• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II DI SMA NEGERI 1 SUNGGAL T.P. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II DI SMA NEGERI 1 SUNGGAL T.P. 2015/2016."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK

SUHU DAN KALOR KELAS SEMESTER II SMA NEGERI 1 SUNGGALT. P. 2015/2016

Oleh:

Veronicawaty Sinaga NIM 4122121022

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI

POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II DI SMA NEGERI 1 SUNGGAL

T.P. 2015/2016

Veronicawaty Sinaga (NIM. 4121121002)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap Keterampilan Proses Sains siswa pada materi Pokok Suhu dan Kalor Kelas X Semester II Di SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Sunggal yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 240 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari populasi secara acak yaitu kelas X MIA -6 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 33 orang dan kelas X MIA-4 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 33 orang. Instrumen yang digunakan yaitu tes hasil belajar Keterampilan Proses Sains dalam bentuk uraian dengan jumlah 9 soal yang telah divalidasi dan lembar observasi Keterampilan Proses Sains yang dianalisis secara deskriptif dan diamati oleh lima observer.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes dan postes untuk kelas eksperimen adalah 49,0 dan 75,3 sedangkan nilai rata-rata pretes dan postes untuk kelas kontrol adalah 48,0 dan 67,0. Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dari pertemuan I sampai pertemuan III, Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran inquiry training mengalami peningkatan, pada pertemuan I 47,3% (Kurang baik), pertemuan II 57,4% ( Cukup Baik) dan pada pertemuan III 78,4% (Baik). Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh bahwa ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis

sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry

Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Pada Materi Suhu dan kalor

di Kelas X SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016”, disusun untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Drs. Juniar Hutahaean, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal penulisan

proposal sampai dengan selesainya penulisan skripsi. Ucapan terimakasih juga

disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.Si., M.M, Muhammad Kadri.,

M.Sc, Drs. Henok Siagian, M.Si sebagai dosen penguji I, II, III yang telah banyak

memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai

selesainya skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak

Dr. Asrin Lubis, M.Pd. selaku dekan MIPA Unimed dan Bapak Drs. Alkhafi

Maas Siregar, M.Si selaku ketua jurusan Fisika. Ucapan terimakasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd. selaku ketua Prodi

Pendidikan Fisika dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.

Togi Tampubolon, M.Si sebagai dosen Pembimbing Akademik dan seluruh dosen

dan staf pegawai di Jurusan Fisika Unimed yang sudah membantu Penulis.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Yetti, S, M.Pd selaku kepala

sekolah SMA Negeri 1 Sunggal, dan Ibu Hayati, M.Pd selaku guru Fisika SMA

Negeri 1 Sunggal, dan Ibu yang telah membantu dalam penelitian dan seluruh staf

pegawai yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah

(5)

v

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Patrisius

M. Sinaga dan Ibunda Mesi Aritonang yang telah memberikan dukungan moril

dan materil kepada penulis. Juga kepada Adik Stephanus, Adik Josua, Adik

Zakaria. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat tercinta

khususnya Melisa Simarmata, Mustika Pasaribu, Sondang E. Hutapea, serta teman

seperjuangan Atikah Putri, Apri Tivani. Ucapan terima kasih juga kepada teman

saya di Pendidikan Fisika Dik C 2012 yang telah memberikan semangat dan

dorongan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan seluruh

teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini

dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2016 Penulis,

(6)

vi

1.1.Latar Belakang Masalah 1 1.2.Identifikasi Masalah 4

2.1.4. Pengertian Model Pembelajaran 12 2.1.5. Model Pembelajaran Inquiri Training 13 2.1.5.1 Sintaks Model Pembelajaran Inquiri Training 16 2.1.5.2. Sistem Sosial dan Sistem Pendukung Inquiri Training 18 2.1.5.3. Dampak-Dampak Intruksional dan Pengiring Inquiri Training 18 2.1.5.4. Keunggulan dan Kelemahan Inquiry Training 20 2.1.5.5. Learning Outcome Inquiry Training 22 2.1.5.6. Hasil Belajar Inquiry Training 23 2.1.6. Pembelajaran Konvensional 26

2.1.8. Materi 28

2.2. Kerangka Konseptual 36

2.3. Hipotesis 38

BAB III : METODE PENELITIAN 39

(7)

vii

3.6.1. Tes 42

3.6.1.1. Validitas Isi 43

3.6.2. Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa (Lembar Observasi) 44 3.7. Teknik Analisis Data 44

3.7.1. Uji Normalitas 45

3.7.2. Uji Homogenitas 46

3.7.3. Uji Hipotesis 46

3.7.3.1 Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes (Uji t Dua Pihak) 46 3.7.3.2 Uji Kesamaan Rata-Rata Postes (Uji t Satu Pihak) 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 49

4.1 Hasil Penelitian 49

4.1.1 Pelaksanaan Pretes 49 4.1.2. Analisa Data Pretes 50 4.1.2.1. Uji Normalitas Data Pretes 50 4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes 51 4.1.2.3 Uji Hipotesis Data Pretes 51 4.1.2.4 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Pretes 52

4.1.3 Perlakuan 52

4.1.3.1. Observasi Aktivitas Siswa 52 4.1.4. Pelaksanaan Postest 54 4.1.4.1. Uji Hipotesis Untuk Pretes 55 4.1.4.2. Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Postes 56 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59

5.1 Kesimpulan 59

5.2 Saran 59

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Dampak dalam Inquiry Model 19

Gambar 2.2. Skala Termometer 28

Gambar 2.3. Skema perubahan wujud zat 33

Gambar 2.4. Sistem Ventilasi Rumah 34

Gambar 2.5. (a) Angin laut pada siang hari dan (b) angin darat pada

malam hari. 36

Gambar 3.1. Skematik Pelaksanaan Penelitian 41

Diagram 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50

Diagram 4.2 Aktivitas Kelas Eksperimen 53

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kadar aktivitas mental dalam proses belajar 9

Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Inquiry Training 16

Tabel 2.3 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains 25

Tabel 3.1 Two Group Pretest – Posttest Design 38

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Materi Pokok Suhu dan Kalor 42

Tabel 3.3 Kategori Ketuntasan Penguasaan Materi Pelajaran 43

Tabel 3.4 Kategori Aktivitas 44

Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 50

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 51

Tabel 4.4 Uji Hipotesis Data Pretes 51

Tabel 4.5 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Pretes 52

Tabel 4.6 Penilaian Aktivitas Kelas Eksperimen 53

Tabel 4.7 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54

Tabel 4.8 Uji Hipotesis Data Postes 55

Tabel 4.9 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Pretes 56

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 63

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa 104

Lampiran 3. Tes Hasil Belajar 112

Lampiran 4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 114

Lampiran 5. Instrumen Penilaian KPS 118

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Belajar Siswa 124

Lampiran 7. Lembar Deskriptor Aktivitas Belajar Siswa 132

Lampiran 8 Rekapitulasi jawaban Pretes dan Postes Kelas Kontrol 134

Lampiran 9 Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol 138

Lampiran 10 Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 139

Lampiran 11 Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 140

Lampiran 12 Uji Normalitas 142

Lampiran 13 Uji Homogenitas 145

Lampiran 14 Uji Hipotesis 148

Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian 153

Lampiran 16 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 157

Lampiran 17 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F 159

Lampiran 18 Daftar Nilai Kritis untuk Uji Lilliefors 161

Lampiran 18 Daftar NiIai Persentil untuk Distribusi t 162

Lampiran 19 Surat Persetujuan Dosen Pembimbing 163

Lampiran 20 Validasi Instrumen 164

Lampiran 21 Surat Izin Observasi 166

Lampiran 21 Surat Izin Penelitian 167

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah

menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada

berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Namun fakta di lapangan belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Masalah utama dalam pembelajaran pada

pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap

peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa

masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi

pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah

dimensi peserta didik itu sendiri.

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas

pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya

manusia kearah positif, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas. Proses

pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara

bersama-sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Usman (1990) dalam Suryosubroto (2002:19) ”Proses belajar

mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan

siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu”. Inti dari pembelajaran yang diberikan oleh guru

adalah agar siswa memahami konsep yang diberikan dengan baik, dengan cara

yang paling mudah diterima oleh siswanya, kemudian diakhiri dengan evaluasi.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fisika memegang

peranan penting terhadap perkembangan ilmu yang lain. Fisika dalam

penerapannya sangat bermanfaat dalam berbagai kehidupan, sehingga fisika perlu

(12)

2

keberhasilan dalam proses pembelajaran fisika tidak terlepas dari

kegiatan-kegiatan peserta didik dan kesiapan pengajar (guru).

Banyak diantara guru yang belum dilengkapi dengan metodologi khusus

(bidang studi) sehingga siswa kurang mampu menerima umpan balik bahan

pelajaran Fisika yang disajikan. Banyak guru menganggap (sadar atau tidak sadar)

siswa semata-mata sebagai “objek belajar” bukan sebagai “subjek belajar” yang

memiliki potensi intelektual dan personalitas yang perlu dimanifestasikan

semaksimal mungkin mewujudkan diri menjadi manusia (self-actualized person)

menuju ke pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person).

Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari

tentang semua peristiwa dan gejala fisis yang terjadi di alam. Pengetahuan Fisika

diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian

yang dilakukan oleh fisikawan dalam mencari jawaban pertanyaan “apa, mengapa,

bagaimana” dari gejala-gejala alam serta penerapannya dalam teknologi dan

kehidupan sehari-hari yang melibatkan keterampilan fisis dan penalaran.

Namun fakta yang terlihat di lapangan pada pembelajaran fisika,

pembelajaran masih bersifat verbal, siswa tampak pasif dan menerima

pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Proses belajar mengajar yang

dilakukan di sekolah masih terpusat pada guru (teacher centered).

Sesuai dengan pengalaman peneliti saat melakukan Praktek Program

Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA Swasta Methodist Lubuk Pakam

banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran fisika itu merupakan pelajaran

yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Mereka juga cenderung

menganggap pelajaran fisika selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah

untuk diingat. Guru lebih sering mengajar dengan menyajikan materi dan

penyelesaian soal-soal dengan rumus.

Metode belajar dengan praktikum sangat jarang digunakan oleh guru

karena saat itu terhambat oleh sarana dan prasarana serta pengelolaan siswa yang

kurang baik. Persentasi guru menggunakan metode praktikum dalam kelas

hanyalah 10%. Guru yang belum pernah menggunakan model pembelajaran

(13)

3

merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengidentifikasi

variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat mengembangkan

keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa menjadi tidak tampak.

Kenyataan tersebut juga dijelaskan berdasarkan observasi yang telah

dilakiukan di SMA Negeri 1 Sunggal bahwa nilai ulangan harian siswa masih

rendah yaitu kurang dari 60 dari KKM yaitu 70. Dari hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti kepada Ibu Hayati, M.Pd, guru fisika SMA Negeri 1

Sunggal, beliau menyatakan bahwa hasil ulangan harian Fisika masih jauh dari

yang diharapkan. Hanya beberapa orang saja yang mampu mencapai nilai di atas

KKM dan selebihnya masih di bawah KKM. Siswa yang tertarik belajar Fisika

sekitar 45%, kurang menyukai Fisika 30%, dan 25% ragu-ragu dari jumlah

seluruh siswa kelas X yaitu 240 orang. Ketika di wawancara lebih lanjut

pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional, dan juga

menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.

Dalam proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori,

konsep-konsep dan rumus serta tidak membekali siswa pada keterampilan

berpraktikum yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS)

siswa. Dalam model inquiry training, guru memberikan masalah kepada siswa

untuk dipecahkan sendiri dimana siswa akan diberikan waktu untuk mencari

jawaban melalui pengamatan, melakukan praktek sendiri atau membaca buku

yang relevan. Model ini membantu menciptakan proses belajar mengajar yang

akan merangsang minat dan keinginan siswa untuk mempelajari suatu hal dengan

berusaha menemukan jawaban.

Hasil pembelajaran utama dari model Inquiry training adalah keterampilan

proses sains yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan mengolah

data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,

merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Format dari model

Inquiry training menawarkan pembelajaran yang aktif dan otonom. Siswa juga

akan menjadi lebih terampil dalam ekspresi verbal seperti dalam mendengarkan

pendapat orang lain dan mengingat apa yang telah diutarakan. Sistem sosial model

(14)

4

dengan baik dimana guru mengontrol interaksi dan meresapkan prosedur-prosedur

penelitian. Meski demikian, standar penilaian adalah kerja sama, kebebasan

intelektual, dan keseimbangan. Interaksi antara siswa seharusnya juga didorong.

Lingkungan intelektual terbuka untuk semua gagasan yang relevan

(Joyce,dkk,2011:209)

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Inkuiri Training ini telah

dilakukan oleh Desi Kristin Lumban Gaol (2014) yang menyatakan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran Inkuiri Training dapat meningkatkan hasil

belajar siswa di SMA dimana untuk kelas eksperimen nilai rata-rata hasil

belajarnya 71,50 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas kontrol adalah

61,75. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa setelah dilakukan

pembelajaran dengan model inquiry terjadi peningkatan hasil belajar siswa

sebesar 9,75%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran

inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan proses sains siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti bermaksud

mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Pada Materi Suhu dan kalor di Kelas X SMA Semester II Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi

masalah adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah.

2. Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dan masih monoton.

3. Kurangnya pengalaman siswa dalam pelaksanaan praktikum.

4. Keterampilan proses sains pada siswa masih tergolong rendah.

5. Pembelajaran fisika di sekolah masih bersifat verbal, guru yang lebih aktif

berperan sehingga kurang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan

(15)

5

6. Siswa menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang identik dengan

rumus, tidak menarik dan membosankan.

1.3. Batasan Masalah

Karena luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran ini,

maka penulis membuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry

Training.

2. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor

di kelas X.

3. Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Sunggal kelas X.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Inquiry Training pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Konvensional pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

3. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Inquiry Training pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

4. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap

keterampilan proses sains siswa pada materi suhu dan kalor di Kelas X

(16)

6

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini dimaksudkan

untuk :

1. Mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Inquiry Training pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

2. Mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Konvensional pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

3. Mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Inquiry Training pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

4. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap

keterampilan proses sains siswa pada materi suhu dan kalor di Kelas X

Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016?

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, maka penulis mengharapkan tulisan ini dapat

bermanfaat sebagai :

1. Bahan masukan bagi guru khususnya guru fisika untuk menggunakan

model pembelajaran Inquiry Training dalam proses pembelajaran.

2. Bahan informasi yang bermanfaat bagi peneliti sebagai calon guru dan

memberikan sumbangan pemikiran kepada para pembaca mengenai

pentingnya penelitian lanjut dalam bidang pendidikan, khususnya

(17)

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analis data

pengujian hipotesis penelitian, penulis mengemukakan kesimpulan dan saran

sebagai berikut:

5.1. Kesimpulan

1. Keterampilan Proses Sains siswa pada kelas eksperimen sebelum diberikan

perlakuan rata – rata pretes adalah 49,0 dalam kategori kurang sekali dan

setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry

training diperoleh rata – rata postes sebesar 75,3 dalam kategori baik.

2. Keterampilan Proses Sains siswa pada kelas kontrol sebelum diberikan

perlakuan rata – rata pretes adalah 48,0 dalam kategori kurang sekali dan

setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional diperoleh rata – rata postes sebesar 67,0 dalam kategori baik.

3. Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran Inquiry

Training mengalami peningkatan, pada pertemuan I 47,3% (Kurang baik),

pertemuan II 57,4% ( Cukup Baik) dan pada pertemuan III 78,4% (Baik)

4. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung > ttabel maka Ha

diterima, dengan demikian diperoleh bahwa keterampilan proses sains siswa

akibat pengaruh model Inquiry Training lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional pada materi Suhu dan Kalor Kelas X Semester II

SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diberikan beberapa saran antara lain:

1. Sebaiknya dalam menerapkan model inquiry training agar mampu

menyampaikan kepada siswa jenis pertanyaan puzzeling event yang digunakan

dalam belajar untuk memancing siswa mengutarakan pendapatnya.

2. Sebaiknya dalam penerapan menerapkan model inquiry training

mengalokasikan waktu dengan baik agar langkah-langkahnya dapat terlaksana

(18)

60

DAFTAR PUSTAKA

Alberta,L., (2004), Focus on inquiry: a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning, Learning and Teaching Resources Branch,Canada.http://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf (Diakses Desember 2012)

Arikunto, S., (2002), Dasar–dasar Evalusi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Dahar, R. W., (1988), Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta

Dormatio., (2013), http://dormatio.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-konvensional.html (Diakses Juni 2013)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standar Operasional (SOP) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Giancoli., (2001), Fisika, Edisi Kelima Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Handayani, S., (2009), Fisika 1: Untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Indahwati, T. S. J., Sunarno,w., Sajidan.,(2010), Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori Jurnal Inkiuri ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 258-265)

Joyce, B., Wheil, M., (1996), Models of Teaching, Fifth Edition, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Joyce, B., Wheil, M., (2009), Model-model Pembelajaran, Edisi Delapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Kanginan, M., (2006), Fisika Untuk SMA/MA Kelas X, Erlangga, Jakarta

Komyadi.,Derlina.,(2013), Penerapan Media Simulasi Phet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Pada Fase Pengumpulan Data Percobaan Dan Mengolah Serta Merumuskan Suatu Penjelasan Dalam Model Pembelajaran Inquiry Training Di Sma Negeri 5 Takengon, Jurnal Pendidikan Fisika, ISSN 2252-732X

(19)

61

Mediafunia.,(2013),http://mediafunia.blogspot.com/2014/01/model-pembelajaran-konvensional.html (Diakses Juni 2014)

Noor, J., (2011), Metodologi Penelitian, Kencana, Jakarta

Rusman, (2011), Model-model Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sagala, S., (2012), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung

Sani, R.A., (2011), http://jurnalagfi.org/karakteristik-pembelajaran-di-sumatera-utara-dan-kaitannya-dengan-hasil-ujian-nasional-tingkat-sma/ (Diakses Desember 2015)

Sanjaya, W., (2010), Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta

Sardiman, (2005), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Siregar, M., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada sub materi Pemantulan Cahaya di Kelas X Semester II SMA Teladan Indrapura T.P 2012/2013, Skripsi, FMIPA: Unimed

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta

Soeryabrata, (2002), Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo,Yogyakarta

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung

Sunardi, 2009. Fisika Bilingual SMA/MA Kelas X, Yrama Widya, Bandung

Suparno, P., (2006), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta

Syah, M., (2008), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Trisno, Y. K., Pasaribu,M., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP Negeri 9 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), Vol. 2 No. 1,ISSN 2338 3240

(20)

62

Tim Pengembang MKDK, (2012), Kurikulum dan Pembelajaran, Rajawali Press, Jakarta

Winkel, (1996), Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta

Gambar

Gambar 2.1. Dampak dalam Inquiry Model

Referensi

Dokumen terkait

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

Potensi interaksi obat yang diketahui antara antibiotik ciprofloxacin dan warfarin diresepkan pada 2 pasien yaitu pasien nomor 1 dan 27, untuk data penyakit

[r]

[r]

 Unjuk kerja : Menari sesuai makna gerak ke dalam bentuk tari bertema dengan mengacu pada gaya tari daerah berdasarkan ruang gerak dan pola lantai. MINGGU

Pada suhu 70°c, warna tempe yang dihasilkan adalah coklat dengan tekstur kering rnerata. Jenis

Efek tersebut diamati, melalui hubungan faktor- faktor personal dengan materi yang diperagakan lewat video, meliputi : hubungan persepsi tentang daya tarik video,