• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Produksi Glass Eel Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor dengan Padat Tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada Sistem Resirkulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Produksi Glass Eel Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor dengan Padat Tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada Sistem Resirkulasi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PRODUKSI GLASS EEL

IKAN SIDAT Anguilla bicolor bicolor DENGAN PADAT TEBAR 1,5 g/L, 2,0 g/L, DAN 2,5 g/L PADA SISTEM RESIRKULASI

ABDUL AZIZ

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kinerja Produksi Glass Eel Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor dengan Padat Tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada Sistem Resirkulasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ABDUL AZIZ. Kinerja Produksi Glass Eel Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor dengan Padat Tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI HADIROSEYANI.

Produksi ikan sidat belum optimal dilakukan karena benih masih mengandalkan hasil tangkapan alam dan teknologi pendederan belum banyak dikembangkan. Upaya meningkatkan produksi benih ikan sidat dapat dilakukan dengan meningkatkan padat tebar. Ikan sidat yang digunakan memiliki bobot awal 0,102±0,017 g/ekor, dipelihara dalam wadah akuarium dengan sistem resirkulasi. Pakan yang diberikan adalah Artemia sp., Daphnia sp., dan pasta. Hasil penelitian menunjukkan derajat kelangsungan hidup rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 1,5 g/L yaitu 60,84% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan padat tebar 2,0 g/L yaitu 51,08%, sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan padat tebar 2,5 g/L yaitu 44,42%. Ikan sidat mengalami pertumbuhan pada semua perlakuan, namun demikian perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, koefisien keragaman, dan konversi pakan. Laju pertumbuhan mutlak berkisar antara 0,0012-0,0020 gram per hari, laju pertumbuhan spesifik 0,87-1,33% per hari, konversi pakan 1,28-1,38, dan koefisien keragaman 34,85-36,08%. Padat tebar terbaik untuk pendederan glass eel ikan sidat adalah 2,0 g/L.

Kata kunci: glass eel, ikan sidat, padat tebar, resirkulasi

ABSTRACT

ABDUL AZIZ. Performance Production of Glass Eel Anguilla bicolor bicolor at Different Stocking Densities 1.5 g/L, 2.0 g/L, and 2.5 g/L in Recirculating System. Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI HADIROSEYANI.

Eel production is still limited by the seeds source which is on natural capture and nursery technology has not been developed. Efforts to increase seed production eel can be done by increasing the stocking density. We used seeds in average weight of 0.102±0.017 g/fish, kept in a container with a recirculation system. Artemia sp. nauply, Daphnia sp., and pasta were feed sources. The results showed the highest survival rate was fishes stocked at density of 1.5 g/L (60.84%) however this was not significantly different compared to fishes stocked in density of 2.0 g/L (51.08%). The lowest survival rate was shown by stocking density of 2.5 g/L (44.42%). The values of absolute growth rate, specific growth rate, coefficient of variance, and feed conversion were not significantly different among all treatment. The growth rate was ranging from 0.0012 to 0.0020 g/day, specific growth rate was ranging from 0.87 to 1.33% per day, feed conversion was ranging from 1.28 to 1.38, and the coefficient of variance was ranging from 34.85 to 36.08%. The best stocking density for nursery glass eel eel is 2.0 g/L.

(5)

KINERJA PRODUKSI GLASS EEL

IKAN SIDAT Anguilla bicolor bicolor DENGAN PADAT TEBAR 1,5 g/L, 2,0 g/L, DAN 2,5 g/L PADA SISTEM RESIRKULASI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

ABDUL AZIZ

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kinerja Produksi Glass Eel Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor dengan Padat Tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada Sistem Resirkulasi

Nama : Abdul Aziz

NIM : C14100039

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Pembimbing I

Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini adalah padat tebar, dengan judul Kinerja Produksi Glass Eel Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor dengan Padat Tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada Sistem Resirkulasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Tatag Budidardi, M.Si. dan Ibu Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. selaku pembimbing, serta Bapak Deni Firmansyah dan Bapak Farid Wiyardi selaku pemilik CV Mitra Bina Usaha yang telah memberikan izin penggunaan tempat dan fasilitas sehingga penelitian ini bisa berjalan. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Jajang dan Bapak Abe dari Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR LAMPIRAN ………..………. vi

PENDAHULUAN ……….……….. 1

Latar Belakang ……….………… 1

Perumusan Masalah ………..……… 2

Tujuan Penelitian ………..……… 2

METODE ………..…... 2

Waktu dan Tempat ……….…….. 2

Rancangan Percobaan ………..………. 2

Prosedur Penelitian ………..………. 3

Parameter Pengamatan ………..……… 4

Analisis Data ………..………... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…….. 6

Hasil ………..……… 5

Pembahasan ……….….. 7

KESIMPULAN ………... 8

DAFTAR PUSTAKA ……….…………..… 9

LAMPIRAN ………...……….………. 11

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur ………. 5 2 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor ……… 6 3 Kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor

dengan padat tebar1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada sistem

resirkulasi……….….. 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skema dan tata letak akuarium sistem resirkulasi pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5

g/L……….……….………. 11

2 Analisis statistik kelangsungan hidup ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L dalam sistem

resirkulasi ……… 12

3 Analisis statistik laju pertumbuhan mutlak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L dalam sistem

resirkulasi…… ……… 13

4 Analisis statistik laju pertumbuhan spesifik ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L dalam sistem

resirkulasi ……… 14

5 Analisis statistik konversi pakan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L dalam sistem

resirkulasi ..……….……… 15

6 Analisis statistik koefisien keragaman ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L dalam sistem

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor merupakan ikan katadromus, yaitu ikan yang memijah di laut, tumbuh berkembang di air tawar dan setelah dewasa kembali ke laut untuk memijah (Tesch 1977). Ikan sidat merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai jual tinggi. Permintaan terhadap ikan sidat juga sangat tinggi, baik pasar lokal maupun internasional. Permintaan untuk daerah Jakarta mencapai 3 ton per bulan (Subiakto 2012) dan jepang 150 ribu ton per tahunnya (Aji 2010).

Ikan sidat memiliki beberapa stadia dalam hidupnya, yaitu telur, larva (leptochepalus), glass eel , elver, yellow eel, dan silver eel. Telur sidat berbentuk bulat dan bersifat planktonis. Telur akan menetas dalam waktu 1-10 hari dan berubah menjadi larva sidat. Leptocephalus akan berubah menjadi glass eel. Glass eel merupakan sebutan untuk tahap perkembangan dari akhir metamorphosis leptocephalus sampai dimulainya pigmentasi. Glass eel akan berubah menjadi elver, yaitu periode sidat muda berpigmen. Bila pigmentasi telah sempurna maka elver akan masuk ke tahap yellow eel. Perubahan terakhir menjadi silver eel dengan ciri tubuh berwarna coklat di bagian atas (punggung), dan metalik atau silver tanpa pigmen hitam (xanthochromatism) pada bagian bawah (perut). Waktu untuk membesarkan ikan sidat dari ukuran glass eel hingga mencapai ukuran konsumsi (150-180 g) adalah 8-15 bulan (Tesch 1977). Indonesia memiliki potensi glass eel ikan sidat yang melimpah, tetapi sampai saat ini pemanfaatannya untuk budidaya masih sangat rendah. Hal ini terjadi karena teknologi pemeliharaan glass eel belum banyak dikembangkan. Kegagalan produksi menjadi salah satu faktor penghambat dalam pemanfaatan glass eel ini. Oleh karena itu teknologi pemeliharaan glass eel ikan sidat perlu dikembangkan.

Tingginya nilai jual ikan sidat, besarnya permintaan pasar ikan sidat, dan banyaknya potensi glass eel ikan sidat yang terdapat di Indonesia menjadi alasan upaya peningkatan produktivitas ikan sidat dan pengembangan teknologi pemeliharaan glass eel ikan sidat ini penting dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas ikan sidat ini adalah dengan meningkatkan padat tebar. Peningkatan padat tebar akan meningkatkan produksi pada kondisi lingkungan optimal dan pakan yang mencukupi. Peningkatan padat tebar harus sesuai dengan daya dukung (carrying capacity). Kualitas air, pakan, dan ukuran ikan dapat mempengaruhi daya dukung. Pemberian pakan yang tepat, oksigen yang mencukupi, serta pemeliharaan pada media suhu yang optimal akan mendapatkan performa produksi yang maksimal (Huisman 1987). Namun Hepher dan Pruginin (1981) juga menyatakan, peningkatan padat tebar akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop) dan pertumbuhan akan berhenti pada padat tebar tertentu. Oleh karenanya dalam rangka mengatasi penurunan daya dukung wadah pemeliharaan akibat peningkatan padat tebar ini digunakanlah teknologi resirkualasi.

(12)

2

optimum untuk pertumbuhan ikan di dalam wadah pemeliharaan. Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah tidak membutuhkan lahan yang luas, dapat dibuat di daerah-daerah pemukiman penduduk, efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat dikontrol dengan baik. Sementara itu kelemahan dari sistem ini yaitu mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, karena memerlukan kondisi yang teratur agar berjalan dengan baik dan membutuhkan energi lebih (Saptoprabowo 2000).

Perumusan Masalah

Produksi ikan sidat belum optimal karena benih masih mengandalkan hasil tangkapan alam dan teknologi pendederan belum banyak dikembangkan. Upaya meningkatkan ketersediaan benih ikan sidat sangat diperlukan untuk menunjang proses pembesaran dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan benih adalah dengan meningkatkan padat tebar. Produksi ikan sidat akan meningkat seiring dengan meningkatnya padat tebar pada kondisi lingkungan optimal dan pakan yang mencukupi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi glass eel ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada sistem resirkulasi melalui kajian kelangsungan hidup dan pertumbuhan.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada tanggal 13 September 2013 sampai 6 November 2013, bertempat di CV Mitra Bina Usaha Bogor. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan

(13)

3 Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 9 unit menggunakan sistem resirkulasi (Lampiran 1). Persiapan penelitian meliputi persiapan akuarium sistem resirkulasi, pembersihan komponen akuarium sistem resirkulasi, pengisian air, dan stabilisasi sistem. Bahan filter yang digunakan terdiri dari busa, karang jahe, karbon aktif, zeolit, dan bioball. Pada akuarium sistem resirkulasi, air dari bagian pemeliharaan masuk ke dalam filter melalui pipa pengeluaran yang didesain bejana berhubungan, kemudian dipompakan kembali ke dalam bagian pemeliharaan setelah melewati bahan-bahan filter yang ada.

Sterilisasi akuarium sistem resirkulasi dilakukan dengan menambahkan methylene blue dengan dosis 10-20 mg/L pada saat akuarium sudah terisi air. Pompa dinyalakan dan sistem resirkulasi dibiarkan berjalan selama 24 jam. Setelah pompa dimatikan, air diganti 100%, kemudian ditambahkan garam sebanyak 2 g/L. Akuarium dibiarkan selama 48 jam sebelum dilakukan penebaran ikan.

Penebaran Benih

Benih ikan sidat yang digunakan memiliki bobot 0,102±0,017 gram/ekor. Benih berasal dari pengumpul glass eel ikan sidat yang terdapat di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Sebelum ditebar benih diaklimatisasi terlebih dahulu selama ±1 jam. Penebaran pada masing-masing akuarium dilakukan sesuai dengan rancangan percobaan (Lampiran 1). Ikan dipelihara selama 54 hari.

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan berupa pakan alami Artemia sp., Daphnia sp beku, dan pakan buatan dalam bentuk pasta. Pakan diberikan secara restricted dengan FR 3%, diberikan 4 kali dalam sehari yaitu pukul 07.00, 12.00, 16.00, dan 21.00 WIB. Pakan Artemia sp. diberikan pada hari ke-1 sampai hari ke-3, pakan Daphnia sp. beku diberikan pada hari ke-4 sampai hari ke 10, dan pakan buatan dalam bentuk pasta diberikan pada hari ke-11 sampai akhir pemeliharaan.

Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pengambilan sisa pakan dan kotoran setiap hari setiap satu jam setelah pemberian pakan, pergantian air sebanyak 20% setiap hari, pencucian filter setiap lima hari sekali, dan penambahan probiotik serta daun ketapang setiap satu minggu sekali. Probiotik diberikan dalam bentuk cair dengan dosis 2 ml/L dan daun ketapang sebanyak 1 lembar/10 L.

Pengambilan Contoh

(14)

4

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati selama proses penelitian meliputi bobot, jumlah ikan, jumlah pakan, dan kualitas air. Parameter tersebut digunakan untuk menghitung derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, dan koefisien keragaman.

Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996) yaitu:

Keterangan: SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Mutlak

Laju pertumbuhan mutlak (growth rate, GR) adalah perubahan bobot rata-rata individu dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung dengan menggunakan rumus dari Goddard (1996):

LPM = t

o t

 

Keterangan: LPM = Laju pertumbuhan mutlak (gram/ekor/hari) t = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm) o = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (cm) t = Periode pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate, SGR) adalah laju pertumbuhan harian atau persentase pertambahan bobot ikan setiap harinya, yang dihitung dengan rumus Busacker et al. (1990):

 = ln( )ln( )100%

t o

t

Keterangan :  = Laju pertumbuhan harian individu (%)

t = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram/ekor) o = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram/ekor) t = Periode pemeliharaan (hari)

Konversi Pakan

Pada penelitian ini perhitungan konversi pakan (feed conversion ratio, FCR) menggunakan rumus dari Goddard (1996):

(15)

5 Keterangan : FCR = Konversi pakan

Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (gram) Wd = Biomassa ikan mati selama pemeliharaan (gram) W0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)

F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (gram) Koefisien Keragaman Bobot

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi bobot ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman (KK), yang dihitung menggunakan rumus Steel dan Torrie (1981):

( )

Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh Kualitas air

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dari awal sampai akhir pemeliharaan yang meliputi parameter suhu, pH, kandungan oksigen terlarut (DO), nitrit, nitrat, amoniak, dan alkalinitas (Tabel 1).

Tabel 1 Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur

Parameter Satuan Alat ukur

Suhu oC Termometer digital

Oksigen terlarut mg/L DO-meter

pH - pH-meter/lakmus

Nitrit mg/L Spektrofotometer

TAN mg/L Spektrofotometer

Alkalinitas mg/L Titrimetrik

Analisis Data

Data produksi dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter yang diamati. Apabila berpengaruh nyata, data akan diuji lanjut menggunakan uji Tukey. Kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan tabel. Analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak Misrosoft Excel dan SPSS 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(16)

6

Tabel 2 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada sistem resirkulasi

Parameter Perlakuan

1,5 g/L 2,0 g/L 2,5 g/L

Derajat kelangsungan hidup (%) 60,84±0,84a 51,08±6,62a 44,42±8,35b Laju pertumbuhan mutlak Laju pertumbuhan spesifik (%) 1,10±0,23a 1,33±0,21a 0,87±0,33a Konversi pakan 1,89±0,44a 1,28±0,36a 2,38±0,89a Koefisien keragaman (%) 35,73±2,52a 34,85±7,68a 36,07±4,06a Angka-angka dalam baris yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa padat tebar ikan sidat berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup (P<0,05) yaitu semakin tinggi padat tebar, maka kelangsungan hidup semakin rendah. Derajat kelangsungan hidup rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 1,5 g/L yaitu 60,84% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan padat tebar 2,0 g/L yaitu 51,08% (P>0,05), sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan padat tebar 2,5% yaitu 44,42%.

Ikan sidat selama 56 hari pemeliharaan mengalami pertumbuhan pada semua perlakuan. Koefisien keragaman bobot ikan sidat cenderung meningkat dengan meningkatnya kepadatan. Namun demikian, perbedaan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, dan koefisien keragaman ikan sidat (P>0,05).

Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian adalah suhu, pH, DO, amoniak, nitrit, dan alkalinitas (Tabel 3).

Tabel 3 Kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada sistem resirkulasi

Parameter Perlakuan Kisaran Optimal

1,5 g/L 2,0 g/L 2,5 g/L

0,456 <0,5 (Knosche 1994) Alkalinitas

(17)

7 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup (Lampiran 2), semakin tinggi padat tebar derajat kelangsungan hidup semakin rendah. Kematian diduga karena stres sebagai akibat dari sistem budidaya. Dampak dari stres mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan terjadi kematian (Effendi et al. 2006). Wedemeyer (1996) menyatakan, bahwa peningkatan padat tebar akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehingga pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan derajat kelangsungan hidup mengalami penurunan.

Stres juga diduga akibat faktor lingkungan yang kurang mendukung diantaranya suhu, pH dan alkalinitas. Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi organisme perairan karena berpengaruh pada laju metabolisme (Brown 1957). Menurut Hasbullah (1996) kisaran suhu optimal untuk pemeliharaan benih ikan sidat berkisar antara 29-32oC. Dengan demikian, rendahnya suhu pada media pemeliharaan diduga menjadi salah satu penyebab banyaknya ikan yang mati, berkurangnya nafsu makan dan mudahnya penyakit menyerang ikan.

Derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh pH lingkungan. Ritonga (2014) menyatakan bahwa pH optimal untuk pemeliharaan ikan sidat berkisar antara 6-8. Nilai pH dapat mempengaruhi struktur insang serta aktivitas enzim pada organ insang sehingga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen. Apabila tingkat konsumsi oksigen menurun maka produksi energi akan menurun sehingga kebutuhan energi untuk aktivitas biosintesa juga akan menurun. Selanjutnya sistem osmoregulasi dan ekskresi akan terganggu, tekanan osmotik tubuh menjadi tidak ideal dan ikan bisa mengalami kematian (Affandi dan Tang 2002). Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau lebih dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC). Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Alkalinitas selama pemeliharaan berada di bawah kisaran normal, menurut Boyd (1988) alkalinitas optimal untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 30-500 mg/L CaCO3.

Ikan sidat mengalami pertumbuhan selama proses pemeliharaan pada semua perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan perbedaan padat tebar tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik (Lampiran 2 dan 3). Adanya perbedaan antar perlakuan walaupun tidak signifikan terjadi karena pengaruh sistem budidaya. Perlakuan 2,0 g/L memiliki nilai laju pertumbuhan lebih tinggi daripada perlakuan 1,5 g/L dikarenakan ikan sidat di alam hidup bergerombol (Facey dan Avyle 1987) sehingga pada padat tebar yang rendah ikan sidat bisa mengalami stres dan mempengaruhi penggunaan energi untuk pertumbuhan. Perlakuan 2,5 g/L relatif memiliki nilai laju pertumbuhan lebih rendah daripada 2,0 g/L karena padat tebar yang tinggi dapat mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan derajat kelangsungan hidup mengalami penurunan (Wedemeyer 1996).

(18)

8

karena faktor sistem budidaya. Sistem budidaya padat tebar 1,5 g/L dan 2,5 g/L memiliki konversi pakan yang lebih tinggi daripada 2,0 g/L. Hal ini terjadi karena pada padat tebar 1,5 g/L dan 2,5 g/L ikan membutuhkan pembelanjaan energi yang lebih tinggi akibat stres. Padat tebar 1,5 g/L terlalu rendah untuk glass eel ikan sidat dan perlakuan padat tebar 2,5 g/L terlalu tinggi untuk glass eel ikan sidat.

Koefisien keragaman bobot ikan sidat yang dipelihara pada perlakuan 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L berturut-turut sebesar 35,73%, 34,85%, dan 36,07%. Analisis ragam menunjukkan perbedaan padat tebar ikan sidat tidak berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman bobot (P>0,05) (Lampiran 5). Ini terjadi karena peningkatan padat tebar hingga 2,5 g/L tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sehingga ikan tetap tumbuh seragam antar perlakuan.

Perlakuan 2,0 g/L dianggap sebagai perlakuan terbaik karena memiliki nilai laju pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, juga memiliki nilai konversi pakan dan koefisien keragaman yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya. Walaupun nilai derajat kelangsungan hidup perlakuan 1,5 g/L lebih besar dibandingkan perlakuan 2,0 g/L, tapi keduanya masih tidak berbeda nyata.

Kandungan oksigen terlarut, amoniak, dan nitrit berada dalam kisaran optimal. Kandungan oksigen terlarut yang optimal untuk pemeliharaan ikan adalah >3 mg/L (Bieniarz et al. 1978). Kandungan oksigen terlarut membantu oksidasi bahan buangan dan pembakaran makanan untuk menghasilkan energi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan sidat. Kisaran optimal amoniak untuk pemeliharaan ikan sidat yaitu <0,1 mg/L (Yamagata dan Niwa 1982). Amoniak yang terakumulasi dalam media pemeliharaan sangat beracun bagi ikan karena dapat merusak jaringan insang ikan. Konsentrasi amoniak yang sangat tinggi dalam perairan dapat mengakibatkan penurunan ekskresi amoniak oleh ikan, sehingga amoniak terakumulasi di dalam darah dan insang. Akumulasi amoniak dalam darah dapat menyebabkan kemampuan darah dalam mentransportasikan oksigen berkurang (Boyd 1988). Amoniak yang terakumulasi pada media air pemeliharaan akan teroksidasi menjadi nitrit. Nitrit bersifat lebih tidak beracun dibandingkan amoniak dan tidak mematikan bagi ikan, dengan kadar toleransi sampai 0,5 mg/L (Knosche 1994).

KESIMPULAN

Kesimpulan

(19)

9 DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): Unri press.

Aji RS. 2010. Potensi Budidaya Ikan Sidat. Desa Panikel Cilacap Jadi Percontohan Budidaya Sidat [internet]. [19 Mei 2010].Bogor (ID). [diunduh 2013 Des 25]. Tersedia pada:http://www.timlo.net/baca/2012/desa-panikel-cilacap-jadi-percontohan-budidaya-sidat.

Bieniarz K, Cedrowski A, Bogdan E. 1978. The influence of water temperature on the growth of European eel (elverand two years old) was invertigated. Raczniki NR, editor. Seri H. T. 9824. p:69-79.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Fourth Printing. Auburn Universitty Agriculture Experiment Station. Alabama (US): Birmingham Publishing Co.

Brown ME. 1957. Environmental Studieson GrowthThe Physiology of Fishies. New York (US): Academic Press.

Busacker GP, Adelman IR, Goolish EM. 1990. Methods for Fish Biology. Schreck CB and Moyle PB. Editor. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland (US). p: 363-387.

Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami Osphonemus gouramy Lac. ukuran 2 cm. J Akuakultur Indonesia. 5(2):127-135.

Facey ED, Avyle MJ. 1987. American Eel. Spesies profiles: Life Histories and Environmental Requirements of Coastal Fishes and Invertebrater (North Atlantic). Biology Reproduction. New York (US): Academic Press, Inc. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US):

Chapman and Hall.

Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0,3,6, dan 9 ppt) dan suhu (23,26,29, dan 32) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat (A.bicolor Mc.Clelland) pada masa pemeliharaan 0–2 minggu setelah penangkapan dari alam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to

Fish Culture in Israel. New York (US): John Willey and Sons.

Hucthinson W, Jeffrey M, O’Sullivan D, Casement D, Clark S. 2004. Resirculating aquaculture system minimum standard for design. construction and management. Soult Australia Research and Development Institute.

Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Netherland (HL): Wageningen Agricultural University Press.

Knosche R. 1994. An effective biofilter type for eel culture in recirculation system. Aquaculture Engineering. Elsevier Applied Science. Vol 13.

Ritonga TP. 2014. Respon Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saptoprabowo H. 2000. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan

Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.) pada Pendederan Menggunakan Sistem Resirkulasi dengan Debit Air 22/l/menit/m2 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(20)

10

Subiakto S. 2012. Budidaya Sidat Janjikan Omzet Menggiurkan [internet]. [diunduh 2013 Des 25]. Tersedia pada:http://indonesia.go.id/in/kementerian/ kementerian/kementerian-kelautan-dan-perikanan/823-perikanan/10997-budidaya-sidat-janjikan-omzet-menggiurkan.html.

Tesch FW. 1977. The Eel, Biology and Management of Anguilled Eels. London (EN): Chapman & Hall.

Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. New York (US): Chapman & Hall.

(21)

11

Lampiran 1 Skema dan tata letak akuarium sistem resirkulasi pemeliharaan ikan sidat Angilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L

1 2

3 4

Keterangan: - 1. Airlift - 2. Shelter - 3. Dop Filter - 4. Filter

(22)

12

Lampiran 2 Analisis statistik derajat kelangsungan hidup (%) ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/Lyang dipelihara dalam sistem resirkulasi

a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 409.383 2 204.692 5.371 0.046

Sisa 228.681 6 38.114

Total 638.065 8

P<0,05, berarti perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup.

b. Uji Tukey

Perlakuan N

α = 0,05

A B

1 3 44.4167

2 3 51.0800 51.0800

3 3 60.8400

(23)

13

Lampiran 3 Analisis statistik laju pertumbuhan bobot mutlak (gram/ekor/hari) ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi

a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,000 2 0,000 2,498 0,162

Sisa 0,000 6 0,000

Total 0,000 8

(24)

14

Lampiran 4 Analisis statistik laju pertumbuhan bobot spesifik (%) ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi

a. Anova

Sumber keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,313 2 0,156 2,187 0,193

Sisa 0,429 6 0,072

Total 0,742 8

(25)

15

Lampiran 5 Analisis statistik konversi pakan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi

a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 1,812 2 0,906 2,425 0,169

Sisa 2,241 6 0,373

Total 4,052 8

(26)

16

Lampiran 6 Analisis satistik koefisien keragaman bobot (%) ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar 1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi

a. Anova Sumber

keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 91,005 2 45,503 1,667 0,266*)

Sisa 163,728 6 27,288

Total 254,733 8

(27)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 05 September 1992 dari bapak Ocim Rosmullah dan ibu Sobariah. Penulis merupakan anak kelima dari delapan bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah MIN Sampora (1998-2004), MTs Amal Islami (2004-2007), dan SMAN 1 Cisarua (2007-2010). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi ketua Forum Dewan Mushola Asrama TPB IPB (2010-2011), ketua Lembaga Pengajaran Qur’an Al Hurriyyah IPB (2011-2012), ketua Islamic Student Center Al Hurriyyah IPB 2013), Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Profesi Akuakultur (2012-2013), asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Akuakultur (2011/2012 dan 2012/2013), kordinator asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam (2013-2014), ketua divisi Acara OMBAK 2012 dan ketua divisi Humas PORIKAN 2013. Selama kuliah, penulis mendapatkan beasiswa dari BIDIK MISI.

Penulis juga memperoleh beberapa prestasi selama perkuliahan, diantaranya

Juara I MTQ Mahasiswa IPB cabang Hifdzhil Qur’an 2011, Juara I MTQ

Mahasiswa IPB cabang Hifdzhil Qur’an 2013, pendanaan PKMP DIKTI 2011, pendanaan PKMM DIKTI 2013, peserta MTQ Mahasiswa Nasional cabang

Hifdzhil Qur’an di Makassar 2011, peserta PIMNAS di Jogjakarta 2012 dan peserta MTQ Mahasiswa Nasional cabang Hifdzhil Qur’an di Padang 2013. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur pada tahun 2013 di CV Mitra Bina Usaha Cimanggu, Bogor dengan judul “Pendederan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor di CV Mitra Bina Usaha Cimanggu, Bogor”.

Gambar

Tabel 2 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat tebar1,5 g/L, 2,0 g/L, dan 2,5 g/L pada sistem resirkulasi

Referensi

Dokumen terkait

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

“Kajian Penggunaan Tem pe Koro Benguk (Mucuna pruriens) Dan Tempe Koro Pedang (Canavalia ensiformis) Dengan Perlakuan Variasi Pengecilan Ukuran (Pengirisan dan

Ukuran maju dan tidaknya suatu negara saat ini di bukan diukur dari suatu kekuatan militer atau angkatan bersenjatanya tetapi lebih di tekankan pada kemajuan ekonomi

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem informasi yang berbasis SMS Gateway yang mencakup informasi kehadiran dosen dimana dosen mengirimkan sms dengan format

Kegiatan refleksi berguna untuk menyadarkan siswa akan kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses pembelajaran. Hasil

Konsep gerakan sosial dan perubahan perilaku yang terjadi di kawasan hutan produksi-lindung Potorono-Gunung Sumbing merupakan penggabungan dari konsep untuk peningkatan

Menurut anda, seperti apa profil guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang baik?. Jawab:Guru PAI dan Budi Pekerti yang baik menurut saya yaitu

humas memiliki akses yang mudah ke dominant coalition. Sementara implementasi Permenkominfo No. 14/2016, menunjukkan penempatan humas Pemerintah Daerah ada empat posisi pada