• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Keanekaragaman dan hubungan kek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Keanekaragaman dan hubungan kek"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

KEANEKARAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK ANTARA SPESIES ANGGOTA FAMILI VERBENACEAE

BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DILOKASI BATU ANGUS, KECAMATAN TERNATE UTARA, KOTA TERNATE.

Oleh :

FARJAN JUFRI HUSAIN

12 137 080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN TADRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualalikum Warahmatullahin Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb Yang Maha Besar di atas segala

kebesaran, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik, Shalawat

serta salam semoga tercurahkan kepada pewaris intelektual kita, Rasulullah Saw,

para keluarga, sahabat dan umatnya yang masih tetap istiqomah. Di jalan da’wah

ini sampai akhir zaman nanti.

Dalam penyusunan Proposal ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah berjasa membantu saya terutama kepada para penulis

buku yang saya jadikan sumber referensi dalam penyusunan Proposal ini.

Meskipun saya berharap isi dari Proposal saya ini bebas kekurangan dan

kesalahan, namun kesempurnaan itu sepertinya hal yang sulit dicapai. Oleh karena

itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Proposal

ini dapat lebih diperbaiki lagi kearah yang baik.

Akhir kata ucapkan Terima kasih, semoga proposal saya bermanfaat dan

dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Ternate, 05 Desember 2016

Penulis

Farjan Jufri Husain

(3)

DAFTAR ISI

(4)

6. Analisis data...26

DAFTAR PUSTAKA...27

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan yang ada dibumi ini sangatlah banyak dan beraneka ragam.

Bahkan pada tiap-tiap daerah mempuyai tumbuhan endemik yang tidak ditemukan

hidup didaerah lain. Keanekaragaman ini menjadi masalah dalam mempelajari

dan mengenal jenis-jenis tumbuhan. Dengan latar belakang permasalahan ini, lahir

ilmu taksonomi yang mempelajari tentang keanekaragam dan kekerabatan suatu

makhluk hidup.

Studi kekerabatan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam

taksonomi hewan. Hubungan kekerabatan merupakan suatu gambaran hubungan

organisme yang satu dengan yang lain, baik yang sekarang ada maupun yang

hidup di masa silam selama perkembangan sejarah. Dalam sistematika, jauh

dekatnya hubungan antara kesatuan antara taksonomi dapat ditinjau dari dua

sudut, yaitu fenetik dan filogenetik.1

Penelitian tentang hubungan kekerabatan fenetik dalam dunia Botani juga

berperan penting dalam menentukan bagaimanakah hubungan kekerabatan antara

jenis tumbuhan satu dengan lainnya dalam famili yang sama. Hal ini untuk

memperjelas hubungan kekerabatan antara jenis tumbuhan yang dirasa perlu

untuk diteliti. Penelitian dalam hal ini sudah banyak dilakukan oleh para ahli,

(5)

mahasiswa/i dalam bidang botani, contohnya Penelitian tentang “Kekerabatan

Fenetik Kultivar Pisang di Jawa” yang dilakukan oleh Jumari dan Agus

Pudjoarinto yang bertujuan untuk menentukan pengelompokan dan mengetahui

jauh dekatnya hubungan kekerabatan kultivar pisang dijawa berdasarkan butki

taksonomi morfologi, Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Martasari,

Sugiyatno, Yusuf dan Rahayu tentang “Pendekatan fenetik taksonomi dalam

Identifikasi Kekerabatan Spesies Anthuium’ dan Penelitian tentang “Kekerabatan Fenetik Ubi Kayu (Manihot esculenta) di Pulau Ternate Berdasarkan Karakter Morfologi” yang dilakukan oleh Suparman.

Keanekaragaman Hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat

kenaekaragaman sumber daya alam Hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi

dari ekosistem, spesies, maupun gen disuatu daerah. Baik hewan maupun

tumbuhan, yang mana didalamnya termasuk family Verbenaceae yang menjadi

objek penelitian penulis. Verbenaceae merupakan tumbuhan terna, semak, atau

perdu, kadang-kadang juga berupa pohon atau liana dengan ranting-ranting jelas

berbentuk segi empat, terutama pada ujung-ujung yang masih muda. Tumbuhan

Verbenaceae banyak ditemukan pada daerah dengan jenis tanah yang bersifat

subur dan tidak terlalu keras sperti tanah humus dan tanah andosol.2

Daerah wisata kawasan batu angus yang berada di kelurahan Kulaba, Kota

ternate, merupakan kawasan yang dipenuhi bekas lelehan lahar gunung gamalama

yang mengeras. Karakteristik tanah dikawasan batu angus berupa lahan berbatu,

minim unsur hara, dan mungkin memiliki suhu yang agak panas. Jenis tumbuhan

(6)

yang mampu hidup pada kondisi ini pastilah hanya tumbuhan tertentu saja

(tumbuh secara alami). Penelitian tentang keanekaragaman dan kekerabatan

tumbuhan dikawasan batu angus, Kota Ternate berdasarkan hasil penelusuran

dalam waktu singkat dibeberapa sumber tidak ditemukannya informasi apapun

mengenai hal ini.

Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis memandang perlu untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Keanekaragaman dan hubungan kekerabatan fenetik antara spesies anggota famili Verbenaceae berdasarkan karakter morfologi dilokasi batu angus,di Kota Ternate”.

B. Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak terlalu meluas dalam pelaksanaannya sehingga

dapat menghemat waktu dan tenaga peneliti, maka ruang lingkup masalah dalam

penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Jenis tanaman yang diteliti hanya berasal dari famili Vebrbenaceae saja.

2. Daerah penelitian hanya sebatas pada kawasan batu angus dengan pemilihan

beberapa titik yang bisa diakses.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa masalah yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Terdapat berapa jenis tumbuhan famili Verbenaceae yang berada dikawasan

(7)

2. Bagaimanakah hubungan kekerabatan fenetik berdasarkan ciri-ciri

morfologi tumbuhan famili Verbenaceae dikawasan batu angus, Kota

Ternate.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan family Verbenaceae yang berada

dikawasan batu angus, Kota Ternate.

2. Mengetahui hubungan kekerabatan fenetik berdasarkan ciri-ciri morfologi

tumbuhan family Verbenaceae dikawasan batu angus, Kota Ternate.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan akan tercapai dari penelitian ini yaitu;

1. Teoritis

Secara kajian dengan melakukan penelitian ini dalam upaya konservasi alam

terutama dalam memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman

tumbuhan Verbenaceae dan jenis apa saja yang terdapat di kawasan Batu

Angus, Kota Ternate.

2. Praktis

Dari hasil pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui berbagai jenis

tumbuhan Verbenacaea yang nantinya dapat digunakan sebagai data untuk

menganalisa adanya perubahan lingkungan dikawasan batu angus, Kota

Ternate.

(8)

Beberapa defenisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini akan

dijelaskan guna menghindari kesalahan penafsiran, yaitu sebagai berikut:

1. Kekerabatan Fenetik adalah merupakan salah satu metode dalam

sistematik yang menggambarkan hubungan kekerabatan

kelompok-kelompok organisme biologi yang dipetakan dalam bentuk diagram

pohon (fenogram) untuk memahami keanekaragaman hayati

2. Keanekaragaman adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua

bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokan menurut skala

organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan

mikroorganisme serta ekosistem serta proses-proses ekologi yang

merupakan bagian dari bentuk kehidupan.

3. Spesies adalah Unit suatu takson disebut dengan istilah ”jenis” atau

“species”, yaitu kemampuan untuk mengadakan perkawinan satu sama lain

dengan menghasilkan keturunan yang fertil (Zubur) dan secara reproduktif

terasing dari kelompok serupa yang lain. Menurut kriteria anatomi, yaitu

terdapatnya jumlah dan susunan kromosom yang sama dan aspek disfibusi

geografisnya ialah terdapatnya dalam suatu daerah distribusi

4. Morfologi adalah ilmu yang mengkaji tentang bentuk organisme, terutama

hewan dan tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya.

5. Famili tumbuhan atau dalam bahasa Indonesia disebut suku ditandai dengan

akhiran -ceae- merupakan suatu kategori yang ukurannya sangat bervariasi dari yang sangat kecil hanya terdiri atas satu marga dan beberapa jenis saja,

(9)

(1989:180), menyebutkan bahwa, “Berbagai marga yang tergabung dalam

satu suku (familia) memiliki sejumlah karakter yang sangat mendasar yang

membedakannya dari marga yang termasuk kedalam suku lain.

G. Sistematika penulisan

Penelitian ini terdiri dari tiga bab dan setiap bab terdiri dari

sub bab. Adapun sistematika dalam penulisan proposal ini adalah

sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan pada bab pendahuluan ini dibagi dalam

beberapa sub bab bahasan yaitu Latar Belakang, Batasan

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Defenisi operasional dan Sistematika Penulisan

Bab II: Tinjauan Pustaka, Menguraikan tentang Deskripsi

Keanekaragaman dan hubungan kekerabatan fenetik antara spesies anggota

familia Verbenaceae berdasarkan karakter morfologi.

Bab III: Metode Penelitian menjelaskan tentang Lokasi dan Waktu penelitian,

jenis penelitian, Populasi dan sampel, Tehknik pengumpulan data, Tehknik analisi

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Famili Verbenaceae

1. Klasifikasi

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Lamiales

Famili: Verbenaceae

(11)

Informasi yang paling umum tentang famili Verbenaceae adalah salah satu

suku anggota tumbuhan jenis berbunga. Kajian terbaru menunjukan bahwa

banyak anggota klasik Verbenaceae ternyata lebih pantas dimasukann kedalam

Lamiaceae. Dengan demikian anggota Verbenaceae tinggal 35 genus dan sekitar

1.200 spesies.3

2. Ciri-ciri Famili Verbenaceae

Verbenaceae adalah tumbuhan herbaceus yang mana merupakan famili dari

tumbuhan yang disebut semak belukar ataupun pohon dengan ranting-ranting jelas

berbentuk segi empat, jelas kelihatan terutama pada ujung-ujung yang masih

muda. Daun tunggal tanpa daun penumpu, duduknya berhadapan, jarang tersebar

atau berkarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos. Kelopak berlekuk

atau bergigi, dapat bervariasi dari, seringkali zigomorf. Mahkota membentuk

buluh yang nyata, berbilangan jarang, kebanyakan dengan taju-taju mahkota yang

tidak sama besar, sedikit miring, tidak jelas berbibir. Benang sari biasanya tidak

sama panjang, jarang, hanya ditambah yang mandul, atau sama sekali tidak ada.

Bakal buah menumpang, tersusun dari daun buah yang tepinya melipat ke dalam

membentuk sekat, hingga bakal buah terbagi-bagi dalam beberapa ruang. Salah

satu daun kadang-kadang tereduksi, sehingga bakal buah hanya beruang 2. Pada

setiap daun buah terdapat 2 bakal biji yang apotrop atau anatrop, menempel pada

tepi daun buah. Tangkai putik pada ujung bakal buah tidak terbagi. Buahnya buah

batu yang berisi 2, 4 atau 8 biji. Biji dengan sedikit endosperm, lembaga lurus.4

3Heywood et al, Flowering Plant Families of the World (Sydney: Royal Botanic Gardens, 2007). Hal 217

(12)

Seperti halnya organ pada hewan, tumbuhan secara umum yang juga

meliputi famili Verbenaceae, tersusun atas akar, batang, daun, dan bunga. Akar

tumbuh kedalam tanah sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar juga

berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Seperti

halnya beberapa organ lain pada tumbuhan, akar juga berfungsi menyimpan

makanan. Pada batang terdapat daun yang berfungsi menghasilkan makanan

melalui fotosintesis dan mengeluarkan air melalui trasnpirasi. Selain itu batangn

juga berperan untuk lewatnya air dan garam mineral dari akar ke daun dan

lewatnya hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Bunga

merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Ada tumbuhan yang

berbungan sempurna dan ada yang berbunga tidak sempurna. Bunga sempurna

memiliki benang sari sebagai alat kelamin jantan dan putik sebagai alat kelamin

betina. Bunga tidak sempurna ada yang memiliki benang sari, tetapi tidak

memiliki putik. Bunga yang demikian disebut bungan jantan. Sementara bunga

yang tidak memiliki putik disebut bunga betina. Ada tumbuhan berbunga tunggal,

yaitu jika pada satu tangkai terdapat banyak bunga membentuk rangkaian.5

Bagian-bagian penting pada bunga terdiri dari bagian steril dan bagian fertil.

Bagian steril terdiri dari tangkai bunga, dasar bunga (receptacle), daun pelindung (brachtea) dan perhiasan bunga (perianthum). Lebih jauh, perhiasan bunga terdiri dari daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal). Sementara bagian yang fertil terdiri dari benang sari (stamen) dan putik (pistil). Tangkai bunga merupakan bagian aksis utama pada bunga tunggal, misalnya bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinesis). Sementara bunga mejemuk, tangkai bunga merupakan terminalisasi

(13)

sistem percabangan bunga, misalnya bunga jati (Tectona grandis). Dasar bunga merupakan ujung percabangan yang mengalami metamorfosis, pertumbuhannya

terhenti, serta merupakan tempat tumbuhnya perhiasan dan kelamin bunga. Daun

pelindung adalah bagian perhiasan bunga yang berfungsi untuk melindungi bunga

pada saat masih kuncup. Mahkota bunga (corolla) berada disebelah dalam kelopak dan tersusun atas daun mahkota (petal). Ukuran mahkota bunga dapat lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan daun kelopak. Warnanya

bermacam-macam karena mengandung antosian. Aroma dan warna mahkota bunga ini

menjadi daya tarik terhadap serangga penyerbuk.6

Bunga juga dapat dikelompokan berdasarkan bentuk mahkotanya, yaitu

bunga simetri beraturan (regular, actinomorf) dan bunga bersimetri tunggal (monosimetri, zigomorf).

a. Bunga simteri beraturan

 Bintang (rotate, stalate) memilik daun mahkota berlekatan dan cuping bebas pada posisi mendatar sehingga proyeksi tegaknya mirip dengan bintang.

Beberapa jenis anggrek memiliki bunga seperti bintang, misalnya Cestrum sp.

 Tabung (tubuler) memiliki daun mahkota berlekatan dan memiliki tabung mahkota dipangkal. Mangkuk mahkota berada diujung, dimana tabung

mahkota lebih dominan dibanding mangkuk mahkota. Selain itu, cuping

makhota juga berukuran relatif lebih kecil. Contohnya bunga matahari

(Helianthus annuus).

(14)

 Terompet (hypocrateryform) memiliki mahkota daun yang berlekatan, tabung mahkota berada dipangkal dan mangkuk mahkota berada diujung.

Tabung mahkota lebih panjang dibanding mangkuk mahkota. Sementara

cuping mahkota berukuran sedang. Stephanotis floribunda memiliki bentuk bunga yang menyerupai terompet.

 Mangkuk (urceolate) memiliki mahkota daun berdekatan, tabung mahkota berada dipangkal, dan mangkuk mahkota berada diujung. Ukuran mangkuk

mahkota sangat dominan dibandingkan tabung mahkota.

 Corong (infundibuliform) memiliki mahkota daun berlekatan dan hanya memiliki tabung mahkota. Dari pangkal ke ujung, dengan ukuran semakin

membesar. Contohnya bunga kecubung (Brugmansia versicolor).

 Lonceng (companulate) memiliki mahkota daun berlekatan dan hanya memiliki tabung mahkota. Dari pangkal ke ujung, ukurannya semakin

membesar. Ukuran mahkotanya sedang dan panjang.

b. Bunga simteri tunggal

 Bertaji (calcareus) salah satu dari bunga ini mengalami metamorfosis menjadi taji, misalnya bunga pacar air (Impotiens balsamina)

 Berbibir (labiate) mahkota bunga ini terbagi menjadi dua bibir yaitu anterior dan bibir anterior lebih besar daripada bibir posterior. Contoh Kemanggi

(Ocimum basilicum).

(15)

(alae), dan dua bagian posterior berdekatan membentuk lunas (carina). Misalnya bunga kacang hias.

 Topeng (personate) mirip dengan bunga berbibir, tetapi bibir posterior lebih besar daripada bibir anterior, misalnya bunga mulut singa.

 Pita (ligulate) bagian leher mahkota berdekatan membentuk pipa, ujungnya memiliki 1,2,3 atau 5 cuping mahkota. Misalnya bagian tepi bunga

matahari.7

Bunga mejemuk digolongkan menjadi dua yaitu mejemuk terbatas dan

bunga mejemuk tidak terbatas. Bunga majemuk terbatas ditandai dengan arah

mekarnya bunga, dimulai dari arah ujung ke pangkal atau dari dalam karangan ke

luar. Pada ujung karangan, terdapat bunga tertua sehingga pertumbuhan aksis

terhenti, disebut juga dengan istilah inflorentia cymosa. Contoh bunga majemuk terbatas adalah bunga melati (Jasminum sambac). Bunga mejemuk tidak terbatas ditandai dengan arah mekar bunga dari pangkal karangan bunga ke ujung atau dari

pinggir karangan ke tengah. Dalam waktu tertentu, selalu tumbuh kuncup bunga

baru dan ujung aksis bunga tumbuh secara kontinu. Hal ini disebut juga dengan

istilah inflorescentia racemosa. Contoh kembang merak (Caesalpinia pulch).8 3. Habitat

1. Ketinggian tempat

Biasanya, faktor ketinggian tempat lebih dikenal dengan faktor suhu.

Namun, oleh karena kondisi suhu dibeberapa daerah dinegara kita relatif sama

maka dalam hal ini lebih ditekankan pada ketinggian tenpat diatas permukaan

7Juwita Ratnasari., hal 7-11.

(16)

laut (dpl). Sebagai negara yang berada didaerah khatulistiwa, keragaman iklim

dimasing-masing daerah relatif sedikit. Perbedaan suhu suhu disini lebih banyak

dipengaruhi oleh ketinggian tempat, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.

Suhu udara didataran tinggi relatif lebih dingin sehingga beberapa tumbuhan

subtropis dapat tumbuh lebih baik. Sementara suhu udara didataran rendah

relatif lebih panas sehingga tidak banyak tumbuhan subtropis yang bisa tumbuh

dengan baik. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhan dikelompokan menjadi

tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan dataran rendah, dan tumbuhan dataran

sedang. Sebagai acuan, suatu daerah dikatakan sebagai dataran tinggi jika

berada pada ketinggian 700m diatas permukaan air laut (dpl). Dataran rendah

berada pada ketinggian < 200m. Daerah yang berada pada kisaran ketinggian

200 - 700 m dpl merupakan daerah dataran sedang.

2. Kebutuhan air

Air merupakan salah satu kebutuhan utama tumbuhan. Tanpa air, tumbuhan

tidak akan dapat mengelolah bahan makanannya sehingga akan layu, kemudian

mati. Tumbuhan yang mengalami kelayuan harus segera diberi air kembali. Jika

tidak, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelayuan permanen yang akhirnya

membuat tumbuhan mati. Kebutuhan air untuk setiap tumbuhan sangat

beragam, tergantung jenis tumbuhan, fase pertumbuhan, ukuran tumbuhan,

kondisi media, kondisi akar, pencahayaan, serta suhu dan kelembapan

lingkungan. Misalnya tumbuhan yang lebih tua dan berukuran yang lebih besar

membutuhkan air lebih banyak daripada tumbuhan muda dan kecil.

(17)

Berdasarkan kebutuhan cahaya, tumbuhan dapat dikelompokan menjadi

jenis tumbuhan yang toleran terhadap sinar matahari langsung dan yang tidak

toleran terhadap sinat matahari langsung (membutukan naungan), namun ada

pula tumbuhan yang dapat tumbuh baik ditempat yang terkena cahaya langsun

maupun yang ternaungi.9 B. Keanekaragaman

1. Pengertian keanekaragaman

Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah kata yang belum lama diperkenalkan oleh pakar yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup. Kata ini

kemudian menjadi lebih mempunyai makna setelah E.O Wilson

memperkenalkannya pada tahun 1989 dalam buku tulisan ilmiahnya. Pada

perkembangan selanjutnya, kata ini kemudian menjadi sangat populer dan dipakai

bukan saja oleh ahli lingkungan, tetapi juga oleh peneliti, pemerhati lingkungan,

penyandang dana, pendidik, dan ahli sosial.10 Keanekaragaman hayati dapat

memiliki banyak interpertasi. Ahli biologi paling sering mendefenisikan

keanekaragaman hayati sebagai totalitas gen, spesies dan ekosistem suatu daerah.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup

dari semua seumber, diantaranya adalah lautan, daratan dan ekosistem akuatik

lainnya, dan komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya

meliputi keanekaragaman dalam jenis spesies, antara ekosistem dan spesies.11

Keanekaragaman hayati juga dapat diartikan sebagai suatu istilah pemabahasan

9Juwita Ratnasari., hal 20-23

10Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia, (jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) hal 3

(18)

yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokan

menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,

hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi yang

merupakan bagian dari bentuk kehidupan.12

Keanekaragaman hayati menunjukan berbagai variasi dalam bentuk,

struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lain dari makhluk hidup disuatu daerah.

Sumber alam hayati merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan hidup,

yang menjadikan lingkungan ini hidup dan mampu menghidupkan manusia dari

generasi ke generasi. Secara umum, ada peningkatan dalam keanekaragaman

hayati dari kutub ke daerah tropis. Dengan demikian daerah lintang rendah

memiliki spesies lebih dari daerah lintang yang lebih tinggi. Hal ini sering disebut

sebagai gradien lintang dalam keragaman spesies.13

Banyak jenis tumbuhan sebagai sumber pangan, sandang dan papan maupun

kebutuhan lainnya. Demikian banyak juga hewan yang bermanfaat dalam

produksi pangan, sandang, bahan industri, dan tenaga pengangkut serta bahan

hiasan. Semakin banyak keanekaragaman pada makhluk hidup semakin banyak

hikmah bagi manusia. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu:

“Dan kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokohdan Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuhan yang indah dipandang mata.Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap hamba yang kembali (mengingatAllah).”(QS.Qaaf: 7 -8).

12Linda Ayu, “Pengertian Keanekaragaman Hayati”, http://www.sridianti.com/pengertian-keanekaragaman-hayati.html, diakses pada 09 November 2016.

(19)

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”(QS. Al-An’am: 99)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyaknya Kami tumbuhkan dibumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik ?”(QS.Asy-Syu’ara: 7).

Keanekaragaman tumbuhan mengandung hikmah yang beranekaragam pula. Manusiadiberi kesempatan untuk memilih dari hikmah yang ada, dan akan menanggung segalaresiko atau akibatnya dari hasil pilihan itu. Misalnya, dalam Al-Quran disebutkan bahwa:

“Dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan

rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan”.(QS. An-Nahl: 67)

Pada tahun 1999, Rusell Mittermeier dkk membuat rangking negara yang

mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi didunia. Indonesia masuk dalam

urutan kedua setelah Brazil. Beliau mengakui bahwa memang ada beberapa

(20)

tawar. Oleh karena itu sering dikatakan pula apabila keadaan laut dan air tawar

dimasukan mungkin Brazil dan Indonesia setara dalam urutan Megadiversitas

dunia.14 Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia menduduki peringkat

lima besar dunia, yaitu memiliki lebih dari 38.000 spesies, 55% endemik.

Contohnya keanekaragaman palem di Indonesia menempati urutan pertama, yaitu

mencapai 477,225 endemik. Lebih dari setengah dari seluruh spesies (350) pohon

penghasil kayu bernilai ekonomis tinggi (dari famili Dipterocarpaceae) terdapat

dinegara ini, 155 diantaranya endemik Kalimantan.15 Di Indonesia, jenis jamur

yang telah diidentifikasi berkisar antara 4.250-12.000 jenis, tumbuhan berbiji

sekitar 20.000 spesies, lumut sekitar 3.000 spesies, dan tumbuhan paku 4.000

spesies.16 Namun, dari fakta keanekaragaman hayati Indonesia yang kisarannya

sangat beragam itu, hanya sekitar 6.000 jenis tumbuhan yang telah diketahui

potensinya dan dimanfaatkan oleh negara dan masyarakat untuk menunjang

kebutuhan hidupnya.17

2. Sumber Variasi Keanekaragaman 1. Variasi Perkembangan

Variasi perkembangan ini ditentukan secara genetis. Contoh pada tumbuhan

cocor bebek ( Kalanchoe pinnata ) terdapat daun tunggal dan majemuk

menyirip beranak daun tiga pada satu individu tumbuhan yang sering disebut

heteromorfisme.

14Jatna Supriatna., hal 391

15Abidah Billah S. et al, Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan & Kebijakan, (Jakarta: POKJA, 2008) hal 20

16Rikky Firmansyah et al, Mudah dan Aktif Belajar Biologi, (jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009) hal 86

(21)

2. Variasi yang disebabkan Lingkungan.

Tumbuh-tumbuhan keseluruhan beranekaragam dan banyak jenisnya

menyimpang dalam pertumbuhannya, sebagai respon terhadap lingkungan.

Perubahan ini disebabkan karena sinar, air, makanan, suhu, dan tanah. Sebagai

contoh adalah tumbuhan kaktus. Daun tumbuhan ini berbentuk seperi duri atau

jarum dan tebal karena tumbuh di daerah yang sinarnya berlebih yaitu di padang

pasir atau gurun. Sehingga agar tidak terjadi transpirasi berlebihan maka bentuk

daun tidak melebar seperti pada umumnya daun.

Terdapat pula variasi lingkungan yang menyebabkan keanekaragaman

tumbuhan dalam bentuk:

- Ketinggian

Perbedaan ketinggian suatu tempat dari garis pantai akan menyebabkan perbedaan

mikro klimat antara lain suhu, kelembaban, curah hujan, dan lain-lain. Sehingga

mengakibatkan sebaran berbagai jenis tumbuhan berbeda-beda. Ketinggian tempat

juga dapat menyebabkan isolasi jenis.

- Letak Geografis

Letak geografis menyebabkan perbedaan makro klimat yang sangat tajam seperti

perbedaan musim, curah hujan, kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya matahari

3. Variasi Genetika

1. Mutasi

Mutasi adalah perubahan yang terjadi secara mendadak diteruskan ke

(22)

bentuk maupun sifatnya dengan induk. Mutasi dapat terjadi di alam bebas maupun

secara buatan.

A. Rekombinasi dan Aliran Gen

Gerakan dan perukaran gen-gen di antara anggota populasi melukiskan

perpindahan gen-gen. Rekombinasi adalah hasil akibat kombinasi baru dari gen

yang telah ada. Perpindahan gen dan rekomendasi melibatkan gen-gen yang ada

dari pembawaan.

Keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:

3. Keanekaragaman tingkat genetik

Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik

di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara

individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki

perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena setiap

individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah

ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya

melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah

yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara

acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda.18 Dalam satu spesies

tumbuhan atau hewan bisa terdapat variasi genetik, sehingga menimbulkan

perbedaan yang jelas.

Keanekaragaman genetik dalam suatu spesies seringkali dipengaruhi oleh

perilaku reproduksi individu dalam populasi tersebut. Individu-individu dalam

(23)

populasi memiliki perbedaan genetika antara satu dengan yang lainnya.

Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain merupakan cara paling sederhana

untuk meningkatkan keragaman genetik. Seleksi penyaringan dilakukan terhadap

koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi

lingkungan yang berbeda-beda.19 Semua makhluk hidup dalam satu spesies

memiliki gen yang sama. Gen merupakan bagian dari kromosom yang

mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari

induknya. Walaupun gen pada setiap individu sama tapi susunannya berbeda-beda

pada pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang

menentukan sifat dan ciri-ciri suatu individu pada dalam spesiesnya sendiri.

4. Keanekagaraman spesies

Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam hidup disuatu

lokasi tertentu. Dilain pihak, terdapat banyak definisi lain yang bersifat khusus

dan kuantitatif mengenai keanekaragaman spesies. Ahli ekologi misalnya, telah

mengembangkan defenisi yang berbeda-beda untuk membandingkan

keanekaragaman secara keseluruhan dari komunitas yang berbeda, pada berbagai

skala geografi yang beragam pula.20

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di

bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak

(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat

diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik

19Deden Abdurahman, Biologi Kelompok Pertanian, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008) hal 56

(24)

penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi

atau biokimia.21

Contohnya dihalaman kita terdapat pohoh mangga, rambutan, jambu, bunga

matahari, cacing, burung, lebah, semut dan kupu-kupu. Keanekaragaman jenis

yang lebih tinggi umumnya dapat ditemukan disuatu tempat yang jauh dari

kehidupan manusia, semisal dihutan terdapat jenis hewan dan tumbuhan yang

lebih banyak dibandingkan dengan kebun atau sawah. Adapun beberapa jenis

organisme yang memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama seperti tumbuhan

kelompok palem yaitu kelapa, kurma dan sagu yang memiliki daun seperti pita.

Namun, tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan jenis berbeda, kelapa memiliki

nama spesies Cocos nucifera, pinang bernama Areca catechu dan kurma bernama

Phoenix dactylifera. Meskipun tumbuhan tersebut adalah kelompok palem-paleman tetapi memiliki fisik yang berbeda antara satu dengan yang lain dan

hidup pada tempat yang berbeda pula. Sagu hidup didaerah basah seperti rawa,

kelapa bisa hidup di sekitar pantai, sedangkan kurma hidup didaerah kering

seperti padang pasir.

5. Keanekaragaman ekosistem

Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik

antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik).

Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe

vegetasi, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini

sangat beragam. Kondisi yang beragam tersebut menyebabkan makhluk hidup

(25)

yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai

keaneakaragaman hayati pada tingkat ekosistem.22

Faktor abotik yang mempengaruhi faktor biotik diantaranya adalah iklim,

tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat

keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap

ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat

ekosistem, dapat dilihat satuan atau tingkatan organisasi kehidupan ditempat

tersebut.

Keanekaragaman ekosistem dapat terbentuk secara alami dari masa ke masa,

dari ekosistem yang sederhana menjadi ekosistem yang sangat rumit dimana

masing-masing ekosistem mendukung ekosistem yang lain.

C. Kekerabatan Fenetik

Kekerabatan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam taksonomi

hewan. Hubungan kekerabatan antar spesies tumbuhan dapat dianalisis untuk

menentukan sejauh mana kemiripannya dengan cara menghitung koefesien

korelasi, indeks kemiripan, jarak taksonomi, dan analisis cluster. Secara umum

semua cara pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kemiripan antar spesies

tanaman yang dibandingkan berdasarkan sejumlah karakter. Istilah fenetik

diperkenalkan oleh Cain dan Horison tahun 1960 guna menunjukkan hubungan

kekerabatan diantara makhluk hidup yang didasarkan atas jumlah derajat

persamaan yang ada berdasarkan data morfologinya dengan menggunakan semua

ciri yang sama, dan ciri toksonomi tersebut dengan diberi dan tanpa diberi bobot.

(26)

Makin besar persamaan diantara makhluk hidup, makin dekatlah hubungan yang

ada dan semakin kecilah perbedaannya dengan nenek moyang.23

Kekerabatan fenetik adalah suatu studi yang mengklasifikasikan berbagai

macam organisasi berdasarkan kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat

lainnya yang bisa diobservasi tergantung pada asal evolusi organisme

bersangkutan. Jadi dalam situasi ini, lebih ditekankan adanya proses konvergensi

evolusi.24 Kekerabatan fenetik lebih umum digunakan dalam praktek dengan

pertimbangan penerapan klasifikasi secara filogenik, jika tidak tersedia

bukti-bukti yang cukup sebagai penunjang pelaksanaan sistem klasifikasi filogenik dan

jika sifat-sifat yang dipertimbangkan cukup banyak, biasanya kekerabatan fenetik

juga akan dapat menggambarkan kekerabatan filogenetik.25

Campbell mengemukakan pendapat mengenai kekerabatan Fenetika yaitu

membandingkan sebanyak mungkin karakteristik anatomi dan tidak membedakan

homologi dari analogi. Sedangkan filogenetik yaitu menentukan hubungan

kekerabatan berdasarkan perbandingan spesies masa lalu dengan spesies modern.

26

23Rideng, I Made, Taksonomi Tumbuhan Biji, (Jakarta: Dekdikbud, 1989) hal 41

24Hendy Wijaya, “Filogenetik, Fenetik, Kladistik, Kladogram, Dendogram”, http://www.forumsains.com/biologi/filogenetik-fenetik-kladistik-kladogram-dendogram, diakses pada 14 November 2016.

25Sukla dan Misra, Essentials of Paleobotany, (Delhi: Vikas, 1982) hal 126

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, atau penelitian yang

menggambarkan sifat suatu keadaan sementara berjalan serta mengamati dan

memeriksa faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya pada saat penelitian

berlangsung.27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini direncanakan berlangsung pada bulan januari 2017, penelitian

ini dilaksanakan di area batu angus Kelurahan Kulaba, Kecamatan Ternate utara

Kota Ternate.

C. Alat Dan Bahan

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Parang

2. Rol meter berukuran 100 m

3. Tali Rafia

4. Kamera

5. Alat tulis menulis

6. Kertas Label

7. Kantong plastik

(28)

Bahan meliputi semua tumbuh-tumbuhan Verbenaceae yang ditemukan di

semua titik pengamatan pada area penelitian di kelurahan kulaba kecamatan

ternate utara kota ternate.

D. Populasi dan Sampel Penelitian.

Objek yang diamati dalam penelitian ini yaitu keanekaragaman tumbuhan

Verbenaceae berdasarkan karakter morfologi di area batu angus Kelurahan

Kulaba.

E. Prosedur Penelitian.

Prosedur dalam penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu tahap observasi dan

penentuan area serta luas jelajah pengamatan.

1. Tahap Observasi

Pertama-tama peneliti melakukan observasi awal di area penelitian untuk

mendapatkan gambaran awal tentang area secara keseluruhan maupun membuat

spesimen agar dapat mempermudah pengamatan tumbuhan tersebut saat

penelitian berlangsung.

2. Penentuan area serta luas jelajah pengamatan.

Setelah observasi dilakukan selanjutnya peneliti menentukan area serta luas

area jelajah pengamatan, luas area jelajah dimulai dari tepi jalan ke arah laut

berkisar 100 m, jarak antara titik jelajah 1-4 berkisar 10 m, penentuan titik

pengamatan ini berdasarkan karakter area pengamatan yang terlalu luas serta

kemampuan distribusi pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan Verbenaceae28.

(29)

Selanjutnya peneliti mulai mengadakan observasi bebas untuk melakukan

pengamatan dan pengumpulan jenis-jenis tumbuhan Verbenaceae yang terdapat

pada semua titik pengamatan yang telah di tentukan.

Gambar 1 : Desain area penelitian serta titik pengamatan.

Setiap sampel tumbuhan yang ditemukan selanjutnya diambil 1 individu

sebagai spesimen hasil pengamatan dan melakukan penghitungan individu

populasi yang terdapat pada semua titik. Individu yang diambil sebagai spesimen

tersebut kemudian diberi label atau ditandai tanggal, dan titik pengambilan

dimana ditemukan. Semua sampel yang ditemukan selanjutnya dicatat kedalam

tabel yang telah di siapkan.

Tabel 2: Hasil pengamatan populasi jenis-jenis tumbuhan Verbenaceae

No Nama Jenis Jumlah yg ditemukan pd

setiap titik Jumlah

(30)

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, yaitu menggambarkan dan

menginterpretasikan hubungan kekerabatan semua jenis spesies

tumbuh-tumbuhan Verbenaceae yang ditemukan di area berdasarkan karakter morfologi

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abidah Billah S. et al, Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan & Kebijakan. Jakarta: POKJA, 2008.

Campbell et al, Biologi jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2003.

Clifford, H.T. and W. Stephenson, An Introduction to Numerical Classification.

Academic Press, 1975.

Heywood et al, Flowering Plant Families of the World Sydney: Royal Botanic Gardens, 2007.

Hillebrand H, “On the generality of the latitudinal diversity”, The American Naturalis, 163 (2004)

https://www.scribd.com/mobile/doc/306884917/Famili-Verbenaceae. Diakses 04 November 2016

Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Juwita Ratnasari, Galeri Tumbuhan Hias Bunga, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007. Leiwakabesi F & Hasan S, Pengantar Metodologi Penelitian. Universitas Negeri

Malang. Malang: UNM, 2002.

Linda Ayu, “Pengertian Keanekaragaman Hayati”,

(32)

Mochammad Indrawan, et al.Biologi Konservasi, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Odum E.P. 1971. Dalam M. Matdoan, Perlakuan pencabutan spesies gulma dominan-kodominan terhadap perubahan komunitas gulma di KP4 UGM, berbah Sleman, Yogyakarta, Yogyakarta, Gadjah Mada Universy, Tesis, 2014.

Rideng, I Made. Taksonomi Tumbuhan Biji, Jakarta: Dekdikbud, 1989.

Rikky Firmansyah et al, Mudah dan Aktif Belajar Biologi, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Sukla and Misra, Essentials of Paleobotany, Delhi: Vikas, 1982.

Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.

Gambar

Gambar 1. Sinyo nakal, Contoh anggota Verbenaceae
Gambar 1 : Desain area penelitian serta titik pengamatan.

Referensi

Dokumen terkait

Ang bawat mag – aaral ay susulat ng isang talatang naglalarawan sa masining na paraan na tumatalakay sa mga pangyayari sa kanilang buhay o sa buhay ng iba na pumapaksa tungkol

add action=jump chain=forward comment=&#34;PREVENT VIRUS COME FROM PUBLIC INTERNET NETWORK&#34; disabled=no in-interface=ether-public jump-target=viruses add

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGATASI KETERLAMBATAN

yang sama pada atribut Jumlah. Judul Buku dan Jumlah

The Int ernat ional Conf erence in Special Educat ion 2012 (ICSE 2012) organized by Facult y of Educat ion and Human Development is aimed at f ost ering and enhancing t he qualit

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

1. Kemudian tariklah garis tegak lurus yang melalui titik P di g dan tegak lurus dengan bidang . Misalkan titik tersebut menembus bidang  di titik ….. Maka jarak antara garis

PESERTA ADMIN START Peserta mengisi formulir dan melengkapi data kepesertaan kemudian diberikan kepada pemberi kerja Formulir. Pendaftaran