THE INFLUENCE OF UNDERSTANDING, TAX ADMINISTRATION, A GOOD PERCEPTION TOWARDS TAX AUTHORITIES AND FAIRNESS
ON THE PRACTICES OF TAX EVASION (Case Study on Taxpayer in KPP Pratama Gunungkidul)
Oleh
NISA ARIFIANI PERMATA BAHARI 20130420098
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
i
PENGARUH PEMAHAMAN, SISTEM PERPAJAKAN, PRESEPSI BAIK
PADA FISKUS DAN KEADILAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION
(StudiKasuspadaWajibPajak di KPP PratamaGunungkidul)
THE INFLUENCE OF UNDERSTANDING, TAX ADMINISTRATION, A GOOD PERCEPTION TOWARDS TAX AUTHORITIES AND FAIRNESS ON
THE PRACTICES OF TAX EVASION
(Case Study on Taxpayer in KPP PratamaGunungkidul )
DisusunOleh :
NISA ARIFIANI PERMATA BAHARI 20130420098
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
PENGARUH PEMAHAMAN, SISTEM PERPAJAKAN, PRESEPSI BAIK
PADA FISKUS DAN KEADILAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION
(StudiKasuspadaWajibPajak diKPP PratamaGunungkidul)
THE INFLUENCE OF UNDERSTANDING, TAX ADMINISTRATION, A GOOD PERCEPTION TOWARDS TAX AUTHORITIES AND FAIRNESS ON
THE PRACTICES OF TAX EVASION
(Case Study on Taxpayer in KPP PratamaGunungkidul )
SKRIPSI
DiajukanGunaMemenuhiPersyaratanuntukMemperolehGelarSarjanapadaFakultas Ekonomi Program StudiAkuntansiUniversitas
Muhammadiyah Yogyakarta
DisusunOleh :
NISA ARIFIANI PERMATA BAHARI 20130420098
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii PERNYATAAN
Denganinisaya,
Nama : NisaArifianiPermataBahari
Nomormahasiswa : 20130420098
Menyatakanbahwaskripsiinidenganjudul: “ PENGARUH PEMAHAMAN, SISTEM PERPAJAKAN, PRESEPSI BAIK PADA FISKUS DAN KEADILAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION (StudiKasuspadaWajibPajak di KPP PratamaGunungkidul)”
tidakmendapatkarya yang pernahdiajukanuntukmemperolehgelarkesarjanaan di suatuPerguruanTinggidansepanjangpengetahuansayajugatidakterdapatkaryaaraupe
ndapat yang pernahditulisatauditerbitkanoleh orang lain,
kecualisecaratertulisdiacudalamnaskahinidandisebutkandalamDaftarPustaka. Apabilaternyatadalamskripsiinidiketahuiterdapatkaryaataupendapat yang
pernahditulisatauditerbitkanoleh orang
lainmakasayabersediakaryatersebutdibatalkan.
Yogyakarta, 2016
iv MOTTO
“ Makasesungguhnyabersamakesulitanadakemudahan.
Sesungguhnyabersamakesulitanadakemudahan.Makaapabilaengkautelahselesai (darisuatuurusan), tetaplahbekerjakeras (untukurusan yang lin). Dan
hanyakepadaTuhnmulahengkauberharap.” (Q.S Al Insyirah 6-8)
JIKA KESEMPATAN TIDAK PERNAH DATANG, BUATLAH!
v PERSEMBAHAN
SkripsiIniKupersembahkanuntuk :
Alhamdulillah....Terimakasih Allah SWT ataskarunia yang telahengkaulimpahkanpadakudanjugaorangtuaku.
Kadokecilininisapersembahkanbuat ayah
samaibutercintaterimakasihatassegalasemangat ,dukungan,
doa-doa kalian yang super
ampuuuuhdanpengorbanan-pengorbananluarbiasa yang udah ayah samaibukasihkenisa. UntukAlmamaterkutercinta.
Buataldiadekku,,sipenasehat spiritual. Thanks a lot cil! ♥
For Mr. Lucien Terrien and Inggrid. Thankyou for your support and your help for my study.
BuatsahabattemensusahsenengdariawalkuliahKalsum, Indah,
Citra danPuput. Terimakasih kalian berhasilbawaakupakai toga bareng kalian ☺
Buat Genk terkasih Sandra Zetira, AnggitaShinta, Puja, Isti, Hakul, danFrista.Terimakasihatasterkasihdantersetianya kalian hahaha BuatHaninda, MeritadanGeya. Cepetnyusulyamengsky.
Buat Mas Eta, Mas Wahyu, Mas Fian, Mbakpuput, Mbakyora. Thanks love!
BuattemenseperjuanganskripsikuDewiRetno,DwiSepti, Silvi,
danAndreano. Salam Ketchup!
UntukpakAlekMurtinselakudosenpembimbingsaya.Terimakasih Pak Alekatasbimbingannya.
UntukseluruhdosenAkuntansiUniversitasMuhammadiyah Yogyakarta.
Dan
vi INTISARI
PenelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhdariPemahaman, SistemPerpajakan, PresepsiBaikpadaFiskusdanKeadilanterhadaptindakan Tax Evasion.Populasidalampenelitianiniadalahwajibpajak orang pribadidanbadan yang terdaftar di KPP PratamaGunugkidul
Teknikpengambilan sample yang digunakanadalahconvenience samplingdan data dalampenelitianinididapatdenganpenyebarankuesioner. Sample yang diperoleh 120 respondendansampel yang dapat di
analisisadalah 105 responden.Analisis data
dalampenelitianinimenggunakanregresi linier bergandadenganbantuan SPSS.
Hasildaripenelitianinimenunjukkanbahwa
vii ABSTRACT
This research is aimed to examine the influence of understanding, tax administration, a good perception towards tax authorities and fairness on the practice of tax evasion. Population on this research is known to be the individual tax bearer and institutions that are registered in the KPP Pratama within the GunungKidul region.
The technical method of collecting samples of this research is by using so-called convenience sampling whose datas are obtained by distributing numbers of questionnaires. Those samples were consisted of 120 respondents where only 105 out of that total numbers that are able to be analyzed. Data analyse in this research is applying doubled linier regression method aided by the utilization of SPSS.
The results of this research are showing that (1) Understanding does not give influence towards the practices of tax evasion, (2) tax administration does not give influence the practices of tax evasion, (3) good perceptions towards the tax authorities are negatively and significantly influence the practices of tax evasion and (4) fairness does not give influence the practice of tax evasion.
viii
KATA PENGANTAR
Segalapujibagi Allah SWT yang telahmemberikankemudahan,
karuniadanrahmatdalampenulisanskripsidenganjudul
“PengaruhPemahaman, SistemPerpajakan,
PresepsibaikpadaFiskusdanKeadilanterhadapTindakannTax
Evasion(StudiKasuspadaWajibPajak di KPP PratamaGunugkidul)”
Skripsiinidisusununtukmemenuhisalahsatupersyaratandalammemperol
ehgelarSarjanapadaFakultasEkonomiUniversirasMuhammadiyah
Yogyakarta.Penulismengambiltopikinidenganharapandapatmemberikanma
sukanbagipemerintahmaupunpihak KPP
untukmemperhatikanfaktorapasaja yang dapatmempengaruhitindakantax
evasiondanmemberikan idepengembanganpenelitianselanjutnya.
Penyelesaianskripsiinitidakterlepasdaribimbingandandukunganberbag
aipihak, olehkarenaitupadakesempatainipenulismengucapkanterimakasih
yang sebanyak-banyaknyakepada :
1. DekanFakultasEkonomiUniversitasMuhammadiyah Yogyakarta yang
telahmemberikanpetunjuk,
bimbingandankemudahanselamapenulismenyelesaikanstudi.
2. BapakAlekMutrin. SE.,M.Si..AK, CA yang
denganpenuhkesabarantelahmemberikanmasukandanbimbinganselama
ix
3. Ayah danIbusertasaudara-saudarasaya yang
senantiasamemberikandorongandanperhatiankepadapenulishinggadapatme
nyelesaikanstudi.
4. Semuapihak yang telahmemberikndukungan, bantuan,
kemudahandansemangatdalam proses penyelesaikantugasakhir (skripsi)
ini.
Sebagai kata akhir, tiadagading yang takretak,
penulismenyadarimasihbanyakkekurangandalamskripsiini.Olehkarenaitu,
kritik, saran
danpengembanganpenelitianselnajutnyasangatdiperlukanuntukkedalamank
aryatulisdengan topic ini.
Yogyakarta,...
x
HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not
defined.
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
MOTTO ... Error! Bookmark not defined.
PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined.
INTISARI ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.
BAB I ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... Error!
Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.
B. Pengembangan Hipotesis Dan Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Obyek/Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined.
C. Teknik Pengambilan Sampel... Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
xi
1. Variabel Dependen ... Error! Bookmark not defined.
2. Variabel Independen ... Error! Bookmark not defined.
F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
G. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined.
H. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
1. Regresi Berganda ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji f ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji t ... Error! Bookmark not defined.
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined.
C. Uji Kualitas Data ... Error! Bookmark not defined.
D. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.
E. Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
F. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN .. Error! Bookmark not
defined.
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
xii DAFTAR TABEL
TABEL 3. 1 ...Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 1 Tingkat Penganbilan Kuesioner ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 2 Kepemilikan NPWP Responden ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 4 Responden Berdasarkan Usia ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 5 Responden Bredasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir . Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 6 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 7 Hasil Statistik Deskriptif ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 8 Hasil uji validitas...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas ...Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 10 Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ... Error! Bookmark not defined.
xiii DAFTAR GAMBAR
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pemahaman, Sistem Perpajakan, Presepsi Baik pada Fiskus dan Keadilan terhadap tindakan Tax Evasion. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang terdaftar di KPP Pratama Gunugkidul
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah convenience sampling dan data dalam penelitian ini didapat dengan penyebaran kuesioner. Sample yang diperoleh 120 responden dan sampel yang dapat di analisis adalah 105 responden. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan SPSS.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pemahaman tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion, (2) Sistem Perpajakan tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion, (3) Presepsi baik pada fiskus berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tindakan tax evasion dan (4) Keadilan tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evsion.
This research is aimed to examine the influence of understanding, tax administration, a good perception towards tax authorities and fairness on the practice of tax evasion. Population on this research is known to be the individual tax bearer and institutions that are registered in the KPP Pratama within the GunungKidul region.
The technical method of collecting samples of this research is by using so-called convenience sampling whose datas are obtained by distributing numbers of questionnaires. Those samples were consisted of 120 respondents where only 105 out of that total numbers that are able to be analyzed. Data analyse in this research is applying doubled linier regression method aided by the utilization of SPSS.
The results of this research are showing that (1) Understanding does not give influence towards the practices of tax evasion, (2) tax administration does not give influence the practices of tax evasion, (3) good perceptions towards the tax authorities are negatively and significantly influence the practices of tax evasion and (4) fairness does not give influence the practice of tax evasion.
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam pembangunan negara, pajak sangat berperan penting sebagai salah
satu sumber dana di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Suatu negara,
pasti menginginkan kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya menjadi optimal dan
meningkat. Pendapatan negara yang berasal dari pajak merupakan hak rakyat yang
akan digunakan untuk membiayai semua pengeluaran umum demi kesejahteraan
rakyat. Usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan pajak tidak
semata-mata melalui peran Direktorat Jendral Pajak saja, namun wajib pajak ikut
berpartisipasi dalam usaha ini.
Sistem perpajakan yang belum tertata dengan baik menjadi salah satu
indikasi belum optimalnya penerimaan pajak di Indonesia.Sistem perpajakan
berhubungan langsung dengan tingkat penggelapan pajak dan penghindaran pajak.
Hal ini juga di nyatakan oleh Dirjen Pajak (2015) bahwa realiasi pendapatan
sebesar 81,5% atau sebesar Rp 1.492,5 Triliun dari target Rp 1.761 Triliun. Dirjen
Pajak (2015) mengungkapkan meskipun realisasi penerimaan pajak terbilang
rekor penerimaan pajak dalam sejarah di Indonesia, namun angka tersebut masih
tergolong kecil.
seluruhnya menyerahkan SUrat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sedangkan dari
164.359 Wajib Pajak Badan yang terdaftar hanya sekitar 123.459 yang melapor
Pajak Penghasilan (PPh) setiap tahun. Padahal pelaporan SPT sangat penting bagi
Negara terkait dengan kepatuhan pajak dalam pelaporan pembayaran pajak.
Dalam upaya meminimalisir pajak yang dibayarkan, para WP melakukan
perencanaan pajak (Tax Planning) dengan tujuan penghindaran pajak maupun
penggelapan pajak. Meskipun Tax Avoindance dengan Tax Evasion bertujuan
sama, namun keduanya memilki perbedaan. Tax avoindance pengurangan pajak
tanpa tanpa melanggar peraturan perundang-undangan, sedangkan tax evasion
pengurangan pajak dengan melanggar perundang-undangan.
Penelitian-penelitian tentang tax evasion mulai banyak diteliti dengan
pembahasan aspek yang berbeda-beda.Seperti penelitian McGee (2005) yang
mengkritik tiga pandangan dasar mengenai etika tax evasion.Penelitian Benk et.,al
(2015) yang dilakukan di Turkey yang mengulas tindakan tax evasion bukanlah
masalah yang sangat serius karena penipuan akuntansi dianggap lebih
kompleks.Keren Boll (2015) dalam penelitiannya menyatakan inspektur pajak
merupakan alasan tindakan tax evasion dengan menganalisa kasus-kasus yang
serupa.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
tindakan tax evasion membuktikan bahwa setiap individu memiliki pandangan
yang berbeda-beda mengenai tindakan tax evasion.Beberapa parlemen seperti
3
banyak diteliti untuk diyakinkan apakah parlemen-parlemen tersebut memang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan tax evasionatau tidak.
Pemahaman perpajakan merupakan parlemen yang perlu dibahas karena
merupakan faktor penting untuk meningkatkan penerimaan pajak. Mutia (2014)
mengatakan tingkat pemahaman yaitu proses peningkatan pengetahuan individu
dan sejauh mana WP benar-benar mengerti masalah yang ingin diketahui.
penangkapan dan penalaran makna mengenai perpajakan yang berlaku di
Indonesia. Jika WP memiliki pemahaman yang tinggi maka kecil kemungkinan
melakukan kecurangan.Hal tersebut didukung Trias maya (2015) menyatakan
pemahaman tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion.
Salah satu elemen penting yang perlu dipahami oleh WP adalah Sistem
perpajakan .Sistem pajak yang dimaksud yaitu mengenai tinggi rendahnya tariff
pajak dan kegunaan negative atas uang. Sistem perpajakan yang tertata dengan
baik membuat WP mengurungkan niatnya untuk melakukantindakan tax evasion
karena dana digunakan sebagaimana mestinya. Mcgee (2008) dan Elmiza dkk
(2014) meyatakan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negative terhadap
tindakan Tax Evasion.
Ivanyna, Moumouras dan Rangazas (2010) mengutarakan di
Negara-negara berkembang penurunan pendapatan di sector public atau penggelapan
pajak disebabkan oleh pemerintah yang korup.Mohd Ali (2013) memaparkan
praktik penggelapan pajak dapat diturunkan dengan pandangan positif masyarakat
fiskus tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion.
Parameter lain yang menarik untuk diteliti mengenai keadilan perpajakan
karena keadilan sangat diperlukan untuk menghindari perlawanan pajak. Keadilan
yang dimaksud adalah pengenaan pajak secara merata dan disesuaikan
kemampuan masing-masing individu (Mardiasmo, 2009). Jika keadilan benar
benar ditegakkan maka WP menjadi patuh.Dalam penelitianFriskanti dkk (2014)
berpendapat bahwa keadilan tidak berpengaruh terhadap tindakan Tax Evasion.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan pengkajian masalah dengan judul : “PENGARUH PEMAHAMAN,
SISTEM PERPAJAKAN, PRESEPSI BAIK TERHADAP PIHAK FISKUS DAN KEADILAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION (Studi Kasus Pada Wajib Pajak di KPP Pratama Gunungkidul)”. Ide penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian- penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya. Penelitian ini merujuk pada penelitian Yossi Friskianti dan
Handayani (2014), Wahyu S & Supriyadi (2011) dan Ardyaksa & Kiswanto
dengan mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu dan mengganti
objek penelitian terhadap wajib pajak orang pribadi dan badan di KPP
Gunungkidul.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah pemahaman berpengaruh negatif terhadap tax evasion ?
2. Apakah sistem perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax evasion ?
5
evasion ?
4. Apakah keadilan berpengaruh negatif terhadap tax evasion ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah pemahaman perpajakan memiliki pengaruh negatif
terhadap tindakan tax evasion
2. Untuk mengetahui apakah sistem perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax
evasion
3. Untuk mengetahui apakah presepsi baik pada fiskus berpengaruh negative
terhadap tindakan tax evasion
4. Untuk mengetahui apakah keadilan berpengaruh negativ terhadap tindakan tax
evasion.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Pemerintah
Usulan ini diharapkan mampu menginformasikan dan mengkonfirmasi
pada pemerintah mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada perilaku
Tax Evasionagar perlakuan Tax Evasion mampu diminimalisir.Selain itu,
diharapkan menyadarkan pemerintah bahwa sosialisasi mengenai perpajakan
masih perlu diperhatikan lagi karena hal tersebut sangat penting.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Dengan adanya usulan ini menyadarkan masyarakat pentingnya
membayar pajak, memberikan pemahaman lebih berkaitan dengan perilaku
dapat mempengaruhi tax evasion.
3. Manfaat bagi Praktisi
Usulan ini diharapkan dapat dijadikan sumber inspirasi bagi peneliti
selanjutnya dan mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai tax evasion
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Theory of Planned Behavior
Teori TPB atau Theory of Planned Behavioratau perilaku yang
direncanakan, merupakan suatu sikap yang berpengaruh terhadap perilaku
dimana proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan sebagai
perantaranya dan dapat berdampak pada hal-hal tertentu saja (Ajzen, 1991).
Teori ini juga berpendapat bahwa individu akan melakukan apa saja yang dapat
menguntungkan dirinya sendiri atau dengan kata lain teori ini menjelaskan
perilaku seseorang berdasarkan niat atau rencana.
Ada 3 indikator yang digunakan dalam teori TPB mengenai pengukuran
control keprilakuan wajib pajak, yaitu (1) Kemungkinan diperiksa oleh pihak
fiskus, (2) Kemungkinan dikenakannya sanksi dan (3) kemungkinan adanya
pelaporan dari pihak ketiga (Bobek dan Harfiled, 2003).
Hubungan dari teori ini dengan tindakan tax evasion adalah rasionalitas
akan mempengaruhi penentuan perilaku tindakan penggelapan pajak individu.
Dalam konteks ini, wajib pajak akan mempertimbangkan manfaat pajak itu
sendiri. Selain rasionalitas, lingkungan yang juga berpengaruh karena akan
berhubungan dengan pembentukan norma subjektif yang berpengaruh pada
2. Pajak
Soemitro dalam Suminarsih (2012) menyatakan pajak merupakan iuran
wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut
ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa
adanya imbal jasa secara langsung, yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum Negara. Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 dan telah
diperbaharui menjadi UU No.16 Tahun 2009.
Di Indonesia pajak merupakan pendapatan terbesar yang diterima
pemerintah.Iuran pajak digunakan untuk berbagai kepentingan Negara dan
kebutuhan masyarakat umum. Hal tersebut juga dituturkan oleh Mardiasmo
(2011) pajak memiliki 2 fungsi, yaitu : (1) Fungsi Budgetir, pajak digunakan
sebagai dana bagai pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya,
(2) Fungsi Mengatur, sebagai alat pelaksana kebijakan pemerntah seperti
pengenaan pajak pada objek-objek tertentu.
Jenis Pajak di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Pajak
Negara dan Pajak Daerah (Mardismo, 2011). Didalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009, Pajak Daerah adalah kontribusi terutang dari WP orang pribadi
maupun badan terhadap Daerah untuk pemenuhan keperluan Daerah tersebut
dan demi kemakmuran rakyatnya yang sifatnya memaksa namun manfaatnya
tidak dapat dirasakan dan diterima secara langsung oleh wajib pajak itu sendiri.
Pajak Negara yang sampai saat ini masih belaku menurut Mardiasmo
9
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPn BM), (3) Pajak Bea
Materai, (4) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan (5) Pajak Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTP).
Pajak Daerah menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 terdiri atas 2 jenis : 1)
Pajak Provinsi, yaitu Pajak Kendaraan bermotor, Bea balik nama kendaraan
bermotor, Bahan bakar kendaraan bermotor, Air permukaan dan Rokok. 2)
Pajak Kota, yaitu Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, Reklame, Penerangan
Jalan, Mineral bukan Logam dan Batuan, Parkir, Air Tanah, Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
3. Tax Evasion
Tax Planning dapat dilakukan WP sebelum melakukan kegiatan
perpajakan.Perencanaan pajak boleh saja dilakukan jika masih berada dalam
peraturan perpajakan, hal tersebut juga dilegalkan oleh pemerintah
(Wicaksono, 2014).Dengan adanya Tax plannig, wajib pajak dapat menghemat
kas keluar karena pajak adalah beban yang dapat dikurangi dan WP dapat
menghemat aliran kas dengan mengestimasi pajak yang dibayarkan dan dapat
menentukan saat pembayaran yang tepat.
Tax Planning, terkadang bisa juga menjadi pemicu Wajib Pajak untuk
melakukan perlawanan pajak dengan mengurangi pajak yang dibayarkan
karena beberapa faktor. Perlawanan pajak ini bisa dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan melanggar Undang-undang (Tax Evasion) dan tidak melanggar
beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan dalam melakukan penghindaran
pajak, yaitu :
a. Kecil kemungkinan kecurangannya terdeteksi,
b. Bervariasinya penegakan hukum yang dilaksanakan,
c. Resiko lebih kecil dan manfaat yang diperoleh relative lebih besar,
d. Adanya peluang melakukan penghindaran pajak karena ada beberapa
ketentuan perpajakan yang belum diatur secara jelas,
e. Sanksi yang didapat tidak terlalu berat,
f. Perbedaan ketentuan perpajakan terhadap seluruh WP.
Tindakan tax evasion diukur menggunakan beberapa pertanyaan yang
diadopsi dari penelitian Suminarsasi (2011) yang meliputi penggelapan pajak
etis jika (1) tariff tinggi, (2) dananya tidak untuk umum, (3) jika manfaat tidak
dirasakan WP, (4) hukum yang ada lemah, (5) terdapat diskriminasi (6) adil
dalam pengenaan pajak, (7) pemerintah korupsi dan (8) jika kinerja pemerintah
baik maka WP senang membayar pajak.
Tax Evasion merupakan suatu bentuk tindakan pidana yang dilakukan
oleh wajib pajak berupa rekayasa subjek dan objek dengan tujuan agar tidak
mengeluarkan banyak pajak secara melawan hukum. Risiko dari tindakan ini
dikenai denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Wajib Pajak
biasanya menyembunyikan kejahatan dengan tindakan kejahatan selanjutnya,
yaitu dengan melakukan pencucian supaya utilitas ekspetasi pendapatan dari
11
Tindakan Tax Evasion termasuk dalam tindakan yang tidak etis karena
dapat merugikan Negara. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian
Prasetyo (2010) bahwa 85,74% pegawai swasta tidak sejalan dengan adanya
berbagai bentuk praktik kecurangan, 82,13% Wiraswasta tidak sejalan dengan
adanya berbagai bentuk praktik kecurangan terkait pajak dan 95,56%, Pegawai
Negri Sipil (PNS) setuju dengan adanya berbagai bentuk praktik kecurangan
terkait pajak.
4. Pemahaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata
paham yang berarti mengerti benar atau yang pandai. Pemahaman ialah proses,
cara dan perbuatan memahami atau memahamkan (Mutia, 2012). Untuk
dikatakan paham seseorang harus memahami maksud dari hal tersebut dan
menangkap maknanya.
Berdasarkan pengertian diatas, tingkat pemahaman merupakan proses
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang dilakukan seorang individu
secara intensif dan untuk mengukur sejauh mana seseorang mengerti secara
benar pada suatu permasalahannya. Sedangkan pemahaman perpajakan berarti
orang (WP) yang mengerti benar atau pandai tentang perpajakan dan
diaplikasikan dalam membayar pajak.
Pemahaman perpajakan diadopsi dari Mutia (2014), yang meliputi (1)
pemahaman kepemilikan NPWP, (2) pemahaman mengenai tanggal
peraturan perpajakan. Menurut Sholichah (2005) keberhasilan perpajakan
dipengaruhi oleh kepahaman WP terhadap undang-undang dan pertauran
perpajakan.Selain itu, ketidakpahaman WP terhadap perpajakan dapat
mempengaruhi ketidakpatuhan membayar pajak.
5. Sistem Perpajakan
Sistem perpajakan berkaitan dengan tinggi rendahnya tariff pajak dan
alokasi dana pajak yang sudah disetorkan (Megcc, 2009). Tariff pajak dan
alokasi dana pajak berkaitan langsung dengan pemungutan pajak. sistem
pemungutan pajak merupakan elemen penting yang berkaitan dengan cara
pemerintah agar penyetoran pajak berjalan dengan baik dan jelas disuatu
negara. Mardiasmo (2011) menuturkan jenis sistem pemungutan pajak,
diantaranya :
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang menentukan besarnya pajak
terutang WP diwenangkan kepada pemerintah (fiskus). Biasanya sistem
in wajib pajaknya bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah
dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana WP diberikan
wewenang untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang harus
13
lebh bersifat aktif dan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
saja.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan yang dalam menentukan besarnya
pajak yang dibayarkan di wenangkan kepada pihak ketiga (bukan fiskus
ataupun bukan WP yang bersangkutan.
Di Indonesia menerapkan Self Assesment System sebagai sistem
perpajakan yang diberlakukan, dimana WP diberi kepercayaan untuk
menghitung dan menentukan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayarkan.Suatu sistem dapat dikatakan efektif apabila tujuan yang telah
ditentukan dapat tercapai. Menurut Campbell (1989) secara umum dan
yang paling menonjol efektivitas dapat diukur dengan :
a. Keberhasilan program
b. Kepuasan pada program tersebut
c. Keberhasilan sasaran
d. Tingkat input dan output
e. Pencapaian tujuan yang menyeluruh
Sistem perpajakan diukur dengan beberapa pertanyaan yang
dikembangkan oleh Suminarsasi (2011) yang meliputi (1) penggelapan pajak
dianggap etis jika sistem tidak adil, (2) penggelapan pajak dianggap etis jika
tariff tidak sesuai, (3) pengelolaan uang pajak harus bijaksana, (4) sistem pajak
sosialiasi yang baik.
6. Presepsi baik pada pihak fiskus.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia presepsi merupakan tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa
hal melalui panca indera. Dari segi psikologi social presepsi adalah salah satu
konsep keperilakuan.Dalam konteks ini WP adalah subjek yang memberi
tanggapan dan fiskus adalah subjek yang diberitanggapan.
WP adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pemotongan pajak,
pemungut pajak dan pembayaran pajak yang memiliki hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(Mardiasmo, 2011).Fiskus adalah petugas pajak yang bertugas untuk melayani
dan membantu segala keperluan yang dibutuhkan oleh WP.Jadi presepsi baik
pada pihak fiskus dapat diartikan pandangan baik pada aparat pajak baik dalam
bentuk pelayanan, ketepatan penggunaan uang pajak dan pemenuhan
kebutuhan WP.
Presepsi yang baik muncul dari pembuktian kualitas yang ditunjukkan oleh
seseorang atau suatu kelompok. Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001)
terdapat lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu :
a. Bukti Fisik, merupakan kemampuan perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya pada pihak eksternal. Fisik yang dimaksud berupa
penampilan dan kemampuan saranan dan prasana perusahaan tersebut.
15
pelayanan sesuai dengan yang sudah dijanjikan secara akurat dan
terpercaya.
c. Daya tanggap, yaitu kemampuan perusahaan dalam membantu dan
memberikan pelayanan tepat dan cepat terhadap pelanggan dengan
menyampaikan informasi dengan jelas.
d. Jaminan dan kepastian, yaitu kemampuan, pengetahuan dan
kesopansantunan yang ditunjukkan pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya pelanggan pada perusahaan. hal tersebut
dapat tunjukkan dengan beberapa komponen antara lain kredibilitas,
keamanan, kompetensi, komunikasi dan sopan santun.
e. Empathy yaitu perhatian yang pribadi dan tulus yang diberikan pada
pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan.
Presepsi baik pada fiskus ukur dengan menggunakan beberapa pertanyaan
yang diadopsi dari penelitian Widarto (2013) yang meliputi (1) sistem
pemerintah bak, (2) Sistem hukum berjalan baik, (3) politisi menjalankan
fungsi dan wewenangnya, dan (4) kepercayaan rakyat mengenai alokasi pajak.
7. Keadilan
Menurut Adam Smith, prinsp utama dalam pemungutan pajak yaitu
keadilan. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Mardiasmo (2009) dalam bukunya
bahwa hukum memilki tujuan yaitu dalam mencapai keadilan,
undanan dan kegiatan pemungutan harus adil.Adil didalam
kemampuan masing-masing WP.
Keadilan adalah hal yang sangat sulit untuk dinilai karena adil bagi setiap
orang berbeda.Didalam bukunya, Siahaan (2010) menjelaskan mengenai
pendekatan aliran pemikiran keadilan pajak.pendekatan aliran tersebut
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Prinsip manfaat
Didalam keadilan prinsip manfaat menjadi dasar yang sangat
penting.Prinsip manfaat ialah sistem pajak dapat dikatakan adil
bilamana kontribusi yang diberikan kepada WP sesuai dengan manfaat
yang diperolehnya dari jasa pemerintah berupa sarana yang sudah
disediakan.maka prinsip manfaat tidak hanya mengenai kebijakan saja,
tetapi juga kebijakan pengeluaran pemerintah yang di danai oleh pajak.
b. Prinsip Kemampuan Bayar
Pendekatan kemampuan bayar ini, masalah pajak hanya dilihat dari
sisi pajak itu sendiri tidak dengan pengeluaran public. Teori ini
mengantarkan bahwa penerimaan pajak tertentu diperlukan untuk
kelangsungan perekonomian Negara dan setiap WP membayar pajak
sesuai dengan kemampuannya.Kelemahan dari prinsip ini yaitu dapat
mengabaikan msalah-masalah yang berhubungan dengan penyediaan
17
c. Keadilan Horizontal dan Keadilan Vertikal
Keadilan horizontal yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan
yang sama harus membayar pajak dengan jumlah yang sama. Prinsip ini
menerapkan dasar keadilan yang tertera dalam
undang-undang.Sedangkan keadilan vertical yaitu orang-orang yang
kemampuannya lebih besar maka membayar pajaknya juga lebih besar.
Keadilan diukur menggunakan beberapa pertanyaan yang
dikembangkan oleh Suminarsasi (2011) yang meliputi (1) penggelapan
pajak etis jika untuk fasilitas umum, (2) penggelapan pajak etis jika
digunakan dengan benar, (3) penggelapan pajak etis meski tariff rendah,
(4) penggelapan pajak etis jika pengenaan pajak adil, (5) penggelapan
pajak etis jika UU tidak adil dan (6) penggelapan pajak etis jika fiskus
tidak adil.
B. PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN PENELITIAN TERDAHULU
1. Pengaruh Pemahaman perpajakan terhadap Tax Evasion
Rachmadi (2014) menyatakan bahwa pemahaman perpajakan berpengaruh
negatif terhadap tindakan tax evasion, sedangkan Mutia (2014) berpendapat
lain, dalam penelitiannya justru menyatakan pemahaman memiliki pengaruh
positif terhadap tindakan tax evasion dan Wicaksono (2014) menyatakan
bahwa pemahaman tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion.
Dalam TPB, jika individu melakukan sesuatu baik dalam bersikap
tersebut pemahaman perpajakan baik dari segi peraturan maupun sistem
perpajakan akan mempengaruhi dorongan individu untuk patuh dan jauh dari
niat untuk melakukan kecurangan.
Pemahaman perpajakan WP dapat dinilai salah satunya dari kepahaman
terhadap pengisian SPT. Apabila WP paham maka kemungkinan kecil
melakukan kesalahan pada saat pengisian,hal tersebut mendorong individu
untuk tidak melakukan kecurangan.Jika pemahaman WP mengenai perpajakan
tinggi maka perilaku WPakan semakin baik sehingga semakin kecil Wajib
Pajak tersebut akan melakukan tindakan tax evasion. Dengan presepsi yang
demikian, maka WP akan cenderung untuk tidak melanggar ketentuan
perpajakan. Dari analisis diatas peneliti merumuskan hipotesis :
H1: Pemahaman Perpajakan berpengaruh negatif terhadap Tax Evasion
2. Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Perilaku Tax Evasion
Mcgee (2008), Irma (2013) dan Wicaksono (2014) meyatakan bahwa
sistem perpajakan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion.
Sedangkan wahyu S & supriyadi (2012) dan Annisa’ul (2012) memiliki hasil
yang berbeda, dalam penelitiannya justru sistem perpajakan berpengaruh
positif terhadap tindakan tax evasion.Semestara itu, penelitian Mesri (2013)
menyatakan bahwa sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap tindakan tax
evasion.
Dalam TPB, apabila seseorang akan berindak didasarkan pertimbangan
19
dengan teori tersebut, tersedianya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah
berupa sistem akan memudahkan WP untuk melakukan kewajibannya. Dengan
begitu, sistem perpajakan akan mendorong WP untuk patuh.
Sikap tidak etis seseorang akan dikatakan wajar apabila standard
perilaku buruk orang dalam lingkungan tempat tinggalnya buruk dan
sebaliknya. Sama halnya dengan sistem perpajakan, jika sistem perpajakan
suatu Negara baikmaka tindakan tax evasion dipandang sebagai perilaku tidak
etis dan sebaliknya.Berdasarkan logika diatas maka peneliti menurunkan
hipotesis :
H2: Sistem Perpajakan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax
evasion
3. Pengaruh Presepsi Baik terhadap pihak fiskus terhadap Tax Evasion
Hammar et.al.(2009) menemukan presepsi percaya pada politisi dan
parlemen berpengaruh negative terhadap penggelapan pajak. Penelitian
tersebut didukung oleh McGee dan Yeomin (2014) bahwa kepercayaan pada
pemerintah berpengaruh negative terhadap tindakan tax evasion.Namun,
Angeline (2014) dan Rachmadi (2014) menemukan presepsi baik kepada pihak
fiskus berpengaruh positif tindakan tax evasion.
Dalam TPB, sikap terhadap perilaku seseorang ditentukan oleh yakinan.
Apabila dikaitkan dengan teori tersebut, keyakinan yang baik pada fiskus
terkait pajak yang dibayarkan sebagai kewajiban WP, maka akan
kecurangan akan semakin kecil.
Jika presepsi baik pada fiskus sudah ada berarti WP telah percaya pada
fiskus untuk mengelola dana pajak yang disetorkan maka semakin kecil
kemungkinan niat WP untuk melakukan tindakan kecurangan. Dengan
demikian presepsi yang baik akan meminimalkan tindakan tax
evasion.Berdasarkan analisis diatas peneliti menurunkan hipotesis :
H3 : Presepsi baik kepada pihak fiskus berpengaruh negativ terhadap tax
evasion.
4. Pengaruh Keadilan terhadap Tax Evasion
Penelitian yang dilakukan Wahyu Lestari & Kusmuriyanto (2014) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa keadilan berpengaruh negatif terhadap
tindakan Tax Evasion. Sedangkan Mesri dkk (2014), Wicaksono (2014) dan
Yosi Safri dkk (2014) menyatakan bahwa keadilan berpengaruh positif
terhadap tindakan tax evasion. Sedangkan Yossi Friskanti & Bestari (2014)
menyatakan bahwa keadilan tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion.
Dalam TPB, motivasi adalah hal yang mendasari tindakan yang
akandilakukan oleh seseorang. Apabila dikaitkan dengan teori tersebut
seseorang akan termotivasi untuk adil jika mendapatkan keadilan, karena orang
tersebut akan merasa apa yang dikeluarkan sesuai dengan apa yanga akan
diterimanya. Dengan begitu, WP akan patuh jika mendapatkan keadilan.
Masyarakat akan enggan membayar pajak jika hak yang seharusnya
21
ditegakkan maka perilaku penggelapan pajak semakin rendah Berdasarkan
analisis diatas maka peneliti menurunkan hipotesis :
H4: Keadilan berpengaruh negatif terhadap tax evasion
C. MODEL PENELITIAN
( − )
( − )
[image:40.595.117.532.266.485.2]( − )
GAMBAR 2.1
Model Penelitian Pemahaman
Perpajakan
Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Sistem
Perpajakan
Presepsi baik pada fiskus
Keadilan
22 A. Obyek/Subjek Penelitian
Populasi yang digunakan adalah Wajib Pajak di Kabupaten Gunungkidul.
Sedangkan sampel yang digunakan yaitu Wajib Pajak yang datang ke KPP
Pratama GunungKidul.
B. Jenis Data
Jenis data yang dgunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber yang dikumpulkan
secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara convenience sampling yaitu
penyebaran kuesioner pada responden yang ditemui oleh peneiliti. Dalam konteks
ini responden yang ditemui peneliti di KPP Pratama Gunungkidul.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diambil dengan menggunakan media angket
(kuesioner). Responden diminta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti. Responden penelitian ini ialah Wajib Pajak yang datang di KPP Pratama
Gunungkidul. Pengukuran pendapat responden penelitian ini menggunakan skala
23
TABEL 3.1
No Keterangan Skala
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Kurang Setuju (KS) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen Tax Evasion
Tax evasion merupakan tindakan merekayasa pajak yang dilakukan
secara illegal atau di luar ketentuan perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini,
wajib pajak melakukan usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang yang telah ditentukan. Indicator variabel tax
evasion nterdiri dari 9 pertanyaan yang mengacu pada penelitian
Suminarsasi (2011), pertanyaan yang dikembangkan antara lain:
1) Perilaku tax evasion
2) Tarif pajak terlalu tinggi
3) Manfaat yang dirasakan WP
2. Variabel Independen
a. Pemahaman Perpajakan
Dalam konteks ini, pemahaman berarti mampu menalar dan
menangkap makna mengenai perpajakan. Pemahaman Wajib Pajak juga
berarti proses WP mengerti dan mengetahui mengenai perpajakan dan
mengaplkasikannya untuk membayar pajak (Imelda, 2014). Indicator
variabel pemahamanterdiri dari tujuh pertanyaan yang mengacu pada
penelitian yang dilakukan Mutia (2014), pertanyaan yang dikembangkan
antara lain :
1) Kepemilikan NPWP
2) NPWP sesuai domisili
3) Pengisian SPT
4) Masa pelaporan SPT
5) Pembayaran dengan SSP
b. Presepsi Baik pada Pihak Fiskus
Fiskus adalah petugas pajak yang bertugas melayani WP dalam
membayar pajak. Fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik pada
WP, sehingga timbul rasa percaya WP terhadap fiskus. Presepsi baik pada
pihak fiskus merupakan presepsi bahwa fiskus dapat menjalankan tugasnya
sesuai dengan wewenangnya. Indicator variabel presepsi baik pada fiskus
25
pertanyaan yang dikembangkan antara lain :
1) Sistem pemerintahan
2) Sistem hukum
3) Keinginan bayar pajak
4) Kepercayaan manfaat pajak
c. Sistem Perpajakan
Sistem perpajakan merupakan mengenai tinggi rendahnya tarif pajak
dan kemanakah iuran pajak yang terkumpul atau sesuaikah iuran pajak
digunakan (Mcgee, 2009). Sistem perpajakan yang diterapkan menjadi
acuan bagi WP untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemerintah
perlu memberikan sistem perpajakan yang baik untuk mendapatkan respon
baik dan taat dari WP. Indicator variabel sistem perpajakan terdiri dari enam
pertanyaan yang mengacu pada penelitian (Suminarsasi, 2011), dengan
pertanyaan yang dikembangkan sebagai berikut :
1) Presepsi sistem pajak
2) Pengenaan tariff pajak
3) Prosedur sistem perpajakan
4) Sosisalisasi Direkotorat Jendral Pajak
d. Keadilan
Masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa mereka mendapatkan
Keadilan berkaitan dengan prosedur, peraturan dan kebijakan perpajakan
yang sudah diterapkan oleh pemerintah. Indicator variabel keadilanterdiri
dari enam pertanyaan yang mengacu pada penelitian(Suminarsasi, 2011),
denganpertanyaan yang dikembangkan sebagai berikut :
1) Pengelolaan uang pajak
2) Tingkat Penghasilan
3) Penyusunan Undang-undang
4) Pelaksanaan ketentuan pajak oleh fiskus.
F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana
instrument pengukur mampu mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dapat
dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Pengujian menggunakan sisi
dengan taraf signifikasi 0,05 dengan criteria pengujian Jika nilai sig ≥ 0,05 dan
searah dengan arah hipotesis maka hipotesis diterima. Butir pertanyaan dapat
dinyatakan valid jika factor loadingnya > 0,4 (Nazaruddin dan Basuki, 2016)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan pengujian yang digunakan untuk mengukur
variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga hasil yang
didapatkan tetap konsistem meskipun telah diuji berkali-kali.Suatu istrumen
27
tingkat reliable ditentukan dari skor Crombach alpha. Apabila Crombach alpha
lebih besar atau sama dengan 0,5 – 0,7 maka data tersebut reliable (Nazaruddin
dan Basuki, 2016).
3. Statistik Deskriptif
Statistic deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran variabel yang
akan diteliti. Priyatno (2010) memaparkan bahwa statistic deskriptif
menggambarkan mengenai ringkasan data-data penelitian seperti mean, variasi,
modeus, standard devasi dll. Selain itu untuk menggambarkan apakah
distribusi data normal atau tidak dilakukan pengukuran knewness dan kurtosis.
G. Uji Kualitas Instrumen dan Data
1. Uji Normalitas
Imam Ghozali (2009) menjelaskan uji normalitas data dilakukan untuk
melihat bahwa suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas
dapat dilihat menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan dan PP Plot
Standardized residual. Data bisa disebut normal apabila Kolmogorov Smirnov
> 0,05 dan PP plot standardized residual mendekati garis diagonal.
2. Uji Multikolinearitas
Adalah pengujin yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kolerasi antar variabel bebas.Criteria Model regresi yang baik tidak terjadi
kolerasi antar variabel independen. Dalam mendekteksi ada atau tidaknya
1. Nilai tolerance atau lawannya
2. Variance Inflation Factor (VIF)
Nilai VIF yang tinggi sama dengan nilai tolerance yang rendah,
nilai cutoff yang biasanya dipakai menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2009).
3. Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat model
regresi yang terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lainnya.Regresi yang baik adalah homokedatisitas atau
tidak terjadi heteroskedastistas.Model regresi dinamakan homokedastisitas, jika
varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Suatu data
dapat dinyatakan tidak terkena heteroskedatisitas apabila nilai sig > 0,05 atau
5% (Ghozali, 2009).
H. Uji Hipotesis
1. Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi liner berganda.Regresi liner
berganda yaitu hubungan secara linier antara dua variabel independen atau
lebih dengan variabel dependen.model ini digunakan untuk menguji apakah
terdapat hubungan sebab akibat antara kedua variabel (Sentoosa, 2004).
Adapun persamaannya sebagai berikut :
29
Keterangan :
Y = Tindakan Tax Evasion
a = Konstanta
b1X1 = Koefisien regresi pemahaman b2X2 = Koefisien regresi Sistem Perpajakan
b3X3 = Koefisien regresi presepsi baik terhadap fiskus b4X4 = Koefisien regresi keadilan.
e = Error
2. Uji f
Uji statistic f digunakan untuk mengukur apakah semua variabel
independen pada suatu penelitian mempunyai pengaruh secara bersama atau
simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009).Kriteria pengujian ini
adalah apabila nilai signifikansi < ἀ (0,05), maka terdapat pengaruh secara
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Uji t
Uji statistic t digunakan untuk menunjukkan tingkat pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel
dependen.Uji t tidak bisa digunakan untuk menguji variabel independen secara
persial.criteria untuk hipotesis diterima apabila arah sesuai dengan hipotess dan
nilai sig < ἀ (0,05) dan koefisien regresi pada kolom understandarized
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen (Gozali, 2009).Pada
pengujian hipotesis pertama koefisien determinasu dilihat berdasarkan
besarnya nilai untuk Adjusted R2 untuk mengetahui seberapa jauh variabel
independen yaitu pemahaman, presepsi baik pada fiskus, sistem perpajakan dan
keadilan terhadap tindakan tax evasion.
Nilai Adjusted R2 mempunyai interval antara 0 dan 1.Jika nilai Adjusted
R2 bernilai besar (mendekati 1) maka variabel bebas dapat memberikan hampir
seluruh dari informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat.
Sedangkan jika bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Penyebaran Kuesioner
Penelitian ini mengambil obyek Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan
yang berada di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdaftar membayar
pajak di KPP Pratama Gunungkidul.Kuesioner yang dibagikan sebanyak 120
kuesioner pada responden yang datang di KPP Pratama Gunungkidul. Dari 120
kuesioner yang dibagikan semuanya kembali namun ada 15 kuesioner yang
kembali dengan jawaban tidak lengkap sehingga presentase sampel yang dapat
[image:50.595.120.522.482.590.2]diolah hanya 87,5% saja yaitu 105 kuesioner.
TABEL 4.1Tingkat Penganbilan Kuesioner
No Daftar Klasifikasi Jumlah
1. Jumlah Kuesioner yang disebar 120
2. Jumlah Kuesioner yang kembali 120
3. Jumlah Kuesioner yang kembali dengan jawaban tidak lengkap 15
4. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 0
5. Jumlah kuesioner yang dianalisis 105
Usable Respon Rate 87,5%
Subyek sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Badan yang berada di Wilayah D.I.Y yang terdaftar di KPP Pratama
Gunungkidul.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
2. Analisis Karakteristik Responden
Dari 105 responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi
Kepemilikan responden atas NPWP, Jenis Kelamin, Usia, Jenis Pekerjaan dan
Tingkat Pendidikan. Berikut ini adalah hasil dari distribusi frekuensi setiap
karakteristik responden :
a. Kepemilikan responden atas NPWP
Data ini untuk mengetahui perbandingan jumlah responden berdasarkan
kepemilikan NPWP dari setiap responden, dengan data yang tertera dalam
[image:51.595.139.512.427.489.2]tabel 4.2 sebagai berikut
TABEL 4.2
Kepemilikan NPWP Responden
No. NPWP Frekuensi Presentase
1. Ya 105 100%
2. Tidak 0 0%
Total 105 100%
b. Responden berdasarkan jenis kelamin
Data ini digunkan untuk mengetahui jumlah perbandingan responden
berdasarkan jenis kelamin dari setiap responden dengan data yang tertera
[image:51.595.142.516.667.739.2]dalam tabel 4.3 sebagai berikut :
TABEL 4.3
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1. Wanita 46 43,8%
2 Pria 59 56,2%
Total 105 100%
33
Pada tabel 4.3 menunjukkan data responden berdasarkan jenis kelamin,
dalam panelitian ini responden Wanita berjumlah 46 dengan presentase
43,8% dan responden Pria sebanyak 59 orang dengan presentase 56,2%.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa rata-rata jenis kelamin
responden dalam penelitian ini adalah Pria ditunjukkan dengan angka paling
tinggi yaitu 59 orang atau 56,2% dari total responden dalam penelitian ini
yaitu 105 orang.
c. Responden berdasarkan Usia
Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah perbadingan responden
berdasarkan usia dari setiap responden, dengan data yang tertera dalam tabel
[image:52.595.128.514.497.586.2]4.4 sebagai berikut :
TABEL 4.4
Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Responden Frekuensi Presentase
1. 23-35 tahun 60 57,1%
2. 36-45 tahun 43 40,9%
3. > 46 tahun 2 2%
Total 105 100%
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Pada tabel 4.4 menampilkan responden berdasarkan usia. Usia
responden 23-35 tahun tercatat sebanyak 60 orang dengan frekuensi 57,1%,
usia 36-45 tahun tercatat sebanyak 40,9% dan usia > 46 tahun tercatat
sebanyak 2 dengan presentase 2%. Dari data diatas maka dapat disimpulkan
angka paling tertinggi yaitu sebanyak 60 orang atau 57,1% dari total
responden dalam penelitian ini yaitu 105 responden.
d. Responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhr
Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah perbandinganresponden
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir setiap responden. Lebih lengkapnya
[image:53.595.125.512.348.438.2]tertera pada tabel 4.5 sebagai berikut :
TABEL 4.5
Responden Bredasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Frekuensi Presentase
1. SMA 37 35,2%
2. D3 4 3,8%
3. S1 61 58,1%
4. S2 3 2,9%
Total 105 100%
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Pada tabel 4.5 mendeskripsikan responden berdasarkan tingat
pendidikan terakhir. Tingkat pendidikan SMA tercatat sebanyak 37 orang
dengan presentase 35,2%, Tingkat D3 tercatat sebanyak 4 orang dengan
presentase 3,8%, tingkat S1 tercatat sebanyak 61 orang dengan presentase
58,1% dan S2 tercatat sebanyak 3 orang dengan presentase 2,9%. Dari data
diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendidikan terakhir dari responden
adalah S1 dengan jumlah paling tinggi yaitu 61 atau 58,1% dari total
35
e. Responden berdasarkan jenis pekerjaan
Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah perbandingan responden
berdasarkan jenis pekerjaan setiap responden. Lebih lengkapnya tertera pada
[image:54.595.144.511.265.398.2]tabel 4.6 sebagai berikut :
TABEL 4.6
Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase
1. Tidak Bekerja 0 0%
2. PNS 27 25,7%
3. Karyawan Swasta 48 45,7%
4. Pegawai BUMN 0 0%
5. Wirausaha 25 23,8%
6. Lainnya 5 4,8%
Total 105 100%
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Pada tabel 4.6 menampilkan karakteriatik responden berdasarkan jenis
pekerjaannya.Responden dengan karakteristik tidak memiliki pekerjaan
tercatat nol atau tidak ada responden yang tidak bekerja.Responden dengan
pekerja PNS tercatat 27 orang dengan presentase 25,7%, pekerjaan
Karyawan Swasta sebanyak 48 orang dengan presentase 45,7%, Pegawai
BUMN tercatat tidak ada, Wirausaha tercatat sebanyak 25 orang dengan
presentase 2,8% dan pekerjaan lainnya sebanyak 5 orang dengan presentase
4,8%. Dari data tersebut rata-rata pekerjaan responden adalah karyawan
swasta dengan jumlah paling tinggi yaitu 48 orang atau 45,7% dari total
A. Statistik Deskriptif
Hasil tabel statistic deskriptif yang disajikan memberikan gambaran
deskriptif yang terdiri dari variabel pemahaman, sistem perpajakan, presepsi
baik pada fiskus dan keadilan terhadap tindakan tax evasion.Distribusi data
tersebut dapat dikatakan baik apabila nilai deviasi standarnya dibawah nilai
[image:55.595.129.512.297.506.2]rata-rata.
TABEL 4.7
Hasil Statistik Deskriptif
Variabel N Min Max Mean Std. Deviasi
P 105 9 25 18,41 2,814
SP 105 10 19 15,06 1,797
PFB 105 8 19 14,54 1,922
K 105 7 20 14,58 2,231
TE 105 7 18 11,35 2,477
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Tabel 4.7 menunjukkan jumlah responden (N) sebanyak 105. Variabel
Pemahaman (P) memiliki nilai berkisar antara 9 sampai dengan 25 dengan
rata-rata 18,41 dan standard deviasi 2,814. Variabel Sistem Perpajakan memiliki
nilai berkisar 10 sampai dengan 19 dengan rata-rata nilai 15,06 dan Standard
Deviasi 1,797. Variabel Presepsi Baik pada Fiskus (PFB) memiliki nilai
berkisar antara 8 sampai dengan 19 dengan nilai rata-rata 14,54 dan Standar
Deviasi 1,922. Untuk variabel Keadilan (K) memiliki nilai berkisar 7 sampai
37
variabel Tax Evasion memiliki nila berkisar 7 sampai dengan 18 dengan
rata-rata nilai 11,35 dan Standard Deviasi sebesar 2,477
B.Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji Validitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengukur tingkat
kevalidan suatu instrumen.Suatu instrument dapat dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang ingin diukur. Butir pertanyaan pada uji validitas
dapat dikatakan valid apabilanilai sig. > 0,5 dan Component matrix > 0,4
(Nazaruddin dan Basuki, 2016).
Pada tabel 4.8 menunjukkan semua item valid karena component matrix
seluruh item > 0,4. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa butir
pertanyaan dalam penelitian dapat digunakan dan mampu mewakili variabel
yang akan diteliti. Hasil uji validitas tersebut dapat dilhat pada tabel 4.8
[image:56.595.110.516.531.750.2]berikut ini :
TABEL 4.8 Hasil uji validitas
Variabel Instrumen Component Matrix Keterangan
Pemahaman P1 0,871 Valid
P2 0,661 Valid
P3 0,793 Valid
P4 0,797 Valid
P5 0,865 Valid
Sistem Perpajakan SP1 0,917 Valid
SP2 0,729 Valid
SP3 0,457 Valid
SP4 0,913 Valid
Presepsi Baik pada Fiskus PBF1 0,753 Valid
Variabel Instrumen Component Matrix Keterangan
PBF3 0,725 Valid
PBF4 0,737 Valid
Keadilan K1 0,815 Valid
K2 0,880 Valid
K3 0,856 Valid
K4 0,828 Valid
Tax Evasion TE1 0,937 Valid
TE2 0,505 Valid
TE3 0,489 Valid
TE4 0,921 Valid
TE5 0,893 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana stabilitas dan
konsistensi dari alat ukur yang digunakan, sehingga dapat memberikan hasil
yang kosisten dilakukan pengukuran ulang.Reliabilitas digunakan untuk
mengukur kuesioner yang merupakan indicator dari variabel.kuesioner dapat
dikatakan reliable apabila jawaban dari responden tersebut selalu konsisten dari
waktu ke waktu, tingkat reliable ditentukan dari alpha.Jika skor Crombach
alpha lebih besar atau sama dengan 0,05 - 0,07 maka data tersebut dapat
dikatakan reliable (Nazaruddin & Basuki, 2016).
Hasil uji reliabilitas variabel Pemahaman (P), Sisitem Perpajakan (SP),
Presepsi Baik pada Fiskus (PBF), dan Keadilan(K) dan Tax Evasion (TE)
39
TABEL 4.9 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronboch Alpha
1. Pemahaman (P) 0,857
2. Sistem Perpajakan (SP) 0,758
3. Presepsi Baik pada Fiskus (PBF) 0,718
4. Keadilan (K) 0,865
5. Tax Evasion(TE) 0,819
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil uji relabilitas terhadap item-item
kuesioner pada setiap variabel penelitian diperoleh nilai cronboch alpha > 0,7
maka dapat disimpulkan bahwa semua item kuesioner dalam masng-masing
variabel penelitian adalah reliable.
C.Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan One-Sample
Kologorov-Simrnov (KS). Uji normalitas atas pemahaman, sistem perpajakan,
presepsi baik pada fiskus dan keadilan terhadap tindakan tax evasion adalah
sebagai berikut :
TABEL 4.10
Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov Test
Unstandardized
Residual Keterangan
N 105
Kolmogorov – smirnov 1,171
Asymp. Sig (2-tailed) 0,129 Data Normal
[image:58.595.105.530.636.740.2]Pada tabel 4.10 diperoleh Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1,136 dan
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,129 >α yaitu 0,05. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa data berddistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.Model regresi dapat
dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Berikut
adalahhasil uji multikolinieritas atas atas pemahaman, sistem perpajakan,
[image:59.595.128.523.427.526.2]presepsi baik pada fiskus dan keadilan terhadap tindakan tax evasion:
TABEL 4.11
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Pemahaman 0,340 2,945 Tidak Multikol
Sistem Perpajakan 0,789 1,268 Tidak Multikol
Presepsi Baik pada Fiskus 0,892 1,122 Tidak Multikol
Keadilan 0,302 3,312 Tidak Multikol
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.11diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai
tolerance lebih besar dari 0,1 pada keempat variabel. Sehingga, dapat
41
3. Uji Heteroskedatisitas
Uji hetroskedatisitas dengan menggunakan metode Glesjer, menyimpulkan
apabila nilai signifikansi > 0,05maka tidak terjadi heteroskedatisitas.berikut
[image:60.595.126.513.251.403.2]adalah hasil uji heteroskedatisitas :
TABEL 4.12
Hasil Uji Heteroskedatisitas
Variabel Nilai Sig. Kesimpulan
Pemahaman 0,635
Tidak terjadi heteroskedatisitas
Sistem Perpajakan 0,295
Tidak terjadi heteroskedatisitas
Presepsi Baik pada Fiskus 0,253
Tidak terjadi heteroskedatisitas
Keadilan 0,814
Tidak terjadi heteroskedatisitas
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Pada tabel 4.12diatas berdasarkan uji heteoskedatisitas yang dilakukan
dengan metode Glesjer, diperoleh hasil nilai signifikansi > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedatisitas pada seluruh variabel
bebas.
D.Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Hasil Analisis Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel Pemahaman, Sistem Perpajakan, Presepsi Baik Pada Fiskus dan
Keadilan Terhadap Tindakan Tax Evasion.Berdasarkan analisis data yang
TABEL 4.13 Hasil Uji Regresi
Variabel Koefisien Regresi T Sig. Keterangan
Konstanta 17,072 6,980 0
Pemahaman (P) 0,268 1,918 0,058 Tidak Signifikan
Sistem Perpajakan (SP) -0,060 -0,417 0,677 Tidak Signifikan Presepsi Baik pada
Fiskus (PBF) -0,404 -3,199 0,002 Signifikan Keadilan (K) -0,266 -1,421 0,159 Tidak Signifikan
Sumber : Data Primer yang diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
2. Pengujian Hipotesis 1
Berdasarkan hasil hubungan antara pemahaman mengenai perpajakan
dengan tindakan tax evasion diperoleh nilai t hitung pada variabel pemahaman
adalah sebesar 1,918 < 10 dengan arah positif dan tingkat signfikansi sebesar
0,058 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) yaitu
pemahaman berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion adalah ditolak,
karena nilainya tidak signifikan, maka tidak terbukti kebenarannya.
3. Pengujian Hipotesis 2
Berdasarkan hasil dari hubungan antara sistem perpajakan dengan tindakan
tax evasion diperoleh hasil nilai thitungpada variabel sistem perpajakan adalah
sebesar -0,417 < 10 dengan arah negatif dan tingkat signifikansi sebesar 0,677
43
perpajakan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion adalah