PERCERAIAN DI KALANGAN BURUH
MIGRAN
PEREMPUAN:
Studi
Kasus
di Desa Kadupura
Kecamatan
Cibodas
. ,Kabuptrten
Suhbumi Provinsi Jawa Barat
OLEH
:
KUSTINI
PRUGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANMY
BOGOR
KUSTINI, Perceraian di Kalangan Buruh Mgan Perenpuan, Studi Kasus di Desa
Kadupura Kecamatan Cibodas Kabupaten Sukahrni Jawa &rat. Oibimbing oleh
MA KOCWAKlNG dan KRlSll POERWANDARI.
Keterbatasan lapangan pekqaan di desa
serta
kebutuhan hiupyang
semakin mingkat menjadi dorongan &ma bagi perempuan di
Oesa
Kadupura untuk pergi ke Iwr negeri sebgai buruh migfan. Secara&onomis
kepergian 8 Wtdah berhasil mingkatkan kesejahteman keiua-ga. Namun, kepergian BMP yang
berstatus istri untuk waktu relatif lama cendenrng mengakibatkan komik lebih W a r
dibandingkan dengan kepergian suami yang dikonstruksikan secara budaya
untuk
m r i nafkah di Iwr rurnah. Kmfiik yang
mengemuka
ji ka tidak dapat disekaikanberakhir
dengan
p e r m i a n .Masyarakat
h aKadupura menyelesaikan proses perceraian secara tidak tercatat dengan bantwn elit desa khususnya Amil. Bagi masyamkat Desa Kadupura,sejauh
mereka
memahad bahwa p e m i a n telah sesuai dengan n magama,maka kapanpun perceraian bisa dilakukan. Masyarakat berpandangan bahwa
ketentuan agama lebih penting ketimhang hukum negara. Oleh karena itu perceraian cukup dilakukan melalui lembaga kekerabatan dengan bantuan elit
desa asal -menurut pemahamn m k a - telah m e m u h i syarat agama.
Sedangkan syarat dan proses adnrinistratif seperti yang dilakukan Pengdilan
Agama
dirasakan banyak kendala untuk diikuti. Kendala dimaksud antara lain bayarelatif mahal, proses beMit-belit, serta memerlukan waktu lama. Pada sisi lain,
kedangkalan pemahamn masyarakat terhadap nitai-nilai agama menyebabkan
instttusi perkawinan cendenrng lebih mudah tertsentuk sekaligus mudah diputuskan.
Ada tiga tipologi perr;wsrian yang dikenal masyarakat yaitu talak bikeuneun,
talak padukeuneun dan talak jualeun. Talak bikeuneun te Qadi atas i nisiatif suami .
Talak padukeumun merupakan
proses
perceraian melal ui petsidamgan diPengadilar, Agama. Sedangkan hlak
jualeun
adalah perceraian atas keinginan ism.BMP memberi pemaknaan baru terhadap p e m i a n yang sekaligus mnunjukkan
adan ya prgeseran makna cerai dlbanding kan dengan bu kan BMP. Pergeseran makna tersebut sangat twkait dengan peningkatan status sosial ekonomi B W dan peningkatan posisi t a w r perempuan terhadap suami serta pemaknaan yang
b e M a terhadap lembaga perkminan. Kehidupan dalam perkawinan, jika
dirasakan tidak lagi memberi kebahagiaan, B W lebih mudah memutuskan untuk
be rcera i
.
Walaupun masyarakat m n d a n g perceraian bulran sebagai suatu perbuatan m e n y i ~ a n g , -pi jika m i a n terjadi pada BMP ha! tersebut diangg ap sebag ai aid bat m t i f dari kepergian BMP. Konstncsi sosial rnasyarakat
Oesa Kadupura mnempatkan perenpuan sebagai ibu rumah tangga yang hams
selalu
berada di m h . Jika tqadi keretakan hubungan suami istri karena istn tidakPERCERAIAN DI
KALANGAN
BURUfI
MIGRAN
PEFWMPUAN:
Studi
k u s
di Desa Kadupura Kecarnatan Cibodas
Kabupaten
Sukabumi
Provinsi Jawa
Barat
OLEH
:
KtTSTINI
Tesis
sebagai salah
satu syarat
untuk memperoleh
gelar
Magister Sains pada
P r o w
Studi SosioIogi Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
IIYSTITUT PERTANIAN BOGOR
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirlran di sebuah kata kecil Cia& Jawa Batat pada tanggal 20
Januari 4961 dari m a nKmasih (Am) dm Hj. Cljoh. Pada tanggal 13 Agustus
1987 penulis menikah dengan lrmansyab dan dikatuniai 3
orang
an*
yaitu AmalnaSyaharard (14 tahun),
Adam
W a d iNugraha
(10 tahun) dan Asief SyahhdiNugraha (1 0 tahun).
Pendidikan dasar penulis sarnpai tingkat SLTA diselesaikan di Ciamis. Pada
tahun 1 980 penulis diterima sebagai mahasiswa FakuRas Rlsafat Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dan lulus pada tahun 1985. Mulai tahun 1988 sarnpai
sekaraq
penulis beke ja sebagai peneliti pada
Badan Litbang
Agama dan Diklat KeagamaanDepartemen Agama RI .
Tahun 1999 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan Program Pascasarjana f nstitut Pertanian Bogor.
PRAKATA
Puji s y u h kepada Yang Maha Kuasa atas segala dchnmt dan kafuniaNya
akhimya pndisan W s ini dapat dselesaikan. Tesis
dmgan
judul-an
diKalmgan Buruh Wran
m,
Studi Kasus di Kadupwa KecamatanCibodas
K
a
w
Sukabunri
J w Barat, rnenrpakan hasil penelitian yangdlakukan
selama
3 bulan yaitu Juli sanpai 2001.Sekainya Hi ini merupakan
satu
fase dari pgalanan panjangyang
melibatkan berbagai pihak. Pada
kesempatan
ini
penulis menyanpaikan terimakasih kepada k b a g a i pihak disertai doa semoga Allah Swt. membalas kebaikak
kebaikannya. Terima kasih kepada kedua orang pembimbing Dr. Lala
M.
Kolopakingserta Dr. E. Kristi Pcerwandari yang telah mengohankan waktu di tengahtengah
kesibukannya. Terim kasih kepada Dr. lr. fitik Sumarb yang telah bersedia untuk
mwrjadi salah satu anggota penguji.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Kepala W a n Litbang Agarm dan
Kepala Puslitbang Kehidupan Beragama yang telah mringankan baya
dan
memberikan izin sehingga mmungkinkan penulis untuk depaskan tugastugas
nrtin di kantor. Terima kasih kepada beberap sahabat di kantor yang telah
menempatkan diri sebagai teman diskusi yang hangat dan selalu menyediakan
waktu kapanpun penulis memerlukannya. Untuk iernan-ternan yang telah merajut
benangbenar?g indah mahabatan a a m a di karnpus, semoga persahabatan kita
tetap brlanjut rrvalaupun sebagian besar mreka telah kembali ke tempat tugasnya
masingmasing.
Ungkapan tefimakasih yang tulus di-hkan unMr orang tdekat di
hati permlis yaitu
sum
M n t a lrmansyahyang
selalu memberi dorongandan
doa.
Kebesaran Wnya
untuk menggantilcan sebagian tugasseorang
i bu dalam m f m a tanak-anak menhat penulis selalu berlega hati ketika harus Icdw rumah. Untuk
'ambisi' mma m a nhak kalian untuk selalu didampingi tidak tepnuhi. Tanpa
kesabaran rmeka, tesis ini tidak
akan
pimiah W j u d . Demikian juga, kepadasaudara
lainnya yang telah menggantikan hrgas-hgas di rumah, penulissangat
berhutang budi.
Patian lapangan
yang
dilakukan seam intensif selam tiga bulanm p a k a n anugrah m r i karma penulis bisa mnjalin silaturrahmi dan
persaudaraan dengan banyak responden
dan
informan serta masyarakat di DesaKadupura. Tefirrrakasih diampaikan k m a Kepala Oesa W u p w a beserta seluruh
stafnya, saluruh informan yang bersedia b e m i cents tenbng pengalaman-
pengalaman pnbadinya. Kepada keluarga Bu Cicih, penulis ungkapkan terima kasih
atas keterbukaan pintu mmahnya d i i p a t i penul is
selama
penelitian lapang an.Olsadari bahw sebuah penelman tidak akan pemah luput dari ketwbatasan
dan kekufangan. Oleh karma itu kritik dan saran untuk 'perbaikan sangat penulis
harapkan. Sekecil apapun penulis beharap bahwa hasil penelitian ini bermanfaat.
Bogor, September 2002
OAFTAR TABEL
...
viii...
DAFTAR ix
...
M A R LAMPIRAN
...
.
.
.
x...
PENDAHULtJAN 1
Latar Belakang
...
1...
Masalah Penelitian 5
...
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 7
Fokus Penelitian
...
8...
Struktur Penulisan 9
PENDEKATAN PENELlTlAN ... 11
...
Orientasi
Teoritis I IMigrasi Perempuan ... 11
...
Perwrguan dalam Keluarga Buruh Mgran 16
Perempuan dan Perceraian ... 20
Kerangka Pemikimn
...
23Hipotesis Penelitian
...
26 Metodologi Penelitian...
27Waktu Penelitian
dan
tokasi...
27 Pendebtan Penelitian danMetode
Pengumpulan Data...
29Penentuan Subjek
Kasus
...
32Analisis Data
...
33Kendala di La pangan
...
35BURUH MlGRAN PEREWUAN DALAM KONIEKS PERKEMBANGAN
...
Migrasi Perempuan: Jalan Pintas Peningkatan Ekonomi Kduarga 48
Bunrh Mgran Perempuan di Tm@ Kerapohan Keluarga ... 53
Rangkman
...
57...
Perceraian Tidak Tercacat 63
...
Talak Bikeuneun 65
Kasus 1 : Talak Bikeuneun Wati &n Yusuf:
...
Tertipu Ray uan Lelaki Arab 67
Kasus 2: Talak Bikueneun Siti dan Dedi :
Jika Berangkat Beram Cerai ... 69 Kasus 3: Talak Bikeuneun Ita dan
Maman:
...
Campur Tangan Pi hak Keluarga 71
Talak Padukeuneun ... 73
Kasus
4: Talak Padukeuneun Elah dan HasanKekerasan
Suami. Siksaan Lahir Batin Bagi Istri ... 75...
Talak Jualeun -77
Kasus
5: Talak Jualeun Nani dan Jaja :...
Menjual Harga Oiri Suarni 78
Pergeseran Makna Cerai pada 8umh Mgran Perempuan
...
81Buruh Migrafl Perempuan dan Penirgkatan Jumlah Peroeraian
...
89Rang kuman
...
92PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG PERCERAlAN BURUH
MlGRAN PEREMPUAN
...
95...
Bercerai. Apakah Perilaku Menyirnpang ? 96
... Dualisme Elit Desa: Mengecam Pmeraian Tetapi Memberi Jalan 99
lstri ldaman Tetapiah Di Rumah
...
104DAFTAR TABEL
1.
Penempa&n
TKl Per Oawah Asal (5 Provinsi Terbanyak )Periode 1994 sid 1999
...
32. Pokok Penmsalahan, Jmis Data, Pengumpulan Data
dan Surnber
...
343. Rekapitulasi Calon Buruh Mgran Kab. Sukabumi Berdasarkan
Jenis Kelamin Tahun 1994 d d 2000
...
414. Jumlah Buruh Mgran di Dusun Pari 8erdasarkan Jenis Kelamin
dan Tempat Tinggal.. ... 42
5. ldentifikasi Makna Cemi Yang Tetap dan Yang Bergeser pada Buruh
Migran Perempuan di Sukabumi ... 87
1. Jumlah Bunn Mgran Indonesia
di
J a w Barat ( 5 KabupatenTerbanyak ) Periode 1994 d d 1 999..
. .
. . .. . .
.
. .
.
. . .
.
..
. . .
. . .
43. Pertumbuhan Jumlah Buruh Mgran Sukabwni Berdasarkan
J d s Kelamin Periode I 994 sld 2000.. . . .
. . .
. .
. . ..
. . .
42 4. Perbandingan Jumlah6 u n h
Mgran
lakiJaki dan Perempuandi Dusun Pari
...
...
...
.
.
.
.
.
.
...
...
...
... ...
.-...
435. Penyebaran Buruh Mgmn Perempuan di Dusun Pad Berdasarkan
Negara Tujuan ...
..,...
...... ... ... ...
...... ...
-. .... 51 6. Prosedur Cwai Talak . . ....
... ... . .. ... ... ... ... . . . ......
... ... ...
617. Prosedur Cerai Gugat.. . .
. .
... . .
.. .
. . ..
. .. . .
..
. . .. . .
62 8. Jumlah P e m i a n di Kab-Sukabumi Tahun 1998,1999,2000.. . ...
84 9. Jumlah Percemian di Provinsi Jawa Barat Tahun 1998, 1999,2000 84I . Oaftar Pertanyaan Full E n u r n e m S u w y rrntuk R m h Tangga
Buruh Mgran
...
117...
2
.
Peta Wilayah Desa Kadupura I f 8...
. . . .3 . Peta Wilayah Kabupaten Sukaburni - 119
4
.
SumtKetmgan
P e m i a n (Talak Bikeuneun) Yang Di buat oleh...
ArmllP3N 120
5 . Surat Keterangan Perceraian (Talak Bikeuneun) Yang Dibuat oleh
...
...(Mantan)
Suami 121...
.
6 Pintu Masuk Gang Mekah Menuju Dusun Pari 122
7
.
Gang Mekah Sepanjang 500 meter yang Menuju Perkampungan...
Bu ruh Mgran Perempuan 122
9 . Rumah Di Pinggir Jalan Desa Kadupurayang Sering Oiidentikkan
...
dengan Kebet-hasilan Buruh Migran Peremguan 12310 . Kegiatan Upacara Ritual Keagamaan Maulid Nabi Muhammad yang ...
Dilaksanakan Ibu-lbu di Ousun Pari 124
11
.
Mantan Buruh Migran yang Bekeja Sebagai Buruh di Sawah Mlik ...PENDAHULUAN
Lahr stlakang
Sejak tiga puluh tahun kmkhir, migrasi antar negara telah menjadi isu dunia
yang
memjliki peqamh -up kuat b q i negara penerima maupun pengifimmigran.
Indwesia dapat digolongbn sebagainegara
pengirim dan p&mamigmn antara negara, walaupun dilihat dari wi kuantitas, migran lndwresia
yang
ke luar negeri jauh Wih banyak dibandingkan dengan migran atau tenaga k q a
asing yang msuk ke Indonesia. ( T j i e r i j a n t o , 1997'). Dan sejudah nigran
yang berasal dari Indonesia, lebih 80 % adalah perernpan yang kmudian dikenal
dengan
sebutan
Tenaga Kerja Wanita (Ambarebani dan Rianawati, 1999) atauBuruh Migran Perempuan. Sementara itu, berbagai hasil penelitian
mengungkapkan bahw dorongan ekonomi merupakan pertimbangan paling
downan bagi pengambilan keputusan untuk rnenjadi bumh migran. (Arnbaretnani
dan Rianawatt, 1999; Tjiptoherijanto, 2000).
Menyadari pentingnya dampak migrasi
antar
negara,
pernerintah memberiperhatian khusus melalui program Penempatan Tenaga Keqa lndonesia
(seianjutnya ditulis TKt) ke krbagai
negara
dan penyiapan seperangkat peraturanperundangan. Kepiusan Menteri Tenaga Ke j a Rl Nornor: KEP-2041MENlt 999
tantang -tan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri myatakan
perlunya pengaturan TKI adalah dmgan pertimbangan bahwa ha1 tersebut
mmpakan upaya alternattf urrtuk m g a t a s i pengangguran dan kelangkaan
kesernpatan kaja di Indonesia. Tujuan
utama
p e n e q a b n
TKI ke luar negerisebagaima tertuang dalarn K-san Oijen Binapenta N o m r
KEP. 126IBPI1999 adalah mengurangi pengangguran, mingkatkan perlindungan
dan kebampilan
sumber
daya manusia Indonesia serta penenmaan devisajumlah TKI bemti peningkatan M i a negara swta pengurangan jumlah
Dilibt dari negara tujuan, Saudi Ambia mwupakan negara yang menjadi
tujuan mayoritas migran. Selebihnya, penempatan para migran tersebar di 72
negara baik di Asia Pasifik, Arnerika, Eropa serta Xrmr Tengah dan sebagian kecil
negara Afrika @itjen Binapenta Departemen Tenaga Ke j a RI Tahun 2000). Bagi
masyarakat Indonesia yang mayoribs penduduknya beragama Islam, menjadi
-grm ke Saudi Arabia mmiliki harapan sdak hanya
sekedar
mtivasi ekonomi,tetapi ada motivasi ni lai-niIai agama karena berharap bisa mnunaikan ibadah haj i
atau
umroh
flrtosudarrno, 1 994; Ambaretnani dan Rianawati , 1 999). Fenomenalain seperti diungkapkan oleh Spaan (1 994) rnenggarnbarkan bahwa untuk menjadi
migran di Saudi Arabia, pencari tenaga kwja tersebut rela menempuh jalan illegal
atau migran tidak
tercatat
(undocumented#?@rants).
hkieka datang ke SaudiArabia untuk mlakukan ibadah haji atau umroh, tetapi setelah habis nlasa
kunjungannya, mreka mencoba untuk mencari peke jaan. Ji ka migran tidak
krcatat ini dimsukkan dalam perhitungan, bisa dipastikan bahwa migran ke Saudi
Arabia jumlahnya lebih banyak
'.
Dalam skala nasional, selama enam tahun terakhir yaitu m o d e tahun
1994 sld 1999 Jawa Barat menjadi wilayah pengirim TK! terbanyak, disusul
1
kemudian
Jmm T w , Jawa Tmgah, Kallmntan Xmurserta
Nusa -TBarat.
tihat Tabel 1.Tam 1. PBnempatan TKI per d a m asal(5 provinsi tebanyd)
-1994sld I999
S u m . Ditjen Binapenta Dep. Tenaga Ke j a RI Tahun 2000
Ttm 1994 1995 1996 1997 1998 1999
J m h h
Pada periode yang sama, bedasarkan
data
yang
&a pada DitjenBinapenta Departemen Tenaga Kerja RI tahon 2000, TKI atau disebut juga Buwh
Mgran Indonesia (selanjutnya ditulis MI) yang berasal dad Kabupaten Sukabumi
men-
urutan
terbanyak yaitu 119.990. Disusul kabupaten lainnya yaituPurwakarta 54.028
orang,
Cianjur 15.253 orang, lndramayu 10.824 orang sertaSubang 6.071 orang. Lihat Gambar 1.
Penelitian
tentang
Buruh m r a n Peren-tpuan (selanjutnya ditulis BMP)sejauh ini W h banyak d i s k a n pada -laban
yang
dihadap' di daemhtujuar?. SaWgkan penelitian,tentang w r u h
8 W
t&adap
k d w atau*
Uhat misalnya basil penelitian Allison J. Murray (1994), Lea Jellin& (1995), Sedyaningsh (1999) dan Antarin Pmmil (I=) h t a n g kehidupan m i g mdi Wmta yang bekeja di seldw infamal. Penefftian dan amkasi yang dilakukan LSM
seperti S&hibas Perempuan dan Kdyanamitra berpangkal dari k h g &
yang didami migran perempuan di tempat kesjimya Inform& lain ten- permssdahan M u t bisa d i u i pada Rusdi Tagarrw dan Ermp M a(2001) yang menyajikan
Provinsi
' J~w3Barat
Jmlah 29813 27451 57809 55694 44497 20447 240711 % 124 11,4 24 23,f 20.6 8.5 100 NIB
JawaTmlr Kalimadan
r m ~ r
Junlah 6!577 7880
11703
8250
m 1 7
26548
W&53 JarrraTsrgah
Junlah
17.843
2 4 . a 41076 47026 65.285 42319 232157 Junlah 15752 17450 f1876 9403 28839 48764 131484 % 7,2 8,7 -
-#I M a n Nmah Bngga, rtau
pernauhan
k & A h n
biolqism.
Dua k d pdama bisa d i i k a n mtaa kindengan
melibawn perankeluarga besar seperti nenek, kakek. bibi, adilr,
atao
bahkan tetmgga ferdekatyang seringksli memiliki
k m n
huh- tayahya raudsa. T- konflik~QemenuhankekrtrPlanbid~ssuami~menjadisald\sabJsebab
te
jadinya kereta kan rumah tangga karma suami mulai tierpaling kepadapererryuan lain. Namn p r l u dijelaskan juga batma pemicu keret.akan rumah
tangga j q a bisa te Qadi dari pihak istri. Peningkatan
status
sosial istri -ahbekerja di luar negeri mnyebabkan penrhahan dalarn pola dan perilaku M a p
suami,
perubahan datam cara pandang suami te-hadap istn.Jika konflik-konflik
tersebut
tidak d a m dikeldaoleh
pasangan, sangatdimungktnkan penyelesaian
msalah
melalui perceraian. Sebagaimanadiungkapkan oleh Latif (1985) batwa perceraian mmpakan jalan satu-satunya
dan
tindakan akhir setelah melakukanberbqai
ikhtiar dan upaya. Jika dikaitkandengan tujuan utama menjadi buruh migran yaitu untuk memperbaiki kondisi
ekonorrri sehingga diharapkan membawa kebahagiaan, m k a tejadinya
perceraian merupakan penyimpangan dari tujmn utam tersebut.
MasaIah P e n e l i n
Keluarga sebagai sebmh kelembagaan sosial mewliki sejumlah fungsi
dan tugas tertmu semi
m a n
slmlrkrr sosiat yang terbangun dalammsyarakat
-.
Ada -pa fmgsi yam dapat diidentifikasi dari sebuahkeluarga yaibu pengaturan Wcsmi, reproduksi.
sosialisasi,
afeksi, penentuanstakrs, mendmi windungan dan fungsi ekonomi (Horton dan Hunt, 1993).
Sementara Comet (1994) myebutkan bafnma welaupun tidak ada definisi
kekrarga
dalam
masywakat dan fugsinya. Fungsi dimaksudantara
lainmemberikan
penaman peean sebagai salah satu anggota keluarga, belajar hidupv,
memberi kasisay-
dan
dukungan
emional, pendidikan bagi anak-anakserta
-man
anta, m a t i a n , keintirnan dan windunganbukan
hanya
untuk bayi dan anak-an& Mapi juga untuk anggota lainnya sepettioraw lanjut usia, orang cacat dan lemah.
Dalarn
banyak kasus, migrasi rnenyebabkan disfungsi dan' satu ataubebefapa faktor tersebut. Kepergian semng istri untuk menjadi bunrh
migran
disatu sisi dapat menguatkan fungsi keluarga khususnya fungsi ekonomi. Telapi
pada sisi lain temyata mengakibatkan disfungsi pada bebrapa faktor. Bl#d
(1972) menyebutkan beberapa akibat yang timbul dari migrasi terhadap keluarga
antara lain betkurangnya intensitas komunikasi, tmlemahnya jaringan atau ikatan
kekerabatan, mengurangi stabilitas keluarga serta melonggarkan ketdkatan mom1
terhadap budaya di tempat asal. Oleh karma itu bisa difahami jika kemudian
tirnbul berbagai konflik pada keluarga yang salah satu anggotanya melakukan
migrasi. Perceraian merupakan puncak dari konflik yang diakibatkan tidak
be jafannya fungsi-funysi keluarga.
Dafarn
kaitannya
dengan fenomena BMP yang berstatus istri danpengamhrtya terhadap keluarga, secara khusus penelitian ini ingin menjawab dua
pefmasalahan sebagai ben'kut:
1. Bagaimaria bentuk atau tipdogi perceraian
yang
terjadi pada EM3 sertabagaimana B W me- mkna m a d a p pawmian tersebut.
2. maimana masyarakat memandang p e m i a n khususnya yang terjadi pada
Tujuan dPn Kef#mmn
Penelitian
h
i
berkrjuan untuk mnqmlajari fenomenaW
sertakeMdtannya
dengan
peristiwa pereeraianysng
mbartkan OM ketiadaan BMPdi terrg- keluarganya. Secara lebih Wind,
f m e l i t h
ini hlujuan unluk:1. kqetahuipdaatautipdogi peroeraimystngbarindipgdaBMP. M a p -
merrdfiki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dalam menghadapi konflik
keluama sehubungan dmgan kquhmmya untuk bercerai. Perbedaan
pengetahan
dan
pengalaman ini akan melahirkan polapola perceraian yangberbeda pula.
2. Memahami pandangan masyarakat
tentang
m i a n baik yang wadi padakomunitasnya maupun perceraian yam te Qadi pada BMP. Hal ini berkaitan
dengan kollstrulcsi sasial budaya dalam memandang perceraian atau
rrmmndang m n g istri yang mninggalkan keluarganya untuk men& nafkah
sebagai BMP.
Jika tujuan tersebut tercapai, penelitian ini menyajikan data empiris tentang
persoalan yang dihadapi BMP di lingkungan keluarganya. Data
atau
i n f o m itersebut pada gilimnnya diharapkan berguna untuk menjadi masukan bagi pembuat
kebijakan tentang BMP baik deh instansi pemerintah maupun lembaga-lemhga
non permtintah. Departmm Agama dapat memanhatkan hasil penelitian ini untuk
merurmskan program atau kebijakan daiam kaitannya dengan pdayanan
k q a r n a a n
di
b i i n g permian.m e m e n
Tmqa Kerjadan
TmnsrQrasiataupun Kementerian Pent>errdayaan Perempran dapat
mmmmlkan
hasilw i t i a n ini untuk pertinbangan dalam
membuat
kepukrsan atau kebijakan yangMaitan
-n pembrnaan 8MP.Kebijakan
yang
diaml lembsga atau arganisasi non pemerintahpada
itu bagi lembega atau organisasi non permintah khususnya yang memiliki
kepldran terhadap B W , h a i l pmlitian paling tidak menyajibn i n f o m i
tentang p e r m a s a l a h a w a h a n yang dihadapi
W
sehingga &patrnemkrat nmusan yang
tepat
dalam m t u k a n p r o g v r m y a .Fokus Peneliian
Berbagai permasalahan yang dialami BMP, baik ketika masih di daerah
asal,
dalam proses pemberangkatan abupun masalah yang ditemui di negaratujuan, menrpakan biang kajian yang tidak akan pwnah kering untuk d i d a l a ~ oleh
peneliti maupun para praktisi pemberdayaan perempuan. Peneliti yam mrrriliki
kepekaan terhadap isu-isu psmbedayaan pwempuan, dapat mengambil fokus
pada masalah eksploitasi, subordinasi atau majinalisi yang selalu lekat pada
kehidupan BMP. Dari sisi ekonomi, peneliti dapat mengajukan hipotesis bahwa
keberangkatan
BMP cukup signifikan untuk mningkatkan pendapatan negaraataupun peningkatan kehidupan ekonon-i keluarganya. Dalam kaitannya dengan
pembagian keqa dalam keluarga, banyak peneliti menyimpulkan b a t w telah
terjadi pergeseran peran dalam keluarga ketika istri tidak ada di nrmah untuk
jangka waktu yang cukup
panjang.
Sedangkan dari sisi perkembangan anak, dapatdtkaji permasalahan y a y dihadapi ketika anak hanya memiliki orang tua tunggal
yaitu ayah.
Secara
khusus fokus peneliian ini adalah m I a h m r a i a n yang te jadipada
6MP.
Walaupun sesungguhnya perceraian rnerupakan hal yang bisa terjadipada kelompok masyamkt manapun, goloHgan
e k w m i
menengah maupunM, Mapi kiranya m u didalami secara spesifik jika perceraian tersebut secara
.
langsuw
ataupun tidak, m p a k a n saIah satuekses
dari kepergian seorang BMPkemungkinan te jadmya disfungsi atau konflik-konflik pada keluarga B W yang
kemudian berakhir perceraian.
Sttuktur Pmulisan
Tesis ini diorganisir rnenjadi enam bagian.
m i a n
p t a r r r a Pendahuluanmengungkapkan
tmtang
Latar
Belakang, Perurnusan Masalah Penelitian, Tujuandan Kegunaan
m i t i a n serta
Fokus Penelitian. Bagian akhir d idengan
mengungkapkan Struktur hulisan.
Bagian k e d w Pendebcatan Penelitian, mengungkapkan kajiakkajian
teoritis berupa hasil penelitian terdahulu tentang topik sekitar buruh migran, dan
keluarganya t e m s u k topik tentang pceraian. Dalam Subbab pertam Orientasi
Teoritis, terhagi atas beberapa topik yaitu Mgrasi Pempuan, Pempuan dalarn
Keluarga Buruh Migran serta Perempuan dan Perceraian. Subbagian berikutnya
adalah Kerangka Pemikiran serta rumusan Hipotesis Penelitian. Subbagian
selanjutnya menjelaskan
Metodologi
Penelitian.Bagian ketiga mernberikan gambaran tentang latar geografis, sosial dan
budaya dari iokasi penditian. k n g a n judul Bunrh Migran Perempuan Dalam
Konteks Perkembangan Kadupura, diuraikan secara singkat bekrapa ha1
yaitu h a Sebagai Daya Dorung Migrasi, Kondisi Sosial Ekonomi yang Tidak
Berpihak pada Pmmpuan, Buruh Migran Pmmpuan: Jalan Pintas Peningkatan
Ekonomi Keluarga d m bagian terakhir Euruh Mgran Perenpuan di Tengah
Kerapuhan Keluaga. Intisari
mateti
dalarn
m a n
ini dikrlis secara singkat dalarnsubbagian terakhir yaitu Rangkuman.
Bagian keempat tmnguraikan tentang Pergeseran Mkna Cerai di
Kalangan Bunrh Mgran P e w a n . Subbagian terdiri atas: w i n dalam
Padukeuneun dan Talak Jualeun, Pergeseran h k n a Cerai di Kalangan Bumh
Migran Perwnpuan, Buruh hhgmn Peremplan dan hningkatan Jumlah mi.
Subbagian twakhir adalah Rangkuman.
Bagian kelirm mngmikan Pandangan Masyafakat temadap Perceraian
Buruh Mgran Pemmpuan. Subbagian ini mri atas: Bememi, Apakah Perilaku
Menyin-pang? Dualisme Eiit Desa: Mengecarn
Perceraian
BMP Wapi MemberiJalan. Subbagian selanjutnya adalah lstri
Idamn
Tetaplah di Rumah smtaRangkuman.
Bagian terakhir merupakan Kesimpulan serta lmplikasi Kebijakan.
w
a
n
ini rnemberikan gambaran tentang temuan pokdr penelitian sekaligus menjawab
permasalahan penelitian serta kebijakan apa
yang
bisa dijalankan oleh berbagaiPENDEKATAN
OrienQsi Teoritis
E3agian ini mxupakan
uiasan
atau kajian M a p hasil-hasil perElianbrdahulu dengan f o k ~ ~ bwuh rrigran maupun kehidupan keluarga d m perceraian.
Kajian ini dianggap perlu setidaknya untuk d f h a t sejauh maw dm fokus-fokus
apa
saja yam Wah d i l a n i p d i t i seblumnya. Dengan M k i a n hagian ini jugabemaha untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian. Selain hasil penelitian,
pada hagian ini juga mgungkapkan bebefapa tewi migrasi untuk menganaiisis
fenomna BMP.
Migrasi Perempuan
Dalam berbagai literatur, bumh migran perempuan dikenal dengan istilah
Tenaga Keqa Indonesia Wanita (TKIW). Menurut Ambaretnani dan Rianawati
(1 999) TKlW adalah
sebutan
bagi kelornpok perernpuan Indonesia yang pergi keluar negeri sebagai buruh tamu. Ada juga yang menggunakan istilah Tenaga Keqa
Wanita (disingkat Nakerwan atau TKW). Penamaan TKlW dimaksudkan unhrk
menunjukkan
asal
negara yaitu Indonesia. Pada dasamya istilah TKlW sarnadengan TKW &pat menrjuk kepada semua tenaga keja prempuan, baik yang
beke j a di Indonesia maupun di luar negeri. lstilah tersebut sekaligus mwnbedakan
dengan tenaga keja laki-laki yang dikenal dengan istilah Tenaga Ke j a Indonesia
(TKI). Namn sesungguhnya pernbedaan istilah tersebut yang dianggap sebagai
pembedaan antara laki-laki dan
perempuan
pada satu sisi dianggap bias genderk a m dalam b e m i peratumn penrndangan yang menggunakan istilah TKI,
secara inldusif digunakan untuk menyebut henaga kerja pamnpuan3.
3 Dalam pengertian yang sama, penelitian ini menggunakan
Kebanyakan penelitian tentang cnigmsi M a k rmmbdakan antara migrasi
yang diiakukan antm laki-laki dan perenpan. &lam perspektif gender, teori
mupun penelitian tersebut berada pada posisi yang netral gender bahkan buta
gender (Chant & Raddiffe, 1992). Padahal s d a m ini pwenpuan blah banyak
terlibat dalam proses migrasi. Karena itu menunrt Hugo (1997), anatisis tentang
migrasi dipandang perlu pembedaan
mtara
m ~ r a s i yang dilakukan laki-lakimaupun perempuan, paling tidak
karma
tiga alasanutarna:
(1) polapola yangberkda, (2) penyebab dan akibat yang k t b d a . dan (3) implikasi kebijakan yang
Teori tentang migrasi terns krkembang sei ri ng dengan perkembang an
dan perubahan-perubahan pada fenomena migrasi tersebut. Teori yang paling
sederhana adalah Wel push-pull
theory
yang mdihat fenomena migrasi te jadikarena dorongan keluar dari daerah asal
serta
daya tarik dari negara tujuan (Rusli,1996). Beberapa dekade terakhir ini, bemunculan teori yang menjelaskan migrasi
antar negara. Ada dua teori besar untuk menjelaskan migrasi antar negara, yaitu
mikro-ekonomi dan stnrktuml historis (Wood, 1981 ). Teori atau pendekatan mikro- ekonomi mlihat adanya ketimpangan daiam pembagian tanah, tenaga keja,
modal maupun sumbet daya alam lainnya sehingga ada negara maju dan kaya di
satu pihak dengan negara miskin di lain pihak. Tenaga keja yang melimpah di
negara miskin kemudian bergerak menuju negara kaya dalam rangka mencari
keseimbangan rnelalui upah yang lebih tinggi. Sedangkan teori stnrktuml historis
pergi ke luar negeti k k g a sebagai buruh tamu. Pernilihan kata 'perempuan' dan tidak
'wanita' karma di kalangan aktivis perempuan istitah 'perernpuan' lebih bermakna untuk mengangkat harkat perempuan dibandingkan dengan istilah 'wanita'. Secara etimologis, perwnpwn her-l dari kata empu-puan atinya perempuan yang dimpukan, yang mmpunya dirinya sendiri, yang otcmm. Sedangkan kata 'wanib' swing diartikan sebagai
'yaw diinginkan' atau dalam bahasa J a w swing disinonimkan dengan 'wani di
taw
(Jurnal Perempuan, Nomw 02, DesemberJanuari 1997). Narnun dernikian, tidak s s a - a rnutlak diartikan bahwa penggunaan kata 'perempuan' lebih baik dari kata 'wanita'. Ada pemaknaan baru dari perempuan Jawa thadap kata 'wanita' M a k lagi berarti 'wani di tata' tetapi berarti 'wani m e w ' yang berarti ia punya keberanian untuk mengatur apa yang batk dan yangmempertimbmgkan kondisi ekonomi, sosial mupun politik secara global telah
mengakibatkan ketidaksamaan struktur
antam
sakr
negara dengan negaa lain.Massey
et
all (1 993) menganalogkan pendekatan ini sebagai Systemm-
Mgrasi p e r m p a n mmpakan sistm dad penrbahan
ekonomi
global m u j uindustrialisasi yang pada bidang-bida~g
secara
sengaja mencipakaniapangan pekejaan yang disosialisasikan sesuai dengan karakter m u a n .
Jauh sebelum terjadtnya migrasi antar negara, sesungguhnya p r m p u a n
Indonesia telah melakukan migrasi antar kota. Jellinek (1995)
menggambarkan
bahwa mulai tahun 1920-an beberapa perempuan dari daerah
-or
danfanggerang blah berpindah ke Jakarta. Tekanan penduduk atas tanah
dan
menumnnya kesempatan ke j a di daerah w s a a n , memaksa petani untu k pimiah
ke kota. Jakarta atau waktu itu dikenal dengan sebutan -via, mwniliki daya tarik
yang kuat karena bertambahnya penduduk Eropa dan Cina serta pertuasan kantor,
bank dan fasilitas prasarana. Pada saat itu migrasi antara ksta dilakukan secara
berantai. Salah satu keluarga atau salah seorang anggota keluarga seperb Eu Cia
dan Ibu Inah, pergi lebih dahulu. Jika dianggap sudah bemasil, mereka memanggil
saudara atau tetangga di kampung untwk ikut bkerja di kota.
Mgrasi antar
negara
mulai dilakukan oleh perernpuan Indonesia &tartahun 197-n
dengan
tujuan utama vraktu itu adalah Saudi Arabia (Spaan, 1994).Pada ~ l n y a , migtasi ini dilakukan secara individual dengan motivasi tidak hanya
untuk mencari pekeijaan tetapi juga bedwrap mmiliki kesempatan untuk
beribadah menunaikan haji atau u m h .
Setelah tahun 1975, migrasi antar mgam kermdian ditangani secara fmml
oleh p e d n t a h dalarn ha1 ini Departemen Tenaga Kerja RI miptoherijanto, 2 m ) .
Selain penyiapan seperangkat peratwan perundangan tentang buruh migran,
61 MN11984 dibentuk organisasi Antat Kerja Antar Negara (AKAN) yang M a
di
ba&
koordinasi Departemen Tenaga Kerja RI. Pada bulan September 2000,meldui Keputusan Menhi Tenaga Kerja RI N o w KEP-1671MENl999,
wganisasi dan tata kerja AKAN diubah menjadi Balai Pdayanan Penempatan
Tenaga
Kerja
Indonesia (BP2TKI). Dalam Pasal 2 Surat Keputusan tetsebutdi jelaskan bahwa tug as BWTKI adalah melaksana kan penyiapan , penempatan
calon tmaga kefja Indonesia ke luar
negeri,
pelayanan adrninisb'asi kekf-angtcatandan kep~rlangan
serta
pwlindungan (Departemen Tenaga Kwja RI. 2000).Oengan seperangkat peraturan
serta
perrbentukan organisasi untukmengatur buruh migran antara negara, tidak Wmrti bahwa seluruh pennasalahan
yang berkaitan dengan buruh migran
antara
negara dapat diselesaikan. Dalamkenyataannya. migran illegal (undocumented migrants)
mash
tenrs kmwnculan.Dengan demikian, pola migrasi intemasional di Indonesia dapat d i k i a k a n dalam
dua bentuk yaitu migran yang tercatat s e a m resmi melalui instansi pemerintah
dalam ha1 ini BP2TKI. Sedangkan pola kedua adalah migran illegal atau tidak
t e r m
(Hugo,
1997; Tjiptoherijanto, 2000). Terjadinya migran illegal tidak bisalepas dari peran para calo (middle men) yang mmbantu para migran
mencari
rut+rute yang dapat dilewati tanpa mlalui campur tangan pernerintah. Dalam hal ini
Hugo (1 997) menggambarkan migran illegal dari Pulau Jawa yang dibantu oleh
para calo untuk rnendatangi beberapa negara
antara
lain ke Singapura, Malaysiadan Jazirah Arab. Di antara nigran illegal ksebut termasuk di dalamnya buruh
migran p e m a n baik yang datang untuk mengikuti suadnya atau karena
keinginen sendiri. k w h migran illegal ini kebanyakan bekwja
di
sektor domestlkyaitu pembantu rumah
tangga
atau penjadi peke j a seks (pelacw).Fenomena ndgrasi peremuan di
satu
sisi dapat dilihat sebagai bentukTetapi pada kenyataannya bidang-bidang
we
jaan informal yang dilakukanmigran m a ntidak jauh dari peran m k .Hasil penelitian Krisn-ti dkk.
(1998) mu#jukkan bahna pekejaan yang paling banyak d i a i
tm3Wa
kerjape-n
adalah sebagai pembanturumah tangga.
Sementara itu, kebijakanp e w h a a n untuk menwima buruh perempran d i s a r i oleh adanya s t m p e
perempuan sebagai manusia yang tekun, fajin, dan patuh. E u r h s e m i itu sangat
dibutuhkan untuk menjalankan
strategi
efisiensi produksi. Lebih jauh AWullah(1995) menyatakan bahwa pa*sipasi ekonon-i perempuan terikat pada perubahan
struMur ekonomi yang @ah membuka peluang baru bagi perempuan dalam
berbagai peke rjaan. Namun demikian, keterli batan ini justru mereproduksi
ketirrpangan gender karena perusahaan yang beroriemtasi pada pencafian
keuntungan dan beforientasi global mmbuhhkan tenaga kerja wnita untuk
menekan biaya produksi.
Penelitian tentang migrasi perempuan dapat dilihat sebagai
peranan
danotonorni pempuan untuk mempettahankan ekonomi rumah tangga. Mengacu
kepada pendapat lhromi (1992) otonomi pempuan dapat diartikan sehagai
kemampuan pererrpuan untuk bertindak, melakukan kegiatan, mgarnbil
keprtusan untuk bertindak berdasarkan kemauan sendiri, bukan karena disuruh
atau dipaksa deh orang lain. Melalui penditian lapangan
selama
15 bulan padatahun 1972
-
1973 disatu
desa di J a m Tengah, Stoller (1977) melihat b a r nm u a n
rnemiliki atonmi atau 'statusluar
biasa' dalam mengendalikankeuangan dan memainkan pwan M n a n dalam proses pgambilan keputusan
dalam rumah tangga. Di kalangan rumah tangga miskin, p g h a s l a n perenpuan
memberi posisi penting bag! kelangsungan
ekonomi
mmah tangga. Sedanglcan dikalangan rumah tangga yang cukup berada, pnghasilan yang dipemleh
sosial. Di sarnping itu, menuntt Stoller, dibandingkan laki-laki, p w e q u a n lebih
'siap' kttIadapan dengan Marnbahnya kerniskinan yang
te
qadi akibat tiadanyatanah garapan.
Pe-wn dahm Keluarga Buruh Migran
Menurut Blocd (1972) pada dasmya k a y a k a n keluarga tidak
menginginkan migrasi. Dalam kenyataan ada keluarga yang sama sekali tidak
pemah d a k u k a n nigrasi dan hanya
sebagian
kedlyang
rnernilihuntuk
bermigrasi. Pada keluarga tradisional, ketidakcukupan sumber da ya alam
mengharuskan keluarga tersebut be~plndah untuk mencan sumber daya alam yang
banr. Sedangkan pada keluarga modem, alasan migrasi antara lain untuk mencari
kehidupan yang lebih mapan, baik melalui pekerjaan baru yang lebih menjanjikan
ataupun menempuh pendidikan
yang
lebih tinggi.Dal am keluarga tradisional pedesaan, Lestari (1 990) menggambarkan bahwa terdapat pembagian kerja
antara
laki-laki dan perempuan yangcukup
tajam.Pembagian kerja tersebut didasati pemikiran bahrrrra pada urnumya di dalam
kesatuan
kduarga inti terdapat diferensiasi peranan diantara anggota keluargayang dikdakan berdasarkan urnur, jenis kelamin, generasi dan posisi ekonomi.
Pembagian kerja berdasarkan jenis kdamin mlihat b a h a m a natau ibu
hams beke rja di sektor d o m t i k yaitu satu peke jaan prcduktif yang jarang dinilai
dengan uang. Sedangkan suami dihampkan menjadi m r inafkah utama yang
mengharuskannya lebih banyak bergerak di luar.
Pembagian kerja secara seksual tidak hanya berlaku pada
masyarakat
tradisional pedesaan. Hasil penelitian Lestari (1990) menunjukkan
bahwa
padaperempuan kelas mnengah ke atas mayoritas berpendapat baha tugas utama
semang ibu rumah tangga adalah mengurus
clan
membimbing anakanak. Padamqmndm
dan
padrr p nkelas menengah yang tidak belrerfa diuwapkanoleh 53%. Selebihnya rnenyatakan utama ib adalah mengunrs suani
dan mengurus pekajaan
rum&tangga.
Hanya 3,6%perwrpuan
yang
myatakan bahw peran rrtama w a n adalah ikut mencari penghasilan.
Sedangkan ibu yang bid* W w j a jawaban tentang
p r a n
utama perempuansebagai i bu rumah tangga hanya dikemukakan deb 0,894.
Hasl stud1 m r i k tentang
pmqwm
rrrigran dan kelwrga bisa dilihat dadpenelitian Astuti (2000) tentang r;ligrasi
pxerrpuan
kelas bawah di Grobogan 3awaTengah. Keberanian
m
a
n
desa untuk bemwgrasimencari
nafkah di kotadianggap sebagai 'gerakan tandingan' terhadap pemn dan kedudukan perempuan
dan suatu tanda adanya proses dekonstruksi tertradap realitas sosial yang baku.
Mgrasi
yang
dilakukan permpuan memang dapat mengubah kondisi paling tidakdari fenomena adanya pergeseran peran laki-laki dan
petempuan
dalam keluarga.Laki-laki atau suami yang ditinggal isbi rnulai menggantikan peran istri dan rnulai
mengurus anak, m s a k dan mlakukan pekerjaan lainnya wlaupun seringkali
dibantu oleh ibu, ibu mertua atau sau&ra perempuan lainnya, Astuti
myimpulkan
bahwa
dari sisi kepentingan pwempuan, migrasi tidak sungguh-sungguh
mmtwdayakan perwnpuan. Pola adaptasi yang dilakukan suami ketikaisbi tidak ada di rumah hanyalah adaptasi
$emu.
m a n kata lain, ketika istrikwnbali ke
desa
para s u m kembali ke posisi-la
sebagai m n g yang merasatidak pantas untuk melakulran pekerjaan
yang
dilekatkansebagai
pekerjaandomestik.
Smmhra itu Wahyuni (2000) yang mlakukan penelitian tentang pola
pengasuhan
anak
pada dua desa di J- Tengah dan J mBarat sebagai desaasal migran dan desa
tujuan
migran perempwn. melihat Wwa di antara keluarga(1 ) d a h disapih anak ditinggalkan di bawah asuhan nenek atau bibi, sedangkan
si ibu meneruskan bekerja.
(2)
menjelmg kelahiran anak si ibu keluar daripekerlaannya di
kota.
(3) setelah dilahirkan didesa,
anak di bma ke kota dandiasuh oleh ayah dan ibunya
dengan
konselruensi si ibu kelwr dari pekerjaannya.(4) Anak dibawa Ice kota untuk diasuh
deh
ayah dan ibunya d-an bantuanpengasuh analt, sementara ibu tetap bisa bekerja. (5) setelah m s u k sekolah,
anak akan kembati dikirim ke
kampung
untuf dirawt nenek atau keluarga lainnya.Salah satu faktor yang menimbulkan perbedaan dalam pola pengasuhan
anak pada keluarga migran adalah karma masing-masing keluarga khususnya
perempuan yang menjadi twruh migran, mernberi pemaknaan yang berbeda
tentang bagaimana pengasuhan anak s e h bagaimana hubungan gender yang
tejadi dalam keluarga tersebut. Penelitian yang dilakukan Gitoasmoro dan
Roesminingsih (1 999) melihat bahwa sesungguhnya dalam keluarga yang menjadi
sasaran penelitian hubungan gender telah be rjalan yang dicirikan dengan tidak
adanya dominasi ibu dalam keharusan mendidik anak. Dalam berbagai hat yang
mengkondisikan suami untuk mengasuh anak tidak dianggap sebagai sesuatu
yang timpang. Dari berbsgai penelitian tersebut tertihat bahm migrasi yang
dilakukan penmpuan khususnya yang berkedudukan m a i
istn
banyakmemberikan pengamh terhadap kemungkinan polagola interaksi antara anggota
kduaga.
Pengandl migmi temyata tidak
hanya
M i h a t pada nigmsi yang dilakukanp e r n u a n . Berbagai hasil pewtitian tentang migrasi yang dilakukan laki-laki atau
suami, baik migrasi antara negara atau migrasi antar kota mnghasilkan
kesimprlan yaw hamprr sewpa.
Ahstam
(1 989) melihat bahwa dampak migrasiatau
gerak penduduk drasakan oleh individu mover, nrmah tangga danmeningkatkan status sosial, pubahan &lam peranan dan stmkbr keluarga,
rnenirqkatnya peranan * m a n , melemahnya kontrol wang tua tehadap
Penelitian
migrasi
y a y dilalarkan suami dan pnganrhnya temadapkeluarga &pat dilihat pada SajihrdJo (1990). Dengan fokus p d i t i a n
pada
pengaruh sirkuiasi suami terhadap struktur dan fungsi keluarga, Sajiihajo
myinpulkan bahwa pembagian k a j a secara seksual pada keluarga sirkulator
tidak sewas pada keluarga non sirkulatof. Ketika suarni mlakukan mqran ke
kota. banyak istri yang mlakukan
pekerjaan
produtttif. Sebati knya beberapa priasirkulator mau melakukan peketjaan rumah tangga yang biasanya dianggap
sebagai pekerjaan istri. Kemndirian istri dalam m g e l o l a rurnah tangga
berpengaruh positif tehadap peningkatan
t a d
hiup keluarga serta komunitasnya.Dengan mnggunakan analisis gender, Daulay (2001 :20) menunjukkan
bahwa telah
te
rjadi pergeseran pola relasi antara suami istri pada kduarga buruhmigran di Karawang.
"Hubungan gender yang tejadi di dalam keluarga TKlW selama ini rnasih didminasi oleh sistern patriarlthi. Duninasi suami sebagai pihak yang memegang kekuasaan dalam bwhagai as@. Fenomem TKlW yang w a d i @a awal tahun 80-an sedikit banyak telah merubah pola hubungan yang patriarkhi &ma ini. Nilai patriarkhi yang sarat dengan nihi-nilai peming itan da lam kanteks TKlW ternyata telah mengalami penrbahan. Suami sudah lebih bersifat permisif. IMepnden
TKlW dalam rnenentukan keberangkatan wkup tinggi walaupun hal ini sangat didukung deh faktor ekomrni".
Secara global, Daulay mengindikasikan
adanya
perg#emn k g a m n ibudaya patriaw yang s d a m ini memenjarakan
-an
dabm sangkar'rumah tanggag emas. W d u i
pendekatan
feminism Manris, Daulay jugamempertihatkan bahwa kelonggaran mrm hanya diberikan
kepada
istri selagim k a memberikan keuntungan kepada keluarga dan bagi terisiny tenaga kerja
Perwnpuln dan Perceraian
Wilson (1985) mngaftikan paremian sebagai bwakhimya hubungan
perltavrrinan atau k p t u s n y a unit kekrarga karma salah satu pasmgan
meninggal
dunia.
Wilson menggarnbarkan perkembang an keluarga sebagai suatu siMus yangdimlai dad m p a k a t a n pasangan untuk
ndakukan
m n a n sampaitejadinya
disintegrasi keluarga dalam bentdk perceraian. m r a sosidogisproses perceraian selalu dimungkinkan twjadi karena pada dasamya sebuah
keluarga yang dibentuk melalui lembaga palcawinan merupakan proses integrasi
dua individu yang memiliki
laiar
belakang sosial-budaya yang berbeda (Karim,1999). Pmeraian juga dapat te qadi pada berbagai
kelas
sosial, beterapa kategwiumur,
agarna maupun etnik (Lamanna & Riedman. 1981).Melalui
pendekatan
konflik difahami bahwa kehtarga merupakafl su*rkonflik yang diakibatkan oleh adanya kepentingan yang antar anggota
keluarga tersebut. Konflik dalam keluarga dianggap sebagai sesuatu yang wajar
dan alamiah dalam interaksi manusia. Oleh karena itu para anggota keluarga dapat
merundingkan, mengadakan proses t a w rnenawar atau negoisasi dalam
mengatasi konflik (lhromi, 1999). Menurut Scanzoni & Scanzoni (1 981, dalam
I hromi, 1 999) bmentinya proses negosiasi antara pasangan suami-istn'
merupakan gambaran situasi dan kondisi menjefang prceraian. Pasangan
terseht tidak bisa lagi menghasifkan kesepakatan yang dapat memuaskan
masingmasing pihak sehingga memutuskan untuk bercerai. Oleh karena itu
~enuntt Arifin dan Supriyatna (1999) perceraian merupakan suatu fenomena
sosial
dilihat w g a i hat yang negatif karena menimbulkan W a i problembarn.
Pada masyarakat Indonesia yang -ian besar penduhlmya beragama
ajara~jaran agarna yang bkaitan deiqan institusi keluarga.
Mnurut
ajaranIslam, p e m i a n m p a k a n suatu peristiwa yang
walaupun
diperbdehkan mpidipandang sebagai
satu
perbwtan yangtemh
(Latif. 1 985). Adanya pandanganb a h lslam membulra pintu bagi tetjadinya v i a n , deh sebagian kalangan
dinilai
sebagai
salah satu penyebab tingginya bingkat perceraian yang terjadi dinegara-negara yang mayuntas penduduknya - a m Islam (Karim, 1999).
Tetapi menurut Arifin dm Supriyatna (1999) pendapat t e m M kurang bpat
karena dikemukakan oleh ahti sosiologi keluarga non-muslim di Barat sebagai
konsekuensi logis dari kebdakpahamnnya tentang konsep perceraian dalam
ajaran Islam. Jika dugaan sosiolog non-muslim tersebut benar, menurut Arifin dan
Supriyatna (1999) sehamsnya angka perceraian di negara-negara Islam atau di
negara berpenduduk mayoritas Islam lebih tinggi dibandigkan dengan negara-
negara yang berpenduduk non-rnuslim. Untuk menguatkan pendapatnya, melalui
serangkaian data, M f i n dan Supriyatna (1999) menunjukkan bahw di negara
maju yang myoritas penduduknya non-muslim angka perceraian ternyata M i h
ti nggi.
Pendapat bahwa perceraian lebih banyak terjadi di negara maju juga
dikernukakan oleh lhromi (1990). Di Arrlerika Sefikat sejak tahun 192- ada
fenornena b a b angka perceraian tenrs meningkat. Hal tersebut temyata
berkaitan dengan kemandirian perempuan secara e k o d serta perubahan