• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kematian Janin Dalam Kandungan Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kematian Janin Dalam Kandungan Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2007"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN

DI RSU dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NORA NABABAN

NIM : 075102056

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN DI RSU dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007.

Nama : NORA NABABAN

NIM : 075102056

Program Studi : D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

Pembimbing,

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN DI RSU dr. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2007

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya

orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain

atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis

Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2008 Yang Menyatakan,

(4)

Program Studi : D-IV Kebidanan Tahun Akademik : 2007 / 2008

ABSTRAK

Angka kematian perinatal merupakan salah satu tolak ukur yang paling peka untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kasus kematian janin dalam kandungan Tahun 2007 sebanyak 69 kasus, dan seluruhnya dijadikan sampel.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu dengan kasus kematian janin dalam kandungan berumur 20-35 tahun (46,8%). Paritas / jumlah anak ibu paling banyak yaitu paritas 2-5 orang (75,4%). Frekuensi Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) ibu hanya melakukan kunjungan < 4 kali (91,3%). Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan, paling banyak disebabkan karena faktor janin (kelainan kongenital dan infeksi intranatal) sebanyak 33 kasus (47,82%).

Kepada RSU Dr. Pirngadi Medan diharapkan memberikan akses yang lebih luas kepada mahasiswa yang ingin mengumpulkan data dari data rekam medik. Kepada bidan diharapkan untuk

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat KasihNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul : “Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kematian Janin

Dalam Kandungan Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2007”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

konstruktif demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah, terutama kepada yang terhormat :

1. Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sekaligus

sebagai dosen pembimbing pengganti yang telah memberikan masukan dan

arahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dewi Elizadiani Suza, SKp, MNS, selaku Pembimbing dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar pada Program Studi D-IV Bidan Pendidik yang telah

(6)

6. Teman-teman satu angkatan yang telah banyak membantu penulis, dan selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua dan segala budi

baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha

Esa. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juni 2008

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan ... 7

2.4.1. Faktor Ibu ... 7

2.4.2. Faktor Janin ... 14

2.4.3. Kelainan Tali Pusat ... 15

2.5. Pemeriksaan Penunjang ... 17

2.6. Penanganan Kematian Janin Dalam Kandungan ... 17

(8)

4.6. Pengumpulan Data ... 24

4.7. Pengolahan Data ... 24

4.8. Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Umur Ibu ... 26

5.1.2. Paritas / Jumlah Anak ... 27

5.1.3. Frekuensi ANC ... 27

5.1.4. Penyakit / Penyulit Ibu ... 28

5.1.5. Faktor Janin ... 29

5.1.6. Faktor Kelainan Tali Pusat ... 30

5.2. Pembahasan ... 30

5.2.1. Faktor ibu ... 30

5.2.2. Faktor Janin ... 34

5.2.3. Faktor Kelainan Tali Pusat ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran-Saran ... 42

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Umur Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2007 ... 26

Tabel 5.2. Distribusi Paritas / Jumlah Anak Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 27

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi ANC Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 28

Tabel 5.4. Distribusi Penyakit / Penyulit Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 28

Tabel 5.5. Distribusi Faktor Janin Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2007 ... 29

Tabel 5.6. Distribusi Kelainan Tali Pusat Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr.

(10)

1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent)

2. Data Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di RSU Dr. Pirngadi

Tahun 2007

3. Output SPSS

4. Jadwal Kegiatan (Time Table)

5. Rencana Biaya Penelitian

6. Surat Izin Penelitian dari D-IV Bidan Pendidik

7. Surat Balasan Penelitian dari RSU Dr. Pirngadi Medan

8. Lembar Konsul

(11)

CURRICULUM VITAE

I. Data Pribadi

Nama : HAMIDAH PURBA

Tempat/Tanggal Lahir : Meriah Padang, 1 Januari 1970 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak : Ke 1 dari 3 bersaudara Agama : Islam

Pekerjaan : Staff Akbid Pemko Tebing Tinggi Alamat : Jl. Bawang Putih I-A Tebing Tinggi

III. Data Keluarga

Nama Suami : Adicawarman, BSc

Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi / 21 April 1964 Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Rumah Sakit Sri Pamela T. Tinggi Jumlah anak : 3 (tiga) orang (2 putra, 1 putri)

IV. Data Pendidikan

1. Tahun 1977 – 1983 : SD Negeri Tebing Tinggi 2. Tahun 1983 – 1986 : SMP Negeri 5 Rambutan 3. Tahun 1986 – 1989 : SPK Pemko Tebing Tinggi 4. Tahun 1990 – 1991 : Program Pendidikan Bidan

Pemko Tebing Tinggi

5. Tahun 2003 – 2005 : Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi 6. Tahun 2007 – 2008 : Program D-IV Bidan Pendidik

Propinsi Sumatera Utara

V. Data Pekerjaan

1. Tahun 1992 – 1993 : Bidan Desa di Sei Siur Pangkalan Susu (Langkat)

2. Tahun 1993 – 2000 : Bidan Desa Meriah Padang Kecamatan Tebing Tinggi (Serdang Bedagai)

3. Tahun 2000 – 2007 : Staf Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebing Tinggi (Serdang Bedagai)

(12)

Program Studi : D-IV Kebidanan Tahun Akademik : 2007 / 2008

ABSTRAK

Angka kematian perinatal merupakan salah satu tolak ukur yang paling peka untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kasus kematian janin dalam kandungan Tahun 2007 sebanyak 69 kasus, dan seluruhnya dijadikan sampel.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu dengan kasus kematian janin dalam kandungan berumur 20-35 tahun (46,8%). Paritas / jumlah anak ibu paling banyak yaitu paritas 2-5 orang (75,4%). Frekuensi Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) ibu hanya melakukan kunjungan < 4 kali (91,3%). Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan, paling banyak disebabkan karena faktor janin (kelainan kongenital dan infeksi intranatal) sebanyak 33 kasus (47,82%).

Kepada RSU Dr. Pirngadi Medan diharapkan memberikan akses yang lebih luas kepada mahasiswa yang ingin mengumpulkan data dari data rekam medik. Kepada bidan diharapkan untuk

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat. Dalam hal ini terdapat beberapa indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu dan anak, yaitu angka kematian ibu dan anak, usia harapan hidup, jumlah cakupan pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Salah satu tolak ukur yang paling peka untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian perinatal (Manuaba, 2003).

Kematian perinatal yaitu kematian janin setelah 20 minggu kehamilan, tetapi sebelum permulaan persalinan (Hacker, 2004). Di Amerika Serikat, angka kematian perinatal tercatat 3-8 per 1000.

(14)

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari – Desember 2006 menunjukkan bahwa jumlah kasus kematian janin dalam kandungan sebanyak 30 kasus dari 992 persalinan atau terjadi sebesar 0,45% setiap bulan, sedangkan untuk periode 01 Januari 2007 – 31 Desember 2007 sebanyak 69 kasus dari 1.395 persalinan atau terjadi sebesar 1,12% setiap bulan.

Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat. Faktor ibu meliputi umur, paritas, pemeriksaan antenatal, dan penyakit yang diderita oleh ibu (anemia, pre-eklampsi dan eklampsia, solusio plasenta, diabetes melitus, rhesus iso-imunisasi, infeksi dalam kehamilan, ketuban pecah dini, dan letak lintang). Faktor janin yaitu kelainan kongenital, dan infeksi intranatal). Faktor kelainan tali pusat yaitu kelainan insersi tali pusat, simpul tali pusat, dan lilitan tali pusat (Manuaba, 2003; Wiknjosastro, 2005)

(15)

3

Berdasarkan uraian dan data-data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan di RSU Dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya Gambaran faktor yang menyebabkan terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor dari ibu yang menyebabkan terjadinya kematian dalam janin di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.

(16)

c. Untuk mengetahui faktor kelainan tali pusat yang menyebabkan terjadinya kematian dalam janin di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Institusi RSU dr. Pirngadi Medan

Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, khususnya deteksi dini dengan penanganan kasus kematian janin dalam kandungan dan juga dapat menjadi informasi dan masukan untuk membuat rancangan program pelayanan kesehatan.

1.4.2. Bagi Profesi Kebidanan

Sebagai salah satu pedoman dalam upaya pencegahan terjadinya kematian janin dalam kandungan melalui informasi dan edukasi yang tepat.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Sebagai salah satu sumber informasi agar masyarakat dapat mengetahui faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian kematian janin dalam kandungan.

1.4.4. Bagi Peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kematian Janin Dalam Kandungan

Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Achadiat, 2004).

Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005)

Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu lahir dengan berat badan <1000 gram.

Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :

1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.

2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu. 3. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu

(late foetal death)

(18)

2.2. Etiologi

Menurut Mochtar (2004), lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain.

a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta. b. Preeklampsi dan eklampsia

c. Penyakit-penyakit kelainan darah. d. Penyakit infeksi dan penyakit menular e. Penyakit saluran kencing

f. Penyakit endokrin: diabetes melitus g. Malnutrisi

2.3. Diagnosis 2.3.1. Anamnesis

a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang.

b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasa.

c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti mau melahirkan.

2.3.2. Inspeksi

(19)

7

2.3.3. Palpasi

a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.

b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

2.3.4. Auskultasi

Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut jantung janin (DJJ)

2.3.5. Reaksi kehamilan

Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan

2.4.1. Faktor Ibu

1. Umur

(20)

Pada umur ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2005).

2. Paritas

Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin (Saifuddin, 2002).

3. Pemeriksaan Antenatal

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal.

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3 bulan)

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).

(21)

9

yang mungkin terdapat pada ibu hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera.

Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin (Saifuddin, 2002).

4. Penyulit / Penyakit a. Anemia

Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang.

Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan (Mochtar, 2004).

(22)

- Normal : 11 gr% - Anemia ringan : 9-10 gr% - Anemia sedang : 7-8 gr% - Anemia berat : <7 gr%.

b. Pre-eklampsi dan eklampsi

Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin (Mochtar, 2004).

c. Solusio plasenta

(23)

11

Sehingga aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin (Wiknjosastro, 2005).

d. Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Umumnya wanita penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi. Glukosa berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia menimbulkan masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir (Stridje, 2000).

e. Rhesus Iso-Imunisasi

(24)

lahan sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam darah, dan sebagian dieklaurkan ke kantong ketuban bersama urine bayi. Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia sampai akhirnya mati (Llewelyn, 2005).

f. Infeksi dalam kehamilan

Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi, namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin. Infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak langsung timbul karena mengurangi oksigen darah ke plasenta. Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin in utero (Llewellyn, 2001).

g. Ketuban Pecah Dini

(25)

13

persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 mninggu, kejadiannya sekitar 4%.

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2003).

h. Letak lintang

(26)

makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik sehingga dapat mengakibatkan kematian janin (Wiknjosastro, 2005).

2.4.2. Faktor Janin

1. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya kematian janin dalam kandungan, atau lahir mati. Bayi dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.

Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk suatu deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion. Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik maupun bentuknya akan berubah.

(27)

15

2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush (Monintja, 2006).

2.4.3. Kelainan Tali Pusat

Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan.

1. Kelainan insersi tali pusat

(28)

insersi velamentosa. Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu (Wiknjosastro, 2005).

2. Simpul tali pusat

Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi peluntiran pembuluh darah umblikalis, karena selei Whartonnya sangat tipis. Peluntiran pembuluh darah tersebut menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan janin yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai (Manuaba, 2002).

3. Lilitan tali pusat

(29)

17

2.5. Pemeriksaan Penunjang 2.5.1. Ultrasonografi

Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang. 2.5.2. Rontgen foto abdomen

1. Tanda Spalding

Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.

2. Tanda Nojosk

Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).

3. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. 4. Tampak udema di sekitar tulang kepala

2.5.3. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen (Achadiat 2004).

2.6. Penanganan Kematian Janin Dalam Kandungan 2.6.1. Penanganan Pasif

(30)

2.6.2. Penanganan Aktif

1. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau kuretase.

(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional

1. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin yang terjadi sebelum kelahiran, sesuai dengan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.

2. Faktor ibu adalah sebab-sebab terjadinya kematian janin dalam Kematian Janin Dalam Kandungan  Faktor Ibu

- Umur - Paritas

- Pemeriksaan Antenatal - Penyakit / Penyulit

 Faktor Janin

- Kelainan Kongenital - Infeksi Intranatal

 Faktor kelainan Tali Pusat

- Kelainan Insersi Tali pusat

(32)

a. Umur adalah umur ketika ibu mengalami kematian janin dalam kandungan, sesuai dengan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.

Alat ukur : Lembar checklist

b. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik yang hidup maupun yang mati sampai dengan kematian janin dalam kandungan, sesuai dengan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.

Alat ukur : Lembar checklist

c. Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan selama masa kehamilan terakhir, berdasarkan catatan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.

Alat ukur : Lembar checklist

d. Penyakit / penyulit adalah penyakit yang dialami oleh ibu atau adanya penyulit dalam kehamilan hingga terjadinya kematian janin dalam kandungan.

Alat ukur : Lembar checklist

3. Faktor janin adalah penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh keadaan janin, yaitu :

a. Kelainan Kongenital yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan kelainan kongenital janin.

(33)

21

b. Infeksi intranatal yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan infeksi dalam kehamilan.

Alat ukur : Lembar checklist

4. Faktor kelainan tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh kelainan tali pusat, dengan kategori :

a. Kelainan insersi tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan kelainan insersi tali pusat. Alat ukur : Lembar checklist

b. Simpul tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan simpul tali pusat.

Alat ukur : Lembar checklist

c. Lilitan tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan janin terlilit tali pusat.

(34)

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin dalam kandungan berdasarkan catatan rekam medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari – Desember 2007.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kasus pasien ibu bersalin yang mengalami kematian janin dalam kandungan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari – Desember 2007 yaitu sebanyak 69 kasus dari 1.395 persalinan.

4.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari total populasi yaitu sebanyak 69 kasus.

4.3. Lokasi Penelitian

(35)

23

1. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Pendidikan.

2. Lokasi Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan yang strategis berada di tengah-tengah kota sehingga mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan tersebut.

3. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe A. 4. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit rujukan

dari rumah sakit-rumah sakit daerah.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, penulis meminta izin dari Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan mengajukan izin kepada Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data-data yang diperoleh dengan membuat surat pernyataan penelitian (informed consent) yang ditujukan kepada Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

4.5. Instrumen Penelitian

(36)

4.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan surat persetujuan (informed consent) kepada Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dan Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan untuk pengambilan data sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Peneliti mencari data dari rekam medik, dengan dibantu oleh 2 orang staf Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

3. Mengisi lembar checklist yang telah disediakan sesuai dengan data yang ada pada rekam medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

4.7. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, dan tabulating.

a. Editing, dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila

terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang.

b. Coding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap

kategori yang telah ada.

c. Tabulating dilakukan dengan menyusun dan menghitung hasil data serta

(37)

25

4.8. Analisis Data

(38)

5.1. Hasil Penelitian

Kasus kematian janin dalam kandungan yang diteliti dalam penelitian

ini meliputi faktor ibu (umur ibu, paritas/jumlah anak, pemeriksaan

antenatal, penyakit/ penyulit), faktor janin (kelainan kongenital, infeksi

intranatal), faktor kelainan tali pusat (kelainan insersi tali pusat, simpul tali

pusat, lilitan tali pusat).

5.1.1. Umur Ibu

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan umur ibu, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1.

Distribusi Umur Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

No Umur Ibu Jumlah Persentase

Dari hasil penelitian, umur ibu dengan kejadian kematian janin dalam

kandungan pada rentang umur 17 tahun – 46 tahun yang dikelompokkan

menjadi tiga bagian yaitu umur <20 tahun, 20-35 tahun, dan >35 tahun.

Sebagian besar ibu berumur 20-35 tahun sebanyak 53 orang (46,8%), dan

(39)

27

5.1.2. Paritas / Jumlah Anak

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan paritas / jumlah anak, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2.

Distribusi Paritas / Jumlah Anak Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

No Jumlah Anak / Paritas Jumlah Persentase

1 2 3

Primipara (1 orang) multipara (2 -5 orang) grandemultipara (>5 orang)

4

Paritas atau jumlah anak ibu dengan kejadian kematian janin dalam

kandungan yaitu antara 1 – 6 orang, yang dikelompokkan dengan 1 orang

(primipara), 2-5 orang (multipara), >5 orang (grandemultipara). Sebagian

besar ibu dengan paritas multipara (jumlah anak 2-5 orang) sebanyak 52

orang (75,4%), dan paling sedikit primipara (jumlah anak 1 orang) sebanyak

4 orang (5,8%).

5.1.3. Frekuensi ANC

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

(40)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi ANC Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

No Frekuensi ANC Jumlah Persentase

1

Frekuensi ANC (jumlah kunjungan) ibu ke fasilitas kesehatan dengan

kategori < 4 kali dan ≥ 4 kali. Sebagian besar ibu dengan kejadian kematian

janin dalam kandungan melakukan kunjungan ANC <4 kali sebanyak 63

orang (91,3%), dan paling sedikit ibu melakukan kunjungan 4 kali sebanyak

6 orang (8,7%).

5.1.4. Penyakit / Penyulit Ibu

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan penyakit / penyulit ibu, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4.

Distribusi Penyakit / Penyulit Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

Preeklampsia dan eklampsia Anemia

Letak lintang Solusio plasenta Diabetes melitus

(41)

29

Penyakit / penyulit yang dialami ibu dengan kejadian kematian janin

dalam kandungan dikategorikan dengan 8 jenis penyakit / penyulit. Dari 69

kasus kematian janin dalam kandungan, data penyakit/penyulit pada ibu

yaitu sebanyak 31 kasus (44,9%). Sebagian besar penyakit / penyulit yang

menyertai ibu dengan kematian janin dalam kandungan adalah preeklampsia

dan eklampsia sebanyak 9 orang (13,0%), sedangkan paling sedikit adalah

Rhesus–iso imunisasi sebanyak 1 kasus 1,4%).

5.1.5. Kelainan Kongenital

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan kelainan kongenital, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5.

Distribusi Kelainan Kongenital pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2007

No Kelainan Kongenital Jumlah Persentase

1

Kelainan kongenital yang merupakan faktor Janin penyebab terjadinya

kematian janin dalam kandungan dikategorikan dengan 2 yaitu deformitas dan

malformitas. Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan, data tentang

kelainan kongenital yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan

sebanyak 13 kasus (18,8%). Sebagian besar kelainan kongenital yang

menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah deformitas sebanyak

(42)

5.1.6. Infeksi Intranatal

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan infeksi intranatal, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6.

Distribusi Infeksi Intranatal pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

No Infeksi Intranatal Jumlah Persentase

1 2

Ketuban pecah dini Pemeriksaan vaginal

17 3

85,0 15,0

Jumlah 20 100,0

Infeksi intranatal yang merupakan faktor Janin penyebab terjadinya

kematian janin dalam kandungan dikategorikan dengan 2 yaitu ketuban pecah

dini dan pemeriksaan vaginal. Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan,

data tentang infeksi intranatal yang menjadi penyebab kematian janin dalam

kandungan sebanyak 20 kasus (29,0%). Sebagian besar kelainan kongenital

yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah ketuban pecah

dini sebanyak 17 kasus (85,0%), dan pemeriksaan vaginal sebanyak 3 kasus

(15,0%).

5.1.7. Kelainan Insersi Tali Pusat

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

(43)

31

Tabel 5.7.

Distribusi Kelainan Insersi Tali Pusat pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

No Kelainan Insersi Tali Pusat Jumlah Persentase

1

2

Insersi tali pusat plasenta battledore

Insersi velamentosa

-

1

-

100,0

Jumlah 1 100,0

Faktor kelainan tali pusat karena kelainan insersi tali pusat yang

menyebabkan terjadinya kematian janin dalam kandungan dibagi menjadi 2

yaitu insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi velamentosa. Dari 69

kasus kematian janin dalam kandungan, data tentang kelainan insersi tali

pusat yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1

kasus (1,4%). Berdasarkan hasil penelitian, insersi velamentosa merupakan

penyebab kematian janin dalam kandungan (100%).

5.1.7. Simpul Tali Pusat

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan simpul tali pusat, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8.

Distribusi Simpul Tali Pusat pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

No Simpul Tali Pusat Jumlah Persentase

1 2

(44)

Faktor kelainan tali pusat karena simpul tali pusat yang menyebabkan

terjadinya kematian janin dalam kandungan dibagi menjadi 2 yaitu

peluntiran pembuluh darah dan simpul sejati. Dari 69 kasus kematian janin

dalam kandungan, data tentang simpul tali pusat yang menjadi penyebab

kematian janin dalam kandungan sebanyak 1 kasus (1,4%). Berdasarkan

hasil penelitian, peluntiran pembuluh darah merupakan penyebab kematian

janin dalam kandungan (100%).

5.1.9. Lilitan Tali Pusat

Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan

berdasarkan lilitan tali pusat, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.9.

Distribusi Lilitan Tali Pusat pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

No Lilitan Tali Pusat Jumlah Persentase

1

2

Tali pusat menumbung

Tali pusat terkemuka

3

-

100,0

-

Jumlah 3 100,0

Faktor kelainan tali pusat karena lilitan tali pusat yang menyebabkan

terjadinya kematian janin dalam kandungan dibagi menjadi 2 yaitu tali pusat

menumbung dan tali pusat terkemuka. Dari 69 kasus kematian janin dalam

kandungan, data tentang simpul tali pusat yang menjadi penyebab kematian

janin dalam kandungan sebanyak 3 kasus (4,3%). Berdasarkan hasil

penelitian, seluruh kematian janin dalam kandungan disebabkan karena tali

(45)

33

5.2. Pembahasan

5.2.1. Umur Ibu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

berumur 20-35 tahun sebanyak 53 orang (76,8%), dan paling sedikit ibu

berumur <20 tahun sebanyak 2 orang (2,9%).

Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2006) menunjukkan hasil

yang sama yaitu umur ibu dengan kejadian kematian janin dalam kandungan

paling banyak yaitu pada umur 20-35 tahun sebesar 78,4%.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Roeshadi (2004)

yang menyatakan bahwa usia 20-35 tahun merupakan masa reproduksi sehat.

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2005), bertambahnya usia ibu, maka

terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ

reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat

mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat mempengaruhi

kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu

hamil adalah usia 20-30 tahun.

Pada penelitian ini, umur ibu memiliki kontribusi terhadap terjadinya

kematian janin dalam kandungan. Umur dianggap penting karena ikut

menentukan prognosa dalam kehamilan karena dapat mengakibatkan

kesakitan baik pada ibu maupun janin. Terlihat bahwa walaupun ibu dalam

usia reproduksi sehat namun dapat mengalami terjadinya kematian janin

(46)

5.2.2. Paritas / Jumlah Anak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

jumlah anak ibu dengan kasus kematian janin dalam kandungan adalah 2-5

orang (75,4%), paling sedikit pada jumlah anak 1 orang (5,8%).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Indriyani (2006) yang menemukan kasus kematian janin dalam kandungan

pada ibu dengan jumlah anak 1 orang dan jumlah anak >5 orang

masing-masing 60,8%.

Menurut Saifuddin (2002), paritas yang baik adalah 2-3 anak,

merupakan paritas yang aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas

baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari

5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan yang

akan dapat mengakibatkan kematian janin.

Dalam penelitian ini terlihat bahwa ibu dengan paritas multipara (2-5

orang) lebih banyak yang mengalami kematian janin dalam kandungan

diduga karena ibu menderita penyakit baik akibat langsung dari kehamilan

maupun tidak langsung karena penyakit yang dideritanya.

5.2.3. Frekuensi ANC

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

dengan kejadian kematian janin dalam kandungan melakukan kunjungan

ANC sebanyak <4 kali (91,3%),dan paling sedikit ibu melakukan kunjungan

(47)

35

Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan antenatal yang baik minimal

4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam

kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fundus uteri dan terdengar

atau tidaknya denyut jantung janin.

Pemeriksaan antenatal penting untuk deteksi dini komplikasi

kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan. Di Republik Kongo,

pelayanan antenatal terbukti berkontribusi pada penurunan kematian janin

dalam kandungan.

Dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar kasus kematian

janin dalam kandungan, ibu hanya memeriksakan kehamilan sebanyak 1 kali

saja. Keadaan ini karena frekuensi pemeriksaan antenatal yang sangat

sedikit sehingga tidak mampu mendeteksi komplikasi kehamilan yang bisa

terjadi setiap saat. Dalam penelitian ini juga masih ditemukan ibu yang

melakukan kunjungan ANC sebanyak ≥ kali (8,7%) tetap mengalami

kematian janin dalam kandungan. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan

antenatal yang dilakukan tidak mampu mendeteksi komplikasi kehamilan

dan persalinan yang akan terjadi.

5.2.4. Penyakit / Penyulit Ibu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 kematian

janin dalam kandungan yang disebabkan penyakit/penyulit ibu, sebagian

(48)

kandungan adalah preeklampsi dan eklampsia (29,0%), sedangkan paling

sedikit adalah Rhesus–iso imunisasi (1,4%).

Menurut Mochtar (2004), pada pre-eklampsia terjadi spasme

pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola

dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai

usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat

dicukupi menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan

oksigen terjadi gawat janin.

Di Indonesia, preeklampsia / eklampsia masih merupakan penyakit

pada kehamilan yang menimbulkan banyak korban baik ibu maupun bayi.

Kematian ibu akibat preeklampsia / eklampsia berkisar antara 9,8%-25,5%

sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi yakni 42,2%-48,9%

(Wiknjosastro, 2005).

Dalam penelitian ini terlihat kejadian preeklampsia/eklampsia

merupakan penyebab tertinggi terjadinya kematian janin dalam kandungan.

Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi (meningkatnya tekanan darah)

pada wanita hamil yang sebelumnya mempunyai tensi normal, atau dapat

memperberat hipertensinya pada ibu hamil yang sebelumnya sudah

menderita hipertensi. Pada beberapa penelitian, mendapati bahwa hipertensi

dalam kehamilan dianggap sebagai penyebab kematian dan morbiditas

(49)

37

5.2.5. Kelainan Kongenital

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 kasus

kematian karena kelainan kongenital, sebagian besar faktor kelainan

kongenital yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah

deformitas (84,6%).

Menurut Kadri (2005), suatu kelainan kongenital yang berbentuk

deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya

yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan

faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion.

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa jumlah janin

deformitas lebih banyak dibandingkan dengan janin dalam bentuk

malformitas, diduga janin di dalam kandungan dengan bentuk deformitas

memiliki susunan yang belum sempurna (tidak normal) sehingga dapat

mempengaruhi fungsi pernafasan janin di dalam kandungan.

5.2.6. Infeksi Intranatal

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 kasus

kematian karena infeksi intranatal, sebagian besar faktor infeksi intranatal

yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah ketuban pecah

dini (84,6%).

Menurut Monintja (2006), infeksi kuman dari vagina naik dan masuk ke

dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi dapat pula terjadi

(50)

dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor

yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman

yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia.

Menurut Wiknjosastro (2005), infeksi pada neonatus di Indonesia masih

merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta, khususnya di Rumah Sakit Dr.

Ciptomangunkusmo, infeksi merupakan penyebab 10-15% dari morbiditas

perinatal.

Dari penelitian ini terlihat bahwa, faktor infeksi intranatal yang

disebabkan oleh ketuban pecah dini menjadi penyebab sebagian besar

kematian janin dalam kandungan dibandingkan dengan penyebab

pemeriksaan vaginal. Hal ini disebabkan pada kasus ketuban pecah dini,

keterlambatan penanganan menyebabkan kuman mudah masuk melalui

cairan yang merembes keluar.

5.2.7. Kelainan Insersi Tali Pusat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelainan insersi tali

pusat yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1

kasus (1,4%). Insersi velamentosa merupakan penyebab kematian janin

dalam kandungan karena kelainan insersi tali pusat (100%).

Menurut Wiknjosastro (2005), bahaya insersi velamentosa bila terjadi

vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga

saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah.

(51)

39

pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan

waktu.

Berdasarkan penelitian ini sejalan dengan pendapat Wiknjosastro di

atas, yang menunjukkan bahwa kematian janin dalam kandungan disebabkan

insersi velamentosa diduga ibu belum sempat untuk dilakukan operasi seksio

sesarea.

5.2.7. Simpul Tali Pusat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa simpul tali pusat

yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1 kasus

(1,4%). Peluntiran pembuluh darah merupakan penyebab kematian janin

dalam kandungan karena simpul tali pusat(100%).

Menurut Manuaba (2002), peluntiran pembuluh darah umbilikalis

menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam

rahim. Gerakan janin yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering

juga dijumpai.

Dari hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba tersebut.

Terjadinya peluntiran pembuluh darah disebabkan karena selei Whartonnya

sangat tipis sehingga aliran darah dari ibu ke janin mengalami hambatan

(penyempitan).

5.2.8. Lilitan Tali Pusat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lilitan tali pusat

(52)

(4,3%). Tali pusat menumbung merupakan penyebab kematian janin dalam

kandungan karena lilitan tali pusat (100%).

Menurut Wiknjosastro (2005) gerakan janin dalam rahim yang aktif

pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat.

Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat

menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin

masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin

terganggu aliran darah menuju dan dari janin sehingga dapat menyebabkan

kematian janin dalam kandungan

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba tersebut di atas.

Dari 3 kasus dengan penyebab lilitan tali pusat, seluruhnya disebabkan

karena tali pusat menumbung. Tali pusat menumbung yaitu tali pusat berada

di samping atau lebih rendah dari bagian depan janin, pada ketuban yang

telah pecah. Sedangkan pada tali pusat terkemuka, jika ketuban masih

(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan karena faktor ibu

di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 yaitu : umur ibu

dengan kasus kematian janin dalam kandungan, dalam masa reproduksi

sehat (20-35 tahun), paritas / jumlah anak ibu paling banyak yaitu

paritas 2-4 orang, frekuensi Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) ibu

hanya melakukan kunjungan sebanyak < 4 kali. Dari 31 kasus kematian

janin dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit / penyulit ibu,

paling banyak karena ibu mengalami preeklampsia dan eklampsia.

2. Penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan karena faktor

janin yaitu : Dari 13 kasus kematian janin dalam kandungan yang

disebabkan oleh kelainan kongenital, sebagian besar karena deformitas.

Dari 20 kasus kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh

infeksi intranatal, sebagian besar karena ketuban pecah dini.

3. Penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan karena faktor

kelainan tali pusat yaitu : Dari 1 kasus kematian janin dalam kandungan

yang disebabkan kelainan insersi tali pusat, seluruhnya disebabkan

(54)

disebabkan simpul tali pusat, seluruhnya disebabkan peluntiran

pembuluh darah. Dari 3 kasus kematian janin dalam kandungan yang

disebabkan lilitan tali pusat, seluruhnya disebabkan tali pusat

menumbung.

6.2. Saran-Saran

1. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Diharapkan memberikan akses yang lebih luas kepada mahasiswa

yang ingin mengumpulkan data dari data rekam medik.

2. Bidan

Diharapkan mengurangi pemeriksaan vaginal untuk mencegah

terjadinya infeksi intranatal, dan melakukan penyuluhan pada ibu

tentang ANC.

3. Peneliti lainnya

Agar melakukan penelitian lanjutan tentang kematian janin dalam

kandungan dengan variabel yang berbeda atau menambahkan variabel

(55)

43

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Achadiat, C.M. (2004), Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta.

Depkes RI, (2002), Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.

_________, (2004), Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan, Edisi baru Dengan Resusitasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Hacker, N.F., J. George M. (2004), Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2, Alih Bahasa Edi Nugroho, Hipokrates, Jakarta.

Hakimi, M., (2003), Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi Persalinan, Yayasan Essentia Medica, Jakarta.

Hidayat, A.A., (2007), Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Kadri, N. (2005), Kelainan Kongenital, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Llewellyn, J. (2001), Setiap Wanita, Delapratasa, Jakarta.

________, (2005), Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Manuaba, I.B.G. (2001), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

________, (2002), Konsep Obstetrik dan Ginekologi Sosial Indonesia, EGC, Jakarta.

________, (2003), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta.

(56)

Monintja, H.E. (2005), Penyakit-Penyakit Dalam Masa Neonatal, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

______. (2006), Kematian Perinatal, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan II, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.

Pritchard, dan MacDonald, G. (2001), Obstetri Williams, Edisi Ketujuhbelas, Airlangga University Press, Jakarta.

Prawirohardjo, S. (2004), Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Roeshadi, R.H. (2004), Gangguan dan Penyulit Pada Masa Kehamilan, Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saifuddin, A.B. (2002), Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta.

Sunarwan, A., (2006), 10 Bayi Meninggal Setiap Jam, www.pikiran-rakyat. com/cetak/2006/022006/13/0203.htm

Stridje, D. (2000), Kehamilan dan Diabetes, EGC, Jakarta.

Tjipta, G.D., (2003), Bayi Resiko Tinggi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wiknjosastro, H. (2005), Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Ketujuh, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

(57)
(58)

-2 2 1 2 -

-2 2 1 - 2

-2 2 1 6 -

-2 2 1 - 1

-2 2 1 2 -

-2 3 1 1 -

-2 3 1 - 2

-2 2 1 2 -

-2 2 1 - 2

(59)

-DUMMY TABLE

No.

No. Rekam

Medik

Faktor Ibu

Faktor Janin

Faktor Kelainan Tali Pusat Umur

Ibu (Thn)

Jumlah anak

Frekuensi Antenatal

(ANC)

(60)

No Umur Jumlah Persentase

JUMLAH ANAK (PARITAS)

No Paritas Jumlah Persentase

1

2

3

1 orang (primipara)

3 -4 orang (multipara)

> 4 orang (grandemultipara)

Jumlah

FREKUENSI ANC

No Frekuensi ANC Jumlah Persentase

(61)

PENYAKIT / PENYULIT PADA IBU

No Penyakit / Penyulit Ibu Jumlah Persentase

1

Preeklampsi dan eklampsia

Solusio plasenta

Diabetes Melitus

Rhesus Iso-Imunisasi

Infeksi dalam kehamilan

Ketuban pecah dini

Letak Lintang

Jumlah

FAKTOR JANIN

No FAKTOR JANIN Jumlah Persentase

1

2

Kelainan Kongenital

Infeksi Intranatal

Jumlah

FAKTOR KELAINAN TALI PUSAT

No Faktor Kelainan Tali Pusat Jumlah Persentase

1

2

3

Kelainan Insersi Tali pusat

Simpul Tali Pusat

Lilitan Tali Pusat

(62)

No Uraian Banyaknya Satuan Biaya Operator Komputer 1 Orang 200.000 200.000

2 Biaya Operasional a. Penelusuran pustaka

(fotocopy buku sumber)

1 set 600.000 600.000

b. Alat Tulis Kantor

(Kertas, tinta, flash disk, CD)

e. Seminar proposal (power point)

1 Set 150.000 150.000

f. Sidang KTI 1 set 200.000 200.000

g. Penggandaan KTI 1 Set 200.000 200.000 i. Akomodasi Penelitian 1 Set 200.000 200.000 Total... 2.500.000 Terbilang : Dua juta lima ratus ribu rupiah

Peneliti,

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Umur Ibu  pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
Tabel 5.2. Distribusi Paritas / Jumlah Anak Ibu  pada Kematian Janin Dalam
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi ANC Ibu  pada Kematian Janin Dalam Kandungan
Tabel 5.5. Distribusi Kelainan Kongenital pada Kematian Janin Dalam
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dental Unit Adalah Sejumlah Alat Medis Yang Dipergunakan Untuk Melaksanakan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gigi Di Dalam Gedung (Status/Alat Yang Tidak

Retna Wulandari, S.Farm., Apt. 16 DKI Jakarta Jakarta Timur PT. Kayu Putih, Kec. Pulogadung, Jakarta Timur Jl. Kayu Putih, Kec. Pulogadung, Jakarta Timur Dra. Yuindah Ali., Apt.

Analisis di lakukan untuk mencapai dan mempermudah dalam proses pengerjaan animasi ini .Hasil yang dicapai Produk animasi film pendek yang menghibur dengan sedikit fantasi

Pasal 13 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali dan dianggap tidak patut lagi dipertahankan statusnya

Data diperoleh malalui wawancara terhadap 3 subjek. Setelah peneliti mendapatkan data maka langkah selanjutnya adalah memilah-milah data dan menganalisi data secara

Dari penelitian yang dilakukan, algoritma JST untuk prakiraan cuaca di wilayah Kuta Selatan, Bali yang dirancang memiliki sebuah layer tersembunyi, memiliki nilai RMSE

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

Konsumsi labu siam sebagai sayuran masih jarang diminati oleh masyarakat sehingga diperlukan inovasi produk berbahan baku labu siam agar dapat dikonsumsi oleh