• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN TANJUNG LANJUT KOTA TANJUNGPINANG ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN TANJUNG LANJUT KOTA TANJUNGPINANG ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN TANJUNG LANJUT

KOTA TANJUNGPINANG R. Vendhi Wicaksana

Mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, richardvendhi@gmail.com Arief Pratomo

Dosen Ilmu Kelautan dan Perikanan, FIKP UMRAH, sea_a_reef@yahoo.com T. Said Raza’I

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, saidumrah@yahoo.com

ABSTRAK

Perairan Tanjung Lanjut adalah perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan atau biasa disebut estuaria. Interaksi masyarakat di sekitar perairan serta pola pasang surut di perairan pesisir menjadikan wilayah estuari memiliki keunikan tersendiri sebagai media hidup dari padang lamun yang hidup diperairan ini. Tujuan penelitian untuk mengetahui komposisi jenis lamun, kerapatan, frekuensi, tutupan, indeks ekologi, dan pola penyebaran. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2014 dengan menggunakan metode sampling acak (random sampling). Setelah dilakukan penelitian ditemukan 1 jenis lamun yang dapat hidup pada perairan ini yaitu jenis Enhalus acoroides dengan kerapatan rata-rata 43.33 individu/m2 dan rata-rata penutupannya 12,04%, serta penyebarannya tergolong acak. Lamun Enhalus acoroides hidup dengan membentuk vegetasi monospesifik (tunggal) dengan substrat pasir berlumpur.

Kata kunci : Lamun, Struktur Komunitas, Tanjungpinang

COMMUNITY STRUCTURE OF SEAGRASS AT TANJUNG LANJUT WATERS

TANJUNGPINANG CITY R. Vendhi Wicaksana

Students of Marine Sciences and Fisheries, FIKP-UMRAH, richardvendhi@gmail.com Arief Pratomo

Lecturer of Marine Science and Fisheries, FIKP-UMRAH, sea_a_reef@yahoo.com T. Said Raza’I

Lecturer of Water Resources Management, FIKP-UMRAH, saidumrah@yahoo.com

ABSTRACT

Tanjung Lanjut is a semi-enclosed waters that have free connection with the open sea and receives freshwater input from land or commonly called estuaries. Community interaction around the location and tidal patterns of a coastal estuarine regions have their own uniqueness as a media life of living seagrass . This study purpose to determine the composition of seagrass, density, frequency, cover,

(2)

ecological indices, and distribution patterns. Research carried out in July 2014, using a random sampling method (random sampling). The result of research found 1 type of seagrass can survive in these waters are the type Enhalus acoroides with an average density of 43.33 individuals / m2 and the average cover 12.04%, and its spread randomly . Seagrass Enhalus acoroides life by forming monospesifik (single) vegetation with muddy sand substrate.

Keyword : Seagrass, Community Structure, Tanjugpinang PENDAHULUAN

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut.

Tanjung Lanjut adalah perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan dengan laut bebas dan menerima masukan air tawar dari daratan, secara administratif Tanjung Lanjut terletak di Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. Padang lamun terlihat di perairan Tanjung Lanjut saat surut. Pemanfaatan dan pengelolaan perairan yang beranekaragam memberi tekanan yang cukup berarti bagi biota yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah penambangan bauksit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas padang lamun yang meliputi komposisi, kerapatan, penutupan, frekuensi, indeks ekologi dan pola penyebaran.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dasar dalam aspek pemanfaatan serta pengelolaan perairan Tanjung Lanjut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2014 di wilayah pesisir perairan Tanjung Lanjut, Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. Stasiun pengamatan terdiri dari 3 stasiun.

Peralatan yang digunakan adalah GPS, pH indicator, kamera, kantong plastik, DO meter, floating dredge, refraktometer, roll meter, thermometer, sekop, sechi disk, transek kuadrat, turbidity meter, dan alat tulis.

Penelitian ini menggunakan metode sampling acak (random sampling). Untuk identifikasi jenis dan persen tutupan lamun menggunakan buku panduan McKenzie (2003).

Data parameter perairan yang dikumpulkan meliputi: Suhu, DO, kecepatan arus, salinitas, kecerahan, kekeruhan, pH dan substrat. Sedangkan data lamun yang dihitung meliputi tutupan, tegakan dan komposisi jenis perplot yang kemudian ditabulasikan dan dianalisa secara deskripstif dalam bentuk tabel dan gambar. Penganalisaan data menggunakan rumus-rumus umum tentang penganalisaan data lamun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran parameter kualitas air selama penelitian di perairan Tanjung Lanjut menunjukan hasil yang normal sebagai media hidup lamun sesuai dengan standart yang ditetapkan KLH.

Tabel 6. Parameter lingkungan di perairan Tanjung Lanjut Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Suhu 28 31 30 Kecerahan 1,25m 0,8m 1,12m Kekeruhan 3,89 1,76 3,82 Arus 0,04 0,25 0,10 pH 8,1 7,6 7,5 Salinitas 29 34 33 Oksigen terlarut 6 6,1 6

Hasil pengukuran suhu perairan Tanjung Lanjut mempunyai kisaran 28-31◦C, dengan suhu terendah berada di stasiun I dan tertinggi berada pada stasiun II hal ini dipengaruhi oleh cuaca ketika dilakukannya proses pengukuran. Kondisi ini menunjukkan perairan Tanjung Lanjut memiliki suhu perairan yang normal dan tergolong suhu

(3)

optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28-32 ◦C.

Hasil pengukuran salinitas perairan Tanjung Lanjut dengan salinitas terendah berada di stasiun I dan tertinggi berada pada stasiun II hal ini dipengaruhi oleh cuaca ketika dilakukannya proses pengukuran. Nilai – nilai salinitas ini termasuk kisaran yang cocok untuk kehidupan lamun. Pertumbuhan lamun membutuhkan salinitas berkisar 24-35 ‰.

Hasil pengukuran kekeruhan di perairan Tanjung Lanjut bervariasi dengan nilai kekeruhan terendah berada pada stasiun II dan tertinggi berada pada stasiun I. Hal ini disebabkan oleh bedanya substrat tiap-tiap stasiun. Pada umumnya lamun dapat tumbuh pada substrat berpasir.

Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan. Hasil pengukuran kecerahan mencapai dasar di Perairan Tanjung Lanjut berkisar antara 80-125 cm.

Arus adalah pergerakan massa air menuju ketempat lain yang disebabkan oleh perbedaan ketinggian dasar perairan dan tiupan angin. Arus memiliki peran yang sangat penting terutama berkaitan dengan pola sebaran mineral di dalam air. Hasil pengukuran arus di perairan Tanjung Lanjut ini berkisar 0,036-0,042 m/det.

Hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan Tanjung Lanjut menunjukan angka rata-rata yang normal yaitu 6,0 mg/L.

pH atau derajat keasaman merupakan salah satu indikator kualitas perairan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh langsung dalam pengaturan sitem enzim pada organisme perairan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai pH terendah berada pada stasiun III yaitu 7,5 dan tertinggi berada pada staisun I yaitu 8,1. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan lamun berkisar 7,3 – 9,0.

Gambar 7 . Tipe substrat Perairan Tanjung Lanjut

Dari hasil analisa sampel sedimen pada setiap stasiun yang ditabulasikan ke dalam Tabel dan dapat ditentukan klasifikasinya berdasarkan segitiga Shepard (Lampiran) maka dapat disimpulkan stasiun 2 dan 3 tipe sedimennya adalah pasir, hal ini terjadi karena lokasi stasiun 2 dan 3 yang tidak jauh dari penambangan bauksit dan kecepatan arus yang rendah mempengaruhi sebaran ukuran sedimen dari fraksi pasir yang mengendap.

Berbeda dengan stasiun 1 yang bertipe sedimen pasir berlumpur, lokasinya lebih mengarah ke tengah perairan dan diduga adanya pengaruh aktivitas antropogenik (berlabuhnya kapal, tambah ikan, tempat pemukiman penduduk).Sedimen ukuran kasar akan mengendap tidak jauh dari sumbernya yaitu pada daerah sekitar mulur sungai, sebaliknya semakin jauh dari mulut sungai maka proporsi pasir yang diendapkan semakin sedikit dan pada daerah ini menuju laut pengendapan didominasi oleh sedimen berukuran halus (Rifardi, 2008)

Dari hasil pengamatan lamun dan indentifikasi jenis lamun yang dilakukan di perairan Tanjung Lanjut ditemukan 1 jenis lamun yang dapat hidup pada perairan ini yaitu jenis Enhalus acoroides yang membentuk vegetasi tunggal atau monospesifik.

Kerapatan tertinggi didapat pada stasiun 1 dengan nilai rata-rata kerapatan total sebesar 20,11 indvidu/m2 dan terendah pada stasiun 3 dengan nilai rata-rat kerapatan total 10,33 individu/m2, tingginya kerapatan lamun pada stasiun 1 terkait dengan kedalaman dan

0 5 10 15 20 25

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

8 mm 4 mm 2 mm 1 mm

(4)

jenis substrat yang mendukung untuk pertumbuhan dan keberadaan lamun.

Gambar 8. Rata-rata Kerapatan lamun perairan Tanjung Lanjut dalam (individu/m2)

Frekuesi jenis merupakan penggambaran peluang suatu jenis ditemukan dalam plot-plot contoh yang diamati sehingga dapat menggambarkan sebaran lamun yang ada.

Walau semua jenis lamun umumnya dapat hidup pada semua substrat tetapi setiap jenis lamun mempunyai kareteristik tersendiri terhadap lingkungan hidupnya. Substrat dan karateristik habitat menjadi pembatas sebaran lamun pada suatu area. Nilai frekuensi jenis lamun disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Frekuensi Jenis Lamun (%)

Nilai persentase tutupan lamun antar stasiun pengamatan diperoleh persentase penutupan tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan persentase penutupan 17,78% dan persentase penutupan terendah didapat pada stasiun 3. Dari hasil pengamatan untuk rata-rata tutupan lamun di Tanjung Lanjut adalah sebesar 12,04%. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari hasil perhitungan persen penutupan lamun

diperairan Tanjung Lanjut yang tersaji pada tabel 8.

Tabel 8. Persentase Penutupan Lamun

Indeks nilai penting dianggap tidak bermakna karena hanya di temukan 1 jenis lamun saja yang ada di dalam komunitas padang lamun di perairan Tanjung Lanjut, begitu pula dengan indeks ekologi yang tidak dapat memberikan informasi tentang struktur komunitas lamun.

Dipersi (pola sebaran) lamun perairan Tanjung Lanjut dari setiap stasiun adalah cendrung acak. Pemencaran secara acak relatif jarang terjadi di alam, hal ini terjadi bila lingkungan sangat seragam dan terdapat banyak kecenderungan untuk berkumpul (Fauziyah, 2004).

Table 9. Pola sebaran lamun di Perairan Tanjung Lanjut

Pola sebaran lamun yang acak ini ditengarai sebagai imbas dari tingginya kandungan logam berat yang terdapat di perairan dan terakumulasi oleh lamun melalui proses penyerapan, dan ditemukan kadar tertinggi terdapat pada akar lamun. Hal ini dapat menggangu penyebaran lamun, karena media tumbuh yang sudah tercemar, menurut Palar (2004) dalam Pratiwi (2014) kandungan logam yang tinggi dapat membunuh biota yang ada di perairan.

Perairan Tanjung Lanjut dapat dikategorikan sebagai ekosistem estuaria yang memiliki karakter fisik yang ekstrim bagi kehidupan biota estuaria. Wilayah estuari merupakan wilayah yang sangat dinamis karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun biologis. Bercampurnya masa air laut dan air tawar menjadikan wilayah estuari memiliki keunikan tersendiri, pencampuran air itu menghasilkan air payau dengan salinitas yang berfluktuasi, variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme. 0 5 10 15 20 25

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Enhalus… Jenis Lam un Frekuensi jenis lamun(%) Rata-rata Freku ensi Stasi un 1 Stasiu n 2 Stasiun 3 Enha lus acor oides 100 100 100 100 Jenis Lamu n

Tutupan Lamun (%) Rata -rata Tutu pan Stasiu n 1 Stasi un 2 Stasi un 3 Enhal us acoroi des 17,78 10 8,33 12,0 4

Stasiun ID Ip Pola Sebaran

1 0,873 0 Acak

2 0,504 0 Acak

(5)

Jumlah spesies organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Salah satu jenis biota yang dapat bertahan dalam kondisi ini adalah Biota Eurihalin yaitu biota yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salintas di bawah 30‰ (Bengen 2001).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan keanekaragaman jenis lamun Tanjung Lanjut berada dalam kategori rendah. Hal ini ditandai dengan hanya ditemukan 1 jenis lamun saja yaitu Enhalus acoroides. Begitu juga dengan persentase penutupan dan kerapatan yang rendah diperairan ini. Lamun Enhalus acoroides dapat berdaptasi dengan perairan keruh akibat tingginya laju siltasi (kekeruhan) dari daratan jika terdapat sinar matahari dan unsur-unsur nutrisi yang diperlukan masih mencukupi. Spesies ini adalah salah satu jenis lamun di perairan Indonesia yang umumnya hidup di sedimen berpasir atau berlumpur dan daerah dengan bioturbasi tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil peneltian diketahui bahwa jenis lamun yang hidup di perairan Tanjung Lanjut yaitu Enhalus acoroides dengan rata-rata penutupan lamun 12.04% dan kerapatan sebesar 43.33 individu/m2, sebaran lamun di perairan tergolong acak dan substrat perairannya adalah lumpur berpasir.

Kedepannya perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang peran dan fungsi lamun pada kondisi perairan di Tanjung Lanjut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Kepada kedua orang tua F.Handono Putro (katuas) dan Tjatur Wahyu Ningsih (mamae) yang selalu memberikan doa dan dukungannya dari awal sampai akhir study.

2. Kepada Bapak Arief Pratomo, ST, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak T. Said Raza’I, S.Pi, MP selaku dosen pembmbing 2.

3. Kepada para sahabat yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang sudah membantu hingga selesainya skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H. 2000. Struktur dan Fungsi Pada Komunitas Lamun. Volume XXV Nomor 3, 2000. Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi – LIPI, Jakarta

Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Delpujiero. 2012, Statistical Ecology: Cara

Menghitung Indeks Morisita, delpujiero.wordpress.com/2012/06/

15/cara-menghitung-indeks-morisita/, diakses 15 September 2014

Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2008. Pedoman Umum Identifikasi dan Monitoring Lamun.

Fauziyah, I.M. 2004 Struktur Komunitas Padang Lamun di Pantai Batu Jimbar Sanur

Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup Nomor: 200 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

Kiswara,W.,M.K.Moosa dan M. Hutomo. 1994. Struktur Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi

Lingkungannya. Proyek

Pengembangan Kelautan/MREP dan Pusat Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.

(6)

Kordi K.M.G.H., 2011 Ekosistem Lamun (Seagrass) Fungsi, Potensi dan Pengelolaan

Hasanuddin.R. 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun Enhalus acoroides dengan Substrat dan Nutrien Pulau Sarappo Lompo Kabupaten Pangkep, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.

McKenzie, L.J. & Campbell, S.J. 2003. Booklet, Manual for Mapping and Monitoring Seagrass Resoruces by Community (Citzen). Seagrass-Wach Indonesia.Australia.

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau.Skripsi, IPB. Bogor.

Nontji,A., 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nur, C. 2011. Inventarisasi Jenis Lamun dan Gastropoda Yang Berasosiasi di Perairan Pulau Karangpuang, Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Uversitas Hasanuddin, Makasar.

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Pratiwi, R.A. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat Pb dan Cd terhadap Lamun (Enhalus acoroides) sebagai Bioindikator di Perairan Tanjung Lanjut Kota Tanjungpinang. Fakultas Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen Sampling dan Analisis

Rustendi, N., 2001. Studi Tentang Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Teluk Hurun, Teluk Lampung, Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Yulianda, F. 1996. Pengenalan Flora Laut. Makalah disampaikan pada Pelatihan Inventarisasi Biota Laut dan Pendidikan selam Al. PHPA. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel  6.  Parameter  lingkungan  di  perairan  Tanjung Lanjut  Parameter  Stasiun  1  Stasiun 2  Stasiun 3  Suhu  28  31  30  Kecerahan  1,25m   0,8m  1,12m  Kekeruhan  3,89  1,76  3,82  Arus  0,04  0,25  0,10  pH  8,1  7,6  7,5  Salinitas  29  34  33  Ok
Gambar  7  .  Tipe  substrat  Perairan  Tanjung  Lanjut
Gambar 8. Rata-rata Kerapatan lamun perairan  Tanjung Lanjut dalam (individu/m 2 )

Referensi

Dokumen terkait

interaksi antar budaya tidak menggunakan bahasa yang sama. Sebuah kata yang bunyinya sama, bisa jadi berbeda maknanya. Perbedaan Latar Belakang Sosial Budaya. Setiap manusia hidup

Dari paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengenalan bentuk geometri pada anak usia 4-5 tahun di TK Teratai Kecamatan Boliyohuto

Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, melakukan peran pembinaan dan fasilitasi teknis kepada pemerintah daerah, khususnya

Kemudian pada siklus II siswa yang tuntas secara individu sebanyak 17 orang dengan ketuntasan belajar klasikal 85 %.dari hasil analisis data tersebut

kematian hero dapat dikurangi secara signifikan sekaligus meningkatkan kesempatan memenangi pertempuran. Terkait kalimat interogatif “ana sing gawe orchid pora ta?”,

Gambar 11 : Subordinate Pass Proses 2 Semua tahap tersebut dari melakukan level dekomposisi DWT untuk transformasi citranya yang berguna menampilkan nilai citra

Menanggapi berbagai orientasi ideologis gerakan-gerakan Islam yang muncul, Muhammad Abduh (dalam Gibb: 1978:33) memperjuangkan pemurnian Islam dengan empat rumusan,

Dividen Skrip atau Dividen Hutang adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang