TUGAS AKHIR
Oleh
FAJAR AHMAD FAUZI NIM. 20133010032
PROGRAM STUDI
D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK
i
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.)
Program Studi D3 Teknik Elektromedik
Oleh
FAJAR AHMAD FAUZI
NIM. 20133010032
PROGRAM STUDI
D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK
ii
yang pernah diajukan untuk memperoleh derajat Profesi Ahli Madya atau gelar
kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga
tidak terdapat pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar
pustaka.
Yogyakarta, 24 Agustus 2016
Yang menyatakan,
iii
terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah memberi jalan ilmu
pengetahuan sehingga gelap gulita dunia tercerahkan atas limpahan kasih sayang
yang tak pernah henti kepada umatnya, beserta sahabat dan para keluarga yang
senantiasa mengikuti jalan kebaikannya.
Penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Penghitung Detak Jantung dan Suhu Badan menggunakan IC ATMega 16”
ini tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Laporan tugas akhir ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Ahli Madya pada Program
Studi D3 Teknik Elektromedik Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapatkan
bantuan moral maupu materiil dari semua pihak, baik pada saat pembuatan desain
box, perancangan hadware dan software, serta troubleshooting alat. Sehingga
penyusunan karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Sukamta, S.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Muhammadiyah
Yogyakarta dan bapak Tatiya Padang Tunggal, S.T., selaku Ketua Program
Studi Teknik Elektromedik Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta yang
iv
3. Semua staff Teknik Elektromedik yang sabar atas segala pertanyaan dan
bantuan penyelesaian administrasi. Beserta seluruh dosen-dosen TEM PMY
yang selalu siap untuk dimintai bantuan berupa pertanyaaan-pertanyaan dari
penulis.
4. Seluruh asisten dosen TEM PMY yang telah membantu memberikan saran
pada pemrograman dan troubleshooting modul.
5. Kepada bapak dan ibu dirumah yang selalu mendoakan penulis, beserta kakak
dan adikku yang selalu menjadi penyemangat penulis dalam menyusun laporan
tugas akhir ini hingga selesai.
6. Kepada bapak KH.Muhadi Zaenuddin selaku pengasuh PP.Aji Mahasiswa
Al-Muhsin Yogyakarta yang selalu mendoakan serta mendukung santrinya agar
bisa maju dan berkembang.
7. Teman-teman TEM seangkatan tahun 2013. Dan khusus untuk teman-temanku
TEM kelas B.
8. Teman-teman seluruh santri PP.Aji Mahasiswa Al-Muhsin Yogyakarta yang
selalu membantu dan mendukung segala kegiatan yang dilakukan penulis.
9. Seluruh pihak IPSRS PKU Muhammadiyah Bantul yang telah berkenan
memberikan pinjaman berupa alat medis yang telah terkalibrasi.
Tiada gading yang tak retak. Dengan penulisan karya tulis ini penulis
v
Yogyakarta, Agustus 2016
vii
3.1.4. Ilustrasi perencanaan alat ... 28
3.1.5. Alat dan bahan ... 29
3.2. Urutan Kegiatan ... 30
3.3. Rancangan atau Desain Penelitian ... 32
3.4. Variabel Penelitian... 32
4.2. Pengujian dan Pengukuran Modul ... 35
4.3. Teknik Analisis Data ... 36
4.3.1. Rata-rata ... 36
4.3.2. Standar deviasi... 36
4.3.3. Nilai ketidakpastian ... 37
4.3.4. Nilai error ... 37
4.4. Hasil Pengukuran dan Analisa ... 38
4.4.1. Pengukuran BPM ... 38
4.4.2. Pengukuran suhu ... 40
viii
4.7.3. Mengatur tegangan referensi 0,438 volt pada
komparator ... 49
4.7.4. Melakukan pengukuran outputmonostable NE555 ... 52
4.8. Rangkaian Suhu Tubuh ... 53
4.9. Analisa Umum ... 55
4.9.1. Program ... 55
4.9.2. Kelebihan alat ... 56
4.9.3. Kekurangan alat ... 56
4.9.4. SOP penggunaan alat ... 56
BAB V PENUTUP ... 58
5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saran ... 58
ix
Tabel 2.2. Fungsi khusus port B... 11
Tabel 2.3. Fungsi khusus port C... 12
Tabel 2.4. Fungsi khusus port D ... 12
Tabel 2.5. Keterangan LCD ... 22
Tabel 3.1. Bahan-bahan alat ... 29
Tabel 3.2. Definisi operasional ... 33
Tabel 4.1. Pengukuran BPM pada 5 pasien ... 39
Tabel 4.2. Pengukuran BPM pasien 1,2,3,4, dan 5 ... 40
Tabel 4.3. Pengukuran suhu badan pasien ... 41
Tabel 4.4. Pengukuran suhu badan pasien 1, pasien 2, dan pasien 3 ... 41
x
Gambar 2.2. Minimum sistem ATMega 16 ... 10
Gambar 2.3. Sensor suhu LM35 ... 13
Gambar 2.4. Heart rate sensor ... 15
Gambar 2.5. Letak jari pada heart rate sensor ... 16
Gambar 2.6. Rangkaian non-inverting ... 18
Gambar 2.7. Rangkaian komparator ... 19
Gambar 2.8. Rangkaian monostable ... 20
Gambar 2.9. LCD ... 21
Gambar 3.6. Tampak belakang ... 28
Gambar 4.1. Modul monitoring BPM dan suhu ... 34
Gambar 4.2. Alat kalibrator BPM ... 38
Gambar 4.3. Rangkaian sensor heart rate ... 42
Gambar 4.4. Output sinyal photodioda ... 43
Gambar 4.5. Rangkaian pengkondisi sinyal ... 45
Gambar 4.6. Rangkaian penguatan pertama ... 46
Gambar 4.7. Output sinyal penguatan pertama ... 47
Gambar 4.8. Rangkaian penguatan kedua... 48
Gambar 4.9. Output sinyal penguatan kedua ... 49
Gambar 5.0. Rangkaian komparator... 50
Gambar 5.1. Output sinyal pembatasan tegangan oleh komparator ... 51
Gambar 5.2. Rangkaian monostable ... 52
xi
Lampiran 2 Skematik layout rangkaian minsis, sensor, mainpanel Lampiran 3 Rangkaian keseluruhan
Lampiran 4 Datasheet AVR ATMega 16 Lampiran 5 Datasheet LM35
pemompaan jantung melalui fenomena fotoelektrik sehingga diketahui kondisi kesehatan pengguna. Ditambah parameter pengukur suhu tubuh manusia untuk mengetahui suhu kondisi terkini dari pengguna.
Dalam pengambilan data detak jantung menggunakan sensor heart rate (finger tip sensor). Sistem ini bekerja mengambil data dari aliran darah pada jari telunjuk selama 60s, data akan ditampilkan melalui LCD. Untuk parameter suhu badan pengambilan data menggunakan sensor suhu LM35. Perubahan panas sensor akan di ubah menjadi aliran listrik, yang diterjemahkan ke bentuk digital melalui ADC 10 bit yang diproses oleh mikrokontroler ATMega 16 dan ditampilkan ke LCD.
Hasil dari pengukuran yang ideal menunjukan error masing-masing parameter heart rate dan suhu tubuh min <1,702% dan <0,55% .
activity of heart pump pass through electric photograph phenomenon to give information about health condition of user. And thermometer to give information temperature update.
In collecting data of heart rate using sensor heart rate (finger tip sensor). The system collecting data of bloodstreem in fore finger in 60s, and LCD would show the data. For body temperature parameter data collecting uses LM35 temperature sensor. The heat changing in the sensor would turn to electric current, later transtated to digital form by ADC 10 bit processed ATMega16 by microcontroller and show in LCD.
The result of ideal measurement shows an error of heart rate and body temperature parameter respectively minimum <1,702% and <0,55%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alat diagnostik pengukur detak jantung dan pengukur suhu tubuh
adalah alat medis yang akan digunakan dalam membantu perawat dan
sangat berguna untuk mengetahui keadaan kondisi pasien. Prinsip kerja
alat diagnostik ini adalah dengan menghitung jumlah denyut jantung
dalam satuan menit. Kemudian dari hasil hitungan denyutan jantung
tersebut akan bisa ditentukan apakah kondisi pasien dalam keadaan normal
atau tidak. Biasanya orang yang mengalami kelainan penyakit jantung
aritmia, denyutannya akan menyimpang dari rentang nilai antara 60-100
BPM.
Alat diagnostik ini juga ditambah parameter pengukur suhu badan
berfungsi untuk melakukan diagnostik suhu badan pasien. Parameter ini
diletakkan atau ditempatkan pada area bagian tubuh seperti ketiak, leher,
atau bagian tubuh tertentu. Karena jika diletakkan pada bagian tubuh yang
memiliki tingkat panas tinggi, maka suhu yang terbaca akan semakin valid
dan akurat mendekati pengukuran yang presisi Physics of the human body
(Herman, 2007).
Sebelumnya sudah dibuat alat monitoring BPM secara portable karya dari Fahmi Farisandi dengan judul “PATIENT DIAGNOSTIC
PORTABLE”. dari jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes
Surabaya. Karena tugas akhir sebelumnya menggunakan sensor finger tip
dengan sistem reflektan maka pada pembuatan modul ini penulis akan
menggunakan sensor finger tip sistem depan-belakang. Kemudian
keluaran dari outputnya berupa LCD display 2x16 untuk pengukuran
parameter BPM dan pengukuran suhu badan. Alat diagnosa sederhana ini
juga akan ditambahkan peringatan alarm berupa indikator LED sebagai
indikasi tidak normal (abnormal) dan normal. Pada kesimpulannya untuk
judul tugas akhir penulis adalah “ALAT PENDETEKSI DETAK JANTUNG DAN SUHU TUBUH MENGGUNAKAN IC ATMEGA 16”.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimanakah cara alat ini mampu mendiagnosa pasien untuk medeteksi
kesehatan detak jantung dan suhu badan dari seorang pasien ?
1.3. Pembatasan Masalah
1. Diagnosa BPM menggunakan heart rate sensor yang dipasang pada jari
telunjuk tangan pasien.
2. Pengukuran hanya untuk orang dewasa.
3. Menggunakan sensor suhu menggunakan LM35 dengan rentang suhu
32°C sampai 40°C.
4. Letak sensor suhu diletakkan pada bagian ketiak.
5. Pengambilan data BPM selama 60 detik dan suhu badan 2 menit sampai
6. Pasien harus dalam keadaan tenang dan tidak melakukan aktifitas yang
berlebihan selama menggunakan alat ini.
7. Pengukuran BPM dan suhu badan dilakukan secara bersamaaan namun
dalam alur program perhitungan BPM dilakukan terlebih dahulu
kemudian diikuti oleh perhitungan suhu badan.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum
Dapat membuat alat diagnosa pasien sederhana dengan
parameter BPM dan pengukur suhu badan yang dapat memantau
denyutan jantung dan suhu badan dari pasien menggunakan
mikrokontroller IC ATMega 16.
1.4.1. Tujuan khusus
Dari permasalahan diatas maka dapat persempit tujuan
khusus dari pembuatan alat tersebut;
1. Membuat rangkaian BPM dengan heart rate sensor.
2. Membuat rangkaian pengukur suhu badan dengan sensor
LM35.
3. Membuat minimum sistem dengan IC ATMega 16.
4. Membuat pogram untuk menentukan kondisi jantung melalui
perhitungan BPM dan pengukur suhu badan.
5. Membuat rangkaian output berupa LCD display dan alarm
peringatan berupa LED.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis
Untuk mengetahui manfaat umum tentang alat diagnosa
pasien sederhana pada bidang kesehatan dengan parameter BPM
dan pengukur suhu badan.
1.5.2. Manfaat praktis
Modul ini akan membantu peran user terutama perawat,
dokter dan pasien dalam mendiagnosa kondisi kesehatan detak
jantung dan pengukur suhu badan secara portable, kemudian
mampu mendeteksi kelainan dini pada penyakit jantung saat
perawatan pasien sehingga user dapat bekerja dengan efiesien,
cepat, dan akurat. Kemudian alat ini terdapat alarm peringatan dini
berupa indikator peringatan LED sehingga membantu kerja dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
Pada penelitian sebelumnya sudah dibuat alat monitoring BPM secara
portable karya dari Fahmi Farisandi dengan judul “PATIENT DIAGNOSTIC
PORTABLE”, dari jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes
Surabaya. Pada penelitian tugas akhir sebelumnya menggunakan sensor
finger tip dengan sistem reflektan yang kurang akurat maka pada pembuatan
modul ini penulis akan menggunakan sensor finger tip sistem
depan-belakang. Kemudian keluaran dari outputnya berupa LCD display 2x16 yang
lebih banyak menampilkan efek visual yang detail daripada alat sebelumnya
menggunakan tampilan seven segmen (Farisandi, 2014).
Modul yang penulis buat ini juga menggunakan catu daya portable
sehingga bisa diisi ulang menggunakan charger kemudian tegangan yang
diberikan akan lebih stabil. Sensor yang digunakan juga sesuai standar alat
BPM dipasaran sehingga respon sinyal lebih efektif, akurat dan sensitif.
Alat diagnosa sederhana ini juga akan ditambahkan peringatan alarm
berupa indikatorLED warna merahsebagai indikasi tidak normal (abnormal)
dan LED warna hijau untuk indikasi normal.
2.2. Jantung
2.2.1. Fungsi jantung
Jantung (dalam bahasa Yunani disebut cardia) adalah sebuah
rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah
oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu
organ yang berperan dalam sistem peredaran darah. Secara internal,
jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian,
dari atas ke bawah kemudian menjadi 2 buah pompa. Kedua pompa
ini tidak pernah menyatu sama lain. Dan belahan ini terdiri dari 2 buah
rongga dan kedua rongga tersebut selalu dipisahkan oleh dinding
jantung. Maka jantung memiliki 4 buah rongga yaitu 2 rongga serambi
kanan dan serambi kiri kemudian 2 rongga bilik kanan dan bilik kiri.
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi
darah yang dinamakan diastole. Selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa darah keluar dari ruang jantung yang dinamakan sistole.
Perubahan keadaan antara relaksasi dan kontraksi inilah yang
dimanfaatkan untuk perhitungan jumlah BPM. Sinyal interval jantung
Gambar 2.1. Sinyal interval jantung normal (Sumber : en.wikipedia.org)
Interval antara R-R menandakan periode dari detak jantung yang
dapat dikonversi menjadi heart rate.
2.2.2. Parameter heart rate
Untuk parameter heart rate, ada beberapa batasan yang diukur
berdasarkan usia. Untuk lebih jelasnya penulis cantumkan referensi
dari sumber lain, sebagai berikut:
Tabel 2.1. Batasan BPM setiap usia Usia Batasan heart rate
6 70-115 BPM
10 70-110 BPM
14 60-110 BPM
Dewasa 60-100 BPM
(Sumber: Pulse diagnostic a clinical guide, 2007)
Sehingga pada tugas akhir ini, penulis akan membahas batasan
normal heart rate untuk orang dewasa adalah 60-100 BPM. Apabila
heart rate kurang dari 60 BPM orang tersebut mengalami pernafasan
denyut jantung <60 BPM meskipun jarang gejala sampai dibawah 50
BPM ketika manusia beristirahat total. Atlet terlatih cenderung
memiliki lambat detak jantung istirahat, dan beristirahatnya
bradycardia pada atlet tidak boleh dianggap normal jika individu telah
tidak ada gejala yang terkait denganya. Terkadang angka ini dapat
bervariasi sebagai anak-anak dan orang dewasa kecil cenderung
memiliki detak jantung yang lebih cepat daripada rata-rata orang
dewasa.
Tachycardia adalah laju jantung istirahat lebih dari 100 denyut
per menit. Angka ini dapat bervariasi sebagai organ-organ yang lebih
kecil dan biasanya jantung pada anak-anak lebih cepat daripada orang
rata-rata dewasa.
2.3. Suhu Badan
Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set point
hipotalamus sebagai kelenjar pengatur suhu tubuh. Perubahan ini dapat
berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan, produksi panas minimal, pengeluaran panas minimal atau
setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan ini akan
mempengaruhi masalah klinis yang dialamin pasien.
Perubahan suhu tubuh dapat juga berpengaruh pada jumlah denyut
jantung seseorang Harrison’s Manual of Medicine (Kasper, 1988). Suhu
tubuh normal menusia berkisar antara 36°C-37.5°C. Suhu tubuh normal
siang, atau malam. Tempat pengukuran dalam rongga mulut, diketiak, atau
dalam dubur. Faktor usia serta tingkat metabolisme sebelum atau sesudah
makan, sebelum atau setelah melakukan aktifitas fisik. Suhu normal tubuh
normal yang terukur pada pagi hari berkisar ≤37.2°C dan ≥37.7°C Harrison’s Manual of Medicine (Kasper, 1988). Pengukuran suhu tubuh
dilakukan pada bagian yang dekat dengan organ dalam tubuh. Karena
semakin dekat dengan inti tubuh, maka suhu yang terbaca akan semakin
valid Physics of Human Body (Herman, 2007). Sehingga pengukuran suhu
dengan thermometer lewat rongga mulut atau dubur akan lebih tepat
daripada lewat ketiak (Depkes, 2007). Akan tetapi, karena dalam batasan
masalah penulis menggunakan sensor LM35 untuk sensor suhunya, maka
pengukuran suhu tubuh tetap dilakukan diketiak, yang dianggap sebagai
bagian terdekat dengan inti tubuh.
Suhu tubuh dapat diukur di tempat-tempat berikut dengan waktu minimal :
1. Ketiak/axilae : thermometer didiamkan selama 10-15 menit.
2. Anus/dubur/rectal : thermometer didiamkan selama 3-5 menit.
3. Mulut/Oral : thermometer didiamkan selama 2-3 menit.
2.4. Komponen Pembuatan Alat 2.4.1. IC ATMega 16
ATMega 16 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan
8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode
operasinya, ADC ATMega 16 dapat dikonfigurasi, baik secara single
memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi,
dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel, sehingga dengan
mudah disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri.
ATMega 16 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah
timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul
timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang berbeda secara
individu dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai
sumber interupsi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register
tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya
(Iswanto, 2014).
Konfigurasi pin ATMega 16 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual
Inline Package) fungsi dari masing-masing pin ATMega 16 sebagai
berikut:
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.
2. GND merukan pin Ground.
PB3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input), OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match Output) PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)
INT2 (External Interrupt 2 Input)
PB1 T1 (Timer/ Counter1 External Counter Input) PB0 T0 T1 (Timer/Counter External Counter Input)
5. Port C (PORT C 0 – PORTC 7) merupakan pin input/output dua
arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
PC1 SDA ( Two-wire Serial Buas Data Input/Output Line) PC0 SCL ( Two-wire Serial Buas Clock Line)
6. Port D (PORTD 0 – PORTD 7) merupakan pin input/output dua
arah dan pin fungsi khusus, seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2.4. Fungsi khusus port D
Port D Fungsi khusus
PD7 OC2 (Timer/Counter Output Compare Match Output) PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin)
PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match Output)
PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Output)
mikrokontroler. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan
clock eksternal.
9. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
2.4.2. Sensor suhu LM35
Sensor suhu IC LM35 merupkan chip IC produksi National
Semiconductor yang berfungsi untuk mengetahui temperature suatu
objek atau ruangan dalam bentuk besaran elektrik, atau dapat juga di
definisikan sebagai komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah perubahan temperature yang diterima dalam perubahan
besaran elektrik. Sensor suhu IC LM35 dapat mengubah perubahan
temperature menjadi perubahan tegangan pada bagian outputnya.
Sensor suhu IC LM35 membutuhkan sumber tegangan DC +5 volt dan
konsumsi arus DC sebesar 60 µ A dalam beroperasi.
Gambar 2.3. Sensor suhu LM35
Bentuk fisik sensor suhu IC LM35 merupakan chip IC dengan
kemasan yang bervariasi, pada umumnya kemasan sensor suhu IC
LM35 adalah kemasan TO-92 seperti terlihat pada gambar diatas .
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa sensor suhu IC LM35 pada
tegangan DC +5 volt, sebagai pin output hasil penginderaan dalam
bentuk perubahan tegangan DC pada Vout dan pin untuk ground
(Hadiyoso, 2015).
Karakteristik sensor suhu IC LM35 adalah :
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara
tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi
langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu
25ºC.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55ºC sampai
+150ºC. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt. Memiliki arus
rendah yaitu kurang dari 60 µ A.
4. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu
kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
5. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 watt untuk
beban 1 mA.
6. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
Sensor suhu IC LM35 memiliki keakuratan tinggi dan mudah
dalam perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain,
sensor suhu LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah
dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kontrol khusus serta tidak memerlukan setting
yang linier dengan perubahan 10mV/°C. Sensor suhu LM35 memiliki
jangkauan pengukuran -55ºC hingga +150ºC dengan akurasi ±0.5ºC
(Hadiyoso, 2015).
Tegangan output sensor suhu IC LM35 dapat diformulasikan sebagai
berikut :
Vout LM35 = Temperature Cº x 10 mV (2-1)
Kelebihan dari sensor suhu IC LM35 antara lain :
1. Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai +150ºC.
2. Low self-heating, sebesar 0.08 ºC.
3. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30V.
4. Rangkaian menjadi sederhana.
5. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal.
2.4.3. Finger sensor
Infrared LED memancarkan cahaya melewati jari dan ditangkap
oleh photodioda. Ilustrasi penempatan pada jari terlihat pada seperti
gambar berikut:
Gambar 2.5. Letak jari pada heart rate sensor
Kontraksi pada jantung saat memompa darah menimbulkan
denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi dibeberapa
tempat, termasuk jari. Karena melewati darah yang berdenyut, cahaya
yang ditangkap oleh photodioda/LSD akan membentuk sinyal.
Intensitas cahaya yang dapat ditangkap oleh LSD tergantung dari
volume darah pada jari. Jadi ketika jantung berkontraksi, akan
merubah intensitas cahaya yang ditangkap oleh LSD. Pada saat
jantung berkontraksi, volume darah akan bertambah sehingga darah
menjadi lebih pekat. Hal ini akan memengaruhi resistansi LSD.
Resistansi LSD akan bertambah besar, sehingga tegangan yang
dilewatkan ke Vout semakin besar, begitupun sebaliknya (Mahruz,
Alur kerja sensor :
1. Saat terdapat denyut
Volume darah naik maka intensitas cahaya yang diterima LSD
turun kemudian jika nilai hambatan LSD naik maka output
tegangan sensor akan naik.
2. Saat tidak terdapat denyut
Volume darah turun maka intensitas cahaya yang diterima LSD
naik kemudian jika nilai hambatan LSD turun maka output
tegangan sensor turun.
2.4.4. Non-inverting amplifier
Rangkaian ini berfungsi menguatkan tegangan yang didapat dari
pantulan cahaya infra red yang ditangkap oleh LSD. Untuk
mendapatkan gain atau besar penguatannya dapat ditentukan dari
besar R1 dan R2 (Clayton, 2005).
Rumus penguatan non-inverting amplifier :
Gambar 2.6. Rangkaian non-inverting
Rumus frekuensi filter :
fc filter =
(2-3)
Keterangan :
R = Resistansi
C = Kapasitor
2.4.5. Komparator
Komparator merupakan rangkaian yang digunakan untuk
mengindera atau mendeteksi kondisi dimana sebuah sinyal yang
berubah terhadap waktu telah mencapai nilai tegangan ambangnya
(threshold). Komparator ini dapat digunakan untuk mengindera dan
mendeteksi kondisi dari sebuah sinyal elektrik ketika mencapai atau
melampaui level tegangan tertentu yang telah didefinisikan
Rangkaian komparator memiliki sebuah penguat diferensial
pada sisi masukannya. Adapun keluarannya merupakan sebuah tingkat
penggerak untuk mencapai keadaan yang dapat beralih nilainya.
Sebuah rangkaian komparator yang paling sederhana memiliki
tegangan sinyal yang dikenakan langsung pada salah satu dari
terminal masukanya, sementara diterminal masukan lainnya
dikenakan tegangan referensi .
Gambar 2.7. Komparator
2.4.6. Rangkaian monostable
Rangkaian monostable ini berfungsi agar logika yang masuk ke
mikrokontroller menjadi nilai output 5V dan 1V. Ketika monostable
mendapatkan input trigger, maka akan menghasilkan tegangan 5V
atau high, ketika tidak mendapatkan tegangan trigger maka akan
menghasilkan tegangan output 1V atau low. Untuk menghitung lama
Rumus frekuensi monostable :
f =
(2-4)
keterangan :
R = resistansi
C = kapasitor
Gambar 2.8. Rangkaian monostable
2.4.7. LCD (liquid crystal display)
LCD adalah sebuah display dot matrix yang difungsikan untuk
menampilkan sebuah tulisan berupa huruf atau angka. Penulis
menggunakan LCD 2x16 sebagai output untuk display tugas akhir.
Penulis menggunakan LCD M1632 yang mana difungsikan
untuk menampilkan hasil data pengukuran suhu tubuh sehingga dapat
LCD ini memerlukan daya yang sangat kecil, yaitu +5 VDC.
Panel TN LCD untuk pengaturan kekontrasan cahaya pada display dan
CMOS LCD drive sudah ada didalamnya. Semua fungsi display dapat
di kontrol dengan memberikan intruksi dan dapat dipisahkan oleh
MPU. Ini akan membuat LCD berguna untuk range yang luas dari
terminal display unit untuk mikrokontroller dan display unit
measuringg gages (Sumardi, 2013 dan Bejo, 2008).
Gambar 2.9. LCD
Cara kerja mengaktifkan LCD :
Langkah 1 : Inisialisasi LCD.
Langkah 3 : Tuliskan data ke LCD, maka karakter akan tampil di layar
LCD.
Beberapa keterangan dari fungsi pin pada LCD karakter 2x16 antara
lain sebagai berikut :
Tabel 2.5.Keterangan LCD
No Symbol Level Keterangan
1 Vss - Dihubungkan ke ground
2 Vcc - Dihubungkan dengan tegangan supply +5V dengan toleransi ±10%.
3 Vcc - Digunakan untuk mengatur tingkat kontras LCD.
4 Rs H/L Bernilai logika ‘0’ untuk input intruksi
dan bernilai ‘1’ untuk input data.
5 R/W H/L Bernilai logika ‘0’ untuk proses ‘write’
dan bernilai ‘1’ untuk proses ‘read’. 6 E H Merupakan sinyal enable. Sinyal ini akan
aktif pada failing edgedari logika ‘1’ ke
logika ‘0’. dengan tegangan sebesar 4 - 4,2 V dengan arus 50 – 100 mA.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Blok Sistem
3.1.1. Diagram blok heart rate dan suhu badan
Rencana teknis pertama untuk metode penilitian ini adalah
membuat diagram blok. Fungsi dari diagram blok sebagai acuan
dalam pembuatan alur sistem kerja hardware. Penentuan diagram blok
yang tepat akan menentukan hasil ide yang diinginkan dalam
membuat proyek tugas akhir yang dicapai. Berikut adalah diagram
blok yang penulis buat.
Gambar 3.1. Blok diagram BPM dan suhu
3.1.2. Cara kerja BPM
Cahaya yang dipancarkan oleh infra merah oleh heart rate
sensor ditangkap oleh photodioda/LSD setelah melewati jari tangan.
Karena adanya pengaruh aliran darah maka akan menimbulkan sinyal.
Sinyal yang timbul akan dikuatkan oleh sebuah amplifier agar dapat
dibaca. Setelah itu sinyal akan diolah oleh blok rangkaian rangkaian
filter untuk menghilangkan noise sinyal-sinyal yang mengintervensi.
Kemudian sinyal akan diteruskan ke komparator untuk mendapatkan
nilai output berupa tegangan yang diinginkan dengan melakukan
perbandingan tegangan. Setelah itu tegangan itu akan diolah oleh
rangkaian monostable. Monostable berfungsi untuk mentrigger sinyal
yang didapat dan meredam jika tidak ada sinyal yang masuk.
Kemudian output dari rangkaian monostable akan dicacah dala
mikrokontroller untuk diolah datanya kembali. Selain sinyal finger tip,
sinyal analog dari sensor LM35 juga diolah. Untuk menyestabilkan
tegangan maka diberi rangkaian buffer, setelah itu data diolah oleh
mikrokontroller. Kedua sinyal tersebut akan ditampilkan oleh LCD
dan diidentifikasi oleh pogram yang sudah dibuat untuk menentukan
normal atau tidak normal dari sinyal yang didapat dengan
3.1.3. Diagram alir
Gambar 3.3. Flow chart subrutin tampilan BPM
Proses kerja alur flow chart BPM dan suhu:
Ketika sensor telah dipasang di dengan baik sesuai dengan
prosedur kemudian tekan tombol start maka sensor finger tip akan
menghitung jumlah denyut jantung selama 60 detik. Jika belum
tercapai maka akan mengulang sampai waktu terpenuhi. Jika sudah
tercapai 60 detik maka akan dihitung kembali oleh mikro, jika denyut
<60 maka kondisi jantung berasa pada posisi abnormal, jika no maka
diolah dengan aturan >=60 dan <=100 jika yes maka kondisi jantung
dalam keadaan normal kemudian jika no dengan nilai rentang >100
lalu yes maka kondisi jantung dalam keadaan abnormal dan kemudian
akan ditampilkan di LCD. LED merah akan hidup jika kondisi detak
jantung kondisi abnormal sedangkan LED hijau akan hidup jika
kondisi normal.
Kemudian sensor suhu akan mengukur suhu ketika proses
perhitungan BPM sedang berlangsung sampai batas waktu yang tidak
ditentukan, dan suhu tersebut dihitung hasilnya sesuai dengan
ketentuan berikut jika <36°C maka kondisi suhu dalam keadaan
abnormal, jika no masuk ke perhitungan selanjutnya dengan aturan
>=36,4°C dan <=37,5°C jika yes maka kondisi suhu badan dalam
keadaan normal kemudian jika no,masuk ke tahap selanjutnya dengan
aturan >37,5°C jika yes maka kondisi suhu badan dalam keadaan
abnormal dan kemudian hasil yang sudah ditentukan tersebut akan
keadaan abnormal dan LED hijau akan hidup jika kondisi dalam
keadaan normal.
3.1.4. Ilustrasi perencanaan alat
Gambar 3.5. Tampak depan (18 cm x 16,5 cm)
3.1.5. Alat dan bahan
Dalam pembuatan sebuah alat elektronika medik tentunya harus
dipersiapkan segala hal untuk keberhasilan pembuatan alat tersebut.
Salah satu faktor penting adalah persiapan bahan. Bahan yang
dipersiapkan tersebut harus ada dan mudah dicari, jika dibutuhkan.
Tidak hanya tersedianya bahan namun juga sesuai datasheet dan
fungsi bahan yang akan digunakan. Ketepatan dalam memilih bahan
menjadi faktor tersendiri didalam keberhasilan membuat alat. Berikut
alat-alat yang dipakai dalam pembuatan modul ini.
Tabel 3.1. Bahan-bahan alat
Nama komponen Jumlah
Switch DP 4 1 Buah
Resistor 1k / 1
/2 Watt 3 Buah
Capacitor 10 µF / 10V 3 Buah
Capacitor 22 nF 2 Buah
Frekuensi osilator 12 MHz 1 Buah
Resistor variabel 5k 3 Buah
Resistor 220 Ω / 1/2 Watt 6 Buah
Transistor BC107 1 Buah
Nama komponen Jumlah
Sebagai sarana pendukung dalam pembuatan tugas akhir ini,
dapat penulis sebutkan sebagai berikut :
1. Solder
membuat rancangan jadwal pelaksanaan kegiatan, agar penulis mampu
memaksimalkan waktu supaya lebih efisien dan efektif. Meliputi kegiatan
1. Mempelajari teori-teori dan literatur yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas melalui studi perpustakaan.
2. Menentukan topik untuk judul modul.
3. Mempelajari dan merancang teknis pembuatan modul tersebut.
4. Merencanakan biaya operasional pembuatan modul.
5. Membuat diagram blok sistem, diagram mekanis, dan diagram alir
secermat mungkin.
6. Menyusun proposal.
7. Menyiapkan bahan-bahan komponen dan peralatan untuk pembuatan
modul.
8. Membuat jadwal kegiatan untuk mengatur waktu pembuatan modul.
9. Merancang rangkaian-rangkain kecil atau rangkaian per blok.
1) Rangkaian BPM.
2) Rangkaian suhu.
3) Rangkaian supply.
4) Rangkaian LCD, LED dan push button.
5) Rangkaian minimum sistem ATMega 16.
6) Membuat program.
10. Melakukan percobaan dan pengukuran pada modul.
11. Menyatukan modul-modul membentuk sistem modul.
12. Menguji kembali sistem modul dan mengukur besaran-besaran fisis
yang diperlukan.
14. Menarik kesimpulan dan saran untuk perbaikan sistem.
15. Menyusun laporan karya tulis ilmiah.
3.3. Rancangan/Desain Penelitian
Jenis penelitian dan pembuatan modul ini menggunakan metode
eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap lain dalam kondisi yang terkendalikan. Bentuk
desain penelitian ini adalah Pre-eksperimental, after only design.
3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel bebas
Sebagai variabel bebas meliputi jari tangan dan bagian tubuh terutama
ketiak untuk pengukuran suhu badan.
3.4.2. Variabel terikat
Sebagai variabel terikat adalah heart rate sensor dan LM35.
3.4.3. Variabel terkendali
3.5. Definisi Operasional
Untuk menentukan besaran-besaran dalam pengukuran maka penulis
menyertakan definisi operasional.
Tabel 3.2. Definisi operasional
Variabel Definisi Alat ukur Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Spesifikasi Alat
Dalam pembahasan spesifikasi alat ini penulis memberikan keterangan
kapasitas tegangan yang dipenuhi supaya alat dapat bekerja dengan baik.
Berikut ini penulis cantumkan spesifikasi alat beserta gambar modul yang
sudah dibuat.
Fungsi Alat : Monitoring BPM dan Suhu
Tegangan Catu Daya : 5 Volt DC
Arus : 1 Ampere
Tegangan Sumber Charger : 110/220 Volt AC
Gambar 4.1. Modul monitoring BPM dan suhu
Setelah membuat modul, maka langkah berikutnya melakukan
pengujian dan pengukuran. Untuk itu penulis, melakukan pendataan melalui
beberapa tahap proses pengukuran dan pengujian. Tujuan pengukuran dan
pengujian adalah untuk mengetahui ketepatan dari pembuatan modul dan
memastikan masing-masing bagian (komponen) dari seluruh rangkaian alat
telah berfungsi sesuai apa yang telah direncanakan.
Langkah-langkah pengukuran dan pengujian modul ini dapat diuraikan
dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, terutama alat ukur dan alat
pembanding.
2. Menyiapkan tabel untuk mencatat hasil pengukuran.
3. Menguji alat dengan mengadakan pengukuran terhadap test point
masing-masing bagian sesuai pengukuran yang telah kami tentukan.
4. Menguji alat dengan mengadakan pengukuran BPM dan suhu pada SPO2
dan Thermometer sebagai pembanding modul.
5. Mencatat hasil pengukuran dan perhitungan dalam tabel yang telah
disediakan.
6. Melakukan penghitungan terhadap hasil pengukuran untuk mengetahui
Rangkaian BPM menghasilkan output berupa sinyal jantung pasien
yang akan diukur. Dari sinyal tersebut nantinya akan dicari titik tertinggi
sinyal dan akan dihitung jumlahnya dalam 60s untuk menentukan jumlah
BPM pasien. Sedangkan untuk suhu, nilai pembacaan suhu dari output sensor
akan diolah untuk menentukan suhu tubuh pasien. Dari pengukuran dilakukan
beberapa kali percobaan kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan
nilai standart dan dicari nilai rata-rata, nilai standart deviasi (SD),
ketidakpastian dan nilai error dengan rumus sebagai berikut :
4.3.1. Rata-rata
Rata-rata adalah bilangan yang di dapat dari hasil pembagian
jumlah nilai data oleh banyaknya data dalam kumpulan tersebut.
Rumus rata-rata :
(4-1)
Dimana,
X’ = Rata-rata
X1...Xn = Nilai data
N = Banyak data
4.3.2. Standar deviasi
Standar deviasi adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat
semakin presisi.
Rumus standar deviasi :
√ (4-2)
Dimana,
X’ = Rata- rata
X1,...,Xn = Nilai data
N = Banyak data
4.3.3. Nilai ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan suatu parameter berupa dispersi
nilai-nilai yang mungkin diambil sebagai nilai-nilai besaran ukur. Ketidakpastian
merupakan ketidakpastian yang dievaluasi berdasarkan metode
statistikyang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus ketidakpastian :
√ (4-3)
Dimana,
Sn = Standar deviasi
n = Jumlah seluruh data
4.3.4. Nilai Error
Error (Rata-rata Simpangan) adalah selisih antara mean terhadap
(4-4)
Dimana,
X = data yang diukur
X’= Rata-rata
4.4. Hasil Pengukuran dan Analisa 4.4.1. Pengukuran BPM
Dalam pengukuran BPM ini penulis akan membandingkan alat
kalibrator yang sudah laik digunakan dengan alat modul yang dibuat
oleh penulis sendiri. Berikut alat kalibrator beserta spesifikasi alat:
Merek : Pulse Oximeter Mindray
Type : MEC-1000
Tegangan : 5 volt
terhadap 5 orang pasien, dengan masing-masing pasien 5 kali
pengukuran. Dalam proses pengambilan data pasien dikondisikan
tenang tidak melakukan aktifitas yang berlebihan.
Keterangan :
Ref. = Alat kalibrator atau alat pembanding yang sudah standar (laik
pakai).
F = Alat yang dibuat oleh penulis.
KKeterangan :
Ref. = Alat kalibrator atau alat pembanding yang sudah standar (laik
pakai).
F = Alat yang dibuat oleh penulis.
4.4.2. Pengukuran suhu
Data berikut ini merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran terhadap 3 orang pasien, dengan masing-masing pasien 3
kali pengukuran. Dalam proses pengambilan data, sensor diletakkan di
ketiak.
Tabel 4.3.Pengukuran suhu badan 3 pasien
2 Pasien 2 37 36 38 37 37 36 36 36 37 37 3 Pasien 3 37 37 37 36 38 37 37 36 37 36
Keterangan :
Ref. = Alat kalibrator atau alat pembanding yang sudah standar (laik
pakai).
F = Alat yang dibuat oleh penulis.
Tabel 4.4.Analisis data suhu badan 3 pasien
Pengukuran
Ref. = Alat kalibrator atau alat pembanding yang sudah standar (laik
pakai).
F = Alat yang dibuat oleh penulis.
4.5. Analisa Keseluruhan Data Pengukuran
Dari hasil pengukuran BPM dan Suhu tubuh dapat ambil kesimpulan
hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh dari hasil yang di dapat melalui alat
yang sudah terkalibrasi (laik digunakan). Banyak faktor yang mempengaruhi
hasil pengukuran, diantaranya:
1. Pasien tidak tenang dalam pengukuran.
2. Peletakan sensor yang tidak tepat.
3. Peletakan sensor suhu tidak sama pada kalibrator.
4.6. Rangkaian SensorHeart Rate
Melakukan pengukuran terhadap sensor heart rate di output photodioda
dengan alat osiloskop. Berikut rangkaian sensor heart rate yang dipakai
dalam pembuatan modul ini.
Gambar 4.3 Rangkaian sensor heart rate
Gambar 4.4. Output sinyal photodioda
Output photodioda masih sangat kecil dalam skala orde ukuran mV.
Secara perhitungan matematis amplitudo dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Amplitudo = Tinggi gelombang x volt/div
= 2,8 x 0,1
= 0,28 V atau 280 mV.
4.7. Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Dalam membuat project ini penulis memberikan sedikit gambaran
bagian-bagian layout rangkaian. Rangkaian berikut ini merupakan rangkain
Gambar 4.5.Rangkaian pengkondisi sinyal
Kontraksi jantung pada saat memompa darah menimbulkan denyutan
yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi dibeberapa tempat, namun
penelitian ini penulis menitikberatkan pada bagian jari telunjuk. Peristiwa
inilah yang dimanfaatkan untuk melakukan pengukuran denyut jantung
menggunakan sistem depan-belakang.
Menurut penelitian penulis pengukuran yang efektif dilakukan dengan
sistem depan-belakang, karena dapat meningkatkan performa ketelitian
berhadapan. Maka penulis menggunakan sistem depan-belakang, untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Setelah dilakukan penelitian dengan
menggunakan sistem tersebut didapatkan nilai pengukuran yang akurat dan
baik. Karena sistem depan belakang memanfaatkan sinar infra merah untuk
menembus darah, sehingga langsung efektif tingkat penetrasi dari infra merah
jika terjadi kondisi 2 hal; pertama kondisi dimana darah memiliki kandungan
yang lebih banyak CO2, kedua kondisi dimana darah memiliki kandungan O2
yang lebih banyak daripada CO2. Sinar tersebut akan ditangkap oleh
photodioda. Intensitas cahaya yang ditangkap oleh photodioda tergantung dari
volume darah sendiri. Jadi ketika jantung berkontraksi, akan merubah
intensitas cahaya yang ditangkap oleh photodioda. Perubahan amplitudo yang
kecil inilah yang dikonversi menjadi pulsa denyut nadi.
4.7.1. Penguatan pertama
Output dari sensor akan difilter menggunakan low pass filter agar
dapat melewatkan sinyal tubuh. Kemudian sinyal diteruskan ke
Gambar 4.6. Rangkaian penguatan pertama
Besar penguatan pertama dapat dihitung dengan rumus penguat
non-invertingamplifier sesuai dengan persamaanrumus(2-2).
Rumus penguatan :
Gain = (1+ )
= (1+ )
Hasil penguatan melalui alat osiloskop sebagai berikut:
Gambar 4.7 Output sinyal penguatan pertama
Dengan melihat hasil gambar diatas maka amplitudo dapat dihitung
melalui rumus berikut:
Amplitudo = Tinggi gelombang x volt/div
= 3 x 0,5 V
= 1,5 V
Sehingga didapatkan output sinyal dipenguatan pertama, memiliki
4.7.2. Penguatan kedua
Sinyal output dikeluaran pertama masih terlalu kecil sehingga
dikuatkan kembali pada penguatan kedua. Berikut gambar rangakaian
di penguat kedua:
Gambar 4.8.Rangkaian penguatan kedua
Besar penguatan kedua dapat dihitung dengan rumus penguat non
invertingamplifier sesuai dengan persamaan rumus (2-2).
Rumus penguatan :
Gain = (1+ )
= (1+ )
Hasil penguatan melalui alat osiloskop sebagai berikut:
Gambar 4.9. Output sinyal penguatan kedua
Dengan melihat hasil gambar diatas maka amplitudo dapat dihitung
melalui rumus berikut:
Amplitudo = Tinggi gelombang x volt/div
= 1,8 x 2 V
= 3,6 V
Maka didapatkan output sinyal dipenguatan kedua, memiliki
tegangan sebesar 3,6 Volt. Hal ini dikarenakan karakteristik dari LM358
yang menurunkan tegangan supply hingga 1,5 Volt dari tegangan supply
5 Volt.
4.7.3. Mengatur tegangan referensi 0,438 volt pada komparator
Output dari penguatan inilah yang akan digunakan sebagai input
tegangan referensi yang telah di atur sesuai tingkat kepresisian
perhitungan counter. Karena ini akan sangat berpengaruh pada
perhitungan di pin T0 counter mikrokontroler. Jika tidak presisi maka
perhitungan dapat acak (terjadi random). Karena fungsi komparator
hanya untuk membatasi sinyal terendah yang terbaca sebagai detak,
sedikit noise akan mengganggu perhitungan counter. Berikut gambar
rangkaian komparator.
Hasil nilai komparator melalui alat osiloskop sebagai berikut:
Gambar 5.1. Output sinyal pembatasan tegangan oleh komparator
Gambar diatas memberikan ilustrasi bahwa tegangan komparator
membatasi tegangan noise sekitar 0,438 Volt. Dan akan menghasilkan
logika high atau low.
Perhitungan matematis tegangan referensi komparator sebagai berikut:
Amplitudo = Tinggi gelombang x volt/div
= 2,19 x 0.2 V
= 0,438 V
Output komparator yang menghasilkan logika High dan Low sesuai
4.7.4. Melakukan pengukuran outputmonostable NE555
Output dari komparator akan mentrigger transistor yang
menyebabkan monostable bekerja. Ketika monostable mendapat trigger
input berupa perubahan tegangan high ke low sekali, maka outputnya
akan berupa logika 1 selama waktu yang ditentukan melalui
perhitungan monostable.
Gambar 5.2. Rangkaian monostable
Output dari monostable akan membentuk gelombang kotak
sebesar 5V dan 0 V yang berfungsi agar bisa terbaca oleh pin counter
mikrokontroler. Perhitungan secara matematis filter sesuai dengan
persamaan rumus (2-3) sebagai berikut ini:
fc filter =
= 2,34 Hz
T =
T =
T = 0,43s
Sehingga T monostable diatur dibawah T fc filter, sesuai dengan
persamaan rumus (2-4), maka perhitungan matematis bisa diuraikan
sebagai berikut :
f =
=
= 2,75 Hz
Perhitungan matematis untuk menentukan rumus periode.
T =
T =
T = 0,363 s
4.8. Rangkaian Suhu Tubuh
Spesifikasi dari rangkaian suhu tubuh antara lain :
1.Tegangan supply yang digunakan 5V dan Ground.
Gambar rangkaian seperti digambarkan dibawah ini :
Gambar 5.3. Rangkaian suhu tubuh
Langkah-langkah pengaturan dan pengujian yaitu:
1. Menghubungkan rangkaian dengan powersupply 5V dan Ground.
2. Melakukan pengukuran linearitas pada output LM35 serta output
rangkaian buffer dengan AVO meter pengaturan suhu 30°C-40°C.
3. Menghubungkan output buffer ke portADC di mikro kontrol.
Dibawah ini merupakan tabel pengukuran tegangan linearitas sensor suhu.
Penulis menyimpulkan bahwa pengukuran menunjukan tegangan linearitas
suhu (10 mV/1°C ) dengan tegangan output tidak jauh berbeda.
Tabel 4.5.Hasil pengukuran linearitas sensor suhu Derajat Suhu Tegangan Output LM35 (mV)
30°C 29,8
31°C 30,6
32°C 31,6
33°C 32.7
34°C 33,6
35°C 34,8
36°C 35,7
Derajat Suhu Tegangan Output LM35 (mV)
Penulis menggunakan aplikasi compiler atau penerjemah (software)
CodevisionAVRcompiler (CV AVR).
Berikut listing program BPM dan suhu badan.
Listing 4.1. listing program BPM.
sprintf(str,"%s",stdyo); //konversi
string
lcd_gotoxy(5,1);
lcd_puts(str); //menampilkan data string
lcd_putchar(223);
lcd_putsf("C");
lcd_gotoxy(8,1);
delay_ms(1000);
Listing 4.2 listing program suhu.
4.9.2. Kelebihan alat
1. Menggunakan supply daya yang dapat di isi ulang.
2. Tambahan parameter suhu.
3. Sistem yang dibuat untuk portable.
4.9.3. Kekurangan alat
1. Bentuk box yang relatif lebih besar.
2. Adanya trigger daya on.
4.9.4. SOP penggunaan alat 1. Tekan tombol trigger.
2. Tekan tombol On untuk menghidupkan dan Off untuk mematikan.
3. Pastikan sensor heart rate dan suhu terpasang dengan baik. {lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("BPM :");
bpm_START();
bpm=TCNT0; // mengubah variabel data TCNT0
sprintf(bpm1,"%i",bpm); //mengubah string
lcd_gotoxy(5,0);
lcd_puts(bpm1); // menampilkan data ke LCD
lcd_gotoxy(9,0);
lcd_putsf("BM");
if(detik>=60) //Batas waktu 60 s
{bpm_STOP(); // Batas waktu selesai
4. Tekan tombol Start untuk memulai dan Reset untuk mengembalikan
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan proses pembuatan dan belajar dari literatur
perencanaan, pengujian alat, dan pendataan, maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal:
1. Alat pendeteksi detak jantung dan suhu tubuh berfungsi dengan baik
setelah dilakukan perbandingan hasil data yang diperoleh melalui
percobaan oleh beberapa pasien dengan alat medis yang sama yang
memiliki standar laik digunakan oleh pihak kalibrasi alat kesehatan.
2. Dapat bekerja dengan baik dan akan mendapatkan data perhitungan yang
akurat dan stabil jika kondisi pasien dalam keadaan tenang, nyaman atau
rileks. Hal ini disebabkan kondisi pasien tidak tenang maka akan
berpengaruh terhadap pengambilan data sehingga nilai yang didapat akan
tidak akurat atau tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan.
3. Setelah dilakukan pengukuran dengan alat pembanding yang sudah
terkalibrasi didapatkan nilai error rata-rata pengukuran, yaitu sebesar
1,702% untuk data BPM dan untuk data pengukuran suhu badan adalah
0,55%.
5.2. Saran
Karena banyak hal yang menjadi faktor kendala alat yang penulis buat
ini jauh dari sempurna. Terutama bentuk fisik dan kinerja alat yang kurang
maksimal. Adapun analisa kekurangan dari alat yang penulis buat ini adalah:
1. Alat menggunakan daya dari sumber tegangan batu baterai. Mungkin jika
ingin dikembangkan buat sistem daya otomatis sendiri dengan
ditambahkan lampu indikator untuk mengetahui kondisi masa pemakaian
baterai.
2. Alat ini hanya menggunakan output LCD. Jika penggunaan untuk
monitoring jarak jauh bisa menggunakan tampilan seven segmen. Karena
alat ini masih memakai sistem manual, maka bisa dikembangkan menjadi
sistem monitoring jarak jauh menggunakan bluetooth atau XBEE.
3. Tampilan alat ini hanya memakai tampilan LCD, bisa dikembangkan
menggunakan sistem tampilan GUI (Graphic User Interface) yang
ditampilakan melalui layar monitor laptop atau handphone.
4. Alat ini hanya memiliki 2 parameter saja, maka tidak menutup
DAFTAR PUSTAKA
Bejo, A., 2008. C&AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C
dalam Mikrokontroller ATMega 8535 1st ed., Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bishop, Owen., 2002. Dasar-Dasar Elektronika., Jakarta: Erlangga.
Clayton, George and Winder, S., 2005. Operational Amplifier 5th ed., Jakarta: Erlangga.
Hadiyoso, S., D., 2015. Instrumen Biomedis Berbasis PC 1st ed., Yogyakarta: Gava Media.
Iswanto, Nia, RM., 2015. Mikrokontroller :Teori dan Praktik ATMega 16 dengan Bahasa C.,Yogyakarta: Deepublish .
Pujiono., 2012. Rangkaian Elektronika Analog.,Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumardi., 2013.Mikrokontroller Belajar AVR Mulai dari Nol., Yogyakarta: Graha Ilmu.
Farisandi, F., 2014. Patient Diagnostic Portable. Surabaya. Elektromedik Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Herman, Irving, P., 2007. Physics of Human Body., Berlin: Springer.
Kasper, L.,Deni, dkk, 1988. Harrison’s Manual Of Medicine 16th ed., New York: McGraw-Hill.
Machruz, E., Sony S., Achmad R. (2008) Perancangan Perangkat Monitoring Denyut Jantung (Heart - Beat Monitoring) Dengan Visualisasi LCD Grafik Berbasis Atmel AT89C51, Proseding Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008, Bali
Sean, W.,Emma, K., 2007.Pulse Diagnose : A Clinical Guide., England: Elsevier.
Triwiyanto., 2011. Petunjuk Praktikum Mikrokontroller AVR. Surabaya: Elektromedik.
Www.alldatasheet.com.lm358/pdf. [Diakses pada : Tanggal 18 januari 2016].
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20194/4/
Chapter%20II.pdf. [Diakses pada : Tanggal 20 januari 2016].
Http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-
tranducer/sensor-suhu-ic-lm35 Copyright © Elektronika Dasar. [Diakses pada : Tanggal 25 januari 2016].
Http://askep-net.blogspot.co.id/2012/05/cara-kerja-jantung.html. [Diakses pada : Tanggal 22 Agustus 2016].
Http://rbme.embs.org. [Diakses pada : Tanggal 22 Agustus 2016].
Https://en.wikipedia.org/wiki/Heart_rate. [Diakses pada : Tanggal 22 Agustus 2016].
the
CodeWizardAVR V2.60 Evaluation
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2012 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project : Monitoring BPM
Version : 1
AVR Core Clock frequency: 12,000000 MHz
unsigned int suhu,V,Z, bpm;
int detik;
// Alphanumeric LCD functions
#include <alcd.h>
// Declare your global variables here
// Timer1 overflow interrupt service routine
interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void)
{
// Reinitialize Timer1 value
TCNT1H=0x48E5 >> 8; ((0<<REFS1) | (0<<REFS0) | (0<<ADLAR))
// Start the AD conversion 46875 48e5
ADCSRA|=(1<<ADSC);
// Wait for the AD conversion to complete
sprintf(ksr,"%ds",detik);
sprintf(str,"%i",suhu);
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization
// Port A initialization
// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In
DDRA=(0<<DDA7) | (0<<DDA6) | (0<<DDA5) | (0<<DDA4) | (0<<DDA3) | (0<<DDA2) | (0<<DDA1) | (0<<DDA0);
// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T
PORTA=(0<<PORTA7) |
(0<<PORTA6) | (0<<PORTA5) | (0<<PORTA4) | (0<<PORTA3) | (0<<PORTA2) | (0<<PORTA1) | (0<<PORTA0);
// Port B initialization
// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In
DDRB=(0<<DDB7) | (0<<DDB6) | (0<<DDB5) | (0<<DDB4) | (0<<DDB3) | (0<<DDB2) | (0<<DDB1) | (0<<DDB0);
// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=P
PORTB=(0<<PORTB7) |
Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In
DDRC=(0<<DDC7) | (0<<DDC6) | (0<<DDC5) | (0<<DDC4) | (0<<DDC3) | (0<<DDC2) | (0<<DDC1) | (0<<DDC0);
// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T
PORTC=(0<<PORTC7) |
(0<<PORTC6) | (0<<PORTC5) | (0<<PORTC4) | (0<<PORTC3) | (0<<PORTC2) | (0<<PORTC1) | (0<<PORTC0);
// Port D initialization
// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=Out Bit3=Out Bit2=In Bit1=Out Bit0=Out
DDRD=(0<<DDD7) | (0<<DDD6) | (1<<DDD5) | (1<<DDD4) | (1<<DDD3) | (0<<DDD2) | (1<<DDD1) | (1<<DDD0);
// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=0 Bit3=0 Bit2=P Bit1=0 Bit0=0
PORTD=(0<<PORTD7) |
(0<<PORTD6) | (0<<PORTD5) | (0<<PORTD4) | (0<<PORTD3) | (1<<PORTD2) | (0<<PORTD1) | (0<<PORTD0);
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: T0 pin Falling Edge
// Mode: Normal top=0xFF
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: 46,875 kHz
// Mode: Normal top=0xFFFF
// OC1A output: Disconnected
// OC1B output: Disconnected
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer Period: 1 s
// Timer1 Overflow Interrupt: On
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=(0<<COM1A1) |
(0<<COM1A0) | (0<<COM1B1) | (0<<COM1B0) | (0<<WGM11) | (0<<WGM10);
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer2 Stopped
// Mode: Normal top=0xFF
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0<<AS2;
TCCR2=(0<<WGM20) | (0<<COM21) | (0<<COM20) | (0<<WGM21) | (0<<CS22) | (0<<CS21) | (0<<CS20); | (0<<TICIE1) | (0<<OCIE1A) | (0<<OCIE1B) | (1<<TOIE1) | (0<<OCIE0) | (0<<TOIE0); | (0<<ISC01) | (0<<ISC00);
MCUCSR=(0<<ISC2);
// USART initialization
// USART disabled
UCSRB=(0<<RXCIE) | (0<<TXCIE) | (0<<UDRIE) | (0<<RXEN) | (0<<TXEN) | (0<<UCSZ2) | (0<<RXB8) | (0<<TXB8);
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
ACSR=(1<<ACD) | (0<<ACBG) | (0<<ACO) | (0<<ACI) |
(0<<ACIE) | (0<<ACIC) | (0<<ACIS1) | (0<<ACIS0);
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 750,000 kHz
// ADC Voltage Reference: AREF pin
// ADC High Speed Mode: Off
// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped
ADMUX=ADC_VREF_TYPE;
ADCSRA=(1<<ADEN) | (0<<ADSC) | (0<<ADATE) | (0<<ADIF) |
SPCR=(0<<SPIE) | (0<<SPE) | (0<<DORD) | (0<<MSTR) | (0<<CPOL) | (0<<CPHA) | (0<<SPR1) | (0<<SPR0);
// TWI initialization
// TWI disabled
TWCR=(0<<TWEA) | (0<<TWSTA) | (0<<TWSTO) | (0<<TWEN) | (0<<TWIE);
// Alphanumeric LCD initialization
Gambar Layout Minsis
Gambar Layout Sensor Heart Rate dan Suhu