• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Pasien TB PARU Tentang Pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskemas Langsa lama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Pasien TB PARU Tentang Pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskemas Langsa lama"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Oleh

Muhammad Nasir NIM : 121121024

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Muhammad Nasir NIM : 121121024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang Pencegahan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

Muhammad Nasir NIM 121121024

(3)
(4)

iv Judul Penelitian Nama Peneliti NIM Program Tahun : : : :

Pengetahuan dan Sikap Pasien TB paru tentang Pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Muhammad nasir

121121024

Sarjana Keperawatan (S.Kep) 2014

Abstrak

Tingginya angka penyakit TB paru didaerah Kota langsa terutama di Wilayah Kerja Puskesmas langsa lama dari tahun 2012-2013 bertambah dari jumlah 22 pasien bertambah menjadi 33 pasien, hai ini diakibatkan rendahnya sikap serta pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan dan pencegahan TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pasien TB paru tentang pencegahan TB paru di wilayah kerja puskesmas langsa lama tahun 2014. Penelitian ini bersifat Deskriptif, Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien di Puskesmas langsa lama Tahun 2013, sebanyak 33 pesien. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah divalidkan dan reabilitas menggunakan uji K-R 21 dan uji cronbach alpha. Hasil penelitian dari 33 responden yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama menunjukan mayoritas mempunyai pengetahuan cukup sebanyak18 responden (54,5%), dan variabel sikap menunjukan mayoritas mempunyai sikap yang positif sebanyak 20 responden (60,6). Disarankan pada petugas kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, dengan informasi pentingnya pencegahan penularan Tuberkulosis terhadap keluarga dan masyarakat, agar tingkat pengetahuan dan sikap semakin meningkat dengan itu penyakit menular TB paru dapat dihentikan penularannya sehingga dapat tercapai Indonesia sehat 2015.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan TB paru

(5)

Department Year

: :

Bachelor of Nursing 2014

Abstract

The high rate of pulmonary tuberculosis patients in Langsa especially in working area of Public Health Center of Langsa Lama since 2012-2013 increased from 22 patients to 33. It is due to lack of attitude and knowledge about the treatment and the prevention of pulmonary tuberculosis. The research is aimed at finding out the knowledge and the attitude of pulmonary tuberculosis patients about the prevention of pulmonary tuberculosis in the working area of public health centre of Langsa Lama in 2014. This is a descriptive research. The population for this research is all patients in Public Health Centre of Langsa Lama in 2013, as many as 33 patients. The data is collected by using a valid and reliable questionnaire by using K-R 21 test and cronbach alpha test. The results of the research which was done in working area of Public Health Center of Langsa Lama showed that majority of the people have enough knowledge as many as 18 respondents (54.5%) and variable of attitude showed that majority of the people have positive attitudes as many as 20 respondents (60.6). It is recommended to the health workers to be able to provide an effective and efficient health service, give information that the prevention of tuberculosis is very important towards families and society, So the level of their knowledge and attitude will increase. So the transmission of pulmonary tuberculosis can be stopped and Indonesian dreams to achieve Healthy Indonesia 2015 can be reached.

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Pengetahuan dan Sikap Pasien TB paru tentang Pencegahan TB di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Lama ”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Keperawatan Sumatera Utara 3. Rika Endah Nur Hidayah, S.Kp, M.Pd selaku pembimbing akademik

keperawatan.

4. Lufthiani, S.Kep. Ns. M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji 1 dan Fatwa Imelda, M.Biomed yang telah banyak memberikan kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Ayahanda Halidar Darwis dan Ibunda tercinta Adawiyah terima kasih atas

semua dukungan, do’a dan kasih sayangnya selama ini.

(7)

mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat saya (Almudatsir, Ifan, Ilham, Mula, Efendi, Asmadi, Rahmat Maruli, Zulpan, Andreas, Asnil, Oji) yang selalu menyemangati saya, dan 10.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun sangat

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2014

(8)

viii DAFTAR ISI Halaman

Halaman Judul………....………...…………...…...……...

Halaman Pernyataan………..

Halaman Pengesahan... Abstrak... Prakata………. Daftar Isi... Daftar Skema... Daftar Tabel... I ii iii iv vi viii x xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 7

3. Tujuan Penelitian ... 7

3.1. Tujuan Umum ... 7

3.2. Tujuan Khusus... 8

4. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 9

1.Tuberculosis Paru... 9

1.1. Definisi... 9

1.2. Etiologi………... 9

1.3. Tanda dan Gejala………... 10

1.4. Komplikasi……… 11

1.5. Pengobatan Pada TB Paru ……… 11

1.6. Upaya Pencegahan TB Paru………. 14

2.Pengetahuan... 18

2.1. Pengertian... 18

2.2. Tingkatan pengetahuan... 19

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan... 20

3. Sikap... 24

BAB III KERANGKA KONSEP... 26

1. Kerangka Konsep... 26

2. Defenisi Operasional... 27

BAB IV METODE PENELITIAN... 28

1.Desain Penelitian ... 28

2.Populasi dan Sampel... 28

3.Lokasi Dan Waktu Penelitian... 29

4.Pertimbangan Etik... 29

5.Instrumen Penelitian... 30

(9)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 1.Deskripsi Penelitian... 35 2.Hasil Penelitian... 36 3.Pembahasan ... 38

BAB VI PENUTUP 44

1.Kesimpilan... 44 2.Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Kuesioner Penelitian

Surat Penelitian dari Kampus

Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Surat KEPK Keperawatan

Data Penelitian

Surat Validitas Kuesioner Hasil Uji Reabilitas Tabel Master

(10)

x

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1 Konsep Kerangka Penelitian……... 26

(11)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi ……… 36

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Tahun 2013…………

37

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa BaroTahun 2013………..

(12)

iv Judul Penelitian Nama Peneliti NIM Program Tahun : : : :

Pengetahuan dan Sikap Pasien TB paru tentang Pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Muhammad nasir

121121024

Sarjana Keperawatan (S.Kep) 2014

Abstrak

Tingginya angka penyakit TB paru didaerah Kota langsa terutama di Wilayah Kerja Puskesmas langsa lama dari tahun 2012-2013 bertambah dari jumlah 22 pasien bertambah menjadi 33 pasien, hai ini diakibatkan rendahnya sikap serta pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan dan pencegahan TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pasien TB paru tentang pencegahan TB paru di wilayah kerja puskesmas langsa lama tahun 2014. Penelitian ini bersifat Deskriptif, Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien di Puskesmas langsa lama Tahun 2013, sebanyak 33 pesien. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah divalidkan dan reabilitas menggunakan uji K-R 21 dan uji cronbach alpha. Hasil penelitian dari 33 responden yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama menunjukan mayoritas mempunyai pengetahuan cukup sebanyak18 responden (54,5%), dan variabel sikap menunjukan mayoritas mempunyai sikap yang positif sebanyak 20 responden (60,6). Disarankan pada petugas kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, dengan informasi pentingnya pencegahan penularan Tuberkulosis terhadap keluarga dan masyarakat, agar tingkat pengetahuan dan sikap semakin meningkat dengan itu penyakit menular TB paru dapat dihentikan penularannya sehingga dapat tercapai Indonesia sehat 2015.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan TB paru

(13)

Department Year

: :

Bachelor of Nursing 2014

Abstract

The high rate of pulmonary tuberculosis patients in Langsa especially in working area of Public Health Center of Langsa Lama since 2012-2013 increased from 22 patients to 33. It is due to lack of attitude and knowledge about the treatment and the prevention of pulmonary tuberculosis. The research is aimed at finding out the knowledge and the attitude of pulmonary tuberculosis patients about the prevention of pulmonary tuberculosis in the working area of public health centre of Langsa Lama in 2014. This is a descriptive research. The population for this research is all patients in Public Health Centre of Langsa Lama in 2013, as many as 33 patients. The data is collected by using a valid and reliable questionnaire by using K-R 21 test and cronbach alpha test. The results of the research which was done in working area of Public Health Center of Langsa Lama showed that majority of the people have enough knowledge as many as 18 respondents (54.5%) and variable of attitude showed that majority of the people have positive attitudes as many as 20 respondents (60.6). It is recommended to the health workers to be able to provide an effective and efficient health service, give information that the prevention of tuberculosis is very important towards families and society, So the level of their knowledge and attitude will increase. So the transmission of pulmonary tuberculosis can be stopped and Indonesian dreams to achieve Healthy Indonesia 2015 can be reached.

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama dikenal masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikan TBC dapat disembuhkan dengan memakan obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya (Misnadiarly, 2006).

Penyakit TBC muncul kembali ke permukaan dengan meningkatnya kasus TBC di negara-negara maju atau industri pada tahun 1990. Pada tahun 2007, di seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3 juta kasus meninggal. TBC umumnya menyerang golongan usia produktif dan golongan sosial ekonomi rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya manusia yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Negara (Notoatmodjo, 2007).

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pada pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Salah satu bagian dari pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan pemberantasan penyakit menular tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang masih tetap menjadi masalah kesehatan yang penting diberbagai belahan dunia (Djitowiyono, 2008).

(15)

Badan Kesehatan Dunia/WHO (World Health Organization) memperkirakan dewasa ini terdapat sekitar 1700 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (dari hasil uji tuberculin positif) dari jumlah tersebut ada 4 juta penderita baru dengan basil tahan asam (BTA) positif ditambah lagi 4 juta penderita baru dengan BTA negatif. Jumlah seluruh penderita TB di dunia sekitar 20 juta orang dengan angka kematian sebanyak 3 juta orang tiap tahunnya yang mana merupakan 25 persen dari kematian yang dapat dicegah apabila TB dapat ditanggulangi dengan baik (Gklinis, 2004).

Di kawasan Asia Tenggara, data WHO menunjukan bahwa TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga negara dengan jumlah penderita TBC terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah ini. Indonesia berada di bawah India, dengan jumlah penderita terbanyak di dunia, diikuti Cina di peringkat kedua (Suronto, 2007).

Setelah hampir 10 tahun menduduki peringkat ke-3 dunia untuk jumlah penderita Tuberkolosis, pada tahun 2011 ini Indonesia turun peringkat ke-5. Penurunan peringkat ini termasuk salah satu pencapaian target MDGs tahun 2010 khusus untuk TB. Menurut Menteri Kesehatan Endang R.Sedyaningsih, di tahun 2010 jumlah penderita TB di Indonesia mencapai sekitar 300 ribu kasus. Sementara jumlah kasus yang meninggal berjumlah 61ribu jiwa atau 169 orang perharinya (Tempo, 2011).

(16)

3

usia produktif (15 - 49 tahun), separonya tidak terdiagnosis dan baru sebagian yang tercakup dalam program penanggulangan TB sesuai dengan rekomendasi WHO (Gklinis, 2004).

Tingginya angka kematian akibat TB Paru diakibatkan oleh kurangnya kontrol masyarakat terhadap pengobatan TB paru yang disebabkan rendahnya sikap serta pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan TB Paru (Suronto, 2007).

Pengembangan program pengendalian penyakit TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse Chemotherapy) sampai tahun 2008 telah dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota, pelaksanaan program penyakit TB sampai tahun 2008 telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk menjadi 104/100.000 penduduk (Profil Dinkes Provinsi Aceh Tahun 2009).

Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015, menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, sedikitnya 70% kasus TB Paru dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan sedikitnya 85% tercapai succes rate. DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung.

(17)

Hasil penelitian Nurul Huda dan Erik (2009) menegenai Hubungan Lingkungan Fisik Dengan Resiko Penularan Penyakit TB Paru Pada Keluarga penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Kandangsapi Kota Pasuruan, dengan hasil penelitiannya menunjukkan beberapa wilayah kerja Kandangsapi pusat kesehatan masyarakat pada tahun 2009 mencatat bahwa 36,36% memiliki karakteristik lingkungan yang sehat, 63,63% memiliki karakteristik lingkungan yang tidak sehat. Dalam keluarga yang menderita 9,09% responden memiliki risiko untuk mendapatkan menular, 90.90% tidak memiliki risiko untuk mendapatkan menular. Dari uji statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara lingkungan fisik terhadap risiko penyakit paru-paru menyebar ke keluarga menderita. Dengan koefisien korelasi <0,000 dengan tingkat signifikan P> 0,05, H0 diterima. Dari penelitian didapatkan bahwa untuk daerah Kandangsapi pusat kesehatan masyarakat faktor lingkungan fisik belum dinyatakan sebagai memiliki resiko penyebaran penyakit paru-paru ke anggota keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi

(18)

5

faktor yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan potensi penularan TB Paru pada keluarga mempunyai nilai p value paling kecil yaitu, p = 0,000. Diharapkan bagi penderita TB Paru untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan berkala untuk membina dan meningkatkan kepercayaan, sikap positif responden, sehingga dengan sikap positif akan terbentuk tindakan dalam pencegahan TB Paru tersebut bagi tempat penelitian dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien terhadap pencegahan potensi penularan TB paru dengan memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara dari penularan dari bakteri dari TB Paru.

Pengetahuan dan sikap juga menentukan perilaku pasien. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu dalam hal pengobatan dan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) yang dilakukan oleh keluarga sangatlah berperan supaya tidak terjadi penularan dalam anggota keluarga lainnya. Akan tetapi penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru) dapat dicegah dengan berbagai cara yaitu dengan hidup sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah raga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius dan hindari stres), bila batuk mulut ditutup, jangan meludah di sembarang tempat serta menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse) (Ferry, 2010).

Puskesmas Langsa Lama mempunyai suatu Wilayah kerja terdiri dari beberapa desa yang didudukinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari

(19)

keterangan koordinator program TB Paru puskesmas langsa lama bahwa ditemukan penderita dengan kasus penyakit TB Paru setiap tahun. Pada tahun 2011 ditemukan 22 penderita yang terdiagnosa penyakit TB paru dan tahun 2012 ditemukan lagi 33 penderita dengan diagnosa yang sama. Selain itu, didapatkan data dari keterangan kepala lingkungan, terdapat warga yang menderita penyakit TB paru yang semakin meningkat di warga saya. Hal ini dikarenakan warga bersikap apatis dan tidak memperhatikan kesehatan dirinya tentang tanda dan gejala yang dialami dan menganggap hal tersebut hanya masalah biasa sehingga warga tidak peduli dalam pencegahan dan pengobatannya. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru, salah satunya yaitu pengetahuan warga tentang penyakit TB Paru yang masih kurang dditandai dengan pola kebiasaaan warga yang merokok, dan karakteristik jalan yang berdebu sehinggan perlu ditingkatkanya pengatahuan, sikap dan tindakan warga terhadap pencegahan TB paru.

(20)

7

dengan penderita TB paru, hal ini disebabkan karena pengetahuan yang kurang mendukung terhadap pola hidup sehat. Sikap anggota keluarga yang tidak menasehati kepada pasien agar tidak meludah sembarangan masih sering terjadi, artinya lebih banyak dibiarkan pasien TBC meludah sembarangan. Gambaran kondisi tersebut perlu adanya dilakukan pendidikan kesehatan mengenai cara penanggulangan penyakit TBC, sehingga warga Langsa Lama dapat terhindar dari penyakit TBC.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang ” Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di

Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama Tahun 2013”.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah adalah bagaimana Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama Tahun 2013.

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama Tahun 2013.

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien TB paru tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Tahun 2013

(21)

3.2.2. Untuk mengetahui sikap pasien TB tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama Tahun 2013 4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 4.1. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermakna untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik bagian keperawatan komunitas, keperawatan anak naupun di bagian keperawatan Jiwa.

4.2. Praktik Pelayanan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi tentang penanggulangan penyakit TB paru.

4.3. Penelitian Keperawatan

(22)

9 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tuberculosis Paru 1.1. Definisi

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajad rendah, nyeri dada dan batuk darah (Mansjoer, 2001).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Sylvia, 2005). Tuberculosis adalah contoh lain infeksi pernafasan bawah, penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus (Corwin, 2000)

Berdasarkan defenisi diatas, maka Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Tuberculosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

kuman “Mycobakterium Tuberculosis” dengan gejala khasnya berupa batuk

lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum. 1.2. Etiologi

Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis yaitu kuman batang aerobik dan tahan asam yang merupakan organisme patogen maupun saprofit.Ada beberapa mikobakteri patogen,tetapi hanya strain bovin yang

(23)

patogenik terhadap manusia.basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada sel darah merah (Wilson,2006).

1.3. Tanda Dan Gejala

Keluhan dan gejala pada penderita tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala lokal diparu dan keluhan pada selurh tubuh secara umum. Keluhan diparu pun akan banyak tergantung pada jaringan paru yang sudah rusak karena teberkulosis ini dan bagaimana bentuk kerusakan yang ada.

Harus diketahui pula bahwa tidak ada keluhan yang khas untuk tuberkulosis. Artinya keluhan-keluhan yang ada bisa saja menyerupai keluhan pada penyakit lain. Batuk misalnya, memang dapat terjadi pada tuberkulosis tetapi dapat terjadi juga pada penyakit flu biasa (Tjandra, 2002).

Menurut Depkes RI (2009) tanda dan gejalanya diantara lain: a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih. b. Batuk bercampur darah.

c. Sesak nafas dan nyeri dada. d. Badan lemah.

e. Nafsu makan berkurang. f. Berat badan turun.

g. Rasa kurang enak badan (lemas). h. Demam meriang berkepanjangan.

(24)

11

1.4. Komplikasi

Setelah terjadi infeksi melalui saluran napas, di dalam gelembung paru (alveoli) berlangsung reaksi peradangan setempat dengan timbulnya benjolan-benjolan kecil (tuberkel). Sering kali sistem-tangkas tubuh yang sehat dapat memberantas basil dengan cara menyelubunginya dengan jaringan pengikat. Infeksi primer ini lazimnya menjadi abses “terselubung” (incapsulated) dan berlangsung tanpa gejala hanya jarang disertai batuk dan napas berbunyi.

Pada orang-orang dengan sistem-imun lemah (anak-anak, manula, penderita AIDS) dapat timbul radang paru hebat. Basil TBC memperbanyak diri di dalam makrofag dan benjolan-benjolan bergabung menjadi infiltrat yang akhirnya menimbulkan rongga (caverna) di paru-paru. Bila kemudian terjadi hubungan antara paru-paru dan cabang bronchi, maka terjadilah TBC terbuka (tuberculosis cavernosus) dengan adanya basil di dahak (sputum). TBC terbuka ini berbahaya sekali. Walaupun hanya bercirikan batuk kronis, tetapi bersifat sangat menular. Penderita dengan kondisi seperti itu merupakan sumber merajalelanya TBC dengan mendadak di sekelompok masyarakat. Hal ini terjadi lebih kurang 10% dari semua infeksi.

1.5. Pengobatan Pada Tuberculosis paru

Penderita TBC dapat diobati dengan pemberian antibiotik oleh dokter. Pengobatan secara teratur selama 6-12 bulan dapat mencegah TBC kambuh lagi. Penyakit TBC merupakan penyakit menular. Oleh karena itu, pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan

(25)

penderita TBC. TBC dapat menular misalnya melalui dahak penderita TBC yang secara tidak langsung terhirup manusia yang sehat. Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-tindakan pencegahan selayaknya untuk menghindarkan infeksi tetes dari penderita ke orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu tangan atau kertas tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan lysol atau dibakar. Bila penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan bicaranya. Ventilasi yang baik dari ruangan juga memperkecil bahaya penularan. Selain itu pengobatan TB paru lebih di utamakan dalam pengobatan medikamentosa diantaranya adalah dasar terapi medikamentosa TB :

1) Kombinasi: minimal dua macam tuberculosis. 2) Kontinue: makan obat setiap hari.

3) Lama : berbulan-bulan/ tahun.

4) Bila obat pertama sudah diganti, dianggap telah resisten terhadap obat tersebut.

5) Semua obat sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal (kecuali pirazidinamid)

6) obat pertama : tuberkulostatika yang dipakai adalah: Obat-obat primer (first line drugs) :

(26)

13

4) Streptomisin 5) Pirazidinamid

Obat Alternatif (second line drugs) : 1) Keptromisin

2) Sikloserin 3) Etionamid 4) Viomisin 5) kanamisin Alternatif Drugs

1) PAS (para amino salcylic acid) 2) Tioasetazon.

Sekarang banyak yang dianut terapi jangka pendek, yaitu: 1) INH + rifampisin plus salah satu dari:

2) Streptomisin 3) Etambutol 4) Pirazinamid

Diberikan setiap hari selama 1-2 bulan,dilanjutkan dengan: INH plus salah satu dari :

1) Rifampisin 2) Etambutol 3) Streptomisin

Diberikan 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan dengan demikian, lamanya pengobatan 6-9 bulan.

(27)

1.6. Upaya pencegahan TB paru

Menurut Jack (2010) upaya pencegahan TB paru, Yaitu: 1. Makan cukup Gizi setiap hari.

2. Bekerja tidak terlalu berat. 3. Istirahat cukup dan teratur.

4. Vaksinasi / Imunisasi BCG kepada bayi 0- 3 bulan.

5. Usahakan agar sinar matahari dapat masuk setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari.

6. Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur.

7. Setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan ventilasi unutk pertukaran udara.

8. Menjemur kasur, bantal secara teratur.

9. Luas rumah mencukupi sebanding dengan jumlah penghuni. 10.Rumah sehat dapat mencegah penularan penyakit TBC.

Menurut jurnal dari kompas (2012) dalam pencegahan penyakit TB paru dilakukan dengan cara sebagai berikut :

10.1. Cara pencegahan penularan penyakit TB adalah:

1) Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan. 2) Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan

(28)

15

3) Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah.

4) Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat. 5) Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.

6) Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya, terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.

10.2. Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB: 1) Meningkatkan gizi.

2) Memberikan imunisasi BCG pada bayi.

3) Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB Paru BTA positif.

Selain itu jika seseorang memilki tbc aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberpa minggu pengobatan dengan obat tbc sebelum tidak menular lagi. Ikuti tips ini untuk membantu menjaga dan mencegah penyakit tbc kepada taman dna keluarga dari infeksi bakteri:

a. Tinggal dirumah . jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur dikar dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk tbc aktif.

b. Ventilasi ruangan. Kuman tbc menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil dimana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruanga

(29)

masih kurang membuka jendela-jendela dan menggunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan luar.

c. Tutup mulut dengan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ketika di diagnosis tb, ini merupakan langkah pencegahan tb secara efektif dan jangan lupa untuk membuangnya secara tepat. Selain pencegahan tbc menyelesaikan seluruh terapi obat sangat baik untuk melawan infeksi sehingga lebih cepat, ini adalah langkah yang paling penting yang dapat diambil untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari tbc. Bila penderita menghentikan pengobatan diri atau melewatkan dosis bakteri tbc memiliki kesempatan untuk mengembangkan mutasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup bahkan jika diberi obat tbc yang paling kuat sekalipun .

Tahap Pencegahan Penyakit TB Paru Berkaitan dengan perjalanan

alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan

pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling

efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan

standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan

pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG

secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi

dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak

(30)

17

Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak

dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak,

(3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan

pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental

2. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan

kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent , Host dan

Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan

aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial,

materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan

indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini

dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala

infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah

kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,

dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif.

Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

3. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai

dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri

(31)

secarapsikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal

pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu.

Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan

untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya

rehabilitasi. Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk

mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut: a. Perkembangan media b. Metode solusi problem keresistenan obat. c. Perkembangan obat Bakterisidal baru. d. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin. e. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel. f. Studi lain yang intensif. g. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.

Bagan 2.1. Pengontrolan Kasus TB paru 2. Pengetahuan

2.1. Pengertian

(32)

19

penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,2007).

Rongers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran),yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. .Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial,orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption,subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian Rongers ini menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap –tahap tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang dicukupi dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

(33)

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,dan dapat menginsterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisa (Analiysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis), menujukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian –bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi(evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Namun demikian dari penelitian Rongers ini menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap –tahap tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Erfandi, (2009) dalam artikelnya mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan.

(34)

21

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

b. Mass media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

(35)

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. d. Ekonomi.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Lingkungan.

(36)

23

f. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

g. Usia.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup yaitu

(37)

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

3. Sikap

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan sebagainya) (Campbell, 1950). Mendefinisikan sangat sederhana, yakni:

An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regarg to

object.” jadi jelas, disini di katakan bahwa sikap itu suatu 24yndrome atau kumpulan dalam gejala dalam merespon stimulus atau objeck, sehinggs sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

(38)

25

Allport dalam Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu: Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. Sikap mempunyai tingkatan diantara lain yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima di artikan bahwa seseorang atau subjeck mau menerima stimulus yang di berikan (objek).

2. Menanggapi (Responding)

Menanggapi disini di artikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang di hadapi.

3.Menghargai (Valuing).

Di artikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atu stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4.Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya. Adalah bertanggung jawab apa yang telah di yakininya.seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil resiko bila ada orang yang mencemooh atau adanya resiko lain.

(39)

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti), kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).

Kerangka konsep penelitian mengacu pada konsep yang dalam penelitian ini didasari oleh teori pengetahuan dan sikap tentang pencegahan Penyakit TB Paru (Notoatmojo, 2007), sementara pencegahan sekunder dan tersier dalam hal ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan TB paru (Jack, 2010).

(40)

27

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tb Paru Tentang Pencegahan Tb Di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Lama

2. Definisi Operasional

N o

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur 1 Pengetahuan

tentang pencegahan TB paru

Segala sesuatu yang diketahui pasien TB paru tentang cara bagaimana penularan atau pencegahan TB paru dapat dicegah

dengan cara

pencegahan sekunder dan tersier

Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan yang berkaitan

dengan

pencegahan TB paru .

Ordinal - Baik - Cukup - Kurang

2 Sikap tentang pencegahan TB paru

Pandangan penderita TB paru yang mempengaruhi

tindakan pasien dalam melakukan

pencegahan TB paru

dengan cara

pencegahan sekunder dan tersier.

Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan yang berkaitan

dengan

pencegahan TB paru .

Ordinal - Positif - Negatif

Sikap

- Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit - Rehabilitasi

Pencegahan TB paru - Positif

- Negatif Pengetahuan

- Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit - Rehabilitasi

Pencegahan TB paru - Baik

- Cukup - Kurang

(41)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif yaitu untuk mangidentifikasi Pengetahuan dan Sikap Pasien TB paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama.

2. Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas, pasien TB paru yang terdaftar dipuskesmas dari bulan januari sampai desember 2012 berjumlah 33 orang.

2.2.Sampel

Sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi, jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Teknik Total sampling yaitu jumlah seluruh pasien TB Paru di wilayah kerja puskesmas langsa lama Tahun 2013 berjumlah sebanyak 33 orang penderita.

(42)

29

kriteria yang sama dengan peneliti sebelumnya, sehingga sampel dalam penelitian ini terpenuhi sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan. 3. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja puskesmas langsa lama pada akhir bulan Oktober tahun 2013 selama 1 minggu. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena tingkat penyakit TB paru di wilayah puskesmas langsa lama meningkat pada tahun 2012, sehingga peneliti ingin mengetahui masalah yang ada dalam masyarakat, khususnya peneliti ingin melihat tentang pengetahuan dan sikap pencegahan TB paru pada pasien. 4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari program Studi Ilmu keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Langsa Lama serta mendapatkan persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU pada tanggal 24 Januari 2014. Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia, maka dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument dan peneliti memusnahkan

(43)

instrument penelitian setelah proses penulisan proposal penulisan proposal selesai. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrument Penelitian 5.1Kuesioner Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Bagian pertama tentang pengumpulan data demografi responden yang meliputi : kode responden, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku, lama menderita.

b. Bagian kedua adalah kuesioner pengetahuan tentang pencegahan TB paru terdiri dari 10 peryataan. Penilaian mengunakan skala Guttman, dengan jawaban benar (skor 1) dan salah (skor 0). Total skor diperoleh terendah 0 yang tertinggi 10.

Berdasarkan rumus statistic menurut Sudjana (2002) adalah Rentang

P=

Banyak Kelas

(44)

31

c. Bagian ketiga yantu sikap tentang pencegehan TB paru yang terdiri dari 10 pernyataan yang terbagi 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif, Penilaian mengunakan skala likert dengan Pernyataan tentang penceghan TB paru, jawaban pernyataan dibuat dengan menggunakan checklist dan diinterprestasi terhadap penilaian yaitu jika jawaban Sangat Setuju diberi nilai 4, Setuju diberi nilai 3 ,Tidak Setuju diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju diberi nilai 1.

Berdasarkan rumus statistic menurut Sudjana (2002) adalah Rentang

P=

Banyak Kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 40 dan 2 kategori kelas untuk menilai sikap yaitu panjang kelas 2 yaitu positif dan negatif. Menggunakan P = 2 dengan nilai terendah 10 sebagai batas bawah kelas. maka dapat dikategorikan sebagai berikut : 10-20 adalah negatif, 21-40 adalah positif.

6. Uji Validitas-Reabilitas 6.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrument (Arikunto, 2002). Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrument yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument yang valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

(45)

Uji validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan para ahli yaitu selain dosen pembimbing yang berhubungan dengan department komunitas. Validitas penelitian ini menggunakan 2 dosen untuk menilai kelayakan dari kuesioner penelitian, uji validitas kuesioner pengetahuan dan sikap yang dilakukan pada dosen departement keperawatan komunitas USU yang ahli dalam bidang TB paru.

6.2. Reliabilitas

Uji reabilitas instrument menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini akan menggunakan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan.

(46)

33

7. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian ini dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU dan peneliti juga mengajukan ijin kepada Kepala Puskesmas langsa Lama.

Setelah mendapatkan surat balasan dari puskesmas tempat penelitian, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data setelah itu peneliti menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediannya untuk terlibat, lalu peneliti meminta responden untuk menandatangani informed consent dan tidak memaksa jika responden tidak keberaratan. Setelah itu respon menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa. Namun, dalam pelaksanaannya peneliti mendapat kendala yaitu droup out, sampel dalam penelitian ini tidak mau menjadi responden peneliti, untuk itu peneliti mengambil sampel ke tempat lain yaitu Puskesmas Langsa Baro berjumlah 5 responden.

8. Analisa data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberpa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS.

(47)
(48)

35 BAB V

HASIL PENELITIAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Langsa Lama diresmikan pada 11 November 2009 dan terletak di Desa Seulalah Kecamatan Langsa Lama. Adapun Visi Puskesmas Langsa Lama dirumuskan berdasarkan potensi sumber daya yang ada, tantangan yang dihadapi serta hasil yang diharapkan pada masa yang akan datang yaitu

”Terwujudnya pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau menuju Langsa

Lama sehat dan Mandiri”.

Batasan Wilayah Kecamatan Langsa Lama disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Kota, disebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur, disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, dan disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur.

(49)

B.Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur responden 36-40 tahun yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang (87,9%), tingkat pendidikan respon sebagian besar tidak sekolah sebanyak 16 orang (48,5%), suku jawa sebanyak 24 orang (72,7%), penghasilan sebagian besar >1.500.000 sebanyak 17 orang (51,5%), lama sakit sebagian besar mengalami 2-4 bulan sebanyak 22 orang (66,7%).

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa LamaTahun 2013 (N=33)

(50)

37

2. Data Variabel Pengetahuan

[image:50.595.121.518.321.394.2]

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pengetahuan penderita Tb Paru tentang pencegahan Penyakit Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama sebagian besar termasuk dalam kategori berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 18 orang (54,5%).

Tabel 5.2.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita TB Paru Tentang Pencegahan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Baik Cukup Kurang 4 18 11 12,1 54,6 33,3

Total 33 100

3. Data Variabel Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sikap penderita Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Baro termasuk dalam kategori Positif, yaitu sebanyak 17 orang (60,6%).

Tabel 5.2.2

Distribusi Frekuensi Sikap Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2013

No Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 2 Positif Negatif 20 13 60.6 39.4

Total 33 100

(51)

C.Pembahasan 1. Pengetahuan

Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap responden di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.2.1 yaitu 11 orang memiliki pengetahuan kurang (33.3%), 18 orang memiliki pengetahuan cukup (54.5%) dan 4 orang memiliki pengetahuan baik (12.1%).

Hal ini berarti bahwa di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama terdapat pengetahuan dengan kategori cukup yaitu responden dapat menjawab pernyataan yang diberikan sebanyak 5-7 pernyataan dari 10 pernyataan yang diberikan dan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 18 responden. Notoatmodjo, (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

(52)

39

Jika dikaitkan dengan data demografi pengetahuan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu pendidikan,umur, pengalaman, sosaial budaya dan ekonomi. Hal sangat besar memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

(53)

Sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa ternyata pengetahuan sangat berpengaruh besar terhadap rantai penularan penyakit TB paru. Hal ini perlu perhatian serius oleh tim kesehatan untuk lebih meningkatkan program pencegahan melalui berbagai macam cara promosi kesehatan, advokasi ke stake holder, peningkatan kerja sama lintas sektoral yang lebih kompherensif dan adekuat, meningkatkan peran petugas dalam melaksanakan strategi DOTS, memberdayakan masyarakat, meningkatkan kemitraan, dan kepada pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan sumber daya manusia, penyediaan peralatan dan perbekalan dalam pencegahan penularan TB Paru.

2. Sikap

(54)

41

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sembiring, Sedar Malem (2013) dengan hasil Penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden diperoleh terbanyak berusia >30 tahun 40 orang (69,0%), Jenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (69,0%), Tingkat pendidikan SMA 30 orang (51,7%), tidak bekerja sebanyak 35 orang (60,3%). Pengetahuan responden berada pada kategori baik yaitu 36 orang (62,1%), Sikap responden pada kategori baik yaitu 54 orang (93,1%). Tindakan responden sebagian besar pada kategori kurang yaitu 56 orang (96,6%).

Perubahan sikap pada pasien sangat membutuhkan waktu yang lama, karena sikap yang sudah lama melekat pada seseorang akan sangat sulit untuk merubahnya. Dalam penelitian ini peneliti mayoritas memperoleh sikap yang positif, hal ini sangat dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan dari tim kesehatan dan media-media informasi serta factor yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan. Lingkungan akan membentuk pola pikir seseorang dalam bertindak, dan lingkungan dapat mempengaruhi pencegahan TB paru. Hal ini sesuai dengan penelitian orang lain yaitu Ruswanto, Bambang (2010) Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan dengan hasil penelitian yang terbukti berhubungan

dengan kejadian tuberkulosis paru adalah; Kepadatan penghuni (ρ=0,003),

luas ventilasi (ρ=0,014), kelembaban dalam rumah (ρ=0,034), suhu udara

dalam rumah (ρ=0,000), pencahayaan alami (ρ=0,003), jenis lantai

(55)

(ρ=0,000), suhu udara luar rumah (ρ=0,000), pengetahuan (ρ=0,005), status

gizi (ρ=0,005), dan kontak dengan penderita (ρ=0,001).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan sehingga berpengaruh terhadap sikap dan tindakan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pandangan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

(56)

43

DOTS, dengan demikian peran serta perawat dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pengobatan dan pencegahan TB paru.

Peneliti berasumsi bahwa penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sembiring sedar malem dengan hasil sama yaitu mempunyai sikap yang positif terhadap pencegahan TB paru dengan indicator sikap positif yaitu respon menjawab pernyataan sikap sebanyak 8-10 pernyataan dari 8-10 pernyataan yang diberikan dan ditandai dengan responden mampu melakukan gaya hidup sehat agar tidak mencegah penyebaran penyakit. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, dengan informasi pentingnya pencegahan penularan Tuberkulosis terhadap pasien, keluarga dan masyarakat.

(57)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian di Puskesmas Langsa Lama, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama yaitu:

1. Pengetahuan penderita Tb Paru tentang pencegahan Penyakit Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama sebagian besar termasuk dalam kategori berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 18 orang (54,5%).

2. Sikap penderita Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Baro termasuk dalam kategori Positif, yaitu sebanyak 17 orang (60,6%).

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menjadi kajian ilmiah dan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

(58)

45

3. Bagi Puskesmas

Hasil Penelitian ini diharapkan bahan masukan bagi Puskesmas dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien serta dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan terutama bagi pasien TB paru.

4. Bagi Penelitian berikutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain untuk mengembangkan ilmu khususnya dalam Hubungan Pengetahuan dan sikap pasien TB paru tentang pencegahan TB di wilayah kerja puskesmas langsa lama.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Abah Jack 2010. TBC Paru, www.medicastore.com diakses pada tanggal 14 Agustus 2013

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakti, Jakarta: Rineka Cipta

---, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta

Aditama, Tjandra, Yoga (2002), Tuberkulosis Paru masalah dan penanggulangannya, UI-Press

Corwin,Elizabeth J,2000.Buku Saku Patofisiologi.EGC : Jakarta

Depkes RI, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta. , 2009, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, www. PDF.com DepKes NAD, 2009, Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2009, www.

PDF.com

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Ferry & Erwin, 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga, diambil pada tanggal 15 April 2013 di www.pdf.com

Gklinis, 2004, Pengobatan TB Paru, Http://www.infecsious.com

Ghea, Rahma. 2011. Hubungan Perilaku Penderita Tb Paru Dan Kondisi Rumah Terhadap Tindakan Pencegahan Potensi Penularan Tb Paru Pada Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya.

diambil tanggal 15 April 2013 dari www.pdf.com

Halim Mubin, A, 2007, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis Dan terapi.EGC : Jakarta

(60)

47

Misnadiarly, 2006. Mengenal, Mencegah, menanggulangi TBC paru, Ekstra paru, Anak dan pada Kehamilan: Populer Obor, Jakarta

Notoatmodjo, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ---,.2003. Pendidikan Dan Perilaku kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Keperawatan, Salemba Medika : Jakarta.

Ruswanto, Bambang (2010). Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. Masters Thesis, Universitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 01 februari 2014 http://eprints.undip.ac.id/23875/ Sembiring, Sedar Malem, 2013. Perilaku penderita TB Paru Positif Dalam Upaya

Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013 http://repository.usu.ac.id/handle/

Smeltzert, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, EGC, Jakarta.

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Siliasi Suronto, 2007. Tuberkulosis, Http://medicastore.com

Smeltzert, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, EGC, Jakarta.

Tempo, 2011. Turun, Peringkat Indonesia Untuk jumlah penderita TB http://www.tempo.co/hg/kesra/2011/02/24/brk,20110224-315793,id.html

(61)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Muhammad Nasir / 1211211024 adalah mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian “Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tb Paru Tentang Pencegahan Tb Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama ”. Peneliti ini merupakan salah satu kegiatan dalam penyelesaian tugas akhir di Fakultas Keperawatan universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jia Bapak/Ibu bersedia, saya memohon kesedian Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan mendatangani lembaran persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Partiasipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersedia sukarela, sehingga bapak/Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Langsa, Juli 2013

Peneliti Responden

(62)

49

PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB PARU TENTANG PENCEGAHAN TB DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LANGSA LAMA TAHUN 2013

I. DATA DEMOGRAFI

1.Kode Responden : ... 2.Umur : ... 3.Jenis kelamin : ... 4.Pendidikan terakhir : ... 5.Suku : ... 6.Penghasilan : ... 7.Lama Menderita :...

II. PENGETAHUAN

Berilah tanda (√ ) pada kolom yang ada disebelah kanan pada masing–masing butir pernyataan dengan pilihan sesuai dengan pilihan saudara, berikut ini pernyatannya :

No Pernyataan Benar Salah

1 Menutup hidung dan mulut bila batuk dan bersin dapat mencegah penularan penyakit TB paru

2 Ketika batuk berdahak harus ditampung dalam pot berisi lisol 5% dan ditutup atau dahaknya ditimbun dengan tanah 3 Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat 4 Kondisi rumah yang bersih, pencahayaan yang cukup dapat

Gambar

Tabel Master
Tabel 5.2.1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam tugas akhir ini berjudul “ Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Orang Tua terhadap Pencegahan TB Paru pada Balita di Wilayah Puskesmas Grujugan

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA5. Dengan

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pasien di wilayah

Tabel 4.2 Sebaran karakteristik determinan eksternal menurut lama rawat inap pasien 31 Tabel 4.3 Hubungan determinan internal dengan lama rawat inap pasien TB paru

lebih dari sebagian (58.3%) responden di wilayah kerja anggut atas Bengkulu memiliki sikap yang negatif. Berdasarkan Sikap responden atau pasien TB Paru di Puskesmas

Hasil penelitian terhadap 53 responden tentang sikap penderita kusta dalam melakukan perawatan diri di Desa Oeltua Wilayah Kerja Puskesmas Baumata menunjukan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap masyarakat tentang TB Paru dan pencegahan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan..

Saat ini saya sedang melakukan penelitian “ Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tb Paru Tentang Pencegahan Tb Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama ”.. Peneliti ini