan menampilkan diagram sirkuit, tetapi tak seorangpun termasuk
Swinton, yang merealisasikan rancangannya tersebut. Sistemnya tersebut tak
pernah dibuat. (American Television Institute newsletter, 1938)
Sistem yang sepenuhnya elektronik didemonstrasikan oleh Philo Taylor
sistemnya pada saat ia berusia 14 tahun. Ia mendiskusikan idenya tersebut dengan
guru kimianya di SMU, yang menerima alasan idenya tersebut dapat diwujudkan
(Farnswroth kemudian berterimakasih pada gurunya tersebut, Justin Tolman, yang
menjadi titik terang pada temuannya tersebut). Ia melanjutkan idenya tersebut di
Brigham Young Academy (sekarang menjadi Brigham Young University). Di usianya
yang ke 21, ia mendemonstrasikan sistemnya di laboratorium di San Fransisco.
Temuannya membebaskan televisi dari penggunaan piringan berputar dan bagian
mekanik lainnya. Semua televisi dengan tabung gambar modern dikembangkan dari
temuannya tersebut. (American Television Institute newsletter, 1938)
Vladimir Zworykin juga disebut-sebut sebagai Bapak Televisi Elektronik
karena ionoskop temuannya tahun 1923 dan kineskop tahun 1929. Temuannya
merupakan salah satu sistem pertama yang mendemonstrasikan sistem televisi
dengan fitur fitur tabung gambar modern. Hasil kerja terakhirnya dengan Rosing
pada televisi elektromekanik memberinya petunjuk bagaimana menghasilkan sistem
seperti itu, tetapi temuannya dengan RCA diklaim sebagai temuan asli dan
menumbangkan 3 fakta yaitu :
a. Paten Zworykin tahun 1923, dipresentasikan sebagai rancangan kurang
lengkap, tidak mampu bekerja sesuai dengan teorinya (hingga 1933
Zworykin mweujudkan karyanya tersebut).
b. Patennya tahun 1923 tersebut tidak diakui hingga tahun 1938, dimana
rancangannya tersebut mulai ditanggapi dengan serius.
c. Pengadilan akhirnya menemukan bahwa RCA bersalah dengan
menetapkan paten Philo Taylor Farnsworth, dimana laboratoriumnya di
RCA dikunjungki Zworykin, ketika ia sedang mengerjakan temuannya.
Kontroversi antara Farnsworth dan Zworykin sebagai penemu televisi
modern yang pertama masih hangat diperdebatkan sekarang. Beberapa debat
timbul dari fakta bahwa ketika Farnsworth mempatenkan pertama, RCA lah yang
pertama memasarkan televisi, dan karyawan RCA yang pertama menuliskan
sejarah televisi. Walaupun Farnsworth akhirnya memenangkan perdebatan akan
debat tersebut, ia tidak pernah bisa sepenuhnya menerima royalti atas temuannya
2.2.2 Sejarah Penyiaran Televisi
Penyiaran televisi publik jarak jauh pertama dari Washington, DC ke New
York dilakukan pada tanggal 7 April 1927. Gambar yang ditampilkan ketika itu
adalah Sekretaris Perdagangan Herbert Hoover. Siaran televisi analog pertama
adalah WGY, Schenectady, New York yang dibuka tanggal 11 Mei 1928. Drama
Televisi Inggris pertama The Man with the Flower in his Mouth , ditransmisikan
pada Juli 1930. Stasiun televisi New York CBS mulai melakukan jadwal siaran tetap
7 hari seminggu di Amerika tanggal 21 Juli 1931. Siaran pertama dilakukan oleh
Mayor James J. Walker, Kate Smith, dan George Gershwin. Siaran televisi
elektronik pertama dimulai di Los Angeles, CA oleh Don Lee Broadcasting pada
tanggal 23 Desember 1931 di W6XAO yang kemudian berganti nama menjadi
KTSL. Mulanya peralatan mekanik digunakan, tetapi pada Juni 1936 penggunaan
siaran elektronik dimulai. (New York Times, 1938)
Pada tahun 1932 BBC meluncurkan penyiaran dengan menggunakan 30
sistem saluran Baird hingga 11 September 1935. Pada tanggal 2 November 1936
BBC mulai melakukan penyiaran dengan menggunakan siaran dual system,
sistem gabungan antara sistem EMI-Marconi yang berresolusi tinggi (405 garis per
gambar) dan sistem standar Baird yang telah dikembangkan menjadi 240 garis per
gambar dari Alexandra Palace di London (New BBC iPlayer). Enam bulan
kemudian, perusahaan memutuskan bahwa gambar elektronik EMI-Marconi
menghasilkan gambar yang tajam dan menjadikannya sebagai sistem siaran
standar mereka.
Siaran BBC ini yang ditandai sebagai siaran televisi publik pertama dengan
ketajaman tinggi di dunia, sejak siaran televisi dipancarkan lebih dulu di Jerman
dengan standar 180 garis per gambar. Pecahnya Perang Dunia II menyebabkan
stasiun tersebut ditutup. Transmisi televisi hanya diterima dari Alexandra Palace
tahun 1946.
Transmisi televisi reguler pertama di Kanada dimulai tahun 1952 ketika CBC
mengudara dengan 2 stasiunnya, satu di Montreal, Quebec tanggal 6 September
dan satu lagi di Toronto, Ontario dua hari kemudian.
1958, CBC menyelesaikan saluran televisi terpanjang di dunia mulai dari Sydney,
Nova Scotia ke Victoria, British Columbia.
Program merupakan siaran dalam stasiun televisi (kadang disebut saluran).
Pertama, siaran terestrial merupakan satu satunya cara melakukan siaran. Karena
bandwith dibatasi, peraturan pemerintah masih normal. Di Amerika, Komisi
Komunikasi Federal (FCC) memperbolehkan menyiarkan iklan, tetapi menekankan
komitmen program siaran publik sebagai persyaratan ijin siarannya. Sebaliknya,
Inggris memilih jalan yang berbeda yaitu menentukan biaya lisensi televisi pada tiap
pembelian peralatan televisi untuk menandai BBC, yang merupakan siaran publik
sebagai bagian dari Perjanjian Kerajaan.(C. Steinberg ,1980)
Perkembangannya penggunaan kabel dan satelit menandakan distribusi
pada tahun 1970, yang menyebabkan pengusaha semakin mengejar target
penonton tertentu, dan membuat bermunculannya saluran televisi khusus, seperti
HBO dan SkyTv (Television History: The First 75 Years, ).Praktis tiap negara di dunia sekarang telah mengembangkan sekurang kurangnya satu saluran televisi.
Televisi telah berkemang pesat di seluruh masyarakat dunia, memudahkan tiap
negara menampilkan aspek budaya dan masyarakatnya kepada negara negara
lain.
2.2.2.1 Standar Televisi Siaran
Untuk mendapatkan gambar atau citra bergerak, televisi meniru film bioskop.
Film bioskop menayangkan 30 frame (bingkai) gambar dalam setiap detik. Karena
itu bingkai bingkai gambar yang disorotkan atau diproyeksikan pada layar
menimbulkan gambar yang terkesan bergerak, suatu gambar yang nampak hidup.
Demikian juga televisi memancarkan sejumlah bingkai gambar dalam setiap
detiknya. Agar supaya pesawat televisi dapat bekerja sebagaimana mestinya,
pesawat televisi memerlukan suatu sumber sinyal sinyal referensi pewaktu. Sinyal
- sinyal ini yang mengatur pesawat televisi agar siap untuk menerima gambar
berikutnya dari deretan gambarnya.
Dari sejak semula sudah ditetapkan untuk menggunakan frekuensi jala jala
frekuensi jala jala listrik. Pertama, bila frekuensi sinyal referensi pewaktu tidak
sama dengan frekuensi jala jala listriknya akan menghasilkan gambar gambar
yang rolling. Alasan yang kedua, di studio televisi akan menghadapi masalah
masalah flicker pada kamera pada saat pembuatan program.
Setiap bingkai gambar terbentuk dengan jalan penyapuan (scanning) garis
garis yang membentuk suatu gambar. Teknik penyapuan garis garis itu dilakukan
dengan mengerjakan penyapuan pada garis garis bernomor gasal lebih dulu,
hasilnya dinamakan field gasal. Selanjutnya mengerjakan penyapuan pada garis
garis bernomor genap, hasilnya dinamakan field genap. Kedua field itu disatukan
sedemikian rupa sehingga garis garis bernomor genap tersisip masuk di antara
garis garis bernomor ganjil, terjadi yang namanya interlacing, dan terbentuklah
sebuah bingkai gambar.
Di seluruh dunia ada dua frekuensi jala jala listrik yang digunakan yaitu 50
hertz dan 60 hertz. Hal ini yang membagi sistem televisi di dunia menjadi dua
kelompok yang berlainan, kelompok 25 bingkai gambar per detik atau 50 field per
detik (50 hertz) dan kelompok 30 bingkai gambar per detik atau 60 field per detik (60
hertz). Kemudian kelompok 60 hertz mengadakan sedikit perubahan frekuensi field
menjadi 59.94 hertz ketika ada penambahan warna pada sinyal televisi. Isu
frekuensi field itu cukup dalam mengakar pada kedua standard televisi. Sehingga
masalah kompatibilitas yang terbesar di antara kedua standard itu tetap berkaitan
dengan frekuensi field, dan ini merupakan masalah yang tersulit untuk dipecahkan.
Di luar itu, antara sistem sistem yang berbasis 50 hertz dan 60 hertz timbul
perbedaan berikutnya sejak permulaan siaran berwarna. Sebagian besar negara
yang berbasis 60 hertz menggunakan teknik yang disebut NTSC, yang aslinya
dikembangkan di Amerika Serikat oleh suat badan yang namanya National
Television Standard Committee. NTSC sering diplesetkan Never Twice The Same
Color, bekerja dengan baik pada lingkungan video dan closed circuit. Tapi dapat
menimbulkan masalah perubahan hue (warna) bila digunakan pada lingkungan
penyiaran (broadcasting).
Masalah perubahan hue ini disebabkan oleh pergeseran pergeseran fasa
sub gelombang pembawa warna (color sub-carrier phase) dari sinyal televisi.
sub gelombang pembawa yang dibalik pada setiap garis yang kedua. Versi
modifikasi ini disebut PAL, singkatan dari Phase Alternate Lines, yang sering
diplesetkan dengan Picture At Last, atau dengan Pay for Added Luxury atau dengan
People Are Lavendar. Di negara negara yang jala jala listriknya 50 hertz, PAL
yang paling banyak dianut untuk siaran televisi. PAL bukan satu satunya sistem
warna yang banyak digunakan dengan 50 hertz. Perancis telah merancang suatu
sistem, terutama dengan alasan alasan politis untuk melindungi perusahaan
manufaktur dalam negerinya, yang dikenal sebagai SECAM, singkatan dari
Sequential Couleur Avec Memoire. Sering diplesetkan dengan System Essentially
Contrary to American Method, SECAM banyak digunakan di negara negara blok
timur untuk menggalang inkompatibilitas dengan siaran dari negara negara blok
barat. Juga suatu motif yang bermuatan politis.
Secara umum, karena frekuensi field dan frekuensi penyapuan (scanning) itu
identik, maka bisa diperoleh gambar monokrom dari suatu rekaman video PAL yang
diputar ulang (replay) pada perangkat SECAM, atau sebaliknya. Perbedaan
perbedaan frekuensi pemancaran dan pengkodean (encoding) menimbulkan
inkompatibilitas perangkat ditinjau dari sudut penyiaran.
2.2.2.2 Saluran Pemancar Televisi
Kelompok frekuensi yang ditetapkan oleh FCC bagi sebuah stasiun
pemancar untuk transmisi sinyalnya disebut saluran (channel). Masing masing
stasiun televisi mempunyai sebuah saluran 6 MHz dalam salah satu bidang
frekuensi (band) berikut yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial :
1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 sampai 88
MHz.
2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 sampai 216
MHz.
3. UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 sampai 890 MHz.
Dalam semua bidang bidang frekuensi ini, lebar tiap tiap saluran televisi
adalah 6 MHz. Sebagai contoh, saluran disiarkan pada 60 sampai 66 MHz. Sinyal
sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk dalam tiap
Bidang Frekuensi
Alokasi Keterangan
30 535 kHz Mencakup komunikasi maritim
dan navigasi
500 kHz adalah frekuensi bahaya
(distress) internasional
535 1605 kHz Bidang penyiaran radio standar Penyiaran AM
1605 30 MHz Mencakup radio amatir dan
penyiaran gelombang pendek internasional
Bidang frekuensi amatir 3.5 4.0
MHz dan 28 0 29.7 MHz
30 50 MHz Pemerintah dan non
pemerintah, tetap dan mobil
Termasuk pelayanan polisi,
kebakaran, kehutanan, jalan raya, dan jalan kereta api
50 54 MHz Radio amatir Bidang frekuensi 6m
54 72 MHz Penyiaran televisi saluran 2 sampai 4
Juga pelayanan pelayanan tetap dan mobil
72 76 MHz Pelayanan pemerintah dan
non pemerintah
Aeronautical Marker Beacon
pada 75 MHz
76 88 MHz Saluran penyiaran televisi
saluran 5 dan 6
Juga pelayanan yang tetap dan
mobil
88 108 MHz Penyiaran FM Juga tersedia untuk penyiaran
faksimil, 88 92 MHz
penyiaran FM untuk pendidikan
108 122 MHz Navigasi aeronautik Pencari tempat (localizer), daerah
radio, pengontrol lalu lintas udara (ATC Air Traffic
Control)
122 174 MHz Pemerintah dan non
pemerintah, tetap dan
mobil, amatir
Bidang frekuensi amatir 144 148 MHz
174 326 MHz Penyiar televisi saluran 7 13 Juga pelayanan tetap dan mobil
216 470 MHz Amatir, pemerintah dan non
pemerintah, tetap dan mobil, navigasi aeronautik
Radio altimeter, glide patsh, dan
perlengkapan meteorologi, Aviasi sipil 225 400 MHz
470 890 MHz Penyiaran Televisi Penyiaran televisi UHF saluran 14
dalam saluran 70 sampai 83
890 3000 MHz Navigasi radio aeronautik, amatir, relay pemancar
radio, pemerintah dan non pemerintah, tetap dan
mobil
Frekuensi radar 1300 1600 MHz, televisi pendidikan 2500
2690 MHz; tanur gelombang mikro pada 2450 MHz.
3000 30000 MHz
Pemerintah dan non pemerintah, tetap dan
mobil, amatir, Navigasi radio
Frekuensi super tinggi (SHF Super High Frequencies);
relay radio, satelit INTELSAT
30000 300000
MHz
Eksperimen, pemerintah,
amatir
Frekuensi frekuensi yang
ekstrim tinggi (EHF Extremely High Frequencies)
2.2.2.3 Televisi Penerima
Televisi yang muncul pertama adalah radio dengan penambahan peralatan
televisi berupa tabung neon dengan piringan yang berputar secara mekanik
(piringan Nipkow, ditemukan oleh Paul Gonlieb Nipkow) yang dapat menghasilkan
gambar berukuran perangko pos merah. Siaran elektronik publik pertama disiarkan
di Jerman bulan Maret 1935. Siaran tersebut memiliki sistem 180 garis resolusi dan
hanya tersedia dalam 22 ruang tonton publik. Salah satu acara utama yang
diadakan adalah Olimpiade Berlin 1936. Siaran Jerman tersebut memiliki sistem
441 garis resolusi pada musim gugur 1947. (Early Electronic TV
http://www.earlytelevision.org/pendleton_paper.html)
Penggunaan televisi membumbung tinggi setelah Perang Dunia II, dengan
keuntungan teknologi yang berhubungan dengan perang dan pemasukan
tambahan. (pada tahun 1930-an TV penerima setara dengan harga 7000 dollar dan
hanya sedikit acara yang tersedia).
Selama bertahun tahun tiap negara menggunakan sistem standar teknis
yang berbeda beda. Perancis awalnya mengadopsi sistem standar Jerman 441
garis resolusi tetapi kemudian dikembangan menjadi 819 garis resolusi , yang dapat
memberikan gambar berkualitas tinggi pada tiap televisi dengan sistem analog, kira
[image:31.595.93.516.99.340.2]Eropa mengganti standarnya menjadi 625 garis resolusi, yang sekali lagi mengikuti
standar Jerman. Sementara itu Amerika Utara memakai sistem standar 525 garis
resolusi.
Mulai tahun 90-an, televisi modern terbagi menjadi tiga trend yang berbeda,
yaitu TV penerima, sistem yang terintegrasi dengan DVD player dan kemampuan
merekam VHS VCR yang dibuat dalam televisi itu sendrii. (kebanyakan untuk
televisi ukuran kecil hingga ukuran 17 , ide utamanya adalah untuk memiliki sistem
portable yang lengkap), dan sistem komponen dengan monitor video layar lebar,
tuner, sistem audio yang terpisah dimana pemilik dapat menggabungkan semuanya
menjadi sistem home theater yang canggih. Sistem ini tampaknya cocok untuk
videophile yang senang pada komponen yang dapat diganti secara terpisah.
Ada banyak jenis monitor video yang digunakan pada televisi modern
sekarang. Yang umum digunakan adalah jenis CRT dengan view langsung mulai
dari 40 atau 100cm (dalam 4:3) dan 46 atau 115 cm menggunakan teknologi
proyeksi televisi yaitu : sistem CRT, sistem LCD, dan sistem chip dengan gambar
pantulan. Teknologi yang lebih canggih adalah dengan membuat layar datar pada
televisi yang menggunakan LCD matrix atau teknologi display plasma. Panel
plasma datar dan display LCD tebalnya hanya 4 inci atau 10cm dan dapat
digantungkan di dinding layaknya sebuah gambar. Jenis ini sangat atraktif dan
hemat ruang tetapi masih sangat mahal.
Sekarang televisi telah mempunyai sebuah port yang menghubungkan
periferal ke dalamnya atau menghubungkan televisi dengan sistem video rumahan
(HAVI), seperti LG RZ-17LZ10 yang menyertakan sebuah port USB, yang dapat
menghubungkan mouse, keyboard, dan yang lain. (untuk WebTV, sekarang disebut
MSN TV).
2.2.2.4 Distribusi
Untuk memperoleh siaran televisi yang akan disiarkan ke publik dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Setelah proses produksi, langkah berikutnya
adalah memasarkannya ke publik yang terbuka untuk menggunakannya. Ini
1. Original Run, seorang produser membuat sebuah program dalam
beberapa episode dan menampilkannya pada sebuah stasiun televisi
yang membayar produksi tersebut atau membayar langsung lisensi yang
disetujui oleh produser.
2. Syndication, ini adalah terminologi yang maksudnya menggunakan
program program bekas (setelah original run). Ini bukan hanya
menyiarkan ulang acara tersebut hanya di negara bersangkutan, tetapi
juga berlaku secara internasional dimana acara tersebut bisa saja tidak
diatur oleh produser aslinya. Dalam banyak kasus di beberapa
perusahaan, stasiun televisi atau personal, terikat untuk melakukan
syndication. Dengan kata lain, untuk menjual acara tersebut ke pasar,
mereka diperbolehkan untuk menjualnya sesuai dengan kontrak dari
pemegang hak cipta, dalam hal ini adalah si produser itu sendiri.
2.2.3 Lembaga Penyiaran Swasta
Lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat
komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Warga negara asing
dilarang menjadi pengurus lembaga penyiaran swasta.
Lembaga penyiaran swasta didirikan dengan modal awal yang
sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia. Lembaga penyiaran
swasta dapat melakukan penambahan dan pengembangan pemenuhan
modal yang berasal dari modal asing sesuai dengan peraturan dan
perundang undangan yang berlaku. Pihak asing yang melakukan
penambahan dan pengembangan pemenuhan modal tidak boleh menjadi
pemegang saham mayoritas. Lembaga penyiaran swasta wajib memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk memiliki saham perusahaan.
Pemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta yang mengarah
pada pemusatan di satu orang atau di satu badan hukum, baik di satu
wilayah siaran, maupun antar wilayah siaran, dilarang. Kepemilikan silang
antara lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran
radio, dan lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa
penyiaran televisi; antara lain lembaga penyiaran swasta dengan
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya; baik langsung maupun
tidak langsung, dilarang.
2.2.4 Kegiatan Penyiaran
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan dalam stasiun TV
merupakan kegiatan proses produksi dimana terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu :
1. Praproduksi (perencanaan), meluputi kegiatan praproduksi antara lain
penuangan ide ke dalam outline, pembuatan format / skenario, script,
storyboard, program meeting, pembuatan dekor, dan lain lain.
2. Produksi (peliputan), seluruh kegiatan liputan (shooting) baik di studio
maupun di lapangan.
3. Pascaproduksi (penyuntingan), semua kegiatan setelah peliputan /
shooting sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan /
diputar kembali. Yang termasuk kegiatan pasca produksi antara lain :
editing (penyuntingan), manipulating (pengisian suara), subtitle, title,
ilustrasi,efek, dan lain lain.
Tahap pekerjaan setelah selesai shooting adalah harus diadakan
checking, untuk mengetahui apakah perlu dilakukan shooting ulang.
Checking berikutnya dilakukan selesai pekerjaan editing dan manipulating
yang lazim disebut review untuk menentukan apakah perlu ada perbaikan,
kemudian dilakukan priview.
Kegiatan penyiaran meliputi merencanakan dan memproduksi program (mata
acara), mengadakan / menyiapkan program, menyiapkan pola acara, baik harian,
mingguan, bulanan, triwulan, tengah tahunan, dan seterusnya, menyelenggarakan
siaran baik artistik maupun jurnalistik, mengadakan kerja sama dengan lembaga
penyiaran lainnya, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, mengadakan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, menyelenggrakan pertukaran
berita dan program dengan lembaga penyiaran, baik dalam maupun luar negeri, dan
2.2.5 Fasilitas Televisi
Fasilitas penyiaran televisi meliputi mulai dari stasiun kecil yang melayani
suatu komunitas kecil hingga ke fasilitas jaringan yang besar dengan banyak
studio dan fasilitas pendukung yang mahal yang menyediakan acara untuk
ratusan kota dan pasar regional. Karena luasannya variasi jenis yang dibutuhkan
suatu stasiun, artikel ini dibatasi hanya membahas pertimbangan untuk
perencanaan dasar ditambah dengan gambaran singkat untuk tiap stasiun yang
mungkin diperlukan. Pembahasan ditekankan hanya pada fasilitas pembuatan
program, sedangkan stasiun tranmisi hanya dibahas sekilas.
Menurut Quall et. al. (1995) berikut ini adalah fasilitas fasilitas yang
dibutuhkan untuk suatu stasiun besar. Stasiun yang lebih kecil mungkin
membutuhkan fasilitas yang lebih sedikit.
1. Studio
Yaitu segala ruang dimana dilaksanakan proses perekaman dengan kamera.
2. Ruang Kontrol
Memiliki peralatan terpisah untuk audio, video dan penataan.
Memiliki akustik yang baik.
Dapat diakses dari studio yang berhubungan dengannya.
Direct visual contact ( pandangan langsung dari dan ke studio ) jika
diperlukan.
3. Fasilitas
Tempat peralatan peralatan teknik yang mendukung penyiaran.
Agar mudah dirawat, sering dikelompokkan dalam CTA :
Fasilitas di dalam CTA :
- Ruang / rak peralatan - Video tape recording (VTR)
- Teleccinema (fasilitas pemutaran film)
- Master control ( untuk pemolesan akhir dan tempat monitoring siaran on-air)
- Maintenance work shop (gudang suku cadang peralatan) - Ruang peralatan telephone
- Program control ( ruang tempat menghubungkan berbagai baan (VTR, teccine, live remote) menjadi suatu program yang lengkap.
4. Pemberitaan
Fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu stasiun TV besar atau jaringan :
Newsroom
Arsip dan perpustakaan
Studio pemberitahuan khusus
Grapich arts
5. Fasilitas Pendukung Studio
Hall latihan (rehearsal hall)
Wardrobe room
Dressing room
Make up room
Ruang multi guna
Penyimpanan untuk layer dan barang barang
Ruang tunggu crew
Penyimpanan kamera, microphone, peralatan lightning. 6. Scenery / Latar
Termasuk tempat Indonesia, memproduksi, penyimpanan dan untuk yang
tidak terpakai lagi.
7. Film
Fasilitas untuk memproses film, editing, penimpanan dan kadang kadang
sebagai laboratorium film komersial.
8. Efek Suara
Hanya dibutuhkan untuk stasiun besar.
9. Ruang Produksi Musik
Menyediakan suara background untuk acara studio.
10. Screening Room (viewing room)
Ruang untuk priview suatu film atau acara kepada acara potensial.
11. Fasilitas untuk produksi acara di luar
Garasi atau ruang parkir
Ruang kerja untuk perawatan dan penyimpanan suku cadang.
Untuk stasiun yang sering mengadakan siaran off-premises sebuah ruang
Sangat dibutuhkan. Karena memungkinkan mengrapulkan siaran remote
tanpa terikat pada suatu stasiun tetap.
12. Ruang Echo
Dengan menggunakan kamar echo alami atau dengan menggunakan alat
buatan.
13. Kantor
Dapat teletak jauh dari studio atau bahkan pada bangunan lain.
Ruang eksekutif dan konferensi membutuhkan rangkaian.
14. Fasilitas Pegawai
Suatu aktivitas yang besar membutuhkan cafetaria, fasilitas P3K yang
lainnya.
Dalam merencanakan sirkulasi dan fasilitas toilet, memperhatikan
sirkulasi pengunjung, anak sekolah, dan penonton studio.
15. Perawatan Bangunan
Diperlukan untuk perawatan AC, tenaga listrik, dan layanan bangunan lain
yang penting.
16. Pengembangan Site
Yang diperlukan dalam parkir : karyawan, pengunjung studio, tamu bisnis,
masyarakat umum, kendaraan stasiun
Fasilitas loading diluar adalah penting untuk alat alat scenery dan
barang barang seperti kamera yang berat, boneka boneka, dan
peralatan elektronik.
Beberapa stasiun memanfaatkan fasilitas luarnya untuk program
program tentang pertanian atau hewan.
Siaran
Siaran berasal dari kata siar . Siar berarti menyebarluaskan informasi
melalui pemancar. Siaran dapat berupa siaran radio, dapat pula dalam
bentuk siaran audio visual dan sinkron, seperti televisi siaran.
Siaran sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh
organisasi penyiaran, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas manusia
Produksi acara siaran, tidak selalu diselenggarakan di dalam studio,
tapi ada yang diproduksi di luar studio. Untuk produksi dan siaran langsung
di luar studio, diperlukan mobil produksi /Outsidediperlukan mobil produksi / Outside Broadcasting Van (OB Van) dan seperangkat kamera elektronik lengkap dengan perekam suaranya. Bahkan sebuah stasiun penyiaran
memiliki studio alam, yaitu studio yang dibuat di alam terbuka, dilengkapi
dengan berbagai tipe rumah, danau, gunung, sungai, perkampungan, dan
sawah buatan. Hal ini untuk keperluan produksi mata acara siaran.
Sebenarnya tugas dari stasiun penyiaran hanyalah memancarkan
siarannya dari pemancar stasiun penyiaran, tetapi wewenang dari pengelola
telekomunikasi di Indonesia adalah P.T. Telkom Indonesia dan Indosat.
Prinsip Dasar Siaran Televisi
Untuk menyelenggarakan siaran televisi, pada perangkat keras
(hardware) diperlukan tiga unsur utama, yaitu studio ( Prasarana dan Sarana
Pengunjung ), pemancar ( Transmisi ), dan pesawat Televisi ( Penerima ).
Ketiga unsur utama ini disebut dengan Trilogi Televisi . Artinya panduan
penggunaan ketiga unsur tersebut akan menghasilkan siaran televisi. Pada
gambar 2.1 dan 2.2 dapat terlihat prinsip dasar penyiaran televisi.
Gambar 2.2. Skema transmisi siaran yang diterima antena penerima
2.2.6 Program Siaran Televisi
Secara umum, program siaran televisi terbagi menjadi tiga jenis yaitu
acara hiburan tanpa naskah, acara hiburan dengan naskah, dan acara yang
bersifat informasi.
2.2.6.1 Acara Hiburan Tanpa Naskah
Acara hiburan tanpa naskah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
acara games,reality show, talent show.
Acara games merupakan sebuah program dimana kontestan yang
berupa kru televisi ataupun selebritis, dalam sebuah tim, memainkan sebuah
permainan yang melibatkan menjawab pertanyaan atau memecahkan
teka-teki dengan uang sebagai hadiah. Dalam beberapa acara, kontestan akan
bersaing terhadap kontestan lain atau tim lain, sedangkan dalam beberapa
acara lainnya kontestan akan bermain sendiri untuk hasil yang bagus atau
nilai yang tinggi. Acara games sering menghadiahkan pemain dengan
hadiah berupa uang, ataupun perjalanan serta servis yang disediakan oleh
sponsor acara.
disuguhi oleh pemeran yang belum diketauhi sebelumnya. Acara ini sering
menyoroti drama pribadi dan konflik yang lebih jauh dari acara dokumenter.
Talent show atau juga acara pertunjukan kebolehan atau keahlian merupakan acara dimana kontestan menunjukkan kebolehan dalam
bernyanyi, menari, akrobat, akting, dan lain lain terkadang untuk hadiah,
piala ataupun hadiah uang.
2.2.6.2 Acara Hiburan dengan Naskah
Acara hiburan dengan naskah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
drama, animasi, dan acara komedi.
Acara drama atau sering juga disebut sinetron di Indonesia
merupakan acara yang berisi tentang sebuah cerita bernaskah yang
diperankan oleh berbagai artis dan aktor. Sinetron pada umumnya bercerita
tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik
berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali
dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing.
Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama
makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron
dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan
oleh penulis skenario.
Film animasi serial adalah salah satu jenis program animasi televisi
dengan judul yang sama, yang juga biasanya berhubungan satu dengan
yang lain. Karakter dan tema di tiap episode film animasi serial biasanya
sama. Film animasi biasanya ditujukan kepada anak anak daripada orang
dewasa. Namun juga ada beberapa film animasi yang memang ditujukan
kepada orang dewasa daripada anak anak.
Acara komedi adalah acara yang lucu yang pada umumnya bertujuan
untuk menghibur, menimbulkan tawa. Acara komedi dibagi lagi beberapa
jenis yaitu drama komedi yang merupakan drama, namun lebih ditonjolkan
yang merupakan acara komedi yang dibawakan oleh beberapa komedian
dengan sebuah tema yang kemudian diimprovisasi oleh komedian di atas
panggung, dan yang terakhir adalah stand up komedi yang merupakan
acara komedi dimana komedian berdiri diatas panggung dan bercerita
ataupun bernyanyi secara bergantian, stand up komedi sering berisi
sindiran, baik terhadap diri sendiri, maupun pihak tertentu namun tetap
menimbulkan tawa.
2.2.6.3 Acara Informasi
Acara informasi merupakan acara yang berisi tentang berbagai
informasi, baik berita aktual tentang keadaan sosial ekonomi maupun
olahraga juga film dokumenter.
Program berita atau acara berita, biasanya berisi liputan berbagai
perittiwa berita dan informasi lainnya, apakah yang diproduksi secara lokal
oleh stasiun radio atau televisi, atau oleh suatu jaringan penyiaran. Program
berita juga berisi materi tambahan seperti liputan olahraga, prakiraan cuaca,
laporan lalu lintas, komentar serta bahan lain yang oleh penyiar berita
dianggap relevan dengan pendegar atau pemirsanya.
Film dokumenter dibuat khusunya utk stasiun televisi yang
khususnya di saluran dokumenter. Film dokumenter berisi juga beberapa film
film yang berhubungan dengan sejarah maupun politik. Juga ada beberapa
film dokumenter di jurusannya sendiri, yaitu tentang perjalanan, tentang alam
baik geografi maupun biologi juga tentang tourism seperti National Geographic Channel. Namun, dalam beberapa kesempatan yang jarang, film dokumenter di televisi menjadi sangat populer sehingga dirilis menjadi film
layar lebar.
2.2.7 Televisi Olahraga
jasmani yang diadakan orang dengan sukarela untuk memperkuat tenaga
tubuh, demikian juga dengan pemusatan pikiran.
Perkembangan olahraga di Indonesia semakin pesat. Perkembangan
ini dapat dilihat dari minat masyarakat dalam melakukan aktifitas olahraga
sehari-hari, juga dari tim nasional Indonesia dan semakin banyak pemuda
pemuda bangsa yang meraih prestasi di bidang olahraga baik nasional
maupun internasional. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang lumayan berkembang di bidang olahraga. Hal ini terlihat dari
peraihan medali emas oleh pemuda sumatera utara di bagian polo air dan
pencak silat.
Namun masih sedikit masyarakat Indonesia yang mengikuti
perkembangan olahraga karena keterbatasan di media penyebaran
informasi. Media penyebaran informasi tentang olahraga di Indonesia masih
sebatas media cetak berupa majalah dan koran, adapun media penyebaran
informasi melalui televisi hanya dibahas secara singkat hanya saat ketika
adanya sebuahevent.
Dengan adanya sebuah stasiun televisi khusus olahraga, masyarakat
Indonesia bisa lebih mengikuti perkembangan olahraga baik nasional
maupun internasional, juga memotivasi masyarakat tentang peran
pentingnya olahraga.
2.3 LOKASI PROYEK
Pada sub bab ini akan diuraikan tentang deskripsi / tinjauan lokasi proyek
dari kriteria, alternatif, hingga site yang dipilih.
2.3.1 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PROYEK
Kriteria lokasi berdasarkan persyaratan lokasi yang dapat dijadikan sebagai
acuan atau tolok ukur standar yang dapat menjadi pertimbangan untuk pemilihan
NO KRITERIA INTERNAL LOKASI
1 Posisi bangunan di kota
Berada di kawasan strategis yang merupakan daerah Central Bisnis District dan perkantoran mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi bisnis.
2 Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis (dapat dilihat dari segala sisi)
3 Pencapaian atau aksesibilitas Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik dengan angkutan umum maupun pribadi.
4 Orientasi Orientasi bangunan tidak mempengaruhi fungsi bangunan.
5 View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.
6
Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( 1-2 Ha )
7 Kontur tapak / topografi Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.
[image:43.595.99.512.97.453.2]8 Jaringan jalan Sebaiknya terdapat di jalan yang besar (arteri / kolektor) dan bebas kemacetan.
Tabel 2.2 Tabel kriteria internal site Stasiun Televisi Swasta
2.3.2 ALTERNATIF LOKASI TAPAK
Adapun yang menjadi alternatif tapak terdapat 3 alternatif lokasi site, yaitu:
1. Lokasi alternatif 1 (Gambar 2.3) berada di
Jl. Gatot Subroto, Kecamatan Medan
Petisah, Medan dengan luas Site : ± 3.2
ha. Sebelah Utara site berbatasan dengan
Jl. Kompleks Ruko, sebelah timur
berbatasan dengan Jl. Medan Fair Plaza,
sebelah selatan berbatasan dengan Jl.
Gatot Subroto, sebelah barat berbatasan
dengan Jl. Iskandar Muda Baru
[image:43.595.366.512.556.697.2]2. Lokasi alternatif 2 (Gambar 2.4)
berada di Jl. Abdul Haris Nasution,
Kecamatan Medan Johor, Medan
dengan luas site : ± 3.2 ha.
Sebelah utara site berbatasan
dengan Jl. Abdul Haris Nasution,
sebelah timur berbatasan dengan
Gedung Asrama Haji, sebelah
selatan dengan lahan kosong,
sebelah barat dengan gedung
perkantoran.
3. Lokasi alternatif 3 (Gambar 2.5)
berada di Jl. Kejaksaan,
Kecamatan Medan Petisah, Medan
dengan luas site : ± 3 ha. Sebelah
utara site berbatasan dengan Jl.
Candi Borobudur, sebelah timur
dengan Jl. Candi Mendut, sebelah
selatan dengan Jl. Kejaksaan,
sebelah barat dengan Jl. Candi
Borobudur.
Dari penilaian di tabel 2.3 dapat dilihat beberapa kriteria kriteria di
atas serta memenuhi persyaratan maka terpilih site alternatif 2 yaitu Jl. A.H.
Nasution, Kecamatan Medan Johor, Medan, dengan sistem penilaian nilai 1
[image:44.595.328.491.103.270.2]adalah buruk, nilai 3 adalah cukup, dan nilai 5 adalah baik sekali.
[image:44.595.324.511.328.504.2]Gambar 2.4 Jl. Abdul Haris Nasution
KRITERIA
LOKASI
ALTERNATIF 1
Jl. Gatot Subroto
Kec. Medan Petisah
ALTERNATIF 2
Jl. A. H. Nasution
Kec. Medan Johor
ALTERNATIF 3
Jl. Brigjen Katamso
Kec. Medan Maimun
Tingkatan Jalan Jalan Arteri Primer (5) Jalan Arteri Primer (5) Jalan Arteri Primer (5)
RUTRK Sesuai(5) Sesuai (5) Kurang Sesuai (3)
Pencapaian ke
Lokasi
Pencapaian mudah karena berada di jalur utama pusat
kota namun rentan macet
(5)
Pencapaian mudah karena
berada di jalur utama pusat kota serta didukung dengan
adanya sarana angkutan
umum yang banyak di
daerah ini. (5)
Pencapaian mudah karena
berada di jalur utama pusat kota. (5)
Pengenalan
Entrance
Entrance mudah diakses
karena berada pada jalan primer (5)
Entrance cukup mudah
diakses karena berada pada jalan primer (5)
Entrance cukup mudah (3)
Fungsi pendukung di sekitar lokasi
Medan Fair, Medan Plaza, Hotel (5)
Mesjid Asrama Haji,
Perkantoran (5) Hotel (3)
Kepadatan
Bangunan Sangat Padat (1) Tidak Padat (5) Sangat Padat (1)
Sirkulasi Kendaraan
Arus Kendaraan padat,
karena terletak di persimpangan lampu merah
yang cukup padat. (1)
Arus Kendaraan lancar,
karena ruas jalan yang
cukup lebar. (5)
Arus Kendaraan padat
walau lebar jalan yang
cukup lebar. (3)
Fungsi Eksisting Lahan Kosong (5) Kompleks Ruko (5) Lahan Kosong & Hunian (5)
Sarana Angkutan
umum Banyak (5) Banyak (5) Banyak (5)
Kondisi Jalan Baik (5) Baik (5) Baik (5)
Total Nilai 42 50 38
Peringkat 2 1 3
2.3.3 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Perancangan
Kasus proyek berjudul Stasiun Televisi Swasta. Status proyek bersifat
fiktif. Pemilik Proyek adalah pihak swasta. Lokasi tapak berada di jalan
Abdul Haris Nasution, Kecamatan Medan Johor, Medan dengan batasan
sebelah utara dengan jl. A