ADAPTASI KOMUNITAS PARMALIM DI KOTA MEDAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Ujian Mempertahankan Skripsi
Oleh :
DEWI ROHANI SIHALOHO NIM. 3123121007
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Dewi Rohani Sihaloho, NIM : 3123121007, Adaptasi Komunitas Parmalim di Kota Medan. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan : untuk mengetahui bagaimana latar belakang masuknya Parmalim di Kota Medan, serta unntuk mengetahui bagaimana bentuk adaptasi komunitas Parmalim di kota Medan.
Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti menggunakan jenis penelitian field research (metode penelitian lapangan) dan library research (metode kepustakaan). Proses wawancara dilakukan terhadap narasumber yang berkompeten terhadap obejek penelitian, seperti pengurus cabang/punguan Parmalim Medan, ketua naposo tunas naimbaru parmalim se-Indonesia, dan umat Parmalim Medan.
Dari kegiatan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut; Parmalim lahir sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap kolonialisme Belanda yang sedang melakukan ekspansi kekuasaan di tanah Batak dan juga perlawanan terhadap proses penyebaran agama Kristen di Tanah Batak. Seperti orang Batak pada umumnya Parmalim juga suka merantau. Adapun yang menyebabkan mereka merantau dilatar belakangi oleh faktor geografis, ekonomi, pendidikan. Adapun adaptasi yang dilakukan komunitas parmalim dapat dilihat dibeberapa bidang, seperti, budaya, sosial, dan mata pecaharian. Pandangan masyarakat terhadap Komunitas Parmalim sering kali negative karena ketidak tahuan mereka.
Kata Pengantar
Puji Tuhan, penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas
penyertaan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa siapakah penulis dihadapan-Nya dan kebesaran ciptaan-Nya, hanya sebutir
pasir yang tak berarti di tengah samudera.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata
kesempurnaan. Namun, kekurangan terebut bisalah kiranya menjadi masukan
yang bagi penulis untuk memperbaikinya agar pada pembuatan kaya ilmiah yang
akan datang penulis tidak lagi mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut.
Penulis juga mengucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua penulis Mustar Sihaloho dan Rosmauli br. Turnip yang selama ini telah
mencurahkan kasih sayang mereka yang tiada terhingga. Untuk sema
pengorbanan dan doa mereka yang tak pernah berhenti mengalir kepada penulis.
Motivasi yang luar biasa penulis dapatkan ketika mengerjakan skripsi ini. Juga
kepada kedua adik penulis (Juventus Sihaloho dan Fransisco Sihaloho) yang telah
banyak membantu dalam hal semangan dan doa.
Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah banyak memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung selama
ini kepada penulis yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M. Pd, selaku Rektor Unimed
2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed
3. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
4. Bapak Syahrul Nizar S.Hum, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sejarah
5. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan masukan dan nasihat kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan ilmu bagi penulis
7. Bapak R.Simanjuntak dan pengurus cabang Parmalim Medan yang telah
banyak membantu penulis dalam penelitian ini.
8. Bapak ibu informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
diwawancarai oleh penulis dalam rangka pengumpulan sumber pada
penelitian skripsi ini.
9. Bang Wanry Lumban Raja selaku Ketua Naposo Parmalim Tunas
Naimbaru Se-Indonesia yang telah bersedia mendekatkan penulis dengan
para pengurus cabang dan sekaligus menjadi narasumber.
10.Rani Sihaloho yang telah bersedia menemani penulis selama penelitian
dan meminjamkan penulis buku-bukunya.
11.Kepada teman-teman seperjuangan penulis selama empat tahun ini dan
penulis harapkan hingga kedepannya. Perjalanan kita masih akan
panjangkan? Tidak akan berhenti sampai disini Five Girl’s (Eva Bako,
Jelita Simbolon, Debora Marbun, dan Sister Togatorop).
12.Kepada teman-teman Pendidikan Sejarah, secara khusus kelas A Reg 2012
Sigalingging, Wido Manurung, Niko Hutabarat, Hendro Manik, kak Dina,
Novika, Dhiah, Kak Neneng, kak Zein, Arifin, Rioby, Nurafni dll). Terima
kasih untuk kebersamaan kita selama ini baik di kelas maupun di luar
kelas, semoga kedepannya tercapailah semua cita dan gharapan kita
kawan.
13.KTB ku (Kelompok Tumbuh Bersama), Asnidar Silalahi, Okberima
Lumban Gaol. PKKku Bang Jhontry, dan Kak Sani terima kasih untuk
dukungan doa dan semangat yang kalian berikan, selamanya aku tak akan
lupa kebersamaan yang pernah kita alami dalam Vanilla Twilight SG dan
Abigail’s.
14.Seluruh Komponen Pelayanan UKMKP UP-FIS, Gembira Manalu,
Haryati, Nijar Silaban, kak Debora, kak Tetty, dan lain-lain terima kasih
untuk kebersamaan kita belajar mengenal Tuhan.
15.Seluruh anggota komisariat GmnI Unimed, Bung Adi, Fauzi, Khafi,
Sarinah Fera yang telah memberikan pinjaman buku, Sarinah Shela, dll.
16.Teman-teman PPLT SMK Karya Pendidik Balige 2015 (Praspita, Sela,
Shely, Novita, Elvima, Jojor, Perawati, Reinaldo, Tokmi, Perdana, Maria,
Martha, Dina, Lotina) yang telah banyak memberikan perhatian kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
17.Seluruh orang-orang KEREN yang tak dapat ku sebutkan yang aku kenal
beberapa waktu belakangan ini maupun yang telah lama. Terima kasih
telah menginspirasi ku bahwa hidup ini tak hanya berkutat pada diri
belajar, kepedulian terhadap lingkungan dan sesama, serta aksi nyata yang
kalian lakukan itu sungguh KEREN. Semoga, aku pun akan menyusul
melakukan seperti yang kalian lakukan.
18.Kepada semua pihak yang telah membantu yang tak dapat penulis sebutka
satu per satu, semoga Tuhan Semesta alam membalas semua kebaikan
kalian dan selalu meberkati kehidupan kita.
Medan, Agustus 2016 Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... 1B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 6
D. Teknik Pengumpulan Data ... 20
BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 23
1. Letak Geografis Kota Medan ... 24
2. Kondisi Penduduk ... 26
3. Mata Pencaharian Penduduk ... 28
4. Agama dan Kepercayaan... 30
B. Sejarah dan Perkembangan Ugamo Malim ... 31
C. Parmalim di Kota Medan ... 37
Latar Belakang Parmalim ke Kota Medan ... 37
1) Faktor Geografis... 38
2) Faktor Ekonomi ... 40
3) Faktor Pendidikan ... 45
D. Adaptasi Parmalim di Kota Medan ... 48
1. Budaya... 50
2. Sosial ... 54
3. Sistem Mata Pencaharian ... 60
E. Pandangan Masyarakat Terhadap Komunitas Parmalim ... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 65
2. Saran ... 67
DAFTAR TABEL
TABEL.1.Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan Di Kota Medan, 2010, 2014, DAN 2015 ... 26
TABEL.2.Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan
Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2014 ... 29
TABEL.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut Per
Kelurahan Di Kecamatan Medan Denai ... 30
TABEL.4. Penduduk Kota Medan, Tahun 1930 ... 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah
satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak
hanya terdiri dari satu suku atau agama yang dominan. “Di Sumatera Utara
terdapat delapa etnis asli yang membentuk komunitas, yaitu Melayu, Mandailing,
Pakpak, Karo, Simalungun, Batak Toba, Pesisir dan Nias. Ada pula etnis
pendatang, yaitu Etnis Minang, Tionghoa, Arab, dan Aceh. Sedangkan dari segi
agama terdapat lima agama besar yang dianut yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, dan Budha.” (Al Rasyidin dkk, 2009:202).
Berdasarkan data BPS Tahun 2010 di Indonesia berdiam 1.128 suku
bangsa. Salah satu suku terbesar yang terdapat di Indonesia adalah suku Batak
dengan jumlah 8. 466 969 jiwa dan menempati peringkat ke-3 suku terbanyak di
Indonesia, yaitu 3,58 %. Dengan jumlah yang besar tersebut orang Batak yang
pada mulanya bermukim di pinggiran Danau Toba, Sumatera Utara telah tersebar
di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan turut serta membawa kebudayaan
aslinya ke daerah rantaunya.
“Orang Batak telah memiliki peradaban yang telah berkembang tinggi
dengan pengalaman duniawi di bidang sosial, hukum, dan agama” (Pedersen
1975:16). Itu berarti orang Batak adalah suku yang telah memiliki sistem sosial
tersendiri yang boleh dikatakan sudah baik bahkan sebelum bersentuhan dengan
merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan, orang Batak telah memiliki
agama jauh sebelum bangsa Eropa datang melakukan misi Zendingnya dan
menyebarkan agama Kristen maupun Khatolik di tanah Batak, yaitu “Parmalim”.
Parmalim atau Ugamo Malim adalah sistem religi orang Batak. Pada
awalnya parmalim belumlah dianggap sebagai agama oleh orang Batak. Parmalim
menjadi agama orang Batak ketika Raja Nasiakbagi mendeklarasikannya sebagai
agama dengan tujuan untuk meningkatkan keimanan pengikutnya di tengah
pengaruh penyebaran agama Kristen di tanah Batak dan juga sebagai wujud
penolakan terhadap kolonialisme dan penyebaran agama Kristen yang mereka
lakukan (Gultom, 2010:95). Pada kurun waktu 1896-1914 sering terjadi
pemberontakan di tanah Batak dan Belanda menganggap pemberontakan tersebut
didalangi oleh gerakan Parmalim.
Kendati mendapat tantangan dari pihak kolonial Belanda yang
menganggap Parmalim sebagai kafir, parmalim tetap eksis melawan arus
kolonialisme. Bahkan hingga saat ini Parmalim masih dapat bertahan dan
mengembangkan ajarannya pada masyarakat Batak Toba yang menganutnya.
Bahkan, di tengah arus modernisasi mereka masih tetap mampu mempertahankan
bukan saja kepercayaan mereka yang minoritas namun juga adat dan tradisi
mereka yang merupakan bagian dari agama dan kepercayaaan mereka.
Berbeda dengan agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha yang
merupakan lima agama besar yang terdapat di Indonesia dan berada dibawah
naungan Departemen Keagamaan (Depag),Parmalim masih termasuk kedalam
Kebudayaan (Mendikbud). Saat ini Parmalim belum diakui sebagai agama
sehingga sering kali masyarakat penganut kepercayaan lokal tersebut mengalami
kesulitan dalam mengurus keperluan untuk administrasi negara. Mereka belum
bisa mencantumkan kepercayaan mereka di tanda pengenal mereka, seperti pada
KTP (Kartu Tanda Penduduk) sehingga mereka harus memilih satu dari lima
agama yang diakui oleh negara saat ini biasanya Kristen, bukan hanya itu
anak-anak penganut Parmalim juga tidak mendapatkan pengajaran agama di
sekolah-sekolah karena belum ada guru agama yang disediakan oleh sekolah-sekolah untuk
penganut Parmalim. Selain itu mereka juga dipersulit dalam mendirikan “Bale
Pasrsantian” atau rumah ibadah mereka.
Saat ini mayoritas orang Batak Toba adalah pemeluk agama Kristen dan
sebagian kecil masih memegang teguh kepercayaan asli mereka dengan tetap
menganut Parmalim. Pusat dari ugamo malim atau parmalim terdapat di Huta
Tinggi, Laguboti Kabupaten Toba Samosir. Orang Batak yang terkenal sebagai
suku bangsa yang suka merantau seperti halnya suku Minang di Sumatera Barat.
Orang Batak telah tersebar hampir ke seluruh wilayah di negeri ini, termasuk
orang batak yang memeluk kepercayaan Parmalim. Salah satu daerah tujuan
rantau orang Batak ialah kota Medan. Diperkirakan Parmalim sampai di kota
Medan dibawa oleh para perantau. Pada pertengahan tahun 1960-an pertama kali
beridiri Punguan Parmalim di kota Medan.
Medan bukan hanya kota metropolitan yang menempati posisi ketiga kota
terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, namun juga kota dengan
agama yang berbeda. Adapun penduduk asli Medan ialah orang Melayu, namun
perkembangan kota Medan pada masa kolonial hingga saat ini telah mendorong
suku-suku lainnya di Indonesia untuk datang ke kota ini dan mengadu nasib
termasuk suku Batak Toba yang berasal dari daerah pinggiran Danau Toba.
Kondisi kota yang demikian sangat memicu terjadinya konflik. Namun, walaupun
demikian sampai saat ini belum pernah dijumpai konflik berbau SARA yang
terjadi di kota ini, baik itu konflik masyarakat penganut parmalim dengan
masyarakat non parmalim atau dengan sesama komunitas parmalim. Hal-hal
tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti “Adaptasi Komunitas Parmalim di Kota Medan”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan diidentifiksi dalam penelitian ini ialah:
1. Latar belakang masuknya Parmalim di Kota Medan
2. Adaptasi komunitas Parmalim dengan masyarakat (suku-suku lain di kota
Medan)?
C. Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini ialah
“Adaptasi Komunitas Parmalim Di Kota Medan, khususnya di Jalan Air Bersih
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan Masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Bagaimana latar belakang masuknya Parmalim di Kota Medan?
2. Bagaimana adaptasi komunitas Parmalim dengan masyarakat (suku-suku
lain dikota Medan)?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui latar belakang masuknya Parmalim di Kota Medan
2. Untuk mengetahui adaptasi komunitas Parmalim di Kota Medan
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat berupa
1. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca
mengenai “Adaptasi Komunitas Parmalim di Kota Medan”
2. Memberikan pengalaman dan wawasan kepada peneliti dalam
penulisan karya ilmiah
3. Sebagai studi perbandingan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan
penelitian pada permasalahan yang sama
4. Menambah khasanah kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan dan berdasarkaan telaah dari
bebebrapa literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa:
1. Sebelum agama Kristen dan Islam masuk ke tanah Batak orang Batak
telah terlebih dahulu mengenal dan menerapkan sistem kepercayaan
mereka. Mereka telah menyadari akan adanya kekuatan supernatural yang
sulit untuk dijelaskan. Namun demikian kepercayaan tersebut belumlah
dibungkus dengan nama “Agama”. Dalam hal ini, Ugamo Malim
merupakan agama budaya karena tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat dan kebudayaannya.
2. Ugamo Malim lahir sebagai sebuah agama ialah ketika Raja Nasiakbagi
mendeklarasikannya sebagai sebuah agama dan memberikan amanat
kepada Raja Mulia Naipospos untuk meneruskannya. Adapaum momen
persemian tersebut selain untuk meningkatkan iman paara pengikutnya,
juga sebagai bentuk perlawanan proses Kristenisasi yang dilakukan oleh
Belanda bersamaan dengan ekspansi kolonialismenya.
3. Latar belakang orang Batak, tidak terkecuali orang Batak Parmalim ke
kota Medan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor geografis
sehingga menyebabkan sektor pertanian kurang berkembang. Faktor
ekonomi dalam cita-cita dan pandangan hidupnya orang Batak mengenal
istilah 3 H, yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (berketurunan
banyak), dan hasangapon (dihormati). Hamoraon sebagai salah satu
tujuan tersebut hanya dapat dicapai bila orang Batak memiliki cukup
harta untuk mendapatkan predikat dikatakan mora (kaya). Faktor
pendidikan, pendidikan dianggap sebagai cara untuk meningkatkan status
sosial orang Batak dalam masyarakat.
4. Pemeluk Ugamo Malim di Sumatera Utara tersebar di beberapa
kabupaten/kota, seperti Toba Samosir, Samosir, Tapanuli Utara,
Humbang Hasundutan, Simalungun, Asahan, Deli Serdang, Medan,
Tanah Karo, Tebing Tinggi, dan Mandailing Natal. Komunitas ritual
Parmalim terbagi atas beberapa sub kelompok yang secara terorganisir
disebut cabang atau punguan. Sampai tahun 2016 jumlah cabang
Parmalim di Indonesia telah mencapai 44 cabang. Di Sumatera Utara
sendiri terdiri dari 15 cabang dan yang terbanyak terdapat di Kabupaten
Tobasa 6 cabang, Kabupaten Samosir 4 cabang.
5. Komunitas parmalim melakukan adaptasi di beberapa bidang seperti
budaya, sosial, dan ekonomi. Dalam bidang budaya, adaptasi yang
dilakukan Parmalim dengan masyarakat non Parmalim, khususnya orang
Batak lebih condong pada proses interaksi assosiatif dalam bentuk kerja
sama. Adapun yang faktor utama pendorong mereka untuk bekerja sama
sosial, mereka biasanya melakukan perkawinan dengan perempuan atau
laki-laki non Parmalim untuk menarik mereka menjadi parmalim dan
keluarga dari pihak non Parmalim dapat diberi penjelasan mengenai apa
itu Ugamo Malim dan diharapkan semaik banyak yang mengerti mereka,
namun demikian banyak juga dari antara mereka yang justeru berpaling
dari Malim dan masuk agama lain. Selain itu mereka juga memilih untuk
mengikuti STM dengan orang-orang Batak non Parmalim selama itu tidak
menyalahi aturan Ugamo Malim, namun bila ternyata hal tersebut tidak
terpenuhi mereka juga memiliki STM Parmalim. Dalam bidang mata
pencaharian kebanyakan dari mereka bekerja sebagai wirausaha
dikarenakan masih sulitnya mengurus administrasi kependudukan.
6. Banyak masyarakat yang belum mengerti apa itu Parmalim, namun
mereka telah memebrikan label-label negatif tentang mereka.
7. Peraturan yang pemerintah keluarkan mengenai Administrasi dan
kependudukan masih kurang disosialisasikan, sehingga banyak para
penganut khususnya Parmalim yang mengalami kesulitan kepengurusan
administrasi kependudukan.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti berharap bahwa semoga toloransi kita
semakin tinggi dalam menyikapi berbagai perbedaan, khususnya keberagaman
1. Pemerintah segera melakukan sosialisasi terhadap Undang-undang No.23
Tahun 2006 dan Peraturan pemerintah No.23 Tahun 2007 mengenai
Administrasi dan Kependudukan kepada pihak-pihak yang terkait agar
para penganut kepercayaan, khususnya Parmalim dapat memeperoleh
haknya sebagai warga negara.
2. Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan agar anak-anak Parmalim tidak
perlu belajar agama lain, melainkan pemerintah daerah mengeluarkan
peraturan bahwa anak-anak Parmalim juga harus difasilitasi dengan guru
agama Malim.
3. Para pengurus STM, Punguan Marga, dan Punguan Dongan Sahuta agar
Parmalim diberi kesempatan untuk marsaor (bergaul) dengan sesama
orang Batak lainnya dengan memeberikan pengecualian tidak akan
dilakukan kegiatan ibadah Kristen ketika kegiatan berlangsung di rumah
Parmalim.
4. Kepada masyarakat awam yang masih belum mengerti tentang Parmalim
agar tidak lagi memberi pandangan negatif seperti ungkapan si pele begu
kepada mereka.
5. Dianjurkan kepada adik – adik jurusan pendidikan sejarah agar dapat
melanjutkan dan mengembangkan penelitian dari skripsi ini yang belum
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Pendidikan Sejarah. 2015.Pedoman Penulisan Skripsi Dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendiidikan Sejarah.Medan: FIS Unimed.
Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara.
Pederson, Paul Bodholdt. 1975. Darah Batak dan Jiwa Protestan. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia.
Situmorang, Sitor. 2004. Toba Na Sae Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII—XX. Jakarta: Komunitas Bambu.
Koenjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rieneka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Koenjaraningrat. 2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.
Scharf, Betty (terj). 2004. Sosiologi Agama. Jakarta. Prenada Media.
Sanderson, Stephen K. 2000. Makro Sosiologi Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Prenada Media Group.
Siahaan, Bisuk. 2005. Batak Toba Kehidupan di Balik Tembok Bambu. Jakarta: Minangkabau dan Mandailing di Perkotaan. Medan:Unimed Press.
Harahap, Irwansyah. 2010. Hata Ni Debata Etnografi Kebudayaan-Musikal Parmalim Batak Toba. Medan: Semai Pusat Warisan Seni Sumatera.
Simanjuntak, A.Bungaran. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Yogyakarta: Obor.
Sumber Internet:
http://www.kementiran.agama.ri.dinamika-perkembangan-sistem-kepercayaan-lokal-di-Indonesia. Diakses pada 16 April 2016