KONSEP PEMBIAYAAN KPRS (KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA) MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI MELALUI
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH ( STUDI DI BMT HUSNAYAIN )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : MEUTIA SARI NIM : 203046101729
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah penulis cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli penulis atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Mei 2008 M 08 Rabi’ul akhir 1429 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata dan bahasa yang pantas penulis curahkan, selain
memanjatkan Sang Penguasa Alam Semesta Allah SWT yang telah memberikan secercah
kekuatan dan cahaya-Nya kepada penulis, yang pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat-Nya dan suri tauladan kita dalam aktivitas
kehidupan.
Dengan kesadaran dan kelemahan yang penulis miliki, penulis sangat menyadari
sepenuhnya bahwa dalam melaksanakan skripsi ini banyak rintangan dan hambatan yang
selalu menyertai, namun bukan berarti skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
pembimbing dan dukungan baik secara moral maupun materil dari seluruh pihak. Oleh
karenanya penulis merasa berkewajiban untuk menghaturkan terimakasih yang tak
terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Prof. Dr.
H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.
2. Ketua Program Studi Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Ibu Euis Amalia, M.Ag.; Sekretaris Program Studi Muamalah
Lathif, M.Ag.; Ketua Program Non-Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bpk. Drs Djawahir Hejazziey, SH., MA. dan Sekretaris Program
Non-Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk.
Ahmad Yani, MA., beserta staff dan seluruh dosen yang telah memberi ilmu,
membimbing dan mengarahkan penulis sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya
skripsi ini.
3. Pembimbing skripsi, Bpk Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA dan Bpk Muhammad
Maksum, S.Ag, MA. Terima kasih atas waktunya di tengah kesibukan Bapak dalam
memberikan bimbingan dan saran bagi penulis.
4. Kepada pihak BMT Husnayain khususnya Bpk. Drs. Komarudin selaku Direktur dan
Bpk. Sunarto Bag. Pembukuan, juga Mba eka dan Mba Ifa, yang dengan sangat ramah
telah membantu penulis dalam pengumpulan data.
5. Orang Tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Drs. Syamsurizal M. Ali dan Ibunda
Mariana yang menjadi pendorong utama penyusunan skripsi ini, yang selalu
mengharapkan anaknya bisa memakai Toga kebanggaan dengan hasil yang memuaskan
atas perjuangan selama kurang lebih 4,5 tahun demi mewujudkan cita-cita walaupun
mundur jauh dari target. Terimakasih atas kasih sayang, air mata, pengorbanan dan
semua doa-doa yang terpanjatkan untuk penulis.
6. Keluarga Tercinta, Abusyik Usman (terimakasih tYa diBeliin pRinter) dan Alm. Mimi,
Om acut (yg Beliin Camdic sbg Hdiah Lulus, kamsamita..) dan Om aye’ (yg sLLu bgun
mLm diKala TyA mau Sidang, syukron), Bang Agam dan Kamal (trimaksih atas
proses kehidupan penulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui doa, daya
dan upaya selalu dicurahkan untuk penulis.
7. ”Buatlah dirimu berharga didepan 1 cinta...dengan mengabdi pada 1 hati... dan setialah
pada 1 nama yang mampu membuat mu bahagia & berikan cinta itu pada org yg kamu
cintai”
... (: Wahyu Mikurazon / aCon :)...
8. Oia, bUat Teman-teman PS.C: dHonie (jeNg, mKsh ya aTs sUppoRtnY mLrng Qu
NnTn dVd KoreA ”Daadanhi Gomapsumnida ;) ChoIr/@moY...(tMn sPerjuangan
Munaqosah..fiGhting ;) oW_neNg (sIbuk kRJa bu..jGn lp sKripSi ;) mBa yU’Lis (kPn
NyUsul mUnaQosah??), seeRti (mksh reNtalnyA uNi...). dan yg lain Ifa, Bunda Eis,
Mami IstY, UuT, Nit@, panJi, yA2t, SobAt, gUdeNk, BabE, wAiz, wIdi..tRims 4 aLL.
Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga
Allah SWT membalas dan melipatgandakan jasa dan kebaikan kalian. Akhir kata,
dengan segala kerendahan hati semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkannya, terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Mohon maaf atas segala kekurangannya, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, 14 Mei 2008 M 08 Rabi’ul Akhir 1429 H
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN SESUAI KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 158 / 1987
Nomor: 0543 b/U/1987
A. Konsonan Tunggal
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda
sekaligus.
Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan hurup latin.
HURUF ARAB
NAMA HURUF LATIN NAMA
ا
Alif - Tidak dilambangkanب
Ba’ b Beت
Ta’ t Teث
Ś Ś s (dengan titik di atas)ج
Jim J Jeح
Ha’ h Ha (dengan titik di bawah)خ
Kha’ khu ka dan haذ
al Zet (dengan titik di atas)ر
Ra’ R Erز
Zai z Zetس
Sin s Esش
Syin sy es dan yeص
Şad Ş es (dengan titik di bawah)ض
Dad d de (dengan titik di bawah)ط
Ţa’ Ţ te (dengan titik di bawah)ظ
Za’ z zet (dengan titik di bawah)ع
‘ain ‘ koma terbalik (di atas)غ
gain G Geف
fa’ F Efق
qaf Q Kiك
kaf K Kaل
lam L Elم
mim M Emن
nun N Enو
wawu W Weء
hamzah ..‘. Apostrofي
ya Y YeB. Vokal (tunggal dan lengkap)
Vokal bahasa Arab, sama seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal
(monoftong) dan vokal rangkap (diftong).
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harokat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf latin Nama
ـ
Fathah a uـ
Kasrah i iـ
Dammah u u2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harokat
dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf.
Tanda dan Huruf
Nama Tanda dan Huruf Nama
...
..
و
Fathah danwawu Au A dan U
..
..
Contoh:
آ
Katabaﺌ
Su'ilaFa'ala
آ
kaifaﺮآذ
zukiraلﻮه
Haulaهﺬ
YazhabuC. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat atau huruf,
transliterasinya berupa huruf atau tanda.
Harakat dan
Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama
....
ا
..
ي
Fathah, alif dan YaA dan garis di atas
....
ي
Kasrah dan Ya I dan garis di atas...
و
Dummah dan Ya U dan garisdi atas
Contoh:
لﺎ
q la q laD. Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua :
1. Ta Marbutah hidup
ta Marbutah yang hidup atau yang mendapat harokat fathah, kasroh, dan dummah.
Transliterasinya adalah /t/.
2. Ta Marbutah mati
ta Marbutah yang mati atau mendapat harokat sukun, transliterasinya adalah /t/.
3. Kalau pada kata terakhir dengan ta Marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta Marbutah itu
transliterasinya dengan /h/.
Contoh:
لﺎ ﻷا
ﺔ ور
raudah al-atf lraudatul atf l
ةرﻮ ا
ﺔ ﺪ ا
al-mad nah al-munawwarahal-mad natul-munawwarah
ﺔ
TalhahE. Syaddah (Tasydid)
Syaddah yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan sebuah tanda yaitu syaddah
atau tasydid, dalam tranliterasi ini tanda syaddah dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf
yang diberi syaddah itu.
ﺎ ر
Rabbanـ ا
al-hajjلﺰ
Nazzala Nu"imaF. Kata Sandang (di depan hurup syamsiah da qamariah)
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
tanda
لا
namun dalam transliterasi ini tidak dibedakan antara kata sandang yangbersambung dengan huruf qomariah atau syamsiyyah
Contoh:
ﺮ ا
Arrajuluا
Alqalamuةﺪ ا
assayyidatuﺪ ا
Albad 'uG. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang
terletak ditengah atau di akhir kata. Apabila terletak di awal kata, hamzah tidak
dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
نوﺬ ﺄ
Ta'khu naنإ
Innaءﻮ ا
An-nau'تﺮ أ
UmirtuH. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata baik fi’il atau kata kerja, isim maupun huruf, ditulis terpisah.
Hanya kata-kata terentu penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim, dirangkaikan
dengan kata lain. Hal ini karena ada huruf atau harokat yang dihilangkan, maka dalam
transliterasi ini penulissan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang
mengikutinya.
Contoh:
ﻬ
ﷲا
نإ
و
زاﺮ ا
ﺮ
ﻮ
Wa innall ha lahua khair arr ziq nWa innall ha lahua khairurr ziq n
ناﺰ ا
و
ﻜ ا
اﻮ وﺄ
Fa auf l al-kaila wa-alm z nFa auf l-kaila wal-m z n
ا
هاﺮ إ
Ibr h m al-khal lIbr h mul-khal l
ﷲا
ﺎهﺎ ﺮ
و
ﺎهاﺮ
Bismill hi majreh wa murs hا
سﺎ ا
ﻪ و
ﻪ إ
عﺎ
ا
Walill hi 'alan-n si hijju al-baiti manistat 'a ilaihi sab la Walill hi 'alan-n si hijjul-baiti
manistat 'a ilaihi sab la
I. Pemakaian Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini
huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam ejaan
bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, antara lain digunakan untuk menulis awal nama
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut. Bukan huruf awal kata
sandang.
Contoh:
إ
ﺪ
ﺎ
و
لﻮ ر
Wa m Muhammadun ill ras lﻪ
لﺰ أ
يﺬ ا
نﺎ ر
ﺮﻬﺷ
نﺁﺮ ا
Syahru Ramad na al-laz unzila f h al-Qur' nu
Syahru Ramad nal-laz unzila f hil Qur' nu
سﺎ
و
لوأ
نإ
Inna awwala baitin widia linn siJ. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu Tajwid. Karena itu, peresmian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
PEDOMAN TRANSLITERASI iv
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 9
D.Kajian Pustaka 10
E. Metode Penelitian 12
F. Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS A.PembiayaanMurabahah
1. Pengertian 17
2. Landasan Syari’ah/Hukum 21
3. Rukun dan Syarat 25
4. Aplikasi dan skema pembiayaan 28
5. Perbedaan murabahah dengan pembiayaan konsumen
(consumer finance) 29
B.Lembaga Keuangan Mikro Syariah
1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah 34 2. Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah 37 3. Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah 40 4. Tujuan Lembaga Keuangan Mikro Syariah 42
A.Profil Singkat BMT Husnayain 45 B.Visi, Misi dan Motto BMTHusnayain 47
C.Struktur Organisasi BMTHusnayain 47
D.Produk-Produk BMT Husnayain 49
E. Wilayah Penyaluran Dana BMT Husnayain 54
F. Kerjasama Dengan Pihak Lain 54
BAB IV ANALISIS KONSEP PEMBIAYAAN KPRS MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH BMT HUSNAYAIN
A.Konsep Pembiayaan KPRS 56
B.Aplikasi Pembiayaan KPRS
1. Syarat-syarat calon pemohon pembiayaan KPRS 58
2. Prosedur pembiayaan KPRS 60
3. Sasaran pembiayaan KPRS 63
C.Analisis Kesesuaian Konsep Pembiayaan KPRS berdasarkan Prinsip Syariah melalui BMT Husnayain 67
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan 69
B.Saran 71
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), dan Keputusan Presiden Nomor 124 tahun
2001 jo Nomor 8 tahun 2002 dan Nomor 34 tahun 2002 tentang Komite
Penanggulangan Kemiskinan, pemerintah telah secara tegas menetapkan bahwa
penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas tertinggi. Sehubungan dengan itu,
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat memprioritaskan koordinasi
kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan jangka panjang (2004-2015). Percepatan
penanggulangan kemiskinan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah
maupun swasta. Salah satu upaya mempercepat pengendalian kemiskinan dapat
melalui penyadaran dan pembelajaran kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk
dapat menumbuhkembangkan usahanya. Kelemahan yang selama ini terjadi pada
masyarakat berpenghasilan rendah adalah kesulitan dalam mengakses permodalan di
lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan yang ada selama ini tidak menjangkau
pembiayaan skala kecil apalagi ditunjang dengan persyaratan yang ada di bank tidak
dapat dipenuhi oleh masyarakat berpenghasilan rendah.1
Seiring berjalannya waktu, beberapa lembaga keuangan tumbuh dan
berkembang pesat di Indonesia, yaitu Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang
1
mempunyai kedudukan sangat penting sebagai lembaga ekonomi Islam berbasis
syariah ditengah proses pembangunan Nasional. Berdirinya Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap
prinsip-prinsip muamalah dalam prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam yang selanjutnya
direpresentasikan dalam bentuk perantara ekonomi Islam sejenis lembaga keuangan
syariah bank dan non-bank.
Upaya untuk menjalankan ekonomi rakyat dalam rangka menjalankan amanat
rakyat yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi nasional agar terwujud
pengusaha menengah yang kuat dan besar jumlahnya, serta terbentuknya keterkaitan
dan kemitraan yang saling menguntungkan antara usaha kecil, menengah dan koperasi,
penetapan kebijaksanaan dasar strategi dan program yang tepat akan mempercepat
pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi yang berarti akan mempercepat
pula upaya untuk mewujudkan demokrasi ekonomi. Strategi dasar yang perlu
dikembangkan untuk memberdayakan ekonomi rakyat meliputi perlunya keberpihakan
dalam bentuk political will, penciptaan iklim yang kondusif dan pemberian bantuan
serta penguatan kualitas SDM. Sementara strategi dan program pendampingan perlu
dikembangkan dengan berangkat dari kendala dan kelemahan yang masih dihadapi
oleh usaha kecil, menengah dan koperasi.2
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa lembaga keuangan bank maupun
non bank yang bersifat formal dan beroperasi di pedesaan, umumnya tidak dapat
2
menjangkau lapisan masyarakat dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi penanggungan resiko dan biaya operasi
dalam identifikasi usaha dari pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha.
Ketidakmampuan lembaga keuangan ini penyebab terjadinya kekosongan pada segmen
pasar keuangan di wilayah pedesaan. Kekosongan ini diisi oleh lembaga keuangaan
illegal yaitu para Renternir dengan mengunakan sistem suku bunga yang tinggi. Untuk
menanggulangi kejadian-kejadian seperti ini perlu adanya suatu lembaga yang mampu
menjadi jalan tengah. Wujud nyatanya adalah dengan memperbanyak pengoperasian
lembaga keuangan berprinsip bagi hasil, yaitu: BPRS dan BMT.
Dari sekian banyak lembaga keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk
dari, oleh dan untuk masyarakat.3 Baitul maal wat Tamwil (BMT) pada dasarnya
merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam terutama dalam bidang
keuangan. Istilah Baitul Maal telah ada sejak zaman Rasulullah, meskipun
keberadaannya belum berbentuk lembaga yang permanen seperti sekarang dan hanya
tatanan praktis. Kelembagaan Baitul Maal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi
yang berdiri pada masa Umar bin Khattab atas usulan ahli fiqh bernama Walid bin
Hisyam.4 Baitul Maal wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan
Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
3
Hendi Suhendi, dkk,. BMT dan Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h.5.
4
Pusat pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil, Pendidikan dan Pelatihan Baitulmaal Wa Tamwil
penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitul
Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha
tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung
kegiatan ekonomi masyarat kecil berlandaskan syariah.5
BMT sebagai lembaga keuangan syariah non-bank yang sifatnya informal.
Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) yang berbeda dengan kelembagaan keuangan perbankan dan lembaga keuangan
formal lainnya. Bila dijalankan dengan baik BMT sangatlah efektif untuk menjangkau
masyarakat miskin, sesuai dengan kapasitas lembaganya. Mulai dari kelompok fakir
miskin yang bisa memperoleh manfaat dari baitulmaal melalui pinjaman kebajikan
(qordul hasan) yang bersumber dari dana zakat, infak, sodaqoh, maupun para
pengusaha gurem yang selama ini kesulitan untuk mengakses kredit dari bank akan
lebih mudah memperoleh pembiayaan dari BMT.
Inilah konsep implementatif yang secara nyata layak diharapkan untuk
mengatasi masalah kemiskinan. Misi sosial ini merupakan manifestasi prinsip
perekonomian Islam yang menekankan pada keadilan, kepedulian, dan
pemerataan/distribusi pendapatan, sehingga lebih menjamin hubungan yang harmonis
antarkelas masyarakat.
Di Indonesia lembaga keuangan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sebagai
lembaga simpan pinjam, dalam formalitasnya BMT mengikuti ketentuan UU Nomor
5
10 tahun 1998 beserta ketentuan pelaksananya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 1992 yang mengatur mengenai bank dengan prinsip bagi hasil. BMT berbentuk
koperasi simpan pinjam merupakan unit usaha otonom yang hanya menaungi kegiatan
simpan pinjam, akan tetapi bila usahanya selain dari koperasi simpan pinjam, seperti
koperasi serba guna, maka BMT dapat melaksanakan kegiatan otonom dari unit simpan
pinjam yang ada. Hal ini tertulis dalam UU Nomor 25 tahun 1992 tentang
pengoperasian dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1999 tentang pelaksana
kegiatan usaha koperasi.6
Sebelum menjalankan usahanya, BMT mesti mendapatkan sertifikat operasi
dari PINBUK. PINBUK merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat yang
memiliki kepedulian untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia.
PINBUK sebagai lembaga primer karena prakteknya, PINBUK menetaskan Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT). Sementara itu, PINBUK sendiri mesti mendapat pengakuan
dari Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang
mendukung program proyek hubungan Bank Indonesia dengan kelompok swadaya
masyarakat. Selama ini, perkembangan BMT di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
peran Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) yang secara kelembagaan Baitul Maal
wat Tamwil (BMT) didampingi atau didukung PINBUK dalam hal mendorong
pendirian BMT-BMT di Indonesia. Dan pada gilirannya BMT merupakan reprentasi
6
dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu
mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat.7
Kebutuhan primer masyarakat adalah Rumah. Setiap manusia akan berusaha
untuk memenuhi setiap kebutuhannya. Akan tetapi, untuk kebutuhan rumah layak huni
tidak semua masyarakat dapat memenuhinya dikarenakan mahalnya harga bahan
bangunan yang menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat dalam menjaga agar
rumah mereka tetap layak huni di tengah berbagai kerusakan akibat cuaca yang kurang
bersahabat. Melihat kondisi tersebut, salah satu kebijakan yang baru direalisasikan
pemerintah dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:
06/PERMEN/M/2007 adalah mengalokasikan subsidi perumahan untuk
kepemilikan/pembangunan/perbaikan Rumah Sederhana Sehat (RSH) bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR), baik konvensional maupun dengan prinsip syariah,
melalui perbankan/lembaga keuangan non bank/koperasi yang bertujuan untuk
membantu masyarakat yang mengalami kesulitan biaya agar dapat melakukan renovasi
rumah mereka sehingga layak huni.
Sebagaimana diketahui, bahwa sesuai dengan Undang Undang Perbankan
Nomor 10 tahun 1998, Indonesia menganut dual banking sistem yakni perbankan
konvensional dan perbankan syariah, oleh karena itu pemerintah senantiasa berupaya
mengembangkan sistem pembiayaan kepemilikan/ pembangunan/perbaikan rumah
bersubsidi baik dengan sistem konvensional maupun dengan prinsip syariah. Upaya
7
tersebut dilakukan untuk memberikan pilihan kepada masyarakat luas dalam
memperoleh Rumah Sederhana Sehat (RSH). Peraturan Menteri Keuangan Nomor
73/PMK.02/2005 telah membuka peluang bagi lembaga bank, lembaga keuangan non
bank, dan koperasi untuk menjadi Lembaga Penerbit Kredit/Pembiayaan yang dapat
berpartisipasi dalam melaksanakan kebijakan subsidi perumahan. KPRS
(Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) Mikro Syariah Bersubsidi dengan
prinsip syariah adalah pembiayaan yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbit
Pembiayaan yang telah beroperasi dengan prinsip syariah kepada Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam rangka memfasilitasi pembangunan atau
perbaikan rumah yang telah dimiliki yang dilakukan secara swadaya. Subsidi ini
ditujukan bagi keluarga/rumah tangga yang baru pertama kali memiliki rumah atau
baru pertama kali menerima subsidi perumahan dan termasuk ke dalam MBR
(Masyarakat Berpenghasilan Rendah).
Adapun Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) antara Kementerian Negara
Perumahan Rakyat dengan lembaga keuangan mikro syariah / Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) dalam melaksanakan program KPRS Mikro Syariah Bersubsdi ini adalah BMT
Husnayain Pasar Rebo sebagai perwakilan daerah DKI Jakarta.
Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun sebuah
tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Konsep Pembiayaan KPRS (Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi di BMT Husnayain Pasar Rebo) ”
1. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya bmt-bmt yang bermunculan sekarang ini, maka penulis
hanya akan meneliti pada BMT Al-Husnayain Pasar Rebo. Agar permasalah yang
dibahas dalam skripsi ini tidak meluas maka penulis membatasinya pada permasalahan
Konsep Pembiayaan KPRS (Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) Melalui
Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Perlu diketahui bahwa pembiayaan KPRS pada
BMT Husnayain adalah (Kredit/Pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya). Namun,
disini penulis tetap menggunakan istilah yang lebih umum yaitu KPRS.
2. Perumusan Masalah
Dalam merealisasikan batasan masalah di atas, maka penulis mencoba
merumuskan masalah untuk memudahkan dalam pembahasan selanjutnya. Adapun
rumusan masalah yang akan dirumuskan adalah sbb:
1. Bagaimanakah konsep pembiayaan KPRS melalui lembaga keuangan mikro
syariah di BMT Husnayain Pasar Rebo?
2. Siapa saja sasaran dari pembiayaan KPRS melalui lembaga mikro syariah di
BMT Husnayain Pasar Rebo?
3. Apakah pembiayaan KPRS yang dipraktekkan BMT Husnayain Pasar Rebo
telah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah ynag telah dirumuskan oleh penulis di atas
1. Untuk mengetahui konsep pembiayaan KPRS melalui lembaga Keuangan Mikro
pada BMT Husnayain Pasar Rebo.
2. Untuk mengetahui sasaran dari pembiayaan KPRS melalui Lembaga Mikro
Syariah di BMT Husnayain Pasar Rebo.
3. Untuk mengetahui pembiayaan KPRS pada BMT Husnayain apakah telah
sesuai dengan prinisp syari’ah.
Adapun manfaat dari hasil penulisan skripsi ini adalah
1. Manfaat teoritis: hasil ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa,
dan akademis lain.
2. Manfaat praktis: hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaku-pelaku
ekonomi Islam yang bergerak pada Baitul Mal wat Tamwil agar sesuai dengan
misi dan visi.
3. Manfaat kebijakan: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada lembaga-lembaga yang terkait dengan permasalahan ini.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat
penting dan prospektif. Karena penelitian mengenai pembiayaan KPRS ini melalui
Lembaga keuangan mikro syaraiah belum pernah ada yang membahas tentang ini
sebelumnya, akan tetapi sudah ada yang membahas mengenai KPR Syariah (Kredit
terdahulu yang membahas tentang KPR Syariah adalah Adapun kajian pustaka yang di
gunakan adalah:
1. Dian Lestari (2006) melakukan penelitian tentang Analisa Pembiayaan
Kepemilikan Rumah (KPR) pada BTN Syariah kantor cabang syariah
Jakarta-Harmoni.
Kesimpulan: pembiayaan KPR Syariah merupakan praktik murabahah dengan
pesanan. Bila semua rukun dan syarat pada akad-akad dalam pembiayaan ini
terpenuhi sempurna maka dapat dikatakan bahwa transaksi tersebut sah. Maka
praktik KPR Syariah dinilai sah dan sesuai dengan syara’.
2. Mahfudin (2007) melakukan penelitian tentang kesesuaian aplikasi jual-beli
murabahah dalam pembiayaan KPR Syariah. Studi Pada Unit Usaha Syariah
PT. Bank Permata Tbk.
Kesimpulan: biaya kredit dalam pembiayaan bank syariah berdasarkan
murabahah atau mark-up harga adalah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
pembiayaan berdasarkan bunga tetap (fixed). Yaitru pad sisi factor yang
mempengaruhi kedaunya, pembagian resiko, hubungan antara bank dan
nasabah, dan juga pada penyelesaian hutang bagi nasabah akan dikenakan
sanksi apabila telat membayarnya.
Dari kedua penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh sdra. Mahfudin dan
sdri. Dian Lestari ternyata memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
penulis lakukan.
Adapun persamaan yang penulis maksudkan yaitu sama-sama berkaitan dengan
penulis adalah (Kredit/pembiayaan Perbaikan Rumah Swadaya) pada lembaga
keuangan mikro syariah. Menurut sdra. Anwari dan sdri. Dian Lestari KPR Syariah
(Kredit Kepemilikan Rumah) pada lembaga Perbankan. Jadi penelitian yang sudah ada
pada bagian pengertian KPRS-lah yang membedakannya.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi lapangan (field research), yaitu dengan objek
penelitiannya adalah BMT Husnayain Pasar Rebo. Dan juga penelitian ini adalah studi
kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku,
sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan. Penelitian ini bersifat
deskriptif-analisis
2. Jenis Data
a. Data Primer: data yang diperoleh langsung oleh peneliti dalam proses penelitian.
Data primer ini diperoleh melalui informasi dan data-data yang terkait dengan
penelitian yang berasal dari BMT seperti wawancara langsung terhadap
pihak-pihak yang bersangkutan, dan literature-literatur lainnya.
b. Data Sekunder: buku, karya ilmiah, dokumen-dokumen dan lainnya.
3. Sumber Data
a. Primer: data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil
penelitian lapangan. Penulis secara langsung mengadakan wawancara kepada
pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini yaitu Bpk. Drs. Komaruddin
b. Sekunder: data yang diterima melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya
dengan materi skripsi ini. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan
melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mencari data dari
berbagai literatur.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data
skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research), merupakan data sekunder yang
digunakan untuk mendukung data primer, dalam hal ini penulis mengadakan
penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini,
literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain yang
berkaitan dengan tema skripsi tersebut.
b. Penelitian Lapangan (field research), data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah jenis data primer, yaitu data yang diperoleh dari BMT. Dengan metode
ini penulis memperoleh data dan informasi tentang Konsep KPRS melalui
Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
1) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap
fenomene-fenomena yang diselidiki.8 Hal-hal yang dilakukan dalam
observasi adalah mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi
penelitian yang berkaitan dengan pembiayaan KPRS.
8
2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen
tentang KPRS yang ada pada BMT Husnayain dan laporan-laporan lain
yang terkait dengan masalah penelitian.
3) Wawancara (interview), sumber data yang digunakan adalah data primer
yaitu data yang didapatkan dari lapangan atau pengumpulan data dengan
melakukan interview kepada pihak-pihak yang dapat memberikan
informasi untuk penelitian ini.
5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yag
bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan mengenai konsep KPRS pada
BMT Husnayain.
6. Teknik Penulisan
Adapun sistem penulisan skripsi ini, mengacu kepada “Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Isalam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan skripsi ini, penulis akan
membagi bahasan kedalam lima bab untuk mengemukakan hal-hal yang dianggap
penting dan berkaitan dengan judul penulisan yang secara garis besar adalah sebagai
berikut:
Dalam bab ini mencakup: latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian dan
teknik penulisan, kajian pustaka serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pembiayaan murabahah,
landasan syariah, aplikasi, skema pembiayaan
Pengertian lembaga keuangan mikro syariah, manajemen lembaga keuangan
mikro syariah, peranan, dan tujuan.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang : sejarah berdirinya, visi, misi dan
motto, stuktur organisasi, produk-produk BMT Husnayain, Wilayah
penyaluran dana BMT Husnayain dan Kerjasama dengan pihak lain.
BAB IV ANALISIS KONSEP PEMBIAYAAN KPRS MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH
dalam bab ini membahas tentang : Konsep pembiayaan KPRS. Aplikasi
pembiayaan KPRS melalui LKMS : syarat-syarat calon pemohon
pembiayaan KPRS, prosedur pelaksanaan pembiayaan KPRS dan sasaran
pembiayaan KPRS. Analisis kesesuaian konsep KPRS dengan prinsip
syariah melalui lembaga keuangan mikro syari’ah pada BMT Husnayain
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Secara etimologis Murabahah berasal dari kata ﺎ ر- ﺮ- ر yang berarti beruntung. Dengan kata lain mengusahakan keuntungan dalam perdagangan. Jadi
murabahah adalah saling menguntungkan9
Secara terminologis, Murabahah adalah suatu bentuk jual beli dimana
penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian penjual
mensyaratkan keuntungan dalam jumlah tertentu.10
Dalam beberapa Kitab Fiqh, Murabahah merupakan salah satu bentuk jual
beli yang bersifat amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli
berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh
pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahukan kepada pembeli.11
Di dalam Kamus Istilah Fiqh sendiri dijelaskan bahwa murabahah adalah
suatu bentuk jual-beli barang dengan tambahan harga (cost plus) atas dasar harga
9
Mahmud Yunus, kamus arab-Indonesia, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1990), cet ke-8, h. 136
10
Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995), jilid 2, h. 70.
11
pembelian yang pertama secara jujur.12Dalam Daftar Istilah Buku HimpunanFatwa
DSN (Dewan Syariah Nasional) yang dimaksud murabahah adalah menjual suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.13 Sedangkan dalam PSAK 59
tentang Akutansi Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah
adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.14
Hal yang sama didefinisikan oleh Praktisi Perbankan Adiwarman Karim
yaitu Murabahah adalah suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah
keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian
menjualnya dengan keuntungan tersebut dapat dinyatakan dengan nominal rupiah
atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.15
Muhammad mendefinisikan murabahah adalah suatu perjanjian jual beli
antara bank dengan nasabah, dimana pihak bank membeli barang yang diperlukan
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yabg bersangkutan sebesar
12
M. Abd. Mujieb, et. Al., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), cet ke-2,. h.225.
13
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syari’ah,
(Penerbit Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama dan Bank Indonesia), h. 21.
14
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), cet ke 1, h.14
15
harga perolehan ditambah dengan margin (tingkat keuntungan) yang disepakati
antara bank dan nasabah.16
Sementara itu, dari sudut pandang Muhammad syafi’i Antoniomenjelaskan
bahwa bai al-Murabahah itu adalah jual-beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual harus
memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
dengan tambahannya.
Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan
barang investasi. Murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan
barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Lalu kemudian meminta kepada
pihak yang memberi dana (dalam kasus ini, BMT) agar membiayai pembelian
barang tersebut dan bersedia menebusnya pada saat barang diterima. Harga jual
didalam murabahah adalah harga pokok ditambah profit margin (tingkat
keuntungan) yang disepakati. Dalam transaksi jual beli murabahah ini BMT
bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Kedua belah pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Kesepakatan harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih mahal
selama berlakunya akad.17 Yang membedakan dengan jenis jual beli lain adalah
keharusan memberitahukan harga pokok suatu barang kepada nasabah.
16
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Ekonisia, UII, 2004), h. 201.
17
Dari berbagai pengertian murabahah yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang
yang bersifat amanah, dimana dalam hal ini lembaga keuangan selaku pihak penjual
harus menyebutkan dengan jelas harga perolehan dan keuntungan yang akan
disepakati oleh penjual dan pembeli. Karena dalam murabahah ini ditentukan
berapa tingkat keuntungan yang diperoleh. Adapun sistem pembayarannya dapat
dilakukan baik secara tunai maupun dicicil. Dalam pelaksanaanya lembaga
keuangan memberi kekuasaan penuh kepada nasabah untuk membeli barang yang
diperlukan. Selanjutnya, pada saat yang bersamaan lembaga keuangan menjual
barang tersebut kepada nasabah dengan harga asal ditambah sejumlah keuntungan
yang disepakati dan dibayarkan oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai
dengan kesepakatan antara lembaga keuangan dan Nasabah. Dalam transaksi
murabahah, penjual (Lembaga Keuangan) juga harus memperlihatkan atau
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang
haram.
2. Landasan Syari’ah Murabahah a. Al-Qur’an.
Murabahah termasuk kedalam salah satu bentuk jual-beli. Landasan
hukum murabahah bersumber dari al-quran, as-sunah dan ijma. Oleh karena itu
murabahah diperbolehkan secara hukum, karena Allah SWT tela menghalalkan
ﺎﻬ أﺎ
ﺬ ا
اﻮ اء
ﺎ
اﻮ آْﺄ
ْ ﻜ اﻮْ أ
ْ ﻜ ْ
ﺎ ْﺎ
ﺎ إ
ْنأ
نﻮﻜ
رﺎ
ة
ْ
ضاﺮ
ْ ﻜْ
ﺎ و
اﻮ ْ
ْ ﻜ ْأ
نإ
ا
نﺎآ
ْ ﻜ
ﺎ ر
)
ءﺎ ا
(
٤
):
٢٩
(
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka yang berlaku diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa (4) : 29)
Landasan lain tentang murabahah tertera dalam QS. Al-Baqarah (2) : 275
ﺬ ا
نﻮ آْﺄ
ﺎ ﺮ ا
ﺎ
نﻮ ﻮ
ﺎ إ
ﺎ آ
مﻮ
يﺬ ا
نﺎ ْﺸ ا
ْا
ﻚ ذ
ْ ﻬ ﺄ
اﻮ ﺎ
ﺎ إ
ْ ْا
ْ
ﺎ ﺮ ا
أو
ا
ْ ْا
مﺮ و
ﺎ ﺮ ا
….
)
ةﺮ ا
(
٢
):
٢٧۵
(
Artinya:”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaadn mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba….” (Al-Baqarah (2): 275)
b. Hadis
ْ
ﺎﺻ
ْ
ْﻬﺻ
ْ
ْ أ
لﺎ
:
لﺎ
لْﻮ ر
ﷲا
ﻰ ﺻ
ﷲا
ْ
و
:
ثﻼ
ﻬْ
ﺔآْﺮ ْا
:
ْ ْا
ﻰ إ
أ
,
ﺔﺿرﺎ ْا
,
و
ْ
ﺮ ْا
ﺎ
ﺮْ ا
ْ ْ
ﺎ
ْ ْ
.
)
اور
ا
ﺎ
(
Artinya:secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)18
Hadis di atas tergolong hadis yang sanadnya lemah, walau demikian
dapat diambil faedahnya, dimana nabi mengutarakan adanya suatu keberkahan
dalam 3 (tiga) hal, salah satunya adalah menjual dengan tempo pembayaran
(kredit) karena didalamnya unsur saling berbaik hati, saling mempermudah
urusan dan memberikan pertolongan kepada orang yang berhutang dengan cara
penundaan pembayaran.
c. Ijma
Ijma mayoritas ulama tentang kebolehan jual-beli dengan cara murabahah.19
d. Fatwa DSN MUI
1). Fatwa DSN NO.04/DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April tentang Murabahah20, Memutuskan bahwa dalam rangka membantu masyarakat
guna melangsungkan dan meningkatkan kesejahteraan dan berbagai
kegiatan, bank syari’ah perlu memiliki fasilitas murabahah bagi yang
18
Al Imam al-Hafiz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, sunan Ibnu Majah, (Beirut: al-Fikr, 1995), Jilid I, h.720
19
Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: DSN, 2003), edisi ke 2, h.25.
20
memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba.
2). Fatwa DSN NO.13/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September tentang Uang Muka dalam Murabahah21, memutuskan bahwa dalam akad
pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) dibolehkan
untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. Besar
jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
3). Fatwa DSN NO.16/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000 tentang Diskon dalam Murabahah22, memutuskan bahwa harga dalam
murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah
keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Jika dalam jual beli murabahah LKS
mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah
diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah. Dalam akad, pembagian
diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.
4). Fatwa DSN NO.17/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran23,
memutuskan bahwa sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang
dikenankan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi
21
Ibid., h.83.
22
Ibid., h.98.
23
nunda pembayaran dengan disengaja. Nasabah yang tidak/belum mampu
membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
5). Fatwa DSN NO.23/DSN-MUI/III/2002 Tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah24. Memutuskan bahwa jika nasabah
dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu
atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan
potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak
diperjanjikan dalam akad.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Murabahah merupakan salah satu dari jenis pembiayaan berdasarkan
konsep jual beli, yaitu menjual dengan harga asal (modal) ditambah margin
(keuntungan) yang disepakati.sebagaimana halnya jual beli. Dengan demikian
hukum dan rukunnya berpedoman pada hukum dan rukun jual beli yaitu:
a. Sighat, yaitu ijab dan qabul
b. Al-‘Aqidain, yaitu orang yang berakad, dalam hal ini penjual dan pembeli
c. Al-Ma’qud ‘Alaih, yaitu harga barang yang dijual belikan.
Menurut ulama Hanafiah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan
harga barang termasuk kedalam syarat-syarat jual-beli, bukan rukun jual beli.25
24
Ibid., h. 148.
25
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli di atas adalah
sebagai berikut:
a. Syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul
Ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul adalah sebagai
berikut:
1). Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal .
2). Qabul sesuai dengan ijabnya.
3). Ijab dan Qabul dilakukan dalam satu Majlis.26
b. Syarat orang yang berakal
Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli
harus memenuhi syarat baligh dan berakal. Oleh karena itu, jual beli yang
dilakukan oleh anak kecil yang sudah mumyyiz, menurut ulama Hanafiyah,
hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak
tersebut, dan tidak sah membawa kerugian.27
c. Syarat harga barang (as-Saman) dan barng yang dijual belikan
Para ulama membedakan as-Saman dengan as-Si’ir, menurut mereka
as-Saman adalah harga pasar yang berlaku ditengah-tengah masyarakat secara
aktual. Sedangkan as-Si’ir adalah modal barang yang seharusnya diterima para
pedagang sebelum dijual ke konsumen. Adapun syarat-syarat harga barang
adalah:
26
Ibid., h.116.
1). Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah
selama perjanjian.
2). Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu,
juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk pembayaran yang
berbeda.
3). Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus
diberitahukan.
4). Apabila jual beli dilakukan dengan saling mempertukarkan barang, maka
barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh
Syara’, seperti, babi dan khamar, karena kedua jenis benda ni tidak bernilai
Syara’.28
Menurut Muhammmad Syafi’I Antonio syarat Murabahah adalah sebagai
berikut:
a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli juka terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e. Jika penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan dengan hutang.
28
f. Secara prinsip, jika syarat dalam 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli
memiliki pilihan sebagai berikut:
1). Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
2).Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang di
jual.
3).Membatalkan kontrak29
4. Aplikasi dan Skema Murabahah
Secara umum aplikasi dari Ba’i al Murabahah dapat digambarkan dalam
skema berikut ini
Skema Bai’ al Murabahah30 1. Negosiasi Pesanan
dengan Kriteria
2. Akad Jual Beli
6. Bayar
5.Terima
Barang&
Dokumen
3. Beli Barang 4. kirim
Keterangan:
29
Muhammad Syafi’I Antonio, bank syariah suatu pengenalan umum, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 146
30
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Cabang Bank Syari’ah, h. 33
LEMBAGA KEUANGAN
NASABAH / PEMBELI
1. Lembaga Keuangan dan nasabah melakukan negosiasi tentang jenis barang,
jumlah, kualitas, harga dan keuntungan yang akan diambil Lembaga
Keuangan, dan cara pembayarannya.
2. Kesepakatan transaksi jual beli antara Lembaga Keuangan (penjual) dengan
nasabah, dibuatkan akad jual beli.
3. Lembaga Keuangan membayarkan uang langsung kepada pemasok atau
supplier, senilai harga barang yang dipesan
4. Pemasok atau supplier mengirim barang pesanan kepada pembeli.
5. Dokumen jual beli oleh pemasok atau supplier disampaikan ke Lembaga
Keuangan.
6. Pembeli (nasabah) melakukan pembayaran kepada Lembaga Keuangan sesuai
dengan kesepakatan (diangsur atau dibayar sekaligus dalam jangka waktu
tertentu).
5. Perbedaan Murabahah Dan Pembiayaan Konsumen (Customer Finance)31 Banyak pihak yang mengatakan bahwa murabahah tidak berbeda dengan
pembiayaan konsumen (customer finance) yang selama ini dilakukan oleh lembaga
keuangan, dalam hal objek yang diserahkan yaitukomoditas atau barang, harga
pokok ditambah dengan keuntungan, pembayarannya yang dapat dilakukan dengan
tunai atau cicilan dan sebagainya.
31
Sesuai keputusan menteri keuangan nomor 1251 / KMK.013 / 1988 yang
dimaksud dengan pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsuman dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.
Berdasarkan definisi tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan
merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu:
a. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternative pembiayaan yang dapat
diberikan kepada konsumen
b. Objek pembiayaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan
konsumen, biasanya kendaraan bermotor, alat elektronik, dan lain sebagainya.
c. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, biasanya dilakukan
perbulan dan tagihannya langsung kepada konsumen.
d. Jangka pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan seperti
[image:42.612.112.529.249.558.2]financial lease.
Tabel 2.1
Perbedaan jual beli murabahah dan pembiayaan konsumen32
32
No Masalah Jual beli Murabahah Pembiayaan Konsumen 1 Akad 9 Jual beli
9 Harus ada barang
9 Pinjam meminjam
9 Belum tentu ada barangnya
2 Obyek penyerahan
9 Barang yang diperjual belikan
(barangnya harus ada)
9 Barang dapat diserahkan
sewaktu akad
9 Barang berupa harta yang jelas
harganya
9 Barang milik sendiri (lembaga
keuangan) Artinya terjaga
9 Uang yang akan dipergunakan
untuk membeli barang yang
dibutuhkan
3 Harga perolehan
barang
9 Harus diberitahukan kepada
nasabah
9 Tidak ada keharusan, karena
yang diserahkan uang bukan
barang (bahkan tidak tahu harga
perolehan harganya)
4 Tanda bukti nasabah
9 Tanda terima barang 9 Tanda Terima Uang Tunai
Nasabah (TTUTN), promise atau
sejenisnya
5 Hutang nasabah
9 Sebasar harga jual, yaitu harga
perolehan barang ditambah
keuntunagn yang disepakati 9 Berkurang sebesar pembayaran
angsuran yang dilakukan (tidak
membedakan lagi unsur pokok
dan keuntungan)
9 Bagi nasabah tidak mengenal
hutang pokok dan hutang
margin
9 Pokok kredit ditambah dengan
bunga (tergantung system bunga
yang dikenakan-tetap, floating,
dsb)
9 Berkurang sebesar pembayaran
poko kredit dan pembayaran
bunga (pada umumnya bank
mempergunakan system
perhitungan anuitas-pembayaran
angsuran pokok kecil awalnya) 9 Ada hutang pokok dan hutang
bunga
keuntungan keuntungan.
9 keuntungan harus disepakati. 9 Dilakukan sekali dari harga
perolehan barang setelah
dikurangi uang muka (jika
ada). Jika telah sepakati tidak
diperbolehkan berubah, sampai
akhir akad
outstanding pokok kredit yang
diberikan kepada nasabah
(biasanya bank mempergunakan
sistem perhitungan
anuitas-bunga pada awalnya, karena
modal nya dipergunakan juga
besar)
7 Nasabah melunasi
sebelum
jatuh tempo
9 Sebesar sisa hutangnya (hutang
awal dikurangi dengan
pembayaran angsuran)
9 Bank syariah diperkenankan
memberikan biaya potongan
pelunasan dipercepat, yang
besarnya merupakan kebijakan
bank
9 Sebesar sisa pokok kredit dan
biasanya bunga yang belum
diterima sebagai potongan
pelunasan
9 Dengan cara perhitungan anuitas,
sisa pokok kredit pada awalnya
tersisa besar dan secara bertahap
menurun
8 Jaminan 9 Nasabah dapat diminta untuk memberikan jaminan
9 Nasabah harus menyerahkan
jaminan
9 Diskon dari
supplier
9 Pada prinsipnya menjadi milik
nasabah
9 Diskon yang tidak jelas
pemiliknya, merupakan dana
kebajikan
9 Menjadi milik bank, sebagai
pendapatan non operasi
10 Denda 9 Hanya kepada nasabah yang mampu tapi tidak mau
membayar
9 Nasabah yang tidak mampu
tidak diperkenankan membayar 9 Denda yang diterima
merupakan pendapatan non
halal
9 Bagi nasabah yang tidak
membayar (tidak diperhatikan
nasabah yang mampu ataupun
tidak mampu)
9 Denda yang diterima diakui
sebagai pendapatan non operasi
bank.
syariah
9 Jika pesanan dibatalkan, bank
mengalami rugi maka nasabah
harus menggantikan kerugian
riil bank dari uang muka
9 Jika dilaksanakan, sebagai
pengurang hutang nasabah
supplier (self financing)
12 Pembagian pokok dan
keuntungan
(untuk
kepentingan
bank)
9 Jika murabahah
pembayarannya dilakukan
secara tangguh, maka
pembagian pokok dan margin
harus dilakukan secara
proporsional merata dan tetap
selama jangka waktu angsuran
9 Tidak dikenal pembayaran
pokok dulu atau margin dulu,
pembayaran angsuran adalah
pengurang hutang nasabah.
9 Pada umumnya bank
membedakan porsi pokok dan
bunga
9 Pembagian dilakukan secara
anuitas, yaitu dengan jumlah
angsuran yang sama pada
awalnya porsi pokok lebih kecil
dan porsi bunga lebih besar dan
akhir sebaliknya
9 Dimungkinkan untuk membayar
bunga dulu, atau membayar
pokok saja.
B. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga keuangan dalam arti luas adalah lembaga perantara dari pihak
yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Lembaga
keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya dalam bentuk asset keaungan atau
Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi
modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan.
Lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam berbagai cara yang paling
umum adalah mengelompokkan lembaga keuangan berdasarkan kemampuannya
menghimpun dan dari masyarakat secara langsung atau dasar tersebut lembaga
diklasifikasikan kepada dua jenis lembaga, yakni lembaga keuangan depositori dan
lembaga non depositori.
Lembaga keuangan depositori ini menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) misalnya giro, tabungan, deposito
berjangka yang diterima dari penabung atau unit surplus. Lembaga yang
menawarkan jasa seperti ini adalah bank-bank.
Sedangkan yang dimaksud lembaga keuangan non depositori atau sering
disebut lembaga keuangan bukan bank yang mana kegiatan usahanya bersifat
kontraktual, yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk
melindungi penabung terhadap resiko ketidakpastian dan dapat mengelola dana
khusus dari klien dan membantu masing-masing pengusaha maupun usaha patungan
atau dana mudharabah. Dengan demikian, lembaga ini memerankan tabungan dari
mereka dan membantu pegusaha mencari dana untuk mengembangkan bisnis
mereka.33
33
Lembaga keuangan mikro melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha
dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi mikro, antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Definisi lain
adalah keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
yang bersifat profit motif. Atau lembaga ekonomi keuangan syariah non perbankan
yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh
kelompok swadaya masyarakat yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan
dan lembaga keuangan lainnya.34 Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa
Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah sebuah lembaga ekonomi rakyat kecil,
yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil berdasarkan
prinsip syariah dan prinsip koperasi.35
Lembaga Keuangan Mikro Syariah selain berfungsi sebagai Lembaga yang
bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada
masyarakat. Lembaga ini juga berfungsi sebagai Lembaga Ekonomi yang bertugas
meningkatkan kegiatan para pengusaha kecil menyangkut produksi, konsumsi,
distribusi barang dan jasa dengan tujuan akhir mengembangkan usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi.
Secara konsep Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah suatu lembaga yang
didalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus, yaitu:
34
H.A. Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 183.
35
a. Kegiatan mengumpulkan dana dari berbagai sumber seperti zakat, infak dan
sedekah dan lain-lain yang dapat dibagikan atau disalurkan kepada yang berhak
dalam mengatasi kemiskinan.
b. Kegiatan produktif dalam rangka menciptakan nilai tambah baru dan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.36
Atas landasan pengertian itu, maka lembaga keuangan Mikro Syariah
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi
paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
b. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat disekitarnya.
c. Milik bersama masyarakat menengah kebawah dari lingkungan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari
luar masyarakat itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Lembaga Keuangan Mikro
Syariah harus dirumuskan secara sederhana sehingga mudah untuk didirikan.
Artinya, lembaga keuangan non perbankan ini harus dirumuskan secara sederhana
agar dapat ditangani dan dimengerti oleh para nasabah yang sebagian besar
berpendidikan rendah. Aturan-aturan dan mekanisme kerja di Lembaga keuangan
Mikro Syariah dibuat dengan lentur, efisien dan efektif sehingga memudahkan
nasabah untuk memanfaatkan fasilitasnya. Selain itu, kebijakan yang diambil
Lembaga Keuangan Mikro Syariah hendaknya terkait dengan kepentingan mendasar
36
dari para anggota. Hal ini perlu dilaukakan agar pihak-pihak yang terlibat terus
termativasi untuk membina dan mnembnagkan lebih lanjut.37
2. Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Bila kita mempelajari literatur manajemen, sesungguhnya manajemen yang
diterapkan atau dipakai setiap instansi bahkan lembaga keuangan itu hampir
memiliki kesamaan tujuan, hanya ada pengembangan-pengembangan tersendiri
pada setiap instansi atau lembaga tersebut. Maka dari itu akan ditemukan bahwa
istilah manajemen mengandung tiga pengertian pokok, yaitu pertama, manajemen
sebagai proses, kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen dan ketiga, manajemen sebagai suatu seni dan
sebagai suatu ilmu.
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan sumber daya (men, money, materials, machines, methods dan market)
untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Dunia sekarang sedang mengalami perubahan yang cepat, 15 tahun dari
sekarang lingkungan sosial dan struktur sosial ekonomi dunia diperkirakan akan
berubah dan berbeda bila dibandingkan dengan yang pernah kita alami diakhir abad
20. Demikian pula strategi, struktur dan sistem manajemen organisasi bisnis
37
termasuk lembaga keuangan yang harus mengantisipasi dan menyesuaikan
perubahan yang terjadi dan berjalan sangat cepat.
Dalam menghadapi globalisasi, manajemen Lembaga Keuangan Mikro
Syariah dituntut untuk melakukan strategi manajemen, yaitu:
a. Meningkatkan daya saing lewat peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Reformasi
c. Effisiensi
d. Dinamis.38
Disamping strategi manajemen diatas, manajemen Lembaga Keuangan
Mikro Syariah haruslah professional dan Islami, yakni:
1. Administrasi keuangan, pembukuan dan prosedur ditata dan dilaksaakan dengan
sistem akutansi sesuai dengan standar akutansi Indonesia iang disesuiakan
dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Aktif, berprakarsa, proaktif, menemukan masalah, menganalisa masalah dengan
tajam, dan menyelesaikan masalah dengan bijak, bijaksana, yang
“memenangkan semua pihak”39
Karena Lembaga Keuangan Mikro Syariah masih belum berkembang secara
merata, maka pendekatan pemantapan atau pengembangan dalam menghadapi
globalisasi dapat ditempuh:
38
Soeharto Prowirokusumo, Mengembangkan Strategi Ekonomi, (Jakarta: 1998), h. 89.
39
a. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) anggota Lembaga Keuangan
mikro syariah serta pengelolaanya lewat pendidikan, pelatihan dan magang
kewirausahaan sehingga meningkatkan managerial dam leadership-nya.
b. Melakukan kemitraan untuk memepercepat alih dan penguasaan manajemen,
tekhnologi dan akses pasar.
c. Penciptaan alam yang kondusif dan pengembangan infrastuktur oleh
pemerintahan.
Dengan peningkatan tersebut diharapkan akan mempercepat peningkatan
produktivitas, profesionalisme, dan efisiensi usaha.40
3. Peran Lembaga Keungan Mikro Syariah
Lembaga keuangan Mikro Syariah dilihat dari berbagai fungsinya
merupakan lembaga intermediasi keuangan antara pemilik dana (surplus unit) dan
peminjam (deficit unit). Lembaga Keuangan Mikro Syariah beroperasi berlandaskan
prinsip-prinsip ekonomi Islam yang pada intinya menerapkan bahwa dana pada
dasarnya merupakan salah satu alat produksi untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama. Dan didasari bahwa keterbatasan perbankan dalam melayani usaha Mikro
membuahkan peluang yang sangat besar bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah
untuk melayani pangsa pasar usaha mikro yang jumlahnya demikian besar. Karena
permasalahan yang dihadapi usaha mikro tersebut sangat krusial, diantaranya sulit
mengakses dana atau modal, kurangnya pengetahuan dan skill terutama menyangkut
40
aspek-aspek produksi dan sempitnya pasar bagi produk-produk usaha kecil mereka.
Dalam situasi sekarang ini, dimana semakin bertambah banyaknya pengusaha kecil,
peluang Lembaga Keuangan Mikro Syariah sangatlah berperan besar dan semakin
dibutuhkan. Diantara peran Lembaga Keuangan mikro Syariah ini mencoba
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha mikro tersebut,
diantaranya dengan menyediakan dana ataupun bantuan modal bagi pengusaha
kecil, serta dilanjutkan pada tahap bimbingan dan penyuluhan baik berupa
seminar-seminar, lokakarya maupun pelatihan-pelatihan. Namun, peran Lembaga keuangan
Mikro Syariah tidak hanya sebatas sampai disitu saja. Setelah usaha mikro dapat
berproduksi, maka permasalahan yang akan muncul adalah sulitnya pendistribusian
barang. Disinilah Lembaga Keuangan Mikro Syariah mencoba menbantu
mencarikan pangsa pasar buat pengusaha mikro tersebut supaya bisa dikenal dan
diterima oleh masyarakat, sehingga peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah bisa
tercapai dengan maksimal dan tidak terputus ditengah jalan.
Maka dari itu dalam tubuh Lembaga Keuangan Mikro syariah dibutuhkan
tenaga-tenaga ahli yang memiliki profesional yang tinggi dalam operasionalnya
supaya antara Lembaga Keuangan Mikro syariah dengan masyarakat (pengusaha
mikro) dapat melangsungkan hubungan yang saling menguntungkan. Tuntutan
profesionalisme tersebut mengharuskan Lembaga Keuangan Mikro syariah bekerja
dengan prinsip:
a. Dari, oleh dan untuk anggota.
b. Keanggotaan berdasarkan kesadaran dan bersifat terbuka.
d. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur.
e. Menyelenggarakan pendidikan anggota terus menerus.
f. Manajemen, pengelolaan lembaga Keuangan Mikro Syariah bersifat terbuka.41
4. Tujuan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Pembentukan lembaga keuangan mikro syariah sebagai lembaga ekonomi
rakyat yang tidak memakai sistem bunga adalah sebagai manifestasi ibadah yang
ditujukan untuk dapat direalisasikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sesuai dengan
ajaran Islam. Lebih jauh lagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah mempunyai tujuan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi umat khususnya para pengusaha
kecil.
b. Meningkatkan produktivitas usaha dengan memberikan pembiayaan kepada
para pengusaha kecil yang membutuhkan dana.
c. Membebaskan umat (pengusaha kecil) dari cengkraman bunga dan rentenir.
d. Meningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan usaha, disamping meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan penghasilan umat Islam.
e. Menghimpun dana umat Islam yang selama ini enggan untuk menyimpan
dananya (uangnya) di bank-bank atau lembaga keuangan konvensional.
f. Dan tujuan lainnya yang mengarah kepada perbaikan ekonomi umat Islam.
41
Baihaqi Abd. Madjid, Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah,
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka Lembaga Keuangan Mikro
Syariah harus menjalankan fungsinya, yaitu:
a. Dalam pemasaran, mencari dan menganalisa proyek-proyek pembiayaan
pengusaha kecil bawah dan mikro, mengadministrasikan perkembangan
proyek-proyek tersebut dengan segala aspeknya.
b. Menerima dan mengendalikan dana yang diterima dari berbagai sumber dana.
c. Mencari dan bekerjasama dengan nasabah penabung dan nasabah pembiayaan.
d. Mencari dan memasukkan dana titipan ZIS pada Lembaga Keuangan Mikro
Syariah
e. Melakukan proses akutansi pelaporan peneriamaan dan pemanfaatan ZIS
f. Memanfaatkan dana ZIS dan melakukan pembinaan dan pengembangan
mustahik.
g. Pembinaan dan pengawasan internal Lembaga keuangan Mikro Syariah.
h. Menyempurnakan dan memperkuat Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah, salah satu caranya yaitu bekerjasama dengan lembaga Keuangan mikro
Syariah lain, baik dari segi permodalan, sistem ataupun metodenya.42
Secara umum, LKMS bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan
perkembangan usaha ekonomi umat dan masyarakat pada umumnya. Sedang secara
khusus bertujuan:
42
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Usaha Kecil (P3UK), Pendidikan Dan Pelatihan BMT,