PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN
1 SRUMBUNG MAGELANG
SKRIPSI
Oleh:
Hendri Kurniawan NPM: 20120720005
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN
1 SRUMBUNG MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) strata satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammdiyah Yogyakarta
Oleh:
Hendri Kurniawan NPM: 20120720005
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
NOTA DINAS
Lamp. : 4 eks. Skripsi Yogyakarta, 24 Agustus 2016
Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agam Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta
Assalam’alaikum Wr.Wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Hendri Kurniawan NPM : 20120720005
Judul : PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD N MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terimaksih.
Wasslamu’alaikum Wr, Wb.
Pembimbing
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD N MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Hendri Kurniawan NPM : 20120720005
Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 28 Dzul Qa‟idah 1437 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2016 Masehi dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang : Anita Aisah, M.Psi. (………...)
Pembimbing : Dr. Muhammad Azhar, M.Ag. (………...……...)
Penguji : Drs. Marsudi Iman M.Ag. (………...……...)
Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammdiyah Yogyakarta Dekan,
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Hendri Kurniawan Nomor Mahasiswa : 20120720005
Program Study : Pendidikan Agama Islam
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan
MOTO
ُن اَسْح ْْا ِّْا ِن اَسْحِْْا ُءاَزَج ْلَ
“Tiada balasan untuk sebuah kebaikan selain kebaikan itu pula”
(Ar-Rahman : 60)
“Tidak ada suatu amal perbuatan pun dalam timbangan yang lebih baik daripada
PERSEMBAHAN
Dengan segenap kemurnian dan kesucian hati serta ketulusan dan keikhlasan jiwa
karya ini kupersembahkan
untuk:
Ayah dan Ibunda (Suratmin dan Sumi Waryani), penentram jiwa dan hatiku yang
senantiasa tiada putus-putusnya mengasihi dan menyayangi setulus hati, sebening
cinta, sesuci doa, dan seindah surgawi serta selembut permadani. Tiada jemu
memotovasi dengan semangat yang luar biasa, yang selalu membantu baik moril,
materiil maupun spiritual, selalu mendoakan aku, sehingga aku bisa seperti ini
menatap dan menyongsong masa depan yang cerah.
Saudaraku Eko Purnomo dan segenap keluarga, Paman, Bibi, Kakek dan Adik
Sepupu, Keponakan karena mereka selalu memberi motivasi dan semangat yang
tiada henti.
Untuk Almamater ku tercinta yang telah memberikan cahaya yang cerah dan
berkilau berupa ilmu hingga aku dapat mewujudkan harapan, angan serta
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb
Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT. Atas segala karunia,
rahmat, serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG
. Dan semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Nabi akhir zaman pembawa pelita bagi kita.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan (S. Pd.) Prodi Pendidikan Agama Islam di
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY).Selain itu juga
dimaksudkan sebagai bahan kajian dan pertimbangan bagi masalah yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H, Bambang Cipto selaku Rektor Universitas Muhammdiyah
2. .Bapak Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammdiyah Yogyakarta
3. .Bapak Dr. H. Abd. Majid, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan yang telah menyetui dan
mengesahkan judul skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Azhar, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan serta ketulusan hati telah memberikan waktu dan
sumbangan pemikirannya untuk mengarahkan dan memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
5. Seluruh bapak dan ibu dosen beserta karyawan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammdiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
penulis
6. Tak lupa pula terima kasih kepada Bapak Gioto, Kepala Sekolah SDN Mranggen 1
Srumbung Magelang, juga kepada Bapak Muttaqin selaku Guru PAI di sekolahan
tersebut berkat bantuan dan kerelaan beliau penulis dapat dengan mudah
melaksanakan penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu yang tidak bosan-bosan selalu memberikan motivasi dan do‟a kepada nanda dalam menuntut ilmu, maafkan nanda atas keterlambatan dalam
menyelesaikan study.
8. Saudara saudariku Eko Purnomo, Rahmawati, Irul, Diah dan segenap keluarga
besar Bapak Suratmin yang selalu memberikan dan motivasi kepada penulis dalam
9. Kepada sahabat dan teman-temanku, Widi, Gani, Fajar, Wildan dan masih banyak
lagi yang tidak bisa disebutkan semua disini, sekali lagi terimakasih yang selalu
memberikan semangat kepada penulis. Mudah-mudahan Allah Swt., memberikan
balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasanya,.
Yogyakarta, 24 Agustus 2016
HENDRI KURNIAWAN
DAFTAR ISI
JUDUL………... ii
NOTA DINAS………...……….………... iii
PENGESAHAN……….... iv
PERNYATAAN KEASLIAN………..………….….. v
MOTO……….………...………..…...…….….…... vi
PERSEMBAHAN………......….….…….…….. vii
KATA PENGANTAR………...………...…...…………... viii
DAFTAR ISI……….…….………. xi
DAFTAR BAGAN DAN TABEL…….………..………. xvi
ABSTRAK………. xviii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...……….….. 1
B. Rumusan Masalah……….……….………...….…. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Peneltian…...……….………...…... 5
1. Tujuan Penelitian………...……….…...5
2. Kegunaan Penelitian………...……….…..5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 8
A. Tinjauan Pustaka……… 8
B. Kerangka Teori………….………. 10
1. Prestasi Belajar……….... 10
a. Pengertian Prestasi Belajar……….………… 10
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar. ……….…………11
2. Persepsi………….……….……...14
a. Pengertian Persepsi………….……….………...14
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi………….……….……15
3. Metode Mengajar Rasulullah….………...17
a. Pengertian Metode Mengajar Rasulullah………17
b. Macam-Macam Metode Mengajar Rasulullah………...18
1) Mengkondisikan kesiapan belajar peserta didik………….……..18
2) Memanfaatkan Media Audio Visual………….………19
3) Praktek………….……….25
4) Menyajikan Pelajaran Secara Proporsional………….…………..25
5) Dialog dan Rasionalisasi………….………..26
6) Bercerita………….………...27
7) Perumpumaan………….………..27
8) Antusiasme………….………..28
10)Sketsa dan Gambar………….………..29
11)Argumentasi………….………....29
12)Memancing Kreatifitas Berfikir Siswa………….………....30
13)Pengulangan………….……….31
14)Pemetaan………….………..32
15)Kuisioner………….………..33
16)Menguji Kemampuan Siswa………….………....……35
17)Mendorong Kreatifitas Siswa………….………...…..36
18)Memberikan Jawaban Lebih………….………....…37
19)Menjelaskan Jawaban Berulang………….………...37
20)Sportif dalam Menjawab………….………...38
4. Kemandirian Belajar………...……….……...40
a. Pengertian Kemandirian………….………....40
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar…………..41
c. Ciri-ciri Kemandirian Belajar……...……….…42
C. Hipotesis………...………...…..44
BAB III : METODE PENELITIAN 45
A. Metode Penelitian………...……….…………..45
1. Pendekatan Penelitian………..45
2. Variabel Penelitian………...………....45
4. Metode Pengumpulan Data……….…………...48
a. Angket………...………..………..….48
b. Dokumentasi……….….50
5. Uji Asumsi...……....…...………...……….……….…....50
a. Uji Validitas Data………....………….…… 50
b. Uji Reabilitas Data….…...…...………..………….……... 52
c. Uji Normalitas Data…...……….…….. 53
6. Analisis dan Penafsiran Data……….……..54
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 A. Deskripsi Sekolah………...56
1. Profil Umum……… 56
2. Visi dan Misi……….………... 57
3. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan……….…..….... 58
4. Data Siswa..……….………….…….. 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian………..59
1. Persepsi siswa SDN Mranggen 1 Srumbung tentang metode mengajar Rasulullah dalam mempelajari materi PAI. ………....59
2. Kemandirian belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam………...62
4. Pengaruh persepsi metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar
siswa terhadap prestasi belajar PendidikanAgama Islam……….67
a. Hipotesis Minor (Secara Parsial)……….………...67
b. Hipotesis Mayor (Secara Simultan)……….………...70
C. Pembahasan……….……….…..72
1. Persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah oleh guru dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam……….………...72
2. Kemandirian belajar Siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam……….………..…..74
3. Prestasi Siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam……….………...75
4. Pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar……….…77
a. Pengaruh antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar secara parsial...77
b. Pengaruh antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar secara simultan...79
BAB V PENUTUP 82
A. Kesimpulan ……… 82
B. Saran ………... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
A. Daftar Tabel 1. Instrumen Angket..………. 49 B. Daftar Tabel 2. Uji Validitas……….……… 51 C. Daftar Tabel Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data Persepsi Metode
Mengajar Rasulullah yang Diterapkan Guru.……… 52 D. Daftar Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data Kemandirian Belajar ... 53 E. Daftar Bagan 1. Hasil Uji Normalitas Data…..……… 53 F. Daftar Tabel 5. Data Ruang SDN Mranggen 1 Srumbung
Magelang………..……….……… 57 G. Daftar Tabel Tabel 6. Data Guru dan Staf SDN Mranggen 1
Srumbung Magelang……….. 58 H. Daftar Tabel 7. Data Siswa SDN Mranggen 1 Srumbung
Magelang………... 59 I. Daftar Tabel 8. Hasil Perhitungan Statistik Persepsi Siswa tentang
Metode Mengajar Rasulullah yang Diterapkan Guru………. 60 J. Daftar Tabel 9. Konversi Nilai Huruf Persepsi Siswa tentang Metode
Mengajar Rasulullah yang Diterapkan Guru………... 61
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru. 2) mengetahui bagaimana kemandirian belajar siswa. 3) mengetahui bagaimana prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang. 4) mengkaji ada tidaknya pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang.
Penelitian menggunakan pendekatan “expost facto”, dengan mengambil sampel secara proporsional random sampling. Data dikumpulkan dengan kuisioner model skala likert. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif, korelasi parsial, regresi linear berganda, dan uji t, serta analisis varians.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru berada dalam kategori cukup baik. 2) kemandirian belajar siswa berada dalam kategori cukup baik. 3) prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang berada dalam kategori cukup baik. 4) terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapakan guru dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran yang sangat subtansi dalam sebuah
lembaga pendidikan tidak luput dari materi Pendidikan Agama Islam.
Terlebih Rasulullah SAW telah bersabda:
ََرَ تَ ك
apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya maka tidak pernah tersesat untuk selama-lamanya yaitu Al-Qur‟an dan As- Sunnah. (HR. Anas Malik)Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan “upaya mendidik ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan atau sikap hidup
seseorang” (Muhaimin, Suti‟ah dan Ali, 2001: 30). Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, mata pelajaran PAI bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kepribadian
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu dirasa penting
sekali menciptakan proses pembelajaran PAI yang efektif guna mencapai
tujuan utama mata pelajaran ini.
Salah satu indikator keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah program”
(Syah, 2008: 141). Prestasi belajar merupakan pengukuran dan penilaian
hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa setelah siswa melakukan
kegiatan proses pembelajaran yang kemudian dibuktikan dengan suatu tes
dan hasil pembelajaran tersebut dinyatakan dalam bentuk simbol baik
dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang
sudah dicapai. Dalam pendidikan formal, dengan prestasi belajar dapat
diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang, atau lambat. Dengan
mengetahui hasil prestasi belajar yang berbeda-beda maka dapat diketahui
pula bahwa pemahaman peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran berbeda-beda pula.
Dalam usaha untuk mencapai prestasi belajar siswa, banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari faktor eksternal
maupun faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar
diri meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar
(Dalyono, 2009: 55). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut.
Cara belajar adalah “cara atau jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan tertentu dalam belajar dan cara-cara tersebut akan
dalam belajar adalah “aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih
didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab
sendiri” (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 50). Belajar mandiri juga disebut
“Self-motivated learning yang diperkirakan dengan belajar mandiri maka
kualitas pembelajarannya akan lebih baik” (Mudjiman 2007: 8).
Selain beberapa faktor tersebut, peneliti akan melihat dari sisi
metode mengajar. Metode mengajar merupakan “suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru” (Ahmadi dan Prasitya, 2005: 52). Ada banyak metode mengajar yang dapat
digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi PAI. Penentuan
penggunaan metode mengajar ditentukan oleh materi yang akan
disampaikan, keinginan dan kreatifitas dari guru tersebut. Setiap guru
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan akan menampilkan metode
mengajar yang mereka anggap paling sesuai.
Pembelajaran pendidikan agama Islam sudah seharusnya
meneladani pembelajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah sebagai seorang pendidik yang mengajarkan para sahabat
tentang segala hal, tidak akan mampu tergantikan hingga saat ini. Apapun
yang dilakukan Rasulullah saw dalam mengajar merupakan sebuah contoh
yang terbaik. Metode yang diterapkan Rasulullah saw dalam mengajar
merupakan sebuah strategi dan cara yang terbaik. Rasulullah saw sebagai
mengajar. Sebuah konsep pembelajaran yang ideal hanya dapat ditemukan
dalam diri Rasulullah saw.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa terdorong untuk
membuktikan ada tidaknya pengaruh metode pembelajaran Rasulullah
yang diterapakan oleh guru PAI dan kemandirian belajar, dengan hasil
prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal penelitian,
diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan semester gasal PAI siswa SDN
Mranggen 1 Srumbung berada dalam kategori cukup. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti apakah hal tersebut dipengaruhi oleh
metode pembelajaran dan kemandirian belajar atau tidak. Penelitian
peneliti akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Pengaruh
Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Rasulullah yang Diterapkan
Guru dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa SD
N Mranggen 1 Srumbung Magelang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah
yang diterapkan guru?
2. Bagaimana kemandirian belajar PAI siswa SDN Mranggen 1
Srumbung?
3. Bagaimana prestasi belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung
4. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar
Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar terhadap
prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang metode
mengajar Rasulullah yang diterapkan guru.
b. Ingin mengetahui bagaimana kemandirian belajar PAI siswa SD
N Mranggen 1 Srumbung.
c. Ingin mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa SDN
Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
d. Ingin mengkaji ada tidaknya pengaruh persepsi siswa tentang
metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN
Mrangen 1 Srumbung.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan ilmiah dalam ilmu psikologi pendidikan berkaitan dengan
prestasi siswa yang dihubungkan dengan penerapan metode
b. Secara praktis
1) Guru
Membantu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran PAI.
Memberikan wawasan dan pemahaman keefektifan
metodologis pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Serta sebagai tolok ukur agar mampu
menampilkan diri sebagai guru yang lebih baik lagi seperti
yang dicontohkan oleh Rasulullah.
2) Siswa
Dapat dijadikan sebagai media untuk mengeluarkan pendapat
dan aspirasinya terhadap pembelajaran PAI.
3) Sekolah
Sebagai masukan dalam meningkatkan intensitas, efektivitas
dan supervisi kepada guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI dalam aspek metodologis dan kemandirian
belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung.
D. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka hasil
penelitian peneliti akan dituangkan dengan sistematika pembahasan
sebagai berikut :
BAB I merupakan bagian pendahuluan, pada bab ini terdapat
dan kegunaan penelitian, kemudian diakhiri dengan sistematika
pembahasan.
Bab II yaitu berisi tentang tinjauan pustaka dan kerangka teori
yang relevan yang terkait dengan penelitian.
Bab III yaitu berisi tentang metode penelitian yang dijelaskan
dalam beberapa subbab yaitu pendekatan penelitian, variabel penelitian,
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data meliputi angket
dan dokumen. Setelah teknik pengumpulan data dilanjutkan dengan uji
asumsi, analisis dan penafsiran data.
Bab IV yaitu hasil dan pembahasan, dalam bab ini terdapat
beberapa subbab yaitu: hasil dan pembahasan meliputi deskriptif dari
persepsi siswa terhadap metode mengajar Rasulullah oleh guru PAI,
kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa. Dilanjutkan dengan
hipotesis, baik itu hipotesis minor atau hipotesis mayor
Bab V yaitu penutup, bab keempat ini memiliki subbab antara lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti terkait dengan
penelitian tentang “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar
Rasulullah dan kemandirian belajar Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa
SD N Mranggen 1 Srumbung Magelang”, ada beberapa penelitian yang
dijadikan referensi oleh peneliti, diantaranya:
Penelitian Pratistya Nor Aini dan dan Abdullah Taman (2012)
yang berjudul “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Sewon Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul tahun
ajaran 2010/2011. Letak perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti
lakukan adalah pada materi pelajaran dan variabel lingkungan belajar
siswa. Pada penelitian tersebut membahas pengaruh lingkungan belajar
siswa terhadap prestasi belajar akuntansi. Sedangkan persamaannya adalah
membahas tentang pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
Demikian juga penelitian Gigih Mulpratangga (2011) dengan judul
tersebut menunjukkan bawa terdapat pengaruh yang signifikan antara
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V SD
Negeri 2 Rejosari tahun ajaran 2010/2011. Letak perbedaan penelitian ini
dengan yang peneliti lakukan adalah pada variabel perhatian orang tua.
Pada penelitian tersebut mengkaji tentang pengaruh perhatian orang tua
terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan persamaannya adalah mengkaji
tentang pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar terhadap
siswa di tingkat Sekolah Dasar.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kiki Zesica
Devi (2014) dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode
Mengajar Guru, Disiplin Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Islam
Purbolinggo”. Dalam skripsi ini penelitian tersebut menunjukkan terdapat
pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar guru terhadap hasil
belajar siswa. Letak perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan
adalah pada dua variabel disiplin belajar dan motivasi berprestasi. Dalam
penelitian tersebut menggunakan tiga variabel yang mempengaruhi
terhadap hasil belajar siswa. Letak persamaannya yaitu tentang pengaruh
persepsi siswa tentang metode mengajar yang dilakukan oleh guru
B. Kerangka Teori 1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Secara umum “belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melihat proses kognitif” (Syah, 1999: 130). Sependapat dengan hal tersebut belajar dapat diartikan sebagai “perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya” (Usman dan
Setiawati, 1993: 04).
Selain itu belajar merupakan “suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa
disebut hasil belajar, yaitu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap” (Abdurrahman, 2003: 28). Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya.
Dalam hal ini “proses belajar yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan
dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan”
(Winkel 1997: 168). Hal ini menjelaskan bahwa cara untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang dialami siswa salah
Prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar, sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”
(Poerwanto, 2007: 84). Selanjutnya menurut Poerwodarminto
dalam Ratnawati (1996: 206) yang dimaksud dengan prestasi
adalah „hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang‟. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu
tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah. Sedangkan Marsun
dan Martaniah dalam Sia (2000: 71) berpendapat bahwa:
Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik.
Penjelasan dari beberapa teori di atas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa prestasi adalah hasil dari proses belajar siswa,
yang berupa hasil kecakapan dari kegiatan belajar yang mereka
lakukan sesuai dengan bidang akademiknya, dan dalam jangka
waktu yang sudah ditentukan yang diikuti dengan rasa puas bahwa
ia telah melakukan sesuatu yang baik.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam (Syah 1999: 130):
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa). Faktor yang berasal
Dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni: aspek
bersifat rohani).
a) Aspek fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek Psikologis
Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang
lebih esensial itu adalah sebagai berikut: (1) tingkat
kecerdasan/inteligensi siwa; (2) sikap siswa; (3) bakat siswa;
(4) minat siswa; (5) motivasi siswa.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yaitu :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administratif, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk ligkungan nonsosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut, di
samping factor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah di paparkan dimuka,
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan (Slameto 1995:54).
1) Faktor-faktor intern
a) Faktor jasmani yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat
tubuh.
b) Faktor psikologi, terdiri dari inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan, dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis).
2) Faktor-faktor ekstern
a) Faktor keluarga, yang terdiri dari beberapa hal yaitu, cara
orang tua mendidik, relasi antaranggora keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua
b) Faktor sekolah, terdiri dari metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di
atar ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah.
c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal dimana masing-masing faktor terdiri dari
beberapa aspek tertentu. Kedua faktor ini memiliki besar pengaruh
yang sama dan tidak dapat diabaikan salah satunya. Oleh sebab itu
pihak-pihak yang berperan dalam rangkaian ini (siswa, keluarga,
sekolah dan masyarakat) harus mampu saling bekerja sama untuk
menghasilkan prestasi belajar siswa yang maksimal.
2. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah “proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia” (Slameto, 1995: 102). Melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Sedangkan Sagian dalam Susila (2010: 5) menyatakan
di mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpresikan
kesan-kesan sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu pada
lingkungannya‟. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Persepsi
juga merupakan proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur,
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat
diartikan sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang
bersifat selektif.
Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan
berpikir dan pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama antara
satu sama lain, maka dalam mempersepsikan suatu stimulus, hasil
persepsi mungkin akan berbeda-beda atara individu dengan individu
lainnya. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan proses bagaimana seseorang mengatur dan
mengolah hasil dari kesan-kesan sensorik mereka, untuk menciptakan
gambaran-gambaran tertentu yang memiliki arti yang berbeda pada
setiap peserta didik.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah
katakteristik orang yang dipersepsi dan faktor situasional. Vincent
(1997: 35) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
1) Pengalaman masa lalu (terdahulu), dapat mempengaruhi seseorang karena manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan.
2) Keinginan, dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal membuat keputusan. Manusia cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
3) Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menurut
Sagian dalam Susila (2010: 6) secara umum ada tiga, yaitu:
1) Dari orang yang bersangkutan itu sendiri.
Seseorang berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang
dilihatnya. Ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individu yang
turut mempengaruhi seperti, sikap, motif, kepentingan, minta,
pengalaman, dan harapan.
2) Sasaran persepsi tersebut.
Sasaran persepsi bisa berupa orang, benda atau peristiwa, dan
sifat-sifat sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi
seseorang.
3) Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi
dimana suatu rangkaian persepsi timbul perlu mendapatkan
perhatian, situasi ini merupakan faktor yang turut berperan dalam
pembentukan persepsi.
Pemembuat skala persepsi dalam penelitian ini peneliti akan
mengambil dari teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
dari pengalaman terdahulu, keinginan, pengalaman dari teman-teman,
dari yang bersangkutan dan dari sasaran yang akan dipersepsi.
3. Metode Mengajar Rasulullah
a. Pengertian Metode Mengajar Rasulullah
Djamarah dan Zain dalam widayanti (2006: 7)
menjelaskan metode adalah „suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan‟. Dalam kegiatan guru
memerlukan metode yang penggunaanya bisa divariasikan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Sependapat dengan
Surakhmad (2002: 148) metode mengajar adalah cara-cara
pelaksanaan dari proses suatu pengajaran, atau sebagaimana
teknisnya suatu bahan pelajaran di berikan kepada siswa-siswa di
sekolah.
Depatermen Agama (2002: 88) menjelaskan metode
mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan meteri pelajaran. Karena penyampaian itu
berlangsung berlangsung dalam interaksi edukatif, metode dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan guru untuk berhubungan
dengan siswanya saat proses kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa metode mengajar Rasulullah adalah cara-cara yang
digunakan dalam proses pengajaran di kelas oleh guru dengan
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran dengan
optimal, penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan
konteks belajar dan tujuan yang akan dicapai. Metode mengajar
merupakan cara untuk melakukan aktivitas yang sistematis dari
sebuah lingkungan yang terdiri dari guru dan siswa untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.
b. Macam-Macam Metode Mengajar Rasulullah
Syahlub (2003: 129) menjelaskan bahwa terdapat 20 metode mengajar Rasulullah yaitu antara lain:
1) Mengkondisikan kesiapan belajar peserta didik
Tidak ada seorang pun yang menyangkal adanya
unsur keapatisan murid terhadap guru, itu disebabkan
beberapa hal. Diantaranya yaitu kendala bagi seorang murid
dalam hal menyerap ilmu, atau adanya kesulitan dalam
memahami penjelasan guru. Kepasrahan dan keseriusan
murid terhadap gurunya pada proses belajar mengajar
merupakan faktor yang vital untuk menyerap dan memahami
ilmu dengan cara yang benar. Oleh kerena itu guru juga harus
melihat kondisi muridnya serta menggunakan berbagai
metodologi untuk menarik perhatian murid. Dalam hal ini
a) Istinshat (Metode Perintah)
Istinshat adalah menyuruh anak murid untuk diam
dan mendengarkan (perkataan guru). Pada umumnya
metode ini digunakan oleh guru sebelum memulai
pelajaran, atau ketika tidak ada metode laian selain ini.
b)Nida’ (Metode Panggilan)
Nida’ adalah sebuah metode dengan cara
memanggil murid (sebelum ia memulai pelajaran, dan
kadang di sela-sela pelajaran). Metode ini banyak
digunakan oleh guru.
c) Anjuran Untuk Diam dan Mendengarkan (Metode Tidak Langsung).
Metode ini sangat baik untuk menarik jiwa murid
dan mendorongnya untuk mendengarkan, karena pada
umumnya jiwa manusia itu cenderung apatis terhadap hal
yang bersifat “wajib”. Baik sekali bila seorang guru mau
mencoba menerapkan metode ini, agar murid tertarik dan
mau menerima pelajaran dengan jiwa yang semangat serta
tertantang.
2) Memanfaatkan Media Audio Visual
Metode “pengucapan” atau dengan cara menjelaskan
materi pelajaran merupakan media penghubung yang kuat
antara guru dan murid, artinya bahwa suara guru adalah
Di sini saya akan menjelaskan sebagian dari manfaat
media audio visual yang sangat membantu seorang guru
dalam melaksanakan pengajaran dan pendidikan dengan
sebaik-baiknya, seperti yang diambil dari sunnah Nabi saw.
Dalam pemanfaatan media audio yang harus diperhatikan
antara lain:
a) Gaya bicara (enak-jelas)
Menjabarkan metode pejalaran dengan gaya
bicara yang sangat cepat membuat murid sudah
memahami dan tidak bisa mengambil manfaat dari
masalah yang disampaikan oleh guru. Metode seperti itu
tanpa sadar banyak dilakukan oleh seorang guru,
karenanya guru harus memperhatikan hal ini. Sebaliknya
metode penyampaian dengan sangat perlahan justru
menerlenakan murid, menimbulkan rasa bosan dan
kantuk.
Metode penyampaian materi pelajaran yang
paling baik yaitu dengan memetakan kata, sehingga
antara kata satu dengan kata lainnya terpisah dan tidak
sulit dipahami oleh murid. Begitulah, metode
penyampaikan yang terbaik adalah yang sedang-sedang,
b) Pembicaraan yang tidak tasyadduq
Tasyadduq yaitu berbicara dengan panjang lebar,
tanpa hati-hati dan tidak terkendali. Ada yang
mengatakan bahwa tasyadduq adalah berbicara yang
berlebihan sehingga merepotkan syadq. Syadq yaitu
sudut mulut.
Terlalu banyak bicara serta berlebihan dalam
mengeluarkan kata-kata adalah sesuatu yang tidak
disukai oleh syara‟ dan tidak diterima akal, karena hal itu
terkesan membanggakan diri sendiri dan merendahkan
yang lainnya karena menurutnya mereka lebih sedikit
kefasihannya dan memahirannya dibanding dirinya.
c) Suara yang keras
Mengeraskan suara (yang berkaitan dengan ilmu)
adalah diperbolehkan, seperti sabda Nabi saw, (lalu
beliau berteriak dengan suara yang keras). Konklusi
selengkapnya adalah bahwa mengeraskan suara boleh
dilakukan bila benar-benar diperlukan, terlebih jika
orang tersebut (yang dipanggil) jauh, atau ketika banyak
sekali kumpulan manusia.
Hal tersebut di atas, akan sangat baik jika diiringi
dengan memberikan nasehat. Seperti halnya hadits Jabir
berbicara tentang hari kiamat, beliau berkata dengan
sangat berapi-api dan mengeraskan suaranya”. (HR. Muslim).
Di atas telah dijelaskan tentang manfaat
mengeraskan suara, ketika sedang mengajar serta
menjelaskan masalah-masalah yang sangat penting, demi
untuk menarik perhatian para pendengar (murid).
Dengan suara keras diharapkan agar murid sangat
terkesan dan suli melupakan pesan-pesan ilmu yang telah
disampaikan.
d) Penjelasan yang tidak terputus (kontinual).
Adakalanya seorang murid mengikuti alur
penjelasan gurunya supaya ia mendapatkan titik terang
yang jelas, atau meminta kembali penjelasan yang telah
lewat. Di sini guru punya pilihan, boleh saja ia
mengabulkan permintaan murid atau ia menolaknya.
e) Diam sejenak disela-sela penyampaian materi
Berhenti sejenak atau diam di tengah-tengah
penjelasan materi pelajaran mempunyai beberapa
manfaat. Diantaranya yaitu:
(1) Menarik perhatian murid. Artinya, jika seorang guru
berbicara tentang suatu pembahasan, kemudian tiba-tiba
(2) Bentuk toleransi guru dan sejenak beristirahat.
(3) Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyusun
pikirannya (konsentrasi), sehingga mampu memusatkan
perhatian tanpa memikirkan yang lain.
Sedangkan dalam pemanfaatan media visual yaitu di
antaranya adalah:
a) Selalu memfungsikan media visual
Pemanfaatan media visual adalah sangat berguna
bagi guru dan murid. Ketiga pemakaian media visual
sedang berlangsung seorang guru bisa terus mengawasi
anak muridnya, mengingatkan murid yang lupa,
membangunkan murid yang tidur dan mencegah murid
yang sering bermain.
Sudah sepantasnyalah seorang guru membagi
atensinya kepada anak muridnya, sehingga ia benar-benar
yakin, bahwa mereka semua dapat merekam
pembicaraannya serta tidak melupakan anak muridnya
ketika sedang memberi penjelasan.
Ada sebagian guru yang memfungsikan
visualisasinya pada waktu tertentu saja, Seorang guru
tidak dapat memantau anak muridnya dengan ketat.
Kemudian ia juga harus memberi kesempatan keapda
guru disunnahkan berada lebih atas dari pada muridnya,
meskipun hanya berbeda tipis. Hal ini diupayakan agar
menghasilkan sebuah tuntutan yang baik dan setiap murid
dapat mengikuti tuntunan gurunya tanpa sangat
berdekatan dengan murid disampingnya.
Sedangkan jika seorang murid selalu bisa melihat
dan memperhatikan gurunya, tentunya akan
menghasilkan suatu kepahaman yang kuat dalam belajar,
karena partisipasi media audio dan visual sangatlah kuat
(dalam hal penyerapan) daripada menggunakan satu
media saja.
b) Ekspresi Wajah
Metode ini bisa sebagai ekspresi atas
ketidaksenangan ataupun juga kerelaan dariucapan dan
tindakan tertentu. Metode ini sangat berguna bagi
sekelompok orang tertentu, karena mereka dapat
menggunakan pandangan yang tajam sebagai eskpresi
dari pencegahan dan pelarangan, atau juga dengan
menggunakan senyuman dan wajah yang ceria, seperti
ketika engkau mengucapkan, “Bagus! Bagus sekali!”,
3) Praktek
Tidak diragukan lagi bahwa menjelaskan materi
pelajaran dengan cara penyampaian, merupakan media yang
baik (dalam proses belajar mengajar), akan tetapi media ini
akan lebih efektif bila diiringi dengan media yang lain yaitu
metode praktek. Penggabungan antara metode teori dan
praktek, jika dilakukan bersama dalam suatu pengajaran,
maka hal itu merupakan faktor yang kuat untuk
meningkatkan pengetahuan di benak anak murid, sangat
berkesan dan tidak cepat lupa. Metode praktek ada yang dari
sisi guru dan ada dari sisi murid. Artinya ada yang harus
dilakukan oleh guru dan dilakukan oleh murid.
4) Menyajikan Pelajaran Secara Proporsional
Akal dan kemampuan (skill) per individu dengan
individu lainnya maupun komunitas dengan komunitas
lainnya terdapat perbedaan. Hal itu merupakan sesuatu yang
riil, sebagai bukti bisa kita lihat anak murid dalam satu kelas
terjadi perbedaan kecepatan dalam menjawab beberapa
pertanyaan dari guru atau pun dalam hal kepahaman (daya
tangkap).
Dalam hal ini seorang guru punya andil dan tanggung
jawab yang besar untuk menjabarkan suatu masalah menjadi
(kemampuan) murid, sehingga mereka tidak menjadi bingung
dan tidak sulit lagi dalam memahami suatu ilmu.
5) Dialog dan Rasionalisasi
Seperti halnya akal dan kemampuan manusia yang
berbeda kadar pemahaman dan cepatnya merespon, berbeda
pula kadar kerelaan mereka terhadap perintah Allah dan
larangannya. Ada di antara mereka yang tidak puas dengan
dalil, kecuali setelah jelas hikmah dari pensyari‟atan tersebut, ada pula mereka yang merasa cukup dan puas dengan dalil
itu.
Pada umumnya begitu pula yang terjadi pada murid,
di antara mereka ada yang tidak puas dengan sebagian
kaidah-kaidah dan asas-asas yang telah diistilahkan oleh
ulama‟, kecuali jika telah jelas hikmahnya. Ada juga di antara mereka yang tidak bisa mencapai kepahaman yang sempurna
kecuali setelah kaidah ataupun masalahnya disimpulkan. Hal
seperti itu bisa dijelaskan dengan cara dialog dan
rasionalisasi. Manfaat penerapan dialog bertujuan “untuk mengarahkan pola pikir pada suatu pokok permasalahan
sehingga permasalahan menjadi jelas” (An Nahlawi, 1995:
6) Bercerita
Cerita, mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk
menarik simpati murid serta mengaktifkan seluruh
perasaannya kepada guru (sang pencerita). Ini terjadi karena
sebuah cerita pada dasarnya disenangi oleh manusia, demi
untuk mengingat kembali kabar-kabar masa lalu, beberapa
kejadian, keganjilan dan lain-lain.
Manfaatnya adalah bahwa bercerita (kepada murid)
merupakan sesuatu yang menarik dantidak mudah dilupakan,
oleh karena itulah, Al-Quran benar-benar memperhatikan
penuturan cerita-cerita, demi untuk menghibur diri,
memantapkan maksud, mengambil pelajaran, mengetahui
kabar-kabar masa lalu serta menghafalkan kejadian-kejadian
dan banyak lagi yang lainnya.
Dalam Al-Quran penuturan suatu cerita bukanlah
hanya untuk menghibur diri saja, akan tetapi untuk
direnungkan baik dalam masalah-masalah tauhid maupun
hukum-hukum Allah SWT yang tidak bisa diganggu gugat.
7) Perumpumaan
Seorang guru membutuhkan suatu media untuk
memecahkan masalah yang sulit serta menjelaskan suatu
pembahasan yang rumit. Artinya jika seorang guru
juga butuh media lain yang dapat membantu memecahkan
masalah itu, sehingga seorang murid dapat mempelajari
dengan gampang dan mudah masalah yang sulit itu.
Perumpamaan adalah bentuk penganalogian dan sejenisnya
yang berguna sebagai penggambaran dan penjelasan.
Manfaat lainnya “perumpamaan dapat memudahkan
pemahaman mengenai suatu konsep. Untuk memahami suatu
makna perkara, manusia itu cenderung menyukai
penyerupaan persoalan-persoalan abstrak pada
perkara-perkara yang konkret” (An-Nahlawi, 1995: 254). 8) Antusiasme
Sikap semangat merupakan suatu metode yang dapat
memacu kemauan, dan mencerdaskan diri, karena memang
jiwa manusia itu pada dasarnya senang mencari hal-hal yang
baru. Semangat guru memotivasi seorang murid menjadi
antusias dan sangat senang untuk mengetahui hal-hal yang ia
inginkan.
9) Gerak dan Gaya Tubuh
Seorang guru tidak boleh menafikan hal ini, yaitu
gerak tangan ataupun kepala ketika ia sedang mengajar
(karena hal itu memang terjadi pada orang yang sedang
berbicara, apapun yang dibicarakannya). Menggerakkan
bentuk pengajaran yang baik karena jika seorang murid
memperhatikan gerak-diam seorang guru, maka hal itu adalah
cerminan dari penghayatan yang bicarakan. Artinya, seluruh
pembicaraan guru berpengaruh pada gerak tangan dan kepala.
10) Sketsa dan Gambar
Guru membutuhkan media pembantu yang dapat
membantunya menyampaikan pengetahuan kepada murid
dengan bentuk yang lebih baik dan lebih mudah, diantaranya
yaitu dengan papan tulis yang berfungsi lebih menguatkan
penjelasan yaitu dengan menulis atau menggambar di papan
tulis.
Selain itu, seorang guru yang menjelaskan suaut ilmu
disertai dengan tulisan di atas papantulis, dengan seorang
guru yang hanya menyampaikan ilmu dengan lisan saja. Pasti
yang pertama leibh jelas dan cepat dipahami dan hal ini tidak
membutuhkan argumen untuk menguatkannya.
Empat belas abad yang lalu, Nabi saw telah
mengajarkan di sebagian hadits dan menguatkan
penjelasannya dengan sketsa atau gambar, karena hal itu
lebih memahamkan dan cepat diingat.
11) Argumentasi
Seorang murid kadang mempunyai masalah yang
atau jalan keluarnya, sehingga meminta guru untuk
menjelaskan apa yang menjadi problemnya. Di antara
solusinya yaitu dengan metode argumentatif yaitu dengan
menjelaskan sebab dan alasan terjadinya masalah ataupun
suatu hukum.
Argumentasi dapat menyelesaikan beberapa masalah
yang sulit, serta memenangkan jiwa. Fungsi yang lain yaitu
dapat memberi kesan yang dalam di hai dan sulit untuk
dilupakan, karena mengingat sesuatu yang lebih diketahui
alasannya adalah lebih mudah, dibanding orang yang tidak
mengetahui sebab dan alasannya.
12) Memancing Kreatifitas Berfikir Siswa
Seorang guru yang tidak langsung menguraikan
jawaban kepada murid dapat menjadi media yang berguna
untuk mengaktifkan akal serta mendorong mereka untuk
berpikir dan mencari jawaban sendiri. Metode ini juga
mempunyai fungsi lain yaitu dapat menajamkan pemikiran
serta mendorong mereka untuk berusaha keras mencari
jawabannya (tapi semua ini tidak lepas dari pengawasan
guru).
Penjelasan tentang metode ini yaitu, seorang guru
menyodorkan suatu masalah tertentu, kemudian ia hanya
jawaban akhir bagimereka. Masalah yang disodorkan kepada
murid kadang harus dijawab, dan kadang tidak harus dijawab,
karen memang tujuanny hanya sekedar ingin mengaktifkan
pikiran mereka serta menajamkannya.
13) Pengulangan
Rasulullah dahulu menggunakan metode ini yaitu
“dengan cara mengulang-ulang ucapannya kepada para sahabat untuk menekankan dan memperingatkan mereka
akan pentingnya materi yang beliau sampaikan, di samping
agar mereka lebih bisa memahami dan menerima penjelasan
dengan mantap” (Fattah, 2015: 249). Selain itu dalam metode pengulangan ini, terdapat beberapa manfaat besar lainnya
yaitu antara lain sebagai pengingat bagi orang yang lupa,
murid yang ngantuk dan lain sebagainya.
Pengulangan cukup tiga kali dan pembahasan tentang
itu telah banyak terurai dalam hadits-hadits Nabi saw. Ibnu
Tin berkata, “Pengulangan tiga kali merupakan batas
maksimal untuk dapat memberikan suatu penjelasan, dan jika
terpaksa, boleh lebih dari tiga”. Pengulangan adakalanya
pada kata-kata, adakalanya pada nama dan adakalanya tidak
14) Pemetaan
Metode ini jarang digunakan oleh guru ketika sedang
menyampaikan suatu materi pelajaran. Maksud metode ini
adalah; Seorang guru yang menyampaikan materi pelajaran,
kemudian ia membaginya ke beberapa bagian, fase, paragraf,
nomor, atau mungkin titik, kemudian setelah itu baru
disampaikan kepada murid.
Dalam metode ini ada beberapa keuntungan besar
bagi murid, yaitu dapat menyatukan bagian-bagian tema,
mudah menghapalnya serta cepat diserap. Hal tersebut adalah
untuk mengantisipasi kelupaan. Artinya jika seorang murid
lupa akan suatu keilmuan, kemudian disebutkan nomornya
sekian, pembagiannya sekian, maka hal itu dapat
mengembalikan ingatan murid.
Jika kita mempelajari kitab-kitab fiqih, di sana dapat
kita lihat begitu banyak pengelompokkan yaitu
pengelompokkan yang telah dibuat oleh ulama-ulama fiqih,
misalnya tentang syarat-syarat, kewajiban-kewajiban,
rukun-rukun, larangan-larangan dsb. Setiap pembagian kelompok
dalam hukum fiqih itu, tidaklah bertentangan dengan nash
Rasulullah saw.
Hal itu dilakukan supaya murid bisa lebih mengerti
sehingga hal itu membuat murid lebih gampang
mengingatnya kembali.
15) Kuisioner
Untuk menyampaikan ilmu terkadang Nabi saw.
melontarkan kepada para sahabat tentang sesuatu yang
sebenarnya telah beliau ketahui. Nabi melakukan hal tersebut
yaitu “untuk merangsang kecerdasan mereka, mendorong
mereka supaya menggunakan akal, serat menambah ilmu
mereka melalui sebuah teka-teki yang dilakukan untuk
menguji kadar ilmu mereka” (Fattah, 2015: 141).
Seorang guru perlu sekali beberapa media yang dapat
menarik perhatian murid serta butuh juga beraneka ragam
metode, sehingga murid tidak lagi terpancang dengan satu
metode saja, lalau menjadi “kebiasaan” dan pada akhirnya
guru tidak bisa lagi berbicara tentang manfaat dari
„kebiasaan‟ itu. Di antara media yang dapat menarik perhatian murid adalah menggunakan kuesioner (pertanyaan),
yaitu ketika membahas suatu materi sehingga hal itu dapat
menarik perhatian murid dan dapat mendorongnya untuk
mencari suatu kepahaman (jawaban).
Seorang guru sebaiknya menyampaikan pertanyaan
terlebih dahulu, supaya semua murid ikut berpartisipasi
seperlunya kepada murid (kesempatan mencari jawaban),
sebelum ia mendengar jawaban darinya. Hal demikian
dilakukan karena perbedaan kecepatan daya tangkap murid
berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Sebagian mereka
ada yang lebih cepat memahami dan mungkin sebagian yang
lain tidak.
Oleh sebab itulah, suatu tindakan yang kurang tepat
jika ada guru yang mengajukan suatu pertanyaan hanya
kepada murid tertentu saja, berdasarkan urutan nama, atau
menurut urutan kursi (lebih menekankan pada individu),
karena cara seperti itu menyebabkan murid yang lain (yang
tidak mendapat pertanyaan) tidak acuh dan tidak
mempedulikan mencari jawabannya.
Dalam kondisi tertentu, boleh saja seorang guru
tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada seorang murid dengan
alasan ingin mengetahui keadaannya dan mengingatkannya
dari kealpaan. Nabi saw sendiri pernah bertanya kepada
seorang sahabat tentang bermacam masalah, kondisi tersebut
terjadi karena memang Rasulullah saw hanya berduaan
dengan sahabat itu, yaitu seperti yang terjadi pada sahabat
16) Menguji Kemampuan Siswa
Menguji kemampuan secara kolektif mempunyai
faedah yang besar untuk menumbuhkan kecakapan dan
menguatkan kepahaman mereka. Cara menggunakan meode
ini, yaitu seorang guru terlebih dulu menyampaikan suatu
masalah keapda mereka semua, kemudian memberikan
sedikit kesempatan kepada mereka untuk mengingat kembali
materi pelajaran, baru kemudian secara tidak langsung
memberi jawaban kepada murid.
Menarik untuk direnungkan tentang model yang telah
diajarkan Nabi saw adalah ternyata model itu telah memacu
keintensifan para sahabat, memaksa mereka untuk berpikir
mencari jawabannya serta membuat mereka penasaran untuk
mengetahui apa jawaban yang benar dari Rasulullah saw,
ketika mereka sudah tidak mampu lagi memecahkan
persoalan itu.
Hal-hal penting yang juga harus diperhatikan oleh
guru adalah bentuk-bentuk pertanyaan yang akan
disampaikan haruslah dapat memancing pemikiran serta
menanamkan suatu pemahaman tertentu bagi murid.
Jika seorang guru dapat menggunakan metode ini
dengan baik, tentu manfaatnya besar sekali. Untuk
pertanyaan terlalu sulit bagi murid serta tidak bertujuan
merendahkan dan meremehkannya, tetapi harus dicari jenis
pertanyaan yang mempermudah (lebih bisa dipahami) bagi
murid.
17) Mendorong Kreatifitas Siswa
Bertanya merupakan suatu tindakan yang dapat
menepis kealpaan dan praduga, sehingga ketika seorang guru
menguraikan materi pelajaran, ia tidak boleh menjelaskan
kecuali murid benar-benar telah paham atas materi itu.
Bagaimana cara untuk mengetahui kepahaman murid? Yaitu
mengujinya dengan sebuah pertanyaan (ketika suatu
pembahasan telah sempurna), dan lebih baik lagi setelah
murid lebih dulu mengajukan pertanyaan atas
kesulitan-kesulitan mereka (kepada guru).
Dengan bertanya dapat menjelaskan ketidaktahuan
anak murid, serta lebih dapat memastikan sebuah jawaban
baginya (murid yang terlebih dulu bertanya). Sesuatu yang
dapat menepis ketidaktahuan, seperti Sabda Rasulullah saw,
“sesungguhnya obat IY adalah bertanya”.
Kata “IY” disini ada yang bermakna “kebingungan”
dan “ketidak-mantapan”, ini yang terdapat dalam kitab Shahih dan ada yang bermakna (menurut lisan Arab)
penyakit dan obatnya adalah bertanya dan belajar. Jelaslah
sudah, seorang guru harus mendorong anak muridnya untuk
dapat mengajukan pertanyaan kepadanya. Seperti yang telah
disabdakan oleh guru kita Muhammad saw.
Kemudian yang harus diperhatikan lagi, bahwa guru
harus mengontrol pertanyaan yang muncul dari mereka, agar
suatu pertanyaan menjadi bermanfaat dan tidak untuk
melemahkan pemahaman, meremehkan orang lain, mengejek
atau sikap negatif lainnya. Karena pertanyaan-pertanyaan
negatif seperti ini, atau yang sejenisnya tidaklah memberi
kemuliaan bagi pelakunya (penanya).
18) Memberikan Jawaban Lebih
Kadang banyak sekali pertanyaan-pertanyaan murid
yang diajukan kepada guru, akan tetapi masih ada guru yang
hanya memberi jawaban seperlunya saja, tidak lebih.
Harusnya seorang guru tidak hanya memberi jawaban
sekadarnya saja, tapi kadang ia juga harus menambah
jawaban dari soal yang diajukan oleh seorang murid, serta
menjelaskan korelasinya terhadap soal itu, apa lagi jika
seorang murid kurang pengetahuannya.
19) Menjelaskan Jawaban Berulang
Seorang guru perlu menjelaskan ulang jawaban dari
Hal itu dilakukan karena kadang murid tidak yakin atas
jawabannya sendiri. Begitu juga murid-murid yang lain,
mereka juga masih penasaran apakah jawaban dari temannya
itu benar atau salah. Untuk itulah, seorang guru harus
menjelaskan ulang jawaban dari murid, sehingga jawaban itu
benar-benar lengkap dan murid-murid yang lain pun jadi
mengerti mana jawaban yang benar dan mana jawaban yang
salah.
Guru juga harus benar-benar jeli ketika meneliti
jawaban murid, jangan lantas cepat menyalahkan jawaban
seluruhnya, karena mungkin saja jawabannya ada yang benar.
Ia juga harus menguatkan jawaban murid, jika ia memang
benar. Meluruskan dan menjelaskan jika memang salah. Jika
murid memang salah, sebaiknya guru memilih kata-kata yang
halus ketika menyalahkan jawaban itu, jangan kata-kata yang
kasar dan meremehkan, karena hal itu dapat membuat murid
enggan menjawab pertanyaan guru karena ucapannya yang
kasar.
20) Sportif dalam Menjawab
Allah SWT mencela orang-orang yang berbicara
tanpa ilmu, tidak ada dalam kitab-Nya maupun dalam hadits
ilmu adalah menyesatkan dan tidak dapat memberi petunjuk,
bisa merusak dan tidak bisa memperbaiki.
Jadi seorang guru yang berkata, “Aku tidak tahu”
ataupun “Aku tidak mengerti” karena memang ia benar-benar tidak tahu, maka hal itu bukanlah aib, atau karena ilmunya
kurang. Akan tetapi justru itu cermin dari kesempurnaan
ilmunya. Ketika pada hari kiamat, Allah SWT bertanya
kepada Rasul-Nya,
“(Ingatlah), hari di waktu Allah SWT mengumpulkan
para Rasul, lalu Allah SWT bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?”
Para Rasul menjawab:
“Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu).
Sesungguhnya engkaulah yang mengetahui perkara yang
ghaib”. ( Al Maidah: 109)
Jadi, jika demikian, tidaklah malu dan tidaklah
merupakan aib jika seorang guru berkata: “Aku tidak tahu”.
Dalam kitab Adabnya Al-Mawardi berkata “Ketika tidak ada jalan untuk mencakup ilmu, maka tidak celakalah tidak
mengetahui sebagiannya, dan ketika tidak mengetahui
sebagian itu tidak celaka, maka tidak buruklah mengatakan
kalimat “saya tidak tahu” atas sesuatu yang benar-benar tidak ia ketahui.
Sang guru, Muhammad saw, juga pernah mengatakan
sampai beliau mendapatkan wahyu, dan beliau pun tidak
terpancing atas perkataan orang yang hasud dan orang
munafik untuk tidak mengucapkan kata-kata itu.
4. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian
Menurut Ali dan Asrori (2005: 114) “Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh
melalui proses individuasi”. Proses individuasi adalah realisasi
kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Menurut Hamzah
(2007: 51) “Metode belajar yang sesuai kecepatan sendiri juga
disebut belajar mandiri”. Maksud dari kecepatan sendiri adalah siswa memiliki tanggung jawab sendiri, sesuai dengan kecepatan
sendiri untuk menciptakan belajar yang berhasil. Semuanya
berdasarkan pada sasaran belajar khusus dan bermacam-macam
kegiatan dengan beraneka sumber belajar yang berkaitan.
Tirtarahardja dan Sulo (2005: 50) menyatakan bahwa
“Kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang
berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan
sendiri dan tanggung jawab sendiri”. Dorongan dari internal individu memiliki kunci pokok dalam kegiatan belajar anak.
Perolehan hasil belajar yang didapat anak, baik keterampilan
maupun kompetensi tertentu akan mampu dicapai jika dialami
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah
proses belajar yang dilakukan atas dorongan internal dari individu
tanpa bergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab
sendiri untuk menguasai kompetensi guna mengatasi suatu
masalah.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Selain potensi yang dimiliki sejak lahir, perkembangan
kemandirian juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang
datang dari lingkungannya. Menurut Ali dan Asrori (2005: 118),
ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
yaitu sebagai berikut:
1) Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.
2) Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak.
3) Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetitif positif akan memperlancar kemandirian.