• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peramalan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Sentosa Plastik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Peramalan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Sentosa Plastik Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERAMALAN DAN PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA

SENTOSA PLASTIK MEDAN

GELADIKARYA

Oleh :

SISKA SILVANA

NIM : 087007099

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGESAHAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : Analisis Peramalan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Sentosa Plastik Medan

Nama : Siska Silvana

NIM : 087007099

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Ketua

Dr. Ir. Nazaruddin, MT Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sentosa Plastik sebagai perusahaan yang mengolah plastik bekas menjadi biji plastik dan polybag, dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan yang terjadi tidak diiringi dengan perencanaan persediaan bahan baku yang baik sehingga perusahaan mengalami kelebihan persediaan. Kelebihan bahan baku berimplikasi pada biaya persediaan yang relatif besar. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan melakukan efisiensi. Salah satu yang dapat ditempuh terkait dengan bahan baku adalah melakukan perencanaan persediaan yang optimal. Sehingga perlu ditentukan sistem persediaan bahan baku plastik yang optimal agar permintaan produksi Sentosa Plastik dapat terpenuhi dan perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Masalah yang diteliti pada geladikarya ini adalah penentuan sistem persediaan bahan baku plastik yang optimal agar permintaan produk Sentosa Plastik dapat terpenuhi dan perusahaan dapat beroperasi secara efisien.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi deskriptif, yakni studi yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan Metode Linier, Metode Kuadratis dan Metode Siklis untuk mengetahui kebutuhan bahan baku tahun 2012. Metode EOQ yang dipakai menghasilkan jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Juga dilakukan penentuan reorder point yang merupakan metode saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock.

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

ANALISIS PERAMALAN DAN PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA

SENTOSA PLASTIK MEDAN”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, Februari 2012 Yang Membuat Pernyataan

(5)

RIWAYAT HIDUP

Siska Silvana, lahir di Nganjuk, 1 Nopember 1979, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Heru Purwanto dan Ibu Endang Sri Purwanti. Menikah dengan Ruruh Wicaksono pada 20 Oktober 2002 dan telah dikaruniai 2 (dua) putra yakni Farrel Rasendriya dan Fattan Ghayzar.

Riwayat Pendidikan

Tamat

SD Negeri Mangundikaran 1 Nganjuk Tahun 1992

SMP Negeri 1 Nganjuk Tahun 1995

SMU Negeri 2 Kediri Tahun 1998

STIE Malangkucecwara Malang Tahun 2002

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga gladikarya ini dapat diselesaikan.

Geladikarya ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi Magister Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul : ”ANALISIS PERAMALAN DAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA SENTOSA

PLASTIK MEDAN ”

Dalam menyelesaikan geladikarya ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis pada kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian geladikarya ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. A. Rahim Matondang, MSIE sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua Komisi Pembimbing.

(7)

4. Ucapan terima kasih penulis sampaikan seluruh para Guru Besar dan Dosen pada Sekolah Pascasarjana khususnya dan Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

5. Kepada orang tua Bapak Heru Purwanto dan Ibu Endang Sri Purwanti atas dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan studi.

6. Kepada suamiku Ruruh Wicaksono dan anak-anakku tercinta Farrel Rasendriya dan Fattan Ghayzar yang juga telah banyak memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti studi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada teman-teman yang telah banyak memberikan inspirasi, masukkan dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan geladikarya ini, serta para pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan geladikarya ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata kepada Allah S.W.T juga kita serahkan dan semoga bimbingan, arahan yang diberikan akan menjadi amal ibadah dan akan mendapat imbalan yang layak dari-Nya. Semoga geladikarya ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, 20 Februari 2012

(8)

DAFTAR ISI

2.8 Pengertian dan Pengendalian Persediaan ... 25

2.9 Metode EOQ ... 26

4.3 Definisi Operasional Variabel ... 34

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

(9)

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35

5.1 Sejarah Perusahaan... 35

5.2 Struktur Organisasi ... 36

5.3 Tujuan Perusahaan ... 38

5.4 Proses Produksi ... 38

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39

6.1 Struktur Produk ... 39

6.2 Manajemen Permintaan ... 39

6.3 Perhitungan EOQ ... 48

6.4 Perhitungan Reorder Point ... 53

6.5 Analisis dan Evaluasi ... 54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

7.1 Kesimpulan ... 57

7.2 Saran 58

(10)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Kebutuhan Bahan Baku Sentosa Plastik 2006 – 2011 3

Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian 33

Tabel 6.1 Data Penjualan Polybag dan Biji Plastik di Sentosa Plastik

tahun 2006 – 2011 40

Tabel 6.2 Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Linier 42

Tabel 6.3 Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Kuadratis 43

Tabel 6.4 Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Siklis 45

Tabel 6.5 Perhitungan Kesalahan Metode Linier 46

Tabel 6.6 Perhitungan SEE untuk Metode Kuadratis 47

Tabel 6.7 Perhitungan SEE untuk Metode Siklis 47

Tabel 6.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan SEE 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Pola Data 8

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual 30

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Sentosa Plastik 36

Gambar 6.1 Struktur Produk Sentosa Plastik 40

Gambar 6.2 Diagram Pencar Data Permintaan Polybag 41

(12)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sentosa Plastik sebagai perusahaan yang mengolah plastik bekas menjadi biji plastik dan polybag, dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan yang terjadi tidak diiringi dengan perencanaan persediaan bahan baku yang baik sehingga perusahaan mengalami kelebihan persediaan. Kelebihan bahan baku berimplikasi pada biaya persediaan yang relatif besar. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan melakukan efisiensi. Salah satu yang dapat ditempuh terkait dengan bahan baku adalah melakukan perencanaan persediaan yang optimal. Sehingga perlu ditentukan sistem persediaan bahan baku plastik yang optimal agar permintaan produksi Sentosa Plastik dapat terpenuhi dan perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Masalah yang diteliti pada geladikarya ini adalah penentuan sistem persediaan bahan baku plastik yang optimal agar permintaan produk Sentosa Plastik dapat terpenuhi dan perusahaan dapat beroperasi secara efisien.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi deskriptif, yakni studi yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan Metode Linier, Metode Kuadratis dan Metode Siklis untuk mengetahui kebutuhan bahan baku tahun 2012. Metode EOQ yang dipakai menghasilkan jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Juga dilakukan penentuan reorder point yang merupakan metode saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bagi perusahaan, masalah bahan baku sangat mempengaruhi operasionalnya, karena bahan baku adalah bahan utama dalam proses produksi. Untuk kelangsungan proses produksi suatu perusahaan, maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah persediaan bahan baku. Persediaan adalah salah satu kekayaan yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual atau persediaan barang yang masih dalam proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu untuk digunakan dalam suatu proses produksi (Rangkuti, 1998).

(14)

Oleh sebab itu, setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan jumlah persediaan yang optimal baik dalam jumlah dan biayanya. Dalam hubungan ini maka diperlukan suatu kebijakan pengendalian persediaan demi lancarnya proses produksi. Mengingat persediaan bahan baku mempunyai peranan yang sangat penting di dalam proses produksi, maka perusahaan perlu tetap menjaga agar persediaan bahan baku selalu ada di dalam perusahaan, supaya kelancaran proses produksi perusahaan terjamin.

Sentosa Plastik Medan yang menghasilkan biji plastik dan kantong plastik (polybag), dalam kegiatan produksinya menggunakan pola make to stock atau menyimpan persediaan untuk kebutuhan konsumen, maka pengendalian sangat diperlukan untuk menghindari bahan-bahan yang akan menjadi rusak atau usang apabila disimpan terlalu lama, sedangkan apabila terjadi kekurangan bahan baku dapat menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan. Selama ini perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan baku (plastik) hanya berdasarkan perkiraan, yakni berdasarkan kebutuhan masa lalu kemudian dilakukan pemesanan bahan baku bukan berdasarkan perkiraan permintaan masa yang akan datang.

(15)

Tabel 1.1 Kebutuhan Bahan Baku Sentosa Plastik 2006 - 2011 Tahun Kebutuhan

Bahan Baku (Kg)

Bahan Baku yang Dapat Dipenuhi (Kg)

Kelebihan Bahan Baku (Kg)

2006 84.074 102.000 17.927

2007 92.952 100.500 7.548

2008 82.509 99.000 16.491

2009 99.120 100.000 880

2010 96.900 100.025 3.125

2011 85.410 96.000 10.590

Sumber : Sentosa Plastik, 2012

Kelebihan bahan baku yang terlihat pada Tabel 1.1 membawa berbagai implikasi terkait dengan biaya produksi. Kelebihan bahan baku tersebut berimplikasi pada biaya penyimpanan dan tertanamnya modal. Untuk itu perlu dilakukan kajian sehingga perusahaan dapat memenuhi persediaan bahan baku secara optimal.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang akan diteliti pada geladikarya ini adalah sistem perencanaan persediaan bahan baku di Sentosa Plastik kurang baik sehingga perusahaan sering mengalami kelebihan persediaan bahan baku dari tahun 2006 hingga 2011.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jumlah persediaan yang optimal sehingga perusahaan dapat membuat rencana persediaan bahan baku secara efisien.

1.4Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

(16)

berupa plastik bekas. Agar permasalahan ini dapat terfokus dan diselesaikan, maka dibatasi pada kondisi-kondisi sebagai berikut :

a. Data yang digunakan adalah periode 2006-2011

b. Metode peramalan yang digunakan adalah linier, kuadratis dan siklis. c. Perhitungan persediaan dengan menggunakan Metode Economic Order

(17)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Peramalan

Peramalan menurut Yamit (1999), merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern mengetahui keadaan yang akan datang tidak saja penting untuk melihat yang baik atau buruk tetapi juga bertujuan untuk melakukan persiapan peramalan. Perencana organisasi sangat memerlukan untuk mengetahui apakah keadaan dan kejadian yang akan datang berpengaruh terhadap organisasi. Oleh karena itu peramalan adalah pintu yang tepat untuk mengetahui keadaan yang akan datang.

Peramalan adalah prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat kejadian yang tidak pasti di masa yang akan datang (Yamit, 1999). Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah tidak mungkin dicapai, oleh karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan datang secara pasti, diperlukan waktu dan tenaga yang besar agar mereka dapat memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadap kejadian yang akan datang.

(18)

menterjemahkan informasi ke dalam faktor input yang dibutuhkan dalam peramalan permintaan.

Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi permintaan suatu organisasi yang menghasilkan barang atau jasa, namun tidak mungkin mengidentifikasi semua faktor dan menghitung kemungkinan pengaruhnya terhadap organisasi. Beberapa faktor umum lingkungan yang mempengaruhi peramalan, yaitu:

a. Kondisi umum bisnis dan ekonomi b. Reaksi dan tindakan pesaing c. Tindakan pemerintah

d. Kecenderungan pasar, yang dipengaruhi oleh: 1. Siklus kehidupan produk

2. Gaya dan mode

3. Perubahan permintaan konsumen e. Inovasi teknologi

Assauri (1999) menyatakan bahwa “Prakiraan atau peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa

yang akan datang”.

2.2 Beberapa Metode Peramalan

(19)

yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibagi ke dalam deret berkala atau runtut waktu (time series), indikator ekonomi dan model ekonometri. Sedangkan metode kualitatif dapat berupa pengumpulan pendapat yang dapat dibagi menjadi pengumpulan pendapat para ahli, survei pasar dan ada pula yang mengelompokkan dalam metode eksploratoris dan normatif.

Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat ketepatan dan biaya yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu. Metode kuantitatif didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki tingkat ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih popular dalam penggunaannya. Makridakis, Wheelwright dan McGee (1999) menjelaskan bahwa pada umumnya peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut:

- Tersedia informasi tentang masa lalu

- Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik - Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut.

Peramalan dengan menggunakan metode deret waktu didasarkan pada pendugaan masa depan yang dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan peramalan di masa lalu. Tujuan metode peramalan deret waktu seperti itu adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret data tersebut ke masa depan.

(20)

Pola data dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

a. Pola horisontal, terjadi bilamana data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan atau stasioner terhadap nilai rata-ratanya.

b. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret data dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan atau hari pada minggu tertentu)

c. Pola siklis, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis atau ekonomi.

d. Pola trend, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data.

Jika terdapat deret data yang mencakup kombinasi dari pola-pola data tersebut, maka metode peramalan yang dapat membedakan setiap pola harus digunakan bila diinginkan adanya pemisahan komponen pola tersebut. Berikut ini

(21)

penjelasan perhitungan atau rumus dari tiga metode peramalan berdasarkan pergerakan garis trend.

Menghitung nilai trend dapat dilakukan dengan beberapa metode, dalam tulisan ini akan disampaikan tiga metode yang paling sering digunakan yaitu :

a. Metode kuadrat terkecil (least square method)

Perhitungan nilai trend dengan metode ini juga biasa disebut dengan metode linier yang dilakukan dengan menggunakan persamaan:

Y = a + b. t dimana:

Y = data time series periode t

t = waktu (hari, minggu, bulan, triwulan, tahun) a, b = bilangan konstan

Nilai a dan b diperoleh dari: a = ∑Y/n dan b = ∑t.Y / ∑t2

b. Metode trend kuadratis (quadratic trend method)

Menghitung nilai trend dengan metode ini dilakukan dengan menggunakan persamaan:

Y = a + b.t + c.t2 dimana:

Y = data time series periode t

t = waktu (hari, minggu, bulan, triwulan, tahun) a, b, c = bilangan konstan

(22)

a = ((∑Y)(∑t2 .t2)-( ∑t2 .Y)( ∑t2))/n(∑t2 .t2)-(∑t2)2

b = ∑t .Y/∑t2

c = (n(∑t2

.Y)-(∑t2)(∑Y))/n(∑t2.t2)-(∑t2)2

c. Model Siklis (Musiman)

Untuk pola data yang bersifat siklis atau musiman, persamaan garis yang mewakili dapat didekati dengan fungsi trigonometri, yaitu:

t

Jumlah Kuadrat Kesalahan Terkecil didefinisikan sebagai (Makridakis, 1999):

Bentuk diskriminannya adalah sebagai berikut :

Maka:

2.3 Pemilihan Metode Prakiraan

(23)

Pada bagian ini akan dikemukakan suatu kerangka pemilihan metode-metode kualitatif, deret berkala dan kausalik. Kerangka tersebut sebagian besar berdasarkan penelitian oleh Wheelwright dan Clarke (1999), yang mengidentifikasikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam memilih metode prakiraan atau peramalan. Faktor-faktor terpenting adalah sebagai berikut :

1. Keahlian pemakai dan kecanggihan sistem.

Metode prakiraan harus disesuaikan dengan pengetahuan dan keahlian si pemakai. Pada umumnya para manajer enggan menggunakan hasil suatu teknik yang tidak mereka kuasai. Faktor lain adalah status sistem peramalan cenderung berkembang kearah metode yang secara sistematis semakin canggih, bukan suatu langkah perubahan yang besar. Jadi metode yang dipilih jangan terlalu canggih bagi pemakai atau terlalu lanjut dibandingkan sistem peramalaan saat ini. Kadang-kadang model yang lebih sederhana lebih baik hasilnya, sehingga kecanggihan bukanlah tujuan utama.

2. Waktu dan sumber daya yang tersedia.

(24)

sistem komputerisasi, mungkin sangat sedikit biaya maupun waktu yang diperlukan.

3. Karakteristik pemakaian atau keputusan.

Pemakaian, pada gilirannya sangat erat berkaitan dengan beberapa karakteristik seperti ketepatan, jangka waktu prakiraan, dan jumlah hal yang akan diprakirakan atau diramalkan. Sebagai contoh, keputusan mengenai sediaan dan penjadwalan memerlukan prakiraan jangka pendek dengan ketepatan tinggi untuk sejumlah besar barang. Metode deret berkala umumnya tepat untuk kebutuhan ini. Sebaliknya, keputusan yang menyangkut perencanaan proses dan fasilitas bersifat jangka panjang, mungkin kurang memerlukan ketepatan tinggi untuk perkiraan tunggal mengenai total permintaan. Metode kualitatif atau kausalik lebih sesuai untuk keputusan tersebut. Perencanaan agregat dan keputusan pelanggaran yang bersifat jangka menengah seringkali menggunakan metode deret berkala atau kausalik.

4. Ketersediaan data

(25)

5. Pola data.

Pola data akan mempengaruhi jenis metode prakiraan yang dipilih. Jika deret waktu berbentuk datar, dapat digunakan metode tingkat satu. Akan tetapi, apabila pola data menunjukkan kecendrungan (trend) atau musiman (seasonal), akan diperlukan metode yang lebih canggih. Pola data juga menentukan apakah metode deret waktu sudah cukup atau diperlukan suatau metode kausalik. Jika pola data tidak stabil, mungkin perlu dipilih suatu metode kualitatif. Jadi, pola data merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi metode peramalan. Salah satu cara untuk menentukan pola data adalah dengan mengalurkan data dalam suatu grafik. Hal ini perlu selalu dilakukan sebagai langkah pertama da;am melakukan teknik peramalan.

Hal lain yang berkenaan dengan pemilihan metode peramalan adalah perbedaan suai (fit) dan perkiraan (prediksi). Jika beberapa model yang berbeda diuji, seringkali dianggap bahwa model yang sangat tepat dengan data historis (kesalahan terkecil) juga merupakan model prediktif terbaik. Hal ini tidak benar. sebagai contoh, misalkan observasi terhadap permintaan dilakukan selama delapan periode waktu dan kita ingin mendapatkan model deret waktu terbaik untuk data yang diperoleh. Suatu model polinominal tingkat tujuh dapat dibentuk dengan sangat tepat melalui setiap titik dari kedelapan data masa lalu tersebut. Akan tetapi, model ini bukanlah prediktor terbaik untuk masa depan (Schroeder, 1997).

Model prediktif terbaik adalah model yang menggambarkan deret waktu

(26)

tepat untuk menyesuaikan model-model yang dibuat berdasarkan data masa lampau adalah memisahkan model suai (fit) dengan model prediksi. Pertama kumpulan data dibagi ke dalam dua bagian.

Beberapa model berdasarkan asumsi yang dapat diterima mengenai musiman (seasonality), kecendrungan (trend), dan siklus kemudian disesuaikan dengan kumpulan data pertama. Model-model ini digunakan untuk nilai prediksi bagi kumpulan data kedua, dan model dengan kesalahan terkecil pada kumpulan data kedua, merupakan model terbaik. Pendekatan ini menggunakan model suai (fit) untuk kumpulan data pertama dan model prediksi untuk kumpulan data kedua sebagai dasar pemilhan model.

Akhirnya, suatu pertanyaan menarik mengenai pemilihan model adalah ketetapan peramalan kualitatif manusia dibandingkan dengan peramalan berdasarkan model kuantitatif. Ebert (1976) membandingkan manusia dengan model untuk bermacam pola permintaan berdasarkan deret berkala. Ia menemukan bahwa apabila data memiliki sejumlah besar ingar-acak (random noice) atau pola musiman non linear, model lebih baik dari prakiraan manusia dengan perhatian ditekankan (tingkat pertama) dengan nilai acak digunakan, prakiraaan manusia seringkali lebih baik dari model. Penelitian ini menunjukkan bahwa model kuantitatif tidak selalu menghasilkan prakiraan yang lebih baik ketimbang manusia (Schroeder, 1997).

2.4 Pengertian Persediaan

(27)

pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mungkin terjadi, karena tidak selamanya barang-barang atau jasa-jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti pula bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Persediaan ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut (terjadinya kelancaran usaha) hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya.

Pengertian persediaan menurut Assauri (1999) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

(28)

Persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi bahan-bahan serta selanjutnya menyampaikannya pada pelanggan atau konsumen.

Persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk dapat:

- Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

- Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

- Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

- Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

- Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

- Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

(29)

terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan.

Dengan demikian jelaslah bahwa adanya persediaan dapat mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para langganan atau konsumen.

2.5 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Assauri (1999), jenis-jenis persediaan berdasarkan fungsinya adalah:

a. Batch Stock/Lot Size Inventory

Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Persediaan ini timbul dimana bahan/barang yang dibeli, dikerjakan/dibuat atau diangkut dalam jumlah yang besar, sehingga barang-barang diperoleh lebih banyak dan cepat daripada penggunaan atau pengeluarannya, dan untuk sementara tercipta suatu persediaan. Perlu kita ketahui bahwa adalah relatif lebih menguntungkan apabila kita melakukan pembelian dalam jumlah yang besar, karena kemungkinan untuk mendapatkan potongan harga pembelian, biaya pengangkutan yang lebih murah per unitnya dan penghematan dalam biaya-biaya lainnya yang mungkin diperoleh.

b. Fluctuation Stock

(30)

mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan kedaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

c. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat. Di samping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau menghindari kemacetan produksi.

Menurut Assauri (1999), jenis-jenis persediaan fisik adalah: 1. Persediaan bahan-bahan (Raw Materials Stock)

Yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang dimana dapat diperoleh dari sumber-smber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi.

(31)

Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock)

Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock)

Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya memang hanya sampai di situ saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi.

(32)

meliputi pembuatan produk selesai terdiri dari biaya bahan baku, upah buruh langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk tersebut.

Yamit (1999), menunjukkan pula beberapa tipe persediaan yaitu:

- Persediaan alat-alat kantor adalah persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk akhir. - Persediaan bahan baku adalah item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan ditransformasikan menjadi barang akhir.

- Persediaan barang dalam proses adalah bagian dari produk akhir tetapi masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain untuk diproses.

- Persediaan barang jadi adalah persediaan produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan atau disimpan.

2.6 Fungsi Persediaan

Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Oleh karena itu ada beberapa yang mempunyai fungsi persediaan (Yamit, 1999):

(33)

- Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Persediaan bahan baku terikat pada supplier, persediaan barang dalam proses terikat pada departemen produksi, dan persediaan barang jadi terikat pada konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level.

- Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya.

- Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ini ada beberapa macam. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah (Ahyari, 1990):

- Perkiraan pemakaian

(34)

- Harga dari bahan

Harga daripada bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu juga dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini. - Biaya- biaya persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan juga di dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal adanya dua tipe biaya, yaitu biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan besarnya rata-rata persediaan.

- Kebijaksanaan pembelanjaan.

Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan akan tergantung kepada kebijaksanaan pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut. Apakah perusahaan akan memberikan fasilitas yang pertama, kedua atau justru yang terakhir untuk dana bagi persediaan bahan baku ini. Di samping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja.

- Pemakaian senyatanya.

(35)

bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kenyataan.

- Waktu tunggu

Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan pada saat pemesanan bahan baku sampai datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini sangat perlu untuk diperhatikan karena erat hubungannya dengan penentuan saat pemasaran kembali (reorder). Dengan diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

2.7 Macam-macam Biaya dalam Persediaan

Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan Berbagai biaya dalam persediaan menurut Yamit (1999) adalah:

- Biaya pembelian yaitu harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.

(36)

Biaya pemesanan dapat berupa: biaya membuat daftar permintaan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan jadwal kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualitas.

- Biaya simpan yaitu biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.

- Biaya kekurangan persediaan yaitu konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekuarangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen lain. Biaya kekurangan persediaan dapat berupa biaya backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas.

2.8 Pengertian Pengendalian Persediaan

(37)

pengaturan penyimpanan dan lain-lain. Sangatlah penting bagi setiap perusahaan untuk mengadakan pengendalian persediaan, karena ini dapat membantu tercapainya tingkat efisiensi penggunaan dana dalam persediaan. Tetapi, hal ini bukan berarti dapat menghapus sama sekali risiko yang timbul akibat adanya sediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan pengendalian persediaan dapat membantu mengurangi terjadinya risiko seminimal mungkin.

Pengendalian persediaan adalah penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak bahan yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan para pelanggan, atau dengan kata lain pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat berjalan lancar. Adapun kegiatan-kegiatan pengendalian persediaan yang efektif menurut Miswanto dan Widodo (1999) adalah:

1. Memperoleh bahan-bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh suatu supply yang cukup dari bahan-bahan yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas.

2. Menyimpan dan memelihara bahan-bahan dalam persediaan, yaitu mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi bahan-bahan yang telah dimasukkan ke dalam persediaan.

3. Pengeluaran bahan-bahan, yaitu menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran dan penyampaian bahan-bahan yang tepat pada saat, serta tempat dimana dibutuhkan.

(38)

Tujuan pengendalian persediaan menurut Miswanto danWidodo (1999) adalah:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalau besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena inni akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

2.9 Metode EOQ (Economic Order Quantity)

Menurut Riyanto (1997) adalah:

“Economic Order Quantity adalah jumlah kuantitas barang yang dapat

diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah

pembelian yang optimal”. Dalam menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan biaya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik biaya variabel yang sifat perubahannya searah dengan perubahan jumlah persediaan yang dibeli/disimpan maupun biaya variabel yang sifat perubahannya berlawanan dengan perubahan jumlah inventory tersebuut. Biaya variabel dari inventory pada prinsipnya dapat digolongkan dalam:

1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang

kini sering dinamakan “ procurement costs” atau “ set-up costs”. Misal,

(39)

2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya “average inventory” yang sering disebut “carrying costs”. Misal, biaya penggunaan/sewa gudang, biaya asuransi, biaya pemeliharaan material, dan sebagainya.

Cara untuk menentukan besarnya EOQ

Besarnya EOQ dapat ditentukan dengan berbagai cara, dan antara lain yang banyak digunakan ialah dengan penggunaan rumus sebagai berikut:

EOQ = PxI xRxS 2

Dimana,

R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu, misalnya 1 tahun.

S = Biaya pesanan setiap kali pesan. P = Harga Pembelian.

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan.

Metode EOQ dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut: 1. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus-menerus. 2. Tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap.

3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan artinya setelah kebutuhan dan tenggang waktu dapat ditentukan secara pasti berarti kekurangan persediaan dapat dihindari.

(40)

5. Struktur biaya tidak berubah: biaya pemesanan atau persiapan sama tanpa memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpan adalah berdasarkan fungsi linier terhadap rata-rata persediaan, dan harga beli atau biaya pembelian per unit adalah konstan (tidak ada potongan)

6. Kapasitas gudang dan madal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.

7. Pembelian adalah satu jenis item.

Meskipun terdapat berbagai macam asumsi yang harus dipenuhi dalam model EOQ, bagaimanapun juga EOQ adalah model manajemen persediaan yang dapat meminimumkan total biaya.

2.10 Reorder Point

Reorder point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock.

a. Jika tidak ada safety stock

ROP = (Lead Time x kebutuhan / hari) b. Jika ada safety stock

ROP = (Lead Time x kebutuhan / hari) + safety stock.

(41)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual dari penelitian ini dititik beratkan pada proses penentuan peramalan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan Metode EOQ. Gambaran dari kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Pada tahap awal, perusahaan terlebih dahulu mengetahui perkiraan permintaan bahan baku yang dibutuhkan, dalam hal ini peneliti memerlukan data penjulan tahun-tahun sebelumnya untuk kemudian dilakukan peramalan dengan

Perkiraan Permintaan

Persediaan Dalam Satu Periode Biaya Setiap

Kali Pemesanan

Harga Pembelian

Biaya

Penyimpanan dan

(42)

menggunakan metode setengah rata-rata. Persediaan bahan baku dalam satu periode akan optimal dan efisien jika memperhatikan biaya setiap kali pemesanan, harga pembelian serta biaya penyimpanan dan pemeliharaan.

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu, yang diukur dengan satuan unit maupun rupiah untuk setiap bulannya (Herjanto, 2001). Biaya setiap kali pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang setiap kali pemesanan (Sulistyo, 2010) atau biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan apabila item diproduksi di dalam perusahaan, yang terdiri dari berbagai jenis biaya yaitu :

1. Biaya Membuat Daftar Permintaan. 2. Biaya Analisis Supplier.

3. Biaya Membuat Pesanan Pembelian. 4. Biaya Inspeksi Bahan.

5. Biaya Pelaksanaan Proses Transaksi

(43)

1. Biaya Simpan, yang meliputi biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan.

(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sentosa Plastik Medan yang terletak di Jl. Brigjen Katamso Gg. Ladang No. 193/113 Deli Tua. Waktu penelitian selama 8 (delapan) bulan mulai bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, seperti terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan Juli

Agt-Okt

Nop Des Jan Feb

1 Pembuatan Usulan geladikarya

2 Kolokium Usulan geladikarya

3 Pengumpulan dan Analisis Data

4 Seminar Perusahaan 5 Penyusunan Akhir

Geladikarya

6 Sidang Geladikarya

4.2 Jenis Penelitian

(45)

4.3 Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah :

a. Biaya setiap kali pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang setiap kali pemesanan.

b. Harga pembelian adalah harga per kilogram bahan baku berupa plastik bekas yang dibeli di pabrik.

c. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan bahan baku plastik.

d. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang diperlukan untuk mempertahankan usia teknis dan menjaga fungsi gudang dan peralatan untuk menyimpan bahan baku plastik.

e. Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik :

a. Wawancara. Berupa pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan Manajer Umum dan Manajer Produksi untuk memberikan data yang penulis butuhkan.

(46)

4.5 Analisis Data

(47)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan

Sentosa Plastik merupakan perusahaan pengolah plastik bekas yang beroperasi sejak tahun 1989 di Medan, yang didirikan oleh Bapak Hasan. Hasil pengolahan mesin-mesin pabrik adalah plastik bekas adalah plastik siap pakai dalam bentuk polybag dan biji plastik. Sentosa Plastik tumbuh menjadi perusahaan yang memberikan peranan dalam pengolahan sampah plastik masyarakat. Hasil produksi dipasarkan di kawasan Sumatera dan Kalimantan, khususnya untuk kebutuhan perusahaan pengolahan biji plastik bekas dan perusahaan perkebunan di Indonesia.

Biji Plastik atau juga sering disebut biji recycle atau biji plastik ulang, merupakan produk pertama yang dihasilkan sebelum menjadi produk siap pakai. Biji plastik bentuknya seperti beras atau sebesar kacang hijau. Biji plastik yang diolah lebih lanjut akan menjadi polybag dan produk-produk yang siap pakai seperti ember, plastik pembungkus dan lain-lain.

(48)

pembibitan terutama digunakan untuk pembibitan kelapa sawit, karet, kayu dan lain-lain.

Kapasitas produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Sentosa Plastik berkisar 100.000 hingga 120.000 kg biji plastik dan polybag. Pesaing dalam industri ini adalah Sumber Perkasa dan Star Plastik, namun dalam posisi persaingan Sentosa Plastik menjadi market leader dikarenakan memiliki mesin pengolahan yang telah dimodernisasi.

5.2 Struktur Organisasi

Saat ini Sentosa Plastik memiliki 94 karyawan yang terbagi dalam beberapa bagian dan masing-masing memiliki tanggungjawab tersendiri. Pelaksanaan manajemen Sentosa Plastik dikendalikan oleh seorang manajer. Untuk memudahkan aktivitas sehari-harinya Sentosa Plastik menyusun struktur organisasi seperti yang diunjukkan pada gambar 5.1.

Sumber : Sentosa Plastik, 2011

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Sentosa Plastik Manajer

Keuangan/Pembukuan Personalia Pemasaran

Kabag Produksi

Mandor Sales Pembelian

Asisten Keuangan

Collector

Kepala Mesin

Anggota Mesin

(49)

Tugas dan Tanggung Jawab Manajer

a. Manajer bertanggung jawab melakukan koordinasi dan membangun integrasi seluruh komponen perusahaan.

b. Manajer menyusun target kerja tahunan dan bulanan pada bagian keuangan, personalia dan pemasaran dan strategi pencapaiannya. c. Menyusun anggaran dan mempertanggungjawabkan realisasinya. d. Mengendalikan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

e. Memastikan penggunaan dana Sentosa Plastik secara efektif dan efisien.

f. Memelihara harta benda Sentosa Plastik yang ada. g. Menjalin kerjasama dengan relasi bisnis.

h. Menjaga citra dan nama baik Sentosa Plastik ke dalam maupun ke luar.

i. Memastikan tercipta dan terpeliharanya iklim kerja dan lingkungan yang aman dan nyaman.

Wewenang Manajer

a. Merekomendasikan dan atau memutuskan pengeluaran dana sesuai dengan ketentuan perusahaan.

b. Otorisasi penerimaan dan pengeluaran dana, laporan administrasi. c. Rekomendasi status hubungan kerja: mutasi, promosi, demosi dan

pemutusan hubungan kerja.

d. Menandatangani kontrak kerja sama sesuai dengan wewenangnya. e. Mewakili Sentosa Plastik dalam pertemuan dengan instansi

(50)

5.3 Tujuan Perusahaan

Tujuan berdirinya Sentosa Plastik adalah membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehar dari sampah atau limbah plastik dengan cara pengolahan yang baik sehingga dapat dipergunakan kembali. Selain itu perusahaan juga bertujuan membantu pemerintah menciptakan lapangan kerja dan mengelola sampah masyarakat khususnya plastik bekas yang tidak akan terurai dengan baik.

5.4 Proses Produksi

Kondisi bahan baku plastik bekas yang dibawa agen ke pabrik dalam keadaan bersih dan siap olah. Setelah dilakukan transaksi, bagian gudang mengangkut kedalam gudang tempat persediaan bahan baku. Luas gudang tempat persediaan bahan baku plastik bekas 10 x 25 meter. Kapasitas maksimal penyimpanan gudang adalah 100.000 kg plastik bekas.

(51)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Struktur Produk

Struktur produk atau bill of material (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing (Gaspersz, 1998). Struktur produk typical akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi, kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat subassemblies. Kemudian subassemblies bergabung bersama membuat assemblies, dan seterusnya sampai produk akhir (Gaspersz, 1998).

. Produk berupa kantongan plastik (polybag) dibuat dari biji plastik, dimana biji plastik dibuat dari bahan baku berupa plastik bekas. Untuk membuat 1 kg polybag diperlukan sebanyak 1,05 kg biji plastik. Untuk menghasilkan 1 kg biji plastik diperlukan sebanyak 1,05 kilogram bahan baku berupa plastik bekas, sehingga untuk menghasilkan 1 kg polybag diperlukan sebanyak 1,11 kg bahan baku plastik bekas. Secara diagramatis struktur produk polybag dan kebutuhan bahan baku biji plastik dapat dilihat pada Gambar 6.1.

6.2 Manajemen Permintaan

(52)

Gambar 6.1 Struktur ProdukSentosa Plastik

Aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan demikian peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis.

Untuk melakukan pengendalian persedian bahan baku plastik, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan peramalan secara agregat, yaitu dengan meramalkan permintaan produk.

Berikut ini diuraikan data penjualan polybag dan biji plastik dari tahun 2006 hingga 2011, seperti terlihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Data Penjualan Polybag dan Biji Plastik di Sentosa Plastik Tahun 2006 – 2011

Tahun Polybag Biji Plastik

2006 30.100 48.250

2007 35.450 51.050

2008 38.150 38.250

2009 42.000 50.000

2010 40.000 50.000

2011 37.500 41.700

Jumlah 223.100 279.250

Rata-Rata 37.183,333 46.541,667

Sumber : Sentosa Plastik, 2011

Polybag (1 Kg)

Biji Plastik (1,05 Kg) Bahan Pewarna

(53)

Dalam peramalan ini digunakan jumlah permintaan produk selama lima tahun terakhir. Peramalan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan tujuan peramalan

Tujuan peramalan untuk meramalkan data permintaan berupa produk polybag yang diteliti Tahun 2012.

2. Membuat diagram pencar

Identifikasi pola historis dari data permintaan produk pada Tahun 2006 sampai Tahun 2011 yang dilakukan dengan menggunakan diagram pencar. Diagram pencar untuk produk polybag dapat dilihat pada Gambar 6.2.

(54)

3. Memilih metode peramalan

Pemilihan metode peramalan yang sesuai dengan pola data pada diagram pencar. Dari diagram pencar dapat disimpulkan bahwa pola data permintaan untuk polybag menunjukkan pola linier, kuadratis dan siklis. Dengan demikian fungsi peramalan yang dipilih adalah:

a Metode Linier

b Metode Kuadratis

c Metode Siklis

4. Perhitungan parameter peramalan

a. Metode Linier

Fungsi peramalan: Y = a + bX

Untuk melakukan perhitungan konstanta a dan b dengan menggunakan Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Linier

Tahun Xi Yi XiYi Xi2 2006 1 30,100 30,100 1 2007 2 35,450 70,900 4 2008 3 38,150 114,450 9 2009 4 42,000 168,000 16 2010 5 40,000 200,000 25 2011 6 37,500 225,000 36

(55)

n∑XY –(∑X)(∑Y)

Fungsi peramalannya adalah :Y’ = 31750 + 1557,14 X

b. Metode Kuadratis

Fungsi peramalan : Y = a + bX + cX2

Tabel 6.3 Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Kuadratis

(56)
(57)

Menentukan Tabel Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Siklis

(58)

Fungsi peramalannya adalah :

5. Menghitung Kesalahan Peramalan

Perhitungan ketelitian masing-masing metode peramalan bertujuan untuk memilih metode peramalan yang lebih tepat untuk digunakan. Ketelitian peramalan dapat ditentukan dengan menghitung standar kesalahan peramalan (Standard Error of Estimate). Perhitungan kesalahan menggunakan metode SEE (Standard Error of Estimation) dengan menggunakan rumus sebagai

Untuk mempermudah pehitungan SEE model persamaan regresi linier terlebih dahulu dilakukan perhitungan kesalahan (error) sebagaimana disajikan pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5 Perhitungan Kesalahan Metode Linier

(59)

10

Untuk mempermudah pehitungan SEE model persamaan kuadratis terlebih dahulu dilakukan perhitungan kesalahan (error) sebagaimana disajikan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6 Perhitungan SEE untuk Metode Kuadratis

819

Untuk mempermudah pehitungan SEE model persamaan siklis terlebih dahulu dilakukan perhitungan kesalahan (error) sebagaimana disajikan pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7 Perhitungan SEE untuk Metode Siklis

(60)

146

Tabel 6.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan SEE Metode Peramalan Hasil Perhitungan SEE

Linier 3.782

Kuadratis 35.819

Siklis 10.146

Berdasarkan dari hasil perhitungan SEE sebagaimana disajikan pada Tabel 6.8 nilai SEE metode linier lebih kecil dibandingkan kedua metode yang lain, sehingga untuk meramalkan permintaan polybag pada tahun 2012 digunakan persamaan linier dengan bentuk persamaannya adalah : Y’ = 31750 + 1557,14 X Sehingga untuk tahun 2012 diperkirakan permintaan polybag adalah:

Y’ = 31750 + 1557,14 (7)

= 42.649,98

= 42.650 kg (dibulatkan).

Dengan cara yang sama untuk produk biji plastik didapat hasil perkiraan penjualan pada Tahun 2012 sebanyak 44.127 Kg (Lampiran-1).

6.3 Perhitungan EOQ

(61)

kg. Untuk menghasilkan 44.127 kg biji plastik diperlukan bahan baku sebanyak (44.127 x 1,05) kg = 46.334 kg bahan baku, sehingga kebutuhan bahan baku berupa plastik bekas total untuk tahun 2012 adalah = (49.048 + 46.334) kg = 95.382 kg.

Sebagaimana telah dijelaskan, untuk perencanaan kebutuhan baku Sentosa Plastik pada tahun 2012 akan dilakukan dengan menggunakan metode EOQ yang bertujuan untuk mengetahui pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang minimal dan apakah ada persediaan bahan baku ada selama pemesanan dilakukan kembali.

Dari penelitian yang dilakukan pada Sentosa Plastik, diketahui data yang digunakan untuk perhitungan order/pembelian plastik bekas yang ekonomis tahun 2012 adalah sebagai berikut:

- Kebutuhan plastik bekas yang diperkirakan untuk tahun 2012 adalah 95.382 kg.

- Biaya satu kali pemesanan Rp 910

Dimana: Biaya analisis suplier Rp 100

Biaya pelaksanaan proses transaksi Rp 810 - Harga pembelian per kg plastik bekas yang dipesan Rp 5.000 - Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang 1% Maka :

EOQ =

=

(62)

=

= 1.863,305

Ini berarti bahwa cara pembelian yang paling ekonomis plastik bekas sebanyak 1.863,305 kg setiap kali pesan, yang berarti juga bahwa kebutuhan plastik bekas untuk proses produksi tahun 2012 yang diramalkan 95.382 kg akan dipenuhi dalam 51 kali pemesanan dalam satu tahun, atau setiap dua hari sekali (360 hari/51 = 7,03 hari = 7 hari atau seminggu sekali)

X = = 51,19 = 51 kali setahun

Tabel 6.9 Hasil Economic Order Quantity(rupiah) Jumlah 1 95.382 475.142.726 237.571.363 2.375.714 2.366.910 4.742.624

51 1.863,3 9.316.524 4.658.262 46.582,62 46.410 92.932,62

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 6.9 diperoleh bahwa dengan menggunakan metode EOQ, cara pembelian yang efisien adalah:

a. Frekuensi pembelian plastik bekas pada Sentosa Plastik dilakukan setiap dua hari sekali.

(63)

c. Nilai inventori yang harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku plastik bekas adalah sebesar Rp 9.316.524,-

X = Jumlah kg tiap kali pesan x harga plastik bekas per kg = 1.863,3kg x Rp 5.000

= Rp 9.316.524,-

d. Nilai inventori rata-rata yang dikeluarkan Sentosa Plastik adalah Rp 4.658.262,- yang diperoleh dari :

X = atau

X =

=

= Rp 4.658.262,-

e. Biaya penyimpanan yang harus dianggarkan jika perusahaan ingin melakukan pembelian bahan baku plastik bekas yang optimal adalah sebesar Rp 45.657,125,- didapat dari:

Biaya penyimpanan: = 1% x nilai inventori rata-rata. = 1% x 4.658.262,-

= Rp46.582,62,-

(64)

Biaya pesanan: = Biaya tiap kali pesan x frekuensi pembelian = Rp 910 x 51

= Rp 46.410,-

g. Jumlah biaya seluruhnyayang dikeluarkan Sentosa Plastik untuk pengadaan bahan baku plastik bekas tiap pemesanan tahun 2012 adalah sebesar Rp 86.156,15,-

Biaya seluruhnya = Biaya penyimpanan + biaya pesan 1 tahun = Rp 46.582,62 + Rp 46.410,-

= Rp 92.932,62,-

Perbedaan biaya pada pemesanan bahan baku tahun 2012 : a. Dengan menggunakan metode EOQ

diketahui

Frekuensi pemesanan = 51 kali

Jumlah optimal kuantitas per order = 1.863,305 kg Biaya setiap pemesanan 51 x Rp 910 = Rp 46.410,-

Biaya penyimpanan = Rp 46.582,62 ,-

Total biaya = Rp 92.932,62,-

b. Tanpa menggunakan metode EOQ

Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan Sentosa Plastik dan data yang ada, pada tahun 2010 frekuensi pemesanan bahan baku plastik bekas mencapai 120 kali, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah :

Frekuensi pemesanan = 120 kali

Jumlah optimal kuantitas/order 95.382/120 = 4.526,91 kg

Biaya pemesanan120 x Rp 910 = Rp 109.200,-

(65)

Dari perhitungan di atas, maka jelas terlihat adanya selisih biaya yaitu: Tanpa menggunakan perhitungan EOQ = Rp155.782,62,- Dengan menggunakan perhitungan EOQ = Rp92.932,62,- (-)

Selisih biaya = Rp 62.850,-

Dengan demikian bila pemesanan atau pembelian bahan baku dilakukan dengan menggunakan perhitungan EOQ, maka perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 62.850,- setiap kali pemesanan.

6.4 Perhitungan Reorder Point

Pembelian atau pemesanan kembali yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan agar bahan baku yang dipesan datang tepat pada waktunya, sehingga tidak akan terjadi kekurangan bahan baku karena terlambatnya bahan yang datang atau terjadi kelebihan bahan baku karena bahan baku yang dipesan datang lebih awal.

Berdasarkan keterangan dari Sentosa Plastik untuk maka perhitungan ROP adalah sebagai berikut:

Lead time: Berdasarkan keterangan dari Sentosa Plastik diperoleh bahwa data untuk waktu tunggu dari sejak order sampai datangnya plastik bekas ke gudang pabrik adalah selama 2 hari.

Asumsi 1 bulan : Sentosa Plastik menetapkan bahwa waktu produksi atau waktu kerja dalam satu bulan tidak satu bulan penuh, tetapi 26 hari. Jadi satu tahun ada 12 bulan x 26 hari = 312 hari

Maka dapat diketahui pula kebutuhan plastik bekas per hari adalah:

(66)

Reorder Point = (Lead time x kebutuhan/hari) = (2 hari x306 kg)

= 612 kg.

Dari Gambar 6.3 terlihat, berdasarkan perhitungan EOQ, kebutuhan bahan baku plastik bekas setiap kali pemesanan adalah 1.863,3 kg. Agar tidak terjadi kekosongan bahan baku, 2 hari (lead time) sebelum persediaan bahan baku habis maka perusahaan dapat melakukan pemesanan pada saat jumlah persediaan bahan baku yang ada tinggal 612 kg.

6.5 Analisis dan Evaluasi

Dari pembahasan yang telah dikemukakan, bahwa pentingnya pengendalian persediaan pada Sentosa Plastik adalah :

1. Menghindari kehabisan persediaan plastik bekas yang mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi perusahaan.

2. Dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan persediaan. Gambar 6.3 Hubungan Reorder Point dengan EOQ

612 Persediaan (Kg)

612 1.863

ROP

EO Q

Periode Lead Time

(67)

Pengendalian persediaan bahan baku ini adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan perencanaan produksi, karena dengan adanya pengendalian produksi ini dapat membantu kelancaran produksi dan dengan adanya produksi maka permintaan terhadap produk dapat terpenuhi dan dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan.

Berdasarkan data penjualan masa lalu dengan metode perkiraan linier dibuat perkiraan permintaan untuk tahun 2012. Berdasarkan hasil perkiraan permintaan produk selanjutnya dapat dibuat rencana pembelian kebutuhan bahan baku untuk periode yang akan datang. Setelah didapat perencanaan kebutuhan, kemudian dapat ditentukan jumlah produksi yaitu untuk memproduksi 1 kg polybag diperlukan sebanyak 1,05 kg biji plastik, dan untuk menghasilkan 1 kg biji plastik dibutuhkan sebanyak 1,05 kg bahan baku. Berdasarkan hal tersebut, untuk memproduksi 1 kg polybag diperlukan sebanyak 1,11 kg bahan baku.

Berdasarkan perhitungan yang pada sub bab 6.3 sebelumnya, telah diperoleh bahwa dengan kebutuhan bahan baku Sentosa Plastik tahun 2012 sebesar 95.382 kg akan menghasilkan 90.612,9 kg biji plastik (95.382 x 0,95) dan setelah diolah kembali akan menghasilkan 86.082,255 kg polybag (86.082,255 x 0,95), dengan pembelian optimal yaitu sebesar 1.863,3 kg sekali pesan yang ordernya dilakukan setiap minggu atau 51 (lima puluh satu) kali dalam setahun (lebih efisien dari perkiraan perusahaan yaitu 120 kali), ketika persediaan plastik bekas berjumlah 1.863,3 kg dan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku adalah sebesar Rp 92.932,62,-

(68)
(69)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan bab sebelumnya maka disimpulkan : a. Berdasarkan data permintaan masa lalu di dalam merencanakan kegiatan

produksi perusahaan sebaiknya menggunakan metode peramalan linier untuk meramalkan jumlah permintaan di masa yang akan datang.

b. Untuk kelancaran proses produksi dan berdasarkan data dari perusahaan, untuk mengendalikan persediaan yang optimal dengan metode EOQ diperoleh hasil :

- Pembelian yang efisien berdasarkan metode EOQ adalah 1.836,3 kg. - Pemesanan dilakukan sebanyak 51 kali dalam setahun atau frekwensi

pembelian dilakukan setiap minggu.

- Reorder point pada tingkat pemesanan sebesar 612 kg.

- Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan persediaan plastik bekas adalah Rp 92.932,62 ,- setiap kali pemesanan.

(70)

7.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dalam mengumpulkan data dan peninjauan langsung ke pabrik, maka penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan, sebagai berikut:

a. Perusahaan hendaknya melakukan suatu perencanaan produksi untuk satu periode agar dapat diketahui besarnya tingkat persediaan yang harus disediakan untuk menunjang kelancaran proses produksi.

b. Dalam perkiraan atau peramalan kebutuhan bahan baku sebaiknya perusahaan melakukan ramalan dengan menggunakan metode linier. c. Hendaknya dalam melakukan pemesanan dalam pembelian bahan baku,

perusahaan menggunakan metode EOQ, sehingga biaya persediaan dapat dihemat dan perusahaan dapat berproduksi secara efisien.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus, 1990, Manajemen Produksi, UGM Press , Yogyakarta Assauri, Sofjan, 1999, Manajemen Produksi dan Operasi, FE UI, Jakarta

Gaspersz, Vincent, 1998, Production Plan and Inventory Control, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Herjanto, Eddy, 2001, Manajemen Operasi, Edisi Ketiga, Grasindo, Jakarta

Makridakis,S. dan Wheelwright, S.C. Mc Gee, V.E. 1999. Metode dan apikasi Peramalan. Edisi Ke-2. Terjemahan Hari Suminto, Binarupa Akasara, Jakarta.

Miswanto, dan Eka Widodo, 1999, Manajemen Keuangan I, Gunadarma, Jakarta Rangkuti, Freddy, 1998, Manajemen Persediaan, PT. Rajagrafindo Persada,

Jakarta

Riyanto, Bambang, 1997, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE Yogyakarta

Roger G. Schroeder, 1997, Manajemen Operasi, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Buku 1, diterjemahkan oleh Kwen Men Yon, Salemba Empat, Jakarta

Sulistyo, Budi, 2010, Manajemen Operasional, Universitas Gunadarma, Jakarta Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta.

(72)

Lampiran 1. Peramalan Permintaan Biji Plastik

1. Data Penjualan Biji Plastik

Tabel L1.1. Data Penjualan Biji Plastik Sentosa Plastik Tahun 2006 - 2011 Tahun Biji Plastik

2006 48.250

2007 51.050

2008 38.250

2009 50.000

2010 50.000

2011 41.700

2. Membuat diagram pencar

Gambar L1.1 Diagram Pencar Data Permintaan Biji Plastik

3. Perhitungan parameter peramalan a. Metode Linier

Fungsi peramalan: Y = a + bX

Tabel L1.2 Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Linier

Tahun Xi Yi XiYi Xi2

Gambar

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Pola Data
Gambar 3.1  Kerangka Konseptual
Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Sentosa Plastik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Endang Kurniati: Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada PT... Endang Kurniati: Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku

Sistem yang dirancang adalah sistem informasi persediaan bahan baku plastik dengan proses komputerisasi, didalam sistem ini user dapat melakukan proses transaksi

Penelitian ini menggunakan metode EOQ untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan ekonomis yang dapat meminimumkan biaya persediaan dengan mengetahui total biaya

Cara perhitungannya adalah dengan cara menjumlahkan safety stock (persediaan pengaman) dengan kebutuhan bahan baku selama lead time (jangka waktu sejak dilakukan pemesanan

Kelebihan stok (overstock) maupun kekurangan stok (out of stock) merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh perusahaanHASIL YANG DICAPAI Dengan melakukan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUNGA KRANS PADA USAHA BUNGA PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN METODE ECONOMIC

Beberapa hal tersebut adalah “persediaan, bahan baku, Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS), dan Reorder Point (ROP)”. 131) mengatakan bahwa

Sriwijaya Palm Oil Indonesia yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku tandan buah segar bahwa dalam proses penerimaan persediaan bahan baku perusahaan tidak pernah