• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Sistem Alih-Guna Lahan Alang-Alang Secara Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Sistem Alih-Guna Lahan Alang-Alang Secara Berkelanjutan"

Copied!
314
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)

RANCANG BANGUN

SISTEM ALIH·GUNA LAHAN ALANG·ALANG

SECARA BERKELANJUTAN

RUKMAN SARDJADIDJAJA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(164)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Rancang Bangun Sistem Alih guna Lahan Alang- alang Secara Berkelanjutan, kasus kecamatan Jorong. Kebupaten Tanah Laut, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. - Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dan karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bag ian akhir disertasi ini.

ii

Boger, 15 Juni 2005

(165)

ABSTRAK

RUKMAN SARDJADIDJAJA. Rancang Bangun Sistem Alih-guna Lahan Aiang-alang Secara Berkelanjutan, Studi Kasus di Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Provinsi Kalimantan Selatan. Dibimbing oIeh ERIYATNO sebagai ketua, HARTRISARI HARDJOMIDJOJO dan ERLIZA NOOR sebagai

anggota.

Tutupan luas hutan Indonesia menurun drastis seluas 62,29 juta ha dalam kurun waktu 47 tahun, dari semula 162,29 juta ha pada tahun 1950, menjadi 100 juts ha pada tahun 1997. Terjadinya penurunan luas tutupan hutan disebabkan oleh : penebangan hulan secara besar-beSaran, pembukaan perkebunan, pertanian tradisional skala keeil, kebakaran hutan dan program transmigrasi.

Tutupan hutan yang dialokasikan untuk dikonversi, tidak seluruhnya dikelola secara optimal, sehingga sekitar 8,5 juta ha lahan dalam keadaan terclegradasi berupa semak-belukar dan alang-alang, yang luasnya bertambah 150 - 200 Mbu ha setiap tahun.

Penelitian untuk ュ・ョァ。ャゥセオョ。@ lahan alang-alang telah banyak dilakukan, namun masih bersifat parsiai dan terfokus pada teknis pemberantasan alang saja, sehingga belum mampu mengatasi mekJasnya lahan alang-alang. Akibatnya program dan proyek alih-guna lahan alang-alang tidak berjalan secara berkelanjutan dan kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat loka\.

Berdasarkan fenomena tersebut, diperlukan suatu kajian yang mengintegrasikan aspek biofisik, sosial budaya dan ekonomi secara komprehensif dengan pendekatan kesisteman. Tujuan peneMtian secara umum adalah untuk menyusun kebijakan sistem alih-guna lahan alang-alang menjadi produktif dan bermanfaat bagi ュ。ウケ。セォ。エ@ lokal secara bemelanjutan.

Metodologi penelitian dengan pendekaldan sistem menggunakan Metode Analisis Prospektif (MAP), Metode Importance and Performance Anatysis (MIPA), SWOT dikombinasikan dengan Metode Analisis Deskriptif (MAD).

Hasil penelitian pada tingkat nasional teridentifikasi 11 faldor peubah dan 5 faktor peubah kunci, pada tingkat provinsilkabupaten 10 faktor peubah dan 6 faldor peubah kunci, pada tingkat kecamatan 17 faldor peubah dan 5 faldor peubah kunci. Perbedaan persepsi

stakeholders

pada tingkat nasional, provinsilkabupaten dan kecamatan didapatkan dalam menetapkan jumlah dan jenis faldor peubah yang berpengaruh dan mempunyai ketergantungan terhadap jalannya sistem yang dikaji.

Rancang bangun sistem alih-guna lahan alang-alang yang terintegrasi dan berkelanjutan, merupakan model kebijakan konseptual perencanaan yang terdiri dari 3 sub model, yaitu : sub model optimalisasi pernanfaatan lahan alang-alang, sub model menyeleksi faldor-faktor peubah kunci dan sub model penyusunan skenarlo. AJtematif skenario terpilih, yaitu skenario optimistik dengan syarat nilai tukar hasil pertanian meningkat yang paling realistis dioperasionalkan.

Hasil analisis citra Landsat di kecamatBn Jorong teridentifikasi luas lahan alang-alang 23.960 ha, dan berdasarkan analisis kesesuaian lahan merekomen-dasikan komoditas unggulan jagung dan kelapa sawit. Analisis finansial kelapa sawit untuk inti 2000 ha dan plasma 8000 ha dinyatakan layak untuk;

BIC

seba-sar 4,81 ;NPV sebeseba-sar Rp.24.214.000;IRR sebeseba-sar 25,95%;PBP 6 tahun 8 bulan.
(166)

ABSTRACT

RUKMAN SARDJADIDJAJA. Design on Sustainable System for Land Use Management of Grassland (Case Study in Jorong District. Tanah Laut, SOuth Kalimantan). Under Direction of ERIYATNO. HARTRISARI HARDJOMIDJOJO and ERLIZA NOOR.

In the last 47 years, the area of closed canopy forest in Indonesia was reduced drastically from 162,29 million ha in 1950 to 100 million ha in 1997. This loss had been caused by; legal and illegal logging operations, plantation development; traditional (shifting) agriculture, forest fire (natural and man made) and the transmigration programme.

The closed canopy forest that had been allocated for conversion by the government, has not been managed optimally.

As

a result. around 8,5 million ha of forest had been degraded to secondary forest, scrub and grassland. Degradation is increasing at an annual rate of 150-200.000 hs.

There has been many research in the productive use of grassland in Indonesia, but the focus of research was on technical solutions. with little attention given to social and economic aspects.

As

a result. these programmes are rarely sustainable and have not beneficial to the locaJ people.

M integrated approach is required

to

sustainable grassland management that hannonized biophysical. social. cultural, and economic aspects. This research desaibes such an integrated approach to the design of sustainable grassland management systems that involve the local people in aU stages

of

the planning and implementation process.

The research methods used system approach indude : The Analysis Prospective Method (APM). SWOT. Importance and Petfonnance Analysis Melhod (IPAM). Descriptive Analysis Melhod (DAM) and Interpretation of nalural land cover particularty grassland and land use from 1 : 200.000 satellite imagery of South KaHmantan.

The research identifies 11 variables covering biophysical, social, cultural and economic aspects at the national level, of with 5 considered key variables. M

the provincial and district levels, 10 variables and 6 key variables are identified. At sub--district level the number of variables increases

to

17, with 5 key variables. The variation in the variables and key variables reflects the different perceptions of the stakeholders at the various levels.

The policy design for sustainable system of land use management of grassland is a conceptual policy design model that consists of three levels : optimalization of grassland usage ウオセュッ、・ャL@ selection

of

key variables sub-model, scenario arrangement ウオセュッ、・エ@ In addition, there are six alternative scenarios that stakeholders would conSidered, this research showed that the optimistic scenario provided the greatest added value to the agriculture product was chosen most frequently.

The interpretation of landsat imagery covering the study area

of

Jorong Asam-Asam, identified 23,960 ha of grassland with potential for the cultivation

of

maize and oil palm. Oil palm agribusiness based on a nucleus estate of 2,000 ha and surrounding plasma of 8,000 ha, is feasible for BlC Ratio of 4.81; NPV Rp 24.214.000; IRR 25.95%; and PBP of 6 years and B monlhs.

Key words: policy destgn, system, grassland, sustainability.

(167)

@

Hak cipta Milik Rukman Sardjadidjaja, tahun 2005

Hak cipta dilindungi

Dllarang mengutlp dan memperbanyak tanpa izln tertulls dart

Insfltut Pertanlan Sogor, sebagian atau seluruhnya cia/am

_ k

spa

pun,

balk C8tak,

foIoIropl,

mlkrofllm, dan sebagalnya

(168)

RANCANG BANGUN

SISTEM ALlH-GUNA LAHAN ALANG-ALANG

SECARA BERKELANJUTAN

RUKMAN SARDJADIDJAJA

Oisertasl

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studl Pengelolean Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(169)

Judul Disertasi

Rancang Bangun Sistem

aャェィセァオョ。@

Lahan

Alang-alang Secara Berkelanjutan.

Nama

Rukman Sardjadidjaja

NIM

P. 106.000.23

Disetujui

Komisi Pembimbing

セ@

Prof. Dr Ir Eriyalno. MSAE

Ketua

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo,DEA

Anggola

セYTGヲBGMM

Dr. Ir. Erliza Ncar

Anggola

Oiketahui

Ketua Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingkunpan

¥£+')

Dr. Ir Surjono H Suljahjo, MS

Tanggal Ujian : 15 Juni 2005

Pascasarjana

Tanggal Lulus : _

29

JUl

1IUi

(170)

PRAKATA

Todak ada kata yang tepa! seisin ucapan puji dan syukur kehadiral Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya penulisan disertasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAE sebagai ketua komisi pembimbing atas bimbingan, nasehat dan berbagai motivasi yang tiada henti-hentinya untuk mendalami ilmu pengetahuan kesisteman dan filosofi keilmuan sejak persiapan, pelaksanaan penelitian. sampai penyelesaian disertasi ioi. Terima kasih yang sarna penulis sampaikan pula kepada

Dr.

Ir. Hartrisari Hardjomidjojo OEA dan Dr. Ir. Ertiza Noor. masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing

atas

bimbingan, arahan, nasehat dan dorongan monl yang penuh kesabaran dan pengabdian mulai dari

perencanaan. pelaksanaan, dan penyelesaian tulisan disertasi ini.

Terima kasih khusus penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS sebagai ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya AJam dan lingkungan

yang

telah memberikan dorongan semangat, dan bimbingan bidang keilmuan Pengelolaan Sumberdaya AIam dan Ungkungan (PSL).

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasl Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tanah

Laut,

dan Camat kecamatan Jorong atas segala tasilitas yang diberikan selama pelaksanaan penelitian lapang.

2. Dr. Meine Van Noordwijk, Regional Coordinator of ICRAF Southeast Asia, Indonesia, Dr. Ir. Kolopaking, LM, MSC, Ir. Any Mulyani dari Pustittanak, Bogar yang telah memberikan masukan untuk perbaikan dan penyempumaan penelitian.

3. Prof. Dr. Ir. Daniel Murdiyarso, MS yang tatah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam proses penulisan disertasi.

4. Rekan-rekan mahasiswa

program

studi PSL angkatan 2000 yaitu: Sdr. Rahmat Abbas dan Sdr. I Gusti Pulu SUryadanna alas bantuan, persaudaraan dan kebersamaannya.
(171)

5. Sdr. Abdul Muis dan Sdr. M. Syatori atas segala bantuannya dalam komputerisasi program dan penulisan disertasi ini.

Penghargaan yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada istri dan anak-anak tersayang

atas

segala pengertiannya dari awal pendidikan sampai penyelesaian

disertasi

ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang te1ah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis, penulis sampaikan penghargaan dan

terirna

kasih

yang

tidak terhingga. semoga Allah

swr

memberikan pahala yang setimpal alas

segala bantuannya.

Bogor. 15 JUni2005

Penulis

(172)

RIWAYATHIDUP

Rukman Sardjadidjaja dilahirkan di Kuningan, tangga118 Juni 1950. snak pertama dari pasangan 8apak W. Tjarwa Sardjadidjaja dan Ibu Suwarsih. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Kuningan. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Jakarta sampai tahun 1970, terdaftar sebagai mahasiswa Fakuttas Pertanian-Universitas Amtalas Padang tahun 1971, dan lulus tahun 1977. Tahun 1995 melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogar pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis (MMA) dan lulus tahun 1997. Kemudian tahun 2000 pads perguruan

tinggi

yang sarna diterima sebagai mahasiswa Program Doktor untuk Program Studi Pengelolaan Sumberdaya A1am dan Ungkungan (PSL).

Sejak tahun 1977 sampai dengan tahun 1983 bekerja sebagai stal

pads

Direktorat Penyiapan Tanah Pemukiman Transmigrasi (PTPT), Direktorat Jenderal Bina Marga, dan Direktorat T ata Kota dan T ata Daerah (TKTD). Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen p・ォ・セ。。ョ@ Umum.

Pada tahun 1984 pindah ke Departemen Transmigrasi, sekarang digabung dengan Departamen T enaga Kerja menjadi Departemen T enaga Kerja dan Transmigrasi. Pada kurun waktu tersebut, pemah menjabat sebagai Direktur Bina Program, Dlrektur Penyiapan lahan Pennukiman,

Kepala

Kantor Wilayah Provinsi Jawa Timur, Stat Ahli Menteri Bidang Pengembangan Wilayah dan Daerah, Bidang Ekonomi Pembiayaan Pembangunan dan Investasi, Direktur Bina Cipta Keserasian Ungkungan dan sekarang menjabat sebagai Direktur Bina Investasi dan Kemitraan pada Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sumberdaya Kawasan Transmigrasi, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Penulis menikah dengan Gumilang Pubi Heryati dan dikaruniai dua orang anak yaitu Asih Wulansari (21 tahun) dan Birama Gladini (16 tahun).

(173)

DAFTAR 151

Halaman DAFT AR 151 ... ... ... ... xi DAFTAR TABEL. ... xii DAFTAR GAMSAR ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...

xvi

I. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar

BeJakang ...

1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4 1.3. Manfaat Penelitian ... 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ...•...

6

2.1. Lahan AJang-aJang ... 6 2.2. Analisis SWOT ... 16 2.3. Teori Sistem ...•... 17 2.4. Pembangunan Ekonomi Loka!.. ...•... 23

2.5.

KeJembagaan dan Kebijakan PartisipatL ...•...

28

III. METODOLOGI PENELITIAN... ... ... ... ... ... ... ... 33 3.1. Kerangka Pemikiran ...•... 33

3.2.

Me\odOJogi Sistem ...•...•.•... 38

3.3. Tata Laksana ...•... 40 3.4. Deskripsi Lokasi ...•... 53 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...•... 56 4.1. Analisis Kebijakan ... 56

4.2. Analisis Pemanfaatan Lahan... ... ... 58

4.3. Analisis Deskriptil ... ... ... ... ... ... ...

69

4.4. Anaiois

Prospektif ...

81 4.5. Analisis KeJembagaan ... 87 4.6. Penyusunan Altematif KejadianlSkenario A1ih-guna

Lahan A1ang-alang ... 96

4.7. Rancangan

ImpJementasi

Kebijakan ... I00

4.8. Rancang Bangun Sistem AJih-guna Lahan AJang-aJang ...

101

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108 5.1. KesfmpuJan ...•... 108

5.2.

Saran ... 108

DAFT AR PUSTAKA ...

110

(174)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Luas tutupan huta" Indonesia tahun 1950, 1980,

1985 dan 1997...

1

2

Tipotogi

dan reklamasai lahan

alang-alang...

6

3 Persebaran lahan alang-alang setiap provinsi dan pulau

di seluruh Indonesia tahun

1994 ... , .. _

... _ ...

7

4 luas lahan aiang-aiang berdasarkan ordo tanah dan fisiografi

di Indonesia ...

... _

... _

.... _

... _.... ... ...

9

5 Luas Jahan alang-alang

yang

tersedia untuk perluasan areal

pertanian

di 13

provinsi. ...

... " ... '" ... " .. . ... .

1 0

6 Tanal>-tanah yang

、セオュ「オィゥ@

alang-alang di 13

provinsi

Iokasi

penelitian Pusiitianak... ... ... ... ... ... ... ... ...

11

7 Faklor-fa_ peubah lentalK dalam sislem yang dikaji...

47

8 Luas dan presentase

seIiap

kecamatan kabupaten Tanah Laut

tahun 2001... ... ... ... ... ... ... ... ...

54

9 Luas dan presentase seliap desalkelurahan kecamatan

jorong

tahun 2001... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

54

10 Jumlah penempatan transmigran di kecamatan Jorong tahun

2001...

55

11. Hasil skor faktor

internal...

57 12. Hasil skor faktor

eksternal...

57

13. Luas lahan

。ャ。ョセャ。ョァ@

seliap desa kecamatan Jorong

tahun

2002...

59

14 Kondisi aklual kalas kasesuaian

komodMs... ...

62

15 Matriks penilaian ailemati!

ォッュッ、セウ@

unggulan...

62

16 Perhitungan biaya produksi tanaman jagung per ha pada musim

tanam bulan

aーイゥセaァオウ|オウ@

2003 di

desa

Sebuhur...

64

17 Realasi penerimaan daerah

otonomi

kabupaten Tanah

Laut

tahun 2001... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

n

18

Analisis

hasil sUNei lapangan... ... .... .... ... ... ... 80

19 Total pengaruh global dan lotal ketergantungan global antar

faktor dari siatem yang dikaji tingkat nastonal... ... 82

20 Total pengaruh global dan lotal ketergantungan globalantar faklor

、。セ@ sis\em yang dikaji tingkal provlnsilkabupaten ...

83

21 Total pengaruh global dan lotal ketergantungan globalantarfa_

dan sistem yang dikaji tingkat

kecamatan...

85 22 Perbandingan faktor peubah hasil analisia pada tingkat nasional,

provinsi/kabupaten dan

kecamatan...

86

23 Penilaian tingkat kepentingan terhadap indikator yang

rnernpengaruhi

kelembagaan...

88 24 Penitaian tingkat kinerja terhadap indikator yang

melT1pengaruhi

kelembagaan...

89
(175)

25 Penilaian tingkat kesesuaian terhadap indikator yang

mempengaruhi kelembagaan ... _ .. _... 89 26 Prioritas peningkatan kinerja kelembagaan, sesuai dengan urutan

indikator yang mempengaruhinya... ... 90 27 Penilaian

rata-rata

nilai tingkat kinerja dan nilai tingkat kepentingan

terfladap indikator yang mempengaruhi kelembagaan ... 90 28 Perflitungan

rata-rata

dimensi mutu pelayanan dan penilaian tingkat

kinerja dan tingkat kapentingan terhadap indikator yang

mempengaruhi kelembagaan ... 91 29 Analisis kebutuhan stakeholders dalam penguatan kelembagaan 95 30 Skenario prospektif alih-guna lahan alang-alang secara

berkelanjutan...

97

31 Altematif skenario yang mungkin terjadi terfladap alih-guna lahan

alang-alang... ... ... ... ... ... ... ... ...

97

32 Hasil pendapat pakar untuk pemilihan skenaoo... 100
(176)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Proses penurunan luas tutupan dan kualitas hutsn di Indonesia 2

2

Posedur pembuatan kompos... ... ... ... ... ... ... ... ...

15

3

Diagram fNVOT...

17

4

Jenis-jenis sistetn...

18

5

Konsep

transformasL ... _ ... _,. ... 19 6 Siklus informasi ... __ ... ,... 21 7 Struktur hierarkis proses pengambilan keputusan ... _ 22

8

Pohon industri kelapa sawit... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....

26

9 Keseimbangan dinamis dan hubungan dialektis anlara

pengelolaan lingkungan htdup pedesaan berbasis komunitas

dan kebijakan pemerintah Iokal.. .... ", ... ,_, ... ... ... ... 31 10 Tingkat pengambilan keputusan dan aktivw untuk

pembangunan...

32

11 Sistem

manajemen

lingkungan...

35

12 Kerangka pemikiran alur penelitian...

37

13 Siklus pembelajaran

So"

System Methodology... ... ...

39

14 Skema pedoman penilaian...

49

15 Diagram Kartesius...

52

16 Bagan alir

importance and performance analysis... ... ... ...

53

17 Penggunaan dan penutup lahan ... ...

58

18 Optimalisasi kegunaan komoditas jagung... ... ... ...

65

19 Pola kemitraan bank, pemerintah, perusahaan swasta dan

patani plasma... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ...

67

20 Proses mendapatkan SKPT hak milik lahan alang-alang di

kecamatan Jorong... ... ...

71

21 Optimalisasi pemanfaatan lahan alang-alang

kecamatan Jorong...

74

22 Justifikasi alih-guna lahan alang-alang ...

75

23 T ahapan metodologi analisis prospektif... ... ... ... ... ... ...

81

24 Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang

befpengaruh pada sistem yang dikaji tingkat nasional...

82

25 Gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh

pada sistem yang dikaji tingkat provinsilkabupaten ... ... ...

84

26 Gambaran lingkal kepentingan faktor-faklor yang beipengaruh

Pada sistem yang dikaji tingkat kecamatan ...

86

27 Diagran Kartesius... ...

92

(177)

28 Bagan alir koordinasi penyuluhan pertanian kabupaten

Tanah Laut ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....

94

29

Bentuk keterkaitan lembaga sistem alih-guna lahan

alang-alang kecamatan Jorong...

96

30 Model kebijakan ststem alihiJuna Iahan alang-alang yang

terintegrasi dan

berkelanjutan...

102 31 Sub

model

I optimalisasi pemanfaatan Iahan

alang-alang...

103 32 Sub model II faktor-faktor peubah kunci alih-guna Iahan

alang-alang...

104

33 Sub

model

III

penyusunan skenario alih-guna lahan

alang-alang secara

berkelanjutan...

105
(178)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar responden ..... _ . .. ... ... .. . . .. .. . .. . . .. . ... . .. .. . .. . . .. . . .. .. . . 117 2a Pengaruh langsung antar faldor dan sistem yang dikaji tingkat

nasiona!. ... _, ... ... 117 2b Pengaruh tidak langsung antar

faktor

dan

sistem yang dikaji

tingkat

nasianal...

118 2c Pengaruh langsung antar faldor

dan

sistem yang dikaji tingkat

provinsilkabupaten... 118

2d Pengaruh tidak langsung aotar 'aldor dan sistem yang

dikaji tingkat provinsilkabupaten... ...

118

2e Pengaruh langsung aolar faldor sistem

dan

sislem yang dtkaji

tingkat kecama1an... 119

2' Pengaruh tidak langsung aotar faktor dari sistem yang

dikaji 1ingkat kecama1an... 119

3 Rekapitulasi jumlah responden dalam penilaian tingkat kinarja

dan tingkat kepentingan terhadap indikator yang mempengaruhi

kelembagaan petsni... ... ... ... ...

120

4 Kesesuaian IaOOn tanaman kelapa

sawit ...

'" ... ... ... ...

121 5 Produksi minyak

sawit

dUnia tahun 1991 - 2000

dalam ribuan

ton...

121 6 Neraca produksi, perdagangan dan konsumsi minyak

sawit

Indonesia tahun 1991- 2000 dalam ribuan

ton...

122 7 Total areal hutan yang dikonversi untuk perkebunan

1ahun 1982-1999 ... :...

122

8

Produk1ivi1as kelapa

sawiI

pads

lahan sesuai

ュ。セゥョ。ャNNN@

... ...

123

9 Rencana

biaya

investasi inti ... 124 10 Penjualan CPO dan inti

sawit

...

125

11

Proyeksi laba rugi inti... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....

126

12

Kas proyek kelapa

sawiI

inti... .. . ... ... .. . .. . ... ... . .. .. . ... . . . ... . . . ... .. . .

127

13

Analisis kelayakan proyek kelapa

sawiI

inti... ... ... ... ... ... ...

128

14a

Inveslasi

During Construction ...

129

14b

Jadwal angsuran

ォイ・、セ@

plasma ... ... ... ... ... ...

129

15

Perhitungan harga TBS plasma...

130

16

Biaya panen kebun plasma... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

131

17

Biaya

operasi

plasma dalam ribuan rupiah...

132

18

Nilai penjualan TBS plasma per KI<... ... ... ...

133

19

Proyeksi laba plasma...

134

20 Posisi

kas

plasrna...

135 21 Analisis kelayakan finansial proyek plasma... ... ... ... 136
(179)

I. PENDAHULUAN

1.1. Lata, Belakang.

Indonesia setidaknya sampai tahu" 1900 masih tertutup hutan yang

lebat.

Menurut model yang dikembangkan oIeh Bank Dunia, tutupan hula" di tiga pulau terbesar

di

Indonesia. yaitu Sumatera. Kalimantan dan Sulawesi pada masa itu mencapai

103

juta ha (Holmes 2000) dan pada tahun 1950 hampir 84

%

luas daratan Indonesia atau seluas 162,29 juta ha tertutup hutso primer dan sekunder (Hannibal 1950).

Penurunan luas tutupa" huta" mulai menjadi masalah di Indonesia sejak awal tahu" 197O-an. ketika penebangan hutan secara komersial mulai dibuka secara besar-besaran. Walaupun konsesi pembalakan huta" pads umumnya bertujuan untuk mengembangkan sistem produksi kayu kepentingan jangka panjang. akao tetapi tindakan tersebut sering disalah-gunakan dengan pembalakan ilegal yang mencapal selengah pasokan kayu di Indonesia.

Penurunan luas tutupan hutan dari tahu" 1950, 1980, 1985, dan 1997 ditampilkan pada Tabel1.

Tabel1 : Luas lutupan hulan iセゥ。エ。ィオョ@ 1950. 1980. 1985 dan 1997.

Tahun

1950 1980 1985 1997

Luas Tuq,an Hutan

(Ju1a

Hal

162,29 139,70 119,70 100

Lues Kehiangan T utupan Hutan Setiap Tahun

(Jute Hal

0,75

1

1,70

2,83

Sumber: RePPProT 1985, Oepartemen Kehutanan, (2000)

Keteraogan

DaIBm kurun waklu 47

tahun kehilangan tutupan hutan seluas 62,29 juta ha

Terjadinya penurunan luas tutupan hutan di Indonesia, disebabkan pula oleh : (1) perl<ebunan kelapa

sawit

dan tanaman keras lain. (2) partanian tradisional skala kecil. (3) kebakaran hulan. (4) program lransmigrasi. Dari 7 jula ha hutan

yang

sudah disetujui untuk dikonversi menjadl perkebunan, hanya sekitar 2,7 juta ha yang benar-benar telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan 1,5 juta ha tanaman keras lainnya. Sisanya 2,8 juta ha lahan yang sebelumnya berupa hulan sekarang dalam keadaan terlanta,.
(180)

1960-2

1999 yang telah membuka hutan sekitar 2 juta ha telah ikut pula berperan temadap penurunan luas tutupan hutan di Indonesia. Sebagisn bessr dari lahan tersebut, dalam keadaan terlantar, telah menjadi semak-belukar dan alang-alang (Departemen Kehutanan, 2000).

Data mengenai luasan lahan alang-alang di Indonesia bervariasi. Menurut Garrity (1997). di Asia Tenggara luas padang alang-alang sekitar 35 juta ha, sekitar 8,5 juta ha tersebar di Indonesja. Atang-alang merupakan spesies dominan yang menutupl !ahan padang rumput yang cukup luas di Indonesia. Berdasarkan hasil studi Regk>nal Physical Planning Programme for Transmigration (RePPProT 1985) lerdapat 10,2 juta ha lahan padang rumpul yang ditumbuhi alang-alang.

Secara skematis

proses

penurunan luas tutupan dan kualitas hutan di Indonesia ditampilkan pada Gambar

1 .

Gambar 1 Sumber

.

-

...

• Pwii .... セ@

-

T _ _

_

...

.-

--

....

• Pwiull . . .

-.

...

-...

T ....

-.-

--

-...

--

H _

-

--.-

....

...

• ElWT ...

-Proses Penunman Luas Tutupan dan Kualitas Hutsn di Indonesia

Global Forest Watch, 2001

Dalam upaya mereklamasi lahan alang-alang menjadi areal pertanian yang produktif, di Indonesia telah banyak dilakukan penelitian. Beberapa penelitian yang terkait adalah sebagai berikut : (1) Hairiah

st al

(1992). meneliti tentang toleransi kondisi tanah masam temadap tanaman penutup tanah. Hasilnya menunjukan bahwa tanaman penutup tanah kacang-kacangan yang tumbuh dengan cepat dapat digunakan untuk mereklamasi rumput liar. khususnya pada lanah yang ditumbuhi o/eh alang-alang (/mpetata cylindrica); (2) Santoso et ai,
(181)

alang-3

alang (Imperata cylindrica) dengan agrofotestry rakyat. (3) Guritno et al. (1992). meneliti tentang reklamasi tanah alang-alang (/mperata cylindrica) dengan pertakuan kombinasi menggunakan herbisida dan lima spesies tanaman penutup tanah yaitu; Mucuna proriens Var. Uli/iest Ganavalium ensiformis, Crota/aria

juncea, Pueraria phaseoJoides dan StyIosantes viscosa pada tanah Ultisol. (4) Adiningsih dan Mulyadi (1992) meneliti tentang altematif

teknis

rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. (5) Friday et al (2000) meneliti tentang rehabiUtasi padang alang-alang menggunakan agroforestri dan pemeliharaan peonudaan alam.

Penelitian-peneUtian yang telah dilaksanakan belum cukup untuk mengatasi meluasnya lahan alang-alang. Banyak faktor penyebab meluasnya lahan alang-alang, terutama faktor sosial budaya, ekonomi serta kurangnya teknologi dan modal yang memadai. semua faktor tersebut saling mengkait satu dengan lainnya.

Teknologi rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang untuk pengembangan pertanian telah banyak dihasilkan, nsmun masih sulit diimpkmlentasikan. karana umumnya relatif mahal dan tidak teljangkau oleh petani. Faktor penyebab lainnya adalah petani masih kurang memahami arti usahatali konselVasi yang berketanjutan untuk mempertahankan produktivitas tanah.

Penetapan kebijakan dan program

serta

pendekatan permasalahan masih bersifat sektoral. sehingga perbaikan pada suatu bagian tidak diikuti oleh perbaikan pada bagian lain. Prakarsa dan kebljakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai ciri pembangunan yang bersifat sentralistis, belum mempertimbangkan alasan-alasan dari perspektif masyarakat loka!' Oi sisi lain keberhasilan nehabilitasi lahan alang-alang tergantung pada masyarakat

Iokat.

Akibatnya. program dan proyek mengalih-guna lahan alang-alang yang ada saat ini tidak berjalan secara berketanjutan dan kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lokal.

(182)

4

1.2. Tujuan Penelttlan.

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengalitl-guna lahan alaog-alang menjadi lahan produktif dan bermanfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan.

Secara khusus, penelitian bertujuan untuk :

1) Menemukan faktor-faktor peubah dalam sistem alih--guna lahan alang-alang secara berkelanjutan.

2) Menganalisis pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung

serta

ketergantungan antar faktor peubah terhadap sistem alih-guna lahan slang-alang.

3) Menganalisis prospek alih-guna lahan alang-alang secara berkelanjutan. 4) Menyusun skenario masa depan ststem alih-guna lahan alang-alang secara

berkeianjutan.

5) Menyusun model kebijakan konseptual alih-guna lahan alang-alang secara

terintegrasi dan berkelanjutan

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan

dapat

memberikan rekomendasi alih-guna lahan alang-alang

yang

terintegrasi dan berkelanjutan bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

1.4. Ruang Ungkup Penelitian.

Penelitian ini mendesain model konseptual

sebagai

upaya terencana untuk mengalih-guna lahan alang-alang menjadi lahan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat dengan pendekatan ilmu kesisteman yang mengintegrasikan aspek biofisik, sosial budaya dan ekonomi.

Penelitian difokuskan kepada : 1) Analisis Citra Landsat.

Analisis ini menginterpretasi Citra Landsat dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang didukung data sekunder luas lahan alang-alang dari lapangan.

2) Analisis SWOT.

(183)

5

3) Analisis Pemanfaatan Alang-alang.

Analisis ini mengkaji darl berbagai studi pustaka mengenai nilai tambah alang-alang meJalui agroprosesing.

4) Analisis Kesesuaian Lahan.

Analisis ini mengkaji kondisi aktual dan setiap faldor pembatas potensi kemampuan lahan berdasarkan data dan informasi hasil penelitian Japan Agricultural

land

Development Agency (JALDA). Analisis ini dilakukan untuk 'mendapatkan jenis tanaman

yang

sesuai dengan keadaan nyata serta memilih komodjtas unggulan, dilanjutkan analisis finansial bagi komoditas unggulan terpilih.

5) Analisis ProspeIdW.

Analisis ini digunakan untuk mempersmpkan tindakan strategis dan perubahan yang dibutuhkan di masa depan. Prinsip analisis ini adalah menetapkan faldor-faktor peubah dalsm sistem allh-guna lahan alang-alang secara berkelanjutan.

Berdasarkan gambaran tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem yang

dikaji.

kemudian ditetapkan faktor peubah kunci untuk setiap tingkatan. Hasil digunakan sebagai input untuk menyusun altematif skenario aim-guna lahan alang-alang.

6) Penyusunan Skenario.

Berdasarkan hastl analisis tersebut, disusun altematif skenario yang mengkombinasikan antara faktor peUbah kunci terpenUng dan situasi keadaan masa dopan.

Dan

sejumlah aRernallf skenario yang terbentuk. d_pkan skenario terpilih untuk rekomendasi kebijakan alih-guna lahan slang-alang yang terintegrasi dan berkefanjutan.
(184)

II. T1NJAUAN PUSTAKA

2.1.

Lahan Alang-alang

Lahan yang diusahakan oleh petani tanpa memperhatikan kaidah

kOOseNasi akan menurunkan kesuburan sehingga

pads akhirnya menjadi lahan

tidak produktW. Lahan tersebut saringkali ditlnggalkan untuk membuka lahan baru, sehingga lahan terSebul, akhirnya ditumbuhi alang-alang. Sistem seperti

disebutkan di atas, disebut sistem petani peladang berpindah. MenuM Sudharto

e/

aI.

(1993) di Indonesia Iordapat 3 (tiga) sistem peladang barpindah yanu; 1) peladang barpindah parambah hutan dan barmukim di hutan; 2) peladang barpindah parambah hutan telapi barmukim di lua. hutan; 3) peladang berpindah di luar kawasan hutan dan bermukim di luar kawasan hutan. Akibat

dari kegiatan peladang berpindsh tersebut

エ・セ。、ゥ@

kerusakan lahan. Pads sistem

peladang barpindah, lahan yang ditinggalkan alau seiama masa

bara,

akan ditumbuhi alang-alang atau semak. karena kesuburannya telah menurun dan vegetasi berdsun

lebar

tidak

mampu lagi tumbuh.

Menurut Garrity e/

aI.

(1997) dalam Van Nourdwijk

et

81. (1997) lahan aiang-alang dapat dibagi bardasarkan tipologinya seperti dnampiikan

pads

Tabel2.

T abal2 . Tipologi dan reklamasi lahan alang-alang.

0,1-1 1-100

<U,

<,

Lebih dari satu kornonitas Satu komunitas

Lahan pertanian

Sumber: Modifikasi Van Nourdwijk sf aI. (1997)

Tenure, altematif

menguntungkan Tenure, altematif

menguntungkan

-

menguntungkan, Tenure, reklamasi
(185)

7

Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel3. luas lahan alang-alang terbesar terdapat di Pulau Kalimantan. Berdasarkan data provinsi, luas lahan alang-alang yang terbesar terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tabel 3 : Persebaran lahan alalg-alang setiap propvinsi dan pulau di seluruh Indonesia. tahun 1994

-

-

suュ。i・ョッBGセ@

Riau

SUmatera Barat

_.

SUmaIeno_

.-.

...

-""

Jawa Barat

_T

...

_r"""

""

..

Kalmantan Barat

-Kallmarun T engah

Kalimantan &!Iatan

Kalimantan l1mI.I'

Suizw...r

... 5eIatan

_T ...

SulawesI Tenggara SulawesllJlara

_T_

...

NuN Tengglra Barat

Nusa Tanggwa l1nU' l1mo<T'mu<

-Bogor (1992)

2.12$.250 155.625 591.250 116.875 143.125 83.750 708.375 45.000 221.250

.

...

51.250

'>500 131.875 .2.1J3.500 929.750 142.500 525.000 596.250 ... 725 448.375 205.600 653.750 1030.375

pセi@ Luu unn

AIM&-.a.ng

Terhadap L .... lndo . . .

""

1,11

セ@

..

',14

'."

r)

Tertalu kedl untuk didelmiasi pada

peta

skala 1:2.500.000.

Perluasan areal pertanian merupakan salah satu upaya untuk menyediakan kebutuhan pangan penduduk. Upaya tersebut akan terlaksana apabila masih tersedia areal yang

berpotensi

untuk dikembangkan. Salah satu potensi areal yang pertu dipertimbangkan untuk pertuasan areal pertanian ke depan. _lah lahan alang-alang (Sitorus 2003). Justifikasi penIIngnya alih-guna !ahan alang-alang untuk perluasan areal pertanian adalah

sebagai

berikut :

2.1.1. Kecenderungan penurunan luas lahan pertanian.

(186)

8

produktif

yang

dikonversi untuk penggunaan non pertanian. Lahan-lahan

pertanian pads umumnya dan lahan sawah pada khususnya berkurang relatif

cepat tanpa diimbangi dengan pengembangan lahan yang seimbang, terutama di

sekjtar kota-kota besar baik di Pulau

Jawa

maupun di liar Pulau

Jawa.

Profil

kepemilikan lahan pertanian di Indonesia, adalah kepemilikan kurang dan 1 ha

(84 %) yang terdirt dart ォ・ー・ュセゥQ\。ョ@ lahan kurang dart 0,1 ha (43%), kepemilikan lahan 0,1 - 0,49 ha (27 %) kepemilikan lahan 0,5 - 0,99 ha (14%), Kondisi kepemili1<an lahan yang tidak proporsional tersebut menambah buruknya profil kepemilikan 1ahan di Indonesia dengan menyusutnya lahan sawah seluas 30.000

ha - 50.000 ha per tahun yang dialih-guna untuk pemanfaatan non pertanian (Sadjad

et

ai, 1977), Pada period. tahun 1981 - 1999, telah エ・セ。、ゥ@ konve!Si lahan sawah ke penggunaan non pertanian seluas 1.627.514

he

dengan luasan

sekitar

1 juta ha di antaranya di Pulau Jaws (Irawan

et

ai,

2001),

2.1.2.

Kebijakan moratorium kehutanan.

Sejak tahun 2001, Departernen Kehutanan tetah mengeluarkan kebijakan

moratorium kehutanan dengan membentuk 3 (tiga) kelompok kammen, yailu (1) membentuk suatu

Inter Departmental Committea on

Forestry

(IDCF); (2) melanjutkan perumusan Program Kehutanan Nasional (PKN); (3) mengambil

tindakan dengan segera untuk menanganl isu-isu aktual

yang

diajukan oleh

ConsuNative Group on Indonesia

(CGI) yang dipimpin oIah Bank Dunia,

Komitmen tindakan pemerintah Indonesia yang telah dicantumkan antara lain

mengevaluasi kebijakan konversi hutan dan menunda semua konversi hutan

alam sampai PKN disetujui (World Bank 2001),

2.1.3.

Dukungan fasilitas dan infrastruktur di daerah lahan alang.alang.

Pada umumnya lahan alang-alang merupakan bukti pemah adanya usaha pertanian yang dilakukan manusia di atas iahan tersebul Dalam upaya

untuk memenuhi kepertuan bahan pangan, penduduk menebang hutan.

membakar serasahnya, mengolah dan menyiapkan セョ@

yang

terbuka

untuk

ditanami dengan berbagai jenis tanaman pangan yang dikehendaki. Manurut

Adiningsih dan Mulyadi (1992 ) pemanfaatan lahan alang-alang untuk periuasan areal pertanian jauh lebih murah

dan

pads membuka hutsn. Seiain itu di daerah
(187)

9

2.1.4. PotenSi lahan alang-alang untuk perluasan areal pertanian.

Menurut BPS (2001) luas lahan alang-alang termasuk padang rumput dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 11,9 juta ha. Soekardi at af. (1992) memperkirakan terdapat sekilar 7.413.175 ha lahan alang-alang yang dapat tumbuh hampir di seluruh ordo tanah dan terdapat pada berbagai saluan fisiografi. Luas lahan alang-alang berdasarkan orda tanah dan fisiografi di Indonesia ditampilkan pada Tabel4.

Tabel4:

luas

lahan slang-slang berdasarkan ordo 'anah dan fisiografi di

Ordo tanah Entisols Vertisols loceptisols Andisols Altisols Moltisols Ultisols I I 429.325 23.750 1.115.000 956.250 446.225 75.625

96.250 2.500 528.075 47.400 71.150 1.314.750 869.950 3.745.925 250.000 325625

50.000 50.525 100.525 46.875 162.500 209.375 1.193.750 2.150.000

Menurut Mulyani et al. (2003), lahan alang-alang yang sesuai untuk penuasan areal pertanian dimungkinkan pada daerah-daerah yang bentuk wilayahnya datar - berombak dengan lereng 0 - 8 % dan di beberapa tempat yang bergelombang dengan lereng 8 - 15 %, kedalaman tanah 50 em atau lebih, lekstur tanah bervariasi dari liat sampai lempung berpasir, pH tanah masam sampai agak masam dan tidak ada batuan pada kedalaman 30 em.

Tingkat kesuburan tanah yang rendah, seperti rendahnya kandungan hara N.P.K dan bahan organik, Koefisien Tukar Kation atau kejenuhan basa serta tingginya kejenuhan alumunium, tidak dijadikan faktor pembatas utama, karena dalam penilaian kesesuaian lahan diasumsikan lahan akan diperbaiki dengan input pemupukan sedang sampai linggi sesuai kandungan hara masing-masing (Mulyani et ai, 2003).

(188)

10

olang-alang P1, P2, dan P3 dalam peto skala 1 :50.000 doli Puslillanok ditampilkon pads Tabel5.

TabelS: Luas lahan alang-alang yang tersedia untuk perluasan areal pertanian

di 13 provinsi.

Jumlah Lahan alang-alang untuk perluasan TOIaI Provinsi lembarpeta

.,

pertanian {Ha) (Ha)

P2 P3

Sumbar 0 17.931 1.297 19.226

Riau 11 47.113 108.893 134.911 290.917 Jambi 11 36.310 11.548 18.718 66.576

Sumsel 4 34.645 8.910 670 43.825

BengkukJ 7 36.206 4.222 40.428

Lampung 0 75.921 75.921

Kalba, 12 111.855 67.370 179.225

KaRe"" 4 25.268 25.268

Kaltim 7 4.519 50.610 55.129

Kalsel 12 106.409 41.-468 147.877

Jab..- 0 1.953 1.953

NTT 12 16.790 11.029 15.372 43.191

Su_

10 84.065 11.306 95.391

JUMlAH 110 599.205 316.653 169.671 1.085.529

$umber : (Mutyanl

et

。セ@ 2003)

2.1.5. Karalderistik lahan alang-alang.

Pada daerah yang beriklim basah. seperti di Sumatera dan Kalimantan

alang-alang banyak dijumpai pada tanah inceptisols, oxisols, dan ultisols.

Tanah-tanah tersebut umumnya mempunyai tingkat kesuburan rendah yang dicirlkan dengan reaksi tanah masam

sampai

agak masam, kandungan hara P dan K rendah, bahan organik rendah, KTK dan KB rendah sar1a kejenuhan AI sadang sampai tinggi. Pada daerah-daerah beriklim karing seperti di Sulawesi dan NTT olang-along banyak ditemukan pada tanoh

Alfisols,

Vertisols, dan Entisols. Tanah-tanah tersebut pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah Sebih baik, dengan pH tanah netral sampai agak alkalis (Mulyani

et

al. 2003).
(189)

11

Tabel6: Tanah-tanah yang ditumbuhi alang-alang di 13 provinsi lokasi penelitian Puslittanak

...

Ordo Tanah G<eatG<oop T If'Igkat Kesuburan Tanah

...

Inc:epIIsoI&. lJIIsoII. AncisoII [)ysImpept&. セL@

...

...

HapIohUmUItS, Hapludands

---.

"",, IncepIIsoII. l.IIIsoIs. 0xis0Is

-.-

----

Rend . .

...

HitosoI&, EnIIsoIs. Inceptisols. HapIohemilt, HaplosapriStS.

Jambi l/dItkN8nlS, Dystropepts. HapludultS, Rendah • tlnggi

"""""

セ@

-Tropaquepts. Oystropepts.

...

Inceptlsols, MoIIisoIS, 0xis0Is DyabalClepts. HUiiibopepts, r・ョ、。ィMセ@

HapkJdoIII. HaplWox

...

IncepIIsoIs, lJIIiIoIs. 0xis0Is DystrpeptI. Hapludults, HapkJdoX

...

'-'"

"""'"

セ@

...

Epi8qUepIB. O)1.mopepts. PaIeuc\uIlS,

Ka_ Incaptisoll. UIIIsoIs,

-

...

...

SpodoIoIs. Histosols, 0xI&0II HapIohemist. HaplotJJmods,

--"""'"

1naIptisoIs. UIII&oI&, 0xIs0Ia

--

0)0Itr0pepIs, Eutropepts, HapkJclUIts. Rendah - sedang

""-

... a...

PIinIudub,

--

Kandludulla, Kandludox.

--

...

""""

-

Enti5oIs, 1nceptIIoIs, IJItisoIs,

--.

F'IIttIuIda, HapIorthodI Rendah - sedana

...

l/ItIsoIs, AlfIsols, Incepti&oIs HapIUttu/II. PaletlumlAls, Hapludols. Rendah - sedang

Tropaqueptl. Eutropepts. Oytropepts VertI&oIa, MoIIsoIs, AIIiaoIs,. HaplUstaIls. Paleustalfs, Agritmolls.

JaIIm

...

PaIeullBrtl. Chromusterts

--

...

NIT EntIIoII. InceptisoII. MoIIIoIs, lIsliI'AN8nt&, IJstropepIa, HaphIltOl', ThoIII

V""""

EntIaoIa,

--hoepIiIoII, Alfisols,

_

...

..-.

V_ """'"

[)ystIopepts. KarhIJIIlxIalfll, Rendah -linggi

セh。ーャj、セ@

Sumber: (Mulyani et aI. 2003)

Walaupun lahan alang-alaog tergolong kurang subur. namun berdasarkan

beI1>agai hasll

penelitian

terlihal

bahwa

lahan aiang-alang dapa! dijadikan lahan pertanian produktf dengan bebarapa masukan yang memadai. Berbagai

teknoIogi pemanfaatan lahan slang-aiang yang meliputi pembukaan lahan,

rehabilitasi. konservasi. dan produksi untuk tanaman pangan, peli(ebunan, pakan

temak dan usahalani terpadu lelah tersedia (Puslillanak 1992). 2.1.6. Alang-alang

(190)

12

mendominasi daerah-daerah bukaan baru bekas hutan, samak belukar, dan areal pertanaman yang tidak dipelihara secara intensif (Suryaningtias et al.

1996).

Dalam usaha pertanian, rumput alang-alang disebut sebagai 9ulma karena memberi efek

negatif

terhadap tanaman budidaya, yaitu menghambat pertumbuhan. Alang-alang mengandung senyawa kimia alelopati yang dapat mematikan tanaman budidaya. Syarat hidup alang-alang relatif mudah yaitu

dapat hidup pada tanah yang

tidak

subur dan sinar mataharl yang cUkup.

2.1.7. Kegunaan alang-alang.

Oalam

suatu

koncIisi tertentu alang-alang tidak dipandang sebagai

gulma,

karens secara ekonomis memberikan manfaat kepada manusia. Oaun alang-slang dimanfaatkan unbJk bahan

atap

rumah, dan rimpangnya kadang-kadang dipakai sebagai

obaI

tradisional, sedangkan daunnya yang relatif masih muda digunakan sebagai bahan makanan temak (Suryaningtiyas

<Jt

aI.

1996).

Dalarn aspek Ungkungan alang-alang

dapat

berperan sebagai gulma yang dapat menekan atau mencegah terjadinya erosi tanah pads daerah-daerah bergelombang sampai curam. Selain i\u alang-alang

juga

dapa! memperbaiki struktur dan siklus hars terutama pads tanah-tanah yang tidak subur. menstabilksn tanah

pads

saluran-saluran air, dan sebagai pengikat tanah berpasir di daerah pantal

dan

gurun. Berdasarkan hasil penelitian JALDA (1999) kegunaan alang-alang antara lain; a) sebagai mekanan temak; b) uotuk kompos; c) uotuk menekan

orosi

lanah; dan d) uotuk

obaI

tradioional.

2.1.8. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan alaOlralang.

Suryaningtiyas et al. (1996) mengemukakan bahwa kerugian ekonomi yang ditimbulkan oIeh alang-alang antara lain; a) mengakibatkan kematian tanaman moda. b) menghambat pertlmbuhan dan menunda masa produksi tanaman tahunan; c) merupakan

pesaing bagi

tanaman

pokok

dalam pemanfaatan unsur hara dan air, terutarna

pacta

musim kering.

2.1.9. Pandangan masyarakat terhadap alang-alang.

(191)

I3

kebmpok masyarakat yang perIu diajak berdiskusi hendaknya mewakili

kelompok-kelompok; 1) ャ。ォセャ。ォゥ@ dan perempuan; 2) e1nik; 3) kaya dan miskin; 4) tUB dan muds; 5) pribumi dan pendatang

baru,

sarta 6) pemilik lahan dan yang tidak memiliki lahan. Ruang lingkup pembicaraan seyogianya mencakup

topik-topik; 1) sejarah padang alang-slang, 2) pemanfaatan alang-alang dan padang alang-alang; 3) perubahan penggunaan lahan alang-alang; 4) peraturan tentang hak-hak penggunaan padang alang-alang; 5) pe_n-perbedaan dalam masyarakat; 6) nnai Iokal alang-atang; 7) produklivitas dan kelestarian lingkungan.

2.1.10. Teknik pemberantasan slang-elang.

cara pemberantasan atang-alang

baik

dengan

cara

manual, me_kania,

vegetatif, biologis dan

Uniawi mengarah

pads pengendalian pertumbuhan

alang-alang.

a, Cara manual.

Pertama-tama alang-alang dibabat dan dibakar dan kemudian lahan

ditanami dengan tanaman pertanian. Pertumbuhan alang-alang akan berkurang

karena temaungi

oIeh

tanaman pertanian. Tenaga

yang

diperlukan untuk

membabal dan membakar

serta

mencabut aka, alang-elang sekitar 168 Hari Orang Kerja pe, helda, (Rahman, 1990). Pemberantasan lahan alang-alang secara manual walaupun relatif dianggap mahal, namun dapat mempertahankan

kondisl tanah, sehingga dapeI menghindari bahaya pencemaran lingkungan akibal penggunaan herbisida

yang

_ n .

b.

Cara mekanis.

Pemberantasan alang-eJang secara mekanis dapat dilakukan dengan

traklo, atau bajak temak. Traktor hanya dapat digunakan pada areal yang tidak terlalu sempit dan datar. PembaJakan dan penggaruan dilakukan dUB kali dengan selang wakiu dua minggu dan kedalaman pembajakan

sekita,

40

an.

Beberapa kelemahan pemberantasan alang-elang secara mekanis antara lain : (1) pengendalian alang-elang tidak bertahan lama; (2) hanya dapat dilakukan pada lahan

yang

luas dan datar, (3) kemungkinan rusaknya

loP

soil.

c. Cara vegetatif.

Cara vegetatif merupakan cara pemberantasan dengan memanfaatkan

(192)

14

tahunan. Jenis leguminosa yang dipakai sebagai tanaman penutup tanah antara

lain: (1) calopogonium mucunoides, (2) Centrosoma pubesen, (3) Pue,.ria ja.anies, (4) Posphocrpus poluslris, (5) Grota/aria spp, (6) Stylosanthes spp, (7)

Mahagonia macrophylla, dan (8) Mucuna spp.

Tanaman kacang-kacangan penutup tanah dapat digunakan untuk

menghambat pertumbuhan dan perkembangan aiang-alang. T anaman tersebut

umumnya bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan alang.-alang. Untuk

menghambal pertumbuhan alang-aiang, sebaiknya dipiHh tanaman yang cepa!

tumbuh.

Jika

tanama" panga"

yang

aka"

segera

ditanam, maka dipilih varietas

tanaman penutup tanah yang berumur pendek sekitar 3 - 4 bulan, misalnya

Mucuna

spp.

Kaclangkala dipertukan tanama" penutup

tanah

dengan

spesies

yang berumur

Jebih

panjang,

seperti

Centrosema

atau

Pueraria.

Keuntungan lain yang diperoteh

dan

penggunaan tanaman penutup tanah

adalah : (1) meningkalkan bahan organik tanah, karena tanaman penutup tanah mampu menghasilkan biomass yang banyak sorta berfungsi sebegai pupuk hijau dan mulsa, (2) memperbaiki strukiur tanah, (3) meningkalkan unsur N tanah melalui proses penambatan N dari udara, (4) mengawell<an tanah karena dapa!

mencegah erosi dari percikan air hujan, dan melindungi

serta

mempertahankan

kelembaban tanah, (5) dapa! dima_n sebagai pakan ternak dan (6) dapa! mangurangl bahaya kebakaran.

d. cars kimiawl.

Pemberantasan alang-alang secara kimiawl dangan menggunakan herblsida merupakan a _ lerakhir bila cam lain

tidal< efeIdif

untuk menekan pertumbuhan alang-alang.

2.1.11. Pernanfaatan alang-alang.

Pamanfaatan

komoditas

alang-alang dari yang lalah dibarantas tersebut, antara lain untuk : (1) makanan temak, (2) bahan baku

kompos,

(3) rsbuk kandang temak, (4) mereduksi

erosi

tanah, (5) atep, (6) obal tradisicnal (JALDA

1999).

a. Penggunaan alang-alang untuk pakan ternak.

Daun alang-alang yang muda dapa! langsung dijadikan makanan tarnak,

sedangkan aJang-alang kering dan rumputan lain dicampur untuk dijadikan

(193)

15

b. Penggunaan slango-slang untuk bahan baku kompos.

Prosedur pembuatan kompos ditampilkan pads Gambar 2. Bahan-bahan

yang digunakan antara lain: (1) kerangka kayu berukuran par"1ang 2 m x lebar

1,5 m x tinggi 0,5 m, (2) penu1up lapisan/tumpukan kompos berupa lembaran

plastik

wama

hitam. daun pisang atau daun nipah, (3) bahan baku

kompos

berupa alang-alang, daun dan batang jagung serta kedelai, (4) kotoran

sapilkambinglayam, dolomit dan air.

<

y=="

>.'--i

セ@

Isbn Bahan Baku

"""-"

7

Padatkan Oengan Menggooakan Kald

l

" " ... oengonAA

7

f,.:i:.;

[

Gambar2 Sumbef

Prosedu' Pembuatan Kompos : (JAlDA 1999)

PMih Areal Yang

]

_

....

20

em

PerlapisM

I

Dalam kerangka kayu dibuat 1umpukan alang-alang se1ebal 20 em, yang

diseling tiap 5 an dengan lapisan kotors" temak. AW disemprotkan. tumpukan

dipadatkan dan ditaburi dengan kotoran temak, Setelah pembuatan lapisan

alang-alang selesai, kerangka kayu diangkal Jika ferman1asi berjalan dengan baik, di tangah tumpukan kompos

temperatumya

sekitar 50 -

60"

C. Kompos siap dtgunakan setelah berumur 3 bulan.

c.

Penggunaan 。ャ。セャ。ョァ@ untuk rabuk kandang

temak.

T aburkan alang-alang dan sis.sisa tanamsn di atas kandang tarnak. Cara merabuk dilaksanakan dengan; (1) menggali salura" sedalam 30 - 50 em di

bawah

kandang

temak, (2) membuat tangki cairan manure untuk menampung

urine hewan keluar

dati

kandang temak, drainase

per1u

diupayakan agar dapat berfungsl dengan baik, (3) mencegah temak dan kotoran.

Keuntungan atau nilai tambah menggunakan kompos dan rabuk kandang

(194)

16

bahan organik menjadi tanah yang sesuai untuk usaha pertanian; (2) menghernat pupuk kimia; (3) membuat tanah tebih remah, sehingga membantu akar tanaman untuk menyerap unsur hara; (4) meningkatkan resistensi tanaman terhadap

ー・ョケ。ォセ@ dan kerusakan oleh serangga; (5) meningkatkan kualitas tanaman; (6) menekan

erosi

tanah; (7) mempercepat pengolahan tanah, karena tanah lebih gembur. Oosis optimum

yang

dtgunakan untuk membuat tanah lebih gembur sekitar

5,9

ton kompos per hektar.

d. Penggunaan alang-alang untuk atap.

A1ang-alang yang sudah tua dapa! dimanfaatkan untuk atap rumoh, kandang temak dan tungao. Tidak jarang alang-alang dipakai

atap

sebagai pelindung dari panas matahari dan hujan. Oi Pulau Bali dan Provinsi NTB alang-alang dipakai sebagai atap cotage.

2.2.

Anallsls SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi

organisasi. Analisis ini didasarkan

pads

Iogika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)

dan

peluang (oppotlunilies), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness)

dan ancaman

(thf&8tS). Peneiitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan ekslemal. Kedua faktor tersebut, seyogianya dipertimbangkan dalam analisis SWOT, yang membandingkan antara faktor _mal peluang (oppotIunfties) dan ancaman (thte8ts) dengan faklor inemal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) (Rangkuli, 1997).

Gambar

Gambar 1  Sumber  .  - ........ •  Pwii .... セ@- T _ _  _ .......... .---....  •  Pwiull
Tabel  3  :  Persebaran  lahan  alalg-alang  setiap  propvinsi dan  pulau  di  seluruh  Indonesia
Gambar  3:  Diagram SWOT
Gambar  6:  Sildus Infonnasi  (Eriyatno 1999)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keunikan dari The Roll Rainbow Cake ini sendiri adalah bolu gulung yang di dalamnya terdapat whip cream dengan potongan buah segar agar menambah ciri khas

Penampakan Visual Composite Biofiber Textile pada Proses Pemintalan Basah Composite biofiber textile yang dibuat dengan bahan dasar kitosan 10% dan penambahan polivinil alkohol

VLVZD PHPDVXNL VHEXDK µ Epic Intro ¶ yang berhubungan dengan Humanity Hero dan Narrative. Pada akhir fase Discovery , dimunculkan Free Lunch berupa bonus XP. Kemudian alur

Telah disampaikan penyelesaian numerik dari persamaan KdV, sebagai mo- del dari perambatan gelombang interface pada sistem dua fluida dengan batas atas dan bawah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan menara BTS yang ada di Kota Kendari mempengaruhi kondisi wilayah, yaitu penggunaan lahan semakin meningkat,

Berdasarkan hasil uji validasi booklet tentang gaya hidup hedonisme kepada ahli materi, ahli media, dan calon pengguna dalam proses pengembangan dapat ditarik

Mengkaji faktor dominan diantara jaringan jalan, bentuk penggunaan lahan dan sebaran fasilitas umum yang berpengaruh terhadap fenomena perbedaan harga lahan di pasaran dengan

Harapan saya untuk SD Negeri Debong Tengah 2 yaitu selalu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan semoga Unnes menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas