• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Televisi Swasta Di Medan (Arsitektur Metafora)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Stasiun Televisi Swasta Di Medan (Arsitektur Metafora)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490

TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh

CHARLIE PUTRA

090406077

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490

TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh:

CHARLIE PUTRA

09 0406 077

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Oleh:

CHARLIE PUTRA

09 0406 077

Medan, Februari 2014

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.

Devin Defriza Harisdani, S.T., M.T.

NIP : 196201091987012001

NIP : 196503181995011001

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

(4)

Nama : Charlie Putra

NIM : 09 0406 077

Judul Proyek Tugas Akhir : Stasiun Televisi Swasta Di Medan

Tema : Arsitektur Metafora

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Februari 2014

Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator TKA-490,

Ir. N.Vinky Rahman, MT. Wahyuni Zahrah, S.T., M.S.

NIP : 196606221997021001 NIP : 197308192000042001

(5)

karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh

proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik

Arsitekur, Departemen Arsitektur

Universitas Sumatera Utara.

Proses yang panjang ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan doa,

semangat dan dan perhatian dari orang tua serta kakak dan adik penulis.

Penulis juga ingin meyampaikan rasa terima kasih yang sebesar

besarnya

kepada :

Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing I atas

kesediaannya membimbing, memotivasi, dan memberi pengarahan

yang sangat berarti dan selalu memberikan yang terbaik dari awal

hingga akhir

Bapak Devin Defriza, ST., MT. atas kesediaannya membimbing,

memotivasi, serta memberi pengarahan yang membuka pikiran.

Bapak Ir. Samsul Bahri, M.T. dan Bapak Yulesta Putra, S.T., M.Sc.

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan

saran-saran yang sangat membantu.

Bapak Ir. Vinky Rachman, MT. selaku Ketua Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S. selaku koordinator Tugas Akhir,

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Bapak dan Ibu pegawai staff Tata Usaha Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

(6)

telah bersama-sama melalui proses pendidikan di Arsitektur USU.

Adik-adik junior stambuk 2010 dan 2011 yang telah memberi

dukungan kepada penulis

Adik-adik junior stambuk 2012 dan 2013 yang telah senantiasa

memberi bantuan penyelesaian maket dengan senang hati

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khusunya di lingkungan Departemen Arsitektur Universitas

Sumatera Utara.

Medan, Februari 2014

(7)

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR . vi

DAFTAR TABEL .. viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Maksud dan Tujuan... ... 3

1.3 Sasaran dan Lingkup Layanan... 3

1.4 Perumusan dan Permasalahan Perancangan ....4

1.5 Metode Pendekatan Masalah... ... 4

1.6 Asumsi Asumsi.... 5

1.7 Kerangka Berpikir... . 6

1.8 Sistematika Pembahasan... 7

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul... . 8

2.2 Tinjauan Umum... .. 9

2.2.1 Sejarah Perkembangan Televisi... . 9

2.2.1.1 Televisi Elektromekanik... 9

2.2.1.2 Televisi Elektronik... 10

2.2.2 Sejarah Penyiaran Televisi... 12

2.2.2.1 Standar Siaran Televisi... .. 13

2.2.2.2 Saluran Pemancar Televisi... 15

2.2.2.3 Televisi Penerima... .. 17

2.2.2.4 Distribusi... ... 18

2.2.3 Lembaga Penyiaran Swasta... ... 19

2.2.4 Kegiatan Penyiaran...20

2.2.5 Fasilitas Televisi...21

2.2.6 Program Siaran Televisi...25

2.2.6.1 Acara Hiburan Tanpa Naskah...25

2.2.6.2 Acara Hiburan dengan Naskah...26

(8)

2.3.2 Alternatif Lokasi Tapak... ...29

2.3.3 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Perancangan... 31

2.4 Tinjauan Fungsi... 32

2.4.1 Daftar Pengguna... .. 32

2.4.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan... 32

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis... 37

2.5.1 Seoul Broadcasting System (SBS)... .. 37

2.5.2 CCTV Heaadquarters... . 41

BAB 3 ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema... .. 43

3.1.1 Arsitektur... .. 43

3.1.2 Metafora... . 43

3.2 Interpretasi Tema... .. 46

3.3 Keterkaitan Tema dengan Judul... 46

3.4 Studi Banding Proyek Tema Sejenis... 47

3.4.1 TGV Station.... 47

3.4.2 EX Plaza, Jakarta, Indonesia... 48

3.4.3 Sydney Opera House... 48

BAB 4 ANALISA 4.1 Analisa Proyek... 49

4.2 Analisa Tata Guna Lahan... . 50

4.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian... .. 51

4.4 Analisa View... 52

4.5 Analisa Kebisingan... .. 53

4.6 Analisa Orientasi Matahari... 53

4.7 Analisa Pola Kegiatan... 54

4.8 Program Ruang... 55

(9)

5.2.1 Konsep Entrance dan Sirkulasi... 60

5.2.2 Konsep Penzoningan Tapak... .61

5.2.3 Konsep Bentukan... . 62

5.2.4 Konsep Penzoningan Ruang Dalam... . 63

5.2.5 Konsep Struktur Bangunan... . 66

5.2.6 Konsep Tampak Bangunan... . 66

5.2.7 Konsep Utilitas... .. . 67

DAFTAR PUSTAKA ... . 70

(10)

Gambar 2.1 Skema transmisi siaran dari stasiun televisi ke antena

penerima ... 24

Gambar 2.2 Skema transmisi siaran yang diterima antena

penerima ... ...25

Gambar 2.3 Jalan Gatot Subroto 29

Gambar 2.4 Jalan A.H. Nasution. .. 30

Gambar 2.5 Jalan Kejaksaan . 30

Gambar 2.6 Eksterior Gedung SBS... 37

Gambar 2.7 Keterangan Fungsi Gedung SBS .. 38

Gambar 2.8 Studio Entertainment SBS.. . . 39

Gambar 2.9 Studio Berita SBS... ... 39

Gambar 2.10 Lobby SBS . . 40

Gambar 2.11 Roof Garden SBS. ... 40

Gambar 2.12 SBS Park . 40

Gambar 2.13 Exterior CCTV. ... 41

Gambar 2.14 Gambar Potongan Gedung CCTV .. 42

Gambar 3.1 Eksterior TGV Station... .. 47 Gambar 3.2 Interior TGV Station... 47

Gambar 3.3 Efek kinetis pada EX Plaza 48

Gambar 3.4 Penerapan metafora pada EX Plaza 48

Gambar 3.5 Exterior Sydney Opera House .. 48

Gambar 4.1 Peta wilayah Indonesia ...49

Gambar 4.2 Peta Pulau Sumatera .. 49

Gambar 4.3 Peta kecamatan Medan Petisah 49

Gambar 4.4 Peta wilayah site .. 49

Gambar 4.5 Foto-foto Existing bangunan di lokasi proyek 50

Gambar 4.6 Gambar Analisa Tata Guna Lahan . 50

Gambar 4.7 Gambar Analisa Sirkulasi . 51

Gambar 4.8 View di sekitar Site .. 52

Gambar 4.9 Gambar Analisa Kebisingan . 53

(11)

Gambar 4.14 Struktur Organisasi Stasiun Televisi Swasta .. 55

Gambar 5.1 Konsep Entrance... .. 60

Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi... 60

Gambar 5.3 Konsep Penzoningan Tapak. .. .. 61

Gambar 5.4 Konsep Tapak.... .. 61

Gambar 5.5 Bentukan Denah . 63

Gambar 5.6 Konsep Bentukan Tampak . 63

Gambar 5.7 Diagram Zoning Ruang Dalam. 63

Gambar 5.8 Penzoningan Lantai 1 . 64

Gambar 5.9 Penzoningan Lantai 2 . 64

Gambar 5.10 Penzoningan Lantai 3 . 65

Gambar 5.11 Penzoningan Lantai 4 . 65

Gambar 5.12 Penzoningan Lantai 5 . 65

Gambar 5.13 Detail Struktur dan Pondasi. 66

Gambar 5.14 Detail Lapisan Tempered Glass 67

Gambar 5.15 Proses pembuatan Laminated Glass 67

(12)

Tabel 2.2 Tabel kriteria internal site Stasiun Televisi Swasta .. 29

Tabel 2.3 Tabel penilaian kriteria lokasi . 31

Tabel 2.4 Tabel kebutuhan ruang Stasiun Televisi Swasta 32 Tabel 4.1 Tabel alur kegiatan pengguna Stasiun Televisi Swasta.. . 54

Tabel 4.5 Tabel Program Ruang 55

(13)

entertainment. This building is a place to develop the activities of information broadcasting including news, documenter, kids program, and especially in sports as well as the potentil of other area. The propose of this building construction is to introduce to Medan city s teenager who have the talent in sports to other areas, so that the public interest in sports will thrive. This building s design using tangible metaphore of a wave signal. The expectation after the construction of this building is to raise the public interest of Medan city people in the world of entertainment especially in sports.

Keyword : Television Station, Sports, Medan, Metaphor

Abstrak

/0 123 45 6 43 4 783 9:6 4 ; 0<0 =:9 : 7>39 83 ?: 13@ 96 ?@ 3 4 6 4 86@ 1010 46 A: @ 02 6 86A34 93B3 43

@ 05 :3 83 4 ?6 4:3 C04D:3 B34 8 0<0 =:9: ?: E F83 G0 ?34, 80B68313 ?3< 31 10 4: 45@ 38@ 3 4 1: 438

139D3 B3@ 38 ?3<31 ?6 4:3 A:26B3 4H I3456 43 4 : 4: 10 B6C3@ 3 4 >3?3A J801C3 8 1012: 43 3@ 8:K: 839

C0 4D023B3 4 : 4KFB139:

23 :@ 2 0 B: 83L

?F@6 10 480 BL CBF5B 3 1

3 43@ M 3 43@ L ?3 4 80 B68313 C3 ?3

2: ?345 F<3AB353 90B 83 C F80 49 : ?3 0 B3A <3: 4 4D3H ;6N63 4 C0 12 3456 43 4 2 3 45643 4 : 4: 6 486@

10 1C0B@0 43<@3 4C016 ?3 C0 16 ?:EF83 G0 ?3 4 D3 45101C64D3: 23@38?3<3 1 2: ?3 45F<3A B 353

@ 0 ?30B3A <3: 4, 35 3B 1:43 8 139D3 B3@ 38 ?3 <3 1 2: ?345 F<3 A B353 90 13@: 4 20 B@0123 45H O093 : 4

23 4 56 43 4 : 4: 10 45 56 43@ 3 4 80 13 3 B9: 80@ 86 B tangible metaphore J

3B9: 80@ 86B

10 83KFB 3 tangible ?3 B: 90 263A 9: 4D3< 50<F123 45H O0 4534 ?: 23 45 6 44D3 23 45643 4 : 4: ?:A3B3C@ 34 ?3C38

10 4: 45@38@ 3 4 1: 43 8 139D3 B 3@ 38 @F83 G0 ?3 4 ?3<3 1 A3< ?6 4:3 A:2 6 B34 80B 6 8313 ?: 2: ?3 45

F<3AB3 53H

(14)

entertainment. This building is a place to develop the activities of information broadcasting including news, documenter, kids program, and especially in sports as well as the potentil of other area. The propose of this building construction is to introduce to Medan city s teenager who have the talent in sports to other areas, so that the public interest in sports will thrive. This building s design using tangible metaphore of a wave signal. The expectation after the construction of this building is to raise the public interest of Medan city people in the world of entertainment especially in sports.

Keyword : Television Station, Sports, Medan, Metaphor

Abstrak

ST UVW XY Z XW X [\W ]^Z X _ T`T a^] ^ [bW] \W c^ UWd ]Z cd W X Z X \Zd UTUT XZ e^ d TV Z \ZeWX ]WfW XW

d TY ^W \W X cZ X^W gTXh^W fWX \ T`T a^]^ c^ i j\W kT cWX, \TfZ\WUW cW` WU UT X^ XYd W\d W X U^ XW\

UW]hW fWd W\ cW`WU cZ X^W e^VZfW Xl mWXYZ XW X ^ X^ UT fZgWd W X bWcWe n\TUgW \ UTUV^ XW Wd \^o^ \W]

gT XhTVWfW X ^ XojfUW]^

VW ^d V T f^ \Wp

cjdZ UT X\T fp gfjYf W U

W XWd q W XWd p cW X \T fZ\WUW gW cW

V^ cWXY j`WefWYW ]Tf \W g j\T X] ^ cW T fWe `W^ X XhWl _ZrZW X gT UV WXYZ XW X V W XYZXW X ^ X^ Z X\Zd

UT UgTfdT XW`dW XgTUZ cW gT UZ c^ij\W kT cW X hW XYUTUgZXhW^ VWdW\cW`W U V^ cW XYj`We f WYW

d T cWTfWe `W^ X, WY Wf U^XW \ UW]hW fWd W\ cW `W U V^ cWXY j`W e fWYW ]T UWd^ X VT fdTUVW XYl sT]W ^ X

VW X YZ XW X ^ X^ UT XY YZ XWd W X \T UW W f]^ \Td \Z f tangible metaphore n

Wf]^ \Td \Zf

UT \Wojf W tangible cW f^ ]T VZWe ]^ XhW` YT`jUVW XYl sT XYWX c^ VW XY Z XXhW VW XYZXW X ^ X^ c^eWfWgd WX cWgW\

UT X^ XYdW\d W X U^ XW \ UW]hW f Wd W\ dj\W kT cW X cW`W U eW` cZ X^W e^V Z fWX \Tf Z \WUW c^ V^ cW XY

j`WefW YWl

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

wxyz x {| }~}~ €xz~‚ƒ z{ „~ƒz}…ƒ † }~ ƒ~‡y{ }…ƒ €x ‚}ˆ { x ‚}ˆƒy z}~

{}…‰}y }z}€ ƒ ~‡y{ }…ƒ y}~  { }zƒ ~ |x…}y € „ ~€ „€ }~ ~}y }z} ~ ˆ }z „ ~€ „z

{ x ~x€ }ˆ „ƒ †} ~ ˆ }z „~ €„z {x ~† }Š } €z}~ ƒ ~‡y {}…ƒ ‹ Œ ~‡y {}…ƒ €x ‚}ˆ { x ~ }†ƒ

zx| „€ „ˆ }~ Š zz | } ƒ { }…‰}y }z} € †} ~ €x ‚}ˆ {x ~}†ƒ z{ †ƒ € }… Šx ~€ƒ ~

† }‚}{zxˆƒ † „Š } ~|xy {}…‰}y }z}€Ž|xy |}~…}Ž†}~| xy ~x}y }‹

wxyz x {| }~}~ €xz~‚ ƒ z{„~ƒz}…ƒ †} ~ ƒ ~‡ y { }…ƒ € xy…x|„€ €x ‚}ˆ

{ x{|}} ƒ{Š‚ƒz}… ƒ €xy ˆ }†}Š †„~ƒ } Šx ~ƒ }y }~Žy €x y{ }… „z Šx ~yƒ }y }~ †ƒ

Œ ~ †~x…ƒ }‹ wx ~yƒ }y}~ … x| }}ƒ Šx~y}‚„y ƒ ~‡y { }…ƒ † }~ Šx{| x ~€ „z Šx ~† }Š}€

„{ „{Ž Šxy } ~~y} {}z ƒ ~ … } ~ }€ … €y }€x ƒ…Ž €xy „€ }{} †} ‚}{ {x ~x {| } ~z}~

} ‚}{ †x{ zy}…ƒ †ƒ x  }y } z ƒ € }‹ wx ~yƒ }y}~ €x ‚}ˆ {x ~}†ƒ … }‚}ˆ … }€ „ …}y }~}

| xyz{ „~ƒz}…ƒ | }ƒ { }…‰}y }z}€Ž ‚x{ | } } Š x ~yƒ }y }~Ž † „~ƒ } |ƒ … ~ ƒ…Ž †}~

Š x{x y ƒ ~€ }ˆ‹ wxy z x{|} ~ }~ €x y…x|„€ €x ‚}ˆ {x~yx| }|z}~ ‚ }~†}… }~ ˆ „z „{

Š x ~}€ „y }~Š x ~ƒ }y}~y y}~ }†}…x ‚}{}ƒ ~ƒ{x~}†ƒ€ƒ †}z{ x{ }† }ƒ‹

‘ x ‚x ’ƒ… ƒ …x | }}ƒ …}‚}ˆ … }€ „ … }y }~} Šx ~y}{Š }ƒ }~ ƒ ~‡y{ }…ƒ y}~

…}~}€ Šx ~€ƒ ~ †}y ƒ …x‚„y „ˆ … }y }~ } ƒ ~‡y {}…ƒ y} ~ €x‚} ˆ €xy “ƒŠ€ }Ž

{ x ~} †ƒz}~ ~y} … }‚}ˆ … }€ „ z x|„€ „ˆ } ~ Šy ƒ {xy { }…‰}y }z}€ { †x y ~‹ ”x ~}~

Š x ~}‚}{}~| }ˆ}… x}y }ˆ†„ ~ƒ }† }Š }€†ƒz x ~ †}‚ƒz} ~‚xˆ€x ‚x’ƒ…ƒŽŠ x{ƒz ƒy }~

Š x{ƒz ƒy}~ {}~„… ƒ } †}Š }€ †ƒŠx~ }y „ˆƒ ‚xˆ }Š } y}~  †ƒ ‚ƒˆ }€ †ƒ €x ‚x’ƒ… ƒŽ

{ x ~} †ƒz}~{ x †ƒ }ƒ~‡y{ }…ƒƒ ~ƒ{ x ~}†ƒ… }~ }€|xy Š x ~ }y „ˆ‹

w }†} } }‚~y} †ƒ Œ ~ †~x …ƒ } ˆ } ~y} €xy †}Š }€ 5 … € }…ƒ „ ~ €x ‚x ’ƒ …ƒ {ƒ ‚ƒz … }… € } ‰}ƒ € „ • – ‘ Œ, ‘ w Œ (…xz}y }~ — – ‘˜), ™ –‘ ˜, š‘ ˜, † }~ Œ ~†… ƒ}y. ‘„„}~ †}y ƒ { „ ~“ „‚~‰} …€ }… ƒ „~ €x ‚x’ƒ…ƒ €xy …x|„€ }† }‚}ˆ …x| }}ƒ }‚€xy ~ }€ƒ‡

(16)

 ¡¢£¤ ¥ ¦§¡§ £¨¤ £©©y£ ª ©¥ £©« ¬ ­ ©¥£©« ® ¯°¯± ²³ ´£µ­ © ³¶¶ ³ §¡ ©§ £ ©«

·¡ ©y¦£± £ ©¸

¨ ¡ ©y¦£± £ © § ¦¥£¤ ¹£« ¦ °¡ ©¢£¥¦ °¯ ©¯¨ ¯¹¦ º£¤£± § £ . ·£± £ ¦©»¡¼§ ¯± ¥£¹£° ©¡« ¡± ¦ ½£© « °¡©½£¥ £± ¦ °£ ©¾££§ °¡¥ ¦£ ¨¡ ©½¦£± £© §¡¹¡»¦¼¦ §¡± ­ § £°£ ¥£± ¦ ¼¡« ¦ ¡¤ ¯ ©¯°¦ °¡ ©½¡¿£¿¤ £© °­ ©À­¹©½£ ¼§ £¼¦­ © §¡¹¡»¦¼¦ ¼Á£¼§ £ ¹¯¤ £¹ ¥ ¦ ¿¡¿¡±£¨ £ ¥£¡± £ µ ¥ ¦ ©¥¯ ©¡¼¦£ ¥ £© ¼£¹£ µ ¼£§­©½£ £¥ £¹£ µ ᥣ©. ® £°­© ¾ ­©«¼¦ ¼§ £¼¦­ © §¡¹¡»¦¼¦ ¹¯ ¤ £¹ ½£©« ¦¥¡ £¹ £¥ £¹£µ ­ ©§­¤ °¡°¨¡± ¤ ¡ ©£¹¤£© ¥£©

°¡¹¡¼§ £± ¦¤ £©¿­¥ £½£ ¿­ ¥ £y£¹¯ ¤ £¹¼¡ ± § £©¦¹£¦ ©¦¹£ ¦¤¡ £± ¦¾£©¹¯¤£¹Ä

Å ¯§ £ ᥣ© °¡ ± ­¨ £¤£© ¤ ¯§ £ °¡ §± ¯¨¯¹¦§ £© y£ ©« ¿¡± ¨ ¯§¡ ©¼¦£¹ ¥ £¹£°

¨ ¡± ¤¡°¿£©« £©©y£ ¥ £± ¦ ¼¡ «¦ ¼¯¼¦£¹ ¸ ¿­¥ £y£¸ ¨ ¯¹¦§ ¦¤ ¥ £© ¡¤ ¯© ¯°¦Ä Æ£¹ ¦© ¦

¥£¨ £§ ¥ ¦¹¦µ£§ ¥ £±¦ À£± £ ¨ ¡ ©y£°¨ £¦£ © ¦©¾¯± °£¼¦ ¤ ¡¨ £¥ £ °£¼½£± £¤ £§ y£©«

¼£©«£§¨¡±¼­ £¼¦¾Äí¹£¦¥£± ¦¼­± £§¤£¿£±¸± £¥ ¦¯¸§¡¹¡»¦¼¦°£­¨ ­ ©°¡¹£¹­¦¥­ © ¦£

° £y£ Ä ®£°­ © ¨¡©y£°¨ £¦£ © ¦©¾¯± °£¼¦ °¡¹ £¹­ ¦ §¡¹¡»¦¼¦ ¹¡¿¦µ ¥ ¦°¦ ©£§ ¦ ¯¹¡ µ

° £¼½£± £¤ £§¸ ¿­¤£© µ £©£y ¼¡¿£ « £¦ ¼£± £ ©£ ¨¡ ©£°¨ £¦£ ©y ¦©¾¯± °£¼¦¸ §¡¹¡»¦¼¦

¢­« £ ¼¡¿£« £¦ ¼£¹£µ ¼£§­ ¼£±£©£ µ¦¿­± £© ¿£«¦ ¤¡¹­ £± « £Ä  £±£©£ ¡¥­ ¤ £§¦¾ °¡¹£¹­¦§¡¹¡»¦¼¦ ¦ ©¦ ¨­ ©°¡ ©¢£¥ ¦ ¼£¹£µ ¼£§­ ¨ ¦¹¦µ £© ¨¡©¥ ¦¥ ¦ ¤ £© ¼£ £§ ¦©¦Ä í¹£¦ ¥£± ¦ £À£± £ £ ©£¤ £©£¤¸ ¯¹£µ±£« £¸ ¤­¹¦©¡±¸ ¾£¼µ¦¯©¸¥± £°£¸ ¤¯©¥¦¼¦ ¹­ £± ¥ £©

¥£¹£° ©¡«¡± ¦ y£©« £¥ £ °¡ ©¢£¥ ¦ £¹§¡± ©£§ ¦ ¾ °£¼y£±£¤ £ § ­ ©§­¤ °¡°¨¡ ± ¤£y£

¨ ¡ ©« ¡§ £µ­ £ ©Ä

 £°¨ £¦¼£ £§ ¦©¦¸Ã¡¥£© µ£©y£ °¡ °¨ ­ ©y£¦ ¹¦ °£¼§ £¼¦­ © §¡¹¡»¦¼¦¼ Á£¼§ £

y £ ¦§­ÇÈ ÉÉ´ ʸ È¡¹¦´ ʸˮ´ Êᥠ£ ©, ® ¡ §.´ Ê¥£©´ Ê ÌÂ.È­ £¥ ¦£© § £± £¹¦ °£ ¼§ £¼¦­ © §¡¹¡»¦¼¦ ¼Á£¼§ £ §¡±¼¡¿­§ µ£© ½£ ¿¡± ­¨ £ ¼§ £¼¦­© §¡¹¡»¦¼¦ ± ¡¹£½ ½£¦§­ ÈÉÉ ´Ê ¥ £ © ´ Ê Ì á¥£©.  ¡¥ £© «¤£© ¼§ £¼¦­ © § ¡¹¡»¦¼¦ ¹¯¤£¹ ¹£ ¦©©½£ ½£¦§­ Ë®´ Ê ¥£© ® ¡§.´ Ê ½£©« °£¼¦µ ¤­± £©« °£°¨ ­ °¡Á£¥ £µ ¦ ¤¡« ¦£ § £© ¨ ¡ ©½£ °¨ £¦£© ¦©¾¯± °£¼¦ ¥ £© ¢ ­«£ £À£± £ µ ¦¿­± £ ©. Æ£¹ §¡±¼¡¿­§ ¥£¨ £ § ¥ ¦¹¦µ £§ ¥£± ¦ ¢£¥Á£¹ ¼¦£± £© §¡¹¡»¦¼¦ ½£ ©« § ¦¥£¤ §¡± £§­±, ¢ ­«£ ¤­± £ ©« ©½£ °¦©£ § ° £¼½£± £¤ £§Ã¡ ¥ £© ½£ ©«°¡ ©¯ ©§ ¯© ¼¦£± £© ¥ £± ¦ ¼§£¼¦­©§¡¹¡»¦¼¦¹¯¤£¹§¡±¼¡¿­ §.

(17)

ÍÎÏÐ Ï Ñ ÒÓÔ ÏÒ ÕÏ Ñ ÖÏÑÏÔ Ñy yÏ ×Ï ÍØÏÐ ÏÔÏÙ yÏ ÑÚ ÍÛ ÑÚÏÜ Ï × Û× ÏÍÏ ÑÚ Ù ÛÒÛ ÝÎÍÎ

ÔÏ ÖÛ ÒÕÏ ÑÏÑÙ Û ÑÏ

ÞÏÐ Ï ÖÓÒÏßÑÙßÔ

×Û ÑÓÑÙ Ó ÑÍÎÏÐ ÏÑ

Î ÑÙ Û Ð ÑÏ ÍÎÓ ÑÏÒà

áÏÒÎ ÑÎ ÒÏâ yÏÑÚ ×Û ÒÏÙ ÏÐÖÛÒÏ Ô Ï ÑÚ ÎÕÎÞÎÒÎâÑyÏ ÜßÕßÒÙßÚ Ï ÍÏÔâÎÐÎ ÑÎã yÏ ÎÙßä

åÙ Ï ÍÎßÑæÛÒÛÝÎ ÍÎå çÏÍÙ ÏÕÎèÛ ÕÏÑàéÏÑÚßÑÏ ÑÎ ÑÎ×Û Ðß ÞÏÔ ÏÑÍÛÖÏÚÏ ÎÍß× ÖÛÐ

ÞÛ ÑyÏ×ÞÏÎÏÑ Î Ñê ÓÐ × Ï ÍÎ ÒÓÔÏÒ ÕÏÑ ÜßÚÏ âÎ ÖßÐ Ï Ñ Ù ÛÐßÙ Ï×Ï ÕÎ ÖÎ ÕÏÑÚ ÓÒ ÏâÐ ÏÚ Ï

ÜßÚÏtalkshowÕÏÐ ÎÕÏÛÐ ÏâÒÓÔ ÏÒà

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

èÏ ÔÍßÕÕÏ ÑÙßÜßÏÑÕÎÒÏÔÍÏ ÑÏ Ô Ï ÑÑyÏÍÙßÕÎÔ Ï ÍßÍÞÐ ÓyÛÔÎ ÑÎÏ ÕÏÒÏâä

Ïà èÛ Ñë ÎÞÙ ÏÔÏ Ñ ÍßÏÙß ÏÐÍÎÙ ÛÔ ÙßÐ yÏ ÑÚ × ÛçÏ ÕÏâÎ ÕÏ Ñ × Û× ÖÎ ÑÏ ÏÔ Ù Îê ÎÙ Ï Í

ÞÛ ÑyÛ ÖÏÐ ÏÑ Î Ñê ÓÐ × Ï ÍÎ ÖÏÎÔ ÖÛÐ ÎÙ Ïã ÕÓ Ôß×Û ÑÙ Û Ðã ÞÐ ÓÚÐ Ï× Ï ÑÏÔ Ï ÑÏÔã

ÕÏ ÑÙ ÛÐßÙ Ï×ÏÞÏ ÕÏÖÎ ÕÏÑÚÓÒÏâÐ ÏÚÏÍÛÐ Ù ÏÞÓÙ Û ÑÍÎÕÏÛÐ ÏâÒÏÎ Ñ ÑyÏ;

b. Menyediakan suatu wadah tempat studio pertunjukan;

c. Menciptakan ruang ruang luar yang mendukung kegiatan di dalam stasiun televisi nantinya.

d. Menciptakan ruang Arsitektur yang mendukung optimalisasi kontinuitas antara ruang luar maupun ruang dalam untuk mendapatkan ruang yang nyaman dan efisien.

1.3 SASARAN DAN LINGKUP LAYANAN

Adapun batasan perencanaan proyek ini adalah bangunan sebagai wadah kegiatan penyebaran informasi.

Lingkup perencanaannya adalah :

a. Perancangan stasiun televisi yang mencakup kegiatan perekaman dan penyiaran siaran, kegiatan editing dan kegiatan pendukung lainnya. b. Bangunan ini didesain dengan menggunakan unsur unsur

(18)

masyarakat, dan terutama yang memberikan manfaat kepada masyarakat.

1.4 PERUMUSAN MASALAH PERANCANGAN

1. Bagaimana merancang stasiun televisi agar setiap ruang, bentuk, dan bahan yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal.

2. Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan kegiatan yang diinginkan.

3. Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

4. Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesibilitas yang mudah.

5. Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan mampu mencerminkan karakter kegiatan yang ditampung didalamnya sesuai dengan tema yang dipilih.

1.5 METODE PENDEKATAN MASALAH

Adapun pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :

 Survey, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi tersebut disertai dengan mengadakan studi literatur sebagai penambah dari data-data yang didapat di lokasi tersebut.

 Studi banding terhadap proyek-proyek sejenis yang dapat memberikan poin-poin permasalahan yang harus dipecahkan maupun kelebihan dari proyek sejenis yang dapat menjadi masukan dalam perancangan.

 Studi pustaka yang berkaitan dengan judul dan tema untuk mendapat informasi dalam mempelajari permasalahan serta pemecahannya yang mampu mendukung dalam proses perancangan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, internet, dan sumber-sumber lain yang diangap perlu.

(19)

1.6 ASUMSI ASUMSI

(20)

1.7 KERANGKA BERPIKIR

Pada gambar 1.1 dapat dilihat diagram berpikir dalam penyelesaian proses perancangan Stasiun Televisi Swasta

Latar Belakang

 Perkembangan dunia massa yang semakin lama semakin berkembang.

 Stasiun televisi lokal di Medan masih belum mampu mewadahi kegiatan penyampaian informasi baik berita maupun hiburan kepada masyarakat.

 Televisi juga menjadi salah satu sarana edukasi saat ini.

Perumusan Masalah

Bagaimana merancang stasiun televisi agar setiap ruang, bentuk, dan bahan yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal.

Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan kegiatan yang diinginkan.

Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

Bagaimana merencanakan pencapaian / aksesibilitas yang mudah.

Maksud dan tujuan

 Menciptakan suatu arsitektur yang mewadahi dan membina aktifitas penyebaran informasi baik berita, dokumenter, olahraga, program anak anak, serta seni budaya daerah dan potensi daerah lainnya;

 Menyediakan suatu wadah tempat studio pertunjukan;

 Menciptakan ruang ruang luar yang mendukung kegiatan di dalam stasiun televisi nantinya.

 Menciptakan ruang Arsitektur yang mendukung optimalisasi kontinuitas antara ruang luar maupun ruang dalam untuk mendapatkan ruang yang nyaman dan efisien.

Pengumpulan data Survey Lokasi

-pemilihan lahan yang sesuai -kondisi lahan yang ada

Survey literature -data RUTRK -data arsitek

Analisa

-analisa kondisi tapak -analisa teknologi

-prinsip tema dalam desain

Konsep Perancangan -Konsep Dasar

-Konsep perancangan tapak -Konsep perancangan bangunan -Konsep struktur bangunan -Konsep utilitas bangunan

Pra Perancangan

-pendekatan teori arsitektur -penzoningan Desain skematik F E E D B A C K

(21)

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan ini meliputi bagian sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan

pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.

BAB II. Deskripsi Proyek

Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

BAB III. Elaborasi tema

Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

BAB IV. Analisa

Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.

BAB V. Konsep Perancangan

(22)

BAB 2

DESKRIPSI PROYEK

2.1 TERMINOLOGI JUDUL

Judul dari proyek adalah Stasiun Televisi Swasta di Medan yang

merupakan suatu wadah penghubung antara penyiar informasi dengan

penerima informasi yang berkedudukan di Medan. Dalam judul Stasiun

Televisi Swasta di Medan, mengandung 4 pengertian utama.

Medan (daerah tingkat II berstatus kotamadya) adalah ibu kota provinsi

Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di

Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, dengan luas 265,10 km² atau 3,6%

dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan.

Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' 3° 43' Lintang Utara dan

98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung

miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas

permukaan laut yang mengakibatkan Medan memiliki iklim tropis

(Poerwadarminta, 1991).

Menurut McGraw Hill (1984) bahwa stasiun adalah sebuah tempat di

mana peralatan radio, televisi, radar, atau peralatan listrik lainnnya dipasang.

(McGraw Hill, Dictionary of Scientific and Technical Terms, Edisi ke-5, 1984 New York, hal. 1547). Sedangkan menurut Caruso et.al. stasiun adalah

suatu tempat yang dilengkapi dengan sarana memindahkan atau menerima

gelombang, terdiri dari radio, administrasi, dan teknik dalam melakukan

kegiatan penyiaran secara terkoordinasi. (Caruso, James R. & M.E. Arthur :

A Beginner s Guide To Producing TV, Prentice Hall, New Jersey, 1990).

Jadi, stasiun adalah sebuah tempat di mana peralatan radio, televisi, radar,

atau peralatan listrik lainnnya dipasang yang digunakan sebagai sarana

memindahkan atau menerima gelombang dalam melakukan kegiatan

penyiaran secara terkoordinasi.

Menurut P.C.S. Surrisno televisi terdiri dari kata tele (bahasa Yunani)

(23)

(P. C. S. Surisno Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio,

PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Ediri ke-3, Jakarta, hal.1). Sedangkan

menurut Caruso et. Al. televisi adalah suatu alat dan cara komunikasi

dengan pemindahan audio (suara) dan visual (gambar), gerak dan sinkron,

yang diubah ke signal elektrik, yang secara skematis dapat menciptakan

kembali signal audio visual, setelah diterima pancaran gelombang oleh

antenna, pada titik penerima yang jauh (Caruso, James R. & M.E. Arthur: A Beginner s Guide To Produsing TV, Prentice Hall, New Jersey, 1990). Jadi, televisi adalah suatu alat komunikasi dengan pemindahan audio dan visual

dari jarak yang jauh.

Swasta adalah tidak untuk umum, bukan kepunyaan pemerintah. (W. J.

S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustara,

cetakan ke-5, Jakarta, 1976, hal. 173).

Jadi, pengertian dari judul Stasiun Televisi Swasta di Medan adalah

pusat kegiatan penyiaran siaran melalui media televisi, yang memiliki sendiri

perangkat penyelenggaraan siaran dan alat pemancar / transmisi yang

berkedudukan di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.

2.2 TINJAUAN UMUM

Tinjauan Proyek meliputi deskripsi proyek, lokasi proyek, kegiatan pemakai

dan pengunjung, serta studi banding proyek sejenis.

2.2.1 Sejarah Perkembangan Televisi

Perkembangan teknologi televisi dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu

teknologi yang bergantung pada prinsip mekanik dan elektronik dan teknologi yang

murni elektronik. Televisi elektronik banyak ditemukan pada televisi modern yang

ada sekarang ini, tetapi takkan mungkin ada tanpa penemuan dan pengembangan

dari televisi mekanik.

2.2.1.1 Televisi Elektromekanik

(24)

yang berputar dikenal sebagai televisi pertama yang menampilkan gambar

bergerak, tetapi masyarakat percaya bahwa ia tidak pernah membuat prototipenya

untuk membuktikan temuannya. (hingga tahun 1907 perkembangan teknologi

tabung pengerasan membuat rancangannya menjadi lebih praktis)

Tahun 1907-1910, Boris Rosing dan muridnya Vladimir Zworykin mendemonstrasikan system televise yang menggunakan scanner tabung kaca

mekanik dan dan tabung elektronik Ferdinand Braun (cathode ray tube tabung sinar katoda) dalam sebuah receiver. Rosing menghilang selama penemuan Bolshevik tahun 1917, tetapi kemudian Zworykin bekerja di RCA untuk membuat televisi elektronik murni, rancangan yang akhirnya menjadi paten tantangan bagi

rancanganPhilo Taylor Farnsworth.(Mary Bellis, 1997)

Sistem televisi analog semi mekanik yang pertama didemonstrasikan pada

Februari 1924 di London oleh John Logie Baird dengan menggunakan gambar Felix

The Cat dan pada tanggal 30 Oktober 1925 dengan menggunakan sebuah gambar

bergerak yang dibuat oleh Baird. Sistem Baird ini diadopsi oleh BBC, yang

kemudian dihentikan penggunaannya tahun 1937 karena televisi elektronik murni

ditemukan.

2.2.1.2 Televisi Elektronik

Walaupun penemuan Nipkow, Rosing, Baird, dan yang lain luar biasa,

sedikit saja teknologi temuan mereka yang digunakan pada televisi modern. Pada

tahun 1934, semua sistem televisi elektromekanik telah ketinggalan.

A. Campbell Swinton menulis surat untuk majalah Nature pada tanggal 18 Juni 1908, yang menjelaskan konsepnya mengenai televisi elektronik yang

menggunakan tabung sinar katoda yang ditemukan oleh Karl Ferdinand Braun. Ua

menggunakan sinar elektron dalam kamera dan receiver, yang dapat menghasilkan

gambar bergerak dan dapat dikendalikan secara elektronis. Ia menjelaskan hal ini

tahun 1911 dan menampilkan diagram sirkuit, tetapi tak seorangpun termasuk

Swinton, yang merealisasikan rancangannya tersebut. Sistemnya tersebut tak

pernah dibuat. (American Television Institute newsletter, 1938)

Sistem yang sepenuhnya elektronik didemonstrasikan oleh Philo Taylor

(25)

sistemnya pada saat ia berusia 14 tahun. Ia mendiskusikan idenya tersebut dengan

guru kimianya di SMU, yang menerima alasan idenya tersebut dapat diwujudkan

(Farnswroth kemudian berterimakasih pada gurunya tersebut, Justin Tolman, yang

menjadi titik terang pada temuannya tersebut). Ia melanjutkan idenya tersebut di

Brigham Young Academy (sekarang menjadi Brigham Young University). Di usianya

yang ke 21, ia mendemonstrasikan sistemnya di laboratorium di San Fransisco.

Temuannya membebaskan televisi dari penggunaan piringan berputar dan bagian

mekanik lainnya. Semua televisi dengan tabung gambar modern dikembangkan dari

temuannya tersebut. (American Television Institute newsletter, 1938)

Vladimir Zworykin juga disebut-sebut sebagai Bapak Televisi Elektronik

karena ionoskop temuannya tahun 1923 dan kineskop tahun 1929. Temuannya

merupakan salah satu sistem pertama yang mendemonstrasikan sistem televisi

dengan fitur fitur tabung gambar modern. Hasil kerja terakhirnya dengan Rosing

pada televisi elektromekanik memberinya petunjuk bagaimana menghasilkan sistem

seperti itu, tetapi temuannya dengan RCA diklaim sebagai temuan asli dan

menumbangkan 3 fakta yaitu :

a. Paten Zworykin tahun 1923, dipresentasikan sebagai rancangan kurang

lengkap, tidak mampu bekerja sesuai dengan teorinya (hingga 1933

Zworykin mweujudkan karyanya tersebut).

b. Patennya tahun 1923 tersebut tidak diakui hingga tahun 1938, dimana

rancangannya tersebut mulai ditanggapi dengan serius.

c. Pengadilan akhirnya menemukan bahwa RCA bersalah dengan

menetapkan paten Philo Taylor Farnsworth, dimana laboratoriumnya di

RCA dikunjungki Zworykin, ketika ia sedang mengerjakan temuannya.

Kontroversi antara Farnsworth dan Zworykin sebagai penemu televisi

modern yang pertama masih hangat diperdebatkan sekarang. Beberapa debat

timbul dari fakta bahwa ketika Farnsworth mempatenkan pertama, RCA lah yang

pertama memasarkan televisi, dan karyawan RCA yang pertama menuliskan

sejarah televisi. Walaupun Farnsworth akhirnya memenangkan perdebatan akan

debat tersebut, ia tidak pernah bisa sepenuhnya menerima royalti atas temuannya

(26)

2.2.2 Sejarah Penyiaran Televisi

Penyiaran televisi publik jarak jauh pertama dari Washington, DC ke New

York dilakukan pada tanggal 7 April 1927. Gambar yang ditampilkan ketika itu

adalah Sekretaris Perdagangan Herbert Hoover. Siaran televisi analog pertama

adalah WGY, Schenectady, New York yang dibuka tanggal 11 Mei 1928. Drama

Televisi Inggris pertama The Man with the Flower in his Mouth , ditransmisikan

pada Juli 1930. Stasiun televisi New York CBS mulai melakukan jadwal siaran tetap

7 hari seminggu di Amerika tanggal 21 Juli 1931. Siaran pertama dilakukan oleh

Mayor James J. Walker, Kate Smith, dan George Gershwin. Siaran televisi

elektronik pertama dimulai di Los Angeles, CA oleh Don Lee Broadcasting pada

tanggal 23 Desember 1931 di W6XAO yang kemudian berganti nama menjadi

KTSL. Mulanya peralatan mekanik digunakan, tetapi pada Juni 1936 penggunaan

siaran elektronik dimulai. (New York Times, 1938)

Pada tahun 1932 BBC meluncurkan penyiaran dengan menggunakan 30

sistem saluran Baird hingga 11 September 1935. Pada tanggal 2 November 1936

BBC mulai melakukan penyiaran dengan menggunakan siaran dual system,

sistem gabungan antara sistem EMI-Marconi yang berresolusi tinggi (405 garis per

gambar) dan sistem standar Baird yang telah dikembangkan menjadi 240 garis per

gambar dari Alexandra Palace di London (New BBC iPlayer). Enam bulan

kemudian, perusahaan memutuskan bahwa gambar elektronik EMI-Marconi

menghasilkan gambar yang tajam dan menjadikannya sebagai sistem siaran

standar mereka.

Siaran BBC ini yang ditandai sebagai siaran televisi publik pertama dengan

ketajaman tinggi di dunia, sejak siaran televisi dipancarkan lebih dulu di Jerman

dengan standar 180 garis per gambar. Pecahnya Perang Dunia II menyebabkan

stasiun tersebut ditutup. Transmisi televisi hanya diterima dari Alexandra Palace

tahun 1946.

Transmisi televisi reguler pertama di Kanada dimulai tahun 1952 ketika CBC

mengudara dengan 2 stasiunnya, satu di Montreal, Quebec tanggal 6 September

dan satu lagi di Toronto, Ontario dua hari kemudian.

(27)

1958, CBC menyelesaikan saluran televisi terpanjang di dunia mulai dari Sydney,

Nova Scotia ke Victoria, British Columbia.

Program merupakan siaran dalam stasiun televisi (kadang disebut saluran).

Pertama, siaran terestrial merupakan satu satunya cara melakukan siaran. Karena

bandwith dibatasi, peraturan pemerintah masih normal. Di Amerika, Komisi

Komunikasi Federal (FCC) memperbolehkan menyiarkan iklan, tetapi menekankan

komitmen program siaran publik sebagai persyaratan ijin siarannya. Sebaliknya,

Inggris memilih jalan yang berbeda yaitu menentukan biaya lisensi televisi pada tiap

pembelian peralatan televisi untuk menandai BBC, yang merupakan siaran publik

sebagai bagian dari Perjanjian Kerajaan.(C. Steinberg ,1980)

Perkembangannya penggunaan kabel dan satelit menandakan distribusi

pada tahun 1970, yang menyebabkan pengusaha semakin mengejar target

penonton tertentu, dan membuat bermunculannya saluran televisi khusus, seperti

HBO dan SkyTv (Television History: The First 75 Years, ).Praktis tiap negara di dunia sekarang telah mengembangkan sekurang kurangnya satu saluran televisi.

Televisi telah berkemang pesat di seluruh masyarakat dunia, memudahkan tiap

negara menampilkan aspek budaya dan masyarakatnya kepada negara negara

lain.

2.2.2.1 Standar Televisi Siaran

Untuk mendapatkan gambar atau citra bergerak, televisi meniru film bioskop.

Film bioskop menayangkan 30 frame (bingkai) gambar dalam setiap detik. Karena

itu bingkai bingkai gambar yang disorotkan atau diproyeksikan pada layar

menimbulkan gambar yang terkesan bergerak, suatu gambar yang nampak hidup.

Demikian juga televisi memancarkan sejumlah bingkai gambar dalam setiap

detiknya. Agar supaya pesawat televisi dapat bekerja sebagaimana mestinya,

pesawat televisi memerlukan suatu sumber sinyal sinyal referensi pewaktu. Sinyal

- sinyal ini yang mengatur pesawat televisi agar siap untuk menerima gambar

berikutnya dari deretan gambarnya.

Dari sejak semula sudah ditetapkan untuk menggunakan frekuensi jala jala

(28)

frekuensi jala jala listrik. Pertama, bila frekuensi sinyal referensi pewaktu tidak

sama dengan frekuensi jala jala listriknya akan menghasilkan gambar gambar

yang rolling. Alasan yang kedua, di studio televisi akan menghadapi masalah

masalah flicker pada kamera pada saat pembuatan program.

Setiap bingkai gambar terbentuk dengan jalan penyapuan (scanning) garis

garis yang membentuk suatu gambar. Teknik penyapuan garis garis itu dilakukan

dengan mengerjakan penyapuan pada garis garis bernomor gasal lebih dulu,

hasilnya dinamakan field gasal. Selanjutnya mengerjakan penyapuan pada garis

garis bernomor genap, hasilnya dinamakan field genap. Kedua field itu disatukan

sedemikian rupa sehingga garis garis bernomor genap tersisip masuk di antara

garis garis bernomor ganjil, terjadi yang namanya interlacing, dan terbentuklah

sebuah bingkai gambar.

Di seluruh dunia ada dua frekuensi jala jala listrik yang digunakan yaitu 50

hertz dan 60 hertz. Hal ini yang membagi sistem televisi di dunia menjadi dua

kelompok yang berlainan, kelompok 25 bingkai gambar per detik atau 50 field per

detik (50 hertz) dan kelompok 30 bingkai gambar per detik atau 60 field per detik (60

hertz). Kemudian kelompok 60 hertz mengadakan sedikit perubahan frekuensi field

menjadi 59.94 hertz ketika ada penambahan warna pada sinyal televisi. Isu

frekuensi field itu cukup dalam mengakar pada kedua standard televisi. Sehingga

masalah kompatibilitas yang terbesar di antara kedua standard itu tetap berkaitan

dengan frekuensi field, dan ini merupakan masalah yang tersulit untuk dipecahkan.

Di luar itu, antara sistem sistem yang berbasis 50 hertz dan 60 hertz timbul

perbedaan berikutnya sejak permulaan siaran berwarna. Sebagian besar negara

yang berbasis 60 hertz menggunakan teknik yang disebut NTSC, yang aslinya

dikembangkan di Amerika Serikat oleh suat badan yang namanya National

Television Standard Committee. NTSC sering diplesetkan Never Twice The Same

Color, bekerja dengan baik pada lingkungan video dan closed circuit. Tapi dapat

menimbulkan masalah perubahan hue (warna) bila digunakan pada lingkungan

penyiaran (broadcasting).

Masalah perubahan hue ini disebabkan oleh pergeseran pergeseran fasa

sub gelombang pembawa warna (color sub-carrier phase) dari sinyal televisi.

(29)

sub gelombang pembawa yang dibalik pada setiap garis yang kedua. Versi

modifikasi ini disebut PAL, singkatan dari Phase Alternate Lines, yang sering

diplesetkan dengan Picture At Last, atau dengan Pay for Added Luxury atau dengan

People Are Lavendar. Di negara negara yang jala jala listriknya 50 hertz, PAL

yang paling banyak dianut untuk siaran televisi. PAL bukan satu satunya sistem

warna yang banyak digunakan dengan 50 hertz. Perancis telah merancang suatu

sistem, terutama dengan alasan alasan politis untuk melindungi perusahaan

manufaktur dalam negerinya, yang dikenal sebagai SECAM, singkatan dari

Sequential Couleur Avec Memoire. Sering diplesetkan dengan System Essentially

Contrary to American Method, SECAM banyak digunakan di negara negara blok

timur untuk menggalang inkompatibilitas dengan siaran dari negara negara blok

barat. Juga suatu motif yang bermuatan politis.

Secara umum, karena frekuensi field dan frekuensi penyapuan (scanning) itu

identik, maka bisa diperoleh gambar monokrom dari suatu rekaman video PAL yang

diputar ulang (replay) pada perangkat SECAM, atau sebaliknya. Perbedaan

perbedaan frekuensi pemancaran dan pengkodean (encoding) menimbulkan

inkompatibilitas perangkat ditinjau dari sudut penyiaran.

2.2.2.2 Saluran Pemancar Televisi

Kelompok frekuensi yang ditetapkan oleh FCC bagi sebuah stasiun

pemancar untuk transmisi sinyalnya disebut saluran (channel). Masing masing

stasiun televisi mempunyai sebuah saluran 6 MHz dalam salah satu bidang

frekuensi (band) berikut yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial :

1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 sampai 88

MHz.

2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 sampai 216

MHz.

3. UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 sampai 890 MHz.

Dalam semua bidang bidang frekuensi ini, lebar tiap tiap saluran televisi

adalah 6 MHz. Sebagai contoh, saluran disiarkan pada 60 sampai 66 MHz. Sinyal

sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk dalam tiap

(30)

Bidang Frekuensi

Alokasi Keterangan

30 535 kHz Mencakup komunikasi maritim

dan navigasi

500 kHz adalah frekuensi bahaya

(distress) internasional

535 1605 kHz Bidang penyiaran radio standar Penyiaran AM

1605 30 MHz Mencakup radio amatir dan

penyiaran gelombang pendek internasional

Bidang frekuensi amatir 3.5 4.0

MHz dan 28 0 29.7 MHz

30 50 MHz Pemerintah dan non

pemerintah, tetap dan mobil

Termasuk pelayanan polisi,

kebakaran, kehutanan, jalan raya, dan jalan kereta api

50 54 MHz Radio amatir Bidang frekuensi 6m

54 72 MHz Penyiaran televisi saluran 2 sampai 4

Juga pelayanan pelayanan tetap dan mobil

72 76 MHz Pelayanan pemerintah dan

non pemerintah

Aeronautical Marker Beacon

pada 75 MHz

76 88 MHz Saluran penyiaran televisi

saluran 5 dan 6

Juga pelayanan yang tetap dan

mobil

88 108 MHz Penyiaran FM Juga tersedia untuk penyiaran

faksimil, 88 92 MHz

penyiaran FM untuk pendidikan

108 122 MHz Navigasi aeronautik Pencari tempat (localizer), daerah

radio, pengontrol lalu lintas udara (ATC Air Traffic

Control)

122 174 MHz Pemerintah dan non

pemerintah, tetap dan

mobil, amatir

Bidang frekuensi amatir 144 148 MHz

174 326 MHz Penyiar televisi saluran 7 13 Juga pelayanan tetap dan mobil

216 470 MHz Amatir, pemerintah dan non

pemerintah, tetap dan mobil, navigasi aeronautik

Radio altimeter, glide patsh, dan

perlengkapan meteorologi, Aviasi sipil 225 400 MHz

470 890 MHz Penyiaran Televisi Penyiaran televisi UHF saluran 14

(31)

dalam saluran 70 sampai 83

890 3000 MHz Navigasi radio aeronautik, amatir, relay pemancar

radio, pemerintah dan non pemerintah, tetap dan

mobil

Frekuensi radar 1300 1600 MHz, televisi pendidikan 2500

2690 MHz; tanur gelombang mikro pada 2450 MHz.

3000 30000 MHz

Pemerintah dan non pemerintah, tetap dan

mobil, amatir, Navigasi radio

Frekuensi super tinggi (SHF Super High Frequencies);

relay radio, satelit INTELSAT

30000 300000

MHz

Eksperimen, pemerintah,

amatir

Frekuensi frekuensi yang

ekstrim tinggi (EHF Extremely High Frequencies)

2.2.2.3 Televisi Penerima

Televisi yang muncul pertama adalah radio dengan penambahan peralatan

televisi berupa tabung neon dengan piringan yang berputar secara mekanik

(piringan Nipkow, ditemukan oleh Paul Gonlieb Nipkow) yang dapat menghasilkan

gambar berukuran perangko pos merah. Siaran elektronik publik pertama disiarkan

di Jerman bulan Maret 1935. Siaran tersebut memiliki sistem 180 garis resolusi dan

hanya tersedia dalam 22 ruang tonton publik. Salah satu acara utama yang

diadakan adalah Olimpiade Berlin 1936. Siaran Jerman tersebut memiliki sistem

441 garis resolusi pada musim gugur 1947. (Early Electronic TV

http://www.earlytelevision.org/pendleton_paper.html)

Penggunaan televisi membumbung tinggi setelah Perang Dunia II, dengan

keuntungan teknologi yang berhubungan dengan perang dan pemasukan

tambahan. (pada tahun 1930-an TV penerima setara dengan harga 7000 dollar dan

hanya sedikit acara yang tersedia).

Selama bertahun tahun tiap negara menggunakan sistem standar teknis

yang berbeda beda. Perancis awalnya mengadopsi sistem standar Jerman 441

garis resolusi tetapi kemudian dikembangan menjadi 819 garis resolusi , yang dapat

memberikan gambar berkualitas tinggi pada tiap televisi dengan sistem analog, kira

[image:31.595.93.516.99.340.2]
(32)

Eropa mengganti standarnya menjadi 625 garis resolusi, yang sekali lagi mengikuti

standar Jerman. Sementara itu Amerika Utara memakai sistem standar 525 garis

resolusi.

Mulai tahun 90-an, televisi modern terbagi menjadi tiga trend yang berbeda,

yaitu TV penerima, sistem yang terintegrasi dengan DVD player dan kemampuan

merekam VHS VCR yang dibuat dalam televisi itu sendrii. (kebanyakan untuk

televisi ukuran kecil hingga ukuran 17 , ide utamanya adalah untuk memiliki sistem

portable yang lengkap), dan sistem komponen dengan monitor video layar lebar,

tuner, sistem audio yang terpisah dimana pemilik dapat menggabungkan semuanya

menjadi sistem home theater yang canggih. Sistem ini tampaknya cocok untuk

videophile yang senang pada komponen yang dapat diganti secara terpisah.

Ada banyak jenis monitor video yang digunakan pada televisi modern

sekarang. Yang umum digunakan adalah jenis CRT dengan view langsung mulai

dari 40 atau 100cm (dalam 4:3) dan 46 atau 115 cm menggunakan teknologi

proyeksi televisi yaitu : sistem CRT, sistem LCD, dan sistem chip dengan gambar

pantulan. Teknologi yang lebih canggih adalah dengan membuat layar datar pada

televisi yang menggunakan LCD matrix atau teknologi display plasma. Panel

plasma datar dan display LCD tebalnya hanya 4 inci atau 10cm dan dapat

digantungkan di dinding layaknya sebuah gambar. Jenis ini sangat atraktif dan

hemat ruang tetapi masih sangat mahal.

Sekarang televisi telah mempunyai sebuah port yang menghubungkan

periferal ke dalamnya atau menghubungkan televisi dengan sistem video rumahan

(HAVI), seperti LG RZ-17LZ10 yang menyertakan sebuah port USB, yang dapat

menghubungkan mouse, keyboard, dan yang lain. (untuk WebTV, sekarang disebut

MSN TV).

2.2.2.4 Distribusi

Untuk memperoleh siaran televisi yang akan disiarkan ke publik dapat

dilakukan dengan beberapa cara. Setelah proses produksi, langkah berikutnya

adalah memasarkannya ke publik yang terbuka untuk menggunakannya. Ini

(33)

1. Original Run, seorang produser membuat sebuah program dalam

beberapa episode dan menampilkannya pada sebuah stasiun televisi

yang membayar produksi tersebut atau membayar langsung lisensi yang

disetujui oleh produser.

2. Syndication, ini adalah terminologi yang maksudnya menggunakan

program program bekas (setelah original run). Ini bukan hanya

menyiarkan ulang acara tersebut hanya di negara bersangkutan, tetapi

juga berlaku secara internasional dimana acara tersebut bisa saja tidak

diatur oleh produser aslinya. Dalam banyak kasus di beberapa

perusahaan, stasiun televisi atau personal, terikat untuk melakukan

syndication. Dengan kata lain, untuk menjual acara tersebut ke pasar,

mereka diperbolehkan untuk menjualnya sesuai dengan kontrak dari

pemegang hak cipta, dalam hal ini adalah si produser itu sendiri.

2.2.3 Lembaga Penyiaran Swasta

Lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat

komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya

menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Warga negara asing

dilarang menjadi pengurus lembaga penyiaran swasta.

Lembaga penyiaran swasta didirikan dengan modal awal yang

sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia. Lembaga penyiaran

swasta dapat melakukan penambahan dan pengembangan pemenuhan

modal yang berasal dari modal asing sesuai dengan peraturan dan

perundang undangan yang berlaku. Pihak asing yang melakukan

penambahan dan pengembangan pemenuhan modal tidak boleh menjadi

pemegang saham mayoritas. Lembaga penyiaran swasta wajib memberikan

kesempatan kepada karyawan untuk memiliki saham perusahaan.

Pemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta yang mengarah

pada pemusatan di satu orang atau di satu badan hukum, baik di satu

wilayah siaran, maupun antar wilayah siaran, dilarang. Kepemilikan silang

antara lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran

radio, dan lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa

penyiaran televisi; antara lain lembaga penyiaran swasta dengan

(34)

lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya; baik langsung maupun

tidak langsung, dilarang.

2.2.4 Kegiatan Penyiaran

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan dalam stasiun TV

merupakan kegiatan proses produksi dimana terdiri dari tiga bagian utama,

yaitu :

1. Praproduksi (perencanaan), meluputi kegiatan praproduksi antara lain

penuangan ide ke dalam outline, pembuatan format / skenario, script,

storyboard, program meeting, pembuatan dekor, dan lain lain.

2. Produksi (peliputan), seluruh kegiatan liputan (shooting) baik di studio

maupun di lapangan.

3. Pascaproduksi (penyuntingan), semua kegiatan setelah peliputan /

shooting sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan /

diputar kembali. Yang termasuk kegiatan pasca produksi antara lain :

editing (penyuntingan), manipulating (pengisian suara), subtitle, title,

ilustrasi,efek, dan lain lain.

Tahap pekerjaan setelah selesai shooting adalah harus diadakan

checking, untuk mengetahui apakah perlu dilakukan shooting ulang.

Checking berikutnya dilakukan selesai pekerjaan editing dan manipulating

yang lazim disebut review untuk menentukan apakah perlu ada perbaikan,

kemudian dilakukan priview.

Kegiatan penyiaran meliputi merencanakan dan memproduksi program (mata

acara), mengadakan / menyiapkan program, menyiapkan pola acara, baik harian,

mingguan, bulanan, triwulan, tengah tahunan, dan seterusnya, menyelenggarakan

siaran baik artistik maupun jurnalistik, mengadakan kerja sama dengan lembaga

penyiaran lainnya, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, mengadakan

pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, menyelenggrakan pertukaran

berita dan program dengan lembaga penyiaran, baik dalam maupun luar negeri, dan

(35)

2.2.5 Fasilitas Televisi

Fasilitas penyiaran televisi meliputi mulai dari stasiun kecil yang melayani

suatu komunitas kecil hingga ke fasilitas jaringan yang besar dengan banyak

studio dan fasilitas pendukung yang mahal yang menyediakan acara untuk

ratusan kota dan pasar regional. Karena luasannya variasi jenis yang dibutuhkan

suatu stasiun, artikel ini dibatasi hanya membahas pertimbangan untuk

perencanaan dasar ditambah dengan gambaran singkat untuk tiap stasiun yang

mungkin diperlukan. Pembahasan ditekankan hanya pada fasilitas pembuatan

program, sedangkan stasiun tranmisi hanya dibahas sekilas.

Menurut Quall et. al. (1995) berikut ini adalah fasilitas fasilitas yang

dibutuhkan untuk suatu stasiun besar. Stasiun yang lebih kecil mungkin

membutuhkan fasilitas yang lebih sedikit.

1. Studio

Yaitu segala ruang dimana dilaksanakan proses perekaman dengan kamera.

2. Ruang Kontrol

 Memiliki peralatan terpisah untuk audio, video dan penataan.

 Memiliki akustik yang baik.

 Dapat diakses dari studio yang berhubungan dengannya.

 Direct visual contact ( pandangan langsung dari dan ke studio ) jika

diperlukan.

3. Fasilitas

 Tempat peralatan peralatan teknik yang mendukung penyiaran.

 Agar mudah dirawat, sering dikelompokkan dalam CTA :

Fasilitas di dalam CTA :

- Ruang / rak peralatan - Video tape recording (VTR)

- Teleccinema (fasilitas pemutaran film)

- Master control ( untuk pemolesan akhir dan tempat monitoring siaran on-air)

- Maintenance work shop (gudang suku cadang peralatan) - Ruang peralatan telephone

(36)

- Program control ( ruang tempat menghubungkan berbagai baan (VTR, teccine, live remote) menjadi suatu program yang lengkap.

4. Pemberitaan

Fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu stasiun TV besar atau jaringan :

 Newsroom

 Arsip dan perpustakaan

 Studio pemberitahuan khusus

 Grapich arts

5. Fasilitas Pendukung Studio

 Hall latihan (rehearsal hall)

 Wardrobe room

 Dressing room

 Make up room

 Ruang multi guna

 Penyimpanan untuk layer dan barang barang

 Ruang tunggu crew

 Penyimpanan kamera, microphone, peralatan lightning. 6. Scenery / Latar

Termasuk tempat Indonesia, memproduksi, penyimpanan dan untuk yang

tidak terpakai lagi.

7. Film

Fasilitas untuk memproses film, editing, penimpanan dan kadang kadang

sebagai laboratorium film komersial.

8. Efek Suara

Hanya dibutuhkan untuk stasiun besar.

9. Ruang Produksi Musik

Menyediakan suara background untuk acara studio.

10. Screening Room (viewing room)

Ruang untuk priview suatu film atau acara kepada acara potensial.

11. Fasilitas untuk produksi acara di luar

 Garasi atau ruang parkir

 Ruang kerja untuk perawatan dan penyimpanan suku cadang.

 Untuk stasiun yang sering mengadakan siaran off-premises sebuah ruang

(37)

 Sangat dibutuhkan. Karena memungkinkan mengrapulkan siaran remote

tanpa terikat pada suatu stasiun tetap.

12. Ruang Echo

Dengan menggunakan kamar echo alami atau dengan menggunakan alat

buatan.

13. Kantor

 Dapat teletak jauh dari studio atau bahkan pada bangunan lain.

 Ruang eksekutif dan konferensi membutuhkan rangkaian.

14. Fasilitas Pegawai

 Suatu aktivitas yang besar membutuhkan cafetaria, fasilitas P3K yang

lainnya.

 Dalam merencanakan sirkulasi dan fasilitas toilet, memperhatikan

sirkulasi pengunjung, anak sekolah, dan penonton studio.

15. Perawatan Bangunan

Diperlukan untuk perawatan AC, tenaga listrik, dan layanan bangunan lain

yang penting.

16. Pengembangan Site

 Yang diperlukan dalam parkir : karyawan, pengunjung studio, tamu bisnis,

masyarakat umum, kendaraan stasiun

 Fasilitas loading diluar adalah penting untuk alat alat scenery dan

barang barang seperti kamera yang berat, boneka boneka, dan

peralatan elektronik.

 Beberapa stasiun memanfaatkan fasilitas luarnya untuk program

program tentang pertanian atau hewan.

Siaran

Siaran berasal dari kata siar . Siar berarti menyebarluaskan informasi

melalui pemancar. Siaran dapat berupa siaran radio, dapat pula dalam

bentuk siaran audio visual dan sinkron, seperti televisi siaran.

Siaran sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh

organisasi penyiaran, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas manusia

(38)

Produksi acara siaran, tidak selalu diselenggarakan di dalam studio,

tapi ada yang diproduksi di luar studio. Untuk produksi dan siaran langsung

di luar studio, diperlukan mobil produksi /Outsidediperlukan mobil produksi / Outside Broadcasting Van (OB Van) dan seperangkat kamera elektronik lengkap dengan perekam suaranya. Bahkan sebuah stasiun penyiaran

memiliki studio alam, yaitu studio yang dibuat di alam terbuka, dilengkapi

dengan berbagai tipe rumah, danau, gunung, sungai, perkampungan, dan

sawah buatan. Hal ini untuk keperluan produksi mata acara siaran.

Sebenarnya tugas dari stasiun penyiaran hanyalah memancarkan

siarannya dari pemancar stasiun penyiaran, tetapi wewenang dari pengelola

telekomunikasi di Indonesia adalah P.T. Telkom Indonesia dan Indosat.

Prinsip Dasar Siaran Televisi

Untuk menyelenggarakan siaran televisi, pada perangkat keras

(hardware) diperlukan tiga unsur utama, yaitu studio ( Prasarana dan Sarana

Pengunjung ), pemancar ( Transmisi ), dan pesawat Televisi ( Penerima ).

Ketiga unsur utama ini disebut dengan Trilogi Televisi . Artinya panduan

penggunaan ketiga unsur tersebut akan menghasilkan siaran televisi. Pada

gambar 2.1 dan 2.2 dapat terlihat prinsip dasar penyiaran televisi.

(39)
[image:39.595.156.495.101.299.2]

Gambar 2.2. Skema transmisi siaran yang diterima antena penerima

2.2.6 Program Siaran Televisi

Secara umum, program siaran televisi terbagi menjadi tiga jenis yaitu

acara hiburan tanpa naskah, acara hiburan dengan naskah, dan acara yang

bersifat informasi.

2.2.6.1 Acara Hiburan Tanpa Naskah

Acara hiburan tanpa naskah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu

acara games,reality show, talent show.

Acara games merupakan sebuah program dimana kontestan yang

berupa kru televisi ataupun selebritis, dalam sebuah tim, memainkan sebuah

permainan yang melibatkan menjawab pertanyaan atau memecahkan

teka-teki dengan uang sebagai hadiah. Dalam beberapa acara, kontestan akan

bersaing terhadap kontestan lain atau tim lain, sedangkan dalam beberapa

acara lainnya kontestan akan bermain sendiri untuk hasil yang bagus atau

nilai yang tinggi. Acara games sering menghadiahkan pemain dengan

hadiah berupa uang, ataupun perjalanan serta servis yang disediakan oleh

sponsor acara.

(40)

disuguhi oleh pemeran yang belum diketauhi sebelumnya. Acara ini sering

menyoroti drama pribadi dan konflik yang lebih jauh dari acara dokumenter.

Talent show atau juga acara pertunjukan kebolehan atau keahlian merupakan acara dimana kontestan menunjukkan kebolehan dalam

bernyanyi, menari, akrobat, akting, dan lain lain terkadang untuk hadiah,

piala ataupun hadiah uang.

2.2.6.2 Acara Hiburan dengan Naskah

Acara hiburan dengan naskah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu

drama, animasi, dan acara komedi.

Acara drama atau sering juga disebut sinetron di Indonesia

merupakan acara yang berisi tentang sebuah cerita bernaskah yang

diperankan oleh berbagai artis dan aktor. Sinetron pada umumnya bercerita

tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik

berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali

dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing.

Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama

makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron

dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan

oleh penulis skenario.

Film animasi serial adalah salah satu jenis program animasi televisi

dengan judul yang sama, yang juga biasanya berhubungan satu dengan

yang lain. Karakter dan tema di tiap episode film animasi serial biasanya

sama. Film animasi biasanya ditujukan kepada anak anak daripada orang

dewasa. Namun juga ada beberapa film animasi yang memang ditujukan

kepada orang dewasa daripada anak anak.

Acara komedi adalah acara yang lucu yang pada umumnya bertujuan

untuk menghibur, menimbulkan tawa. Acara komedi dibagi lagi beberapa

jenis yaitu drama komedi yang merupakan drama, namun lebih ditonjolkan

(41)

yang merupakan acara komedi yang dibawakan oleh beberapa komedian

dengan sebuah tema yang kemudian diimprovisasi oleh komedian di atas

panggung, dan yang terakhir adalah stand up komedi yang merupakan

acara komedi dimana komedian berdiri diatas panggung dan bercerita

ataupun bernyanyi secara bergantian, stand up komedi sering berisi

sindiran, baik terhadap diri sendiri, maupun pihak tertentu namun tetap

menimbulkan tawa.

2.2.6.3 Acara Informasi

Acara informasi merupakan acara yang berisi tentang berbagai

informasi, baik berita aktual tentang keadaan sosial ekonomi maupun

olahraga juga film dokumenter.

Program berita atau acara berita, biasanya berisi liputan berbagai

perittiwa berita dan informasi lainnya, apakah yang diproduksi secara lokal

oleh stasiun radio atau televisi, atau oleh suatu jaringan penyiaran. Program

berita juga berisi materi tambahan seperti liputan olahraga, prakiraan cuaca,

laporan lalu lintas, komentar serta bahan lain yang oleh penyiar berita

dianggap relevan dengan pendegar atau pemirsanya.

Film dokumenter dibuat khusunya utk stasiun televisi yang

khususnya di saluran dokumenter. Film dokumenter berisi juga beberapa film

film yang berhubungan dengan sejarah maupun politik. Juga ada beberapa

film dokumenter di jurusannya sendiri, yaitu tentang perjalanan, tentang alam

baik geografi maupun biologi juga tentang tourism seperti National Geographic Channel. Namun, dalam beberapa kesempatan yang jarang, film dokumenter di televisi menjadi sangat populer sehingga dirilis menjadi film

layar lebar.

2.2.7 Televisi Olahraga

(42)

jasmani yang diadakan orang dengan sukarela untuk memperkuat tenaga

tubuh, demikian juga dengan pemusatan pikiran.

Perkembangan olahraga di Indonesia semakin pesat. Perkembangan

ini dapat dilihat dari minat masyarakat dalam melakukan aktifitas olahraga

sehari-hari, juga dari tim nasional Indonesia dan semakin banyak pemuda

pemuda bangsa yang meraih prestasi di bidang olahraga baik nasional

maupun internasional. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di

Indonesia yang lumayan berkembang di bidang olahraga. Hal ini terlihat dari

peraihan medali emas oleh pemuda sumatera utara di bagian polo air dan

pencak silat.

Namun masih sedikit masyarakat Indonesia yang mengikuti

perkembangan olahraga karena keterbatasan di media penyebaran

informasi. Media penyebaran informasi tentang olahraga di Indonesia masih

sebatas media cetak berupa majalah dan koran, adapun media penyebaran

informasi melalui televisi hanya dibahas secara singkat hanya saat ketika

adanya sebuahevent.

Dengan adanya sebuah stasiun televisi khusus olahraga, masyarakat

Indonesia bisa lebih mengikuti perkembangan olahraga baik nasional

maupun internasional, juga memotivasi masyarakat tentang peran

pentingnya olahraga.

2.3 LOKASI PROYEK

Pada sub bab ini akan diuraikan tentang deskripsi / tinjauan lokasi proyek

dari kriteria, alternatif, hingga site yang dipilih.

2.3.1 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PROYEK

Kriteria lokasi berdasarkan persyaratan lokasi yang dapat dijadikan sebagai

acuan atau tolok ukur standar yang dapat menjadi pertimbangan untuk pemilihan

(43)

NO KRITERIA INTERNAL LOKASI

1 Posisi bangunan di kota

Berada di kawasan strategis yang merupakan daerah Central Bisnis District dan perkantoran mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi bisnis.

2 Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis (dapat dilihat dari segala sisi)

3 Pencapaian atau aksesibilitas Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik dengan angkutan umum maupun pribadi.

4 Orientasi Orientasi bangunan tidak mempengaruhi fungsi bangunan.

5 View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.

6

Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( 1-2 Ha )

7 Kontur tapak / topografi Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.

[image:43.595.99.512.97.453.2]

8 Jaringan jalan Sebaiknya terdapat di jalan yang besar (arteri / kolektor) dan bebas kemacetan.

Tabel 2.2 Tabel kriteria internal site Stasiun Televisi Swasta

2.3.2 ALTERNATIF LOKASI TAPAK

Adapun yang menjadi alternatif tapak terdapat 3 alternatif lokasi site, yaitu:

1. Lokasi alternatif 1 (Gambar 2.3) berada di

Jl. Gatot Subroto, Kecamatan Medan

Petisah, Medan dengan luas Site : ± 3.2

ha. Sebelah Utara site berbatasan dengan

Jl. Kompleks Ruko, sebelah timur

berbatasan dengan Jl. Medan Fair Plaza,

sebelah selatan berbatasan dengan Jl.

Gatot Subroto, sebelah barat berbatasan

dengan Jl. Iskandar Muda Baru

[image:43.595.366.512.556.697.2]
(44)

2. Lokasi alternatif 2 (Gambar 2.4)

berada di Jl. Abdul Haris Nasution,

Kecamatan Medan Johor, Medan

dengan luas site : ± 3.2 ha.

Sebelah utara site berbatasan

dengan Jl. Abdul Haris Nasution,

sebelah timur berbatasan dengan

Gedung Asrama Haji, sebelah

selatan dengan lahan kosong,

sebelah barat dengan gedung

perkantoran.

3. Lokasi alternatif 3 (Gambar 2.5)

berada di Jl. Kejaksaan,

Kecamatan Medan Petisah, Medan

dengan luas site : ± 3 ha. Sebelah

utara site berbatasan dengan Jl.

Candi Borobudur, sebelah timur

dengan Jl. Candi Mendut, sebelah

selatan dengan Jl. Kejaksaan,

sebelah barat dengan Jl. Candi

Borobudur.

Dari penilaian di tabel 2.3 dapat dilihat beberapa kriteria kriteria di

atas serta memenuhi persyaratan maka terpilih site alternatif 2 yaitu Jl. A.H.

Nasution, Kecamatan Medan Johor, Medan, dengan sistem penilaian nilai 1

[image:44.595.328.491.103.270.2]

adalah buruk, nilai 3 adalah cukup, dan nilai 5 adalah baik sekali.

[image:44.595.324.511.328.504.2]

Gambar 2.4 Jl. Abdul Haris Nasution

(45)

KRITERIA

LOKASI

ALTERNATIF 1

Jl. Gatot Subroto

Kec. Medan Petisah

ALTERNATIF 2

Jl. A. H. Nasution

Kec. Medan Johor

ALTERNATIF 3

Jl. Brigjen Katamso

Kec. Medan Maimun

Tingkatan Jalan Jalan Arteri Primer (5) Jalan Arteri Primer (5) Jalan Arteri Primer (5)

RUTRK Sesuai(5) Sesuai (5) Kurang Sesuai (3)

Pencapaian ke

Lokasi

Pencapaian mudah karena berada di jalur utama pusat

kota namun rentan macet

(5)

Pencapaian mudah karena

berada di jalur utama pusat kota serta didukung dengan

adanya sarana angkutan

umum yang banyak di

daerah ini. (5)

Pencapaian mudah karena

berada di jalur utama pusat kota. (5)

Pengenalan

Entrance

Entrance mudah diakses

karena berada pada jalan primer (5)

Entrance cukup mudah

diakses karena berada pada jalan primer (5)

Entrance cukup mudah (3)

Fungsi pendukung di sekitar lokasi

Medan Fair, Medan Plaza, Hotel (5)

Mesjid Asrama Haji,

Perkantoran (5) Hotel (3)

Kepadatan

Bangunan Sangat Padat (1) Tidak Padat (5) Sangat Padat (1)

Sirkulasi Kendaraan

Arus Kendaraan padat,

karena terletak di persimpangan lampu merah

yang cukup padat. (1)

Arus Kendaraan lancar,

karena ruas jalan yang

cukup lebar. (5)

Arus Kendaraan padat

walau lebar jalan yang

cukup lebar. (3)

Fungsi Eksisting Lahan Kosong (5) Kompleks Ruko (5) Lahan Kosong & Hunian (5)

Sarana Angkutan

umum Banyak (5) Banyak (5) Banyak (5)

Kondisi Jalan Baik (5) Baik (5) Baik (5)

Total Nilai 42 50 38

Peringkat 2 1 3

2.3.3 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Perancangan

Kasus proyek berjudul Stasiun Televisi Swasta. Status proyek bersifat

fiktif. Pemilik Proyek adalah pihak swasta. Lokasi tapak berada di jalan

Abdul Haris Nasution, Kecamatan Medan Johor, Medan dengan batasan

sebelah utara dengan jl. A

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Frekuensi Penyiaran
Gambar 2.2. Skema transmisi siaran yang diterima antena penerima
Tabel 2.2 Tabel kriteria internal site Stasiun Televisi Swasta
Gambar 2.4 Jl. Abdul Haris Nasution
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tampilan bangunan berupa bentuk dan wujud, bukaan, warna, tekstur, serta skala bangunan diterapkan berbeda-beda ke dalam lima zona sesuai transformasi kata kunci dari lima

Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana merancang bangunan Taman Pintar dengan mengolah tata ruang luar yang dapat

Pada kasus proyek yang terintegrasi dengan Sungai Deli, Bangunan Preservasi. dan Podomoro Deli City ini, penulis mempertimbangkan perencanaan view dari

Tujuan yang hendak dicapai yaitu terumuskannya pokok-pokok pikiran sebagai suatu landasan konseptual perencanaan dan perancangan stasiun televisi O Channel di Jakarta

berhubungan dengan statusnya sebagai suatu entitas bisnis. c) Kegiatan program, adalah kegiatan pada stasiun televisi yang menangani. urusan perencanaan, pemilihan,

Pada tahapan ini terdapat latar belakang , deskripsi proyek , elaborasi tema , analisa dan konsep yang akan berguna didalam perancangan bangunan.. Pada kesempatan

Pada tahapan ini terdapat latar belakang , deskripsi proyek , elaborasi tema , analisa dan konsep dari perancangan bangunan “Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus

rancangan bangunan multi massa Sub-CPMK : Mahasiswa dapat menjelaskan Pengaturan sirkulasi dan akses massa bangunan dalam site perencanaan perancangan Materi Ajar :  Sirkulasi Ruang