• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pulau Salah Namo Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengembangan Pulau Salah Namo Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i   

PENGEMBANGAN PULAU SALAH NAMO SEBAGAI OBJEK WISATA BAHARI DI KABUPATEN BATU BARA

KERTAS KARYA OLEH

HALIMA ZULFIDAH 112204046

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii   

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN PULAU SALAH NAMO SEBAGAI OBJEK WISATA BAHARI DI KABUPATEN BATU BARA

OLEH

HALIMA ZULFIDAH 112204046

Dosen pembimbing, Dosen pembaca,

(3)

iii   

LEMBAR PENGESAHAAN

Judul Kertas Karya : PENGEMBANGAN PULAU SALAH NAMO SEBAGAI

OBJEK WISATA BAHARI DI KABUPATEN BATUBARA

Oleh : HALIMA ZULFIDAH

NIM : 112204046

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

(4)

iv   

ABSTRAK

Kabupaten Batu Bara memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dalam dunia kepariwisataan. Salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pulau Salah Namo yang terletak di perairan Selat Malaka, ini dapat dilihat dari potensi-potensi yang dimiliki dan keadaan alamnya yang masih alami. Objek wisata ini dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan, meningkatkan kejahteraan masyarakat sekitar, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), menambah devisa negara, membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha. Upaya Pemerintah Daerah dalam pengembangan kawasan wisata yang terpadu dengan membangun sarana dan prasarana, dan promosi guna meningkatan citra yang baik Pulau Salah Namo sebagai kawasan wisata bahari. Dalam pengembangan objek wisata bahari, Pulau Salah Namo harus ditangani dan dikelola secara profesional serta kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti masyarakat, swasta dan pemerintah guna mendapatkan hasil yang optimal.

(5)

v   

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahiim.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu.

Salawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhamamd SAW yang telah di

jadikan sebagai panutan lilalamin.

Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa Program Studi Pariwisata

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan

menyelesaikan sebuah kertas karya. Kertas karya ini untuk melengkapi persyaratan

mencapai gelar Diploma III Pariwisata dalam Bidang Keahlian Usaha Wisata

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya yang

penulis buat adalah “Pengembangan Pulau Salah Namo Sebagai Objek Wisata

Bahari di Kabupaten Batubara”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan, pengetahuan, kemampuan dan sumber bacaan yang

diperoleh. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis bersedia menerima saran dan

keritikan yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya

(6)

vi   

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis banyak mendapat bantuan,

dorongan, semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini dengan rasa haru dan bangga penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Dr. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Marzaini Manday, MSPD, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, dukungan, bimbingan dan

masukan dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Sugeng Parmono, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan

arahan, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Solahuddin Nasution S.E., M.SP., selaku Koordinator Praktek Kerja

Lapangan Jurusan Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah

dengan sabarnya membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Staf pengajar pada Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

7. Staf Kantor Jurusan Program Studi D-III Pariwisata, kak Tri dan kak July

yang telah dengan sabar melayani, membantu dan mengarahkan

(7)

vii   

8. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Ruslan dan Ibunda

Masnel yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun material dan

kasih sayang yang tiada tara terhadap penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu.

9. Abang, Kakak penulis yang tercinta, Bang Luluk, Kakak wiwid dan Kakak

Evi yang selalu memberikan semangat, nasehat, dukungan moral dan materil

kepada penulis.

10.Kepada sahabat hati Arief Artanoga Putra yang selalu memberi semangat dan

motivasi dalam menyelesaikan kertas karya ini. Fida ucapan terimakasi atas

semuanya.

11.Kepada sahabat-sahabat Penulis, Helena Qadrini, Tri Suci, Khusnul Huznaini,

dan Harita Islami yang selalu memberikan semangat, dukungan dan

membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

12.Kepada seluruh kawan-kawan Usaha Wisata ’11 terima kasih atas

kesetiakawanan kalian semua selama masa perkuliahan. Terkhusus kepada

sahabat penulis, Nurul, Chida.

13.Kepada seluruh kawan-kawan Perhotelan ’11 terima kasih atas

(8)

viii   

Akhir kata penulis pengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini

bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya. Kepada Engkau ya

Allah segala kesempurnaan dan kami memohon atas segala keridhoan- Mu ya Allah.

Alhamdulillahirabil’alamiin.

Medan, September 2014

Penulis

Halima zulfidah

(9)

ix   

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 4

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata ... 7

2.2 Pengertian Wisatawan ... 8

2.3 Pengertian Sarana Prasarana Kepariwisataan ... 10

2.3.1 Sarana Kepariwisataan ... 10

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan ... 11

(10)

x   

2.5 Produk Wisata ... 15

2.6 Pengertian Pengembangan Pariwisata ... 16

2.7 Pengertian Pengembangan Objek Wisata ... 18

2.7.1 Tujuan dan Akses Pengembangan Objek Wisata ... 18

2.7.1.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata ... 18

2.7.1.2 Asas Pengembangan Objek Wisata ... 19

2.8 Pengertian Pengembangan Wisata Bahari ... 20

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN BATU BARA 3.1 Profil Kabupaten Batu Bara ... 22

3.2 Sejarah Kabupaten Batu Bara ... 24

3.3 Demografi ... 27

3.3.1 Letak dan Luas Kabupaten Batu Bara ... 27

3.3.2 Pembagian Wilayah Administratif ... 27

3.3.3 Keadaan Alam ... 28

3.3.4 Iklim ... 29

3.4 Luas Daerah ... 30

3.5 Perekonomian Masyarakat Kabupaten Batu Bara ... 31

3.6 Sarana dan Prasarana Kabupaten Batu Bara ... 32

(11)

xi   

4.2 Gamabaran Umum Objek Wisata Bahari Pulau Salah Namo ... 34

4.3 Potensi Yang Dimiliki ... 34

4.4 Sarana dan Prasarana ... 34

4.5 Pengembangan Pulau Salah Namo Sebagai Objek Wisata Bahari ... 36

4.5.1 Pengembangan Sumber Daya Alam ... 36

4.5.2 Pengembangan Sumber Daya Budaya ... 37

4.5.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 37

4.6 Dampak Pengembangan Objek Wisata Pulau Salah Namo ... 38

4.6.1 Dampak Positif ... 38

4.6.2 Dampak Negatif ... 39

4.7 Perhatian Pemerintah Dalam Pengembangan Pulau Salah Namo ... 40

4.8 Promosi Pulau Salah Namo ... 41

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 47

(12)

xii   

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Batu Bara ... 28

(13)

xiii   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Lambang Kabupaten Batu Bara ... 23

Gambar 3.2 Peta Kabupaten Batu Bara ... 27

Gambar 1 Penampakan Pulau Salah Namo dari Jauh ... 49

Gambar 2 Suasana Sunset di Pulau Salah Namo ... 49

(14)

iv   

ABSTRAK

Kabupaten Batu Bara memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dalam dunia kepariwisataan. Salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pulau Salah Namo yang terletak di perairan Selat Malaka, ini dapat dilihat dari potensi-potensi yang dimiliki dan keadaan alamnya yang masih alami. Objek wisata ini dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan, meningkatkan kejahteraan masyarakat sekitar, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), menambah devisa negara, membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha. Upaya Pemerintah Daerah dalam pengembangan kawasan wisata yang terpadu dengan membangun sarana dan prasarana, dan promosi guna meningkatan citra yang baik Pulau Salah Namo sebagai kawasan wisata bahari. Dalam pengembangan objek wisata bahari, Pulau Salah Namo harus ditangani dan dikelola secara profesional serta kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti masyarakat, swasta dan pemerintah guna mendapatkan hasil yang optimal.

(15)

xiv   

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari banyak pulau yang kaya

akan hasil alamnya.Sumber daya hayati pesisir dan lautan Indonesia seperti populasi

ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis, terumbu karang, padang lamun, hutan

mangrove dan berbagai bentang alam pesisir atau coastal landscape yang unik

lainnya, sehingga membentuk suatu pemandangan alam yang indah dan

menakjubkan. Kondisi tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan, sehingga pantas

bila dijadikan sebagai objek wisata bahari. Dalam rangka pemanfaatan sumber daya

alam yang ada, maka wisata bahari dapat di jadikan sebagaidaerah kunjungan wisata

di Pulau Salah Namo.

Pariwisata di Pulau Salah Namo menawarkan kegiatan wisata seperti wisata

alam, pemancingan, berenang, berlayar, rekreasi pantai dan wisata pesiar. Kegiatan

pariwisata juga merupakan kegiatan lintas sektoral, sehingga pengembangan

pariwisata akan melibatkan sektor lain seperti pertanian, perhubungan, perdagangan,

jasa, industri dan BUMN. Pengembangan kawasan wisata harus merupakan

pengembangan yang terencana secara terpadu sehingga dapat diperoleh manfaat yang

(16)

xv   

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sumatera

Utara yangmempunyai beberapa objek wisata dengan daya tarik berupa fenomena

alam. Pengembanganobjek-objek wisata ini sangat diperlukan untuk mengembangkan

kondisi perekonomian masyarakat di kabupaten tersebut, mengingat pada saat ini

pariwisata memberikan kontribusi yang kecil pada pendapatan daerah yaitu sebesar

15 juta per tahun (Suara Merdeka, 2003).

Kabupaten BatuBara memiliki berbagai obyek wisata yang menampilkan

kelangkaanfenomena alam. Objek wisata alam sendiri merupakan objek wisata yang

daya tariknyabersumber pada keindahan alam dan tata lingkungannya. Objek wisata

alam yang terdapat di Kabupaten Batu Bara sendiri antara lain adalah objek wisata

bahari Pulau Pandang dan PulauSalah Namo. Objek-objek wisata ini merupakan

kemungkinan untuk dikembangkan karenafenomena alam yang ada tidak terdapat di

semua tempat, sehingga obyek wisata ini memilikisuatu pesona alam yang menarik.

Sama seperti objek wisata Pulau Pandang, objek wisata Pulau Salah Namo

yang terletak di kecamatan Tanjung Tiram, tepatnya di perairan selat malaka dengan

panorama yang indah dapat dijadikan sebagai objek wisata bahari. Disekeliling Pulau

Salah Namo terdapat tebing-tebing batu yang curam dan Landscap dari pulau bagian

tengah berbukit dengan vegetasi hutan tropis yang tidak terlalu lebat. Pulau Salah

Namo diapit oleh beberapa pulau-pulau karang kecil, ketika air pasang surut gugusan

karang terlihat dengan jelas. Di bagian depan Pulau yang menghadap kedaratan induk

(17)

xvi   

Luas pasir putih tidak begitu luas jika dibandingkan dengan kawasan pantai pasir

putih yang terdapat diPulau Pandang.

Dengan kondisi Pulau Salah Namo yang sangat trategis, maka sangat tepat

untuk dilakukan berbagai kegiatan olahraga bahari seperti,diving, pemancingan

(fishing),snorkling,ataupun jet ski, sehingga memungkinkan objek wisata ini

berpotensi menjadi objek wisatapilihan bagi wisatawan yang berada di lingkungan

sekitarnya.

Selain dapat dijadikan untuk kegiatan olahraga,Pulau Salah Namo dapat

dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan penangkaran ikan terbesar diKabupaten

Batu Bara.Oleh karena itu, pengembangan PulauSalah Namo sebagaiobjek wisata

bahari di Kabupaten Batubara dapat dimanfaatkan sebagaisumber daya daerah dalam

kegiatan perekonomian yang dapat meningkatkan devisa, memperluas dan meratakan

kesempatan kerja, kesempatan berusaha,khususnya bagi masyarakat sekitarnya.

Hal inilah yang menjadi alasan dan motivasi penulis untuk menjadikan “

Pengembangan Pulau Salah Namo Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten

Batu Bara “ sebagai judul Kertas Karya untuk menjadi syarat kelulusan D-III

(18)

xvii   

1.2 Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah yang akan dibahas, yaitu meliputi pengenalan

objek wisata Pulau Salah Namo dan potensinya sebagai objek wisata bahari di

Kabupaten Batubara, sehinggakeberadaannya dapat diketahui oleh wisatawan lokal

maupun mancanegara.

1.3 Tujuan Penulisan

Kertas karya ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menyelesaikan studi pada program studi D-III pariwisata

2. Untuk mengetahui potensi wisata bahari Pulau Salah Namo

3. Memperkenalkan lebih jauh kepada masyarakat luas tentang objek wisata

Pulau Salah Namo di Kabupaten Batubara Sumatera Utara

4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan

(19)

xviii   

1.4 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan kertas karya ini,

penulismenggunakan dua metode penelitian, yaitu :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data secara teoritis, yang diperoleh dari pustaka berupa

buku-bukuilmiah, majalah dan internet yang ada hubungannya dengan penulisan

kertaskarya.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara penelitian langsung

dilapangan dengan mewawancarai beberapa narasumber agar data dan informasi lebih

akurat.

1.5 Sistematika Penulisan

Kertas karya ini terdiri dari lima bab yang setiap bab mencakup hal-hal sebagai

berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian tentang alasan pemilihan judul, batasan

(20)

xix   

Bab II : Uraian Teoritis Tentang Kepariwisataan

Berisikan uraian teoritis tentang kepariwisataan yang meliputi industri

pariwisata, produk wisata, pengertian sarana dan prasarana,

pengembangan pariwisata, pengertian pengembangan objek wisata,

dan pengertian pengembangan wisata bahari.

Bab III : Gambaran Umum Masyarakat dan Wilayah Kabupaten

Batubara

Bab ini menguraikan tentang profil Kabupaten Batu Bara, sejarah

Kabupaten Batu Bara, letak geografis Kabupaten Batubara,

pembagianwilayah administratif, sarana prasarana kepariwisataan di

KabupatenBatubara, dan perekonomian masyarakat diKabupaten

Batubara.

Bab IV : Pengembangan Objek Wisata Pulau Salah Namo Sebagai Objek

WisataBahari di Kabupaten Batubara

Bab ini menguraikan sejarah objek wisata Pulau Salah Namo dan

potensinya menjadi objek wisata bahari di Kabupaten Batubara, sarana

prasarana yangtersedia, dan dampaknya bagi pemerintah

danmasyarakat setempat diKabupaten Batubara.

(21)

xx   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata secara etimologi yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang

terdiri dari kata ‘pari’ yang berarti halus, maksudnya mempunyai tata krama tinggi

dan ‘wisata’ yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

mempelajari sesuatu. Maka pariwisata itu berarti menyuguhkan suatu kunjungan

secara bertata krama dan berbudi.

Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

menyebutkan bahwa pariwisata adalah:

“Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerindah daerah”.

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk

memperoleh penghasilan dan untuk dan untuk menikmati perjalanan sebagai rekreasi

untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut

Hunzieker dan Kraff (Yoeti,1996 :115) menyatakan :

“ilmu pariwisata adalah keseluruhan dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan

(22)

xxi   

pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas

yang bersifat sementara”.

Dari beberapa defenisi yang dikemukan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke

tempat lain, untuk sementara waktu dengan maksud atau tujuan tidak untuk berusaha

atau mencari nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk

menikmati perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi kegiatan yang

beragam tanpa adanya suatu paksaan dan dilakukan perorangan maupun kelompok.

2.2 Pengertian Wisatawan

Kata “wisatawan” berasal dari bahasa sansekerta, yang berasal dari kata

“wisata” yang bearti perjalanan yang dapat disamakan dengan kata tour dalam

bahasa inggris. Kata “wisatawan” selalu diasosiasikan dengan kata tourist dalam

bahasa inggris.

Berdasarkan Undang-Undang RI No.9 tahun 2010 tentang kepariwisataan

menyebutkan bahwa, wisatawan adalah orng yang melakukan wisata.

Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1969 menyrbutkan bahwa

wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk

(23)

xxii   

Beberapa hal yang dapat dianggap sebagai wisatawan yaitu :

 Orang-orang yang berpergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan keluarga,

untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya.

 Orang-orang yang berpergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili

kedudukan sebagai diplomat

 Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka

tinggal kurang dari 24 jam (Nyoman, 1994:25).

Berdasarkan Konferensi Perserikat Bangsa Bangsa mengenai perjalanan

internasional dan pariwisata di Roma tahun 1963 menyatakan bahwa wisatawan

adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara tempat tinggalnya

yang biasa, untuk berbagai tujuan selain mencari nafkah dan melakukan suatu

pekerjaan yang menguntungkan di negara yang dikunjungi. Dari definisi tersebut

telah mencakup wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang datang paling sedikit 24

jam di negara yang dikunjungi. Dan Pelancong (excursionist) yaitu seorang

pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi.

Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan batasan yang disebut wisatwan

adalah :

 Perjalanan yang dilakukan lebih kurang 24 jam.

(24)

xxiii   

 Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat

tujuannya (Nyoman, 1994 : 27).

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepawisataan

2.3.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan yang memberikan pelayanan kepada

wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan kehidupannya tergantung

kepada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan ini harus tetap dijaga dan

ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan perkembangan

kebutuhan wisata. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya

kemampuan pengelolaan yang memadai sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan

pengunjung.

Sarana wisata dapat dibagi dalam 3 (tiga) unsur pokok, antara lain :

1. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata, yang termasuk di dalamnya adalah :

 Travel Agent

 Tour Operator

 Perusahaan Transportasi

(25)

xxiv   

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal, di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Yang termasuk dikelompok ini adalah :

 Lapangan Tenis

 Lapangan Golf

 Lapangan bola kaki, kolam renang, bilyard, dan lain-sebagainya.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkapan yakni fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya tourism business yang berfungsi untuk membuat para wisatawan lebih lama tinggal di daerah tersebut. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

 Night Club

 Casino

 Steambath (Suwantoro,2004:18).

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan

Prasarana (infrastrukture) kepariwisataan sesungguhnya merupakan “tourist

supply” yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri

pariwisata, karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu

kegiatan dari sektor perekonomian juga. Yang dimaksud prasarana (infrastruktur)

adalah “semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan

dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia memenuhi

(26)

xxv   

kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagai mana mestinya

(Yoeti,1983:170).

Adapun beberapa prasarana yang dapat menunjang pelayanan dan kemudahan bagi

wisatwan, meliputi :

 Pelayanan makan dan minum, yang dapat menyajikan makanan dan minuman khas setempat.

 Pelayanan tenaga kerja, yang sangat dominan sekali dibutuhkan karena salah satu kunci keberhasilan pembangunan objek wisata adalah kemampuan para tenaga kerja untuk mengelolah dengan baik suatu kawasan objek wisata.

 Pelayanan informasi, agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke objek wisata.

Untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak unsur objek wisata yang

dikunjungi, maupun yang dapat mengganggu ketenangan pengunjung itu sendiri

(27)

xxvi   

2.4 Pengertian Industri Pariwisata

Bila orang mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan orang adalah

suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya dan menghasilkan produk

dalm bentuk barang. Demikianlah gambaran industri pada umumnya, tetapi industri

pariwisata jauh berbeda dengan itu (Yoeti, 1996:1).

Dari pengertian-pengertian kata “industri” yang telah diuraikan diatas, maka

kita cenderung untuk memberikan batasan tentang industri pariwisata yaitu : “industri

pariwisata adalah kumpulan bermacam-macam perusahaan yang secara bersama –

sama menghasilkan barang dan jasa (good and service) yang dibutuhkan oleh

wisatawan pada khusunya selama dalam perjalanan” (Yoeti, 1983:140).

Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

menjelaskan bahwa : “industri pariwisata adalah kumpulan usaha yang saling terkait

dalam rangka penghasilan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan

dalam penyelenggaraan pariwisata”.

Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas kita mempelajari dari jasa atau

barang yang dihasilakan atau pelayanan yang diharapkan wisatwan ketika melakukan

perjalanan. Dengan demikian akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen

(28)

xxvii   

Industri pariwisata mulai dikenal di Indonesia setelah dikeluarkan instruksi

Presiden RI No. 9 tahun 1969 pada tanggal 6 Agustus 1969, dimana dalam Bab II

pasal 3 disebut :

“usaha-usaha pengembangan pariwisata Indonesia bersifat sutu pengembangan

industri pariwisata dan merupakan bagian dai usaha pengembangan dan

pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara”.

Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan

dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat “Comercial”. Hal tersebut

dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika

melakukan perjalanan wisata semenjak ia berangkat dari rumahnya hingga kembali

ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya oleh satu perusahaan yang

berbeda fungsi dalam proses pemberian layanannya.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata yaitu :

 Travel Agent

 Perusahaan Angkutan (Transportasi)

 Akomodasi perhotelan

 Bar dan restoran

(29)

xxviii   

 Perusahaan-perusahaan yang terkaitan dengan aktifitas wisatawan, seperti :

Money changer, Bank, Kantor pos dan lain-lain (Yoeti, 1983:147).

2.5 Produk Wisata

Dalam hal pariwisata, produk yang dipasarkan itu adalah dalam arti jasa atau

pelayanan (service). Produk pariwisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang

disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu

sumber daya yang terdapat pada suatu Daerah Tujuan Wisata, Fasilitas, dan

transportasi (Yoeti,2002 : 128).

Ciri-ciri Produk Pariwisata tersebut adalah :

 Hasil atau Produk itu tidak dapat dipisahkan.

 Hasil atau Produk pariwisata tersebut tidak dapat ditimbun.

 Proses Produksi terjadi bersamaan dengan konsumsi.

 Hasil atau Produk pariwisata tidak memiliki standart atau ukuran yang

objektif.

 Hasil atau Produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhu oleh

faktor-faktor non-ekonomis terhadap permintaan (demand).

 Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan

(30)

xxix   

 Hasil atau Produk pariwisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan

sedikit sekali yang dapat diganti dengan mesin.

 Dari segi pemilihan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan

membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar (Yoeti, 1983

:156).

2.6 Pengertian Pengembangan Pariwisata

Pengembangan diartikan seabagai usaha untuk menuju ke arah yang lebih

baik, lebih luas atau meningkat. (Kamus Webster) dan Pengembangan paririwisata

dapat diartikan sebagai “usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan

pelayanan yang dibutuhkan masyarakat” (Pearce ,1981 :12).

Dari pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan

pengembangan pariwisata yaitu :

 Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

 Adanya fasilitas accesbility yaitu sarana dan prasarana

sehinggamemungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawan

wisata.

 Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat

(31)

xxx   

Pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan, maka peru diperhatikan kode etik

pengembangan pariwisata seperti yang ditetapkan dalam konferensi pariwisata tahub

1999 yang mengatur etika global pariwisata untuk menjamin sumber daya alam yang

menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan dari dampak

buruk kegiatan bisnis pariwisata (Waluyo:2007).

Ada pun kode etik dalam pengembangan pariwisata global ini, meliputi :

1. Kewajiban Pemerintah.

2. Kewajiban dan Hak usaha pariwisata.

3. Kewajiban dan Hak masyarakat.

Maka sebab itu, pengembangan industri pariwisata dengan memperhatikan

etika global pariwisata dan memperhatikan prinsip-prinsip pariwisata yang

berkelanjutan yaitu, penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan, penurunan

konsumsi berlebih dari sampah, memepertahankan keberagaman, integrasi pariwisata

dalam perencanaan, ekonomi pendukung, melibatkan masyarakat lokal, tanggung

jawab pemasaran, dan pelaksanaan penelitian tentang pariwisata dalam melahirkan

inovasi-inovasi baru kepariwisataan yang dapat dijadikan produk baru pariwisata

(32)

xxxi   

Berdasarkan pengertian di atas mengenai pengembangan pariwista, dapat

dijelaskan bahwa pengembangan pariwisata adalah “suatu bentuk pembangunan dari

yang belum ada menjadi ada, dan yang sudah ada menjadi lebih baik dan berkualitas

yang berkaitan dengan sektor kepariwisataan dengan memperhatikan kode etik

pariwisata global yang telah menjadi standard dalam pengembangan pariwisata”.

2.7 Pengertian Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi

lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga

semakin menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan menarik wisatawan

untuk berkunjung. Ada beberapa hal dalam mengenai kebijakan pengembangan

objek wisata yang meliputi :

a. Prioritas pengembangan objek

b. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan

c. Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan objek wisata. Dalam

pengambangan objek wisata ini perlu diperhatikan tentang prasarana, sarana

(33)

xxxii   

2.7.1 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata

2.7.1.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Tujuan pengembangan dari objek wisata adalah :

1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam

2. Meningkatkan pengembangan objek wisata

3. Memberikan nilai rekreasi

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan

5. Meningkatkan keuntungan.

Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu:

a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah :

 Membuka lapangan baru bagi masyarakat

 Meningkatkan masyarakat daerah

 Meningkatkan popularitas daerah

 Meningkatkan produksi

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata :

 Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut.

 Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata.

 Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan untuk melestarikan potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup.

(34)

xxxiii   

2.7.1.2 Asas Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata didasarkan atas asas sebagai berikut:

1. Asas Pelestarian

Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang

hendak dikembangkan dan diarahkan bertujuan untuk meningkatkan

kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta kesegaran udara di daerah

objek wisata tersebut.

2. Asas Manfaat

Penyelenggaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan

manfaat dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan

(35)

xxxiv   

2.8 Pengertian Pengambangan Wisata Bahari

Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan

kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya dapat dilakukan di

wilayah perairan.

Wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya

tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain

yang menunjang (Kraf, 2000 : 2). Wisata bahari adalah kegiatan wisata yang

memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan

wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat

dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota

laut (Suwantoro, 2000: 2).

Pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang

berkelanjutan. Wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan

konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk

ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk

melestarikan wilayah pesisir di masa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata

yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak

langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving,

pancing sedangkan kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik

(36)

xxxv   

Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik

ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar

yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wisata bahari adalah pasar khusus untuk

orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. (Steele,

1993)menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang

memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan wisata

bahari adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir pantai yang

memiliki sesuatu kegiatan yang berkesinambungan yang ditujukan pada peningkatan

pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan sejumlah multiplier effects

(37)

xxxvi   

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BATU BARA

3.1 Profil Kabupaten Batu Bara

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara yang Terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten

Asahan. Kabupaten Batu Bara berada dikawasan pantai Timur Sumatera Utara, yang

memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang besar, sehingga merupakan daerah

yang memiliki peluang investasi yang cukup besar. Sebelum kemerdekaan Indonesia,

wilayah ini dipimpin oleh kerajaan (kesultanan).

Dahulu kala Kabupaten Batu Bara merupakan Kabupaten tersendiri dengan

ibu kota di Labuhan Ruku dan memiliki 8 kecamatan yang masing-masing dipimpin

oleh seorang raja. Pada saat Indonesia merdeka, wilayah Batu bara berubah nama

dan tergabung dengan wilayah Asahan dengan nama Kabupaten Asahan yang

beribukota di Kisaran.

Pada tahun 2006, Kabupaten ini mengalami perubahan secara administrasi

pemerintah, setelah disyahkan menjadi sebuah Kabupaten Batu Bara sesuai dengan

(38)

  Den wilayahny desa/kelura Kab seperti Me Islam, Kris Pendudukn perkilomet Dal dalam lam dengan me Bara dalam ngan terjad a sekarang ahan. bupaten Bat

elau, Jawa, B

sten, Budha

nya (LPP)

ter persegi.

lam gerak p

mbang daera emiliki tuju m mensejaht G dinya peme g menjadi

tu Bara dihu

Batak, Mina

a dengan tota

sebesar 1, pembangun ahnya adalah an bersama terakan dan Gambar 3.1 (sumber: B xxxv ekaran daer 904.96 Km uni pendudu

ang, Cina, A

al penduduk

,80 persen

annya, mott

h “ Sejahte

a bagi seluru

memberhas

Lambang K

Bapedda Kab

ii 

rah Kabup

m² terdiri d

uk yang terd

Aceh dan pe

k 380.570 ji

dengan k

to Kabupate

ra Berjaya

uh lapisan m

silkan dalam

Kabupaten B

bupaten Bat

aten Batu

dari 7 Kec

diri dari ber

emeluk berb

iwa dengan

kepadatan r

en Batu Ba

“ yang mem

multikultura m membang Batu Bara tu Bara) Bara, mak camatan da rbagai suku bagai agama Laju Pertum rata-rata 42

ara yang ter

(39)

xxxviii   

3.2 Sejarah Kabupaten Batu Bara

Wilayah Batu Bara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1720 M, ketika itu

di Batu Bara terdapat 5 (lima) suku penduduk yaitu “ Lima Laras, Tanah Datar,

Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga”. Kelima suku tersebut masing – masing

dipimpin oleh seorang Datuk yang juga memimpin wilayah teritorial tertentu. Ketika

itu Batu Bara menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor.

Susunan pimpinan Batu Bara pada saat itu adalah Bendahara dan dibawahnya

terdapat Dewan yang anggota-anggotanya dipilih oleh Datuk-Datuk kepala suku

bersama-sama. Nama Batu Bara sudah tercantum dalam Literatur di abad ke-16 yang

membayar upeti kepada Haru. Laporan Pemerintah Inggris dari Penang, Jhon

Anderson, saat mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam Bukunya “ Mission to The Eastcoast of Sumatra “ mengatakan bahwa :

“ Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila

dibangun di kalangan penduduk. Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat

persegi dan di salah satu sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang

bendera, serta lukisan relief manusia diukir didinding yang mungkin dewa-dewa

Hindu”.

Menurut Shadee, dalam bukunya yang berjudul “ Geschiendenis Van

(40)

xxxix   

ditahun 1862, wilayah Pagurawan dan Tanjong berada langsung dibawak jajahan

Datuk Lima Puluh dari Batu Bara yang kemudian tunduk kepada kerajaan Siak.

Tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepada

Pemerintahan Kerajaan Siak sehingga kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur dari

Kerajaan Siak dan berhubungan langsung dengan Pemerintahan Hindia Belanda yang

diikat dengan perjanjian Politik Contract (27 pasal). Perjanjian Politik Contract

tersebut meliputi beberapa kerajaan seperti Langkat, Serdang, Deli, Asahan, Siak,

Pelalawan (Riau), termasuk juga kerajaan kecil seperti Tanah Karo, Simalungun,

Indragiri dan Batu Bara serta Labuhan Batu.

Pada tahun 1889, Residen Sumatera Timur terbentuk dengan ibu kota di

Medan, terdiri dari 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Batu Bara. Afdeling

Batu Bara denganibukota di Labuhan Ruku dan terdiri dari 8 (delapan) Landschap

(Kecamatan) yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja.

Pada saat Indonesia merdeka, wilayah Batu Bara tergabung dengan wilayah

Asahan dengan nama Kabupaten Asahan dengan ibukota di Kisaran. Sehingga pada

tahun 1969 masyarakat Batu Bara membentuk Panitia Penuntut Otonom Batu Bara (

PPOB) yang diketuai oleh Abdul Karim AS, seorang tokoh masyarakat dan pernah

menjadi anggota DPRD Asahan.

Pada Era reformasi lebih kurang 30 tahun dengan adanya Ketetapan MPR

(41)

xl   

Otonomi Daerah, tepatnya pasca lahir Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat Daerah yang semakin mempertegas makna penyelenggaraan

Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab serta membenarkan adanya

pemekaran daerah menjadi lebih satu daerah sebagai mana tertuang dalam pasal 6

ayat 2 yang berbunyi “ Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah “,

Undang-undang ini menjadi landasan perjuangan masyarakat Batu Bara untuk

kembali menuntut menjadi wilayah Batu Bara menjadi sebuah daerah Kabupaten

yang otonom.

Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batu Bara (BP3KB) yang

berkedudukan di Medan berupaya untuk meneliti dan menjajaki lebih lanjut

kemungkinan terbentuknya Kabupaten Batu Bara yang otonom. Sejalan dengan itu di

Kecamatan-Kecematan lahir pula gerakan masyarakat yang menuntut dibentuknya

Kabupaten Batu Bara yang menamakan diri sebagai Gemkara “ Gerakan Masyarakat

Menuju Kabupaten Batu Bara”.

Kabupaten Batu Bara akhirnya terbentuk setelah pihak legislative (DPR-RI)

dalam Sidang Paripura pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2006 membahas tentang

pembentukan Kabupaten Batu Bara dan dinyatakan syah menjadi sebuah Kabupaten

melalui Undang-Undang No.5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu

(42)

 

3.3 Demog

3.3.1 Leta

Secara 99°05’ - 99 Sumatera U  Se  Se  Se  Se 3.3.2 Pemb grafi

k dan Luas

a geografis, 9°39’ BT, m Utara , deng

belah Timu belah Selata belah Barat belah Utara bagian Wil s Kabupate kabupaten b merupakan b

gan batas seb

ur an t a layah Admi xli en Batu Bar

batu bara te bagian dari w

bagai beriku

: Kabup

: Kabup

: Kabup

: Selat M

inistratif Batu B ra rletak 2°46’ wilayah bag ut : paten Serdan paten Asaha paten Simal Malaka ara)

’ - 3°26’ LU gian timur d

ng Bedagai

an

lungun

(43)

xlii   

Wilayah administrasi pemerintah terdiri dari 7 kecamatan, serta 151 desa dan

kelurahan. Ibu Kota Kabupaten Batu bara adalah Lima Puluh merupakan

pemerintahan yang terletak lebih kurang 121 km dari Kota Medan sebagai Ibu kota

[image:43.595.107.518.332.634.2]

Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.1

Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Batu bara

No Nama Kecamatan

1 Kecamatan Sei Balai

2 Kecamatan Talawi

3 Kecamatan Tanjung Tiram

4 Kecamatan Lima Puluh

5 Kecamatan Air Putih

6 Kecamatan Sei Suka

7 Kecamatan Medang Deras

(44)

xliii   

3.3.3 Keadaan Alam

Wilayah Kabupaten Batu Bara merupakan wilayah yang bertopografi relatif

datar dan landai dengan ketinggian 0 – 80 m dpl ( diatas permukaan laut ). Wilayah

ini terletak di tepi pantai pulau Sumatera, merupakan daerah endapan yang dikenal

sebagai daerah dataran rendah yang relatif datar, dimana seluruh wilayahnya sebelah

utara berbatasan dengan Selat Malaka, dengan panjang pantai ± 110 Km. Daerah ini

sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagi daerah pusat pemukiman, perkebunan,

pertanian sawah, perdagangan, industri dan jasa.

3.3.4 Iklim

Sesuai dengan perbedaan geografis, keadaan alam, dan ketinggian dari

permukaan laut, maka iklim Kabupaten Batu Bara juga bervariasi yaitu iklim sub

tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Dan dalam ketinggian 0 -50

meter dari permukaan laut, Kabupaten Batu Bara beriklim peralihan antara sub tropis

dan tropis.

Curah hujan rata-rata pertahun 1.422,0 mm, sedangkan curah hujan terbanyak

pada bulan April, september, Oktober, dan November. Angin yang bertiup melalui

(45)

xliv   

3.4 Luas Daerah

[image:45.595.105.561.246.505.2]

Kabupaten Batu Bara memiliki luas wilayah 922,20 Km² , terdiri dari :

Tabel 3.2

Luas wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten Batu Bara Tahun ( 2012 )

No Kecamatan Luas

( Km² )

persentase ( % ) 1 2 3 4 5 6 7

Kecamatan Sei Balai

Kecamatan Talawi

Kecamatan Tanjung Tiram

Kecamatan Lima Puluh

Kecamatan Air Putih

Kecamatan Sei Suka

Kecamatan Medang Deras

92,64 89,90 173,79 239,55 72,24 171,41 65,47 10,24 9,93 19,20 26,47 7.98 18,95 7,23

Kabupaen Batu Bara 904,96 100,00

(46)

xlv   

3.5 Perekonomian Masyarakakat Kabupaten Batu Bara

Untuk pempercepat proses pembangunan dan mendayagunakan potensi ekonomi

dan sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) pemerintah

Kabaupaten Batu Bara membuat kebijakan-kebikan yang terdapat pada agenda

pemerintah daerah, yakni :

 Menerapkan kepemerintahan yang baik dengan prioritas utama peningkatan kompotensi aparatur pemerintah dan penciptaan aparatur yang bersih dalam pembangunan bidang kesehatan.

 Pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas dengan prioritas utama peningkatan kualitas pendidikan, serta pembangunan infrastruktur.

 Pengembangan wilayah dan infrastruktur dengan prioritas utama peningkatan dan percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan penataan ruang dan perencanaan pembangunan yang berdaya guna dalam dinamika otonomi daerah, serta peningkatan sumber daya air.

 Peningkatan kerukunan masyarakat, kehidupan sosial dan budaya dengan prioritas utama peningkatan keamanan, ketertiban, serta penanggulangan kriminalitas.

 Pengembangan ekonomi daerah dengan prioritas utama revitalisasi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, serta meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

(47)

xlvi   

3.6 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Kabupaten Batu Bara

Kabupaten Batu Bara mempunyai sarana dan prasarana perhubungan darat

dan angkutan laut. Disamping itu juga tersedia prasarana listrik, telekomunikasi, dan

air bersih yang merupakan fasilitas pendukung dalam kepariwisataan di daerah

tersebut.disamping itu, Kabupaten Batu Bara memiliki Pelabuhan yang terletak di

Kecamatan Tanjung Tiram bernama Pelabuhan Tanjung bom sebagai pendukung

(48)

xlvii   

BAB IV

PENGEMBANGAN PULAU SALAH NAMO SEBAGAI OBYEK WISATA BAHARI DIKABUPATEN BATU BARA

4.1 Sejarah Pulau Salah Namo

Pulau Salah Namo yang terletak di Kabupaten Batu Bara, terkenal dengan

memiliki panorama alam yang indah dan memiliki keanekaragaman Flora dan Fauna

laut serta terdapat banyak batu karang tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan hias

dan sebagai tempat penangkaran ikan.

Sebagai salah satu daya tarik yang dimiliki obyek wisata bahari Pulau Salah

Namo, ada sejarah yang menceritakan asal usul Pulau Salah Namo. Berdasarkan

beberapa sumber yang terkait melalui internet dan wawancara kepada masyarakat

setempat, obyek wisata bahari Pulau Salah Namo memiliki sejarah singkat.

Awalnya, Pulau Salah Namo dinamakan Pulau Punai, Punai yang bearti alat

kelamain laki-laki, sejarah nama Pulau ini di Masa Pemerintahan Kedatukan

Asahan, pada saat itu masyarakat berbondong-bondong untuk masuk ke Agama

Islam, maka masyarakat yang dewasa diharuskan untuk khitanan, kemudian

potongan-potongan daging khitanan tersebut dihanyutkan ke Sungai Asahan dan

hanyut sampai kepulai ini. Oleh sebab itu Pulau ini disebut dengan sebutan Salah

(49)

xlviii   

4.2 Gambaran Umum Obyek Wisata Bahari Pulau Salah Namo

Secara administratif pemerintahan, Obyek Wisata Bahari Pulau Salah Namo

terletak di perairan Selat Malaka, tepatnya di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram

Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Untuk mencapai lokasi ini harus

menggunakan motor boat, dengan jarak jauh ± 7 mil laut dengan waktu tempuh 1 jam

dari Pelabuhan Tanjung Bom, Pulau Salah Namo berjarak ±15 mil laut dengan waktu

tempuh lebih dari 2 jam ke Negara Malaysia serta Pulau Salah Namo berjarak ± 30

mil laut dengan waktu tempuh 4 jam ke Negara thailand.

4.3 Potensi yang Dimiliki

Objek wisata bahari Pulau Salah Namo memiliki panorama alam yang indah

antara lain memiliki hamparan pantai pasir putih, sekeliling pulau terdapat

tebing-tebing batu yang curam, landscap dari pulau bagian tengah berbukit dan vegetasi

hutan tropis, serta pulau ini masih diapit oleh beberapa pulau karang kecil yang pada

saat air surut gugusan karang sangat terlihat jelas.

Di pulau ini juga terdapat lahan penangkaran ikan seperti ikan gerapu, kakap,

bawal dan lobster serta terdapat beragam ikan hias dan biota laut yang indah dan

masih alami.

Potensi tersebut yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung

(pada umumnya masyarakat lokal) untuk mengunjungi pulau salah namo, dan pada

(50)

xlix   

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana kepariwisataan merupakan hal yang perlu disiapkan dan sangat

mendukung apabila hendak mengembangkan suatu objek wisata . dalam rangka

mengembangkan, menunjang dan meningkatkan daya saing terhadap suatu objek

wisata itu sendiri (Main Tourism Suprastructure) adalah semua kegiatan usaha

pariwisata yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatwan,

mulai berangkat dari tempat tinggalnya menuju Daerah Tujuan Wisata (DTW) hingga

kembali ketempat asalnya.

Sedangkan pengertian prasarana yang dalam bahasa asing (supplementing

toursm suprastruture) adalah semua kegiatan pariwisata yang menyediakan fasilitas

untuk rekreasi. Fungsinya tidak hanya untuk melengkapi sarana pokok

kepariwisataan tetapi yang terpenting adalah agar wisatawan lebih betah dan lama

tinggal disuatu daerah yang dikunjunginya.

Sarana yang tersedia di daerah objek wisata bahari Pulau Salah Namo,

Kabupaten Batu Bara adalah :

 Mess

 Puskesmas

(51)

l   

Prasaran yang tersedia di daerah objek wista bahari Pulau Salah Namo, Kabupaten Batu Bara adalah:

 Telekomunikasi

 Prasarana air bersih

4.5 Pengembangan Pulau Salah Namo sebagai Objek Wisata Bahari

Dalam pengembangan suatu objek wista, kita harus memahami terlebih

dahulu upaya atau strategi yang harus dilukukan. Secara teoritis ada beberapa konsep

pengembangan pariwisata yang dapat mengembangkan kualitas suatu objek wisata

yaitu :

 Pengembangan Sumber Daya Alam

 Pengembangan Sumber Daya Budaya

 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, dapat dipastikan pengembangan

pariwisata akan berkelanjutan.

4.5.1 Pengembangan Sumber Daya Alam

Pengembangan Sumber Daya Alam adalah pemanfaatan sumber daya alam

yang bersifat ramah lingkungan dan menjaga pelestarian alam yang dimiliki objek

wisata tersebut, sehingga kawan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang

(52)

li   

4.5.2 Pengembangan Sumber Daya Budaya

Sumber daya budaya harus ditingkatkan dalam pengembangan objek wisata,

dan pengembangan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya masyrakat

lokal, sehingga pengembangan kepariwistaan dan pengembangan budaya dapat

berjalan secra beriringan, karena kebudyaan yang ada di suatu objek wisata dapat

dijadikan salah satu daya tarik bagi wisatawan.

Dengan berjalannya pengembangan kebudayaan dalam kepariwisataan, maka kebudayaan tersebur tetap terjaga.

4.5.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia sangat dibutuhkan disekitar objek

wisata bahari Pulau Salah Namo, karena masyarakat lokal yang berpendidikan atau

memiliki pemahaman tentang konsep kepariwisataan tentunya dapat memudahkan

(53)

lii   

4.6 Dampak Pengembangan Objek Wisata Pulau Salah Namo

4.6.1 Dampak Positif

Dampak positif yang didapat dari pengembangan Pulau Salah Namo ini dalam

menjadi daerah Tujuan Wisata (DTW) dan menjadi daya tarik wisata Kabupaten Batu

Bara adalah sebagai berikut :

 Perubahan tata nilai dan sikap

Pengembangan Pulau Salah Namo yang dijadikan sebagai Daerah Tujuan

Wisata (DTW) dan daya tarik wisata maka akan mengalami adanya

modernisasi dan globalisasi dalam budaya, sehingga menyebabkan pergeseran

nilai dan sikap masyakat setempat yang tinggal didaerah tersebut.

 Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan teknologi

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat

kawasan sekitar menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong

untuk berfikiran maju.

 Tingkat kehidupan yang lebih baik

Pengembangan objek wisata bahari Pulau Salah Namo menjadi Daerah

(54)

liii   

4.6.2 Dampak Negatif

Dampak negatif yang didapat dari pengembangan Pulau Salah Namo dalam

menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan menjadi daya tarik wisata adalah sebagai

berikut :

 Pola hidup konsumtif

Apabila pengembangan Pulau Salah Namo berkembang maju, kemungkinan

masyarakat setempat yang tinggal didaerah sekitar akan melakukan suatu

(pelayanan) dengan instan dalam mengelola objek wisata tersebut tanpa

menjaga pelestarian dan keaslian dari objek wisata tersebut.

 Sikap Individualistik

Dimana masyarakat setempat merasa dimudahkan dengan teknologi maju

untuk mengelolah objek wisata, sehingga membuat mereka tidak

membutuhkan bantuan orang lain dalam mengelola objek wisata tersebut.

 Gaya hidup asing

Apabila pengembangan Pulau Salah Namo ini menjadi daya tarik wisata

Kabupaten Batu Bara sudah dapat dipastikan wisatwan asing akan banyak

berkunjung, dan membawa budaya kebarat-baratan mereka sertya

(55)

liv   

 Kesenjangan sosial

Akan terjadi kesenjangan sosial karena adanya komunitas masyarakat yang

(56)

lv   

4.7 Perhatian Pemerintah Dalam Pengembangkan Pulau Salah Namo

Pemerintahan Kabupaten Batu Bara menyadari bahwa pengembangan Pulau

Salah Namo sangat berpontesi sebagai objek wisata unggulan. Maka dari itu

Pemerintah Kabupaten Batu Bara melakukan pengembangan dan pembangunan di

Pulau Salah Namo.

Dalam 2 tahun tahun terakhir ini, pemerintah Kabupaten Batu Bara

melakukan pembangunan infrastruktur jalan, prasarana air bersih dan pemondokan di

Pulau Salah Nama yang bertujuan untuk meningkatkan Pendapatkan Asil Daerah

(PAD).

Menurut Pemerintah Kabupaten Kabupaten Batu Bara, Bahwa objek wisata

Pulau Salah Namo memiliki prospek cerah, karena wisatawan yang mengunjungi

objek wisata tersebut bisa memanfaatkan berbagai sarana seperti memancing, jet sky,

diving, snorkling serta menikmati panorama yang alam yang indah.

Upaya pemerintah dalam pengembangan objek wisata bahari Pulau Salah

Namo dengan ditingkatkannya keamaman pulau, dibangunnya berbagai sarana dan

prasarana dan promisi. Sumber pendanaan pengembangan Pulau Salah Namo ini

(57)

lvi   

4.8 Promosi Pulau Salah Namo

Promosi merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan suatu produk yang

ingin diperkenalkan dapat dijual kepada konsumen. Akan tetapi promosi yang

dilakukan disini yang akan dibahas mengenai promosi objek wisata bahari Pulau

Salah Namo sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Batu Bara.

Dengan melihat potensi yang dimiliki objek wisata Pulau Salah Namo tentu

langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah setempat maupun

masyarakat setempat harus lebih meningkatkan promosi dan membuat penekanan atas

promosi wisata, supaya wisatawan asing mengetahui potensi-potensi yang dimiliki

objek wisata bahari Pulau Salah Namo sehingga ada keinginan untuk mengunjungi

objek wisata tersebut.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses promosi antara lain :

 Strategi promosi dengan penerapan teknologi melalui media elektronik

terutama dengan membuka situs pariwisata Pulau Salah Nama, dilengkapi dengan data yang terbaru .

 Adanya Implementasi kebijakan pariwisata berdasarka hasil studi

pengembangan objek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait.

 Adanya implementasi sapta pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kesenangan), kualitas pelayanan kepariwisataan yang baik merupakan sarana promosi yang efektif untuk meningkatkan jumlah wisatawan.

(58)

lvii   

 Membuat suatu paket perjalanan wisata dan memasukkan objek wisata bahari Pulau Salah Namo dalam suatu paket perjalanan.

 Melakukan seminar-seminar mengenai objek wisata Pualau Salah Namo.

 Melakukan kerjasama antara Biro Perjalan Wisata (BPW) dan Agen

Perjalanan wisata (APW)

 Membuat iklan-iklan poster tentang menggalakkan objek wisata bahari Puau Salah Namo.

Dengan langkah-langkah diatas, diharapkan promosi ini dapat meningkatkan

pengembangan objek wisata Pulau Salah Namo sehingga menjadi objek wisata

(59)

lviii   

BAB V

PENUTUP

5.I Kesimpulan

Pulau Salah Namo adalah salah satu objek wisata bahari yang terdapat di

Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Objek wisata ini dikenal dengan

keindahan panorama alam dan memiliki biota laut yang sangat indah.Pengembangan

Pulau Salah Namo ini mendapatkankan perhatian lebih dari Pemerintah Kabupaten

Batu Bara dalam pengelolaan sarana dan prasarana. Selain mendapat perhatian dari

pemerintah,pengembangan pulau salah namo harus melibatkan pihak-pihak

penyelenggaraan tour yang lebih banyak untuk membantu memperkenalkan objek

wisata ini, dengan memasukkan kedalam paket wisata. Disamping itu, perlu

diadakan promosi dan seminar mengenai pengembangan pariwisata dengan

menitikbaratkan terhadap potensi objek wisata Pulau Salah Namo dan

memperkenalkan objek wisata tersebut melalui media elektonik seperti, iklan, video,

internet, dan media cetak seperti, brosur, booklet, majalah dan lain-lain. Oleh kerena

itu perlu adanya kerja sama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Batu Bara

dengan pihak pengelola dan masyarakat setempat agar pengembangan objek wisata

bahari Pulau Salah Namo dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yang

baik dan menjadi sumber pendapatan daerah dan devisa serta memperluaskan dan

(60)

lix   

5.2 Saran

Dalam pengembangan Pulau Salah Namo sebagai objek wisata bahari, sebaiknya

Pemerintah Kabupaten Batu Bara tetap menjaga kelestarian alam dan tidak merusak

ciri khas dari pulau tersebut dengan konsep pengelolahaan lingkungan hidup.

Pengembangan Pulau Salah Namo ini hendaknya dilakukan secara terpadu

dan berkelanjutan, serta dilakukan secara profesional dengan melibatkan berbagai

pihak yang terkait (masyarakat lokal, swasta dan pemerintah) agar keberadaan dan

pengembangan objek wisata bahari Pulau Salah Namo dapat berlangsung secara

(61)

lx   

DAFTAR PUSTAKA

Admin Informasi Wisata Budaya, 2014 . Profile Kabupaten Batu Bara.

http://www.sipd.Batubarakab.go.id. 20 September 2014.

Admin. 2014. Sejarah Kabupaten Batu Bara.Letak Geografis Kabupaten Batu Bara.

id. Wikipedia.org/wiki/Kabupaten_batu_bara. 15 September 2014.

Brosur Dinas Kebudayaan,Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Batu Bara. 2014.

Erawan I. Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembagunan Ekonomi. Upada Sastra. Denpasar .

Pearce. 1981, Marrison et.al. 2004, dan Waluyo. 2007.Pengertian Pengembangan

Pariwisata.

http://elib.Unikom.ac.id/files. 15 September 2014 .

Nuraisyah, Siti. 1998. Pengertian Wisata Bahari.

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara. 2010. Chapter II.http://google.com. 15 September2014.

Kraf. 2000. Pengertian Pengembangan Wisata Bahari.

(62)

lxi   

http://file.Upie.edu. 15 September 2014.

Yoeti, Oka. 1983. Ilmu Pengantar Pariwisata. Angkasa. Bandung.

(63)

lxii   

LAMPIRAN

I. Data Informan

1. Nama : Ruslan

Alamat : Dusun 1 Gg. Saudara,Kecamatan Tanjung

Tiram

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Nelayan

Lama tinggal dilokasi : 20 tahun

2. Nama : Hj. Siti Aisyah S.pd

Alamat : Jl. Merdeka, Kecamatan Tanjung Tiram

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

(64)

lxiii   

3. Nama : Zulkifli

Alamat : Dusun 1 Gg. Saudara, Kecamatan Tanjung

Tiram

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Lama tinggal dilokasi : 10 tahun

4. Nama : Denan

Alamat : Dusun 1 Gg. Damai, Kecamatan Tanjung

Tiram

Umur : 59 tahun

Pekerjaan : Nelayan

(65)

lxiv   

5. Nama : Syamsul

Alamat : Desa Bandar Rahmat, Kecamatan Tanjung

Tiram

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : Pedagang

(66)

lxv   

[image:66.595.174.425.176.383.2]

DOKUMENTASI

Gambar 1

Penampakkan Pulau Salah Namo dari jauh

Gambar 2

[image:66.595.170.431.461.636.2]
(67)
[image:67.595.182.457.115.296.2]

lxvi   

Gambar 3

Gambar

Tabel  3.1
Tabel 3.2
Gambar 2
Gambar 3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pengumuman Pelelangan Umum Dengan Pascakualifikasi Nomor : 01/UMUM/PLU/UM- B/2012 tanggal 6 Juli 2012, setelah dilakukan evaluasi terhadap Dokumen Penawaran

The purpose of this research is to examine how training transfer is influenced by management support, training motivation, intention to transfer, affective reaction, utility

ditemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan media edmado lebih tinggi dari pada cetak pada mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap mata kuliah PAI , (4) ada

Metode harga pokok pesanan yaitu seluruh biaya Metode harga pokok pesanan yaitu seluruh biaya produksi dikumpulkan, dan penentuan harga pokok produksi dikumpulkan, dan

Orang tua pada masyarakat karo di desa Suka Dame juga menentang pernikahan dini, namun tetap banyak di jumpai mereka yang menikah dini di desa ini.. Adapun tujuan penelitian

Several keys issues in generating cancellable biometrics can be defined as changeability (how dissimilar the transformed data are compared to the original data),

Pada pasar obligasi global, mayoritas yield acuan global ditutup mengalami kenaikan, terlihat dari yield 10 tahun UK Gilt dan German Bunds yang ditutup naik ke level

◦ Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi