I. PENDAHULUAN
I. a. Latar Belakang
Sebagai bahan konstruksi, beton digunakan lebih banyak dari bahan baku lainnya. Penggunaannya besaing dengan bahan-bahan lainnya seperti kayu, baja, aspal, batu, plastis dan sebagainya, karena penggunannya sangat mudah dibentuk. Untuk mencukupi kebutuhan tuntutan produksi beton di Indonesia saMPai saat ini pabrik semen terus menerus ditingkatkan kapasitas produksinya. Permintaan semen nasional naik 16,6% dari 34,2 juta ton tahun 2007 menjadi 39,9 juta ton tahun 2008. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya beton dalam era pembangunan di negara kita.
Peningkatan penggunaan beton ini perlu diantisipasi dengan penggunaan alternatif lain dalam memenuhi bahan baku beton tersebut. Sehingga diperlukan penelitian tentang material-material lain yang dapat menggantikan material yang biasa dipakai pada campuran beton, sejauh sifat-sifatnya masih memenuhi syarat sebagai material beton dan tentunya memberikan sumbangan terhadap karakteristik beton yang diinginkan.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap suatu bahan alternatif, bahan tersebut akan diaplikasikan sebagai bahan pengganti semen. Bahan alternatif tersebut adalah tanah dari Tulakan-Pacitan dan berperan sebagai pengganti sebagian semen dalam jumlah tertentu pada campuran beton.
keadaan halus dapat bereaksi dengan kapur padam (aktif) dan air pada suhu kamar (240C – 270C) membentuk senyawa yang padat dan tidak larut dalam air.
I. b. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah digambarkan di atas, dapat kami ambil beberapa permasalahan utama.
Pada tahun I, permasalahan yang Telah kami selesaikan adalah :
a). Perlu diketahui karakteristik dari tanah Tulakan dalam upayanya untuk menggantikan semen sebagai bahan konstruksi.
b). Bagaimana peran tanah Tulakan tersebut dalam menggantikan bahan semen. c). Bagaimana kinerjanya sebagai beton struktur, bila sebagian semen sebagai
salah satu komponen bahan penyusun beton sudah tergantikan dengan tanah Tulakan.
I. c. Tujuan Penelitian
Melihat dari sifat dan karakter yang dimiliki oleh tanah Tulakan, maka perlu dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahuidan melakukan penelitian tentang karakterisitik tanah Tulakan-Pacitan, perannya dalam menggantikan semen dan kinerjanya jika diaplikasikan pada beton struktur.
I. d. Urgensi Penelitian
Keberadaan pozzolan alam di Indonesia banyak dijuMPai di daerah dekat pegunungan yang masih aktif seperti di daerah Nagrek (Jawa Barat), Gunung Muria (Jawa Tengah), Gunung Lawu (Jawa Timur) dan daerah lainnya di pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Halmahera. Bahan pozzolan itu sendiri sudah lama dikenal di Indonesia sebagai bahan bangunan yang dicampur kapur padam. Hanya pengolahannya masih terbatas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan teknologi yang lebih maju dalam pengolahannya.
Batu kapur merupakan hasil tambang yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO). Sedangkan tanah lempung mengandung silica dioksida (SiO2) serta alumunium oksida (Al2O3). Kedua bahan ini kemudian mengalami proses pembakaran hingga meleleh.
Tanah Tulakan adalah tanah yang mengandung unsur silikat dan aluminat. Sehingga apabila digunakan bersamaan dengan kapur, maka sifatnya bisa berubah menjadi layaknya semen karena secara umum kandungan semen adalah kapur, silikat, dan aluminat. Jadi, tanah Tulakan mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan dalam pembentukan semen konvensional, yaitu senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Karena itu, seharusnya tanah Tulakan dapat difungsikan sebagai pengganti tanah liat yang digunakan pada pembuatan semen konvensional.
Tabel 1. Komposisi senyawa pada tanah Tulakan dan semen konvensional (ppm)
CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3
Semen konvensional 62-65 20-25 3-5 3-4 Tanah Tulakan 4,87 53,36 14,68 7,66
Kebutuhan kandungan CaO yang masih belum terpenuhi pada tanah Tulakan dapat dicukupi dengan penambahan batu kapur.
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk pemenuhan model atau teknologi yang tepat dalam pengolahan bahan yang ada di alam sekitar, yang mana target luaran penelitian pada Tahun I dan Tahun II diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ipteks, menunjang pembangunan dan pengembangan institusi. Luaran yang akan dicapai dalam penelitian multi tahun ini adalah : - Laporan hasil penelitian (Tahun I dan II)
- Model komposisi optimal campuran (Tahun I) - Inovasi alternatif material baru (Tahun II) - Bahan ajar (Tahun I dan II)
II. TINJAUAN PUSTAKA
II. a. Pozolan
Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika
alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan
tetapi dalam bentuk yang halus dan dengan adanya air maka senyawa- senyawa
tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu normal membentuk
senyawa kalsium hidrat yang bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan
yang cukup rendah.
Standar mutu pozolan menurut ASTM C618-92a dibedakan menjadi tga
kelas, dimana tiap-tiap kelas ditentukan komposisi kimia dan sifat fisiknya.
Pozzolan mempunyai mutu yang baik apabila jmlah kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3
tinggi dan reaktifitasnya tinggi dengan kapur. Ketiga kelas pozzolan tersebut
adalah :
Kelas N : Pozolan alam atau hasil pembakaran, pozzolan alam yang dapat digolongkan didalam jenis ini seperti tanah diatomoic, opaline cherts dan shales, tuff dan abu vulkanik atau pumicite, dimana bisa diproses melalui pembakaran atau tidak. Selain itu juga berbagai material hasil pembakaran yang mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Kelas C : Fly ash yang mngandung CaO di atas 10% yang dihasilakan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara.
Kelas F : Fly ash yang mngandung CaO kurang dari 10% yang dihasilakan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara.
Menurut Persyaratan Kimia Berdasarkan ASTM C618-92a, kandungan
pozzoland dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel.2. Persyaratan Kimia Berdasarkan ASTM C618-92a
Komposisi Kelas
N F C
Jumlah SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 (min, %) 70.0 70.0 70.0
SO3(max, %) 4.0 5.0 5.0
Na2O (max, %) 1.5 1.5 1.5
Kadar kelembaban (max, %) 3.0 3.0 3.0
Hilang pijar (max, %) 10.0 6A 12
A
Tabel. 3. Persyaratan Fisik Berdasarkan ASTM C618-92a
Uraian Kelas
N C F
Kehalusan :
Jumlah yang tertahan di atas ayakan 45 µm (No. 325) (max, %) 34 34 34 Indeks keaktifan pozzolan portland :
- Dengan menggunakan semen, kuat tekan pada umur 7 hari (min, %)
- Dengan menggunakan semen, kuat tekan pada umur 28 hari (min, %)
Pengembangan atau penyusutan dengan autoclove
(max, %) 0.8 0.8 0.8
Persyaratan keseragaman :
Berat jenis dan kehalusan dari contoh benda uji, masing-masing tidak boleh berbeda dari rata-rata yang ditetapkan dengan 10 benda uji atau dari seluruh benda uji yang jumlahnya kurang dari 10 buah, maka untuk :
- Berat jenis, perbedaan maximum dari rata-rata (%)
- Persentasi partikel yang tertahan pada ayakan 45 µm (No. 325) perbedaan maximum dari rata-rata (%)
5 Faktor pengali, dihitung sebagai perkalian hilang pijar dan kehalusan
yang tertahan pada ayakan 45 µm (No. 325) (max, %) … 255 … Pertambahan penyusutan dari mortar pada umur 28 hari, perbedaan
max (in, %) 0.03 0.03 0.03
Persyaratan keseragaman :
Sebagai tambahan , pada beton air-entraining jumlah air entraining agent yang disyaratkan untuk menghasilkan kadar udara sebesar 18 %, volume mortar tidak boleh berbeda darirata-rata yang ditetapkan atau dari seluruh pengujian jika kurang dari 10, maka untuk :
reaktifitas dengan alkali semen :
- Pengurangan pengembangan mortar pada umur 14 hari (min, %) - Pengembangan mortar pada umur 14 hari (max, %)
75
Jenis-jenis pozzolan menurut proses pembentukannya (asalnya) di dalam ASTM 593-82 dibedakan menjadi dua jenis yaitu Pozzolan alam dan Pozzolan buatan. Pozzolan alam adalah bahan alam yang merupakan sedimentasi dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silica aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan mengadakan proses sementasi. Sedangkan untuk pozzolan buatan sebenarnya banyak macamnya, baik merupakan sisa pembakaran dari tungku, maupun hasil pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandun silica reaktif dengan melalui proses pembakaran, seperti
abu terbang (fly ash), abu sekam (rice husk ash), silica fume dan lain-lain.
mengontrol kualitasnya digunakan standarisasi mutu pozzolan dari ASTM yang terperinci seperti di atas.
Sifat pozzolan alam terhadap beton pada dasarnya mirip dengan pozzolan lainya, yaitu memperlambat waktu setting sehingga kekuatan awal beton rendah, bereaksi dengan
CaO(OH)2 membentuk senyawa kalsium silikat hidrat (CSH) sehingga mengurangi
kandungan CA(OH)2 dalam beton, membuat beton tahan terhadap air laut dan sulfat..
Berdasarkan hasil analisis kimia yang telah dilakukan di Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPK) Yogyakarta, tanah dari
Tulakan-Pacitan tersebut mempunyai kandungan unsur sebagai berikut :
Tabel. 4. Hasil Analisis Kimia (Dalam satuan % berat)
Unsur-unsur Tanah
Tulakan-Pacitan Semen
SiO2 53,36% 17-25%
Al2O3 14,68% 3-8%
Fe2O3 7,66% 0,5-6%
CaO 4,87% 60-65%
MgO 1,10% 0,5-4%
Na2O 2,15% 0,5-1%.
K2O 2,69% 0,5-1%.
mmMnO 0,07% -
TiO2 1,08% -
P2O5 0,27% -
H2O 4,20%. -
HD 7,40%. -
Berdasarkan kandungan yang dimiliki, tanah Tulakan yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk dalam pozzolan kelas N, terlihat dari tabel di atas
jumlah SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 lebih dari 70 % dan kandungan SO3 kurang dari 4% dari beratnya ( Berdasarkan ASTM C618-92a).
II. b. Sifat-sifat Semen yang Memakai Pozolan
Di dalam proses hidrasi semen selain menghasilkan senyawa CSH, CAH
dan CAF yang bersifat sebagai bahan perekat juga menghasilkan kapur yang
angka kelarutannya tinggi dan bersifat basa. Dengan adanya pozzolan maka
kapur yang timbul akan beraksi membentuk CSH, CAH dan CAF yang
Semen yang mempunyai bahan tambahan pozzolan akan mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
Panas hidrasi akan turun karena dengan adanya tambahan pozzolan kandungan C3A dalam semen berkurang
Campuran pasta semen pada keadaan konsistensi normal maka faktor air semen akan meningkat dengan adanya pozzolan
Workabilitas dari beton yang memakai semen pozzolan akan lebih baik Merubah waktu setting
Merubah kekuatan beton
II. c. Uji Bahan Pembentuk Beton (Concrete Ingredient Testing)
Dalam penelitian ini salah satu fokus utama dalam pengujian bahan
pembentuk beton yang akan diuji adalah pada uji pasta semen-tanah dan uji
mortar (kuat tekan, berat jenis dan serapan air mortar).
Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat dan air.
Dalam penelitian ini semen yang akan dipakai akan dikomposisikan secara tepat
dengan tanah Tulakan dalam pembuatan mortar. Tujuan pengujian ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana komposisi campuran tersebut berpengaruh dalam
upaya untuk mengurangi pembebasan kapur dan menutup pori-pori mortar akibat
reaksi antara semen dan air dengan membentuk zat perekat, sehingga dihasilkan
mortar dengan karakteristik lebih baik. Pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi uji karakteristik pasir, uji karakteristik tanah Tulakan dan
uji karakteristik mortar (kuat tekan, berat jenis dan serapan air mortar)
II. d. Uji Beton Keras (Hard Concrete Testing)
Uji destruktif dilakukan untuk mengetahui kuat tekan, permeabilitas, kuat
lentur dan kuat lekat tulangan.
D.1. Uji Kuat Tekan.
Pengujian yang paling dikenal yang dilakukan pada beton adalah pengujian
Ada suatu dugaan bahwa kondisi yang dipandang penting dari sifat beton secara langsung dikaitkan (minimal dari segi kualitatif) dengan kekuatan
tekan beton.
Karena beton memiliki kekuatan yang kurang terhadap tarikan maka kekuatan daya tekan menjadi penting.
Pedoman rencana struktural lebih didasarkan pada kekuatan tekan
Pengujian ini sangat sederhana dan tidak memakan biaya banyak dalam pelaksanaannya.
Pengujian kuat tekan beton dilaksanakan dengan memberikan beban pada
permukaan benda uji silinder beton saMPai retak. Besarnya kuat tekan beton
masing-masing benda uji digunakan rumus sebagai berikut ( Sagel dkk, 1994 ) :
f’c = A Pmax
(1)
dengan :
f’c = kuat tekan maksimum beton ( N / mm2 ) Pmax = beban maksimum ( N )
A = luas permukaan benda uji (mm2 )
Sedangkan pengujian non-destruktif yang paling dikenal adalah jenis uji
reaksi yang menggunakan pemukul reaksi buatan Schmidt (rebound hammer).
Alat ini telah dikembangkan tahun 1948 dan amat banyak digunakan karena
kesederhanaannya.
II. e. Perencanaan Beton
Pada penelitian ini, perencanaan adukan beton menggunakan metode
SK-SNI-T-15-1990-03. Prosedur perencanaan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1). Penetapan kuat tekan beton yang direncanakan (f’c).
2). Penetapan nilai deviasi standar (S).
3). Penghitungan nilai tambah atau margin (M). 4). Penetapan kuat-tekan beton rencana rata-rata (f’cr).
6). Penetapan jenis agregat.
7). Penetapan faktor air semen (f.a.s.)
8). Penetapan nilai slump
9). Penetapan besar ukuran agegat maksimum.
10). Penetapan jumlah air.
11). Penetapan jumlah semen.
12). Penetapan perbandingan antara berat agregat halus dan agregat kasar.
13). Penetapan berat jenis agregat campuran.
14). Penetapan berat jenis beton.
15). Penetapan kebutuhan agregat halus.
III. METODE PENELITIAN
III. a. Bahan Penelitian
1). Semen Portland type I, digunakan sebagai bahan ikat hidrolis untuk pembuatan beton. Dibeli dari toko bangunan di pasaran kota Solo.
2). Agregat halus (pasir), digunakan sebagai bahan pengisi beton. Pasir diambil
dari sungai Kaliworo Klaten.
3). Agregat kasar (batu kerikil), digunakan sebagai bahan pengisi beton. Agregat
kasar yang digunakan dibatasi yaitu yang berdiameter maksimum 10 mm.
Agregat kasar diambil dari sungai Kaliworo Klaten.
4). Air, digunakan bahan pereaksi semen Portland yang juga berfungsi sebagai
pelumas adukan beton. Air diambil dari sumur Laboratorium Teknik Sipil
UMS.
5). Tanah Tulakan-pacitan dan kapur sebagai pengganti sebagian semen dalam
campuran beton.
III. b. Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, seluruhnya berasal dari
Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Peralatan pokok yang dipakai dalam penelitian ini antara lain:
1. Concrete mixer, untuk mencampur adukan beton segar. 2. Kerucut Abrams, untuk mengukur kelecakan beton segar. 3. Silinder beton, untuk mencetak benda uji.
4. Universal testing machine, untuk menguji kuat tekan dan kuat tarik belah beton.
III. c. Tahapan Penelitian
Tahap I : Pengadaan dan Pemeriksaan bahan
Pada tahap ini dipersiapkan semua bahan yang akan dipakai dalam
air. Sebelum digunakan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kualitas bahan.
Untuk semen dan tanah Tulakan meliputi; uji kehalusan butiran, dan uji visual.
Agregat halus (pasir) meliputi; uji kandungan zat organik, kandungan lumpur,
berat jenis, dan gradasi butiran. Agregat kasar (kerikil) meliputi; uji kekerasan
butiran, berat jenis, berat satuan, dan gradasi butiran. Bahan-bahan tersebut
secara kualitas harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam peraturan.
Tahap II : Perencanaan benda uji
Rencana campuran beton pada penelitian ini menggunakan metode
perancangan menurut SNI. Nilai fas yang digunakan adalah 0,5.
Tabel 5. Rincian dan jumlah benda uji.
Jenis
pengujian Bahan
Ukuran
(Luaran tahun I)
10
Tahap III : Pembuatan benda uji
Pembuatan benda uji dilaksanakan setelah perhitungan rencana campuran
3.1. Pengujian nilai slump
Pengujian nilai slump dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan ( konsistensi ) dari pasta beton yang telah dibuat dengan menggunakan kerucut
Abram’s yang digunakan berbentuk terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Nilai slump yang direncanakan adalah 7,5 cm saMPai 10 cm.
3.2. Perawatan ( curing )
Perawatan beton dilaksanakan dengan tujuan untuk menjaga agar
permukaan beton segar selalu dalam kondisi lembab.
3.3. Pengujian berat jenis beton
Pengujian berat jenis beton dimaksudkan untuk mengetahui kepadatan suatu
beton.
Tahap IV : Pelaksanaan pengujian
Setelah usia benda uji mencapai mencapai umur yang ditentukan,
kemudian dilakukan pengujian. Pengujian-pengujian yang dilakukan ini meliputi:
4.1. Pengujian kuat tekan mortar.
Uji tekan mortar untuk mendapatkan nilai kekuatan tekan pada beberapa umur
tertentu yang ditinjau, untuk menentukan mutu semen-tanah yang digunakan.
4.2. Pengujian kuat tekan beton.
Sehari sebelum pengujian, benda uji silinder diangkat dari bak perendaman untuk
dikeringan dengan cara diangin-anginkan. Kemudian silinder diangkat dan
diteMPatkan secara sentries pada dudukan mesin penguji, dalam hal ini Universal Testing Machine. Setelah siap, maka dimulai pembebanan dengan kecepatan pembebanan diatur 15 MPa/menit. Selama pengujian, dicatat besarnya beban dan
perpendekan benda uji. Pengamatan dilakukan saMPai benda uji hancur.
Tahap V : Analisis hasil pengujian
Setelah selesai pengujian, kemudian dilakukan analisis hasil pengujian :
5.2. Pengujian kuat tekan. Data hasil pengujian kuat desak silinder yang berupa beban P dan perpendekan benda uji dari pembacaan dial gauge digambarkan dalam suatu grafik hubungan tegangan-regangan. Kuat desak beton, f’c diperoleh dengan menghitung persamaan kuat-tekan beton. Dari lima benda uji, diambil
nilai rata-ratanya. Dari membandingkan nilai kuat-tekan rerata antara variasi
benda uji, dapat diketahui seberapa besar pengaruh komposisi tanah+kapur
Kegiatan Tahun I :
Kegiatan yang sudah terlaksana :
- Survey Lokasi di Tulakan-Pacitan. (2009) - Pengambilan sample tanah. (2009)
- Uji kandungan kimia tanah Tulakan ke BPPK-Yogyakarta. (2009)
MULAI
Perumusan Masalah
Kajian Literatur Analisis hasil Uji Kandungan Kimia
Pengadaan Bahan
- kandungan lumpur - kandungan organic - gradasi butiran - berat jenis
Luaran Tahun I :
- Laporan Tahun I - Model Komposisi Optimal Campuran - Bahan ajar - Artikel publikasi
A B C D
Pencetakan Benda Uji Tekan
Uji Kuat Tekan
Analisis Hasil Kuat Tekan
Kesimpulan Tahun I
Pembuatan adukan beton
Tes Slump
Perawatan Benda Uji Pembuatan campuran mortar
Pencetakan benda uji Tekan
Uji Kuat Tekan
Analisis Hasil Kuat Tekan
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Tanah Tulakan
Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil :
Tabel IV.1. Kandungan Tanah Tulakan
UNSUR KANDUNGAN (%)
IV. 2. Hasil Pemeriksaan Agregat
Hasil pemeriksaan pada agregat secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
IV.2.
Tabel IV. 2. Hasil pemeriksaan agregat.
Jenis pemeriksaan Syarat
c) Berat jenis kasar (los angeles)
Agregat kasar
Tabel IV. 3 Perhitungan gradasi pada pasir
Gambar IV.1. Grafik gradasi pasir, hubungan antara persen lolos dengan ukuran saringan
Tabel IV. 4. Perhitungan gradasi pada kerikil
No
Lubang ayakan
Berat
kerikil Koreksi
Berat
Gambar IV.2. Grafik gradasi kerikil, hubungan antara persen lolos dengan ukuran saringan
Grafik Gradasi Agregat Halus (Pasir)
48,08
Hasil Penelitian Batas M inimum Batas M aksimum
Grafik Gradasi Agregat kasar (kerikil)
97,35 100,00 Ukuran S aringan (mm)
P
IV. 3. Perencanaan Campuran Adukan Beton
A. P eren can aan Empu ran Adu lan Beton-T an ah Tu lakan
Mix design (Perencanaan campuran adukan beton) dalam penelitian ini menggunakan metode American Concrete Institrute (ACI). Mix design
dimulai dari pemeriksaan berat satuan volume pasir dan semen,
kemudian dilakukan perhitungan berat masing-masing bahan yang
didasarkan pada perbandingan komposisi semen dan agregat halus serta
nilai fas yang direncanakan yaitu 0,5. Hasil perhitungan rencana campuran adukan beton dapat dilihat pada Tabel IV.5.
Tabel IV. 5.Perencanaan campuran beton untuk 3 buah benda uji.
Fas Tanah (%) Air (Kg) Pasir (Kg) Kerikil (Kg) Semen (Kg) Tanah (kg)
0,5
0 3,236 12,579 16,274 6,473 0
10 3,236 12,579 16,274 5,825 0,6473
15 3,236 12,579 16,274 5,502 0,9709
20 3,236 12,579 16,274 5,178 1,2946
25 3,236 12,579 16,274 4,854 1.6182
Dengan penggantian tanah Tulakan sebesar 10%, 15%, 20% dan 25%,
jumlah semen berkurang 0,6473 Kg, 0,9709 Kg, 1,2946 Kg, dan 1.6182 Kg.
Penggantian semen d en g an t an ah ini tidak berpengaruh pada jumlah
komposisi bahan lainnya kecuali semen karena tanah Tulakan merupakan bahan
pengganti sebagian semen.
Pengujian Slump
Pengujian Test slump dilakukan pada adukan beton yang diambil langsung dari mesin pengaduk (molen) dengan menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap air. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
kelecakan atau keenceran beton, yang mana hal ini mempunyai pengaruh
Tabel IV.6.Tabel hasil pengujian nilai slump
Persentase Tanah Nilai Slump Nilai Slump
Rencana
Tanah 0% 10,8
5,0 – 12,5
Tanah 10% 9,1
Tanah 15% 8,6
Tanah 20% 8,0
Tanah 25% 7,4
Gambar IV.3. Grafik Hubungan antara penambahan tanahdan nilai slump
Dari hasil pengujian nilai slump menunjukkan bahwa penambahan Tanah Tulakan berpengaruh terhadap nilai slump, Makin besar persentase Tanah Tulakan pada adukan beton maka nilai slump s e m a k i n kecil. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tambah Tanah Tulakan dapat mengurangi kelecakan
pada adukan beton. Dari pengujian dapat disimpulkan bahwa adukan campuran
beton memenuhi syarat karena memiliki nilai slump antara 5 – 12,5 cm yang merupakan nilai slump rencana.
0 2 4 6 8 10 12
0 5 10 15 20 25 30
Variasi penambahan tanah tulak'an
n
ila
i s
lu
m
p
Pengujian Berat Jenis Beton
Tabel IV.7. berat jenis beton
NO Jenis Beton Berat Jenis Rata - rata( gr/cm3 )
1 Beton Normal ( tanah 0% ) 2,305
2 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 10% 2,230
3 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 15% 2,229
4 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 20% 2,174
5 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 25% 2,154
Gambar IV.4. Grafik Hubungan antara penambahan tanah dan berat jenis beton
Dari hasil pemeriksaan berat jenis silinder beton rata-rata dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1). Penambahan tanah tidak begitu berpengaruh terhadap berat jenis beton.
2). Berat jenis beton normal sekitar 2,3 gr/cm3, sehingga hasil dari penelitian
silinder beton dapat diklasifiksikan sebagai beton normal.
2.305
2.23 2.229
2.174
2.154 2.14
2.16 2.18 2.2 2.22 2.24 2.26 2.28 2.3 2.32
0 5 10 15 20 25 30
Variasi Penambahan tanah tulak'an
Be
ra
t j
e
n
is
Pengujian Kuat Tekan Beton
Tabel.IV.8. Hasil Perhitungan Kuat tekan
NO Jenis Beton Kuat Tekan Rata - rata( gr/cm3 )
1 Beton Normal ( tanah 0% ) 29,048
2 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 10% 29,803
3 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 15% 29,991
4 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 20% 29,331
5 Beton dengan Bahan Tambah Tanah 25% 28,199
Gambar IV.5. Grafik Hubungan antara kuat tekan beton dan penambahan Tanah
Pembahasan
1. Pada penelitian ini diperoleh hasil uji kuat tekan rata – rata beton normal
29,048 MPa, penggantian semen dengan tanah 10% kuat tekan 29,803 MPa,
Sedangkan pada penambahan tanah sebesar 15% kuat tekan rata – rata 29,991
MPa, pada penambahan tanah sebesar 20% kuat tekan rata - rata beton 29,331
MPa, sedangkan yang terjadi pada penambahan tanah sebesar 25% kuat tekan
rata - rata beton sebesar 28,199 MPa.
2. Perbandingan antara beton silinder normal dengan beton silinder yang diganti
sebagian semen dengan tanah Tulak’an kuat tekan beton normal sebesar
29,048 MPa, sehingga dapat dikatakan bahwa penggantian semen dengan
tanah sebesar 10% mengalami kenaikan 0,755 MPa atau 2,59% dari kuat
29,048
29,803
29,991
29,331
28,199 28,000
28,500 29,000 29,500 30,000 30,500
0 5 10 15 20 25 30
Variasi penambahan tanah tulak'an
K
u
at
t
tekan rata - rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 29,803 MPa,
Sedangkan pada penambahan tanah sebesar 15% mengalami kenaikan 0,943
MPa atau 3,24 % dari kuat tekan rata - rata beton normal sebesar 29,048 MPa
menjadi 29,991. Pada penambahan tanah sebesar 20% mengalami kenaikan
0,283 MPa atau 0,97% dari kuat tekan rata - rata beton normal sebesar 29,048
MPa menjadi 29,331 MPa, sedangkan yang terjadi pada penambahan tanah
sebesar 25% mengalami penurunan 0,849 MPa atau 2,93% dari kuat tekan
rata - rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 28,199 MPa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penggantian semen dengan tanah sebesar 15% kuat
tekan rata - rata beton mencapai maksimum, yaitu 29,991 MPa sedangkan
pada penambahan tanah sebesar 25% mengalami penurunan sehingga kuat
tekan rata – ratanya 28,199 MPa. Jadi penggantian semen dengan tanah
Tulak’an yang effektif berkisar antara 1 – 20% yang masih bisa digunakan
sebagai campuran pada beton.
B. P eren can aan Empu ran Adu lan Beton-T an ah Tu lakan-Kapur
Mix design
Tabel IV.9 .Perencanaan campuran beton untuk 5 buah benda uji.
Kapur
Pengujian nilai Slump
Tabel IV. 10. Tabel Hasil analisis Test slump
Persentase Kapur + Tanah Nilai Slump Nilai Slump
Gambar IV.6. Hubungan antara variasi penambahan tanah Tulakan dengan Nilai Slump
Pengujian Beton
Pengujian Berat Jenis Beton.
Tabel IV.11. Hasil pemeriksaan berat jenis silinder beton rata-rata.
Persentase Kapur + Tanah Berat Jenis rata-rata (gr/cm³)
Beton Normal (Bahan Tambah Kapur 0%
+ Tanah 0%) 2,30
Beton dengan Bahan Tambah Kapur 10%
+ Tanah 5% 2,29
Beton dengan Bahan Tambah Kapur 10%
+ Tanah 10% 2,26
Beton dengan Bahan Tambah Kapur 10%
+ Tanah 15% 2,25
Beton dengan Bahan Tambah Kapur 10%
+ Tanah 20% 2,25
Gambar IV.7. Hubungan antara variasi penambahan tanahTulakan dengan berat jenis beton
Pengujian Nilai Slump
Variasi Penambahan Tanah Tulakan ( % )
Pengujian Kuat Tekan Beton
Tabel IV.12. Hasil pengujian kuat tekan Beton yang direndam air bersih
Jenis Beton Kuat Tekan Rata-rata (MPa)
Prosentase Kenaikan terhadap Beton Normal
Beton Normal (Bahan Tambah
Kapur 0% + Tanah 0%) 29,048 0%
Beton dengan Bahan Tambah Kapur
10% + Tanah 5% 31,689 9,092%
Beton dengan Bahan Tambah Kapur
10% + Tanah 10% 32,632 12,338%
Beton dengan Bahan Tambah Kapur
10% + Tanah 15% 31,877 9,739%
Beton dengan Bahan Tambah Kapur
10% + Tanah 20% 31,783 9,415%
Gambar IV.8. Hubungan antara variasi penambahan tanah Tulakan dengan kuat tekan beton
Pembahasan
1. Beton normal mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 29,048 MPa. Setelah
ditambah tanah Tulakan 5% + kapur 10%, kuat tekan rata-ratanya naik
9,092% menjadi 31,689 MPa. Pada penambahan tanah Tulakan 10% + kapur
10%, kuat tekan rata-ratanya menjadi 32,632 MPa atau naik 12,338% dari
beton normal. Untuk penambahan tanah Tulakan 15% + kapur 10%, kuat
tekan rata-ratanya menjadi 31,877 MPa atau naik 9,739% dari beton normal.
Kemudian pada penambahan tanah Tulakan 20% + kapur 10%, terjadi
tersebut, terlihat bahwa kuat tekan rata-rata optimum adalah 32,632 MPa,
terjadi pada beton dengan penambahan tanah Tulakan 10% + kapur 10%.
2. Kuat tekan rata-rata beton dengan penambahan tanah Tulakan 5% saMPai
dengan 20% + kapur 10% memiliki trend untuk naik terhadap kuat tekan rata-rata beton normal. Walaupun terlihat fluktuatif, namun beton dengan penambahan tanah Tulakan 5% saMPai dengan 20% + kapur 10%
mempunyai kecenderungan untuk tetap lebih tinggi di atas rata-rata beton
normal. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan tanah Tulakan +
V. KESIMPULAN
Berdasarkan kandungan kimia yang dimiliki, tanah Tulakan termasuk dalam
pozzolan kelas N, yaitu dengan jumlah SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 lebih dari 70 % dan
kandungan SO3 kurang dari 4% dari beratnya ( Berdasarkan ASTM C618-92 ).
Penggunaan Tanah Tulakan sebagai pengganti sebagian semen efektif bisa
mempertahankan kuat tekan beton, bahkan dapat menaikkan nilai kuat tekan beton
pada komposisi campuran tertentu yaitu berada pada prosentase penggantian
semen antara 10% saMPai dengan 20% sebagai bahan campuran pada beton.
Kuat tekan rata-rata beton dengan penggantian tanah Tulakan 5% saMPai
dengan 20% + kapur 10% memiliki trend untuk naik terhadap kuat tekan rata-rata
beton dan mempunyai kecenderungan untuk tetap lebih tinggi di atas rata-rata
beton normal. Jadi secara keseluruhan, baik untuk beton dengan tanah tulakan
maupun beton dengan tanah tulakan+kapur mampu mempertahankan bahkan bisa
DAFTAR PUSTAKA
American Standart Testing Method C 618 – 93, 1991. Standard Test Method for
Fly Ash, Annual book of ASTM volume 04.02, USA
Anggun, M, 2003. Pengaruh Penambahan Polivinyl Acetat Terhadap Kuat Tekan
Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Anonim, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SKSNI
T15-1990-03, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
ASTM C 618 – 93, 1991. Standard Test Method for Fly Ash, Annual booj of
ASTM volume 04.02, USA
Departemen Pekerjaan Umum, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia, Puspen dan Pengembangan Pemukiman, Jakarta.
Gideon, H. K., Kole P, Sagel, 1994. Pedoman Pengerjaan Beton, Erlangga,
Jakarta.
Murdock, dan K.M.Brook, 1999. Bahan dan Praktek Beton, terjemahan Hindarko,
S, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nugraha, P, 1989. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Supriatno, A, 2008. Pemanfaatan Filler Tanah Liat pada HRS-B Ditinjau dari
Karakteristik Marshall dan Durabilitas, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1995. Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1995. Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1996. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
TAHUN PERTAMA
PEMANFAAT POZOLAN ALAM SEBAGAI BAHAN
BAKU
DALAM REKAYASA TEKNOLOGI BETON
DI KABUPATEN PACITAN
Oleh :
Yenny Nurchasanah, ST., MT. Ir. Renaningsih, MT. Anto Budi Listyawan, ST, MSc.
Dibiayai Oleh :
DIBIAYAI OLEH DP2M, DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN NOMOR: 121/SP2H/PL/Dit-Litabmas/IV/2011
TERTANGGAL 14 April 2011
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NOVEMBER, 201I
HALAMAN
PENGESAHAN
1. Judul Usulan : Pemanfaatan Pozolan Alam sebagai BAhan Baku dalam Rekayasa Teknologi Beton di Kabupaten Pacitan 2. Ketua Peneliti f. Alamat : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Teknik – Jurusan Teknik Sipil
1 Ir. Renaningsih, M.T. Geoteknik Mekanika Tanah UMS 2 Anto Budi Listyawan, S.T., M.S Geoteknik Mekanika Tanah UMS Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiayah Surakarta
iii
RINGKASAN
PEMANFAAT POZOLAN ALAM SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM REKAYASA TEKNOLOGI BETON DI KABUPATEN PACITAN
Banyaknya pegunungan aktif di Indonesia membuatnya memiliki deposit tanah
pozolan yang berlimpah. Bahan pozolan sudah lama dikenal di Indonesia sebagai
bahan bangunan yang dicampur kapur padam. Hanya pengolahannya masih
terbatas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Telah dilakukan pengujian
terhadap suatu bahan alternatif dimana bahan tersebut akan diaplikasikan sebagai
bahan pengganti semen. Bahan alternatif tersebut adalah Tanah dari daerah
Tulakan-Pacitan-Jawa Timur dan berperan sebagai pengganti sebagian semen
dalam jumlah tertentu pada campuran beton. Tanah Tulakan mengandung
senyawa-senyawa yang diperlukan dalam pembentukan semen konvensional,
yaitu senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, maka tanah
Tulakan dapat difungsikan sebagai pengganti tanah liat yang digunakan pada
pembuatan semen konvensional. Kebutuhan kandungan CaO yang masih sedikit
pada tanah Tulakan dapat dicukupi dengan penambahan batu kapur. Komposisi
Tanah Tulakan dengan tambahan kapur pada campuran adalah ( 10% kapur +
tanah Tulakan 0% ; 5% ; 10% ; 15% ; 20%) dari jumlah semen yang digunakan,
dengan lima buah benda uji untuk masing-masing variasi campuran. Rencana
campuran adukan beton menggunakan metode perancangan menurut cara SNI
dengan faktor air semen (f.a.s) rencana 0,5. Benda uji berupa silinder beton diuji
pada umur 28 hari. Perbandingan antara beton silinder normal dengan beton
silinder yang diganti sebagian semen dengan tanah Tulakan memperlihatkan kuat
tekan dari masing-masing variasi, yaitu penggantian semen dengan tanah sebesar
10% mengalami kenaikan 0,755 MPa atau 2,59% dari kuat tekan rata - rata beton
normal sebesar 29,048 MPa menjadi 29,803 MPa. Sedangkan pada penambahan
tanah sebesar 15% mengalami kenaikan 0,943 MPa atau 3,24 % dari kuat tekan
iv
20% mengalami kenaikan 0,283 MPa atau 0,97% dari kuat tekan rata - rata beton
normal menjadi 29,331 MPa. Sedangkan yang terjadi pada penambahan tanah
sebesar 25% mengalami penurunan 0,849 MPa atau 2,93% dari kuat tekan rata -
rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 28,199 MPa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggantian semen dengan tanah sebesar 15% kuat tekan rata
- rata beton mencapai maksimum, yaitu 29,991 MPa sedangkan pada
penambahan tanah sebesar 25% mengalami penurunan sehingga kuat tekan rata –
ratanya 28,199 MPa. Jadi penggantian semen dengan tanah Tulak’an yang effektif
berkisar antara 10 – 20% yang masih bisa digunakan sebagai campuran pada
beton. Pada Hasil Penelitian selanjutnya dengan Tanah Tulakan + kapur
diperlihatkan bahwa, setelah penggantian tanah Tulakan 5% + kapur 10%, kuat
tekan rata-ratanya naik 9,092% menjadi 31,689 MPa. Pada penggantian tanah
Tulakan 10% + kapur 10%, kuat tekan rata-ratanya menjadi 32,632 MPa atau naik
12,338% dari beton normal. Untuk penggantian tanah Tulakan 15% + kapur 10%,
kuat tekan rata-ratanya menjadi 31,877 MPa atau naik 9,739% dari beton normal.
Kemudian pada penggantian tanah Tulakan 20% + kapur 10%, terjadi kenaikan
kuat tekan rata-rata 9,415% menjadi 31,783 MPa. Maka kuat tekan rata-rata
optimum adalah 32,632 MPa, terjadi pada beton dengan penggantian tanah
Tulakan 10% + kapur 10%. Secara keseluruhan, penggunaan Tanah Tulakan +
kapur sebagai pengganti semen efektif bisa mempertahankan bahkan menaikkan
v
SUMMARY
NATURAL POZZOLAN BENEFITS TO SUBSTITUTE PORTLAND CEMENT AS CONSTRUCTION MATERIAL AT DISTRICT PACITAN
Numbers of Active Mountain in Indonesia make it have an abundant deposit of
Pozzolan soil. Pozzolans are already known in Indonesia as a material combined
with calcium hydroxide, but the exploitation on this material is not optimal yet
and need special treatment to make a new technology. An alternative material
have been tested which is that material will be applicate to the place of Portland
cement role. The new alternative material is soil from Tulakan-Pacitan-East Java
and will be role as Portland cement in certain quantity on concrete mix. Tulakan
soil is a kind of soil that comes from Tulakan, Pacitan, Central Java. This soil has
a greyish color similar to the color of cement. Tulakan soil obtained by digging at
the depth of approximately 8 meters. By people in that areas frequently used in
making well, because if frequently exposed to water it will harden. Based on the
results of chemical analysis has been done by Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Kegunungapian (BPPK) of Yogyakarta, the soil element has a
content of pozzolan. Pozzolan properties are the properties of materials in a
delicate state can react with the lime (active) and water at room temperature (24°C
- 27°C) to form a solid compound and is insoluble in water. Tulakan soil is soil
that contains elements of silicates and aluminates. Therefore, when mixed with
lime, the character will behaves like cement because of the general content of
cement is limestone, silicate, and aluminate. Thus, the Tulakan soil containing
compounds that needed in the formation of conventional cements, namely oxide
compounds such as CaO, SiO2, Al2O3, and Fe2O3. The Tulakan soil containing
siliceous and aluminous materials will reacts with calcium hydroxide in the
presence of water. This forms compounds possessing cementitious properties at
vi
satisfied by the addition of lime. Composition of Tulakan soil with the addition of
lime to the mixture is (10% of lime + 0%, 5%, 10%, 15%, 20% of Tulakan soil) of
the amount of cement used, with five test specimens for each variation of the
mixture. Mix concrete design using the design method according to SNI. Water
cement ratio used is 0.5. The objects are test on the 28th day. Comparison
between normal concrete cylinders with a concrete cylinder that replaced some
cement with Tulakan soil shows the compressive strength of each variation.
Replacement of cement with the soil by 10%, rose 0.755 MPa or 2.59% of
compressive strength of normal concrete, from 29.048 MPa to 29.803 MPa. The
replacement of soil by 15%, rose 0.943 MPa or 3.24% of compressive strength of
normal concrete to 29.991 MPa. The replacement of soil by 20% increasing
0.97% or 0.283 MPa of compressive strength of normal concrete to 29.331 MPa.
While the replacement of soil by 25%, decreasing 0.849 MPa or 2.93% of normal
concrete compressive strength of 29.048 MPa to 28.199 MPa. It can be seen that
replacement of cement with the soil by 15%, reaching a maximum compressive
strength of concrete, which is 29.991 MPa and at the replacement of 25%,
decreased to 28.199 MPa. Thus, replacement of cement with the Tulakan soil,
will be effective in the range between 10% - 20% which can still be used as a
mixture of the concrete. On the other hand, Concrete with Tulakan Soil + Lime
got the result that after replacement with 5% Tulakan soil + 10% lime, the
compressive strength increase 9.092% to 31.689 MPa. The replacement of 10%
Tulakan soil + 10% lime, becomes 32.632 MPa of compressive strength, up
12.338% of normal concrete. The replacement of 15% Tulakan soil + 10% lime,
compressive strength rose to 31.877 MPa or 9.739% of normal concrete. The
replacement of 20% tulakan soil + 10% lime increase 9.415% to 31.783 MPa. So
the optimum of compressive strength is 32.632 MPa, occurred on the replacement
of concrete with 10% of Tulakan soil + 10% of lime. Overall, both for concrete
with Tulakan soil or for concrete with Tulakan soil + lime are able to maintain
DAFTAR ISI
HALAMAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN RINGKASAN I.a. Latar Belakang I.b. Perumusan Masalah I.c. Tujuan Penelitian I.d. Urgensi Penelitian TINJAUAN PUSTAKA II.a. Pozolan
II.b. Sifat-sifat Semen yang Memakai Pozolan
II.c. Uji Bahan Pembentuk Beton (Concrete Ingredient Testing)
II.d. Uji Beton Keras (Hard Concrete Testing)
II.e. Perencanaan Beton METODE PENELITIAN III.a. Bahan Penelitian III.b. Peralatan Penelitian III.c. Tahapan Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan
IV. 2. Hasil Pemeriksaan Agregat
IV. 3. Perencanaan Campuran Adukan Beton IV. 4. Pengujian Beton
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Penelitian Hibah Bersaing yang berjudul ”Pemanfaatan Pozolan Alam sebagai Bahan Baku dalam Rekayasa Teknologi Beton do Kabupaten Pacitan” ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas selesainya penelitian ini kepada :
1. Direktur Penelitian dan Pengabdian masyarakat, Dirjen Dikti,
Depdiknas, dan seluruh staf, sebagai penyandang dana, atas bantuannya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.
2. Ketua Lembaga penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Muhammadiya Surakarta beserta staf yang telah memberikan bantuan samapi selesainya laporan penelitian ini.
3. Ir. Agus Riyanto, MT., selaku Dekan fakultas Teknik
Universitas Muhammadiya Surakarta yang telah memberikan bantuan samapi selesainya laporan penelitian ini.
4. Ketua Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiya Surakarta yang telah memberikan bantuan samapi selesainya laporan penelitian ini.
5. Rekan-rekan staf Dosen dan staf Administrasi serta adik-adik
mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiya Surakarta yang telah memberikan bantuan samapi selesainya laporan penelitian ini.
6. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua,, Amiienn.
Wassalam’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Novembar 2011
iii
RINGKASAN
PEMANFAAT POZOLAN ALAM SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM REKAYASA TEKNOLOGI BETON DI KABUPATEN PACITAN
Banyaknya pegunungan aktif di Indonesia membuatnya memiliki deposit tanah
pozolan yang berlimpah. Bahan pozolan sudah lama dikenal di Indonesia sebagai
bahan bangunan yang dicampur kapur padam. Hanya pengolahannya masih
terbatas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Telah dilakukan pengujian
terhadap suatu bahan alternatif dimana bahan tersebut akan diaplikasikan sebagai
bahan pengganti semen. Bahan alternatif tersebut adalah Tanah dari daerah
Tulakan-Pacitan-Jawa Timur dan berperan sebagai pengganti sebagian semen
dalam jumlah tertentu pada campuran beton. Tanah Tulakan mengandung
senyawa-senyawa yang diperlukan dalam pembentukan semen konvensional,
yaitu senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, maka tanah
Tulakan dapat difungsikan sebagai pengganti tanah liat yang digunakan pada
pembuatan semen konvensional. Kebutuhan kandungan CaO yang masih sedikit
pada tanah Tulakan dapat dicukupi dengan penambahan batu kapur. Komposisi
Tanah Tulakan dengan tambahan kapur pada campuran adalah ( 10% kapur +
tanah Tulakan 0% ; 5% ; 10% ; 15% ; 20%) dari jumlah semen yang digunakan,
dengan lima buah benda uji untuk masing-masing variasi campuran. Rencana
campuran adukan beton menggunakan metode perancangan menurut cara SNI
dengan faktor air semen (f.a.s) rencana 0,5. Benda uji berupa silinder beton diuji
pada umur 28 hari. Perbandingan antara beton silinder normal dengan beton
silinder yang diganti sebagian semen dengan tanah Tulakan memperlihatkan kuat
tekan dari masing-masing variasi, yaitu penggantian semen dengan tanah sebesar
10% mengalami kenaikan 0,755 MPa atau 2,59% dari kuat tekan rata - rata beton
normal sebesar 29,048 MPa menjadi 29,803 MPa. Sedangkan pada penambahan
tanah sebesar 15% mengalami kenaikan 0,943 MPa atau 3,24 % dari kuat tekan
iv
20% mengalami kenaikan 0,283 MPa atau 0,97% dari kuat tekan rata - rata beton
normal menjadi 29,331 MPa. Sedangkan yang terjadi pada penambahan tanah
sebesar 25% mengalami penurunan 0,849 MPa atau 2,93% dari kuat tekan rata -
rata beton normal sebesar 29,048 MPa menjadi 28,199 MPa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggantian semen dengan tanah sebesar 15% kuat tekan rata
- rata beton mencapai maksimum, yaitu 29,991 MPa sedangkan pada
penambahan tanah sebesar 25% mengalami penurunan sehingga kuat tekan rata –
ratanya 28,199 MPa. Jadi penggantian semen dengan tanah Tulak’an yang effektif
berkisar antara 10 – 20% yang masih bisa digunakan sebagai campuran pada
beton. Pada Hasil Penelitian selanjutnya dengan Tanah Tulakan + kapur
diperlihatkan bahwa, setelah penggantian tanah Tulakan 5% + kapur 10%, kuat
tekan rata-ratanya naik 9,092% menjadi 31,689 MPa. Pada penggantian tanah
Tulakan 10% + kapur 10%, kuat tekan rata-ratanya menjadi 32,632 MPa atau naik
12,338% dari beton normal. Untuk penggantian tanah Tulakan 15% + kapur 10%,
kuat tekan rata-ratanya menjadi 31,877 MPa atau naik 9,739% dari beton normal.
Kemudian pada penggantian tanah Tulakan 20% + kapur 10%, terjadi kenaikan
kuat tekan rata-rata 9,415% menjadi 31,783 MPa. Maka kuat tekan rata-rata
optimum adalah 32,632 MPa, terjadi pada beton dengan penggantian tanah
Tulakan 10% + kapur 10%. Secara keseluruhan, penggunaan Tanah Tulakan +
kapur sebagai pengganti semen efektif bisa mempertahankan bahkan menaikkan
v
SUMMARY
NATURAL POZZOLAN BENEFITS TO SUBSTITUTE PORTLAND CEMENT AS CONSTRUCTION MATERIAL AT DISTRICT PACITAN
Numbers of Active Mountain in Indonesia make it have an abundant deposit of
Pozzolan soil. Pozzolans are already known in Indonesia as a material combined
with calcium hydroxide, but the exploitation on this material is not optimal yet
and need special treatment to make a new technology. An alternative material
have been tested which is that material will be applicate to the place of Portland
cement role. The new alternative material is soil from Tulakan-Pacitan-East Java
and will be role as Portland cement in certain quantity on concrete mix. Tulakan
soil is a kind of soil that comes from Tulakan, Pacitan, Central Java. This soil has
a greyish color similar to the color of cement. Tulakan soil obtained by digging at
the depth of approximately 8 meters. By people in that areas frequently used in
making well, because if frequently exposed to water it will harden. Based on the
results of chemical analysis has been done by Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Kegunungapian (BPPK) of Yogyakarta, the soil element has a
content of pozzolan. Pozzolan properties are the properties of materials in a
delicate state can react with the lime (active) and water at room temperature (24°C
- 27°C) to form a solid compound and is insoluble in water. Tulakan soil is soil
that contains elements of silicates and aluminates. Therefore, when mixed with
lime, the character will behaves like cement because of the general content of
cement is limestone, silicate, and aluminate. Thus, the Tulakan soil containing
compounds that needed in the formation of conventional cements, namely oxide
compounds such as CaO, SiO2, Al2O3, and Fe2O3. The Tulakan soil containing
siliceous and aluminous materials will reacts with calcium hydroxide in the
presence of water. This forms compounds possessing cementitious properties at
vi
satisfied by the addition of lime. Composition of Tulakan soil with the addition of
lime to the mixture is (10% of lime + 0%, 5%, 10%, 15%, 20% of Tulakan soil) of
the amount of cement used, with five test specimens for each variation of the
mixture. Mix concrete design using the design method according to SNI. Water
cement ratio used is 0.5. The objects are test on the 28th day. Comparison
between normal concrete cylinders with a concrete cylinder that replaced some
cement with Tulakan soil shows the compressive strength of each variation.
Replacement of cement with the soil by 10%, rose 0.755 MPa or 2.59% of
compressive strength of normal concrete, from 29.048 MPa to 29.803 MPa. The
replacement of soil by 15%, rose 0.943 MPa or 3.24% of compressive strength of
normal concrete to 29.991 MPa. The replacement of soil by 20% increasing
0.97% or 0.283 MPa of compressive strength of normal concrete to 29.331 MPa.
While the replacement of soil by 25%, decreasing 0.849 MPa or 2.93% of normal
concrete compressive strength of 29.048 MPa to 28.199 MPa. It can be seen that
replacement of cement with the soil by 15%, reaching a maximum compressive
strength of concrete, which is 29.991 MPa and at the replacement of 25%,
decreased to 28.199 MPa. Thus, replacement of cement with the Tulakan soil,
will be effective in the range between 10% - 20% which can still be used as a
mixture of the concrete. On the other hand, Concrete with Tulakan Soil + Lime
got the result that after replacement with 5% Tulakan soil + 10% lime, the
compressive strength increase 9.092% to 31.689 MPa. The replacement of 10%
Tulakan soil + 10% lime, becomes 32.632 MPa of compressive strength, up
12.338% of normal concrete. The replacement of 15% Tulakan soil + 10% lime,
compressive strength rose to 31.877 MPa or 9.739% of normal concrete. The
replacement of 20% tulakan soil + 10% lime increase 9.415% to 31.783 MPa. So
the optimum of compressive strength is 32.632 MPa, occurred on the replacement
of concrete with 10% of Tulakan soil + 10% of lime. Overall, both for concrete
with Tulakan soil or for concrete with Tulakan soil + lime are able to maintain