FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERHASILAN PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA
DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)
DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Oleh
LINDA JANNAHARI LUBIS
097039009/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERHASILAN PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA
DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)
DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
LINDA JANNAHARI LUBIS
097039009/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai Nama : Linda Jannahari Lubis
NIM : 097039009
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Tavi Supriana, MS Ketua
Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Senin, 21 Mei 2012
Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS _________________
Anggota : 1. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc _________________
2. Ir. Diana Chalil, MSi, PhD _________________
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Juli 2012
yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
LINDA JANNAHARI LUBIS. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai anggota).
Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai sudah berjalan sejak tahun 2009, sehingga diperlukan penelitian untuk melihat keberhasilan program dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 serta menganalisis penerimaan petani peserta program P-LPDM yang berhasil dan petani peserta program P-LDPM yang tidak berhasil melaksanakan program. Metode analisis yang digunakan yaitu independent sample t- test dan chi-square melalui Program SPSS 15.0 dan melalui kriteria keberhasilan program P-LDPM
Hasil analisis menunjukkan dari enam gapoktan peserta Program P-LDPM, hanya 3 yang masuk dalam kategori berhasil. Faktor yang secara signifikan berhubungan dengan keberhasilan program adalah tingkat pendidikan petani peserta dan dua faktor lainnya yang dianalisis (umur dan pendidikan non formal) menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak ada hubunganyang signifikan terhadap keberhasilan program P-LDPM. Tidak ada perbedaan penerimaan (harga) yang signifikan antara petani gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani gapoktan yang tidak berhasil melaksanakan program P-LDPM.
ABSTRACT
LINDA JANNAHARI LUBIS. The Factors Related to the Success in P-LDPM (the Program for Strengthening Public Food Distribution Body) in Serdang Bedagai District Under the Supervision of by Dr. Ir. Tavi Supriana, MS and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.
The P-LDPM program in Serdang Bedagai District has been getting along since 2009 so that a study is needed to know whether the program is successful and to see some factors which are related to its success. The aim of the research was to analyze the success of P-LDPM program and some factors which were related to the success of the program in Serdang Bedagai District in 2009, the farmers who were successful and who were unsuccessful in carrying out the P-LPDM program. The data were analyzed by conducting dependent simple t-test and chi square through an SPSS 15.0 program and through the criteria of the success in the LDPM program.
The result of the research showed that of six gapoktan (cluster of farmers) participating in the P-LDPM program, there were only three of them were successful. The significant factor which was related to the success in the program was the farmers’ education, and the other two factors which were analyzed (age and non-formal education) indicated insignificant result, or they did not have any significant relationship with the success of the P-LDPM program. There was no significant difference in the acceptance (in price) between the successful gapoktan farmers and the unsuccessful gapoktan farmers who participated in the P-LDPM program.
RIWAYAT HIDUP
LINDA JANNAHARI LUBIS, lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara pada tanggal 14 Januari 1981 dari Bapak F. Lubis dan Ibu Maslaini. Penulis
merupakan anak kelima dari lima bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1986 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 101900 Lubuk Pakam, tamat
tahun 1992.
2. Tahun 1992 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Lubuk
Pakam, tamat tahun 1995.
3. Tahun 1995 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Lubuk Pakam,
tamat tahun 1998.
4. Tahun 1999 diterima di pendidikan S1 program Sosial Ekonomi Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2004.
5. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini sebagai berikut :
1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis
dan Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi,
arahan, dan bimbingan.
2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan.
3. Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD selaku Sekretaris Program Studi Magister
Agribisnis yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan.
4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP yang telah bersedia menguji dan memberikan
masukan.
5. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Agribisnis Program Studi Magister
Agribisnis yang telah memberikan ilmunya.
6. Seluruh Staf Akademik dan Pegawai di Departemen Agribisnis yang telah
7. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang
Bedagai yang telah memfasilitasi pengambilan data dan memberikan segala
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
8. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai atas informasi
dan data yang diberikan.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya namun
telah ikut membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua
Ayahanda Fachruddin Lubis dan Ibunda Maslaini atas doa dan dukungannya.
Kepada Ayahanda Dr. H. Rahmat Nst, DTM&H (MSc) SpParK dan Mama
Dr. Hj. Nur Asmara Diah, terimakasih atas dukungan dan semangatnya. Kepada
suami tercinta H. Irhamir Rahman Nst, SP, MSc atas doa, dukungan, semangatnya
serta ananda Dzaky Aufa Rahman Nst atas semangat dan pengertiannya.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, April 2012
DAFTAR ISI
2.2.5. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Program ... 21
2.2.6. Hubungan Usia terhadap Program ... 25
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 26
3.5.1. Definisi ... 33
3.5.2. Batasan Operasional ... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 36
4.1.1. Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan) ... 37
4.1.2. Kependudukan ... 37
4.1.3. Administrasi Pemerintahan ... 40
4.2. Deskriptif Data ... 40
4.2.1. Perkembangan Luas Panen di Kabupaten Serdang Bedagai ... 40
4.2.2. Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai ... 41
4.2.3. Perkembangan Rata-Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai ... 41
4.2.4. Analisis Deskriptif Demografis Sampel ... 42
4.2.4.1. Asal Gapoktan ... 42
4.2.4.2. Tahun Ikut Program P-LDPM dan Jenis Kelamin ... 42
4.2.4.3. Umur Sampel ... 43
4.2.4.4. Tingkat Pendidikan Formal ... 44
4.2.5. Analisis Deskriptif Pernyataan Sampel ... 47
4.2.5.1. Sering Tidaknya Sosialisasi dan Monitoring dari Tim Teknis ... 47
4.2.5.2. Manfaat lain dari Program P-LDPM ... 47
4.3. Tingkat Keberhasilan Program LDPM ... 48
4.3.1. Realisasi Dana Bantuan Sosial P-LDPM ... 48
4.3.2. Penetapan Tenaga Pendamping ... 50
4.3.3. Tersedianya Gudang Gapoktan ... 52
4.3.4. Ketersediaan Cadangan Pangan ... 52
4.3.5. Peningkatan Volume Penjualan dan Pembelian Gabah .... 53
4.3.6. Peningkatan Modal Usaha ... 54
4.3.7. Kestabilan Harga dimana Harga P-LDPM lebih Besar atau Sama Dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) .. 56
4.3.8. Meningkatnya Nilai Tambah Produk Pertanian ... 57
4.3.9. Meningkatnya Akses Anggota Gapoktan terhadap Pangan ... 58
4.3.10. Meningkatnya Kemampuan Manajemen Gapoktan ... 59
4.4. Analisis Tingkat Keberhasilan P-LDPM ... 60
4.4.1. Gapoktam Harapan ... 60
4.5.1. Hubungan Antara Umur terhadap Keberhasilan Program
P-LDPM ... 67
4.5.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan terhadap Keberhasilan Program P-LDPM ... 68
4.5.3. Hubungan Antara Pendidikan Non Formal terhadap Keberhasilan Program P-LDPM ... 69
4.9. Analisis Dampak Keberhasilan Program terhadap Penerimaan Petani ... 69
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Jumlah Populasi dan Sampel Pengurus ... 30
2. Jenis dan Sumber Data ... 31
3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2009 ... 38
4. Penduduk Diatas 10 Tahun Menurut Jenis Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2009 ... 38
5. Banyaknya Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 39
6. Banyaknya Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2008 -2009 ... 39
7. Umur Sampel Program P-LDPM ... 43
8. Tingkat Pendidikan Sampel Program P-LDPM ... 44
9. Frekuensi Ikut Penyuluhan Satu Tahun Terakhir Sampel Program P-LDPM ... 45
10. Frekuensi Ikut Pelatihan Satu Tahun Terakhir Sampel Program P-LDPM ... 45
11. Pengalaman Berorganisasi Sampel Program P-LDPM ... 46
12. Jenis Pelatihan yang Diikuti Sampel Program P-LDPM ... 47
13. Manfaat Lain Program P-LDPM ... 48
14. Rencana dan realisasi usaha Gapoktan (Tahun 2009) ... 50
15. Pendamping Masing-Masing Gapoktan Penerima Bantuan ... 51
16. Jumlah Cadangan Pangan di Masing-Masing Gapoktan ... 53
17. Peningkatan Volume Penjualan dan Pembelian Gabah Oleh Gapokta .. 54
18. Perkembangan Modal Gapoktan ... 55
19. Harga Pembelian Rata-Rata GKP di Masing-Masing Gapoktan (Rp) .. 57
20. Harga Rata-Rata Bulanan GKP, GKG dan Beras (Rp) ... 58
21. Peningkatan Kemampuan Manajemen Masing-Masing Gapoktan ... 60
22. Analisis Keberhasilan Masing-Masing Gapoktan Program P-LDPM .... 66
23. Hubungan antara Umur, Tingkat Pendidikan dan Pendidikan Non Formal dengan Keberhasilan Program P-LDPM ... 67
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 27 2. Perkembangan Luas Panen Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2005-2011 ... 40 3. Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2005-2011 ... 41 4. Perkembangan Rata -Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Karakteristik Sampel Peserta Program P-LDPM ... 76 2. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember
2011 Gapoktan Harapan, Desa Pematang Pelintahan, Kec. Sei
Rampah ... 80 3. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember
2011 Gapoktan Sahabat Tani, Desa Pulo Gambar Kec. Serba Jadi ... 81 4. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember
2011 Gapoktan Sri Sumana, Desa Mangga Dua Kec. Tanjung
Beringin ... 82 5. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember
2011 Gapoktan Melati Jaya, Desa Melati II Kec. Perbaungan ... 83 6. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember
2011 Gapoktan Maju Bersama, Desa Lida Tanah Kec. Perbaungan ... 84 7. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember
2011 Gapoktan Sumber Makmur, Desa Payalombang Kec. Tebing
Tinggi ... 85 8. Tabel Crosstab dan Chi-square Umur dengan Keberhasilan Program
P-LDPM ... 86 9. Tabel Crosstab dan Chi-square Tingkat Pendidikan dengan
Keberhasilan Program P-LDPM ... 87 10. Tabel Chi-square Pendidikan Non Formal dengan Keberhasilan
Program P-LDPM ... 88 11. Tabel t-test harga Gabah Petani yang Berhasil dan Petani yang Tidak
ABSTRAK
LINDA JANNAHARI LUBIS. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai anggota).
Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai sudah berjalan sejak tahun 2009, sehingga diperlukan penelitian untuk melihat keberhasilan program dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 serta menganalisis penerimaan petani peserta program P-LPDM yang berhasil dan petani peserta program P-LDPM yang tidak berhasil melaksanakan program. Metode analisis yang digunakan yaitu independent sample t- test dan chi-square melalui Program SPSS 15.0 dan melalui kriteria keberhasilan program P-LDPM
Hasil analisis menunjukkan dari enam gapoktan peserta Program P-LDPM, hanya 3 yang masuk dalam kategori berhasil. Faktor yang secara signifikan berhubungan dengan keberhasilan program adalah tingkat pendidikan petani peserta dan dua faktor lainnya yang dianalisis (umur dan pendidikan non formal) menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak ada hubunganyang signifikan terhadap keberhasilan program P-LDPM. Tidak ada perbedaan penerimaan (harga) yang signifikan antara petani gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani gapoktan yang tidak berhasil melaksanakan program P-LDPM.
ABSTRACT
LINDA JANNAHARI LUBIS. The Factors Related to the Success in P-LDPM (the Program for Strengthening Public Food Distribution Body) in Serdang Bedagai District Under the Supervision of by Dr. Ir. Tavi Supriana, MS and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.
The P-LDPM program in Serdang Bedagai District has been getting along since 2009 so that a study is needed to know whether the program is successful and to see some factors which are related to its success. The aim of the research was to analyze the success of P-LDPM program and some factors which were related to the success of the program in Serdang Bedagai District in 2009, the farmers who were successful and who were unsuccessful in carrying out the P-LPDM program. The data were analyzed by conducting dependent simple t-test and chi square through an SPSS 15.0 program and through the criteria of the success in the LDPM program.
The result of the research showed that of six gapoktan (cluster of farmers) participating in the P-LDPM program, there were only three of them were successful. The significant factor which was related to the success in the program was the farmers’ education, and the other two factors which were analyzed (age and non-formal education) indicated insignificant result, or they did not have any significant relationship with the success of the P-LDPM program. There was no significant difference in the acceptance (in price) between the successful gapoktan farmers and the unsuccessful gapoktan farmers who participated in the P-LDPM program.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga tetap
memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Sekitar 80% penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokoknya dan sekitar 25
juta rumah tangga petani memperoleh pendapatan dari usahatani padi. Pada
keadaan tersebut gejolak harga beras akan berdampak terhadap usahatani padi,
kesejahteraan petani dan para konsumen beras terutama yang berasal dari
ekonomi miskin.
Pola produksi tahunan komoditas gabah/beras di daerah sentra produksi
menunjukkan produksi gabah/beras pada saat panen raya selalu melimpah
sedangkan permintaan akan gabah/beras bulanan relatif stabil. Hal ini
menyebabkan harga gabah/beras menjadi turun. Sebaliknya pada saat tidak terjadi
panen (paceklik), produksi gabah/beras lebih sedikit sehingga lebih rendah dari
kebutuhan gabah/beras. Akibatnya harga akan melonjak naik dan tidak terjangkau,
yang terjadi saat petani justru tidak memiliki persediaan. Hal ini menunjukkan
bahwa harga gabah/beras berfluktuasi menurut musim.
Untuk menjaga stabilitas harga gabah/beras pemerintah menerbitkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor:05/Permentan/PP.200/2/2011 tentang
Pedoman Harga Pembelian Gabah dan Beras di Luar Kualitas oleh Pemerintah
(HPP). Dalam Permentan ini pemerintah telah menetapkan harga dasar pembelian
gabah/beras oleh Pemerintah sebesar Rp.2.685,- GKP di tingkat penggilingan
dengan kadar air 19-25% dan kadar hampa/kotoran maksimum 10% dan
hampa/kotoran maksimum 3% serta Rp.4.815,-/kg untuk pembelian beras
dengan kadar air maksimum 14% dan butir patah maksimum 25% . Peraturan ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 11 Februari 2011. Sedangkan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras yang ditetapkan sesuai INPRES
No.7 Tahun 2009 adalah Rp 2.640/kg untuk Harga Gabah Kering Panen (GKP) di
penggilingan, Rp 3.300/kg untuk Harga Gabah Kering Giling (GKG) di
penggilingan dan Rp 3.345/kg untuk Harga Pembelian Gabah Kering Giling di
Gudang/Bulog.
Hasil pemantauan menunjukkan masih banyak petani yang menjual
gabahnya di bawah harga pembelian pemerintah. Hal ini disebabkan karena
1. Rendahnya posisi tawar petani terutama pada saat panen raya
2. Rendahnya nilai tambah produk pertanian karena terbatasnya kemampuan
untuk mengolah hasil pertanian.
3. Terbatasnya modal usaha.
4. Terbatasnya akses pangan (beras) saat terjadi paceklik karena tidak
mempunyai cadangan pangan yang cukup (BKP Kabupaten Serdang
Bedagai, 2009).
Untuk mengatasi rendahnya harga gabah petani terutama saat panen raya,
pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian
melaksanakan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
(P-LDPM). Program ini memberikan bantuan modal untuk petani yang tergabung
dalam wadah gapoktan dengan mekanisme bantuan soial (bansos). Program ini
distribusi agar menerima harga yang optimal dan memupuk cadangan pangan bagi
Gapoktan. (BKP Kabupaten Serdang Bedagai, 2009)
Program P-LDPM ini sendiri merupakan program pengganti Dana
Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) yang sejak
tahun 2009 dihentikan oleh pemerintah. Program DPM-LUEP ini dihentikan
karena dinilai memberatkan petani karena dana yang disalurkan dalam program
ini berupa pinjaman. Selain itu untuk mendapatkan bantuan ini petani harus
memiliki agunan. Lamanya proses pencairan menyebabkan penggunaan dana ini
kurang efektif karena di akhir tahun anggaran dana sudah harus di kembalikan ke
rekening Negara (APBN).
Tujuan kegiatan Program P-LDPM adalah:
1. Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan pangan masyarakat
dalam mengembangkan usaha pemasaran hasil pertanian yang mencakup
pembelian, penyimpanan, pengolahan dan penjualan dalam rangka stabilitas
harga pangan (gabah/jagung) sesuai potensi masing-masing daerah.
2. Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan distribusi pangan
masyarakat dalam mengembangkan unit usaha cadangan pangan (gabah)
untuk memenuhi kebutuhan anggotanya terutama dalam menghadapi masa
paceklik.
3. Meningkatkan kemampuan unit usaha hasil distribusi hasil pertanian atau unit
usaha pemasaran milik gapoktan dalam mengembangkan jejaring distribusi
dengan mitra di luar wilayahnya. (BKP Kab.Serdang Bedagai)
Jumlah dana yang disalurkan pada Program P-LDPM di Kabupaten
masing-masing Gapoktan menerima bantuan sosial sebesar Rp. 150 juta. Dana
tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan Rencana Usaha Gapoktan (RUG) yang
diusulkan dalam 2 (dua) alternatif yaitu:
1. Alternatif – 1 untuk:
a) Usaha distribusi /pengolahan gabah sebesar 70%
b) Usaha pengelolaan cadangan pangan/gabah sebesar 30%
2. Alternatif – 2 untuk:
a) Usaha distribusi/pengolahan cadangan gabah sebesar 40% - 43%
b) Usaha cadangan pangan /gabah sebesar 27% dan
c) Renovasi gudang/lumbung cadangan pangan maksimal sebesar 30% -
33%.
Gapoktan penerima bantuan Program P-LDPM di Kabupaten Serdang
Bedagai umumnya menggunakan alternatif yang kedua karena belum memiliki
gudang penyimpanan yang layak sehingga harus dilakukan perbaikan atau
pembangunan lumbung.
Keenam gapoktan yang mendapat bantuan P-LDPM di kabupaten Serdang
Bedagai adalah Gapoktan Harapan Desa Pematang Pelintahan Kecamatan Sei
Rampah, Gapoktan Melati Jaya Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Gapoktan
Maju Bersama Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Sumber
Makmur Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi, Gapoktan Sri Sumana
Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin dan Gapoktan Sahabat Tani
Desa Pulo Gambar Kecamatan Serba Jadi. Kegiatan P-LDPM ini dirancang secara
bertahap dalam kurun waktu 3(tiga) tahun meliputi (a)Tahap Penumbuhan, (b)
Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai telah dilaksanakan sejak
Tahun 2009. Program ini telah dilaksanakan selama kurang lebih 3 tahun. Oleh
karena itu dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk
menganalisis/mengevaluasi keberhasilan Program P-LDPM di Kabupaten Serdang
Bedagai Selain itu juga perlu dilihat faktor – faktor apa saja yang berhubungan
dengan keberhasilan Program P-LDPM serta dampak keberhasilan Program
terhadap pendapatan Petani peserta P-LDPM.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah keberhasilan pelaksanaan program P-LDPM di Kabupaten
Serdang Bedagai?
2. Faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan program
P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai?
3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan Program P-LDPM terhadap penerimaan
petani peserta program?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah u
1. Mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program P-LDPM di Kabupaten
Serdang Bedagai
ntuk:
2. Menganalisis faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan
3. Menganalisis dampak pelaksanaan Program P-LDPM terhadap penerimaan
petani peserta program.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
Sebagai bahan referensi bagi BKP setempat untuk menyusun program
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Ashari (2007) dalam penelitiannya menganalisis kinerja pelaksanaan
DPM-LUEP serta peranannya dalam mengamankan HPP di Jawa Timur.
Kesimpulan yang diambil bahwa DPM-LUEP belum berhasil/belum efektif dalam
mengamankan Harga Pembelian Pemerintah. Selain itu juga dianalisis mengenai
detil kinerja DPM-LUEP dan dampak DPM-LUEP terhadap pembentukan harga
di tingkat wilayah. Kesimpulan yang diambil DPM-LUEP telah menunjukkan
kinerja yang cukup baik serta mendapat respon positif dari petani, pemilik LUEP
dan pemerintah daerah. Nilai Rasio Dampak Manfaat DPM menunjukkan kinerja
dalam pemanfaatan dana tersebut cukup berhasil.
Sume (2008) dalam penelitiannya menganalisis tentang karakteristik
kelompok LUEP penerima DPM. Kesimpulan yang diambil, karateristik
kelompok penerima DPM-LUEP adalah kelompok usaha kecil menengah yang
berbadan hukum dengan tenaga kerja 5-19orang, akses permodalan lemah,
administrasi dan dan manajerial kelompok lemah, wilayah pemasaran terbatas.
Selain itu juga dianalisis tentang faktor apa saja yang dapat meningkatkan
profitabilitas LUEP penerima DPM. Kesimpulan yang diambil Faktor-faktor yang
dapat meningkatkan pendapatan/keuntungan pada DPM-LUEP: (a) efektivitas
pembelian bahan baku/gabah (putaran/daur), memaksimalkan DPM yang
dipinjam dalam beberapa kali perputaran pembelian; (b) peningkatan pembelian
bahan baku yang akan akan meningkatkan hasil produk yang diolah; (c) efesiensi
biaya lain-lain; (d) melakukan stok produk menunggu peningkatan harga jual
produk (beras) di pasaran.
Solikah (2010) dalam penelitiannya menganalisis tentang persepsi petani
terhadap peran LUEP dalam usahatani padi. Kesimpulannya petani berpersepsi
baik terhadap program DPM-LUEP karena pada waktu panen raya harga gabah
jatuh dan LUEP membeli gabah minimal seharga HPP. Selain itu dianalisis juga
tentang faktor-faktor yang membentuk persepsi petani terhadap peran LUEP
dalam usaha tani padi. Kesimpulannya, faktor-faktor yang mebentuk persepsi
petani terhadap peran LUEP dalam usahatani padi adalah pendidikan formal,
pendidikan non formal, pengalaman masa lalu, luas lahan, lingkungan sosial dan
lingkungan ekonomi.
Syarief (2007) dalam penelitiannya menganalisis tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap efektivitas program DPM-LUEP di kab.Lampung
Tengah. Kesimpulan yang diperoleh, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
efektivitas Program DPM-LUEP adalah Pendidikan Formal,Masa Kerja SDM
pengelola LUEP,Sarana,jaringan pasar,produksi GKP mitra LUEP dan Kualitas
GKP mitra LUEP. Selain itu juga dianalisis bagaimana efektivitas program
DPM-LUEP di Kabupaten Lampung Tengah. Kesimpulan yang diperoleh, rata-rata
efektivitas Program DPM-LUEP berklasifikasi efektif pada ketepatan lokasi
ketepatan waktu dan jumlah dana yang dikembalikan,volume pembelian gabah,
jumlah petani dan pemanfaatan dana,kurang efektif pada harga GKP dan tidak
efektif pada ketepatan waktu pembelian gabah. Hal ini menunjukkan bahwa
2.2.Landasan Teori 2.2.1. Penguatan LDPM
Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)
adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya
(distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan
pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung
dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan-LDPM dibiayai melalui APBN
dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung
kepada rekening Gapoktan (Badan Ketahanan Pangan Pusat, 2010).
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai, 2009 menyebutkan
bahwa Dana Bantuan Sosial (bansos) yang dimaksud dalam Petunjuk Teknis
adalah:
1. Uang yang ditransfer kepada Gapoktan untuk pembangunan dan penguatan
unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan atau unit
usaha pengolahan serta pengolahan cadangan pangan.
2. Fasilitas bantuan sosial ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan
Gapoktan dengan penguatan kelembagaan dan peningkatan SDM melalui
pembinaan, pemantauan, evaluasi dan dukungan lainnya.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan Gapoktan dalam
mengolah, menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya
dapat menyebabkan ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian
Menurut Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010, Tujuan dari penyaluran
dana untuk pelaksanaan kegiatan P-LDPM adalah:
1. Memperkuat modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya
(distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) untuk dapat mengembangkan
sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi petani anggotanya,
dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta
tercapainya stabilisasi harga pangan di tingkat petani saat panen raya;
2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: (i) melakukan
musyawarah rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya, (ii) melakukan
pembelian-penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan
anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah khususnya bagi
unit usaha Gapoktan yang mengelolanya;
3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan
dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya.
Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (a) mendukung upaya petani
memperoleh harga produksi yang lebih baik disaat panen raya; (b) meningkatkan
kemampuan petani memperoleh nilai tambah produksi pangan dan usahanya
melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan
pendapatan di tingkat petani; dan (c) memperkuat kemampuan Gapoktan dalam
melakukan pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses
pangan pada saat menghadapi paceklik kepada anggota petani yang tergabung
dalam wadah Gapoktan. (Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010)
Dengan memberdayakan Gapoktan, mereka mampu untuk: (a)
dalam wadah Gapoktan; (b) menghimpun dan mengembangkan/memupuk dana
yang dikelola oleh unit usaha/Gapoktan secara transparan, dengan aturan dan
sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah dan mufakat
oleh petani anggotanya; dan (c) meningkatkan keterampilan dalam hal:
administrasi, pembukuan (pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran,
keuangan), pemantauan secara partisipatif, pengawasan internal, dan bermitra
serta bernegosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya.(Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010)
Strategi yang dilaksanakan pada program P-LDPM ini antara lain:
(a) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit usaha
distribusi/pemasaran/pengolahan untuk memperkuat kemampuannya
mendistribusikan/memasarkan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya. Hal ini
dilaksanakan dengan melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya
baik di dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan
sehingga tercapai stabilisasi harga di tingkat petani; dan (b) memberikan
dukungan kepada Gapoktan dan unit pengelolaan cadangan pangan dalam
mengelola cadangan pangan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pengadaan
gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya
sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan. (Badan
Ketahanan Pangan Nasional, 2010).
Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahap penumbuhan,
Badan Ketahanan Pangan Kab. Serdang Bedagai, 2009 menyebutkan bahwa
A. Indikator Masukan (Input)
1. Terealisasinya dana Bansos 2009 sebesar Rp. 900.000.000,- bagi 6
Gapoktan pada 6 desa di Kabupaten Serdang Bedagai
2. Ditetapkannya Tenaga Pendamping 6 orang yang terdiri dari PPL/ petugas
lapangan yang berdomisili di wilayah Gapoktan.
B. Indikator Keluaran (Output) Tahun I
1. Tersedianya gudang Gapoktan untuk menyimpan gabah/beras 6 Gapoktan
di Kabupaten Serdang Bedagai
2. Tersedianya cadangan pangan di 6 Gudang Gapoktan di Kabupaten
Serdang Bedagai
3. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam pembelian dan penjualan
gabah/beras di 6 Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai
C. Indikator Hasil (Outcome)
1. Tersedianya gabah/beras digudang untuk cadangan pangan
2. Meningkatnya volume pembelian dan penjualan gabah/beras pada 6
Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai.
D. Indikator Manfaat (Benefit)
1. Meningkatnya modal usaha Gapoktan
2. Harga gabah/beras di wilayah Gapoktan stabil terutama pada saat panen
3. Meningkatnya nilai tambah produk pertanian (gabah)
4. Meningkatnya akses anggota Gapoktan terhadap beras
E. Indikator Dampak (Impact)
1. Terwujudnya stabilitas harga gabah di wilayah kerja 6 Gapoktan di
Kabupaten Serdang Bedagai
2. Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani
3. Meningkatnya pendapatan anggota Gapoktan
Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahap penumbuhan,
Badan Ketahan Pangan Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa digunakan
beberapa indikator kinerja, yaitu:
A. Indikator Masukan (Input)
1. Dana Bansos Tahun Anggaran 2010 sebagai tambahan modal bagi
Gapoktan.
2. Terseleksinya pendamping tahun 2009 dan tahun 2010 yang siap
melanjutkan pembinaan terhadap Gapoktan di Wilayahnya
3. Terseleksinya Gapoktan hasil Penumbuhan tahun 2009 yang siap untuk
menerima dana tambahan Bansos
B. Indikator Keberhasilan (Outcome)
1. Tersedianya cadangan pangan (gabah/beras) di gudang milik Gapoktan
2. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah/beras dan/atau/jagung
di unit usaha Distribusi/Pemasaran/Pengolahan minimal 2 kali putaran
3. Meningkatnya modal usaha lebih besar dari dana bansos yang telah
C. Indikator Manfaat (Benefit)
1. Dana bansos dari pemerintah dimanfaatkan dengan baik oleh Gapoktan
terseleksi untuk membeli gabah/beras/jagung minimal dari hasil produksi
petani anggotanya
2. Minimal petani gabah/beras/jagung anggota Gapoktan terseleksi
memperoleh harga gabah/beras serendah-rendahnya sesuai HPP dan HRD
untuk jagung terutama saat panen raya
3. Minimal anggota Gapoktan dapat memperoleh akses pangan dengan
mudah pada saat musim paceklik
4. Kemampuan manajemen Gapoktan dan unit-unit usahanya semakin baik,
transparan dan akuntabel
D. Indikator Dampak (Impact)
1. Terwujudnya stabilitas harga gabah/beras dan/atau jagung di wilayah
Gapoktan
2. Terwujudnya kertahanan pangan di tingkat rumah tangga petani
3. Meningkatnya ekonomi pedesaan yang bersumber dari komoditas pangan
4. Meningkatnya pendapatan petani padi dan jagung yang berada di wilayah
Gapoktan
2.2.2. Pengertian Program
Menurut Jones (1996), program adalah cara yang disahkan untuk
mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami,
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya
kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek,
yang antara lain adalah:
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai
2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu
3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui
4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan
Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah
adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan
adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan
manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal
dilaksanakan.
Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur
pelaksananya. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik
itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun
pengawasan dalam pelaksanaan. Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak
ukur yang bisa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung,
berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah
tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber
2.2.3. Kelembagaan
Nasution (2002) menyebutkan bahwa kelembagaan mempunyai pengertian
sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkatn
aturan, prosedur, norma prilaku individual dan sangat penting artinya sebagai
pengembangan pertanian.
Kelembagaan dapat dibagi kedalam 2 kelompok yaitu: pertama, lembaga
formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, lembaga
tradisional atau lokal. Kelembagaan merupakan kelembagaan yang tumbuh dari
dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung” bagi
kelangsungan komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud
nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara hidup yang telah lama hidup dalam
komunitas. Keberadaan lembaga dipedesaan memiliki fungsi yang mampu
memberikan “energi sosial” yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut,maka
lembaga dipedesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik
tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani atau gapoktan
(Sumarti, dkk, 2008).
Menurut Sesbany (2007) Kelembagaan mempunyai titik strategis (entry
point) dslam menggerakkan system agribisnis pedesaan. Untuk itu segala sumber
daya yang ada dipedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka
peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Penguatan
posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat
melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang tergabung dan
bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan
terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi
desa atau yang berada dalam suatu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier.
Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya
akses petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha. Pada prinsipnya
lembaga gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonom, namun
diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran
penting terhadap pertanian (Syahyuti, 2007).
Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumber daya dan
distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya
peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya
kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang
hubungan antar pemilik input dalam menghasilan output ekonomi desa dan dalam
mengatur distribusi ouput tersebut (Prihartanto, 2009).
2.2.4. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi mencapai cakupan yang cukup luas, yang dapat mengarah
bahwa: “Evaluation is an elastic word that stretches to cover judgment of many
kinds” (evaluasi adalah suatu kata yang elastis yang dapat meluas meliputi
penilaian kebenaran dan keberhasilan tentang banyak hal). Weiss juga
menegaskan bahwa semua penilaian itu berisikan penentuan keberhasilan dari
setiap pelaksanaan suatu program atau keputusan.
Jones (1996), mengungkapkan bahwa evaluasi adalah upaya
membandingkan antara apa yang direncanakan dengan hasil yang dicapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata evaluasi berarti penilaian hasil.
Jadi evaluasi adalah merupakan suatu kegiatan yang membandingkan antara
program telah yang direncanakan dengan hasil yang dicapai setelah program
tersebut dilaksanakan, dengan menggunakan tolok ukur atau indicator yang
ditetapkan.
Dalam pemahaman pengertian konsep evaluasi oleh Scriven dalam
Tayibnapis (1995), secara menyeluruh terdapat dua konsep besar yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu:
a. Konsep evaluasi formatif dan sumatif, evaluasi formatif merupakan evaluasi
yang dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi yang
berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan. Misalnya selama program
berlangsung, akan melibatkan semua komponen yang terlibat dalam evaluasi,
sehingga setiap langkah evaluasi akan menghasilkan umpan balik yang segera
kepada pembuat program, yang sangat berguna bagi usaha merevisi hal-hal
yang dirasa perlu diperbaiki. Selanjutnya evaluasi sumatif adalah konsep
evaluasi yang dilakukan pada akhir program untuk memberikan informasi
Misalnya program kesehatan, evaluasi juga melibatkan semua komponen yang
ada akan tetapi evaluasinya pada akhir program.
b. Konsep evaluasi internal dan eksternal, evaluasi internal adalah untuk
mengetahui lebih banyak tentang programnya dari pada orang luar. Sementara
konsep evaluasi eksternal antara lain mampu menangkap hal-hal yang
dianggap penting bagi program yang tidak diketahui secara internal.
Metoda pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi
menurut Patton (1991), metoda evaluasi secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 6 (enam) yaitu:
a. Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya
suatu kebijakan atau program diimplementasikan.
b. With and without comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan menggunakan pembandingan kondisi antara yang tidak mendapat dan
kondisi yang mendapat kebijakan atau program, yang telah dimodifikasi
dengan memasukkan perbandingan kriteria-kriteria yang relevan di tempat
kejadian peristiwa atau TKP dengan program terhadap suatu tempat kejadian
peristiwa atau TKP tanpa program.
c. Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu
objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan
ketetapan-ketetapan perencanaan yang ada (planned).
d. Experimental (controlled) model, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan melakukan percobaan yang terkontrol/dikendalikan untuk mengetahui
e. Quasi experimental models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian
terhadap kondisi yang diteliti.
f. Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian yang hanya
didasarkan pada penelitian biaya terhadap suatu rencana.
Menurut Abidin (2004), informasi yang dihasilkan dari evaluasi merupakan
nilai (values) yang antara lain berkenaan dengan:
1. Efisiensi (efficiency), yakni perbandingan antara hasil dengan biaya, atau
(hasil/biaya).
2. Keuntungan (profitability), yaitu selisih antara hasil dengan biaya atau
(hasil-biaya).
3. Efektif (effectiveness), yakni penilaian pada hasil, tanpa memperhitungkan
biaya.
4. Keadilan (equity), yakni keseimbangan (proporsional) dalam pembagian hasil
(manfaat) dan/atau biaya (pengorbanan).
5. Detriments, yakni indikator negatif dalam bidang sosial seperti kriminal dan
sebagainya.
6. Manfaat tambahan (marginal rate of return), yaitu tambahan hasil banding
biaya atau pengorbanan (change-in-benefits/change-in-cost).
Untuk keperluan jangka panjang dan untuk kepentingan keberlanjutan
(sustainable) suatu program, evaluasi sangat diperlukan. Dengan evaluasi,
kebijakan-kebijakan ke depan akan lebih baik dan tidak mengurangi kesalahan
1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh
suatu kebijakan mencapai tujuannya.
2. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat
tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan
berhasil atau gagal.
3. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja
suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban
pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari
kebijakan dan program pemerintah.
4. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak
dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama
kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah
kebijakan atau program.
5. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi
kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan
kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan kebijakan yang
lebih baik.
2.2.5. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Program
Petani sebagai pelaku sektor pertanian memiliki berbagai masalah dalam
melaksanakan usaha taninya. Secara umum masalah tersebut dapat
1. Masalah sumberdaya manusia
Sebahagian besar petani di Indonesia adalah petani gurem (lahan dibawah
0,5 ha) dan tergolong lanjut usia. Sebagian besar petani di dalam
mengembangkan usaha taninya dengan cara melihat petani lain yang sudah
berhasil. Mereka sangat hati-hati di dalam menerapkan inovasi baru karena
mereka sangat takut dengan resiko gagal. Tanpa ada contoh yang telah
berhasil, petani sangat rentan untuk mengubah usaha taninya.
2. Masalah ilmu pengetahuan dan teknologi
Sebahagian besar petani masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan
hanya sebahagian kecil berpendidikan lanjutan. Pada umumnya
keterampilan bercocok tanam mereka peroleh dari orang tuanya serta
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari usaha taninya. Penggunan
benih unggul terkadang dilakukan tidak setiap turun tanam tapi terkadang
mereka menangkar sendiri benih untuk pertanaman berikutnya. Pengetahuan
tentang penggunaan pupuk yang berimbang msaih sangat terbatas sehingga
pertumbuhan tanaman padinya sering tidak optimal.
3. Masalah Modal Usaha Tani
Masalah keterbatasan modal usaha tani merupakan masalah yang mendasar
bagi petani. Sebagian besar petani memperoleh modal usaha dari kekayaan
keluarga atau meminjam dari pengusaha yang ada di desanya. Sering petani
memerlukan sarana produksi berupa pupuk, benih, alsintan dan obat-obatan
namun karena keterbatasan modal usaha menyebabkan pengadaan sarana ini
4. Pemasaran hasil usahatani
Proses produksi tanaman padi biasanya dilakukan pada hamparan sawah
yang luas dengan sumber air yang sama. Proses penanaman umumnya
dilakukan secara serempak. Dengan kondisi ini menyebabkan suplai gabah
meningkat pada puncak panen sedangkan penawaran terbatas serta petani
tidak memiliki sarana penjemuran. Petani terkadang tidak memiliki pilihan
untuk menjual gabahnya dengan harga yang layak atau harga yang lebih
baik. Petani juga sebagian besar tidak mengetahui unit-unit pembelian
gabah yang harga dan pasarnya dijamin oleh pemerintah. Kondisi ini
biasanya menyebabkan harga gabah petani menjadi turun terlebih lagi pada
saat tersebut turun hujan (Patiwiri, 2007).
Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses timbal
balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman,
dan alam semesta. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun
non formal. Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan dari terendah
sampai tertinggi yang biasanya di bangku sekolah. Sedangkan pendidikan non
formal biasanya diberikan sebagai penyelenggara pendidikan yang terorganisasi di
luar sistem pendidikan sekolah yang terprogram.
Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang sudah
dilembagakan, pada tingkat-tingkat yang berurutan dan mempunyai struktur
hirarki, berjenjang dari sekolah dasar sampai dengan tingkat universitas tertinggi.
Sedangkan pendidikan non formal merupakan setiap kegiatan pendidikan yang
diorganisasi dan sistematis, yang dilaksanakan di luar jaringan sistem formal
masyarakat. Pendidikan non formal meliputi penyuluhan pertanian, program
pelatihan petani, latihan kerja diluar sistem formal dan berbagai program
pengajaran kemasyarakatan (Blanckenburg, 1979).
Menurut Prayitno dan Lincolin (1987), menyatakan bahwa pendidikan
mempunyai pengaruh bagi petani dalam mengadopsi teknologi dan keterampilan
manajemendalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
baik formal maupun non formal, maka diharapkan pola pikirnya akan semakin
rasional.
Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat pengetahuan, wawasan, dan
pandangan seseorang. Dalam bidang pertanian diartikan sebagai cara seseorang
merespon suatu teknologi. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan kunci
dalam pembangunan pertanian. Dengan pendidikan yang memadai, maka transfer
teknologi mudah terlaksana sehingga dapat memacu pembangunan teknologi di
tingkat petani (Kanro, 2002).
Syarief (2007) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh nyata terhadap efektivitas program DPM-LUEP yang
diteliti. Sehingga semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi efektivitas program
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam mengelola suatu usaha, khususnya
dibidang manajemen perusahaan penggilingan padi atau gabah sangat dibutuhkan
pendidikan yang cukup untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik.
Solikah (2010) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tingkat
pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi petani terhadap
yang rendah cenderung memiliki pola piker sederhana dalam mengelola usaha
tani dan memandang setiap permasalahan yang dihadapinya.
Mosher (1983) menyebutkan bahwa pendidikan merupakan faktor
pelancar yang dapat mempercepat pembangunan pertanian. Dengan pendidikan,
seseorang akan mudah dalam mengadopsi teknologi baru, mengembangkan
ketrampilan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi.
2.2.6. Hubungan Usia terhadap Program
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap
hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. Menurut Kartasapoetra
(1991), petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun keatas, biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit memberikan pengertian-pengertian yang dapat
mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup. Menurut Prayitno dan
Lincolin (1987), menyatakan bahwa tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya maupun usaha-usaha
pekerjaan tambahan lainnya. Semakin tinggi umur petani, maka kemampuan
kerjanya semakin menurun.
Munthe (2009) menyebutkan bahwa tingkat umur mempengaruhi pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin berkembang juga
cara mereka berfikir dan dalam membuat keputusan.
Adiwilaga (1973) menyatakan bahwa peternak dalam usia produktif akan
lebih efektif dalam mengelola usahanya bila dibandingkan dengan peternak yang
2.3.Kerangka Pemikiran Penelitian
P-LDPM adalah salah satu program pemerintah dibidang pertanian yang
bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan hidup. Program ini cukup mudah untuk dijalankan oleh
petani-petani terutama petani-petani-petani-petani yang bernaung di bawah Gapoktan. Namun peneliti
merasa perlu dilakukan penelitian untuk melihat apakah petani yang menjalankan
program P-LDPM ini dapat beradaptasi dan menerima program ini.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program. Beberapa faktor
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal, umur dan
pendidikan non formal dari pengurus. Pendidikan mempunyai pengaruh bagi
petani dalam mengadopsi teknologi dan keterampilan manajemen dalam
mengelola usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan baik formal maupun
non formal, maka diharapkan pola pikirnya akan semakin rasional. Umur
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola
usahataninya maupun usaha-usaha pekerjaan tambahan lainnya. Semakin tinggi
umur petani, maka kemampuan kerjanya semakin menurun.
Program P-LDPM ini dianggap berhasil di lapangan jika memenuhi 9
(sembilan) indikator dari 10 (sepuluh) indikator-indikator yang ada dalam
panduan teknis pelaksanaan program P-LDPM. Indikator keberhasilan tersebut
yaitu realisasi dana bantuan sosial, adanya PPL pendamping, memiliki gudang
lumbung pangan, memiliki cadangan pangan, meningkatnya volume jual beli
gabah/beras, meningkatnya modal usaha, membeli gabah lebih besar atau sama
dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), meningkatnya nilai tambah produk,
manajemenn Gapoktan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan
petani pesertanya yang diukur dengan membandingkan penerimaan petani
Gapoktan yang berhasil menjalankan Program P-LDPM dengan petani Gapoktan
yang tidak berhasil menjalankan Program P-LDPM.
Kerangka Konsep Penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.4.Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. bupaProgram P-LPDM berhasil dijalankan di Kabupaten Serdang Bedagai. Program P- LDPM
Indikator – Indikator Keberhasilan
• Realisasi Dana Bantuan Sosial • Tersedianya PPL Pendamping
• Memiliki Gudang Cadangan
Pangan
• Memiliki Cadangan Pangan
• Meningkatnya Volume Jual Beli Gabah
• Meningkatnya Modal Usaha • Membeli Gabah > HPP
• Meningkatnya Nilai Tambah
2. Ada hubungan faktor Pendidikan, Usia dan Pendidikan Non Formal terhadap
keberhasilan program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Program P-LDPM memberikan dampak positif dengan adanya perbedaan
penerimaan antara petani peserta yang berhasil menjalankan Program
P-LDPM dengan petani peserta yang tidak berhasil menjalankan Program
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai yang dipilih
secara purposive karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah
penerima bantuan program P-LDPM di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan
di daerah-daerah penerima P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu di Desa
Pematang Pelintahan Kecamatan Sei Rampah, Desa Melati II Kecamatan
Perbaungan, Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan, Desa Paya Lombang
Kecamatan Tebing Tinggi, Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin, dan
Desa Pulo Gambar Kecamatan Serba Jadi.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani yang
menerima bantuan P- LDPM yang terbagi dalam beberapa Gapoktan dan
pengurus P-LDPM.
Untuk identifikasi masalah yang pertama, sampel diambil dari sampel
pengurus dan petani pada masalah 2 dan 3, lalu digunakan metode deskriptif
dengan melihat bagaimanakah keberhasilan program P-LDPM di masing-masing
gapoktan penerima. Untuk menentukan apakah gapoktan berhasil atau tidak
dilihat dari indikator keberhasilan. Dari 10 kriteria yang ditetapkan, sedikitnya
gapoktan harus memenuhi 9 kriteria baru dianggap berhasil.
Untuk identifikasi masalah yang kedua, yang menjadi populasi sekaligus
metode sensus . Jumlah populasi dan sampel pengurus P-LDPM dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Pengurus
No Nama Gabungan
Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009
Untuk identifikasi masalah yang ketiga dilakukan analisa inferensial
dimana yang menjadi populasi adalah petani peserta program P-LDPM. Analisa
inferensial ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan antara
petani peserta yang berhasil melaksanakan Program P-LDPM dengan petani
peserta yang tidak berhasil melaksanakan Program P-LDPM, dengan
membandingkan harga yang diterima masing-masing kelompok.
3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan
penelitian secara langsung ke lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang
diteliti, yang dapat dilakukan dengan Penyebaran Kuisioner. Kuisioner disebarkan
kepada responden yang dimaksudkan untuk menyaring data dari pengurus peserta
3.3.2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan Data Sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan untuk
mendapatkan data melalui buku, dokumen-dokumen pelaksanaan kegiatan
P-LDPM maupun laporan–laporan yang ada.
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data
1. Data Primer
a. Pendidikan Formal Pengurus b. Usia Pengurus
c. Pendidikan Non Formal Pengurus
-Kuisioner c. Volume Jual Beli Gabah d. Perkembangan Modal e. Administrasi Kelompok
- BP2KP Kab.Serdang
Bedagai
- Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Analisis Deskriptif
Analisa deskriptif dilakukan untuk melaporkan faktor demografi dari
responden seperti tingkat pendidikan, umur dan tingkat pendidikan non formal.
Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menggambarkan keberhasilan
masing-masing gapoktan penerima P-LDPM berdasarkan indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan.
3.4.2. Analisis Inferensial
Untuk membuat kesimpulan tentang temuan secara umum, dilakukan
analisa inferensial. Analisa inferensial yang digunakan adalah uji Chi Square dan
1. Chi Square digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam
keberhasilan program berdasarkan tingkat pendidikan, usia dan pendidikan
non-formal.
2. Uji beda rata-rata independen (independent sample t-test) digunakan untuk
melihat perbedaan penerimaan petani Gapoktan yang berhasil menjalankan
program P-LDPM dengan penerimaan petani Gapoktan yang tidak berhasil
3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi
1. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian
dari Pengembangan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan pada Program
Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2009 yang bertujuan meningkatkan
kemampuan gapoktan dalam mengembangkan usaha distribusi dan mengelola
cadangan pangan.
2. Dana bantuan sosial adalah uang yang ditransfer langsung kepada Gapoktan
untuk pembangunan dan penguatan unit usaha distribusi hasil pertanian atau
unit usaha pemasaran dan atau unit usaha pengolahan serta pengelolaan
cadangan pangan.
3. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota.
4. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah gabungan beberapa kelompok tani
yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan
efisiensi usaha.
5. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga pembelian pemerintah untuk
komoditas padi/gabah/jagung/sesuai dengan instruksi presiden tentang
perberasan.
6. Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh
anggota kelompoktani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan
3.5.2. Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sampel penelitian adalah pengurus program P-LDPM dan petani peserta
program P-LDPM.
3. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal para pengurus program
P-LDPM.
4. Usia adalah usia para pengurus program P-LDPM.
5. Pendidikan non formal adalah keikutsertaan pengurus P-LDPM dalam
penyuluhan pertanian, kepengurusan kelompok, program pelatihan petani,
latihan kerja diluar sistem formal dan berbagai program pengajaran
kemasyarakatan di daerahnya.
6. Harga gabah peserta program P-LDPM adalah harga yang terjadi pada setiap
transaksi.
7. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a. Realisasi dana bantuan sosial. Dianggap berhasil jika menerima > 80%
dana dari total Rp 150.000.000 dicairkan untuk masing-masing Gapoktan.
b. Memiliki PPL sebagai pendamping Gapoktan.
c. Memiliki gudang sebagai lumbung pangan.
d. Memiliki cadangan pangan. Dianggap berhasil jika cadangan pangan
senilai > 80% dari nilai total cadangan pangan Rencana Usaha Gapoktan.
e. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah/beras di unit distribusi.
f. Meningkatnya modal usaha lebih besar dari dana bantuan sosial yang
g. Membeli harga gabah lebih besar atau setara dengan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP).
h. Meningkatnya nilai tambah produk. Nilai tambah diperoleh dari Gabah
Kering Panen (GKP) yang diproses menjadi Gabah Kering Giling (GKG)
maupun beras.
i. Meningkatnya akses anggota Gapoktan terhadap pangan.
j. Meningkatnya kemampuan manajemen Gapoktan. Kemampuan
manajemen ini diukur dari kemampuan Gapoktan dalam 4 hal yaitu
melakukan pencatatan transaksi, pembukuan, pelaporan bulanan dan
pengiriman SMS ke SMS Center tiap minggunya. Kemampuan
manajemen dianggap meningkat jika mampu memenuhi 3 dari 4
subkriteria.
8. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a. Berhasil jika memenuhi > 9 indikator keberhasilan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah di Propinsi
Sumatera Utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian, dimana luas wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai adalah 1.900,22 km2
Secara geografis daerah Kabupaten Serdang Bedagai terletak diantara
3°01’-3°40’ Lintang Utara dan 98°45’-99°18’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar
antara 24,1°C sampai dengan 31,6°C, dengan kelembaban udara rata-rata 84%
dan curah hujan berkisar antara 10-345,5 mm dan rata-rata kecepatan angin adalah
0,9 m/detik.
dan merupakan daerah dataran
rendah dengan ketinggian berkisar 0-500 meter dari permukaan laut. Kabupaten
Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 desa/kelurahan definitif.
Batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Kabupaten
Simalungun
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai adalah Sei Rampah yang terletak sekitar 76
km sebelah selatan kota Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Serdang Bedagai dikenal sebagai daerah pertanian dan mata
pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, perikanan
banyak ditanami pada sektor perkebunan adalah kelapa dan kelapa sawit.
Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang
mendukung pertanian dan pariwisata.
4.1.1.
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Serdang Bedagai antara 24,1°C-31,6°C,
dengan kelembaban udara pada tahun 2009 rata-rata setinggi 84%. Di Kabupaten
Serdang Bedagai seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus
sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai
dengan bulan Mei.
Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan)
Pada tahun 2009 tercatat ada sekitar 5-27 hari jumlah hari hujan rata-rata
perbulannya dengan rata-rata kecepatan angin 0,90 M/DT. Arah angin terbagi 2
(dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: Dari arah Barat kira-kira bulan
Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah Timur dan Tenggara antara
bulan April sampai dengan bulan September.
4.1.2.
Hasil Sensus tahun 2008 Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah
630.728 jiwa, pada tahun 2009 diperkirakan sebesar 642.983 yang mendiami
wilayah seluas 1.900,22 Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Serdang Bedagai
Tahun 2008-2009 dperkirakan sebesar 1,02% per tahun.
Kependudukan
Tahun 2009 di Kabupaten Serdang Bedagai Penduduk laki-laki lebih
banyak dari perempuan. Laki-laki berjumlah 323.012 jiwa dan Perempuan
Tabel 3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2009
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
2007 311.998 306.658 618.656 101,74
2008 316.745 313.983 630.728 100,88
2009 323.012 319.971 642.983 100,95
Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2010
Hasil sensus tahun 2009, penduduk Kabupaten Serdang Bedagai
berjumlah 642.983 dimana sebagian besar dari penduduk adalah berpendidikan
SD dengan jumlah 207.452 jiwa dan yang terkecil adalah berpendidikan Diploma
I, II &III yaitu sebesar 6.106 jiwa.
Tabel 4. Penduduk Diatas 10 Tahun menurut Jenis Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2009
No Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah
1. Tidak punya ijazah 153.807
Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2010
Struktur penduduk menurut umur menunjukkan bahwa komposisi terbesar
adalah penduduk di antara 15-19 tahun yaitu sebesar 77.426 jiwa dan komposisi
terkecil adalah penduduk dengan usia 55-59 tahun yaitu sebesar 14.019 jiwa.
Berkenaan dengan umur produktif, komposisi umur dibawah 15 tahun adalah
sebanyak 217.514 jiwa (33,83%), komposisi umur diatas 60 tahun adalah 33.394
jiwa (5,19%), yang berada di usia produktif sekitar 60,98% atau sebesar 392.075