• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan 1. Pengetahuan

Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap responden di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.2.1 yaitu 11 orang memiliki pengetahuan kurang (33.3%), 18 orang memiliki pengetahuan cukup (54.5%) dan 4 orang memiliki pengetahuan baik (12.1%).

Hal ini berarti bahwa di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama terdapat pengetahuan dengan kategori cukup yaitu responden dapat menjawab pernyataan yang diberikan sebanyak 5-7 pernyataan dari 10 pernyataan yang diberikan dan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 18 responden. Notoatmodjo, (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Muarniasih (2010) di Rumah Sakit Advent Medan, menunjukan bahwa sebanyak (22,4%) responden berpengetahuan baik, berpengetahuan cukup sebanyak (14,4%) dan berpengetahuan kurang sebanyak (63,2%).

39

Jika dikaitkan dengan data demografi pengetahuan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu pendidikan,umur, pengalaman, sosaial budaya dan ekonomi. Hal sangat besar memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

Sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa ternyata pengetahuan sangat berpengaruh besar terhadap rantai penularan penyakit TB paru. Hal ini perlu perhatian serius oleh tim kesehatan untuk lebih meningkatkan program pencegahan melalui berbagai macam cara promosi kesehatan, advokasi ke stake holder, peningkatan kerja sama lintas sektoral yang lebih kompherensif dan adekuat, meningkatkan peran petugas dalam melaksanakan strategi DOTS, memberdayakan masyarakat, meningkatkan kemitraan, dan kepada pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan sumber daya manusia, penyediaan peralatan dan perbekalan dalam pencegahan penularan TB Paru.

2. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden di wilayah kerja Puskesmas Langsa Lama seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.2.2 tentang sikap pasien terhadap pencegahan TB paru yaitu 17 orang memiliki sikap positif terhadap pencegahan TB paru (56.7%), 13 orang memiliki sikap negative terhadap pencegahan TB paru (43.3%).

41

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sembiring, Sedar Malem (2013) dengan hasil Penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden diperoleh terbanyak berusia >30 tahun 40 orang (69,0%), Jenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (69,0%), Tingkat pendidikan SMA 30 orang (51,7%), tidak bekerja sebanyak 35 orang (60,3%). Pengetahuan responden berada pada kategori baik yaitu 36 orang (62,1%), Sikap responden pada kategori baik yaitu 54 orang (93,1%). Tindakan responden sebagian besar pada kategori kurang yaitu 56 orang (96,6%).

Perubahan sikap pada pasien sangat membutuhkan waktu yang lama, karena sikap yang sudah lama melekat pada seseorang akan sangat sulit untuk merubahnya. Dalam penelitian ini peneliti mayoritas memperoleh sikap yang positif, hal ini sangat dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan dari tim kesehatan dan media-media informasi serta factor yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan. Lingkungan akan membentuk pola pikir seseorang dalam bertindak, dan lingkungan dapat mempengaruhi pencegahan TB paru. Hal ini sesuai dengan penelitian orang lain yaitu Ruswanto, Bambang (2010) Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan dengan hasil penelitian yang terbukti berhubungan

dengan kejadian tuberkulosis paru adalah; Kepadatan penghuni (ρ=0,003), luas ventilasi (ρ=0,014), kelembaban dalam rumah (ρ=0,034), suhu udara

dalam rumah (ρ=0,000), pencahayaan alami (ρ=0,003), jenis lantai

(ρ=0,000), suhu udara luar rumah (ρ=0,000), pengetahuan (ρ=0,005), status gizi (ρ=0,005), dan kontak dengan penderita (ρ=0,001).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan sehingga berpengaruh terhadap sikap dan tindakan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pandangan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Peran serta perawat komunitas dalam menyampaikan informasi tentang pencegahan penyakit TB paru sangat signifikan terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat tentang kesadaran dalam merawat diri sendiri dan orang lain dalam rute penularan penyakit Tb paru. Informasi yang diberikan setiap pasien berkunjung ke Puskesmas sangat bermanfaat bagi penderita dan keluarga pasien. Sistem informasi yang baik akan menbantu program pemerintah dalam memberantas rantai penularan TB yaitu program

43

DOTS, dengan demikian peran serta perawat dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pengobatan dan pencegahan TB paru.

Peneliti berasumsi bahwa penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sembiring sedar malem dengan hasil sama yaitu mempunyai sikap yang positif terhadap pencegahan TB paru dengan indicator sikap positif yaitu respon menjawab pernyataan sikap sebanyak 8-10 pernyataan dari 8-10 pernyataan yang diberikan dan ditandai dengan responden mampu melakukan gaya hidup sehat agar tidak mencegah penyebaran penyakit. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, dengan informasi pentingnya pencegahan penularan Tuberkulosis terhadap pasien, keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian di Puskesmas Langsa Lama, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama yaitu:

1. Pengetahuan penderita Tb Paru tentang pencegahan Penyakit Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Lama sebagian besar termasuk dalam kategori berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 18 orang (54,5%).

2. Sikap penderita Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Baro termasuk dalam kategori Positif, yaitu sebanyak 17 orang (60,6%).

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menjadi kajian ilmiah dan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Tentang pencegahan TB di Wilayah Kerja Puskesmas langsa Lama

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan dan menambah bahan pustaka Universitas Sumatera Utara, serta dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa keperaweatan dalam penelitian berikutnya.

45

3. Bagi Puskesmas

Hasil Penelitian ini diharapkan bahan masukan bagi Puskesmas dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien serta dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan terutama bagi pasien TB paru.

4. Bagi Penelitian berikutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain untuk mengembangkan ilmu khususnya dalam Hubungan Pengetahuan dan sikap pasien TB paru tentang pencegahan TB di wilayah kerja puskesmas langsa lama.

Dokumen terkait