DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI
POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI
GAMPING KIDUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh DIMAS WARDIYONO
20120320019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI
TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU
DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI
POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI
GAMPING KIDUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh DIMAS WARDIYONO
20120320019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji syukur bagi Allah SWT, shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita di Posyandu Giri Seto dan
Pertiwi Gamping Kidul”. ini dibuat untuk memberikan gambaran kepada rekan -rekan kesehatan khususnya ilmu keperawatan tentang Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Cuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Pencegahan Diare Pada Balita.
Kelancaran penulisan penelitian ini dengan adanya bantuan, dukungan,
dan bimbingan dari pihak yang akhirnya ini dapat terselesaikan. Kesempatan kali
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ngadiyono dan Suwarti yang telah memberikan
dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Dr.H.Ardi Pramono,Sp.An.,M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp., Mat., HNC. Selaku ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
iii
4. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D sebagai penanggung
jawab penelitian keperawatan.
5. Puji Sutarjo, S. Kep., Ns.,MPH Selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi
7. Pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Dalam penyusunan dan penulisan ini, penulis sangat menyadari masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala
saran dan kritik yang membangun peneliti akan terima dengan senang hati.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Yogyakarta, 22 Agustus 2016
Penulis
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dimas Wardiyono
NIM : 20120320019
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks yang tercantum dalam daftar pustaka
dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.
Yogyakarta, 17 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan untuk ...
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku. Bapak
Ngadiyono dan Ibu Suwarti. Karena sesungguhnya mereka adalah cinta
abadi yang tak pernah pudar sampai kapanpun. Aku adalah anak yang
rindu akan senyuman orang tuaku namun tak bisa terungkapkan semoga
dengan ini engkau dapat tersenyum kembali untukku.
Adikku, Rheynal & Denis, selalu membuatku bahagia dan terus
termotivasi untuk selalu menjadi orang besar.
Bapak Puji Sutarjo selaku pembimbing yang selalu sabar memberikan
koreksi, saran, masukan, arahan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
Ibu Novita Kurnia Sari selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan koreksi guna untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
Sahabat antar pulau. maupun satu pulau Kalian semua saudara
seperjuangan dalam meniti langkah menuju besar. Aku bangga punya
sahabat seperti kalian.
Teman PSIK angkatan 2012. Terimakasih telah mengukir cerita di jalan
kehidupanku, dan masih terlalu banyak kata yang ingin terucap namun
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
KEASLIAN PENELITIAN... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR SINGKATAN... xi
DATAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAK... xiii
INTISARI... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1
B. Rumusan masalah... 4
C. Tujuan penelitian... 4
D. Manfaat penelitian... 5
E. Penelitian terkait... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 8
1. Pendidikan kesehatan... 8
2. Balita ... 10
3. Ibu ... 11
4. Pengetahuan ... 13
5. Mencuci tangan... 15
6. Diare... 19
B. Kerangka konsep... 31
C. Hipotesis... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian... 33
B. Populasi dan sampel penelitian... 34
C. Lokasi dan waktu penelitian... 34
D. Variabel penelitian... 34
E. Definisi operasional... 35
F. Alat dan bahan penelitian... 35
G. Jalannya penelitian... 36
H. Pengolahan data... 37
I. Uji validitas dan reliabilitas... 38
J. Analisis data... 40
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44
A. Deskripsi Lokasi penelitian... 44
B. Analisis Univariat... 46
C. Analisis Bivariat... 50
D. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian kelompok penelitian... 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner... 36
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 45
Tabel 4.2 Uji normalitas... 45
Tabel 4.3 distribusi tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol... 46
Tabel 4.4 Analisis Willcoxon... 48
Tabel 4.5 Uji normalitas selisih... 49
Tabel 4.6 Uji menggunakan Mann-Whitney... 49
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BALITA : Bawah Lima Tahun
DEPKES : Departemen Kesehatan
DINKES : Dinas Kesehatan
EPEC : Escherichia Coli Entero Patogenik
INOS : Inducible Nitric Oxide Synthase
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KLB : Kejadian Luar Biasa
OMA : Otitis Media Akut
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SOR : Stimulus Organisme Respons
WHO : World Health Organization
KK : Kepala Keluarga
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2. Permohonan menjadi responden
Lampiran 3. Pernyataan kesediaan menjadi responden Lampiran 4. Kuesioner data demografi
xii
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ABOUT HAND-WASHING TOWARDS MOTHER’S KNOWLEDGE LEVEL IN PREVENTING DIARRHEEA ON TODDLER IN POSYANDU GIRI SETO AND PERTIWI
GAMPING KIDUL
Dimas Wardiono1, Puji Sutarjo2
A Nursing Student, School of Medical and Health Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACT
Background of the Study: Diarrhea is the raising of feces mass, the frequency of defecating, or the level of feces dilution. One of the factors that causes diarrhea is the microorganism which is spread through mouth by hand. The prevention of diarrhea can be done by hand-washing. Hand-washing is a disposal process of dirt and dust mechanically rinsed with clean water.
Objective: to know the effect of health education about hand-washing towards mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler and also to find out about the more effective way between lecturing and leaflet in presenting health education which increases mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler.
Research Method: Method of this research is Quasy-Experiment. There are 2 groups, i.e. treatment group (using lecturing) and control group (using leaflet). The population of each group is 42 and the sample in each group includes 30 respondents counted with Slovin formula. The sampling used in this research is Simple Random Sampling. The research has been conducted in July 2016. The data is collected using questionnaire. The statistic test uses wilcoxon and mann-whitney with significant rate <0,05.
The findings: the result shows that there is an effect of hand-washing education towards knowleddge level by wilcoxon statistic test on control group and treatment group p=0,000(p<0,05). There is a significant effect on the knowledge level of treatment group and control group after being given health education with pretest p=0,007 (p<0,05) and postest p=0,000 (p<0,05). In health education methods, there is no significant effect in increasing the knowledge level either using lecturing or leaflet p=0,642 (p>0,05).
Conclusion: The mothers who get health education about hand-washing will increase their knowledge in preventing diarrhea on toddler.
xiii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PENCEGAHAN
DIARE PADA BALITA DI POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI GAMPING KIDUL
Dimas wardiyono1, Puji Sutarjo2
Mahasiswa ilmu keperawatan,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Latar Belakang: Diare adalah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau tingkat keenceran tinja. Salah satu faktor penyebab diare adalah mikroorganisme yang menular melalui mulut dengan media tangan. Pencegahan diare salah satunya dapat dilakukan dengan cuci tangan. Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis yang dibilas dengan air bersih.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita,serta untuk mengetahui cara pemberian pendidikan kesehatan antara ceramah dan leaflet yang lebih meningkatkan tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita.
Metode Penelitian: jenis penelitian ini adalah Quasy-Experiment, terdapat 2 kelompok yaitu perlakuan (dengan ceramah) dan kontrol (dengan leaflet). Populasi tiap kelompok adalah 42 jumlah sampel tiap kelompok 30 responden dihitung dengan rumus solvin, cara menentukan sample dengan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Cara pengumpulan data dengan kuesioner. Uji statistik menggunakan wilcoxon dan mann-whitney
dengan taraf signifikan <0,05
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan dengan uji statistik wilcoxon pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah p=0,000(p<0,05),ada pengaruh yang signifikan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan dengan kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan pretest p=0,007 (p<0,05) dan postest p=0,000 (p<0,05). Dalam metode pendidikan kesehatan antara leaflet dengan ceramah tidak ada pengaruh ang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan p=0,642 (p>0,05).
Kesimpulan: Ibu-ibu yang mendapat pendidikan kesehatan tentang cuci tangan akan meningkatkan pengetahuan dalam mencegah diare pada balita.
Dimas Wardiono1, Puji Sutarjo2
A Nursing Student, School of Medical and Health Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACT
Background of the Study: Diarrhea is the raising of feces mass, the frequency of defecating, or the level of feces dilution. One of the factors that causes diarrhea is the microorganism which is spread through mouth by hand. The prevention of diarrhea can be done by hand-washing. Hand-washing is a disposal process of dirt and dust mechanically rinsed with clean water.
Objective: to know the effect of health education about hand-washing towards mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler and also to find out about the more effective way between lecturing and leaflet in presenting health education which increases mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler.
Research Method: Method of this research is Quasy-Experiment. There are 2 groups, i.e. treatment group (using lecturing) and control group (using leaflet). The population of each group is 42 and the sample in each group includes 30 respondents counted with Slovin formula. The sampling used in this research is Simple Random Sampling. The research has been conducted in July 2016. The data is collected using questionnaire. The statistic test uses wilcoxon and mann-whitney with significant rate <0,05.
The findings: the result shows that there is an effect of hand-washing education towards knowleddge level by wilcoxon statistic test on control group and treatment group p=0,000(p<0,05). There is a significant effect on the knowledge level of treatment group and control group after being given health education with pretest p=0,007 (p<0,05) and postest p=0,000 (p<0,05). In health education methods, there is no significant effect in increasing the knowledge level either using lecturing or leaflet p=0,642 (p>0,05).
Conclusion: The mothers who get health education about hand-washing will increase their knowledge in preventing diarrhea on toddler.
Dimas wardiyono , Puji Sutarjo
Mahasiswa ilmu keperawatan,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Latar Belakang: Diare adalah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau tingkat keenceran tinja. Salah satu faktor penyebab diare adalah mikroorganisme yang menular melalui mulut dengan media tangan. Pencegahan diare salah satunya dapat dilakukan dengan cuci tangan. Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis yang dibilas dengan air bersih.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita,serta untuk mengetahui cara pemberian pendidikan kesehatan antara ceramah dan leaflet yang lebih meningkatkan tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita.
Metode Penelitian: jenis penelitian ini adalah Quasy-Experiment, terdapat 2 kelompok yaitu perlakuan (dengan ceramah) dan kontrol (dengan leaflet). Populasi tiap kelompok adalah 42 jumlah sampel tiap kelompok 30 responden dihitung dengan rumus solvin, cara menentukan sample dengan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Cara pengumpulan data dengan kuesioner. Uji statistik menggunakan wilcoxon dan mann-whitney
dengan taraf signifikan <0,05
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan dengan uji statistik wilcoxon pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah p=0,000(p<0,05),ada pengaruh yang signifikan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan dengan kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan pretest p=0,007 (p<0,05) dan postest p=0,000 (p<0,05). Dalam metode pendidikan kesehatan antara leaflet dengan ceramah tidak ada pengaruh ang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan p=0,642 (p>0,05).
Kesimpulan: Ibu-ibu yang mendapat pendidikan kesehatan tentang cuci tangan akan meningkatkan pengetahuan dalam mencegah diare pada balita.
Diare ialah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau
fluiditas (tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang
melebihi 250 gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%. Diare berat
ditandai dengan keluar cairan 14 liter/hari. Diare sering disertai dengan nyeri,
keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia
(Kumar,dkk, 2007).
Penyakit diare hingga kini masih menjadi penyebab utama ketiga
kematian balita (bawah lima tahun) di dunia setelah pneumonia. Dari tahun
ke tahun diare menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas pada balita (World Health Organization [WHO], 2015). Penyakit
diare menjadi masalah dunia terutama pada negara berkembang, salah satu
negara berkembang adalah Indonesia. Hasil riset Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(Balitbang Kemenkes RI) kejadian diare di Indonesia yang mendominasi
adalah pada usia dibawah lima tahun, pada tahun 2013 telah tercatat adanya
penurunan prevalensi diare 3,5% lebih kecil daripada hasil riset kesehatan
dasar sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2007 namun, hal ini terjadi
karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013,
pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat
dikategorikan masih banyak kejadian diare pada balita (Dinkes DIY, 2014).
Secara klinis penyebab terjadinya diare adalah infeksi mikroorganisme
termasuk bakteri Escherichia Coli Entero Patogenik (EPEC), virus, dan
parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Penyebab paling sering
terjadinya diare yaitu karena terjadinya infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan dan penurunan daya tahan tubuh (Behrman, 2000). Penularan diare
dapat terjadi melalui mulut dengan media tangan, karena tangan merupakan
salah satu media yang berpotensial dalam penyebaran penyakit. Setiap hari
manusia melakukan kegiatan dengan menggunakan tangan misalnya kontak
langsung dengan permukaan benda yang terkontaminasi bakteri, makanan,
bahkan binatang dan kotoran, hal ini akan menyebabkan menumpuknya bibit
penyakit pada tangan khususnya di telapak tangan dan bakteri akan mudah
berpindah pada tubuh ketika tangan yang terkontaminasi menyentuh bagian
misalnya mata, hidung, mulut (Dinkes Surabaya, 2013).
Pencegahan diare pada balita dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun. Pencegahan diare juga bisa dengan cara memberikan air minum yang
bersih dan sudah direbus, memberikan imunisasi campak, dan yang terakhir
adalah dengan cara mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB juga
oleh Kusumawati tahun 2012 menjelaskan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan tentang diare dapat melakukan penanganan diare pada balita dari
pada ibu yang tidak memiliki pengetahuan tentang diare.
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan dari perilaku motorik yaitu
suatu tindakan yang nyata dan dapat dilihat. Mencuci tangan adalah tindakan
yang efektif untuk mengurangi perkembangan mikroorganisme yang terdapat
pada tangan dan telapak tangan. Mencuci tangan dapat memakai sabun dan
dibilas hingga bersih dengan air yang mengalir dan bersih (Ardhiyanti,dkk,
2014).
Dampak dari tidak melakukan mencuci tangan adalah menetapnya ribuan
bakteri atau mikroorganisme penyebab penyakit terutama pada sela-sela
kuku. Bakteri atau mikroorganisme yang berada pada tangan dan di sela-sela
kuku jari tangan tersebut mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh
oleh tangan. Makanan yang telah terkontaminasi bakteri atau mikroorganisme
tersebut akan ikut masuk ke dalam tubuh manusia yang memakan makanan
tersebut dan dapat mengakibatkan munculnya penyakit setelahnya (Arisman,
2009).
Islam mengajarkan bahwa kebersihan diri sangat diutamakan. Kebersihan
merupakan pangkal atau sumber kesehatan. Kebersihan juga sebuah cerminan
Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
suatu masalah apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan
terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci
tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pecegahan diare pada
balita.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu sebelum dan setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu saat pretest pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan postest pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
c. Untuk mengetahui metode pendidikan kesehatan yang lebih
kesehatan tentang mencuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu
dalam pencegahan diare pada balita sehingga dapat memberikan
informasi mengenai dampak akibat tidak mencuci tangan terhadap
kesehatan pada balita terutama dalam hal diare. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
penelitian mengenai hubungna perilaku mencuci tangan terhadap
kejadian diare pada balita di masa yang akan datang sehingga dapat
meminimalisir dampak dan untuk senantiasa menjaga kesehatan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi ibu dan balita
Hasil penelitian ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan
masukan bagi ibu untuk mencegah terjadinya diare pada balita
dengan mencuci tangan, sehingga dengan adanya penelitian ini
diharapkan akan semakin menurunnya kejadian diare pada balita.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai
diare pada balita, sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi
masyarakat untuk melakukan upaya perlindungan kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Kader posyandu balita
sebagai tambahan pengetahuan untuk mengedukasi masyarakat
tentang pentingnya mencuci tangan.
d. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai masukan bagi peneliti berikutnya untuk
melaksanakan penelitian tentang hubungan perilaku ibu mencuci
tangan terhadap kejadian diare pada balita, serta melengkapi
referensi dan panduan tentang pembuktian mengenai adanya
hubungan mencuci tangan terhadap kejadian diare.
E. Penelitian terkait
Perbedaan dan persamaan penelitian kali ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Setia budi dan Felicia marcella tahun 2015 melakukan penelitian yang
berjudul “pengaruh edukasi terhadap pengetahuan ibu-ibu di kecamatan patrang dalam penanganan diare pada balita” Persamaan penelitian kali
ini dengan penelitian tersebut adalah variabel bebas yaitu pengaruh
edukasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terkait adalah pada
rancangan penelitian, pada penelitian ini menggunakan desain study one
group pre test/post test. Penelitian tersebut terdapat hasil adanya pengaruh
8
1. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan upaya terencana untuk
mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat
(Maulana, 2009). secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan
(Notoadmojo, 2012).
b. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan menurut Maulana 2009, secara
umum adalah untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat di
bidang kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan dapat diperinci
sebagai berikut:
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai
dimasyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan
bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan
hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
c. Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan
kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin
mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya
2) Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin
mudah pula dalam menerima informasi baru.
3) Adat istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap
adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan
4) Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang
sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai
informasi.
5) Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran
masyarakat dalam penyuluhan.
2. Balita
a. Pengertian balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih dikenal dengan pengertian usia anak dibawah lima
tahun (Muaris, 2006). Balita merupakan salah satu periode usia
setelah bayi dan sebelum anak tahap awal. Masa balita merupakan
usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Rentang usia
anak balita dimulai dari usia 1 sampai 5 tahun, periode usia ini
disebut juga sebagai usia prasekolah yang rawan untuk masuknya
penyakit salah satunya adalah diare. Diare masih menjadi masalah
kesehatan pada usia balita karena sistem pencernaan pada balita
masih sensitif sehingga mudah terserang bakteri penyebab diare
(Wirakusuma, 2012).
b. Faktor yang mempengaruhi kesehatan balita
Faktor yang mempengaruhi kesehatan pada balita adalah faktor
kesehatan, status gizi dan kondisi sanitasi. Faktor lain yang
budaya sangat mempengaruhi kesehatan karena terdapat keterkaitan
secara langsung antara budaya dengan pengetahuan misalnya demam
seharusnya dibawa ke puskesmas atau rumah sakit justru dibawa ke
dukun. Selain itu, terdapat faktor keluarga yang sangat
mempengaruhi status kesehatan karena keluarga memiliki peran
dalam penyediaan makanan bergizi, pendidikan, memberikan
kesehatan secara psikologis dan sebagainya (Hidayat,2008).
3. Ibu
a. Pengertian ibu
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan
untuk wanita yang sudah bersuami, panggilan yang takzim kepada
wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum (KBBI,
2015). Seorang ibu adalah titik pusat gaya longitudinal yang
magnitude-nya menghidupkan hari-hari dalam keluarga. Sentuhan
terlemah dari gelombang itu memberikan arti keindahan hakiki
dalam kehidupan ini. Maka tak berlebihan kiranya jika dikatakan
bahwa seorang ibu dan menjadi seorang ibu adalah sebuah anugerah
tak ternilai dari Yang Mahakuasa, baik ibu dalam pengertian ibu
biologis maupun ibu psikologis (Shafiyyah, 2002).
b. Peran ibu
Peranan ibu dalam keluarga adalah peranan sentral/pusat yang
berarti semua kegiatan dalam keluarga berpusat pada diri ibu. Peran
pengelola yaitu menyediakan segala kebutuhan keluarga, sandang,
pangan, papan dan informasi, supaya setiap anggota keluarga dapat
berperan sebagai anggota masyarakat yang wajar dan produktif,
dengan demikian nantinya tidak menjadi beban keluarga dan
masyarakat. Ibu di dalam rumah tangga juga berperan sebagai mitra,
kerabat kerja yang tangguh dan produktif dalam sebanyak mungkin
persoalan di kantor, di rumah, di keluarga dan di dalam pergaulan,
hal ini dilakukan melalui komunikasi dan interaksi serta saling
membantu. Ibu di dalam rumah tangga berperan sebagai pencari
nafkah, pada era modern mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
keluarga dan bertambahnya beban serta tanggung jawabuntuk
mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup keluarga, maka tidak
dapat disangkal lagi bahwa ibu juga harus turut menanggulangi
kebutuhan keluarga dengan ikut bekerja (Siregar, 2001). menurut
Husaini tahun 2011, menjelaskan bahwa salah satu peran ibu dalam
rumah tangga adalah mendidik anak, mendidik anak adalah
perbuatan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dengan
memberikan segala kasih sayang, tenaga tanpa pamrih. Seorang ibu
yang mengajarkan anak-anaknya akan perbuatan baik buruk sesuai
norma yang berlaku. Seorang ibu yang menyusui anak-anaknya,
memasak dan menyuapi anak-anaknya, emandikan serta mengantar
4. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku (sunaryo, 2004).
Sedangkan, menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran,
penghidu, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui indra mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour).
b. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Sunaryo tahun 2004, dibedakan
menjadi enam yakni:
1) Tahu, merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu
artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang tahu
adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan
2) Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan.
3) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat
menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi
nyata.
4) Analisis, adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam
bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur
objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran
kemampuan adalah dapat menggambarkan, membuat bagan,
membedakan, memisahkan.
5) Sintesis, adalah kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
sudah ada. Ukuran kemampuan ini dapat menyusun, meringkas,
merencanakan dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
6) Evaluasi, adalah kemampuan untuk melakukan penilaian
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Mubarak (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
1) Pendidikan, upaya untuk memberikan pengetahuan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan sikap positif meningkat
2) Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang
lebih banyak akan banyak akal, mempunyai pengetahuan yang
lebih luas
3) Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhannya
4) Pengalaman, suatu hal yang pernah dialami seseorang mungkin
akan menambah suatu hal yang bersifat formal. Dalam hal ini,
umur dan pekerjaan merupakan wujud dari pengalaman yang
nantinya akan menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih
banyak
5) Sosial-ekonomi, tingkat dan kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan.
5. Mencuci tangan
a. Pengertian mencuci tangan
Mencuci tangan adalah teknik dasar untuk melakukan
pengontrolan dan pencegahan infeksi bakteri. Mencuci tangan adalah
proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit
dan dibilas dengan air bersih (Ardhiyanti,dkk, 2014). Mencuci
tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penularan
penyakit, terutama penularan penyakit yang melalui makanan
(Djauzi, 2009).
Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting
dalam prosedur pengontrolan infeksi, serta merupakan metode
terbaik untuk mencegah transmisi mikroorganisme (James,dkk,
2008). Mencuci tangan dengan sabun pada masyarakat dapat
menekan terkena diare sebanyak 42% - 47%, mencuci tangan dengan
sabun dan air dengan menuangkan 1-3 ml sabun dan
menggosok-gosokannya selama 45 – 60 detik kemudian keringkan menggunakan
handuk (Dobson,2003).
b. Waktu mencuci tangan
Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum
dan setelah beraktifitas. Menurut Depkes R.I tahun 2008 mencuci
tangan dengan sabun yang efektif adalah selama 40-60 detik. Berikut
ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun
menurut Handayani , dkk (2000).
1) Sebelum dan setelah makan
2) Setelah ganti pembalut
3) Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum
dan setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan
4) Setelah memegang hewan atau kotoran hewan
5) Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan
6) Sebelum dan setelah mengiris sesuatu
7) Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang
terluka
8) Setelah menangani sampah
9) Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak
10) Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet,
wartel, dan lain - lain)
11) Pulang bepergian dan setelah bermain
12) Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
[image:35.595.165.509.431.722.2]c. Langkah mencuci tangan
Cara mencuci tangan bersih secara baik dan benar menurut
Dinkes Palembang (2011) adalah:
1) Basuh tangan dengan air
2) Tuangkan sabun secukupnya
3) Ratakan dengan kedua telapak tangan
4) Gosok punggung dan sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
5) Gosok kedua telapak dan sela - sela jari
6) Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir dan keringkan
Langkah mencuci tangan dengan menggunakan alkohol menurut
WHO (2009) adalah:
1) Tuangkan alkohol ke telapak tangan secukupnya
2) Gosok pada kedua telapak tangan
3) Telapak tangan kanan diatas tangan kiri, gosok punggung dan
sela-sela tangn kiri dengan tangan kanan kemudian sebaliknya.
4) Gosok kedua telapak tangan dan sela sela jari
6) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kaknan
dan sebaliknya
7) Gosokkan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya. Durasi yang diperlukan sekitar 20 – 30
detik.
d. Tujuan mencuci tangan
Tujuan mencuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme yang menempel pada telapak tangan dan tangan
(Ardhiyanti,dkk, 2014). Mencuci tangan jika tidak dilakukan maka
akan beresiko untuk terjadinya penularan bakteri, mulai dari paparan
bakteri tersentuh oleh tangan kemudian tangan menyiapkan makanan
untuk orang lain maupun diri sendiri, maka bakteri akan menempel
pada makanan tersebut dan setelah termakan masuk kedalam tubuh
akan terjadi infeksi dan terjadi penyakit salah satunya adalah diare
(Hartono,2006).
6. Diare
a. Pengertian diare
Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan feses
yang berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan
demikian kandungan air pada feses lebih banyak daripada biasanya
(Priyanto & Lestari, 2009). Diare yaitu bertambahnya kandungan air
frekuensi buang air besar setiap hari (Irianto, 2008). Diare ialah
peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau fluiditas
(tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang
melebihi 250 gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%. Diare
yang berat dapat keluar cairan 14 liter/hari. Diare sering disertai
dengan nyeri, keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada
perianus dan inkontinensia (Kumar dkk, 2007).
Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat.
Volume tinja pada bayi lebih dari 15 g/Kg/24 jam. Diare pada balita
umur 3 tahun volume tinja sudah sama dengan volume orang dewasa
yaitu sekitar 200 g/24 jam (Behrman,2000).
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah
konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan,
rasa tidak nyaman pada area perineal, inkontinensia, atau kombinasi
dari faktor sekresi intestinal, perubahan penyerapan mukosa dan
peningkatan motilitas (Baughman,dkk, 2000).
b. Klasifikasi diare
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisten.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak-anak melebihi
3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi
cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare
melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut
berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten adalah diare yang
berlangsung 15-30 hari,merupakan diare berkelanjutan dari diare
akut atau peralihan antara diare akut dan kronik biasanya ditandai
dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali
(Amabel,2011).
Klasifikasi Diare menurut (Octa, dkk, 2014) ada dua yaitu
berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
1) Berdasarkan lama diare
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari dengan kehilangn berat badan atau berat badan tidak
bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a) Diare sekresi
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi
air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Ciri khas
pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.
b) Diare osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena
meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
seperti (Magnesium Sulfat, Magnesium Hidroksida),
malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus
miosal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.
c. Jenis diare
Menurut Baughman,dkk (2000) ada beberapa jenis diare menurut
penyebabnya adalah:
1) Diare akibat virus
Diare akibat virus, misalnya “influenza perut” dan “travellers
diarrhoea” yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan
adenovirus. Virus tersebut melekat pada sel mukosa usus yang
mengakibatkan rusaknya sel mukosa usus sehingga kapasitas
resorbsi menurun.
2) Diare bakterial invasif
Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu), diare akibat
bakteri ini mengurang seiring dengan meningkatnya derajat
higiene masyarakat. Bakteri pada keadaan tertentu menjadi
invasif dan menyerbu ke dalam mukosa dimana terjadi
perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
3) Diare parasiter
Diare parasiter, diare parasiter terjadi akibat protozoa seperti
Entamoeba, histolytica dan Giardia lamblia terutama terjadi di
4) Diare akibat penyakit
Diare akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, p. Crolm,
irritable Bowel Syndrome (IBS), kanker colon dan infeksi-HIV
juga akibat gangguan.
5) Diare akibat obat
Diare akibat obat yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan
litium, sarbitol, beta blockers, perintang-ACE, reserpin,
sitostatika dan antibiotika berspektrum luas (ampisilin,
amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin).
6) Diare akibat keracunan makanan
Diare akibat keracunan makanan, keracunan makanan
sebagai penyakit yang bersifat infeksi atau toksis yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang
tercemar.
d. Manisfestasi klinis
1) Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feses.
2) Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia
dan rasa haus.
3) Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak
efektif (tenesmus) mungkin terjadi setiak kali defekasi.
4) Gejala yang berkaitan adalah dehidrasi dan kelemahan.
5) Feses yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus
6) Feses yang lunak, semipadat berkaitan dengan kelainan kolon.
7) Feses berwarna keabu-abuan menandakan malabsorbsi usus.
8) Mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi
atau kolitis.
9) Bercak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari
insufisiensi.
Menurut Octa,dkk (2014) tanda gejala diare pada balita adalah
sebagai berikut:
1) Cengen
2) Gelisah
3) Suhu meningkat
4) Nasfu makan menurun
5) Tinja cair, lendir, tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya
darah
6) Anus lecet
7) Dehidrasi, bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah
berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan
darah turun, keadaran menurun diakhiri dengan syok
8) Berat badan menurun
9) Turgor kulit menurun
10) Mata dan ubun-ubun cekung
e. Faktor risiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fecal-oral
yaitu mekanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang
yang telah tercemar tinja penderita, atau secara tidak langsung
melalui lalat, secara singkatnya dapat dikatakan melalui “4F” yakni
finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), field (lingkungan) (Amabel,
2011).
f. Etiologi diare
Etiologi diare menurut Ngastiyah tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
1) Faktor infeksi
a) Infeksi saliran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi enteral
sebagai berikut:
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya
(2) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adeno-Virus, Rotavirus, Astrovirus.
(3) Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, trichomonas hintinis); jamur
b) Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA),
tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensafalitis dan
sebagainya
2) Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa);monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang paling
sering adalah intoleransi laktosa.
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein.
3) Faktor makanan
a) Makanan basi
b) Makanan beracun
c) Alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis
Perasaan takut dan cemas, namun faktor ini sangat jarang
ditemukan tetapi tidak menutup kemungkinan akan dapat terjadi
pada anak-anak.
g. Mekanisme pencernaan dan diare
Pencernaan normal pada manusia pada umumnya makanan
dicerna menjadi “bubur” (chymus), kemudian diteruskan ke usus
Zat – zat gizi yang telah diabsorbsi oleh villi ke dalam darah, sisa
chymus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar
dicerna diterukan ke usus besar (colon). Bakteri yang biasanya
berada di colon mencerna kembali sisa-sisa (serat-serat) makanan
tersebut sehingga sebagian besar sisa makanan dapat diserap kembali
selama perjalanan ke usus besar (colon) sehingga isi usus menjadi
lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja. Mekanisme
diare menurut teori klasik disebabkan karena meningkatnya
peristaltik usus, sehingga pada saat makanan melalui perlintasan
untuk menjadi bubur sangat dipercepat sehingga proses penyerapan
kembali tidak sempurna mengakibatkan masih mengandung air
yang sangat banyak, sehingga pada saat dikeluarkan sebagai tinja
berbentuk cair. Bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau terjadinya hipersekresi biasanya disebabkan oleh
bakteri, virus,kuman dan toksin (Tjay& Kirana, 2007).
Sebagian besar penyakit diare disebabkan oleh kuman seperti
virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral
yang terjadi karena:
1) Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,
tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau
tercemar pada saat disimpan dirumah. Pencemaran ini terjadi
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
2) Melalui tinja yang sudah terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi,
didalamnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.
Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian
binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang-orang yang memakannya
(Widoyono, 2008). Menurut Depkes RI (2005) kuman
penyebabnya diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara
lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan
atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku
yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak memberikan
ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan
masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang
tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak,
tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah menyuapi anak dan
tidak membuang tinja dengan benar.
h. Pencegahan
Pencegahan diare menurut pedoman tatalaksana Diare Depkes RI
1) Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru
lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI,
2006).
2) Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang
benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi
air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
3) Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang
air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI,
2006).
i. Penatalaksanaan
Menurut (Baughman & Hackley,2000) penatalaksanaan medik
primer diarahkan pada pengontrolan penyembuhan penyakit yang
mendasari.
1) Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral;
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2) Untuk diare sedang, obat-obatan non spesifik, difenoksilat
(Lomotif) dan loperamid (Imodium) untuk menurunkan
motilitas dari sumber non-infeksius.
3) Jika diare terus memburuk resepkan antimikrobial jika telah
teridentifikasi preparat infeksius.
4) Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang
Menurut (Octa,dkk, 2014) penatalaksanaan kasus diare pada
balita adalah sebagai berikut:
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2) Diatetik (pemberian makanan)
3) Obat-obatan
4) Lintas diare meliputi:
a) Dehidrasi menggunakan oralit
b) Zinc Diberikan berturut-turut selama 10 hari
c) Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting
dalam tubuh yang dapat menghambat enzim INOS
(inducible Nitric Oxide Synthase) dimana eksresi enzim ini
meningkat selama diare yang mengakibatkan hipersekresi
epitel usus
d) Teruskan pemberian ASI
e) Antibiotik selektif
f) Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare yang disertai darah
[image:49.595.126.500.570.742.2]B. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pendidikan kesehatan
cuci tangan
Tingkat Pengetahuan Ibu dalam pencegahan diare ada balita
Faktor yang mempengaruhi: 1. Tingkat pendidikan 2. Sosial ekonomi 3. Adak istiadat
4. Kepercayaan masyarakat 5. Ketersediaan waktu
(Saragih, 2010)
Faktor yang mempengaruhi: 1. Pendidikan
2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial ekonomi
C. Hipotesis
33
Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experiment (penelitian
eksperimental semu) dengan rancangan tehnik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana, tehnik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi (lottery technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 1. Pembagian kelompok penelitian
Subjek Pretest Perlakuan posttest
A O 1 01-A
B O 2 01-B
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan:
A : Kelompok perlakuan
B : Kelompok kontrol
1 : Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dengan ceramah
2 : Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dengan leaflet
O : Observasi yang dilakukan sebelum pemberian Pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan cuci tangan
01-A : Penilaian yang dilakukan setelah pemberian Pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan (kelompok eksperimen)
01-B : Penilaian yang dilakukan setelah pemberian leaflet (kelompok
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini berjumlah 84 orang di posyandu Giri
Seto sebagai kelompok perlakuan dan posyandu Pertiwi sebagai
kelompok kontrol.
2. Sampel
Untuk menentukan jumlah sample pada penelitian ini ditentukan
dengan rumus Slovin, penghitungan jumlah sampel dihitung pada tiap
kelompok yaitu kelompok perlakuan n=N/1+N(10%)2 dengan nilai
hitung n=42/1+42(0,01) = 29,57 dibulatkan menjadi 30 responden. Dan
kelompok kontrol n=N/1+N(10%)2 dengan nilai hitung n=42/1+42(0,01)
= 29,57 dibulatkan menjadi 30 responden. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini secara Simple Random Sampling.
3. Kriterian sampel
a. Kriteria inklusi
1) Ibu rumah tangga yang memiliki balita
2) Ibu yang bisa membaca dan menulis
3) Ibu yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Posyandu Giri Seto dan posyandu pertiwi
Penelitian dilakukan mulai dari Juli 2016.
D. Variabel penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto,dkk, 2000 dalam
Nursalam, 2013). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak
yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau
manipulasi suatu penelitian.
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini pendidikan kesehatan tentang cuci
tangan dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
ibu dalam pencegahan diare pada balita.
E. Definisi Operasional
1. Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan adalah upaya untuk menyebar
luaskan informasi tentang mencuci tangan pada kalangan ibu-ibu yang
memiliki balita (1-5 tahun). Pemberian materi dilakukan dalam bentuk
ceramah dengan durasi waktu 45 menit pada kelompok perlakuan,untuk
kelompok kontrol tidak diberikan ceramah melainkan diberikan leaflet.
2. Tingkat pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah melakukan
pengindraan melalui pancaindra manusia. Tingkat pengetahuan diukur
dengan kuesioner pengetahuan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan
11 pertanyaan mengenai diare. Pengukuran tingkat pengetahuan diukur
dengan soal pretest dan posttest. Skala data yang digunakan adalah
rasio,Mean 1-19.
F. Alat dan Bahan Penelitian
Alat atau instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan
diajukan secara tertulis untuk mendapatkan keterangan. Sebelum dilakukan
penelitian kuesioner akan diuji validitas dan reabilitas terlebih dahulu di
[image:54.595.136.519.373.559.2]posyandu mawar karena belum digunakan oleh peneliti lain.
Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner
Aspek Nomor Jumlah
Cuci tangan
Tujuan mencuci tangan 6,8 2
cara mencuci tangan 1, 2, 5,7 4
waktu mencuci tangan 3, 4 2
Diare
Pengertian diare 10,19 2
Penyebab diare 18,15, 2
Pencegahan diare 9 1
Tanda gejala 11,13 2
Klasifikasi diare 12, 16,17 3
Penanganan diare pada balita 14 1
Jumlah 19
G. Jalannya Penelitian
1. Penyusunan Karya tulis ilmiah.
2. Ujian
3. Mengurus surat izin etik dan izin validitas
5. Peneliti melakukan penelitian di Gamping Kidul RW 16 sebagai
kelompok perlakuan
6. Peneliti melakukan penelitian di Gamping Kidul RW 19 sebagai
kelompok kontrol
7. Peneliti memilih responden secara simple random, dengan lottery
technique setelah terpilih Peneliti memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden
8. Peneliti memberikan penjelasan singkat maksud dan tujuan penelitian
9. Peneliti memberikan pre test pada kelompok kontrol dan perlakuan
kemudian peneliti melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok
perlakuan dan memberikan leaflet pada kelompok kontrol
10. Peneliti melakukan follow up dan memberikan post test pada kelompok
perlakuan dan kontrol pada saai itu juga
11.Peneliti pengumpulkan data dan mengolah data
12.Peneliti menyusun laporan
13.Ujian hasil penelitian.
H. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penglahan data dalam beberapa tahap yaitu:
1. Pemeriksaan data
Merupakan pemeriksaan kembali data-data, serta kelengkapan data
2. Pemberian kode
Pemberian kode pada atribut variabel untuk memudahkan analisis
data, atau kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan. Kuesioner pengetahuan dengan jumlah 19 soal
dengan kriteria “kurang” “cukup” dan “baik” kriteria penilaian untuk
pengetahuan menurut Nursalam adalah:
a. Tingkat pengetahuan baik : 76-100% score 14-19
b. Tingkat pengetahuan cukup : 56-75% score 10-14
c. Tingkat pengetahuan kurang : <56% score 0-10
3. Pemasukan data
Data entry merupakan kegiatan memasukkan data yang di berikan
kode angka untuk dimasukkan ke dalam program komputer yaitu
software SPSS.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Kuesioner diuji coba terlebih dahulu dengan mengukur validitas
dan reliabilitas kuesioner. Kuesioner yang diuji adalah tingkat
pengetahuan cuci tangan dan diare. Uji validitas dilakukan di posyandu
Mawar dengan jumlah sampel 33 responden dengan karakteristik yang
sama dengan responden penelitian. Hasil uji coba dianalisis
menggunakan rumus pearson product moment (Sugiyono, 2015).
Dikatakan valid apabila r tabel lebih kecil dari r hitung dengan dengan
tingkat signifikasi 5% (Arikunto, 2010).
r tabel di dapat dari df-2 = 33-2 =31 dengan ketentuan r tabel
adalah 0,344 apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner
dinyatakan valid.
Hasil uji validitas kuesioner tingkat pengetahuan cuci tangan dari
13 pernyataan terdapat 5 yang tidak valid yakni nomor 6,7,8,10,12 dan 8
pertanyaan yang valid dengan nilai hasil r hitung (0,637, 0,465, 0,511,
0,420, 0,484, 0,746, 0,372, 0,385) > r tabel (0,344). Kuesioner tingkat
pengetahuan tentang diare dari 16 Pernyataan terdapat 5 pertanyaan yang
tidak valid yaitu nomor 9,11,12,14,15, dan ada 11 pertanyaan yang valid
dengan hasil hitung (0,703, 0,615, 0,717, 0,751, 0,818, 0,355, 0,818,
0,577, 0,464, 0,391, 0,376) > r tabel, dari dua kuesioner digabung menjadi
satu sehingga peneliti hanya menggunakan 19 pertanyaan dalam
kuesioner. Pernyataan yang tidak valid dihapuskan dari lembar kuesioner.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari reliability yang memiliki arti
keterpercayaan, kehandalan, konsistensi dan sebagainya, tetapi ide pokok
yang terkandung yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat di
percaya. Hasil ukur dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subyek tidak terjadi perubahan. Apabila
terdapat perbedaan kecil, hal tersebut masih bisa ditoleransi namun jika
dapat dipercaya sehingga dikatakan tidak reliabel. Metode perhitungan
koefisien reliabilitas yang digunakan adalah metode:
KR-20 dengan rumus sebagai berikut:
(
) (
∑)
Keterangan:
r11 : Reliabilitias intrumen
k : Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
Vt : Variansi total
p : Proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir
q : Proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir
Dari hasil pengujian diperoleh nilai r11. Nilai ini kemudian diandingkan
dengan nilai rtabel. Apabila nilai r11 lebih besar daripada r tabel (0,5),
maka butir soal dapat dikatakan reliabel. Sebaliknya, apabila nilai r11 lebih
kecil dari rtabel, maka butir soal dapat dikatakan tidak reliabel (Arikunto,
2010). Kriteria score reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,80 <rkr-20≤ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi
0,60 <rkr-20≤ 0,80 : Reliabilitas tinggi
0,40 <rkr-20≤ 0,60 : Reliabilitas sedang
0,20 <rkr-20≤ 0,40 : Reliabilitas rendah
Hasil uji reliabilitas menggunakan KR-20 adalah pada kuesioner
pengetahuan cuci tangan dengan nilai 0,64 dan pada kuesioner
pengetahuan diare dengan nilai 0,76.
J. Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini diolah dan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif dan melalui proses komputerisasi.
Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi dan data perhitungan statisitik,
kemudian dilakukan uji statistik.
1. Analisa Univariat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan data dengan sederhana. Data yang sudah didapatkan
akan dihitung jumlah dan persentase tiap kelompok. Data yang sudah ada
disusun dalam tabel dan kemudian diinterpretasikan.data kategorik akan
disajikan dalam bentuk presentase dan frekuensi.
Cara penyajian dapat berupa presentase, diagram map, atau tabel
frekuensi dengan rumus :
P=
x 100%
Keterangan :
P : Persentase jawaban yang diberikan responden (%)
F : Frekuensi jumlah yang diperoleh
2. Analisa Bivariat
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon
karena data tidak terdistribusi normal atau non-parametrik dan
berpasangan, dan skala yang digunakan merupakan skala kategorik,
untuk melihat perbedaan pengetahuan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol menggunakan uji Man-Whitney karena data responden
pada kuesioner tidak berdistribusi normal atau non-parametrik dan
berpasangan. Dari uji statistik didapat nilai yang signifikan (p). Jika nilai
sig < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sedangkan jika nilai sig >
0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
K. Etik Penelitian
Etika penelitian merupakan hak yang sangat penting dalam melaksanakan
sebuah penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka
segi etika penelitian harus diperhatika. Etika penelitian diproses dan
didapatkan dari komisi etik dan penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Masalah Etik yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan (informed Consent)
Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian. Tujuan pemberiannya agar subjek mengerti
maksud dan tujuan peneliti dan mengetahui dampaknya. jika responden
2. Kerahasiaan Nama (Anonymity)
Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak
perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner),
tetapi dalam bentuk kode pada masing-masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi maupun masalah-masalah
yang diberikan oleh responden. Informasi dan masalah hana kelomok
44
A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dukuh Gamping Kidul terletak di kelurahan Ambarketawang,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dukuh Gamping