Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA BUKU PENYU SISIK DI
TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU
DK 38315 / TUGAS AKHIR SEMESTER II 2010 / 2011
Oleh:
Khazim Purnomo 51907705
Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Puji dan Syukur kepada Allah SWT, dengan rahmat dan ijin-Nya laporan
Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Media Buku Penyu Sisik di Taman Nasional Kepulauan Seribu” dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam proses pelaksanaan hingga penyusunan laporan Tugas Akhir ini, telah
banyak kendala yang penulis hadapi. Namun berkat kemudahan dan kelapangan
yang diberikan Allah SWT, semuanya dapat dilalui dengan baik. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengakui bahwa laporan Tugas Akhir ini masih memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Terima Kasih.
Bandung, Agustus 2011
ii UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan memberi penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Taufan Hidayatullah M.Ds selaku sebagai dosen pembimbing
2. Kankan Kasmana S.Sn selaku sebagai dosen penguji satu
3. Ambarsih Ekawardani M.Sn selaku sebagai dosen penguji dua
4. Kepada seluruh dosen dan staf Fakultas Desain
Terima Kasih atas segala bantuan dan kebaikannya. Semoga Allah SWT membalas
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia
yang sebagian besar adalah lautan dengan berbagai kekayaan
alam serta kekayaan biota laut flora dan fauna. Banyak flora dan
fauna yang hanya hidup di kepulauan dan lautan Indonesia, kini
keberadaannya pun semakin lama sudah mulai berkurang dan
bahkan hampir punah, salah satunya adalah penyu.
Penyu dengan kura-kura jika dilihat secara fisik kelihatan
sama namun sebenarnya terdapat beberapa perbedaan. Salah
satunya dari bentuk kaki dan tempurungnya.
Penyu hidup di alam samudra selama 150 juta tahun lebih.
Sayangnya, sekarang reptil kuno ini sudah terancam punah di
seluruh dunia. Penyebab penurunan populasi tersebut akibat
pemburuan yang berlebihan, pembangunan di wilayah pesisir,
penangkapan tidak sengaja oleh alat perikanan, degradasi dan
kerusakan pantai untuk bertelur, dan polusi kelautan. Salah satu
jenis penyu yang terancam punah di taman Nasional Laut
2 Ribuan penyu sisik ditangkap setiap tahun. Diminati karena
motif sisik karapaksnya yang unik dijadikan kerajinan tangan dan
cendera mata. Sedangkan telurnya dipercaya berkhasiat untuk
kesehatan.
Penyu sisik adalah salah satu dari enam jenis penyu lain di
Indonesia atau dari delapan jenis penyu di dunia. Penyu lain yang
ditemukan di Indonesia adalah penyu hijau (Chelonia mydas),
penyu lekang (Lepidochelys Olivaces), penyu tempayan (Caretta
Caretta), penyu Belimbing (Dermochelys Coriacea), dan penyu
pipih (Natator Depressus). Segala bentuk pemanfaatan penyu
untuk perdagangan adalah pelanggaran peraturan itu dan
diancam hukuman penjara maksimum lima tahun. Namun hingga
kini praktik perdagangan penyu terus berlangsung.
Penyu sisik yang termasuk dalam family Cheloniidae
merupakan salah satu penyu yang diminati karena motif sisik
karapaksnya yang unik dan indah untuk dijadikan kerajinan tangan
dan cendera mata.
Telur penyu sisik dipercaya memiliki protein yang lebih baik
dibanding telur penyu yang lain. Telur penyu ini dipercaya
3 banyak telur penyu yang diselundupkan ke Jepang, korea, dan
Cina.
Hingga saat ini Pemerintah belum memaksimalkan
perlindungan terhadap habitat penyu melalui UU No. 5 Tahun
1990. Bahkan daerah masih menghalalkan perdagangan penyu
sebagai komoditas daerah dengan alasan perbaikan
kesejahteraan masyarakat setempat.
Perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat, sepertinya
memang kurang diperhaitkan oleh berbagai pihak sehingga
mereka terus melakukan penangkapan dan pencarian telur penyu.
Perlu ada pengalihan mata pencarian masyarakat dari menangkap
dan menjual penyu serta telurnya, sehingga habitat penyu yang
dilindungi tidak terganggu.
Bayangkan betapa banyaknya telur yang berjumlah seribu
bila menetas. Jangan heran, sebab penyu memang memiliki
benyak telur. Jumlah induk yang tidak banyak sekalipun, jumlah
seribu telur akan mudah dicapai mengingat satu penyu bisa
menghasilkan sekitar 250 telur. Sayangnya dari seribu telur penyu
yang menetas, hanya satu yang mampu tumbuh menjadi dewasa
4 10 tahun mendatang.
(http://www.fadlie.web.id/bangfad/penyu-sisik-kian-langka-dan-terancam-punah.html).
Selain ulah manusia adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi terncamnya habitat penyu sisik di Taman Nasional
Kepulauan Seribu yaitu diantaranya adalah pemangsa telur penyu
yang belum menetas, yaitu adanya burung-burung yang memburu
tukik yang baru menetas, selain itu juga ada beberapa hewan
lainnya yang mengincar telur penyu sisik maupun tukik yaitu
biawak dan hewan pemangsa lainnya yang terdapat di pantai.
Adapun alam dan lingkungan yang tercemar pun dapat
mempengaruhi habitat penyu sisik. Mengingat kepulauan seribu
dekat denagn Jakarta dan pulau-pulau lainnya maka sangat
memungkinkan limbah rumah tangga maupun limbah industri
dapat merusak habitat penyu sisik. Selain itu juga banyaknya
sampah yang dapat mencemari air laut yang akan berimbas pada
habitat penyu sisik.
Seluruh spesies penyu laut memiliki siklus hidup yang sama,
penyu lambat pertumbuhannya dan memerlukan berpuluh-puluh
tahun untuk mencapai usia reproduksi. Mereka hidup
5 menempuh jarak yang jauh hingga 3000 km dari daerah pakan ke
pantai peneluran.
Taman Nasional Kepulauan seribu adalah salah satu daerah
penyu di Jawa, terutama penyu sisik. Duadasawarsa yang lalu
sebagian besar pantai berpasir dari 108 pulau di kawasan ini
merupakan tempat peneluran penyu, dengan meningkatnya
kegitan manusia, kini tinggal beberapa pulau saja yang masih
dikunjungi penyu untuk bertelur seperti pulau Peteloran Timur,
pulau Peteloran Barat, pulau Penjaliran barat, dan pulau Penjaliran
Timur.
Salah satu upaya pelestarian penyu sisik di Kepulauan
seribu adalah dengan adanya penangkaran penyu di pulau
Pramuka, kegiatan pelestarian penyu sisik di pulau Pramuka
diawali dengan pengumpulan telur penyu dari beberapa pantai,
tempat peneluran alami penyu sisik antara lain pulau Peteloran
Barat, pulau Peteloran Timur, pulau Penjaliran barat dan pulau
Penjaliran Timur yang terletak di bagian utara. Hingga saat ini
keberadaan penyu sisik semakin berkurang dan pemerintah telah
mengupayakan konversi dan kampanye social tentang pelestarian
6 1.2 Identifikasi Masalah
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di
Kepulauan Seribu dan semakin berkurangnya lahan tempat Penyu
Sisik untuk bertelur kini Penyu Sisik menghadapi beberapa
ancaman dengan semakin merosotnya populasi khususnya Penyu
Sisik di Kepulauan Seribu. Terutama penyu yang bertelur di pulau
yang tidak dilindungi oleh Taman Nasional Kepulauan Seribu yang
disebabkan oleh :
1. Hewan pemangsa (predator)
2. Lingkungan
3. Perilaku manusia
1.3 Fokus Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas,
maka fokus dari permasalahan sebab merosotnya populasi Penyu
Sisik di Kepulauan Seribu adalah dengan usaha pelestarian
kembali populasi Penyu Sisik di Kepulauan Seribu akan mendekati
kepunahan dengan menjaga lingkungan habitat Penyu Sisik di
Kepulauan Seribu agar tetap alami, menjaga telur-telur penyu
dengan di tangkarkan di tempat penangkaran. Serta Penyu Sisik
tersebut tidak dieksploitasi secara besar-besaran.
Kurang sadarnya pemahaman masyarakat akan manfaat
7 pengetahuan masyarakat akan Penyu sisik yang masuk dalam
daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional
maupun internasional.
Maka dari itu fokus dari permasalahan yang digali tentang
bagaimana memberi pemahaman dan edukasi akan pentingnya
habitat Penyu sisik terhadap ekosistem laut serta mengetahui
kehidupan habitat alami Penyu Sisik tersebut dengan membuat
media informasi dan edukasi tentang kehidupan Penyu Sisik di
Taman Nasional Kepulauan Seribu.
1.4 Tujuan Perancangan
Kajian tentang kehidupan Penyu Sisik di Taman Nasional
kepulauan Seribu ini dibuat untuk merancang suatu media
informasi tentang kehidupan Penyu Sisik di Taman Nasional
Kepulauan Seribu dengan target sasarannya adalah masyarakat
Kota Jakarta dan Kepulauan Seribu, serta masyarakat kota pada
umumnya.
Bertujuan sebagai bahan informasi dan pengetahuan
tentang kehidupan Penyu Sisik di Taman nasioanal Kepulauan
Seribu serta kehidupan Penyu Sisik pada umumnya agar mereka
8 pentingnya Penyu Sisik bagi ekosistem laut dan melestarikannya
9 BAB II
PENYU SISIK DI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU
2.1 Penyu
2.1.1 Pengertian Penyu
Penyu adalah dinosaurus yang masih hidup hingga
sekarang, penyu sudah ada sejak 150 juta tahun yang lalu
bahkan sebelum jaman dinosaurus. Dari 30 jenis penyu
yang ada, hanya tujuh jenis yang bisa bertahan hingga saat
ini, enam jenis ditemukan bertelur dikawasan pantai
Indonesia yaitu : penyu Belimbing, penyu Hijau, penyu
Tempayan, penyu Pipih, penyu Sisik dan penyu Lekang.
Penyu berbeda dengan kura-kura, perbedaan penyu
dan kura terletak dimana mereka dapat hidup,
kura-kura hidup didarat sedangkan penyu hidup dilaut tapi
terkadang muncul di darat. Selain itu perbedaan penyu dan
kura-kura adalah kura-kura dapat memasukan kepalanya
ke dalam tempurung nya, sedangkan penyu tidak dapat
memasukan kepalanya kedalam tempurung nya. Ada 3
perbedaan antara penyu dan kura-kura, yaitu:
1. Dilihat dari bentuk kakinya, kaki penyu itu tidak berjari
10
2. dilihat dari tempurung, yang mempunyai tempurung
itu hanya kura-kura sedangkan penyu tidak punya.
3. Penyu itu mengenal yang namanya “mudik” , penyu
akan kembali ke tempat kelahirannya ketika dia akan
melahirkan, jadi kalau dia dulu melahirkan di perairan
indonesia terus berpetualang di benua Amerika atau
Afrika pasti suatu saat ketika dia akan melahirkan dia
akan kembali ke tempat asalnya.
Penyu merupakan penjaga keseimbangan
ekosistem laut karena dimana ada habitat penyu pasti
disana terdapat kekayaan laut yang melimpah. Penyu
terdapat di semua samudra yang ada di dunia. Sejak
jaman dahulu, nenek moyang penyu Archelon dan
Cimochelys sudah berenang di laut purba. Penyu dapat
berenang didasar laut karena mempunyai flipper
pendayung untuk mengontrol gerakan dan kecepatan dan
juga mempunyai flipper belakang sebagai penyeimbang
gerakan. Penyu setiap 20 - 30 menit harus naik ke
permukaan air untuk mengambil nafas karena penyu
bernafas dengan paru-paru. Tubuh penyu lunak dan
termasuk berdarah dingin, serta dilindungi cangkang yang
11
gendang telinga yang terlindungi oleh kulit. (supriyanto
khafid/ http://lomboknews.com).
2.1.2 Taksonomi Penyu
Menurut Jatu (2007), taksonomi penyu digolongkan
dalam :
Superfamily : Chelonioidea (Bauer, 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel, 1811)
Species :1. Cheloniamydas (Penyu hijau)
2. Eretmochelys imbricate (Penyu sisik)
3. Lepidochelys kempi (Penyu lekang kempi)
4. Lepidochelys olivacea (Penyu lekang)
5. Natator depressus (Penyu pipih)
6. Caretta caretta (Penyu tempayan)
Family : Dermochelyidae
12 2.1.3 Morfologi Penyu
Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan–
keunikan tersendiri dibandingkan hewan–hewan lainnya.
Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung atau karapas
keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk.
Karapas tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung
alami dari predator. Penutup pada bagian dada dan perut
disebut denagn plastron. Ciri khas penyu secara morfologis
terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang
menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat
alat gerak berupa flipper). Flipper pada bagian depan
berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian
belakang berfungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-penyu
yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang
dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta
jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu.
Penyu mempunyai alat pencernaan luar yang keras, untuk
mempermudah menghancurkan, memotong, dan
mengunyah makanan.
Penyu memiliki sepasang tungkai depannya yang
berupa kaki pendayung, ini memberinya ketangkasan
berenang didalam air. Walau selama bertahun-tahun
13 vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus naik kepermukaan
air untuk mengambil nafas, Itu karena penyu bernafas
dengan paru-paru. Penyu pada umunya bermigrasi dengan
jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu
lama, jarak 3000 km dapat ditempuh selama 58 – 73 hari.
Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor
penyu, dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor
penyu betina, paling banyak hanya belasan yang berhasil
sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak
memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan
predator alaminya seperti kepiting, burung dan tikus
dipantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik (anak penyu)
tersebut menyentuh peraian dalam. Menurut data para
ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jurassic
(145-208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan
dinosaurus. Penyu Archelon yang berukuran panjang badan
enam meter, atau juga penyu Cimochelys yang berenang
dilaut purba seperti penyu masa kini.
2.1.4 Jenis-Jenis Penyu
Terdapat tujuh jenis penyu di dunia, ketujuh penyu
14
1. Penyu hijau (Cheloniamydas)
2. Penyu sisik (Eretmochelysimbricata)
3. Penyu lekang kempii (Lepidochelyskempi)
4. Penyu lekang (Lepidochelysolivacea)
5. Penyu belimbing (Dermochelyscoriacea)
6. Penyu pipih (Natatordepressus)
7. Penyu tempayan (Carettacaretta)
2.2 Penyu Sisik
Penyu Sisik dikenal di beberapa tempat dengan nama
Penyu Genting, Dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan
”Hawksbill turtle” yang berarti penyu berparuh elang. Seperti
halnya penyu lain pada umumnya, hanya Penyu Sisik betina saja
yang naik ke daratan untuk bertelur pada waktu musimnya.
Penyu sisik pada tempurungnya terdapat empat pasang
sisik samping dan pada sekeliling mata terdapat dua pasang sisik.
Kepalanya mempunyai paruh yang kuat seperti burung elang.
Dengan paruhnya yang kuat, penyu sisik mudah mendapatkan
makanannya yang bersembunyi disela-sela batu karang.
Makanannya berupa belukar laut, ubur-ubur, kerang dan kepiting.
Penyu sisik hidup di daerah terumbu karang ataupun daerah
pasang surut yang berbatu-batu .Penyu banyak diburu orang
15 Penyu Sisik bersifat karnivora tetapi setelah dewasa
bersifat omnivora. Penyu Sisik memakan moluska, krustase, ubur-
ubur, rumput laut. Rahang berbentuk paruh merupakan alat yang
kuat untuk memecah cangkang moluska maupun kepiting yang
didapat di sekitar karang. (Yusri, Safran. 2009)
Menurut Marques (1990) dalam Nuitja (1992), Penyu Sisik
memiliki bentuk dan susunan tubuh sebagai berikut :
Terdapat 2 pasang sisik prefrontal dan 3 atau 4 sisik post
orbital pada kepala.
Sisik pada karapas tersusun secara tumpang tindih (imbricate)
terdiri dari 5 costal, 4 pasang lateral (yang pertama tidak
dihitung yaitu precental scute), 11 pasang marginal ditambah
sepasang post central atau pigal scutes.
Bentuk rahang seperti paruh elang sehingga secara umum
dikenal dengan nama Hawksbill.
Flipper berbentuk dayung dan masing- masing dilengkapi
dengan 2 buah kuku (cakar). Permukaan atas flipper berwarna
coklat kehitaman, bagian bawah kepala dan plastornnya juga
16 Gambar 2.1
PenyuSisik
Sumber : Dokumentasi pribadi
Seperti spesies penyu lain, perbedaan antara jantan dan
betina dapat dilihat dari bentuk kuku pada flipper dan panjang
ekornya. Kuku flipper pada jantan lebih kuat dan melengkung
berjumlah 2 pasang, ini berfungsi untuk mencengkeram betina
pada saat kawin, sedangkan panjang ekor jantan berukuran ± 15
cm dan betina ± 8 cm. (Sumber: Witzee, 1983).
Penyu sisik bertelur di malam hari, penyu sisik kini selalu
waspada melindungi telurnya sebelum bertelur, satwa ini akan
memantau keadaan selilingnya gerakan kecil bahkan setitik
cahaya akan membuat penyu membatalkan niatnya untuk naik
kedarat.
Penyu sisik memerlukan waktu sekitar 45 menit untuk
17 telurnya, sekali penyu sisik bertelur totalnya mencapai 250 butir
dalam 1,5.
Pada umur yang belum terlalu diketahui (sekitar 20 – 50
tahun) penyu jantan dan betina berimigrasi kedaerah peneluran di
sekitar pantai kelahiran mereka.Perkawinan meraka terjadi di
lepas pantrai satu atau dua bulan sebelum peneluran pertama
pada musim tersebut, baik penyu jantan maupun betina memiliki
beberapa pasangan kawin. Penyu betina penyimpan sperma
penyu jantan, dalam tubuh mereka untuk membuahi hingga tujuh
kumpulan telur (nantinya menjadi 3–7 sarang) yang akan
ditelurkan pada musim tersebut.
Penyu jantan biasanya kembali kedaerah pakan mereka
sesudah penyu betina menyelesaikan kegiatan bertelur dua
mingguan mereka di pantai. Saat penyu betina siap dia keluar dari
laut dan menggunakan sirip depannya untuk menyeret tubuhnya
kepantai, menggali lubang sarang sedalam 30–60 cm dengan
berpindah kelokasi lain. Pulau perteluran merupakan salah satu
pulau yang merupakan tempat penyu sisik bertelur.
Penyu sisik dapat berusia 100 tahun dan merupakan
penyu yang paling banyak bertelur di bandingkan penyu lain,
18 bola golf, setelah meletakkan telurnya penyu mengisi lubang
sarangnya dengan pasir menggunakan sirip belakangnya,
kemudianmenimbun lubang badan dengan keempat siripnya, si
penyu akhirnya kembali ke laut dengan lelah dalam waktu 1–2
jam, pada daerah lepas pantai tersebut penyu mulai membuahi
kumpulan sel telurnya dengan sperma yang ia simpan
sebelumnya.
Setelah musim peneluran berakhir penyu betina kembali
kedaerah pakannya yang jauh.Penyu tidak akanm lagi untuk 2–8
jam mendatang.
Penyu sisik merupakan satwa yang bukan hanya unik dan
lucu, tapi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hanya
dengan membiarkannya saja hidup bebas di alam, tanpa harus di
campuri oleh manusia, penyu memberikan banyak manfaat bagi
keseimbangan alam laut, antara lain :
Penyu Sisik yang memiliki jarak tempuh yang mencapai hingga
ribual mil laut ini berperan penting dalam menyebar nutrisi
kelaut melalui kotorannya. Kotoran ini menjadi pupuk atau
pakan bagi tumbuhan dan hewan laut lainnya.
Penyu sisik memakan Ubur-ubur. Ubur-ubur adalah binatang
laut yang memakan anak ikan. Ini merupakan mata rantai
19 maka banyak anak ikan yang akan di makan oleh Ubur-ubur
dan ketersediaan ikan di laut akan semakin berkurang yang
berimbas pada tangkapan nelayan akan ikan yang di
konsumsi akan berkurang, terutama nelayan kecil yang tidak
memiliki kapal kapal besar untuk menangkap ikan di laut
lepas.
Penyu Sisik pun memakan terumbu karang yang tidak sehat
sehingga terumbu karang menjadi sehat kembali. Sehatnya
terumbu karang menjadi sumber makanan yang baik dan
menjadi tempat hidup (habitat) ikan berkembang biak.
2.3 Taman Nasional Kepulauan Seribu
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu
perwakilan kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang
terletak kurang lebih 45 km sebelah Utara Jakarta.
Terdapat 78 pulau besar-kecil dengan ketinggian tidak
lebih dari tiga meter dpl., dan semuanya merupakan gugusan
pulau karang.
Pada ratusan tahun yang lalu, pulau-pulau karang itu
terbentuk di atas koloni binatang karang yang sudah mati. Koloni
ini pada awalnya tumbuh pada dasar laut yang dangkal, dan
20 pelapukan. Kemudian di atas daratan karang itu, tumbuh jenis
pioner berupa semak, beberapa jenis pohon dan terjadilah
daratan. Daratan yang ada di pulau-pulau tersebut tidak sama
dengan daratan yang terdiri dari tanah. Demikian juga dengan
kekayaan tumbuhan dan satwanya.
Umumnya, tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional
Kepulauan Seribu didominasi oleh tumbuhan pantai, seperti
nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru (Hibicus tiliaceus),
pandan (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia),
cangkudu (Morinda citrifolia), butun (Barringtonia asiatica), bogem
(Bruguiera sp.), sukun (Artocarpus altilis), ketapang (Terminalia
cattapa), dan kecundang (Cerbena adollam).
Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari
karang keras/lunak sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan, 2 jenis
kima, 3 kelompok ganggang seperti Rhodophyta, Chlorophyta dan
Phaeophyta, 6 jenis rumput laut seperti Halodule sp., Halophila
sp., dan Enhalus sp., serta 17 jenis burung pantai.
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan tempat
peneluran penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau
21 satwa langka dan jarang ditemukan di perairan lain terutama
pantai Utara Pulau Jawa, ditangkarkan di Pulau Semak Daun.
Penangkaran tersebut dimaksudkan untuk memulihkan
populasi penyu yang nyaris punah.Kegiatan penangkaran meliputi
penetasan telur semi alami dan perawatan anak penyu sampai
siap untuk dilepas ke alam. Sebagian besar pantai-pantai di
taman nasional ini dilindungi oleh hutan bakau, dimana hidup
biawak, ular cincin emas dan piton.
Dibalik fenomena dan rahasia alam, sebenarnya gugusan
Kepulauan Seribu menyimpan keindahan alam yang sangat
menawan. Simponi pulau-pulau mungil yang hijau, deburan ombak,
sinar matahari yang bewarna keemasan pada waktu senja;
tentunya akan menentramkan hati pengunjung yang berada di
Taman Nasional Kepulauan Seribu. http//www.pulauseribu.net
[tanggal 10 April 2011]
2.3.1 Letak, Luas dan Pulau
Taman Nasional Kepulauan Seribu seluas 107.489
hektar, merupakan kawasan perairan laut sampai batas
pasang tertinggi, pada geografis antara 5°24' - 5°45' LS
22 Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50
hektar.
Taman Nasional Kepulauan Seribu tersusun oleh
Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan Perairan Laut
Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78
pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut
dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat
1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha),
terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun
bermedia tumbuh sangat miskin hara atau lumpur, dan
kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.
Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan
TNKpS yang berjumlah 78 pulau, diantaranya 20 pulau
sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk
dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha
(http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?st
oryid=278).
2.3.2 Demografi dan Potensi makro
Penduduk Kepulauan Seribu berjumlah 4.920 KK
(660 Keluarga Pra Sejahtera), diantaranya 65 % bermukim
di Pulau Pemukiman (Pulau Panggang, Pulau Pramuka,
23 berada di dalam Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu.
Mata Pencaharian Pokok Masyarakat adalah Nelayan
Tangkap 70,99 %, utamanya Nelayan Tangkap termasuk
Nelayan Jaring MUROAMI (jaring yang tidak ramah
lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil
masih menggunakan Racun POTASIUM SIANIDA dan atau
dinamit.
Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan
berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman
perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan
arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas
Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya
perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha
(66 %) dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa
keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan
ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya,
dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung,
kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan
24 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699
Orang per hari (73 %) adalah kapasitas dalam kawasan
Taman Nasional Kepulauan Seribu.
http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?sto
ryid=278.
2.3.3 Potensi Sumber Daya Alam
Taman Nasional Kepulauan Seribu mempunyai
sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut
dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu
karang, ikan hias dan ikan konsumsi, echinodermata,
crustacea, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat,
mangrove, padang lamun, dan lain-lain.
Terumbu karang di kawasan perairan ini
membentuk ekosistem khas daerah tropik, pulau-pulaunya
dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef) dengan
kedalaman 1 - 20 meter.
Terumbu karang merupakan salah satu sub sistem
ekosistem perairan laut yang produktif, yaitu dengan
produktivitas primernya mencapai sekitar 10.000 gram
Carbon/m2/tahun, sangat tinggi bila dibandingkan dengan
50-25 100 gram Carbon/m2/tahun.
Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis
karang keras (hard coral) seperti karang batu (massive
coral) misalnya Monstastrea dan Labophyllia ; karang meja
(Table coral); karang kipas (Gorgonia); karang daun (Leaf
coral); karang jamur (Mushroom coral); dan jenis karang
lunak (Soft coral).
Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantara-nya
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam famili
Chaetodontidae, Apogonidae dan Pomancanthidae,
sedangkan jenis Ikan konsumsi yang bernilai ekonomis
tinggi antara lain adalah Baronang (Family Siganidae), Ekor
Kuning (Family Caesiodiae), Kerapu (Family Serranidae) dan
Tongkol (Eutynus sp).
Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya
adalah Bintang Laut, Lili Laut, Teripang dan Bulu Babi yang
juga merupakan indikator kerusakan terumbu karang. C
rustacea yang banyak dikonsumsi antara lain Kepiting,
Rajungan (Portumus sp.) dan Udang Karang (Spiny lobster).
Moluska (binatang lunak) yang dijumpai terdiri dari
26
diantaranya adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas) dan
Kima Sisik (Tridacna squamosa).
Kawasan TNKpS merupakan habitat bagi Penyu
Sisik (Eretmochelys imbricata) yang dilindungi, dan
keberadaannya cenderung semakin langka. Dalam upaya
pelestarian satwa ini, selain dilakukan perlindungan
terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau
Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur dan
Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat
penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di
Pulau Pramuka dan Pulau Sepa.
Kegiatan di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa
tersebut dilakukan dengan cara mengambil telur dari
pulau-pulau tempat bertelur untuk ditetaskan secara semi alami.
Anak penyu (tukik) hasil penetasan tersebut kemudian
sebagian dilepaskan kembali ke alam, dan sisanya
dipelihara untuk dilepaskan secara bertahap.
Untuk jenis tumbuhan laut, Kawasan TNKpS
ditumbuhi jenis lamun (seagrass) seperti thalasia dan
enhalus, dan ganggang laut/ algae/rumput laut (seaweed)
27 tumbuhan darat yang banyak ditemukan antara lain adalah
Kelapa (Cocos nucifera), Mengkudu (Morinda citrifolia),
Ketapang (Terminalia catappa), Butun (Baringtonia
asiatica), Sukun (Artocarpus atilis), Pandan Laut (Pandanus
tectorius), Sentigi (Pemphis acidula), dan Cemara Laut
(Casuarina equisetifolia). Di beberapa pulau juga
ditemukan ekosistem mangrove yang di dominasi oleh
jenis-jenis Bakau (Rhizophora sp.), Api-api (Avicenia
sp.),Tancang (Bruguiera sp), Temu dan Prepat (sonneratia
sp)http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?
storyid=278).
2.4 Media Informasi
Menurut Heinich (1993), media merupakan saluran
komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “mrdium” yang secara harfiah berarti
perantara, yaitu perantara antara sember pesan dengan penerima
pesan. Media informasi yang ditujukan untuk orang banyak disebut
media massa, istilah media massa ini mulai dipergunakan pada
tahun 1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara
khusus didesain untuk mencapai masyarakat luas.
28
2.4.1 Jenis Media Informasi
a. Media cetak
Berupa surat kabar, majalah, dan lain-lain. Media massa
yang jenis seperti ini mempunyai jangkauan wilayah
tertentu. Elemen Pokok teknologi Media cetak yang
berkemabang di luar Eropa: Sejumlah penemuan dasar
dibawa ke Eropa, seperti penggunaan kain untuk
pembuatan kertas yang di adopsi dari Cina. teknik
pencetakan lainnya, seperti hurup metal yang dapat
dipindahkan, disusun secara paralel berasal dari luar eropa
meski mungkin tidak berpengaruh langsung pada
perkembangan teknologi cetak Eropa.
b. Media non cetak
Berupa TV, radio, internet. Jenis media massa ini berupa
suara atau gambar saja dan suara digabung dengan gamar.
Media yang seperti ini menggunakan teknologi elektro.
2.5 Target Sasaran
Target sasarannya adalah masyarakat Kota Jakarta pada
khususnya serta masyarakat kepulauan seribu dan masyarakat
perkotaan pada umumnya.
Pada umumnya masyarakat Jakarta dan perkotaan masih
29 yang nyaris punah, hal tersebut dikarenakan kesibukan dan
kurang nya sosialisasi dan kepedulian masyarakat perkotaan dan
remaja kota akan keberadaan hewan yang nyaris punah terutama
penyu sisik.
Masyarakat Kepulauan seribu sendiri kurang paham dan
mengerti bagaimana menjaga ekosistem hewan laut yang nyaris
punah terutama penyu sisik itu sendiri, karena kurang nya
sosialisasi tentang pentingnya keberadaan hewan yang nyaris
punah terutama penyu sisik, hal tersebut sungguh disayangkan
mengingat penyu sisik sendiri berada di Kepulauan seribu tetapi
masyarakatnya sendiri kurang peduli.
2.5.1 Demografis
Di tujukan kepada kalangan dewasa
perguruan tinggi dan profesi yang berhubungan
langsung dengan wilayah kepulauan seribu, pesisir
serta masyarakat perkotaan pada umumnya.
Perguruan Tinggi (Mahasiswa/Mahasiswi)
Mahasiswa atau mahasiswi mulai umur 18
tahun hingga 25 tahun. Selain menambah ilmu
30 penyu sisik dapat juga menambah wawasan
bagi para mahasiswa atau mahasiswi.
Target Profesi atau Masyarakat Umun
Dewasa dari umur 26 tahun hingga 35 tahun.
Selain rasa ingin tahu terhadap lingkungan
mereka juga bisa memberi peran sebagai triger
edukasi dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan dan Penyu sisik pada khususnya.
2.5.2 Geografis
Segmentasi untuk masyarakat yang tinggal di
wilayah kepulauan seribu dan perkotaan pada
umumnya.
2.5 3 Psikografis
Masyarakat yang memiliki rasa ingin tahu
yang besar terhadap lingkungan sekitar serta
memiliki jiwa kepedulian dan petualang yang di
31 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Strategi perancangan
3.1.1 Strategi Komunikasi
Media yang akan di sampaikan kepada masyarakat
umum perkotaan pada khususnya dan masyarakat di
Kepulauan Seribu dan pesisir pada umumnya. setidaknya
harus menarik, komunikatif, sederhana dan
menginformasikan.
Dalam hal ini, kebanyakan masyarakat di perkotaan
biasanya menghabiskan waktu untuk beraktivitas di mall
dan tempat nongkrong seperti kafe dan lain-lain, dan hanya
segelintir masyarakat perkotaan yang suka membaca,
karena pergaulan dan lingkungan remaja zaman sekarang
yang sudah mulai melupakan membaca. Maka dari itu
pengetahuan remaja di perkotaan mengenai
informasi-informasi melalui membaca sangatlah kurang terutama
pengetauan mengenai hewan khusunya penyu sisik,
mungkin dengan adanya Buku tentang kehidupan Penyu
Sisik di Taman Nasional Kepulauan Seribu, dapat
32 topik pembahasan tentang habitat Penyu Sisik di
Kepulauan Seribu yang mulai berkurang.
Maka dari itu tujuan komunikasi adalah ikut
memberikan pengetahuan dan kepedulian akan habitat
Penyu sisik di Taman Nasional Kepulauan Seribu melalui
Buku sebagai media informasi bagi penyampaian dengan
salah satunya yaitu media buku informasi.
3.1.2 Materi Komunikasi
Berdasarkan kepemilikan dan tujuan perancangan
komunikasi bagi informasi kebudayaan ini, maka
dirumuskan materi informasi yang akan menjadi sumber
inspirasi gagasan visual, materi komunikasi yang berupa
informasi tersebut adalah :
Menginformasikan tentang habitat Penyu Sisik di
Taman Nasional Kepulauan Seribu yang
keberadaannya semakin berkurang.
Menginformasikan bahwa media yang di buat dalam
bentuk buku dapat berguna dan bermanfaat bagi
sebagai bahan pengetahuan dan informasi.
Memberikan motivasi dan kesadaran kepada
33 terhadap lingkungan laut serta ekosistem nya,
termasuk Penyu Sisik.
3.1.3 Strategi kreatif
Tampilan yang sederhana, menarik dan kreatif pada
pembuatan atau perancangan media informasi dapat
menambah nilai ketertarikan atau interest pada
masyarakat Kepulauan Seribu dan masyarakat umum
sebagai konsumen. Hal tersebut menjadi suatu keharusan
untuk menambahkan segi kreatif yang akan di aplikasikan
ke media dan di berikan kepada masyarakat, dalam
strategi kreatif yang di ambil dengan salah satu nya
memasukan unsur fotografi sebagai ilustrasi dalam
perancangan media Buku pengetahuan, dengan
memasukkan unsur Fotografi Sebagai Media Informasi.
3.1.4 Strategi Media
Strategi media yang di gunakan adalah dengan
memberi pengetahuan tentang lingkungan serta kehidupan
masyakat Kepulauan Seribu dengan kehidupan ekosistem
lautnya terutama habitat Penyu Sisik dengan menonjolkan
fotografi sebagai visual utama dalam perancangan buku
ini, yang bertujuan agar audiens tidak jenuh dan lebih
34 lingkungan Taman nasional kepulauan seribu dan
ekosistem laut nya. Hingga bisa menumbuhkan kesadaran
serta kepedulian untuk menjaga lingkungan kehidupan
Taman Nasional kepulauan Seribu serta ekosistem lautnya,
terutama Penyu Sisik yang mulai berkurang.
3.1.5 Pemilihan Media
Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi,
maka dalam pemilihan suatu media diharapkan dapat
menjadi solusi dan menjawab permasalahan. Media yang
digunakan terbagi pada dua jenis, yaitu media primer dan
media sekunder serta bagaimana mekanisme dan
penempatan media-media tersebut dalam
menginformasikan serta mempromosikan kepada
masyarakat. Dan memberikan informasi akan
penyelenggaraan dan manfaat bagi seluruh target audiens
diterima dengan mudah. Maka kepemilikan media
informasi ini haruslah efektif, efisien dan tepat sasaran.
Berikut media yang akan digunakan :
1. Tahap informasi (Media Utama)
Buku
Media ini di pilih karena penyebaranya yang sangat
meluas dapat disimpan, meskipun hanya buku
35
diperkenalkan kepada target pembaca sebagai
pedoman untuk dimiliki.Selain itu Media yang dirancang
masuk kedalam kategori Buku pengetahuan sebagai
pedoman untuk dipelajari.
2. Tahap persuasif (Media Penunjang Promosi)
Poster
X banner
Flyer
Display Buku
3. Tahap pengingat
Gimmick merupakan media alternatif yang kreatif
digunakan untuk mempertegas media informasi ini.
Tujuan pemberian gimmick ini adalah pemberian atau
hadiah yang berfungsi sebagai buah tangan. Gimmick
yang di gunakan antara lain:
Kaos
Kaos adalah gimmick atau marchendise dari ke ikut
sertaan para konsumen buku saat launching.
Stiker
Stiker juga amat ampuh sebagai media promosi,di
karenakan fungsi nya dapat di alih kan pada bentuk
media ambient.
36
Post card adalah salah satu media promosi, karena
fungsinya dapat digunakan untuk mempromosikan
Penyu Sisik secara tidak langsung.
Pembatas Buku
Gantungan Kunci
3.1.6 Strategi Pendistribusian
Dalam hal pendistribusiannya, Komunitas pecinta
penyu yang ada di perkotaan terutama pecinta penyu sisik
dapat melalui penerbit Gramedia yang berperan penting
dikarenakan dapat mengkomunikasikannya kepada para
remaja kota dan masyarakat perkotaan lainnya mengenai
pentingnya pengetahuan tentang penyu terutama penyu
sisik yang hampir punah. Selain itu mengadakan kegiatan
bersama komunitas para masyarakat pecinta penyu yang
ada di perkotaan dengan mengadakan acara amal, temu
para sesama pecinta penyu dan acara lainya. Adapun
untuk pendistribusiannya bekerjasama dengan Pemda
setempat yang akan membatu pendistribusian Buku ke
perpustakaan sekolah-sekolah dan buku tersebut dapat
simpan di Balai Desa setempat yang ada di Kepulauan
Seribu sebagai bahan untuk pengetahuan dan referensi
37
3.2 Konsep Visual Buku
Konsep visual pada perancangan media informasi ini
secara visual menggunakan objek fotografi. Dengan gaya visual
yang elegant, simple dan warna-warna yang tidak mencolok.
Sederhana, dengan tujuan remaja kota dan masyarakat perkotaan
serta masyarakat kepulauan seribu pecinta penyu lebih mengerti
akan pentingnya keberadaan penyu terutama penyu sisik yang
hampir punah di Taman Nasional Kepulauan seribu saat ini.
3.2.1 Format Desain
Format yang dipakai dalam media informasi ini
umumnya berupa buku persegi empat sama sisi yang
berukuran 20 cm x 24 cm karena bentuk seperti ini akan
tampak lebih menarik bila disimpan dalam rak took buku
serta mempunyai (UPS) unique selling point pada sebuah
buku yang hanya memakai bentuk yang seperti biasa.
38 3.2.2 Fotografi
Teknik fotografi digunakan agar mengesankan hal
yang lebih nyata dengan unsur dokumentasi.
Gambar 3.2 Penyu Sisik Sumber : Dokumentasi pribadi
3.2.3 Lay out
Perancangan tata letak atau layout yang ditampilkan
berupa gabungan dari suatu informasi, dan fotografi.
Tampilan menjadikan buku informasi lebih menarik dengan
elemen visual yang ada. Semua elemen ini disusun
sedemikian rupa sehingga akan menghasikan suatu
kesatuan komposisi yang baik dan nyaman untuk dilihat.
Lay out yang di pakai dalam media ini adalah costum
disesuaikan dengan kebutuhan dari media yang akan
digunakan. Unsur-unsur pendukung informasi seperti nama
gambar dan tempat yang mendukung, ditempatkan di
39 Ukuran atau format yang dipakai dalam pembuatan buku
ini adalah ukuran kertas art paper 20 cm x 24 cm
membentuk persegi sama sisi dengan tebal 100 Halaman.
3.2.4 Tipografi
Tipografi yang di pilih adalah jenis tipografi century
gothic dan Georgia jenis huruf ini yang digunakan karena
mempunyai karakter yang kuat namun simpel.
Gambar 3.3 Font goergia
Gambar 3.4 Font Century Gotic
3.2.5 Studi Warna
Warna merupakan unsur visual yang dapat
mempengaruhi seseorang yang melihatnya, serta
40 merupakan unsur visual yang dapat mempengaruhi orang
melihanya serta menambahkan kesan terhadap desain
yang dipakai. Warna yang digunakan hijau lumut, hitam,
dan putih. Warna-Warna yang diambil tidak lepas dari sifat
dan karakter penyu itu sendiri.
Gambar 3.5 Warna
3.2.6 Studi Visual
Visual dari identitas informasi buku ini
menggunakan gaya stilasi yang melambangkan
kesederhanaan. Objek visual sekumpulan anak penyu
(tukik) dijadikan identitas sebagai penempatan cover buku.
3.2.7 Penyederhanaan Tampilan Identitas Buku
Hampir punahnya kebedaraan penyu sisik di Taman
Nasional Kepulauan Seribu menginspirasi kita untuk terus
41 merangkak dihamparan pasir pantai pun menjadi perhatian
kita semua, maka dari itu objek yang digunakan sebagai
identitas buku yaitu “penyu sisik Taman Nasional
Kepulauan Seribu” dimana penyu atau pasir tersebut tidak
aneh lagi bagi masyarakat Indonesia dan para remaja
tentunya yang hanya dapat kita temui di Taman Nasional
Kepulauan Seribu dan kepulauan-kepulauan tertentu
lainnya.
3.3 Penyebaran Dan Penempatan Media Penunjang
3.3.1 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media
Penyebaran media dilakukan berdasarkan target
sasaran yakni target sasaran yang berdomisili di daerah
kota Bandung. Dalam penyebaran media sesuai dengan
kemampuannya yang dapat menjangkau target sasaran
secara luas sehingga dapat efektif untuk penyebarannya.
Selain itu juga, penyebaran media lebih
berhubungan langsung pada target sasaran, sehingga
media tersebut dapat langsung diterima oleh target
42 Tabel 3.1
Penyebaran Media
3.3.2 Jadwal Pertimbangan Media Penunjang
Dalam penyebaran, mediapun perlu diperhitungkan
dengan merujuk pada kalender periodik dan jadwal yang
tepat untuk mengadakan launching di area yang disediakan
seperti Toko Buku, agar sesuai dan tepat dalam penyebaran
media promosi tersebut kepada Masyarakat yang ada di
Jakarta Khusus nya remaja. o
Media Penyebaran Waktu
Penyebaran
Poster Ditempel di
toko-toko buku
1 bulan penuh
Flyer Didalam dan luar
43 Maka promosi buku ini berlangsung selama satu bulan
yaitu bulan Agustus, mungkin satu bulan pun media
promosi akan sampai kepada masyarakat sebagai sasaran
Penyebaran. Media di sesuaikan dengan media yang
digunakan sesuai dengan fungsi masing-masing,yang perlu
di perhatikan adalah bagaimana cara suatu produk yang
dipromosikan, dapat menjangkau target. Maka dari itu perlu
dibuat jadwal penyebaran media pada saat satu bulan
sebelum launching dan saat launching, dengan jadwal
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Penempatan Tanggal Sebelum menuju acara
44 BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS
4.1 Media Utama
4.1.1 Buku
Pada Media utama buku Menelisik Penyu Sisik ini,
digunakan pada kertas ukuran custom, yaitu 20 cm x 24
cm. Untuk cover buku menggunakan hardcover dan
jacketcover.
4.1.2 Cover
1. Jacket cover (sampul)
Gambar 4.1 Jacket Cover Menelisik Penyu Sisik
(belakang dan depan)
Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Menampilkan anak penyu atau tukik, dimana
tujuannya supaya para membeli dapat langsung
mengetahui bahwa buku ini membahas tentang
45 Warna yang digunakan hijau lumut, hitam, dan
putih. Warna-Warna yang diambil tidak lepas dari
sifat dan karakter penyu itu sendiri. Ukuran cover ini
setelah dilipat adalah 20 cm X 24 cm.
2. Material
Material yang digunakan pada cover jacket ini
adalah kertas art paper 230 gr (gram) yang
dilaminasi glossy.
2. Hardcover
Gambar 4.2 Hardcover Menelisik Penyu Sisik
(belakang dan depan)
Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Di desain dengan menggunakan bahan Art Paper
150 gr dan dilaminasi dof, agar terkesan ekslusif
46
2. Material
Material yang digunakan adalah duplex dibungkus
dengan ArtPapper 150 gr dan dilaminasi dof.
51 Gambar 4.3 Tampilan Isi Buku (hal 1-100)
Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Penggunaan layout pada halaman-halaman buku
Menelisik Penyu Sisik di Taman Nasional Kepulauan
seribu ini terinspirasi dari majalah National
Geografic dan buku potografi. Desain layout yang
terlihat menarik dengan susunan foto-foto pada sisi
kiri, kanan, bawah, atas dan tengah dengan tidak
menggangu eksistensi teks pada
penjelasan-penjelasannya.
2. Material
Material yang digunakan pada halaman isi buku
adalah art paper 150 gr dengan teknis digital lazer
52
4.2 Media Promosi
4.2.1 Poster
Gambar 4.4 Media Promosi Poster Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Untuk media promosi buku Menelisik Penyu Sisik di
Taman Nasional Kepulauan Seribu ini, digunakan
poster dengan ukuran A2 (40 cm x 60 cm) sebagai
media informasi telah terbitnya buku ini. Dengan
adanya acara bedah buku dan talkshow
“Pelestarian Penyu Sisik di Kepulauan seribu”.
Layout poster dibuat agar lebih fokus pada judul dan
tema talkshownya yang dibuat dengan ukuran
53
peluang readibilitynya dari jarak 5 meter. Tampilan
foto-foto tukik menjadi sedikit preview dari isi buku
untuk menarik perhatian masyarakat agar lebih
mendekat lagi dari jarak readability.
2. Material
Material yang digunakan pada poster launching dan
bedah buku adalah kertas Glossy dengan teknis
digital lazer print.
4.2.2 Flyer
54
1. Konsep Perancangan
Untuk media promosi flyer dengan ukuran A5 (15
cm x 20,5 cm) sebagai media informasi telah
terbitnya buku ini. Dengan adanya acara bedah
buku dan talkshow “Pelestarian Penyu Sisik di
Kepulauan seribu”.
Layout flyer dibuat sama, yaitu fokus pada judul dan
tema talkshownya yang dibuat dengan ukuran
tipografi yang cukup besar untuk meningkatkan
peluang readibilitynya. Tampilan foto-foto berbeda
dari poster yang disusun pada bagian bawah flyer
untuk memperlihatkan sedikit preview dari isi buku
untuk menarik perhatian masyarakat.
2. Material
Material yang digunakan pada flyer launching dan
bedah buku adalah art paper 150 gr dengan teknis
55
4.2.3 X Banner
Gambar 4.6 Media Promosi X Banner Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Untuk media promosi x banner dengan ukuran 60
cm x 160 cm sebagai media informasi telah
terbitnya buku ini. Yang akan dipajang di pintu-pintu
56
4.2.4 Display Buku
Gambar 4.7 Display Buku Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Untuk media promosi Display Buku dengan
ukuran 32 cm x 32 cm sebagai media
informasi telah terbitnya buku ini. Yang akan
dipajang di pintu-pintu masuk toko buku.
2. Material
Material yang digunakan adalah kertas
57
4.3 Marchandise
4.3.1 Gantungan Kunci
Gambar 4.8 Gantungan kunci Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Untuk perancangannya gantungan kunci ini
menggunakan Akrilik 5 ml ukuran 4x6. Gantungan
kunci ini bisa didapatkan pada saat launching buku
58
4.3.2 Post Card (Kartu pos)
Gambar 4.9 Post Card (Kartu pos) Kartu Post (bagian depan dan belakang)
Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Kartu pos ini menggunakan kertas Art Paper 250 gr,
ukurannya 5x10 cm. Post Card (kartu pos) ini bisa
didapatkan pada saat launching buku dengan cara
membeli buku.
4.3.3 Pembatas Buku
Gambar 4.10 Pembatas Buku Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Pembatas buku ini menggunakan Art Paper 250 gr,
59
bisa didapatkan pada saat launching buku dengan
cara membeli buku.
4.3.4 Stiker
Gambar 4.11 Stiker Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Stiker ini menggunakan bahan kertas glossy stiker,
dengan ukuran diameter 8 cm. Stiker ini dibagikan
hanya untuk pesarta talkshow dan untuk pembelian
60
4.3.5 Kaos
Gambar 4.12 Kaos Sumber : Dokumentasi pribadi
1. Konsep Perancangan
Kaos ini menggunakan bahan katun dengan ukuran
all size. Desainnya sederhana dan minimalis, dapat
terlihat gambar sekumpulan tukik dan sedikit
tulisan dibagian depan kaos dan sedikit tulisan lagi
dibagian atas belakang kaos. Kaos ini diberikan
61 DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Oei, Yulita. (2010). Rahasia Penyu. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Poernama A, dkk. (2003). Ikan Hias Air Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Veron, JEN. (2000). Corals of Australia and Indo-Pasific. Angus and Robertson
Publisher, Australia.
Rusila Noor Y, M Khazali, dan INN Suryadiputra. (1999). PanduanPengenalan
Mangrove di Indonesia. Bogor: PKA/WI-IP.
Yusri, Safran. (2009). Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu. Jakarta: PT. IPB
62 Sumber WEB :
Pro fauna indonesia 2011 (31 maret). Kampanye Pelestarian Penyu.tersedia di:
http://www.profauna.org [31 Maret 2011]
Taman Nasional Laut kepulauan seribu 2011 (10 April). Kepulauan Seribu.
Tersedia di: http//www.pulauseribu.net [10 April 2011]
WWF 2011 ( 15 April ). Turtle campaign and conservation. Tersedia di :
http://www.worldwildlife.org [15 april 2011]
(http://www.fadlie.web.id/bangfad/penyu-sisik-kian-langka-dan-terancam-punah.html).
(supriyanto khafid/ http://lomboknews.com).
(Sumber: Witzee, 1983)
(tnlks@indo.net.id).
(http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?storyid=278).
(http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?storyid=278)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama Lengkap : Khazim Purnomo
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Agustus 1983 Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Nikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana Desain/Desain Komunikasi Visual Alamat : Jl Ancol Barat I No 34 Kel Ancol Jakarta Utara Telepon/HP : 085693479100
Email : akay_theartistot@yahoo.com
Pendidikan Formal
SD Al-Husain (1988-1994) SLTP Prapanca (1994-1997) SMU Islam, Secang (1997-2000)
Intistut Kesenian Jakarta (IKJ) (2002-2004)