• Tidak ada hasil yang ditemukan

Highlight KOPAPDI XV Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Highlight KOPAPDI XV Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Highlight KOPAPDI XV Medan

Susunan Redaksi: Penanggung Jawab:DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden:Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang

(2)

HORAS!

J

umpa lagi dan salam sejahtera para Teman Sejawat yang budi-man. Kami dari tim redaksi Halo Internis menyapa kembali para pembicara melalui Halo Internis Edisi Khusus Highlight KOPAPDI XV Medan. Selama perhelatan akbar dokter spesialis penyakit dalam di Kota Medan, Halo Internis terbit setiap hari dalam dalam bentuk yang lebih ringan. Berbagai berita KOPAPDI kami himpun, olah dan dihadirkan untuk rekan Sejawat semua.

Kegiatan utama KOPAPDI ini adalah sidang organisasi yang membahas berbagai persoalan kedokteran baik internal organisasi, nasional dan internasional. Selain itu disertai kegiatan ilmiah berupa simposium dan workshop bagi peserta yang tidak mengikuti sidang.

KOPAPDI kali ini terasa istimewa dengan hadirnya wakil-wakil dari dokter penyakit dalam negara ASEAN serta Secretary General of ISIM Hans Peter Kohler yang berkesempatan memberi plenary lecturepada KOPAPDI ini.

Melalui KOPAPDI XV Medan PAPDI merumuskan langkah dan strategi kedepan menyongsong era globalisasi, modernisasi serta tuntutan kebutuhan layanan Kedokteran Universal dengan saling meningkatkan dan menguatkan peran di segala lini layanan dengan melibatkan institusi pemerintah serta masyarakat dalam mengem-ban tugas mulia ini kedepan, Amiin.

BIDANG

HUMAS

PUBLIKASI

DAN

MEDIA

Selamat datang kepada para Peserta KOPAPDI XV, Medan

Redaksi Menerima Masukan, Saran

(3)

Indonesia dan Kedokteran Universal”. Me-nurut Prof. Harun, tema ini mengingatkan internis untuk selalu meningkatkan ke-mampuan dan pengetahuan supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan lebih baik lagi di tengah masyarakat global. Bagi Kota Medan, tambah Prof. Harun, acara ini akan membuktikan kepada masyarakat Sumatera Utara bahwa internis di Indo-nesia tak kalah dibanding negeri tetangga. “Ada sebagian masyarakat di sini yang mempercayai soal kesehatannya untuk berobat ke Malaysia, padahal kita juga memiliki skillyang cukup,” kata Prof. Ha-run, menyayangkan.

Seperti diketahui, KOPAPDI selalu ra-mai dihadiri oleh internis. Begitu pula pada KOPAPDI XV di Medan ini. Para sejawat

tumpah ruah di tempat tiga hotel bintang lima yaitu Hotel JW Marriot International, Hotel Grand Aston, dan Hotel Aryaduta In-ternational. Berbagai acara telah dikemas panitia dengan apik, seperti sidang organi-sasi yang menjadi agenda utama kongres, simposium ilmiah, workshop, konvokasi, gala dinner, bakti sosial dan olah raga.

Pada sidang organisasi, akan memba-has pelbagai masalah baik skala internal organisasi maupun nasional. Saat ini, me-nurut Ketua Umum PB PAPDI DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP pada saat ini ada beberapa persoal-an penting di kedokterpersoal-an ypersoal-ang akpersoal-an men-jadi topik hangat dalam rapat-rapat organi-sasi. Diantaranya, mulai diberlakukannya universal coverage, munculnya tendensi ke arah fragmentasi —godaan untuk men-dalami kompetensi satu organ saja—, per-lunya pemahaman kompetensi holistik dari hulu ke hilir akan fisiologi tubuh, dan Un-dang-Undang Pendidikan Kedokteran yang belum disahkan namun mengandung aroma penghapusan jenjang pendidikan subspesialis. Selain itu, internis akan men-dapat beban dari pertambahan jumlah lan-sia yang disertai gangguan kesehatan non-communicable disease. “Persoalan ini akan menjadi perhatian serius dalam sidang organisasi. Out put dari kongres akan kita berikan ke pemerintah,” ujar Dr. Aru pada acara konferensi pers KOPAPDI

K

ota Medan menjadi tuan rumah Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV. Perhe-latan akbar para internis ini akan digelar pada 12-15 Desember di Medan, Suma-tera Utara. PAPDI cabang SumaSuma-tera Utara terpilih menjadi tuan rumah tiga tahun lalu pada KOPAPDI XIV di Jakarta. Hal ini merupakan kali kedua PAPDI Cabang Su-matera Utara menjadi tuan rumah KOPAP-DI, sebelumnya KOPAPDI IV pada 27-30 Juni 1978. Pada saat itu, PAPDI cabang Sumatera Utara merupakan kandidat yang dinilai paling siap menjadi penyelenggara kongres. “Sebelum berangkat ke kongres di Jakarta, kami telah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah. Kami telah membawa surat dukungan dari Gubernur Sumatera Utara,” kata Ketua PAPDI cabang Sumate-ra UtaSumate-ra Prof. DR. Dr. Harun AlSumate-rasyid, SpPD, SpGK, FINASIM.

KOPAPDI kali ini mengusung tema “55 Tahun Peran Professional PAPDI Mena-pak Era Globalisasi di Tengah Masyarakat

Horas!

Gara-gara surat

gubernur, Medan jadi

tuan rumah KOPAPDI

untuk kedua kalinya

KOPAPDI XV MEDAN :

Perhelatan Akbar di Moment Unik

DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM ketika KOPAPDI XIV di Jakarta.

(4)

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD

Dr. H. Achmad Dachlan, SpPD

Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM

Prof. DR. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH

Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,K-EMD FINASIM

KOPAPDI I,

di Jakarta 22-26 September 1971

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1971-1973

KOPAPDI II,

di Surabaya 27-30 september 1973

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD kembali terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1973-1975

KOPAPDI II,

di Bandung, 27 — 30 Agustus 1975

Dr. H. Achmad Dachlan, SpPD, terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1975-1978

KOPAPDI IV, di Medan 27-30 Juni 1978

Dr. H. Achmad Dachlan, SpPD, ter-pilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1978-1981

KOPAPDI V,

di Semarang 16-20 Juni 1971

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih kembali sebagai Ketua

1

6 November 1957 merupakan titik awal Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Sebuah organisasi yang didedikasikan bagi dokter ahli penyakit dalam. Pada saat itu, terbentuk susunan pengurus, Prof. D. Biran sebagai ketua, Dr. Gan Tjong Bing sebagai panitera, dan Dr. Que Giok Sien sebagai bendahara. Program pertama, setiap bulan pada hari Rabu minggu ke-4 diselenggarakan malam klinik untuk seluruh anggota. Dan, di sebuah ruang kuliah Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Jakarta, Dr. Djoa Liang Ham berbicara tentang “Lupus Erythematosus” di malam klinik pertama, Rabu, 29 Januari 1958 pukul 20.00 WIB.

XV , di Jakarta.

Rencananya, kongres akan dibuka oleh Kementerian Kesehatan Dr. Nafsiah Mboi, spA, MPH sekaligus memberi orasi pada plenary lecture. Sementara, Guber-nur Sumatera Utara akan bersama peser-ta kongres pada malam keakraban. Dan yang memberi orasi memorial lecturepada konvokasi adalah Ketua PMI Yusuf Kalla yang juga mantan wakil Presiden RI. Di samping undangan dari institusi pemerin-tah dan tokoh nasional, nuasa kongres lebih terasa mendunia dengan diundang-nya Presiden International Society of Internal Medicine (ISIM), dan Asean Fe-deration of Internal Medicine(AFIM).

Di tengah padatnya acara, peserta akan dimanjakan dengan berbagai wisata di Kota Medan. Ibukota dari provinsi Su-matera Utara ini memang merupakan satu dari sekian kota kuno di Indonesia. Tak heran, jika banyak peninggalan sejarah masa lalu yang masih terlihat dan menarik untuk dinikmati. Di sisi lain, Medan meru-pakan kota terbesar di Pulau Sumatra. Ibu kota Sumatra Utara ini bahkan sudah menjadi kota ketiga di Indonesia yang menjadi pusat bisnis. Perputaran dana yang lumayan tinggi menjadikan Medan tak pernah sepi pengunjung dengan berbagai tujuan, seperti untuk berbisnis, menikmati keindahan alam, wisata seja-rah, hingga hunting kuliner dan belanja.

Tentunya, Danau Toba menjadi tujuan wisata yang tak boleh dilewatkan. Panora-ma alam Danau Toba nan indah akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Begitu pula dengan wisata budaya Istana Maimun yang membuat decak kagum pe-ngunjung. Istana Sultan Deli yang diba-ngun 1888 ini bukan saja usianya yang tua, tapi juga memiliki desain interior yang indah dengan memadukan budaya Melayu Islam, Spanyol, India, dan Arab.

Panitia berharap KOPAPDI kali ini akan selalu diingat karena waktu pelaksa-naannya yang unik, serba dua belas. Pani-tia berencana akan membuka kongres ini pada tanggal 12 di bulan 12 tahun 2012 dan tepat pada pukul 12 waktu setempat. “Tanggal ini karena kebetulan saja, tidak ada arti yang aneh-aneh. Momentini unik, jadi kita manfaatkan agar mudah dike-nang,” ujar Prof. Harun Alrasyid, berharap. Selamat Datang di Kota Medan, Sela-mat Berkongres! (HI)

55 tahun PAPDI

Untuk Bangsa

(5)

PAPDI itu besar dan

tersebar di seluruh

Indonesia. Jadi sudah

selayaknya PAPDI dilihat

dan didengar

K

onsolidasi. Begitu yang terpikir pertama DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP ketika terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI pada KOPAPDI XIII di Palembang 2006 silam. Dr. Aru, begitu

biasa disapa, menyadari, organisasi yang dipimpinnya cukup besar, sehingga hal pertama yang dilakukannya saat itu adalah konsolidasi anggota. Ia sangat ingin menjadikan PAPDI sebagai suatu organisasi yang kuat. Penataan organi-sasi adalah hal pertama yang mampir di-pikirannya. “Pendataan anggota ini sa-ngat penting. Tanpa data yang lengkap, bagaimana bisa menggalang kekuatan,” ujar ahli hematologi-onkologi medik ini.

Rencananya berjalan mulus. Tiga ta-hun duduk sebagai ketua umum mem-bawa banyak perubahan ke arah lebih baik. Kepemimpinannya tak diragukan. Dr. Aru terpilih kembali menjadi Ketua Umum PB PAPDI periode 2009-2012 secara aklamasi pada Kongres Nasional Umum PB PAPDI periode 1981- 1984

KOPAPDI VI, di Jakarta 24-26 Juli 1984

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1984- 1987

KOPAPDI VII,

di Ujung Pandang 22-27 Agustus 1987

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1987- 1990

KOPAPDI VIII,

di Yogyakarta 24-30 Juni 1990

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH, FINASIM terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1990-1993

KOPAPDI IX,

di Denpasar 27 Juni- 1 Juli 1993

Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,K-EMD , FINASIM terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1993- 1996

KOPAPDI X di Padang 23-27 Juni 1996

Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,K-EMD FINASIM terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1996- 1999

KOPAPDI XI di Surabaya 7-11 Juli 2000

Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI periode 2000-2003

KOPAPDI XII

di Manado 6-9 Agustus 2003

Prof. DR. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 2003-2006

KOPAPDI XIII di Palembang 5-6 Juli 2006

DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI 2006-2009

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (KOPAPDI) XIV, di Jakarta, No-pember 2009 lalu

Dimasa kepengurusan PB PAPDI Jilid II Dr. Aru menata organisasi PAPDI lebih professional dan lebih berperan aktif baik di tingkat nasional maupun international. Berikut tonggak-tonggak penting dua pe-riode kepengurusan Dr. Aru

1. Penataan organisasi: membuat tertib admnistrasi, standar prosedur kerja (SOP), tertib keuangan, mengurus ak-te notaris, pertanggungjawaban kepa-da anggota, transparansi, pajak, kepa-dan

pembentukan divisi advokasi

2. Tahun 2009: Roadshow tentang anti-biotik, nutrisi klinik, onkologi, lipid dan hipertensi, UMED dan lain-lain. Di samping pertemuan ilmiah, roadshow juga dimanfaatkan konsolidasi anggo-ta PAPDI di cabang-cabang.

3. Pembukaan PAPDI cabang di daerah-daerah

4. PAPDI Store menyediakan merchan-dise PAPDI

5. Go international

- Tahun 2007: Aktif mengikuti Ameri-can College of Physicians (ACP ) 2007

- Tahun 2007 : Mengundang Presiden ISIM pada Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) V 2007 di Solo, Jawa Tengah.

PB PAPDI:

Dua Periode Dr. Aru

DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

(6)

- Tahun 2008 : Dr. Aru mengikuti Kon-vokasi pada ACP, Internal Medicine 2008 di Washington, Amerika Serikat. - Tahun 2008 : Mengikuti World Cong-ress of Internal Medicine2008 di Bue-noes Aires, Argentina. Bidding perta-ma menjadi tuan ruperta-mah WCIM 2014 tidak diterima dengan alasan keaman-an negara dkeaman-an fasilitas ykeaman-ang kurkeaman-ang. - Tahun 2010 : Mengikuti WCIM 2010 di Melbourne, Australia. Dan bidding kedua untuk menjadi tuan rumah WCIM. Berhasil diterima menjadi tuan rumah WCIM 2016, di Bali, Indonesia. 6. Tahun 2009: Islah PAPDI-PERKI, me-nandatangani kesepakatan untuk sa-ling menghargai.

7. Tahun 2009 : Dr. Aru terpilih kembali secara aklamasi pada KOPAPDI XIV, Jakarta.

8. Tahun 2011 : Menempati kantor baru diGedung ICB Bumiputera, Cikini 9. Tahun 2011: Mengikuti Philiphine

College of Physicians (PCP), Manila dan mengaktifkan kembali Asean Fe-deration of Internal Medicine (AFIM) dalam rangka harmonisasi Asean. 10.Tahun 2011 : Konferensi Kerja PAPDI

XII di Batam

11.Tahun 2011: Peluncuran buku pan-duan Emergency in Internal Medicine (EIMED) PAPDI

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM

Apa yang saya pikirkan selama 30 tahun aktif di PAPDI, semuanya sudah te-realisasi lima tahun terakhir. Lima tahun ini begitu besar loncatannya.

Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM

Saya appreciate,begitu luas dan banyak yang telah dicapai. Pengurus ini yang kerjanya paling berat hingga dapat gedung baru. Saya jadi maklum, kenapa ia (Dr. Aru-red) belum menjadi professor.

Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP.

Periode Dr. Aru merupakan kepengurusan “pengobanan”. Bukan hanya waktu yang diberikan, kepengurusan saat ini menguras tenaga, pikiran dan menurunnya pendapatan lantaran harus sering meninggalkan praktik. Apa yang telah dicapai kepengurusan PAPDI sekarang beyond expectations. Bukan sekadar baik, tapi diluar dugaan. Maka hal – hal ini mesti dilanjutkan dan dikem-bangkan oleh kepengurusan yang akan datang. Tapi tantangan PAPDI juga tak kalah besarnya. Yaitu ancaman fragmentasi di tubuh penyakit dalam. Ada keku-atan dari luar, di tambah keinginan beberapa internis, yang ingin mengotak-kotakan pelayanan kesehatan di tubuh penyakit dalam.

Prof. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM

Kepengurusan saat ini sudah menjalankan PAPDI sangat luar biasa. Periode ini, telah meletakkan model organisasi yang professional untuk periode berikut-nya. Pengurusan saat ini sudah menjawab tantangan yang ada pada masaberikut-nya. Selamat kepada kepengurusan saat ini.

Apa Kata Mantan Ketua

dua Periode Dr. Aru?

Ketua Umum PB PAPDI Dr. Aru (tengah) bersama mantan ketua PB PAPDI (kiri-kanan) Prof. Samsuridjal, Prof. Slamet Suyono, Prof. Sjaifoellah Noer dan Prof. Aziz Rani.

(7)

maju, menjadi konsultan di Indonesia le-bih dikarenakan kewajiban akademik di pusat pendidikan kedokteran. Para kon-sultan sebagai pengajar untuk melahirkan internis. Tapi belakangan, mulai ada kebutuhan konsultan dalam pelayanan kesehatan tertentu di rumah sakit.

Kondisi seperti ini, lanjut Dr. Aru, PAPDI mendorong anggotanya tetap ber-praktek internis umum. Pasalnya, Indo-nesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, 237,5 juta jiwa, dan angka perkapita yang rendah, dan belum memiliki pembiayaan kesehatan berbasis asuransi nasional. Masyarakat mesti merogoh koceknya sendiri untuk membiayai pelayanan kesehatannya. Se-mentara, menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah masya-rakat miskin yang tercatat hingga Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa. Dan masya-rakat dengan pendapatan $ 2 per hari jumlahnya sekitar 50 persen dari jumlah penduduk negeri ini. Populasi pas-pas ini sangat rentan, dan apabila mengalami sakit sedikit saja maka mereka akan jatuh miskin. “Rakyat Indonesia belum mampu membeli jasa subspesialis. Yang dibutuhkan adalah internis umum,” tegas Ketua Umum PB PAPDI ini. Dalam hal ini, tambah Dr Aru, bukan berarti konsultan tidak diperlukan. Negeri ini masih memerlukan subspesialis seba-gai staf pengajar karena jumlah internis masih belum mencukupi untuk kebutuhan pendudukan Indonesia. Ratio internis umum terhadap jumlah penduduk belum berimbang. Apalagi dengan distribusi internis yang lebih terkonsentrasi di kota besar. “Subspesialis dibutuhkan, tapi pertambahannya mesti diatur, supaya nantinya tidak merepotkan masyarakat.” Tegasnya. (HI)

A

pabila seorang internis umum di-tanya apakah berminta menjadi konsultan? Sebagian besar akan menjawab: Ya. Tentu, jawaban ini sudah bisa ditebak karena manusia lebih cenderung kepada sesuatu yang lebih ringkas dan mudah. Di negara-negara maju, praktik subspesialis lebih diminati dokter dibanding internis umum. Bahkan di Inggris sudah tidak mengenal praktik internis umum. Sistem pendidikan kedok-teran di sana sudah mengkotak-kotakan disiplin ilmu kedokteran berdasarkan organ tertentu. Kondisi di negara

tetang-ga seperti Filipina dari 7000 internis umum, separuhnya sudah konsultan. “Hampir di semua negara maju dan be-berapa negara berkembang pertambah-an internis umum lebih rendah dibpertambah-anding konsultan,” ujar ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

Lalu bagaimana di Indonesia? Menu-rut Dr. Aru perbandingan jumlah dokter internis umum dengan konsultan masih signifikan, 70 persen internis umum dan 30 persen konsultan. Berbeda di negara

Indonesia Membutuhkan Banyak

Internis Umum

“PAPDI menganggap

penting konsep pelayanan

internis umum. Belum

waktunya rakyat kita

dibebani pelayanan yang

terfragmentasi.

Subspesialis dibutuhkan,

tapi pertambahannya

mesti diatur.”

Ketua Umum PB PAPDI Dr. Aru saat konferensi pers KOPAPDI XV Medan.

(8)

W

orld Congress of Internal Medicine usai diadakan di Santiago, Chile pada 11-15 November 2012 lalu. Bagi

Indonesia, khususnya PAPDI, terdapat beberapa agenda penting dalam perte-muan internist sedunia tersebut, salah satunya adalah laporan kemajuan

kesia-pan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pada WCIM XXXIII tahun 2016 men-datang.

Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Sekretaris Panitia Pelaksana WCIM Bali mengungkapkan, Executive Commitee International Society of Internal Medicine (ISIM) sangat ketat dalam menilai persiapan yang dilakukan oleh calon tuan rumah. Berbekal segepok laporan, Dr. Sally mempresentasikan berbagai persiapan yang telah dilakukan oleh PAPDI di hadapan sidang Executive Committee ISIM. Laporan yang dipa-parkan Indonesia, berisi hal-hal detail mulai dari tempat penyelenggaraan ter-masuk ruangan, akomodasi, akses dari berbagai negara, transportasi, topik sci-entific, pembicara, dan seluruh kegiatan yang akan diselenggarakan nanti. ”Kami memberikan laporan sampai ke hal-hal

Laporan World Congress of International Medicine (WCIM) XXXI, Santiago Chile

11-15 November 2012

Menuju Kesuksesan WCIM 2016,

Bali-Indonesia

Dr. Sally saat presentasi di WCIM Santiago Chili.

(9)

kecil,” ujar Dr. Sally. Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, dan DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD, K-Ger, M.Epid ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana WCIM Bali. Sayang, Dr. Czeresna tidak dapat hadir di Chile kare-na kesibukan akreditasi rumah sakit tem-patnya bertugas.

”Meski agak ‘deg-degan’, tapi saya merasa rileks karena sudah mengenal para anggota executive committe,” ujar Dr. Sally. Ternyata, laporan Dr Sally san-gat berkesan di mata para juri. Hanya ada satu pertanyaan dari R. Bado, salah satu anggota Executive Committee. Dan inilah yang dikatakan : ”Jika Indonesia sebegitu menarik, kenapa mesti menunggu hingga empat tahun lagi untuk diadakan kongres penyakit dalam dunia di Indonesia?”

Perjalanan Indonesia untuk menjadi tuan rumah WCIM bukan hal mudah. Tahun 2008, saat diadakan WCIM di Buenos Aires, Argentina, Indonesia dan 2 negara lain yaitu Filipina dan Korea Selatan mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah WCIM 2014. Setiap negara yang ingin menjadi tuan rumah harus menjalani proses ”bidding”, yaitu presen-tasi mengenai apakah tempat yang dia-jukan layak untuk menjadi tempat hajatan kongres internis dunia. Tahun 2008 itu, PAPDI mengajukan Jakarta, namun sidang menetapkan Seoul, Korea Selatan untuk menjadi tuan rumah.

Dua tahun kemudian, 2010, saat diadakan WCIM selanjutnya, di Melbourne, Australia, Indonesia kembali mengajukan diri menjadi tuan rumah, dengan menawarkan Bali sebagai lokasi kongres. Tim penilai menyatakan Indonesia layak untuk menjadi tuan rumah untuk WCIM 2016. Setiap dua tahun sekali, Indonesia harus menga-jukan laporan kemajuan mengenai persi-apan yang telah dilakukan.

Kegiatan penting lain di Santiago adalah membuka stand PAPDI pada acara WCIM sebagai salah satu bentuk sosialisasi WCIM di Bali. Untuk membu-at stand PAPDI menarik, cukup banyak yang harus dipersiapkan seperti banner, poster, dan tidak ketinggalan souvenir. Nah, souvenir Indonesia yang berbentuk wayang, sangat menarik perhatian para peserta WCIM. Para internist dunia antu-sias bertanya berbagai hal tentang wayang. Dan PAPDI telah mempersiap-kan berbagai hal termasuk penerjemah bahasa Spanyol. Sebagai informasi, cukup banyak peserta WCIM di Chile yang berbahasa Spanyol. ”Peserta WCIM kurang lebih sebanyak 3.000 orang yang kebanyakan berbahasa Spanyol. Maka kami harus mempersiapkan penerjemah di Chile untuk mengkomunikasikan ten-tang WCIM Bali,” ujar Dr. Sally.

Penerjemah PAPDI, Maximiliano dan Gerardo yang berwajah latin, banyak

menghadapi pertanyaan tentang Indonesia dan juga menanyakan apakah pada WCIM Bali nanti ada penerjemah bahasa Spanyol.

Peserta WCIM yang mengunjungi stand Indonesia juga antusias menanyakan kebudayaan Indonesia, seperti wayang yang dijadikan souvenir. Semua pertanyaan dijawab dengan gam-blang oleh Maximiliano dan Gerardo. Usut punya usut, dua anak muda ini ternyata memiliki kedekatan dengan PAPDI. Mereka adalah keponakan DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, yang ten-gah bersekolah dan bekerja di sana. Darah blasteran mereka memungkinkan mereka mengenal dua kebudayaan, Indonesia dan Spanyol. Mereka fasih berbahasa Inggris, Indonesia, dan Spanyol.

Dokter Sally mengatakan pihak Kedutaan Indonesia di Chile, juga sangat membantu tim PAPDI terutama saat men-geluarkan barang dari pabean. Tim PAPDI yang digawangi DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dijamu dengan ramah oleh pihak kedu-taan.

Oleh-oleh lain yang dibawa tim PAPDI adalah catatan perjalanan ke Machu Picchu yang terletak di atas lembah Urubamba, Peru dengan ketinggian seki-tar 2.350 mdpl. Untuk menuju Machu Picchu, harus melewati kota Cusco yang memiliki ketinggian sekitar 3.400 mdpl. ”Dengan ketinggian seperti itu kami bisa mengalami gejala hipoksia. Dan ternyata beberapa dari kami merasakan pusing, sakit kepala,” ujar Dr. Sally menceritakan betapa seru perjuangan naik ke atas reruntuhan Inca.

WCIM di Chile cukup menambah opti-misme PAPDI untuk menggelar acara besar internist dunia di Bali, 22-25 Agustus 2016 mendatang. ”Bukan mem-bandingkan, tapi nampaknya WCIM di Santiago lebih menambah percaya diri kami, bahwa acara di Bali akan terseleng-gara dengan baik,” ujar Dr. Sally. Meski demikian, tim PAPDI tidak boleh lengah untuk bekerja keras penuh semangat, dengan kerjasama yang baik untuk mem-bawa nama Indonesia sebagai tuan rumah di mata internist dunia, ujar Dr. Sally mengakhiri pembicaraan. (HI)

(10)

Dokter internis harus

mengkomunikasikan

kepada masyarakat

ten-tang kemampuan

sum-berdaya yang dimiliki.

P

rof. DR. Dr. Harun Alrasyid Dama-nik, SpPD, SpGK, menjadi internis Sumatera Utara yang paling sibuk dengan diadakannya Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV yang di-gelar di Kota Medan, Sumetera Utara pada 12-15 Desember. Sejak tahun 2009 lalu, ketika KOPAPDI Jakarta

menetap-kan Medan sebagai tuan rumah KOPAP-DI XV, Prof. Harun memulai berbagai per-siapan, untuk suksesnya hajatan besar PAPDI ini. Saat hari-H, ia bungah me-nyambut sejawat-sejawatnya dari seluruh Indonesia: “Selamat datang di kota Me-dan,” ujarnya ramah.

Prof. Harun mengatakan diselengga-rakannya event besar seperti KOPAPDI di Medan memiliki arti strategis bagi du-nia kedokteran di Indonesia. “Gaung acara-acara besar seperti ini akan sam-pai ke masyarakat,” katanya. Masyarakat, ujar Prof. Harun, akan mengetahui bahwa dokter Indonesia tidak ketinggalan dalam sisi ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan negara tetangga. Dokter Indone-sia juga up-date mengikuti perkemban-gan ilmu dan teknologi medis.

Ia menggarisbawahi hal ini, karena faktanya, cukup banyak pasien Indonesia memilih berobat di luar negeri. Apalagi, secara geografis Medan relatif dekat de-ngan beberapa negara tetangga seperti Malaysia. Menurut Prof Harun, gencarnya promosi yang menggabungkan paket ber-obat dengan paket wisata yang dilakukan negara tetangga cukup menarik perhatian pasien-pasien Indonesia. “Berobatnya itu wisata berobat, padahal pasien hanya melakukan check up. Mereka menjaring pasien-pasien kita di sini dengan sistem yang di-backing oleh pemerintahnya,” kata Prof. Harun.

Sebagai contoh, tambahnya, Malaysia memiliki konsul jendral yang khusus me-ngurusi bagian pariwisata. Padahal, ba-nyak pasien yang berusaha mengobati penyakitnya ke luar negeri justru tidak mendapatkan kesembuhan. “Mereka (pa-sien) akan kembali kepada kami, dokter di dalam negeri,” ujar Ketua PAPDI ca-bang Sumatera Utara ini.

Kendati demikian, pria kelahiran Pe-matang Siantar 5 November 1950 ini juga mengakui ada kelemahan pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Dian-taranya, tingginya pajak alat kesehatan dan harga obat mengakibatkan biaya gobatan dirasakan mahal. Pelayanan

pen-Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, FINASIM

Internis bukan Dokter Umum Plus

(11)

gobatan di luar negeri memang lebih ung-gul dibanding di Indonesia. Pasien ditan-gani oleh tim dokter dengan membangun kepercayaan pasien. “Mereka menang dari sisi kredibilitas, fasilitas, dan sistem,” ujar internist yang juga ahli gizi ini.

Padahal, lanjutnya, banyak dokter Malaysia, justru mendapatkan pendidikan kedokteran di Indonesia. Program inter-nasional di beberapa fakultas kedokteran membuka kesempatan bagi para maha-siswa asing untuk belajar di Indonesia. “Kalau dulu sempat ada pemahaman kita yang belajar ke luar negeri, tapi sekarang sebaliknya, mereka yang belajar ke sini. Ini perlu diketahui oleh masyarakat, agar mata mereka terbuka tentang kemam-puan dokter Indonesia,” ujarnya.

Prof. Harun sangat concern terhadap berbagai persoalan yang menyangkut

para dokter, terutama internis di Medan. Ada banyak hal yang menjadi perhatian-nya, mulai dari meningkatkan keahlian dan kemampuan para ahli penyakit da-lam hingga soal perlindungan hukum. “Mereka (internis) garda terdepan di masyarakat bagi organisasi,” katanya.

Prof. Harun menunjukkan totalitas di dunia penyakit dalam meski ia mulai mempelajari bidang ini di umur yang tidak lagi muda. Karir medisnya dimulai dari Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Lulus dri FK USU Medan tahun 1977, ia langsung menjadi staf pengajar Departe-men Ilmu Gizi FK-USU, kemudian Departe- menja-di sekretaris bagian ilmu gizi FK-USU tahun 1984, dan berlanjut sebagai Pelak-sana Kepala Bagian Ilmu Gizi FK-USU tahun 1987 hingga akhirnya diangkat

se-bagai Kepala Departemen Ilmu Gizi FK-USU di tahun yang sama.

Kepincut Ilmu Penyakit Dalam (IPD) lantaran orang tuanya menderita diabetes dan hepatitis, ia pun mengurus izin melanjutkan studi di IPD di tengah sudah mapan berkarir di departemen gizi. “Usia saya 43 tahun ketika mulai menjalani PPDS penyakt dalam,” ujarnya membuka lembaran masa lalunya. Padahal, saat itu ia sudah menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Gizi FK-USU.

Diakuinya, menggeluti IPD di saat su-dah tidak muda lagi, merupakan perjuan-gan tersendiri. Tapi, untunglah, istri dan anak-anaknya sangat mendukung apa-pun yang menjadi keinginan dan cita-cita. “Umur tidak jadi halangan asal ada ke-mauan dan mau berkorban. Hal itu juga dapat dijadikan motivasi bukan hanya ke-pada anak-anak saya tetapi juga rekan dan anak didik kita.” Setelah selesai men-jalani spesialis penyakit dalam, Prof. Harun tetap kembali ke departemen gizi menjadi staf pengajar luar biasa Bagian Gizi FK-USU dan Kordinator KKS Gizi Klinik FK-USU.

Waktunya kini, banyak diisi oleh ke-giatan-kegiatan seputar medisnya Se-bagai ahli medis, menurutnya, ada seba-gian waktunya yang dimiliki masyarakat. “Pasien-pasien memiliki (waktu) kita,” ujar Pengurus Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) cabang Sumatera Utara ini.

Di bidang penyakit dalam, bidang yang menjadi curahan pikirannya saat ini, ia memiliki obsesi, bahwa dapat dilaku-kan audit terhadap bidang penyakit da-lam terutama yang menyangkut sistem pengobatan. Internis juga harus terus mengembangkan diri dengan ilmu yang semakin berkembang. Pendidikan sub-spesialis, ia sadari masih ada kendala bagi internis-internis di daerah-daerah tertentu, terutama terkait waktu dan biaya.

Tak hanya meningkatkan kemampu-an, menurut Prof. Harun dokter internist harus mampu mengkomunikasikan kepa-da masyarakat tentang kemampuan sum-berdaya yang dimiliki. “Kita besar baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif,” katanya. Satu hal lagi ia katakan, “Jangan sampai masyarakat menganggap inter-nist itu adalah dokter umum plus.” (HI)

(12)

D

r. Zulkhairi merupakan koordina-tor keamanan Kongres Perhim-punan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) XV yang digelar di Medan. Ia juga dipercaya menjadi penanggung jawab pertandingan sepak bola antar cabang PAPDI se-Indonesia. ”Soal keamanan sudah oke. Untuk sepak bola yang masih menjadi pi-kiran kita. Soalnya, meski hanya pertan-dingan persahabatan, tapi rentan dengan gesekan,” tutur pria kelahiran 1967 ini.

Ada 11 tim yang sudah mendaftar ke meja panitia, yakni Sumatera Utara, Su-rakarta, Makassar, Sumatera Selatan, Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Manado, Jakarta dan Surabaya. ”Mereka dibagi dalam 4 pool,” ujar dokter Polri yang bertugas di RS Bhayangkara Medan tersebut.

Pertandingan sepak bola antar ca-bang PAPDI, sebut Dr. Zulkhairi, hanya-lah cara untuk menambah keakraban dan kebersamaan di kalangan dokter penyakit dalam. ”Lewat bola, kita berharap sila-turrahmi semakin erat, rasa kekeluargaan semakin kuat,” katanya.

Alumnus SEPA ABRI 1994 ini menam-bahkan, meski sifat pertandingan untuk mempererat kekeluargaan, peraturan yang digunakan tetap standard nasional. Wasit pertandingan rencananya juga ber-asal dari Komda PSSI. Sedangkan per-tandingan menggunakan sistem semi tengah kompetisi. ”Juara pool masuk se-mi final dan yang menang berlaga di final,” papar pria yang sedang mengikuti pendidikan Bidang Konsultasi Gastroen-terologi Hepatologi itu.

Jumlah pemain dalam satu tim yang didaftarkan 18 orang, dengan ketentuan 7 cadangan. Sebelum bertanding, semua tim diharapkan dapat mengikuti technical meetingdi Hotel JW Marriott, Selasa 11 Desember 2012 pukul 16.00 WIB. Se-dangkan pertandingan digelar mulai Ra-bu sampai Jumat, atau 12-14 Desember 2012. ”Pemain mesti anggota PAPDI, baik dari PPDS maupun yang sudah internis,” jelas Zulkhairi yang juga alum-nus internis FK USU 2005.

Silaturrahmi lewat bola juga menjadi tanggung jawab Dr. Ivan Ramayana. Hanya saja, Ivan membidangi pertanding-an tenis lappertanding-angpertanding-an. ”Tenis tidak serentpertanding-an sepak bola. Meski begitu, kita tetap mem-inta peserta mengedepankan sportifitas di lapangan,” kata pria kelahiran 1981 itu. Untuk tenis, peserta yang mendaftar ada 26 pasangan, ganda putra. Sedang-kan ganda putri dan ganda campuran tidak dipertandingkan. ”Untuk menghe-mat waktu, pertandingan ini mengguna-kan sistem gugur,” tutur Dr. Ivan yang

ju-ga alumni FK UKI Jakarta 2007.

Meski sifatnya silaturrahmi, pertan-dingan tenis tetap memakai peraturan standar nasional. ”Wasitnya berlisensi Pelti, hanya saja setiap pertandingan tanpa ada hakim garis,” tukas Dr. Ivan.

Sejauh ini persiapan mengenai la-pangan sudah cukup matang. Panitia me-makai lapangan indoor milik Poldasu dan Kebun Bunga Medan. Hanya saja, trans-fortasi peserta ke tempat kegiatan tidak disediakan oleh panitia. ”Jadwal per-tandingan masih fleksibel, karena akan disesuaikan dengan jadwal kegiatan PAPDI. Semua akan kita jelaskan saat

tehnikal meeting pada Selasa tanggal 11 nanti,” tegasnya.

Ia berharap jalinan silaturahmi lewat olahraga ini tidak hanya sebatas momen KOPAPDI semata, melainkan juga bisa dilakukan di setiap cabang se-Indonesia. ”Tujuan pertandingan ini bukan untuk mencari siapa pemenangnya, tetapi un-tuk mempererat tali silaturahmi sesama anggota PAPDI,” tandas Dr Ivan Rama-yana diamini AKBP Dr Zulkhairi Sp.PD, FINASIM, M.Kes.

Selamat bertanding dok, jaga spor-tifitas !!!(HI)

AKBP Dr. Zulkhairi

Sp.PD, FINASIM, M.Kes

berjalan perlahan.

Matanya sigap menyapu

pandang ke seluruh

dok-ter yang duduk lesehan di

sekretariat PAPDI Sumut

Jalan Sei Batang

Serangan Medan. ‘’Insya

Allah semuanya lancar,’’

ucapnya.

Galang Kebersamaan Lewat Bola

Dr. Ivan penanggung jawab turnamen tenis.

Dr. Zulkhairi penanggung jawab kompetisi sepak bola

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil bahwa darah babi landrace jantan yang di potong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran Denpasar terjadi hemolisis awal pada

1. Secara simultan Motivasi Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung. Dengan demikian variabel

Kedua elemen tersebut juga berada dalam pool yang berbeda, sehingga untuk menunjukkan aliran prosesnya digunakan message flow untuk menyampaikan pesan yang berupa

Dari hasil peneltian diketahui bahwa jenis lamun yang hidup di perairan Tanjung Lanjut yaitu Enhalus acoroides dengan rata- rata penutupan lamun 12.04% dan

ntuk katag%ri ini penyebab bahaya untuk kebisingan adalah suara alat berat, untuk penerangan disebabkan jaringan listrik tidak bisa menjangkau ke tempat pertambangan di karenakan

Objek evaluasi yang diajukan dalam model ini mencakup; latar belakang dan perkembangan yang dialami oleh sistem yang bersangkutan, proses implementasi (pelaksanaan) sistem,

Nomor 48, Tambahtrn Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502), sebagaimana teiah diubal: derrgarr Peraturan Pemcrintah Nomor 74 Tahun 2AI2 tentang Perubahan Atas

Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah kita tercinta ini , ananda dimohon untuk mengisi kuessioner ini dengan baik. Tidak ada nama dalam