• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN ULANG PORTAL (BALOK-KOLOM) STRUKTUR GEDUNG HOTEL CITY HUB YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SNI 03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN ULANG PORTAL (BALOK-KOLOM) STRUKTUR GEDUNG HOTEL CITY HUB YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SNI 03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

i

2847-2002 DAN SNI 2847:2013

Disusun oleh :

BAGUS SETIAWAN PAMBUDI 20120110169

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

i

2847-2002 DAN SNI 2847:2013

Disusun oleh :

BAGUS SETIAWAN PAMBUDI 20120110169

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(3)
(4)

iii

( Bagus Setiawan Pambudi )

“Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara

bintang - bintang”

(5)

iv

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat saya sayangi dan saya banggakan

Kedua orang tua saya “Bapak Agus Sutanto dan Ibu Sri Wahyuningsih”

Sebagai tanda bakti , hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga akhirnya

sebuah usaha kecil dari anakmu yang telah menyelesaikan skripsi ini untuk

mewujudkan harapan dari Bapak dan Ibu yang menginginkan anaknya lulus dari

bangku kuliah. Untuk Bapak dan Ibu yang selalu senantiasa mendoakan,

menasehati, mendukung, selalu mengingatkan agar tidak lupa bersyukur kepada

Allah SWT. Terima kasih banyak Pak, Buk.

Kedua adik saya “Yusia Nanda Agustanti dan Shafira Salsabila Agustania”

Terima kasih telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan

saya dukungan dan do'anya, hanya karya kecil ini yang dapat saya persembahkan

saat ini. Untuk kedua adik saya tetap semangat belajar, jangan putus asa, raihlah

cita- cita kalian setinggi langit. Jangan berantem terus kalian sudah besar dan

jangan pernah contoh kakak kalian yang tidak baik ini. Sukses terus buat kalian

berdua.

Kakak sepupu saya “Joko Siswoyo”

Terima kasih telah memberikan saya dukungan, hanya karya kecil ini yang dapat

saya persembahkan. Untuk kakak sepupu saya yang agak tidak genap ini jangan

galau terus, percaya pada kemampuanmu, jangan pernah berkecil hati saat

diremehkan orang lain, tunjukkan bahwa kita bisa lebih dari itu, dan tunjukkan

hingga orang lain berkata “dulu dia bukan siapa- siapa”. Sukses selalu mas ook.

Saudara- saudara saya “mbah putri, mbah kakung, om ir, bulik kris, om leyong, bude yeti, mbak puji, om ade”

Terima kasih telah mendukung dan memberikan motivasi yang sangat berarti

(6)

v

Teman terbaik saya “Salasia Tajunnisa Setiya Utami”

Terima kasih telah menjadi teman seperjalanan semasa kuliah di UMY. kamu itu

aneh, unik, konyol dan baru kali ini aku menemukan diriku sendiri ada di dalam

dirimu. Raih cita- cita mu setinggi mungkin. Kalau kita berjodoh, kita akan

dipertemukan di ujung jalan yang sama, kalau tidak mungkin kita hanya jadi

teman seperjalanan. Percaya aja, kalau tulang rusuk itu tidak akan tertukar namun

akan patah bila dipaksakan. Jangan dengar omongan orang lain yang tidak benar

karena kesalahan terbesar seseorang adalah ketika dengarnya setengah, ngerti

seperempat, mikir nol, tapi ngomongnya double. Tetep semangat ami, Sukses terus dan jangan lupa sholat.

Sahabat dan Teman Tersayang

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, Asjom group (Tsalitsun

Nidhomul Khoiri, Eldi Tegar Prakoso, Rizkite Ade Putra, Ruli Apriadi dan

Kaharmiyandhika) kompak terus yo. Teman seperjuangan selama kuliah (Aris,

Cute, Farid, Adit dan Utman), untuk utman terus semangat, ayo buruan nyusul,

jangan putus asa hanya gara – gara cewek man, hehehe. Teman- teman Civen’D

dan teman- teman teknik sipil UMY angkatan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu terimakasih banyak telah memberi warna semasa kuliah. Teman

sekaligus adik sepupu saya (Muhammad Irsyad Rukmananda) terimakasih sudah

menjadi partner selama kuliah, susah senang kita jalani bersama, jangan pernah

bosan makan mi sama kecap, ayo buruan dikebut skripsinya biar bisa wisuda

bareng. Kakak senior saya mas Putra Pramugama terima kasih sudah memberikan

arahan dan bimbingannya. Akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian

semua. Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu

(7)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SIMBOL ... xiv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Masalah ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Umum ... 6

B. Keamanan Struktur ... 9

C. Penelitian Sebelumnya ... 10

BAB III LANDASAN TEORI ... 13

A. Kekuatan Perlu ... 13

(8)

ix

1. Lendutan seketika... 21

2. Lendutan jangka panjang ... 22

E. Metode Penelitian ... 23

1. Pembebanan ... 23

2. Analisis struktur ... 23

3. Perancangan elemen struktur ... 23

4. Perancangan tulangan pokok... 25

5. Perancangan tulangan geser ... 32

F. Analisis Pembetonan Struktur Portal ... 36

G. Analisis Beban Gempa ... 37

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

A. Tahapan Penelitian ... 46

B. Peraturan – Peraturan ... 48

C. Pengumpulan Data ... 48

D. Pengolahan Data ... 49

E. Pembahasan Hasil ... 50

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN ... 51

A. Beban mati, beban hidup, beban angin ... 52

B. Beban Angin ... 57

C. Beban Gempa ... 58

D. Perhitungan tulangan balok (SNI 03 – 2847 – 2002) ... 70

E. Perhitungan tulangan balok (SNI 2847:2013) ... 85

F. Perhitungan tulangan kolom ... 100

BAB VI PEMBAHASAN ... 109

A. Balok ... 109

1. Tulangan Lentur ... 109

(9)

x

A. Kesimpulan ... 141

B. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... xvii

(10)

xi

Gambar 1.1 Balok penampang persegi ... 4

Gambar 2.1 Tegangan tekan uji beton (Dipohusodo,1994) ... 8

Gambar 3.1 Gaya lintang rencana kolom... 20

Gambar 3.2 Penampang persegi tulangan rangkap, (a) Penampang balok, (b) Diagram regangan, (c) Diagram gaya tulangan tunggal dan pasangan kopel ... 25

Gambar 3.3 Penampang persegi kolom tulangan dalam keadaan seimbang, (a) Penampang kolom, (b) Diagram regangan, (c) Tegangan dan gaya – gaya dalam pada kolom ... 29

Gambar 3.4 Lokasi geser maksimum untuk perencanaan... 33

Gambar 3.5 Nilai SS pada tiap daerah di Indonesia ... 41

Gambar 3.6 Nilai S1 pada tiap daerah di Indonesia ... 41

Gambar 3.7 Spektrum respons desain ... 43

Gambar 4.1 Bagan alir proses pelaksanaan penelitian ... 47

Gambar 5.1 Struktur portal balok- kolom ... 51

Gambar 5.2 Peta wilayah nilai SS ... 59

Gambar 5.3 Peta wilayah nilai S1 ... 59

Gambar 5.4 Respon spektrum gempa rencana SNI 1726:2012 ... 63

Gambar 5.5 Penampang balok B0a ... 70

Gambar 5.6 Penampang balok persegi ... 85

Gambar 5.7 Penampang kolom K1 (60/40) ... 100

Gambar 6.1 Diagram batang perbandingan tulangan lentur balok pada posisi tumpuan ... 109

Gambar 6.2 Diagram batang perbandingan tulangan lentur balok pada posisi tumpuan (lanjutan) ... 110

(11)

xii

Gambar 6.6 Diagram batang perbandingan jarak tulangan geser balok

pada posisi tumpuan (lanjutan) ... 128

Gambar 6.7 Diagram batang perbandingan jarak tulangan geser balok

pada posisi lapangan ... 132

Gambar 6.8 Diagram batang perbandingan jarak tulangan geser balok

pada posisi lapangan (lanjutan) ... 132

Gambar 6.9 Diagram batang perbandingan tulangan lentur kolom ... 137

Gambar 6.10 Diagram batang perbandingan jarak tulangan geser kolom

pada posisi tumpuan ... 138

Gambar 6.11 Diagram batang perbandingan jarak tulangan geser kolom

(12)

xiii

Tabel 1.1 Kekuatan tekan rata – rata perlu bila data tidak tersedia

untuk menetapkan deviasi standar benda uji SNI 03 – 2847

- 2002 ... 2

Tabel 1.2 Kekuatan tekan rata – rata perlu bila data tidak tersedia untuk menetapkan deviasi standar benda uji SNI 2847:2013 ... 2

Tabel 3.1 Perbedaan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013 ... 34

Tabel 5.1 Nilai Penetrasi Standart ... 58

Tabel 5.2 Nilai koefisien situs, Fa ... 60

Tabel 5.3 Nilai koefisien situs, Fv ... 60

Tabel 5.4 Koordinat spektrum respon ... 63

Tabel 5.5 Hasil perhitungan berat dinding pada gedung ... 64

Tabel 5.6 Hasil perhitungan beban struktur mati pada gedung ... 65

Tabel 5.7 Beban mati akibat beban gravitasi pada tiap lantai ... 65

Tabel 5.8 Beban hidup sebesar 250 kg/m2 tiap lantai ... 66

Tabel 5.9 Beban hidup pada pelat bordes dan tangga ... 66

Tabel 5.10 Distribusi gaya lateral arah X ... 69

(13)

xiv Yogyakarta

Lampiran 3 Gambar Pemodelan Struktur Perencanaan Ulang di SAP

2000

Lampiran 4 Laporan Hasil Penyelidikan Tanah

Lampiran 5 Tabel Hasil Kebutuhan Tulangan Lentur Balok

Lampiran 6 Tabel Hasil Kebutuhan Tulangan Geser Balok

Lampiran 7 Tabel Hasil Kebutuhan Tulangan Lentur Kolom

Lampiran 8 Tabel Hasil Kebutuhan Tulangan Geser Kolom

Lampiran 9 Tabel Perbandingan Kebutuhan Tulangan Lentur Balok

Hasil Data Gambar Kerja Dengan Perencanaan Ulang

Menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013

Lampiran 10 Tabel Perbandingan Kebutuhan Tulangan Geser Balok

Hasil Data Gambar Kerja Dengan Perencanaan Ulang

Menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013

Lampiran 11 Tabel Perbandingan Kebutuhan Tulangan Lentur Kolom

Hasil Data Gambar Kerja Dengan Perencanaan Ulang

Menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013

Lampiran 12 Tabel Perbandingan Kebutuhan Tulangan Geser Kolom

Hasil Data Gambar Kerja Dengan Perencanaan Ulang

Menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013

Lampiran 13 Langkah- langkah analisis struktur dengan menggunakan

(14)

xv

c = jarak dari sumbu netral suatu elemen yang mengalami lentur, hingga serat yang mengalami regangan tekan maksimum, dinyatakan dalam mm

D = pengaruh dari beban mati

d1 = tebal suatulapisan tanah atau batuan di dalam lapisan 30 m paling atas

ds = tebal suatulapisan tanah non kohesif di dalam lapisan 30 m paling atas E = pengaruh beban gempa

e = eksentrisitas sesungguhnya, dalam mm, diukur dari denah antara titik pusat massa struktur di atas pemisahan isolasi dan titik pusat kekakuan sistem isolasi, ditambah dengan eksentrisitas tak terduga, dinyatakan dalam mm, diambil sebesar 5 persen dari ukuran maksimum bangunan tegak lurus dengan arah gaya yang ditinjau

Fa = koefisien situs untuk perioda pendek (pada perioda 0,2 detik) Fv = koefisien situs untuk perioda panjang (pada perioda 1 detik)

F1 Fx = bagian dari gaya geser dasar, V, pada tingkay i atau x

g =percepatan gravitasi, dinyatakan dalam meter per detik kuadrat (m/detik2)

h = tinggi rata-rata struktur diukur dari dasar hingga level atap

hi, hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x dinyatakan dalam meter (m) Ie = faktor keutamaan

k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur ̅ = kekakuan gedung

L = pengaruh beban hidup

MCE = gempa tertimbang maksimum

N = tahanan penetrasi standar

̅ = tahanan penetrasi standar rata-rata dalam lapisan 30 m paling atas

PI = indeks plastisitas tanah

R = beban air hujan

(15)

xvi persen

SMS = parameter percepatan respon spektral MCE pada perioda pendek yang

sudah disesuaikan terhadap pengaruh kelas situs

SM1 = parameter percepatan respon spektral MCE pada perioda 1 detik yang

sudah disesuaikan terhadap pengaruh kelas situs

T = perioda fundamental bangunan

V = geser desain total di dasar struktur dalam arah yang ditinjau

Vt = nilai desain dari gaya geser dasar akibat gempa Vx = geser gempa desain di tingkat x

W = beban angin

X = tingkat yang sedang ditinjau, 1 menandakan tingkat pertama setelah lantai dasar

= simpangan antar lantai tingkat desain

α = simpangan antar lantai yang diijinkan

x = defleksi pusat massa di tingkat x

xe = defleksi pada lokasi yang diisyaratkan dan ditentukan dengan analisis

elastis

(16)
(17)

xvii

2847:2013 menggantikan peraturan beton bertulang sebelumnya yaitu SNI

03-2847-2002. Dengan diterbitkannya SNI 2847:2013 di Indonesia, maka perlu dilihat

perbandingan antara SNI 2847:2013 dan SNI 03-2847-2002.

Pada penelitian ini dilakukan perencanaan ulang struktur balok-kolom

menggunakan SNI 03-2847-2002 dan SNI 2847:2013 dengan bantuan program SAP 2000 v14.1.0. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kebutuhan tulangan lentur dan tulangan geser balok-kolom dengan menggunakan SNI 03-2847-2002 dan

SNI 2847:2013 dengan data gambar kerja yang ada dilapangan. Balok yang ditinjau

adalah balok penampang persegi dengan berbagai tipe yaitu B0a, B0b, B0c, B0d,

B0e, B1a, B1b, B1c, B3b, B3c, B3d, B3e, B3f, B3g, B3h, Bordes, S1, S2, S3 dan S4.

Sedangkan kolom yang ditinjau adalah kolom penampang persegi dengan tipe kolom

K0, K0’, K1, K1’, K2 dan K3.

Hasil dari penelitian ini didapat perbandingan kebutuhan tulangan lentur dan

tulangan geser balok-kolom yang dianalisis menggunakan SNI 03-2847-2002 dan

SNI 2847:2013.

(18)

1

dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti. Pada bab pendahuluan memuat:

Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan batasan masalah.

A. Latar Belakang

Bangunan bertingkat merupakan suatu sistem yang mempunyai lapis lantai

lebih dari satu, umumnya bertingkat ke atas walaupun ada juga yang bertingkat ke

dalam tanah. Ditinjau dari ketinggian gedung dan spesifikasi perancangan dan

syarat-syarat, bangunan bertingkat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Bangunan bertingkat rendah (Low rise building): mempunyai 3-4 lapis lantai

atau ketinggian + 10 m.

2. Bangunan bertingkat tinggi (High rise building): mempunyai lapis lantai lebih

dari 4 dan ketinggian lebih dari 10 m.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka perencanaan bangunan

bertingkat juga ikut berkembang dengan mengacu pada peraturan – peraturan

terbaru saat ini. Pada perencanaan bangunan digunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan

yang terbaru yaitu SNI 2847:2013. Terdapat beberapa perbedaan diantara kedua

(19)

1. Kekuatan tekan rata – rata perlu

a. SNI 03 – 2847 – 2002

Tabel 1.1 Kekuatan tekan rata – rata perlu bila data tidak tersedia untuk

menetapkan deviasi standar benda uji SNI 03 – 2847 – 2002

Sumber: SNI 03 – 2847 – 2002

b. SNI 2847:2013

Tabel 1.2 Kekuatan tekan rata – rata perlu bila data tidak tersedia untuk

menetapkan deviasi standar benda uji SNI 2847:2013

Sumber: SNI 2847:2013

2. Tebal selimut beton minimum

Pada SNI 03 – 2847 – 2002 tebal selimut beton minimum adalah 15 mm

untuk batang tulangan D-16, jaring kawat polos P-16 atau ulir D-16 dan yang

lebih kecil, sedangkan pada SNI 2847:2013 tebal selimut beton minimum 13

mm untuk batang tulangan D-16, kawat M-16 ulir atau polos, dan yang lebih

kecil.

Kekuatan tekan disyaratkan,

MPa

Kekuatan tekan rata-rata

perlu, MPa f’c<21 f’cr=f’c + 7,0 21 ≤ f’c≤35 f’cr = f’c + 8,5

f’c > 35 f’cr =f’c + 10

Kekuatan tekan disyaratkan,

MPa

Kekuatan tekan rata-rata

perlu, MPa

f’c<21 f’cr=f’c + 7,0

21 ≤ f’c ≤35 f’cr = f’c + 8,3

(20)

3. Kekuatan perlu

a. SNI 03 – 2847 – 2002

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, beban atap A

atau beban hujan R, beban angin W, dan beban gempa E, paling tidak

harus sama dengan persamaan (1-1) dan (1-6)

U = 1,4D (1-1)

U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (A atau R) (1-2)

U = 1,2D + 1,0L ± 1,6W + 0,5 (A atau R) (1-3)

U = 0,9D ± 1,6W (1-4)

U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E (1-5)

U = 0,9D ± 1,0E (1-6)

b. SNI 2847:2013

Kekuatan U harus paling tidak sama dengan pengaruh beban terfaktor

dalam persamaan (1-7) sampai (1-14)

U = 1,4D (1-7)

U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) (1-8) U = 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W) (1-9) U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R) (1-10)

U = 1,2D + 1,0E + 1,0L (1-11)

U = 0,9D + 1,0W (1-12)

U = 0,9D + 1,0E (1-13)

4. Faktor reduksi kekuatan (ϕ)

Pada SNI 03 – 2847 – 2002 untuk komponen struktur dimana fy tidak

melampaui 400 MPa, dengan tulangan simetris, dan dengan (h d’ - ds) / h

tidak kurang dari 0,70, maka nilai ϕ boleh ditingkatkan secara linier menjadi

0,80. Sedangkan pada SNI 2847:2013 untuk komponen struktur dimana fy tidak melampaui 420 MPa, dengan tulangan simetris, dan dengan (d d) / h

tidak kurang dari 0,70, maka nilai ϕ boleh ditingkatkan secara linier menjadi

(21)

\

L

Tumpuan Lapangan Tumpuan

(1/4L) (1/2L) (1/4L)

Gambar 1.1 Balok penampang persegi

Hal terpenting dalam perencanaan bangunan adalah analisis struktur. Pada

zaman modern seperti saat ini terdapat beberapa software yang bisa dipakai dalam

analisis struktur diantaranya SAP 2000, ETABS, dll.

Dalam penelitian ini dilakukan perancangan ulang struktur balok dan

kolom menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013 dengan bantuan

program SAP 2000 terhadap data di lapangan.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah perbandingan tulangan

lentur dan geser pada elemen balok dan kolom hasil perancangan ulang

menggunakan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013 dari hasil perancangan

awal (dilapangan).

h d

d’

b

(22)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari perancangan ulang gedung City Hub Hotel Yogyakarta ini adalah:

1. Merancang ulang tulangan lentur dan tulangan geser pada balok dan kolom

gedung City Hub Hotel Yogyakarta dengan mengacu pada SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013.

2. Membandingkan antara hasil perancangan ulang tulangan lentur dan geser

pada balok dan kolom dengan data yang ada di lapangan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penulangan mana yang lebih baik antara SNI 03 – 2847 – 2002

dengan SNI 2847:2013.

2. Mengetahui selisih antara jumlah tulangan hasil perancangan ulang dengan

jumlah tulangan di lapangan.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian perancangan ulang gedung City Hub Hotel Yogyakarta antara lain :

1. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000 v14.1.0 (Structure Analysis Program 2000 v14.1.0).

2. Mengacu pada peraturan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013.

3. Perencanaan struktur menggunakan mutu beton dengan kuat desak rencana

(fc’) = 30 MPa.

4. Perencanaan struktur menggunakan baja tulangan polos (BJTP) tegangan leleh

(fy) = 240 MPa, sedangkan untuk baja tulangan ulir (BJTD) tegangan leleh

(fy) = 390 MPa.

5. Tidak menghitung perencanaan pondasi.

6. Tidak menghitung perencanaan atap.

(23)

6

teori yang melandasi dilakukannya penelitian. Teori yang ada pada tinjauan

pustaka menerangkan hubungan antara beberapa konsep yang digunakan untuk

menjelaskan masalah penelitian. Tinjauan pustaka berisi tinjauan umum dan

tinjauan khusus

A. Tinjauan Umum

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, betu pecah,

atau agregat – agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang

terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu

atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan

karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan waktu pengerasan. (Mc Cormac, 2004: 1).

Beton bertulang adalah beton yang menggunakan tulangan dengan jumlah

dan luas tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau

tanpa pratekan dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material

bekerja bersama – sama dalam menahan gaya yang bekerja (Mulyono, 2004).

Balok didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal dengan

bentang yang arahnya horizontal, sedangkan kolom ialah suatu struktur yang

mendukung beban aksial dengan/tanpa momen lentur. Selanjutnya balok dan

kolom ini menjadi satu kesatuan yang kokoh dan sering disebut sebagai kerangka

(portal) dari suatu gedung.

Pada balok beton bertulang ini, tulangan baja ditanam di dalam beton

sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen

(24)

Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa, diperlukan standar

dan peraturan perencanaan bangunan untuk menjamin keselamatan penghuni

terhadap gempa besar yang mungkin terjadi serta menghindari dan

meminimalisasi kerusakan struktur bangunan dan korban jiwa terhadap gempa

bumi yang sering terjadi (Budiono, 2011).

Perencanaan gedung tahan gempa dilakukan agar gedung dapat menahan

gempa besar tanpa menyebabkan keruntuhan (collapse), walaupun struktur telah mengalami kerusakan berat (large damage). Dengan demikian dapat mengurangi korban jiwa yang disebabkan oleh gempa (Nasution, 2009).

Saat terjadinya gempa struktur harus bersifat daktail, yang artinya saat

menerima beban sampai melebihi kuat elastisnya struktur tidak langsung rusak,

namun berubah bentuk terlebih dahulu secara plastis sampai batas tertentu. Pada

struktur beton yang terdiri dari beton dan tulangan maka dapat bersifat daktail

seperti tulangan baja dan dapat bersifat getas seperti beton (Nasution, 2009).

Standar peraturan perencanaan bangunan beton bertulang di Indonesia

mengacu kepada dua peraturan baru yang terbit pada tahun 2013 , yaitu SNI

2847:2013 yang menggantikan peraturan SNI 03 – 2847 – 2002 tentang Tata

Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncanakan mampu

menahan beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor

keamanan tertentu. Faktor keamanan ini terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada

struktur, disebut faktor beban.

2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam),

disebut faktor reduksi kekuatan (Ansori, 2010).

Struktur dan komponen struktur direncanakan hingga semua penampang

mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung

(25)

Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI

03-2847-2002 (Nasution, 2009).

Anggapan- anggapan yang dipakai sebagai dasar untuk metode kekuatan

(ultimit) pada dasarnya sama dengan yang dipakai untuk metode tegangan kerja.

Perbedaannya hanya pada kenyataan yang didapat dari berbagai hasil penelitian

bahwa tegangan beton tekan kira – kira sebanding dengan regangannya hanya

sampai pada tingkat pembebanan tertentu, pada tingkat pembebanan ini, apabila

beban ditambah terus, keadaan sebanding akan lenyap dan diagram tegangan

tekan pada penampang balok beton akan setara dengan kurva tegangan regangan

beton tekan terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Tegangan tekan uji beton (Dipohusodo,1994)

Gambar 2.1 menjelaskan tentang tegangan tekan uji beton. Grafik pada

gambar diatas menjelaskan bahwa tegangan maksimum (kuat tekan maksimum)

(26)

Pada metode tegangan kerja, beban yang diperhitungkan adalah beban

kerja service load, sedangkan komponen struktur direncanakan berdasarkan pada nilai tegangan tekan lentur ijin yang umumnya ditentukan bernilai 0,45 fc’ dimana

pola distribusi tegangan tekan linier berbanding lurus dengan jarak terhadap garis

netral, sedangkan pada metode kekuatan ultimit service load diperbesar, dikalikan suatu faktor beban dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada

saat keruntuhan telah di ambang pintu. Kemudian dengan menggunakan beban

kerja yang sudah diperbesar (beban berfaktor) tersebut, struktur direncanakan

sedemikian sehingga didapat nilai kuat guna pada saat runtuh yang besarnya kira-

kira lebih kecil dari kuat batas runtuh sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh

tersebut dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan

saat runtuh dinamakan beban ultimit.

B. Keamanan Struktur

Untuk mendapatkan struktur yang aman terhadap beban yang bekerja

selama masa penggunaan bangunan, diperlukan pengetahuan tentang beban –

beban yang bekerja, meliputi beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban

angina. Bila intensitas dan efek beban yang bekerja diketahui dengan pasti, maka

struktur dapat dibuat aman dengan cara memberikan kapasitas kekuatan yang

lebih besar daripada efek beban yang bekerja. (Wahyudi dan Rahim, 1997).

Suatu struktur harus aman terhadap keruntuhan dan bermanfaat dalam

penggunaannya. Struktur harus memenuhi syarat bahwa lendutan – lendutan yang

terjadi cukup kecil, retak – retak apabila ada, harus diusahakan berada dalam batas

– batas yang masih dapat ditolerir dan juga getaran – getaran yang terjadi harus diusahakan seminimum mungkin (Winter dan Nilson, 1993).

Keamanan mensyaratkan bahwa suatu struktur harus mempunyai kekuatan

yang cukup untuk memikul semua beban yang mungkin bekerja padanya. Apabila

kekuatan dari suatu struktur yang dibangun sesuai dengan yang direncanakan,

(27)

struktur sedikit lebih besar dari beban – beban yang telah diketahui akan bekerja

pada struktur tersebut (Winter dan Nilson, 1993).

Dalam analisis perencanaan dan pembangunan struktur – struktur beton

bertulang terdapat sejumlah sumber ketidakpastian yang memerlukan suatu factor

keamanan tertentu. Sumber – sumber ketidakpastian tersebut antara lain:

1. Besar beban yang sebenarnya terjadi dapat berbeda dengan beban yang

ditentukan dalam perencanaan.

2. Beban yang sebenarnya bekerja pada struktur mungkin didistribusi dengan

cara yang berbeda dari yang ditentukan dalam perencanaan.

3. Asumsi – asumsi dan penyederhanaan – penyederhanaan yang dilakukan di

dalam analisis struktur bisa memberikan hasil perhitungan pembebanan seperti

momen, geser dan lain – lainnya yang berbeda dengan besar gaya – gaya yang

sebenarnya bekerja pada struktur.

4. Perilaku struktur yang sebenarnya dapat berbeda dari perilaku yang

dimisalkan dalam perencanaan, disebabkan karena tidak sempurnanya

pengetahuan mengenai kenyataan yang sesungguhnya terjadi.

5. Kekuatan material yang sesungguhnya mungkin berbeda dari yang ditetapkan

oleh perencana.

C. Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hernawan Makmur Hidayat pada tahun 2015

yang berjudul “PERBANDINGAN ANALISIS KEKUATAN KOLOM BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI BERDASARKAN SNI

03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013” menyimpulkan bahwa kolom yang

dianalisis menggunakan SNI 2847:2013 memberikan kapasitas dukung kolom

yang lebih besar dibandingkan dengan kolom yang dianalisis menggunakan

SNI 03-2847-2002, dimana kapasitas dukung kolom yang lebih besar tersebut

dalam sebuah diagram interaksi kolom terletak pada saat penampang kolom

(28)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Olan Oka Yolanda pada tahun 2013 yang

berjudul “REDESAIN STRUKTUR BANGUNAN HOTEL ULTIMA HORISSON RISS YOGYAKARTA DENGAN PENYEDERHANAAN

SISTEM BALOK LANTAI” menyimpulkan bahwa dari hasil redesain diperoleh pada pelat lantai, balok, kolom dan shearwall terjadi penurunan yang signifikan terhadap berat total tulangan terhadap kondisi eksisting. Untuk

pelat lantai sebesar 20,69%, untuk balok sebesar 20,24%, untuk kolom sebesar

44,29% dan untuk shearwall sebesar 28,15%.

3.

Muchlisin (2013) dalam penelitian yang berjudul “REDESAIN STRUKTUR

PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG” menjelaskan

bahwa mutu beton gedung Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pondasi, balok, kolom, pelat lantai dan tangga direncanakan menggunakan mutu beton K-300 (fc 24,9 Mpa), dan mutu tulangan baja Fy 2400 kg/cm2 atau U24 (tulangan polos) untuk diameter < diameter 13.

4. Aldyan Wigga Okiyarta dan Fajar Nurjihad Cristian (2014) dalam penelitian

yang berjudul “REDESAIN PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL CITY

ONE JALAN VETERAN SEMARANG” menyimpulkan bahwa luas penampang dan luas penulangan balok induk redesain lebih besar dari desain

lama, hal ini disebabkan jarak antar kolom meningkat disertai beban yang

harus ditahan balok juga meningkat.

5. Ricky Imanda dan Ray Irwan Maulana Cristian (2014) dalam penelitian yang

berjudul “PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GET’S SEMARANG”

menyimpulkan bahwa dalam perencanaan struktur gedung ini menggunakan

konsep disain kapasitas strong column-weak beam (SCWB) dan system rangka pemikul momen khusus (SRPMK), sehingga apabila level beban terlampaui

maka joint balok dan joint kolom paling bawah terjadi sendi plastis, sehingga tidak sampai mengalami keruntuhan total pada saat terjadi gempa kuat dengan

(29)

balok-kolom tidak boleh gagal sewaktu menerima gaya yang besar dari balok ke

(30)

13

Kuat perlu adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang

yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam

yang berkaitan dengan beban tersebut.

Menurut SNI 2847:2013 kekuatan perlu U harus paling tidak sama dengan

pengaruh beban terfaktor dalam pers (3.1) sampai (3.7).

U = 1,4D (3.1)

U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R) (3.2)

U = 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W) (3.3) U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R) (3.4)

U = 1,2D + 1,0E + 1,0L (3.5)

U = 0,9D + 1,0W (3.6)

U = 0,9D + 1,0E (3.7)

kecuali sebagai berikut:

(a) Faktor beban pada beban hidup L dalam Pers. (3.3) sampai (3.5) diizinkan

direduksi sampai 0,5 kecuali untuk garasi, luasan yang ditempati seb agai

tempat perkumpulan publik, dan semua luasan dimana L lebih besar dari 4,8

kN/m2.

(b) Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6W harus digunakan sebagai pengganti dari 1,0W dalam Pers. (3.4) dan (3.6), dan 0,8W harus digunakan sebagai pengganti dari 0,5W dalam Pers. (3.3).

(c) Dihilangkan karena tidak relevan, sesuai dengan yang terlampir di daftar

(31)

Untuk standar SNI 03 – 2847 – 2002 di jelaskan secara detail sebagai

berikut :

1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan

U = 1,4 D (3.8)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D , beban hidup L, dan juga beban

atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) (3.9)

2. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam

perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus

ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:

U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 ( A atau R) (3.10)

Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L

yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya,

yaitu :

U = 0,9 D ± 1,6 W (3.11)

Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D , L dan W, kuat perlu U

tidak boleh kurang dari persamaan (ii).

3. Bila ketahanan struktur terhadap gempa E harus diperhitungkan dalam

perencanaan , maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai berikut :

U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E (3.12)

1)

Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 jika beban angin W

(32)

2)

Faktor beban untuk L boleh direduksi menjadi 0,5 kecuali untuk ruangan

garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangan yang beban hidup L – nya

lebih besar daripada 500 kg/m2

Atau

U = 0,9 D ± 1,0 E (3.13)

Dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03 – 1726 – 1989

– F, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau penggantinya.

4. Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan,

maka pada persamaan ii, iv dan vi ditambahkan 1,6 H, kecuali bahwa pada

keadaan dimana aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka

beban H tidak perlu ditambahkan pada persamaan iv dan vi.

5. Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat tekanan fluida, F, yang berat

jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya

terkontrol, diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut harus

dikalikan dengan faktor beban 1,4 dan ditambahkan pada persamaan i, yaitu:

U = 1,4 (D + F) (3.14)

Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan

fantor beban 1,2 dan ditambahkan pada peramaan ii.

6. Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan

maka pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L.

7. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut,

ekspansi beton, atau perubahan suhu harus didasarkan pada pengkajian yang

realistis dari pengaruh tersebut selama masa pakai

(33)

B. Kuat Rencana

Kuat rencana adalah kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi

kekuatan.

Untuk menentukan kuat rencana suatu komponen struktur, maka dihitung

berdasarkan ketentuan dan asumsi yang tertera pada SNI – 03 – 2847 – 2002 pasal

11.2 (3) yaitu:

1. Lentur, tanpa beban aksial. ... 0,80

2. Beban aksial, dan beban aksial lentur. (Untuk beban aksial lentur, kedua nilai

kuat nominal dari beban aksial dan momen harus dikalikan dengan nilai ø

tunggal yang sesuai ini:

a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ... ... ... 0,80

b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur:

komponen struktur dengan tulangan spiral... 0,70

komponen struktur lainnya ... 0,65

kecuali untuk nilai aksial tekan yang rendah, nilai ϕ boleh ditingkatkan, komponen struktur dimana fy tidak melampui 400 MPa, dengan tulangan

simetris dan dengan (h-d’-ds)/h tidak kurang dari 0,7, maka nilai ϕ boleh ditingkatkan secara linear menjadi 0,80 seiring dengan berkurangnya ϕPndari 0,10 fc’ Agke nol, komponen struktur beton bertulang yang lain, nilai ϕ boleh ditingkatkan secara linear menjadi 0,80 seiring dengan berkurangnya ϕPndari nilai terkecil 0,10 fc’ Agdan Pbke nol.

3. Geser dan torsi ... 0,75

Kecuali pada struktur yang bergantung pada sistem rangka pemikul khusus

atau sistem dinding khusus untuk menahan pengaruh gempa ini.

a. Faktor reduksi untuk geser pada komponen struktur penahan gempa yang

kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang timbul

(34)

b. Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi faktor

reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen vertikal

dari sistem pemikul beban lateral.

c. Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang diberi

tulangan diagonal. ... ... 0,80

4. Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengakuran pasca tarik ... 0.55

5. Daerah pengakuran pasca tarik ... 0.85

C. Perancangan Dimensi Struktur

Perancangan dimensi struktur meliputi penentuan dimensi balok dan

penentuan dimensi kolom.

1. Penentuan Dimensi Balok

Balok adalah bagian dalam struktur yang berfungsi sebagai pendukung

beban horisontal dan vertikal, beban horisontal yaitu terdiri dari beban gempa

dan beban angin, sedangkan beban vertikal yaitu terdiri dari beban mati dan

beban hidup yang di terima plat lantai , berat sendiri balok dan berat dinding

penyekat yang ada di atasnya.

Komponen struktur penahan gempa pada balok untuk gaya tekan

aksial yang bekerja pada balok tidak boleh melebihi 0,1Ag fc. Pada kedua

ujung balok, sengkang harus disediakan panjangnya tidak kurang dari 2h

diukur dari muka komponen struktur penumpu ke arah tengah bentang.

Sengkang pertama harus ditempatkan tidak lebih dari 50 mm dari muka

komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tidak boleh melebihi yang

terkecil dari :

a. d/4

b. delapan kali diameter batang tulangan longitudinal terkecil

c. 24 kali diameter batang tulangan sengkang

(35)

Pada daerah yang tidak membutuhkan sengkang tertutup, sengkang

dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang pada spasi tidak lebih

dari d/2 di sepanjang komponen struktur.

a. Perancangan balok terhadap beban lentur

Pada peraturan SNI 2847:2013 terdapat ketentuan penulangan

komponen balok sebagai berikut :

As ,min = .bw d ... (3.16)

Dan tidak boleh lebih kecil dari 1,4 bwd / fy ... (3.17)

Keterangan :

bw = Lebar balok ( mm )

d = Tinggi efektif balok (mm )

fy = Mutu Baja ( MPa )

fc’ = Mutu Beton ( MPa)

b. Perancangan balok terhadap gaya geser

SNI 2847:2013 memberikan standar untuk kuat geser rencana

balok untuk Sistem Rangka Momen Menengah tidak boleh kurang dari:

1. Jumlah geser yang terkait dengan pengembangan kekuatan lentur

balok pada setiap ujung bentang bersih yang terkekang akibat lentur

kurvatur balik dan geser yang dihitung untuk beban gravitasi terfaktor

2. Geser maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban desain yang

melibatkan beban gempa dengan nilai beban gempa diasumsikan

sebesar dua kali yang ditetapkan oleh tata cara bangunan umum yang

(36)

2. Penentuan Dimensi Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul

beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang

memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada

suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya

(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse)

seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom harus memperhitungkan secara teliti dengan memberikan kekuatan

lebih tinggi daripada komponen struktur lainnya.

a. Kuat lentur kolom dan gaya aksial maksimum

SNI 2847:2013 pada pasal 10.9 , komponen kolom memberikan

batasan tulangan longitudinal yaitu :

1. Luas tulangan longitudinal, Ast, untuk kompon en struktur tekan

non-komposit tidak boleh kurang dari 0,01 Ag atau lebih dari 0,08 Ag . 2. Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen

struktur tekan adalah 4 untuk batang tulangan di dalam sengkang

pengikat segi empat atau lingkaran, 3 untuk batang tulangan di dalam

sengkang pengikat segi tiga, dan 6 untuk batang tulangan yang

dilingkupi oleh spiral.

Untuk kuat tekan maksimum kolom sesuai dengan ketentuan yang

ada di SNI 2847:2013 sebagai berikut :

1) Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan spiral:

ϕPn (max) = 0.85ϕ [0.85 fc’( Ag - Ast ) + fy Ast ] ... (3.18)

2) Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan pengikat :

(37)

b. Kuat geser kolom

SNI 2847:2013 memberikan ketentuan kuat geser rencana kolom

untuk Sistem Rangka Momen Menengah tidak boleh kurang dari :

1. Geser yang terkait dengan pengembangan kekuatan momen nominal

kolom pada setiap ujung terkekang dari panjang yang tak tertumpu

akibat lentur kurvatur balik. Kekuatan lentur kolom harus dihitung

untuk gaya aksial terfaktor, konsisten dengan arah gaya lateral yang

ditinjau, yang menghasilkan kekuatan lentur tertinggi sesuai dengan

gambar 3.1.

2. Geser maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban desain yang

melibatkan beban gempa , dengan beban gempa ditingkatkan oleh

faktor amplifikasi untuk memperhitungkan kekuatan lebih sistem

penahan gaya seismik yang ditetapkan sesuai dengan tata cara

bangunan gedung umum yang diadopsi secara legal.

Gambar 3.1 Gaya lintang rencana kolom

Gambar 3.1 menjelaskan gaya lintang rencana yang terjadi pada

kolom. Kekuatan lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial

terfaktor, konsisten dengan arah gaya lateral yang ditinjau. Gaya

(38)

Ketentuan pemasangan tulangan sengkang harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1. Pada kedua ujung kolom, sengkang harus disediakan dengan spasi so

sepanjang panjang o diukur dari muka joint. Spasi so tidak boleh

melebihi yang terkecil dari :

a. Delapan kali diameter batang tulangan longitudinal terkecil yang

dilingkupi;

b. 24 kali diameter batang tulangan begel;

c. Setengah dimensi penampang kolom terkecil;

d. 300 mm.

Panjang o tidak boleh kurang dari yang terbesar dari :

e. Seperenam bentang bersih kolom;

f. Dimensi penampang maksimum kolom;

g. 450 mm.

2. Sengkang tertutup pertama harus ditempatkan tidak lebih dari so/2 dari

muka joint.

D. Kemampuan Layan

1. Lendutan seketika

Menurut SNI 2847:2013 Komponen struktur beton bertulang yang

mengalami lentur harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup

untuk membatasi defleksi atau deformasi apapun yang dapat memperlemah

kekuatan ataupun mengurangi kemampuan layan struktur pada beban kerja.

Besarnya lendutan seketika dapat dihitung dengan menggunakan momen

inersia efektif, Ie berdasarkan persamaan berikut :

Keterangan :

Ie = momen inersia efektif untuk perhitungan defleksi.

Ie = 3Ig +[1- 3 ] Icr ... ( 3.20)

dimana

(39)

Mcr = ... (3. 21)

Dan

fr = 0.62 λ ... (3. 22)

Keterangan :

Yt = Jarak garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja) ke

muka tarik.

Icr = Momen inersia penampang retak transformasi.

Ig = Momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang

Ma = Momen maksimum saat lendutan dihitung.

2. Lendutan jangka panjang

Dalam suatu komponen stuktur beton terulang , lendutaan jangka

panjang akan terjadi atau timbul secara berkelanjutan dalam waktu yang lama.

Lendutan ini terutama disebabkan oleh beton yang berongga dan susut pada

bahan beton, yang menggakibatkan bertambahnya regangan. Untuk

menentukan nilai lendutannya dinyatakan pada persamaan :

λΔ =

... (3. 23)

Keterangan :

Ρ’ =Nilai pada tengah bentang untuk balok sederhana dan balok menerus dan nilai pada tumpuan untuk balok kantilever.

ξ = faktor tergantung waktu untuk beban tetap. boleh diasumsikan sama dengan:

5 tahun atau lebih ξ = 2,0

12 bulan ξ = 1,4

6 bulan ξ = 1,2

(40)

E. Metode Penelitian

1. Pembebanan

Kombinasi beban dan faktor beban hanya digunakan pada kasus-kasus

dimana kombinasi pembebanan dan beban terfaktor tersebut secara spesifik

diatur oleh standar perencanaan yang sesuai. Efek beban pada setiap

komponen struktur harus ditentukan dengan metode analisis struktur yang

memperhitungkan keseimbangan, stabilitas, kompatibilitas geometrik, sifat

bahan jangka pendek ataupun jangka panjang. Komponen struktur yang

cenderung mengalami deformasi secara kumulatif pada beban kerja yang

berulang harus memperhitungkan eksentrisitas yang terjadi selama umur layan

bangunan gedung.

Semua komponen struktur dan sistemnya, harus didesain utuk

menahan beban gempa dan angin dengan mempertimbangkan beberapa efek.

Jika semua atau sebagian dari gaya penahan ini diperoleh dari beban mati,

beban mati tersebut diambil sebagai beban mati minimum. Gaya tersebut

mengakibatkan lendutan vertikal dan horizontal yang harus diperhitungkan.

2. Analisis struktur

Semua yang terjadi pada batang yang digunakan untuk perencanaan

komponen struktur didapat dari hasil analisis statis daktilitas penuh

menggunakan program SAP 2000 (Structure Analisys Program 2000 v.14) dengan pemodelan portal 3D.

3. Perancangan elemen struktur

Standar yang digunakan dalam men-desain komponen struktur yang menerima beban lentur dan beban aksial dari kombinasi antara keduaanya

yaitu:

a. Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan berbanding lurus

(41)

b. Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton

terluar harus diasumsikan sama dengan 0,003.

c. Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kekuatan leleh

fy harus diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan yang

nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan fy,

tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan fy.

d. Dalam perhitungan aksial dan lentur beton bertulang, kekuatan tarik beton

harus diabaikan.

e. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton

boleh diasumsikan berbentuk persegi, trapesium, parabola, atau bentuk

lainnya yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang cukup baik bila

dibandingkan dengan hasil pengujian tekan. Ketentuannya sebagai berikut:

1. Tegangan beton sebesar 0,85fc’ diasumsikan terdistribusi secara merata pada daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang

dan suatu garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a = β1c

dari serat dengan regangan tekan maksimum.

2. Jarak dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral, c, harus

diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu netral

3. Untuk fc’ antara 17 dan 28 MPa, β1harus diambil sebesar 0,85. Untuk

fc’ diatas 28 MPa, β1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap

kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa di atas 28 MPa, tetapi β1 tidak boleh

diambil kurang dari 0,65.

Menurut SNI 2847:2013 Pasal 10.3.2 menyebutkan bahwa Kondisi

regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan tarik mencapai

regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh (fy) pada saat yang

bersamaan dengan tercapainya regangan batas 0,003 pada bagian beton yang

(42)

4. Perancangan tulangan pokok a. Balok

Penulangan hendaknya dipakai dengan menggunakan tulangan

rangkap, dikarenakan selain diperlukan untuk mengaitkan sengkang, juga

memiliki fungsi yang lain , seperti berikut :

1. Meningkatkan besar momen yang dapat dipikul

2. Meningkatkan kapasitas rotasi penampang yang berkaitan dengan

peningkatan daktalitas penampang

3. Meningkatkan kekakuan penampang

4. Dapat mengatasi kemungkinan momen berubah arah yang diakibatkan

oleh beban gempa.

Dari standar dasar yang digunakan maka dapatlah diagram

tegangan dan regangan balok seperti pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penampang persegi tulangan rangkap, (a) Penampang balok,

(b) Diagram regangan, (c) Diagram gaya tulangan tunggal dan pasangan

kopel.

Pada gambar 3.2 dijelaskan mengenai balok penampang persegi tulangan

rangkap. Dalam perancangan tulangan pokok, penulangan hendaknya

dipakai dengan menggunakan tulangan rangkap, dikarenakan selain

diperlukan untuk mengaitkan sengkang juga untuk meningkatkan besar

(43)

1. Tulangan Tarik

... (3. 24)

... (3. 25)

( √ ) ... (3. 26)

... (3. 27)

... (3. 28)

... (3. 29)

: untuk fc’ ≤ 28 MPa

: untukfc’ ≤

28 MPa ( tidak boleh < 0,65)

... (3. 30)

2. Tulangan Tekan

Rasio tulangan tarik dengan tulangan tekan harus lebih besar

dari 0,5 sehingga:

As’ > 0,5 . As

(44)

Dari tulangan yang terpasang kemudian dilakukan pemeriksaan

kuat momen yang dapat dipikul balok dengan anggapan-anggapan sebagai

berikut ini:

a. Kedua Tulangan Leleh

Dari diagram tegangan didapat keseimbangan gaya horizontal sebagai

berikut:

Cc + Ct = Ts ... (3.31)

Cc = 0.85.fc’.a.b

Ct = As’.fs’

Ts = As.fs

fs’ = fs fy

0,85.fc’.a.b + As’.fy = As.fy ... (3.32)

a = ( )

... (3.33)

b. Tulangan tarik leleh ( fs = fy ), tulangan tekan belum leleh (fs≠ fy)

Cc = 0.85.fc’.a.b

Ct = As’.fs’

Ts = As.fs

Cc + Ct = Ts

0,85.fc’.a.b + As’.fs’ = As.fy ... (3.34)

a =

... (3.35)

fs = Es

Dari diagram regangan dengan menggunakan prinsip segitiga

sebangun maka :

. 0,003

Sehingga:

fs’ = ... (3.36)

c. Kedua tulangan belum leleh

(45)

Ct = As’.fs’ Ts = As.fs

Cc + Ct = Ts

0,85.fc’.a.b + As’.fs’ = As.fy... (3.37)

a =

... (3.38)

fs = .Es

Dari diagram regangan didapat :

fs = ... (3.39)

Mn1 = 0,85 . fc’. a .b (d –a/2) ... (3.40) Mn2 = As’ . fs’ . (d–d’) ... (3.41)

Momen nominal (Mn) balok

Mn = Mn1+ Mn2 ... (3.42)

b. Kolom

Kondisi penulangan seimbang merupakan kondisi dimana

penampang beton denganluas tulangan tertentuapabila terjadi beban

puncak, maka regangan tekan beton mencapai regangan maksimum 0,003

dan regangan baja tarik mencapai tegangan leleh fy. Pengecekan kapasitas

(46)

Gambar 3. 3 Penampang persegi kolom tulangan dalam keadaan seimbang

(a) Penampang kolom, (b) Diagram regangan (c) Tegangan dan gaya-gaya

dalam pada kolom.

(Pramugama Putra, Tugas Akhir 2015)

Mencari letak garis c didapat dari asumsi tipe keruntuhan tulangan yang

terjadi

1. Tulangan tarik leleh, tekan belum

... (3.43)

sehingga,

.. (3.44)

2. Kedua tulangan leleh

sehingga,

... (3.45)

(47)

3. Tulangan tekan leleh

c. Pembebanan momen akibat kelangsingan kolom

Menurut SNI 2847:2013 mensyaratkan untuk pengaruh kelangsingan dapat diabaikan jika :

, untuk komponen struktur ditahan terhadap

goyangan kesamping .

, untuk komponen struktur yang tidak ditahan terhadap

goyangan.

Keterangan :

k = Faktor panjang efektif untuk kolom

lu = Panjang komponen kolom

r = Jari – jari potongan lintang kolom √ ; ditetapkan 0,3 h dengan h adalah lebar kolom pada arah bekerjanya momen.

M1 = momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada kolom, diambil

sebagai positif jika kolom dibengkokkan tunggal, dan negatif jika

dibengkokkan ganda.

(48)

Pembesaran momen dihitung dengan persamaan berikut :

Mc = b M2b + s.M2s untuk kolom tanpa pengaku ... (3.46)

Mc = b M2b , untuk kolom dengan pengaku ... (3.47)

Keterangan :

Mc = momen terfaktor yang digunakan untuk perancangan komponen

kolom.

b = faktor pembesar untuk momen akibat beban yang tidak

menimbulkan goyangan,

s =faktor pembesar untuk momen akibat beban yang menimbulkan:

Nilai b dan s dihitung dengan rumus :

b =

... (3.48)

s = ... (3.49)

Jika smelebihi 1,5 maka boleh dihitung menggunakan:

s =

... (3.50)

Cm = 0,6 + 0,4 M1/M2 ... (3.51)

Pc =

Untuk EIK dapat ditetapkan sebagai berikut:

EIK =

... (3.52)

(49)

EIB =

... (3.53)

Keterangan :

d = rasio dari momen akibat beban mati aksial terfaktor maksimum

terhadap momen akibat beban aksial terfaktor maksimum,

Pu = beban aksial terfaktor yang ditahan kolom,

k = faktor panjang efektif kolom,

apabila nilai

yang didapat lebih dari (15,24 + 0,03 h) mm, maka nilai M2b paling sedikit harus dipertimbangkan dengan emin = (15,24 +

0,03 h) mm.

5. Perancangan tulangan geser

Dasar perencanaan penulangan geser adalah menyediakan kebutuhan

jumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap

retak tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mencegah bukaan retak lebih

lanjut. Penulangan geser dilakukan dengan beberapa cara sesuai, sebagai

berikut ini.

a. Sengkang vertikal

b. Jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial

c. Sengkang miring atau diagonal

d. Batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara

membengkokkan batang tulangan pokok balok di tempat – tempat yang

diperlukan.

e. Tulangan spiral

Gaya geser terfaktor (Vu) maksimum rencana dihitung berdasarkan

SNI 2847 pasal 13.1.3.1, yaitu gaya geser pada jarak d dari muka tumpuan,

(50)

Gambar 3.4 Lokasi geser maksimum untuk perencanaan

(Sumber: SNI 2847:2013 Gambar S11.1.3.1)

Gambar 3.4 menjelaskan geser yang terjadi pada balok. Terlihat

pada gambar bahwa balok dengan tumpuan yang berbeda maka akan

menerima geser yang berbeda pula.

Kuat geser penampang direncanakan dengan persamaan:

... (3.54)

Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditunjau danVn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari:

... (3.55) Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton, untuk balok

kuat Vc dihitung dengan persamaan:

... (3.56)

atau untuk lebih rinci dapat dihitung dengan,

Vc = √ ... (3.57)

(51)

Vc ( √ )

kolom kuat Vc dihitung dengan persamaan:

Vc = 0.17( ) √ ... (3.58)

nilai Vc lebih rincinya dapat dihitung dengan persamaan:

Vc = √ ... (3.59)

Dengan :

Mm = Mu Nu ... (3.60)

Nilai

dapat diambil dengan 1, tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada:

Vc = 0.29λ√ √ ... (3.61)

besaran

harus dinyatakan dalam MPa bila Mm bernilai negatif, maka Vc

harus dihitung dengan persamaan 3.61.

Perbedaan mendasar dalam perhitungan beton untuk mendesain

bangunan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Perbedaan SNI 03 – 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013

No. Perbedaan SNI – 03 – 2847 – 2002 SNI 2847:2013

1. a. Kekuatan tekan rata-

rata perlu, untuk

kekuatan tekan

21 ≤ f’c ≤35

(52)

b. Kekuatan tekan rata-

minimum untuk batang

tulangan D-16, jaring

kawat polos P-16 atau

ulir D-16 dan yang lebih

kecil

15 mm 13 mm

3. Faktor reduksi kekuatan

(53)

Vc = (

8 Perencanaan torsi untuk

komponen struktur

non-9 kekuatan momen torsi

untuk penampang solid

10 Luas total minimum

tulangan torsi

F. Analisis Pembetonan Struktur Portal

Menurut SNI 2847:2013 pasal 1 menjelaskan persyaratan minimum untuk

desain dan konstruksi komponen struktur beton semua struktur yang dibangun

menurut persyaratan peraturan bangunan gedung secara umum yang diadopsi

secara legal dimana standar ini merupakan bagiannya. Di daerah tanpa peraturan

bangunan gedung yang diadopsi secara legal, standar ini menentukan standar

minimum yang dapat diterima untuk bahan, desain, dan praktek konstruksi.

Standar ini juga memuat evaluasi kekuatan struktur beton yang sudah dibangun.

Untuk beton struktur, fc’ tidak boleh kurang dari 17 Mpa. Nilai maksimum

(54)

Standar SNI 2847:2013 merupakan revisi dari SNI 03 – 2847 – 2002 yang

pada dasarnya menanbah beberapa definisi dan terdapat juga beberapa perbedaan

antara kedua peraturan ini. Untuk beton khususnya ,kekuatan beton yang

digunakan dalam desain dan dievaluasi sesuai dengan ketentuan pasal 5 SNI

2847:2013 Beton yang dirancang sedemikian hingga menghasilkan kekuatan

tekan rata – rata f’cr seperti yang dijelaskan pada pasal 5.3.2 tentang kekuatan rata – rata perlu.

Tabel 3.2 Kekuatan tekan rata – rata perlu bila data tidak tersedia untuk

menetapkan deviasi standar benda uji SNI 2847:2013

Kekuatan tekan disyaratkan , Mpa Kekuatan tekan rata-rata perlu ,Mpa

f’c<21 f’cr =f’c + 7,0

21 ≤ f’c≤35 f’cr = f’c + 8,3

f’c > 35 f’cr = 1,10f’c + 5,0

Sumber: SNI 2847:2013

Tabel 3.3 Kekuatan tekan rata – rata perlu bila data tidak tersedia untuk

menetapkan deviasi standar benda uji SNI 03 – 2847 – 2002

Kekuatan tekan disyaratkan , Mpa Kekuatan tekan rata-rata perlu ,Mpa

f’c<21 f’cr =f’c + 7,0

21 ≤ f’c≤35 f’cr = f’c + 8,5

f’c > 35 f’cr =f’c + 10

Sumber: SNI 03 – 2847 – 2002

G. Analisis Beban Gempa

Pada SNI 1726:2012, syarat-syarat perencanaan struktur bangunan gedung

dan non gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam standar ini tidak berlaku

untuk bangunan sebagai berikut :

a) Struktur bangunan dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang

(55)

b) Struktur jembatan kendaraan lalu lintas (jalan raya dan kereta api),

struktur reaktor energi, struktur bangunan keairan dan bendungan,

struktur menara trans misi listrik, serta struktur anjungan pelabuhan,

anjungan lepas pantai dan struktur penahan gelombang.

Struktur bangunan yang disebutkan diatas, perencanaan harus dilakukan

dengan menggunakan standar dan pedoman yang terkait dan melibatkan tenaga

ahli utama dibidang rekayasa struktur dan geoteknik.

Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan dan non gedung sesuai

Tabel 1 (Pasal 4. 1. 2 SNI 1726:2012) pengaruh gempa rencana terhadapnya harus

dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2 (Pasal 4. 1. 2 SNI 1726:2012). Khusus untuk struktur bangunan dengan kategori risiko IV, jika

dibutuhkan pintu masuk untuk operasional dari struktur yang bersebelahan, maka

struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus sesuai dengan desain kategori

risiko IV.

1. Klasifikasi situs

Pada pasal 5. 1 SNI 1726:2012, dalam perumusan kriteria desain

seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi

besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah

untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklarifikasikan sesuai dengan

Tabel 3 pada SNI 1726:2012 pasal 5. 3.

Penetapan kelas situs SC (tanah keras, sangat padat dan batuan lunak),

SD (tanah sedang) dan SE (tanah lunak) harus dilakukan dengan

menggunakan sedikitnya hasil pengukuran dua dari tiga parameter ̅s, ̅, dan ̅u, yang dihitung sesuai:

1. ̅s lapisan 30m paling atas (metode ̅s);

2. ̅ lapisan 30m paling atas (metode ̅);

(56)

Nilai ̅s harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut:

= tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;

= kecepatan gelombang geser lapisan i dinyatakan dalam meter per detik (m/detik);

= 30 meter

Nilai ̅ dan ̅ch harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut: ̅ = ∑

……… (3. 63)

di mana Dan dalam Persamaan 3. 2 berlaku untuk tanah non-kohesif,

tanah kohesif, dan lapisan batuan.

̅ch =

Nilai ̅u harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut:

̅u =

Gambar

gambar 3.1.
Gambar 3. 3 Penampang persegi kolom tulangan dalam keadaan seimbang
Gambar 3. 6 Nilai S1 pada tiap daerah di Indonesia
Gambar 4.1. Bagan alir proses pelaksanaan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada metode KP-01, untuk mengganti kehilangan air akibat kebutuhan konsumtif tanaman, perkolasi dan penggenangan, sehingga air yang dibutuhkan untuk irigasi padi

Prinsip kesamaan di hadapan hukum ( equality before the law ) telah dikenal dan dipraktikkan dalam Islam sejak abad ke-7 ketika nabi menjadi pemimpin di Madinah. Pada

mahasiswa terhadap pelayanan Pendidikan di IAIN Walisongo dalam upaya meningkatkan mutu yang berbasis kualitas pelayanan dan kualitas kime4a good.. u n i vers i t1t

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh hasil akurasi data training adalah 81.00% yang artinya bahwa klasifikasi data training pasien kanker payudara menggunakan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik

Pada tabel 3, dapat dilihat bahwa perlakuan K1I1 (0,25 cc/liter) dengan interval menyemprotkan 5 hari sekali berpengaruh nyata terhadap diameter umbi bawang merah, hasil

Kemudian untuk mengetahui model pembelajaran mana yang paling berpengaruh dapat dilihat dari rata-rata kelas eksperimen 1 yakni kelas yang diajar dengan menggunakan model

Verbenaceae banyak ditemukan pada daerah dengan jenis tanah yang bersifatG. subur dan tidak terlalu keras sperti tanah humus dan