• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini Diajukan Kepada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Oleh

NUR HASANAH

1110011000091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School)

Depok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen kelas yang dilakukan oleh guru fiqih dan apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2014 di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok.

Untuk memperoleh informasi dalam pembahasan ini, penulis menggunakan metode penelitian study kasus dengan pendekatan kualitatif. Dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan teknik tri angulasi yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian dalam analisis data penulis menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan manajemen kelas pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar dapat terlaksana dengan baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen kelas adalah terkadang apa yang sudah direncanakan berbeda situasi dan kondisinya di dalam kelas sehingga pelaksanaannya tidak maksimal.

(6)
(7)

i

penulis ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan cahaya

ilmu pengetahuan.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh SI pada jurusan

Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok”.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Bapak Dr. Abdul Majid Khon, MA.

3. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA.

4. Dosen penasehat akademik, atas nasehatnya selama penulis mengampu

studi ini, Bapak Drs. Rusydi Jamil, M.Ag.

5. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini,

Bapak Drs. Masan AF, M.Pd.

6. Kepala Sekolah dan seluruh dewan guru Madrasah Tsanawiyah

Al-Kautsar Depok, yang telah banyak membantu memudahkan penulis selama

melaksanakan penelitian.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Marsan dan Ibu Hj. Yati Lismawati,

berkat doa yang tak pernah terputus, cinta dan kasih sayang dan motivasi

(8)

ii

9. Suamiku Ade Trisaputra yang selalu mendukung, mendo’akan, memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis.

10.Sahabat seperjuangan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

2010, khususnya PAI C (molose) yang sama-sama berjuang untuk

mencapai cita-cita kita dan memberikan pengalaman yang begitu banyak.

11.Ela Rahayuningsih, Sifa Fajriyah, Isma Rahmahwati, Choerunnisa, Siti

Zaenab yang telah memberikan dukungan, dorongan dan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, 10 April 2015

Penulis

(9)

iii

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR GAMBAR……….v

DAFTAR TABEL………. vi

DAFTAR LAMPIRAN………. vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ……….……… 1

B.Identifikasi Masalah………. 5

C.Pembatasan Masalah………. 5

D.Perumusan Masalah……….. 5

E. Tujuan Penelitian……….. 5

F. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi Manajemen Kelas 1. Pengertian Implementasi………. . 7

2. Pengertian Manajemen Kelas……… 8

3. Tujuan Manajemen Kelas……….………. 10 4. Fungsi Manajemen Kelas………..…………. 12 5. Ruang Lingkup Manajemen Kelas………. 12 6. Pendekatan Manajemen Kelas……… 27 7. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas……….. 31

8. Komponen-komponen Keterampilan dalam Manajemen Kelas…...……….32

9. Manajemen Kelas dalam Pandangan Islam………... 34

(10)

iv

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih………. 42 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih……….. 43

C.Hasil Penelitian yang Relevan………44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian……….. 47

B.Latar penelitian ……… 47

C.Metode Penelitian………. 48

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data……….. 48 E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ……….. 50

F. Analisis Data……… 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data

1. Perencanaan Pembelajaran ………... 52

2. Pelaksanaan Pembelajaran ……… 54

3. Evaluasi Pembelajaran ……….. 57

B.Pembahasan

1. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran Fiqih di

Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok

a. Pengelolaan kelas secara akademik………. 58 b. Pengelolaan siswa ………61 2. Hambatan dalam Pelaksanaan Pengelolaan Kelas pada Mata

Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar……….. 64 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan………. 66

B.Implikasi………. 67

C.Saran………67

DAFTAR PUSTAKA

(11)
[image:11.595.109.517.205.578.2]

v Gambar 2.1 Format Kolom Baris (KB)

Gambar 2.2 Jebakan Format KB terhadap Rentang Pandang Guru

Gambar 2.3 Format U Terbuka

Gambar 2.4 Format U Tertutup

Gambar 2.5 Format Lingkaran Besar

Gambar 2.6 Format Lingkaran Kecil

Gambar 2.7 Format Kotak Besar

(12)
[image:12.595.110.518.194.587.2]

vi Tabel 4.1 Keadaan Siswa

Table 4.2 Keadaan Guru

(13)

vii

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 2 : Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Siswa

Lampiran 6 : Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 7 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Mata Pelajaran Fiqih

Lampiran 8 : Dokumentasi

Lampiran 9 : Uji Referensi

Lampiran 10 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan komponen utama dalam mewujudkan peradaban

karena melalui pendidikan warga negara dapat memperoleh wawasan dan dapat

mengembangkan kemampuan yang akan berimbas kepada peningkatan mutu

kehidupan manusia serta bangsa. Sebagaimana Firman Allah pada surat

Al-Mujaddalah ayat 11 yang berbunyi :























Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(Q.S. Al- Mujaddalah : 11)1

Pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh

pendidik kepada peserta didik baik dalam bentuk arahan, bimbingan maupun

motivasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan amanat

Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Melalui Undang-Undang tersebut pemerintah menyampaikan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah megembangkan pendidikan didasarkan pada falsafah

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), h. 544

2

(15)

Negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia

pembangunan yang ber-Pancasila serta untuk membentuk manusia yang sehat

jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat

mengembangkan kreativitas, bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap

demokratis, penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi,

berbudi pekerti luhur, mencintai bangsa dan mencintai sesama manusia dengan

ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.

Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan sumber daya manusia

yang bermanfaat. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang sangat

penting untuk membangun kualitas dan sumber daya menusia sehingga mampu

bersaing dengan negara-negara maju.

Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat langsung pada

rendahnya mutu sumber daya bangsa. Untuk meningkatkan mutu pendidikan

diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat

dengan peningkatan mutu proses belajar mengajar secara operasional yang

berlangsung di dalam kelas. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan kelas yang

baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pengelolaan kelas menurut Moh Uzer Usman bahwa “Manajemen kelas atau pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. 3

Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Seperti

yang dikatakan Wrightman bahwa Proses belajar mengajar merupakan inti dari

proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan

yang utama. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang

berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan

3

(16)

kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi

tujuannya.4

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh startegi

pembelajaran yang dilakukan guru. Yang harus dilakukan oleh guru untuk

mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien maka guru harus menguasai

pengelolaan kelas. pengelolaan kelas sangat penting untuk terciptanya suasana

mengajar yang kondusif, bukan hanya membantu guru dalam proses belajar

mengajar tetapi yang lebih penting menjadikan siswa mudah dalam belajar,

merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar.

Implementasi manajemen kelas melibatkan siswa di dalam kelas untuk

menentukan prinsip, prosedur, dan aturan bersama demi tujuan bersama. Siswa

dilibatkan melalui aktivitas-aktivitas belajar yang positif seperti diskusi, simulasi,

field trip, penyajian multi-media, dan sebagainya. Melalui aktivitas belajar

tersebut dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk berpikir aktif, kritis dan

kreatif. Selain itu, aktivitas tersebut dapat meningkatkan interaksi antara siswa

yang satu dengan yang lainnya semakin baik.

Dari berbagai fenomena diatas terlihat jelas betapa pentingnya peranan

manajemen kelas dalam kegiatan proses pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu

pembelajaran maka guru diharapkan dapat mengelola kelasnya dengan baik,

karena dengan pengelolaan kelas yang baik guru akan mampu menciptakan

pembelajaran yang efektif untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara

optimal oleh sebuah lembaga pendidikan.

Sebagaimana lembaga pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah

Al-Kautsar, merupakan sebuah lembaga swasta yang bertujuan menciptakan generasi

yang berprestasi, terampil, dan berakhlakul karimah. Madrasah Tsanawiyah

Al-Kautsar ini didirikan pada tahun 1986. Dalam proses perjalanannya Madrasah

Tsanawiyah Al-Kautsar telah meluluskan dua puluh delapan angkatan dan telah

4

(17)

terakreditasi kelompok B pada tahun 2006 dan terakreditasi kelompok A pada

tahun 2010.5

Dengan status akreditasi A ini, Madrasah Tsanawiyah ini sudah

melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik. Hal ini terlihat pada saat peneliti

melakukan observasi awal bahwa dalam proses belajar mengajar yang

berlangsung, para murid bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selama

pembelajaran berlangsung para murid nyaman dan aktif dalam pembelajaran.6

Sebagaimana indikator keberhasilan dalam pengelolaan kelas adalah :

1. Terciptanya suasana atau kondisi belajar mengajar yang kondusif (tertib,

lancar, berdisiplin dan bergairah)

2. Terjadinya hubungan interpersonal yang baik anatara guru dengan siswa dan

antara siswa dengan siswa. 7

Berpijak dari latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut

mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih yang terdapat

di sekolah Madrasah Al-Kautsar Depok yang sudah menerapkan pengelolaan

kelas. Tujuan penulis adalah ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan

pengelolaan kelas pada mata pelajaran fiqih di sekolah tersebut, apakah dalam

penerapan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih ini mengalami kendala,

lalu bagaimana guru mata pelajaran Fiqih ini dalam menyikapi permasalahan

tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul :

“Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar (Full Day School) Depok”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

5

Profil Madrasah Tsanawiyah Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok tahun 2014-2015

6

Observasi Awal, Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar, (Depok: Senin, 13 Januari 2014)

7

(18)

1. Guru kurang memiliki keterampilan dalam mengelola kelas

2. Guru belum melaksanakan pengelolaan kelas

3. Kurangnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan

pembelajaran Fiqih

4. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Fiqih karena terkesan

membosankan

5. Adanya faktor yang menghambat ketika guru menerapkan pengelolaan kelas

pada mata pelajaran Fiqih

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam melakukan

penelitian, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada

pengelolaan kelas secara akademik dan hambatan apa saja yang dialami ketika

pelaksanaan pengelolaan kelas secara akademik pada mata pelajaran fiqih

Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok. Pengelolaan kelas secara akademik

meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas yang diteliti dibatasi hanya pada

proses pembelajaran Fiqih.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih di

Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok ?

2. Hambatan apa saja yang dialami ketika pelaksanaan kelas pada mata

pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Kautsar Depok ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan

kelas yang dilaksanakan oleh guru pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah

(19)

pelaksanaan pengelolaan kelas pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah

Tsanawiyah Al-Kautsar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara

teoritis dan praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan teori tentang manajemen kelas berikut inovasi yang terkait

dengan Pengelolaan Kelas. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti, sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat

mengenai pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar

2. Bagi pihak sekolah, dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

perkembangan mutu kegiatan proses belajar mengajar secara efektif melalui

pengelolaan kelas yang baik.

3. Bagi guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam

memilih strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki

sistem pembelajarn yang berpengaruh pada proses belajar mengajar serta

(20)

7

A.Implementasi Pengelolaan kelas

1. Pengertian Implementasi

Majone dan Wildavsky mengemukakan implementasi sebagai evaluasi;

Browne dan Wildavsky juga mengemukakan bahwa implementasi adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan; Implementasi merupakan

aktivitas yang saling menyesuasikan juga dikemukakan oleh Mclaughlin.

Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert bahwa implementasi merupakan

sistem rekayasa. Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa

implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana

dan dilakukan secara bersungguh-sungguh berdasarkan acuan norma

tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 1

Implementasi bisa disebut juga dengan penerapan, yang berarti pelaksanaan, pengenaan, pemakaian, pemasangan, aplikasi dan kemampuan dalam penggunaan praktis. Implementasi dan penerapan adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. 2

Dengan demikian implementasi adalah pelaksanaan kegiatan yang

sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

1

Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 70

2

(21)

2. Pengertian Pengelolaan kelas

Pengelolaan Kelas berasal dari dua kata, yaitu Pengelolaan dan Kelas.

Pengeolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.

Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu

Management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi

Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu

kegiatan”. 3

Dalam proses pembelajaran, kelas merupakan suatu lingkungan dimana

terjadi suatu interaksi belajar mengajar antar murid dan guru. Sebagaimana

menurut Hornby Classroom didefinisikan sebagai room where a class of pupils or students is taught atau ruang tempat sekelompok siswa belajar atau menjalani proses pembelajaran. 4

Menurut Oemar Hamalik kelas adalah “suatu kelompok orang yang

melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru”.5

Sedangkan menurut Suarsimi Arikunto, kelas adalah “Sekelompok siswa,

pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang

sama”. 6

Disamping itu, Hadari Nawawai memandang kelas dari dua sudut, yakni:

a. Kelas dalam arti sempit : ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti Proses Belajar Mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembanganny, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.

b. Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir

3

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet 4, h. 175

4

Sudarwan denim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Pengelolaan kelas, (Bandung: Pustaka Setia,2010), h. 98

5

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, loc. it.

6

(22)

menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan. 7

Dengan demikian kelas dapat didefinisikan sebagai suatu lingkungan

tempat terjadinya interaksi belajar mengajar yang terorganisir dan sistematis

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu,

kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan

taman belajar yang menyenangkan.

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah

suatu usaha yang dilakukan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengelolaan kelas,

diantaranya Moh Uzer Usman berpendapat bahwa “Pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar”. 8

Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah

suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar

mengajar atau usaha membantu dengan maksud agar dicapai kondisi

optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang

diharapkan. 9

Sementara itu pengertian manajemen kelas yang dikutip dari buku Ade

Rukmana adalah “Rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan

mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi : tujuan

pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan ruangan dan peralatan, dan

pengelompokkan siswa dalam belajar”. 10

7

Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Gunung Agung, 1988), Cet. 1, h. 116

8

Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. 17, h. 98

9

Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Op. Cit. , h. 177

10

(23)

Adapun menurut Direktur Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siwa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi prose belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran beralan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. 11

Dengan demikian pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa

di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan

suasana atau kondisi kelas yang menunjang program pembelajaran dengan

jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut

terlibat dalam proses belajar di kelas. Pengelolaan kelas harus mengacu

kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa

dalam kelas tersebut dapat belajar secara aktif.

3. Tujuan Pengelolaan kelas

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan diadakannya pengelolaan

kelas adalah agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan

siswa dapat termotivasi dalam belajar, sehingga tujuan pengajaran

umumnya dapat tercapai. Selain itu, kegiatan pembelajaran akan berhasil

lebih baik apabila didukung pengelolaan kelas yang baik.

Tujuan adalah titik akhir dari sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga

sebagai pangkal tolak pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Dalam proses

pengelolaan kelas keberhasilannya dapat dilihat dari tujuan apa yang ingin

dicapainya, oleh karena itu guru harus menetapkan tujuan apa yang hendak

dicapai dengan kegiatan pengelolaan atau pengelolaan kelas yang

dilakukannya.

Pengelolaan kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun

11

(24)

kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan sosio-emosional merupakan

bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar siswa.

Ketercapaian tujuan pengelolaan kelas seperti dikemukakan oleh A. C.

Wragg dapat dideteksi atau dilihat dari :

a. Anak-anak memberikan respon setimpal terhadap perlakuan yang sopan

dan penuh perhatian dari orang dewasa.

b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam

melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya.

Adapun indikator keberhasilan dalam pengelolaan kelas adalah :

a. Terciptanya suasana atau kondisi belajar mengajar yang kondusif (tertib,

lancar, berdisiplin dan bergairah)

b. Terjadinya hubungan interpersonal yang baik anatara guru dengan siswa

dan antara siswa dengan siswa. 12

Sedangkan tujuan Pengelolaan kelas menurut Direktur Jendral

Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur Jendral Pendidikan

Dasar dan Menengah adalah :

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.

c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan inteletual siswa dalam kelas.

d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individualnya. 13

12

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 110-111

13

(25)

Menurut Sudirman N. tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah

terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan

kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar

siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. 14

4. Fungsi Pengelolaan kelas

Fungsi manajemen kelas merupakan fungsi-fungsi manajemen yang

diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan

pembelajaran yang hendak dicapainya. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Merencanakan, adalah membuat suatu target –target yang akan dicapai

atau diraih di masa depan. 15 Merencanakan pada dasarnya membuat

keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil,

sumberdaya yang akan diolah dan teknik atau metode yang dipilih untuk

digunakan.

b. Mengorganisasikan, adalah proses mengatur, mengalokasikan dan

mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara

anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Memimpin, institusi pendidikan lebih melaksanakan pada upaya

mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan

tugas pokok fungsinya dengan baik. Memimpin menurut Stoner adalah

proses mengarahlan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan

pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi.

d. Mengendalikan, institusi pendidikan adalah membuat institusi berjalan

sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada tujuan

secara efektif dan efisien. 16

5. Ruang Lingkup Pengelolaan kelas

Pada umumnya pengelolaan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua

bagian, yaitu pengelolaan kelas secara akademik dan pengelolaan kelas

14

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit. , h. 178

15

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 115

16

(26)

secara non akademik. Pengelolaan kelas secara akademik meliputi kegiatan

perencanaan pembelajaran sampai kegiatan evaluasi pembelajaran.

Sedangkan pengelolaan kelas secara non akademik meliputi pengelolaan

siswa, pengelolaan fasilitas dan kedisiplinan siswa dalam belajar.

a. Pengelolaan kelas secara akademik sebagai berikut:

1) Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni kata

perencanaan dan kata pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu

perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai

melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian

menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan tersebut.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antar

guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang

ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri

seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk

gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti

lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagi upaya untuk mencapai

tujuan belajar tertentu.17

Yang termasuk kegiatan perencanaan pembelajaran adalah:

a) Menyusun rancangan pembelajaran

b) Menyiapkan materi pembelajaran

c) Memilih metode yang akan digunakan dalam mengajar

d) Memilih media yang akan digunakan dalam mengajar18

17

Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 3, halaman 23 - 28

18

(27)

2) Pelaksanaan pembelajaran

Proses pembelajaran adalah interaksi antar pendidik dan peserta

didikyang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu

dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik dan menjadi

terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten.

Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi

antara guru dan siswa. Diantara keduanya terdapat hubungan atau

komunikasi interaksi. Guru mengajar disatu pihak dan siswa belajar

dilain pihak. Keduanya menunjukkan aktivitas yang seimbang, hanya

berbeda peranannya saja.

Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar

mengajar akan menjamin tercapainya tujuan interaksi belajar mengajar.

Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar adalah:

a) Sebagai fasilitator

Menyediakan situasi-kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang

belajar.

b) Sebagai pembimbing

Ialah memberikan bimbingan siswadalam interaksi belajar, agar siswa

mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.

c) Sebagai motivator

Ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.

d) Sebagai organisator

Mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar siswa maupun guru.

e) Sebagai manusia sumber

Guru dapat memberikan informasi apa yang dibutuhkan oleh siswa,

baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.19

19

(28)

Adapun kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah:

a) Membuka pelajaran

Membuka pelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh guru dalam

kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar

mental dan perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan,

sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. 20 Jadi,

membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian

siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.

Dalam setiap memulai pelajaran guru harus menjelaskan

tujuan/kompetensi yang ingin dicapai manfaatnya bagi kehidupan siswa.

Pada tahap ini guru juga harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang

akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari. Proses

mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa

dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa.21

b) Kegiatan inti pembelajaran

Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang paling berpengaruh

dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Baik buruknya keterampilan

guru dalam kegiatan ini, menunjukkan baik buruknya hasil belajar

siswa.22 Kegiatan inti pembelajaran meliputi menjelaskan materi

pelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, menjelaskan materi

disertai dengan contoh, menggunakan metode dan media dalam mengajar

sesuai dengan materi pelajaran, member kesempatan kepada siswa untuk

bertanya yang belum jelas.

c) Menutup pelajaran

Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran

20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), h. 42

21

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT bumi aksara, 2009), h. 18

22

(29)

menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa keterkaitannya

dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa

serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.23

Kegiatan menutup pelajaran terdiri dari menarik kesimpulan,

memberikan umpan balik kepada siswa, dan memberikan evaluasi

kepada siswa.

d) Evaluasi pembelajaran

Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Grunlund

mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk

menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan

pengajaran telah dicapai oleh siswa.24

Sedangkan rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakan

Roestiyah, bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data

seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai kapibilitas siswa guna

mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna mendorong atau

mengembangkan kemampuan belajar. 25

Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan

informasi tentang hasil pembelajaran. fokus evaluasi pembelajaran

adalah ada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk.

Informasi hasil pembelajarn ini kemudian dibandingkan dengan hasil

pembelajaran yang diharapkan.

Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang keberhasilan pembelajar yang telah dilakukan.

Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator.

Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi

kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam

melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.26

23

Wina Sanjaya, op. cit. , h. 43

24

Wina Sanjaya, op. cit., h. 173 25

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), cet. 1, hal. 17

26

(30)

Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui kompetensi yang telah

ditetapkan, maka seorang guru dituntut untuk mengadakan evaluasi.

Kegiatan evaluasi pembelajaran meliputi: Melaksanakan evaluasi

(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk

menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level) dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program

pembelajaran secara umum. Dengan dilakukan evaluasi terhadap proses

pembelajaran, maka akan dapat memahami kelemahan-kelemahan strategi

pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, evaluasi sekaligus

juga menjadi salah satu teknik untuk memperbaiki program pembelajaran.27

b. Pengelolaan kelas secara non akademik

Siswa adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas

yang ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan

dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak kemudian menduduki fungsi

sebagai subjek. Dalam hal ini fungsi guru tetap memiliki proporsi yang

besar untuk dapat membimbing, mengarahkan dan memandu setiap aktivitas

yang haus dilakukan siswa. Oleh karena itu, pengaturan orang atau siswa

adalah bagaimana mengatur dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai

dengan potensi intelektual dan perkembangan emsionalnya. 28

Pengelolaan yang menyangkut siswa merupakan kegiatan atau tindakan

guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses

pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan

yang bersifat pencegahan (preventif) dan tindakan yang bersifat

penyembuhan (korektif). 29

27

Made Wena, op. cit. , h. 20

28

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 108

29

(31)

1) Usaha yang bersifat pencegahan

Tindakan pencegahan adalah yang dilakukan sebelum munculnya tingkah

laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya

pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pencegahannya menurut Maman Rahman

adalah sebagai berikut:

a) Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap

guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan

berwibawa. Penampakan seperti itu akan menumbuhkan respon dan

tanggapan positif dari peserta didik.

b) Peningkatan kesadaran peserta didik

Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka

perlu melaksanakan hal-hal berikut : (1) memberitahukan akan hak dan

kewajibannya sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan,

keinginan dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana

saling perhatian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru

dan peseerta didik.

c) Sikap polos dan tulus dari guru

Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya

tidak boleh berpura-pura dalam bersikap dan bertindak apa adanya. Guru

dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan

belajar. Karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru

merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh

peserta didik. Kalau stimulus itu posotif maka respon atau reaksinya

juga positif. Sebaliknya kalau stimulus itu negative makan respon atau

reaksinya juga negative.

d) Mengenal dan menemukan alternative pengelolaan

Langakah ini menuntut guru : (1) melakukan tindakan identifikasi

berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya

(32)

pengelolaan kelas, (3) mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang

gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternative yang berfariasi

dalam menangani berbagai pengelolaan kelas.

e) Menciptakan kontrak sosial

Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar

tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta

didik.

2) Usaha yang bersifat penyembuhan

Kegiatan yang bersifat penyembuhan sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi masalah

Pada langkah ini, guru mengenal atau mengetahui maslah-masalah

pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. berdasarkan maslah tersebut

guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar

belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan

tersebut.

b) Menganalisis masalah

Pada langkah ini, guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan

menyimpulkan latar belakang serta sumber-sumber dari penyimpangan

itu. Selanjutnya menentukan alternatif penanggulangannya.

c) Menilai alternatif pemecahan

Pada langkah ini, guru menilai dan memilih alternative pemecahan

masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.

d) Mendapatkan balikan

Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud

menilai keampuhan pelaksanaan dari alternative pemecahan yang dipilih

untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang dorencanakan. 30

30

(33)

3) Pengelolaan Fisik

Aktivitas guru dan siswa dalam kelas kelangsungannya akan banyak

dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu

lingkungan fisik kelas berupa sarana dan prasarana kelas harus dapat

memenuhi dan mendukung interaksi yang tejadi, sehingga harmonisasi

kehidupan kelas dapat belangsung dengan baik. Kriteria minimal meliputi

aman, estetika, sehat, cukup, bermutu dan nyaman, yang terpenting bahwa

dengan fasilitas yang minim dapat diatur dengan baik sehingga daya gunanya

lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya, pengaturan siswa dan fasilitas kelas dapat

dilihat dalam bagan seperti di bawah ini.31

Adapun lebih terperinci adalah sebagai berikut:

a) Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Pegaturan ruangan yang telah mentradisi di sekolah pada umumnya

menggunakan pengaturan kelas di mana papan tulis terletak di depan

(tengah), bangku-bangku siswa dijejer menghadap ke depan (papan tulis)

dan meja guru di sebelah kiri atau kanan papan tulis.

Untuk memungkinkan adanya perubahan suasana kelas yang lebih

nyaman, mungkin bangku siswa dapat diatur sedemikian rupa. Dengan

demikian siswa terhindar dan tidak terhalang oleh temannya dan dapat

bertatapan langsung dengan guru atau antar siswa. 32

Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak

leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang

satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktifitas belajar.

Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah

siswa yang melakukan kegiatan. 33 Ukuran kelas yang ideal secara teoritik

adalah 30 sampai dengan 35 peserta didik. Sedangkan kebijaksanaan

31

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op. Cit. , h. 108

32

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1 h. 125

33

(34)

pemerintah mengenai ukuran kelas khususnya di sekolah dasar kita adalah

40-45 orang peserta didik. 34

Adapun berbagai jenis kelas yang dapat kita amati sebagai berikut:

(1)Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari

untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya.

(2)Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru

mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan

bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang

menyenangkan. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan

masalah. Banyak siswa yang kurang memberi perhatian di kelas dan

tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut

dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru

memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal

mungkin agar kaegiatan akademik tersebut menyenangkan.

(3)Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah

menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut

dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan

tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Ia tampak berhasil

menanamkan disiplin karena siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana

kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak

dipermukaan saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan

menjadi gaduh dan kacau.

(4)Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru

menghabiskan sebagian besar untuk mengajar dan tidak untuk

menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan

tugas dengan kemauannya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru.

Sisiwa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi

sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan. Akan

tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat

serta tidak saling mengganggu. Apabila suara timbul dan terasa sedikit

34

(35)

mengganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi

tenang atau kondusif. Siapa pun akan melihat kelas semacam ini begitu

hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan. 35

Empat jenis kelas seperti diatas selalu ditemukan dihampir semua

sekolah, terlepas dari jenis status sosial ekonomi orangtua siswa sehingga

perbedaan tidak dapat dikaitkan dengan jenis sekolah atau siswanya.

Apalagi banyak guru memiliki pola kerja yang sama dari tahun ke tahun.

Sebagian sekolah memiliki kondisi yang kronis atas pengelolaan kelasnya,

tetapi sebagian yang lain disiplin dan aturan sekolahnya dihormati serta

dijunjung tinggi oleh seluruh anggotanya.

b) Pengaturan tempat duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan

terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku

siswa. 36

Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas tidaklah netral.

Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa, interaksi antar mereka, dan

interaksi antar guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk

siswa member dampak dalam proses pembelajaran.

Pengaturan posisi tempat duduk siswa dari tingkat Taman Kanak-Kanak

(TK) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sering dipandang oleh

beberapa guru sebagai hal yang remeh, serta tidak berpengaruh dalam

kehidupan dan dinamika kelas. Tata letak tempat duduk siswa dalam kelas

formal di sekolah pada umumnya berbentuk format kolom dan baris.

Keadaannya selalu sama sepanjang tahun.

Format tempat duduk siswa sebenarnya mempengaruhi pola interaksi

siswa: tinggi rendahnya interaksi siswa juga terkondisikan oleh format

tempat duduk; padahal intensitas interaksi antara guru dan siswa, antara

iswa dan siswa dapat memengaruhi hasil belajar kelas.

35

Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), Cet. 5, h. 41-42

36

(36)

c) Kelemahan format Kolom Baris

Format Kolom Baris bukannya tidak memiliki keunggulan. Untuk

tujuan pendidikan yang lebih mementingkan penanaman disiplin militeristi,

format Kolom Baris terasa paling efektif. Dalam dinamika kelas formal dan

kegiatan pembelajaran, format Kolom Baris memiliki sejumlah kelemahan.

Beberapa kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

(1)Format Kolom Baris mendorong guru sebagai pengelola kelas menganut

teknik berceramah.

(2)Pola komunikasi kelas hanya dua arah, yaitu antara guru dan siswa saja.

(3)Multi-interaksi antar siswa kurang hidup.

(4)Kehidupan kelas sangat tergantung dan didominasi oleh guru.

(5)Rentang pandang serta perhatian guru sangat terbatas kepada para siswa.

d) Ragam dan format

Format posisi tempat duduk siswa sebaiknya dibuat luwes sehingga

dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan persyaratan pembelajaran.

Artinya, tempat duduk siswa dapat dibentuk sesuai dengan rancangan

pembelaaran dan jenis teknik pengajaran yang dipilih guru.

Format posisi tempat duduk siswa dapat dikembangkan, antara lain

Lingkaran Besar, Lingkaran Kecil, Kotak Besar, dan Kotak Kecil. Harus

kita akui bahwa ragam rancangan format posisi tempat duduk siswa dapat

membuahkan berbagai hasil positif.

(1)Kebosanan dan kondisi sehari-hari dapat diperkecil peluangnya. Dengan

demikian, kehidupan kelas dapat menjadi lebih dinamis dan bergairah.

(2)Keakraban antarsiswa dapat ditumbuhembangkan.

(3)Guru akan lebih mudah mengenali kelebihan dan kelemahan siswa

apabila ia sering membagi kelas dalam kelompok kecil dan selanjutnya

menyatu secara bergilir dengan kelompok kecil tersebut.

(4)Dinamika dan kehidupan kelas akan lebih mudah terbentuk. Kelas yang

dinamis cenderung kooperatif, terbuka dan lebih mudah membangkitkan

(37)

(5)Karena peran aktif siswa secara kuantitati dan kualitatif cenderung

meningkat, maka daya serap siswa menjadi lebih besar.

(6)Penggunaan ragam format tempat duduk siswa di kelas mendorong siswa

saling mengetahui sifat masing-masing, dan dengan demikian proses

sosialisasi akan terbentuk secara alamiah.

(7)Cakrawala pandang siswa lebih luas, serta arah pandang siswa bersifat

ganda dan menyebar. Dengan demikian, pola komunikasi antar siswa

akan memiliki peluang yang lebih banyak. Selain itu, pengelolaan kelas

oleh guru dapat lebih hidup, serta tidak tampak formal dan kaku.

e) Syarat-syarat peragaan

Pemilihan salah satu bentuk format tempat duduk siswa sangat

dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang akan diraih, rancangan

pembelajaran yang telah disiapkan, dan jenis bahan ajar yang akan ditekuni

siswa. Untuk itu, sejumlah persyaratan perlu diingat. Format apa pun yang

dipilih oleh guru haruslah:

(1)Memiliki kemudahan untuk mengembangkan dan memantau proses

pembelajaran yang sedang berlangsung;

(2)Selalu memungkinkan guru memiliki akses untuk berkomunikasi dengan

siswa dari waktu ke waktu;

(3)Menjaga proses pembelajaran yang sedang berlangsung agar tidak

mengganggu proses pembelajaran dari kelas yang berdampingan;

(4)Dapat menyesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa;

(5)Menjaga asas keadilan bagi setiap siswa. Apabila guru menetapkan salah

satu format dalam jumlah lebih dari satu pada satu saat untuk satu tugas

kelas, maka prinsip kerja sama lebih diutamakan daripada prinsip

kompetensi bebas;

(6)Terlebih dahulu dijelaskan dengan serangkaian langkah yang memberi

petunjuk bagi setiap siswa: apa dan bagaimana tugas kelompok yang

akan dilaksanakan, serta kapan tugas tersebut harus selesai. 37

37

(38)

Keterangan :

G : Guru

[image:38.595.113.518.98.649.2]

M : Murid

GAMBAR 2. 1

FORMAT KOLOM-BARIS

GAMBAR 2. 2

JEBAKAN FORMAT KOLOM BARIS

TERHADAP RENTANG PANDANG GURU

GAMBAR 2. 3

(39)
[image:39.595.111.516.83.762.2]

GAMBAR 2. 4

FORMAT U TERTUTUP

GAMBAR 2. 5

FORMAT LINGKARAN BESAR

GAMBAR 2. 6

FORMAT LINGKARAN KECIL

GAMBAR 2. 7

(40)
[image:40.595.114.515.85.601.2]

GAMBAR 2. 8

FORMAT KOTAK KECIL

4) Ventilasi dan pengaturan cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen), peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan di papan, pada bulletin board, buku bacaan, dan sebagainya. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tapi tidak menyilaukan.38

Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk terciptanya

suasana belajar yang nyaman.

5) Pengaturan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat yang khusus yang

mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi

kepantingan belajar.39

6. Pendekatan dalam Pengelolaan kelas

Di dalam melakukan pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai

pendekatan yang digunakan oleh guru, yang antara lain pendekatan kekuasaan,

ancaman, kebebasan, resep, pengajaran, perubahan tingkah laku, emosi dan

hubungan sosial, proses kelompok, elektis, atau pluralistik. Berbagai

pendekatan ini muncul karena pengelolaan kelas bukanlah masalah yang

berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan peserta

38

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 150

39

(41)

didik sebagaimana tersebut di atas, merupakan faktor utama yang terkait

langsung dengan pengelolaan kelas. Hal ini terjadi, karena pengelolaan kelas

yang dilakukan dengan berbagai pendekatan apapun, pada intinya ditujukan

untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,

baik secara individual maupun secara berkelompok. Di dalam pengelolaan

kelas terdapat hubungan, perintah, interaksi dan lainnya antara guru dan murid,

dan antara murid dan antara masyarakat dan guru. Pengelolaan kelas dengan

berbagai macam pendekatan tesebut lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai

berikut. 40

a. Pendekatan kekuasaan

Pendekatan kekuasaan diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol

tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan

mempertahankan situasi dsiplin dalam kelas. Kedisiplinan tersebut

menuntut adanya suatu kekuatan yang dapat menekan anak didik untuk

menaatinya. Pengelolaan kelas dengan pendekatan ini pada dasarnya dinilai

kurang baik dan sedapat mungkin untuk tidak digunakan. Namun pada

situasi tertentu, pendekatan ini dapat digunakan apabila keadaan

menghendakinya. 41

b. Pendekatan ancaman

Pendekatan ancaman atau intimidasi adalah suatu proses untuk

mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara

memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek, menyindir, memaksa,

dan sebagainya. Pendekatan ini pada dasarnya sama dengan pendekatan

otoriter dan kekuasaan sebagaimana diatas.

Di era reformasi dan demokratisai seperti sekarang ini, pendekatan yang

bersifat kekuasaan dan ancaman sudah ditinggalkan, karena dianggap

melanggar hak-hak asasi manusia.

Namun demikian, kondisi kelas yang tidak normal terkadang juga

muncul. Dalam keadaan yang demikian itu, secara terpaksa, pendekatan

40

Abuddin Nata, Persfektif Islam tentang Stategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 342

41

(42)

pengelolaan kelas dengan cara ancaman dapat dipertimbangkan.

Pendekatan ini segera ditinggalkan atau tidak digunakan lagi, apabila

keadaan sudah kembali normal.

c. Pendekatan kebebasan

Pendekatan kebebasan keadaannya berbeda dengan pendekatan

kekuasaan dan ancaman sebagaimana tersebut di atas. Peran dan fungsi

guru dalam pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan ini adalah

mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan

sesuatu, kapan dan di mana saja. Namun demkian, pendekatan kebebasan

ini dinilai sebagai pendekatan yang dapat mengganggu kewibawaan

pendidik, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengabaikan kedisiplinan, sehingga tidak banyak guru yang mau

menggunakan pendekatan ini. 42

d. Pendekatan resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus ada dan apa yang tidak boleh

dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang

terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang

tertulis dalam resep.

e. Pendekatan pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu

perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah

laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.

Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk

mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.

Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran

yang baik.

42

(43)

f. Pendekatan perubahan tingkah laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu

proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah

mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah

laku yang kurang baik.

g. Pendekatan emosi dan hubungan sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan

suasana sosial (socio-emotional climate approach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan

konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini, pengelolaan

kelasmerupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional

dan hubungan sosial yang positif dalam kelas.

h. Pendekatan kelompok

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan

kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang

paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan

pelaksanaan proses kelompok itu efektif.

i. Pendekatan elektis

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih

berbagai pendeatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.

Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi lain mungkin harus

mengombinasikannya. Pendekatan elektis juga disebut pendekatan

pluralistic, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai

macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan

mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar

mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan

secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama

maksud dan penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set

(44)

kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara

efektif dan efisien.43

7. Prinsip-prinsip Pengelolaan kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan

kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah

penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip

pengelolaan kelas yang akan diuraikan berikut ini.

a. Hangat dan antusias

Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan

antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam

mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang

menantang akan menarik perhatian dan meningkatkan gairah anak didik

untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah

laku yang menyimpang.

c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,

pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya

gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila

penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian

dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk

tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d. Keluwesan

Keluwesan pengajaran untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta

menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

43

(45)

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan pada hal yang positif dan menghindari pemusatan

perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.

f. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu

mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan

guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri

dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam

segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal. 44

8. Komponen-Komponen Keterampilan dalam Pengelolaan kelas

Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut :

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap,

memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan

petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan

menyimpang, memberikan penguatan. 45 1) Sikap tanggap

Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir

bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tau ada perhatian atau

tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan.

2) Membagi perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi

perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam

waktu yang sama.

44

Ibid. , h. 184-186

45

(46)

3) Pemusatan perhatian kelompok

Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan

memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia berkerja sama

dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat

orang. 46

4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

Untuk memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya maka tugas guru adalah memaparkan setiap pelaksanaan

tugas-tugas tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus

dilaksanakan anak secara bertahap dan jelas.

5) Menegur

Permasalahan bisa terjadi dalam hubungannya antara siswa dengan siswa

dan siswa dengan guru. Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa

terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang

kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang sesuai dengan

tugas dan perkembangan siswa. Sifat dari teguran tidak merupakan hal

yang memberikan efek penyerta yang menimbulkan ketautan pada siswa

tapi bagaimana siswa bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya.

6) Memberi penguatan

Penguatan adalah upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan

perilaku-perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh siswa atau bahkan

mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada siswa lainnya.

Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang bersifat moril juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan. 47

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang

optimal, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang

berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial

agar untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat

menggunakan strategi: (a) modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya

46

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit. , h. 187

47

(47)

menganalisis tingkah lakusiswa yang mengalami masalah/ kesulitan dan

berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan

mengaplikasikanpemberian penguatan secara sistematis, (b) guru

menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara

memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama diantara siswa dan

memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, dan (c) menemukan dan

memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. 48

9. Pengelolaan kelas dalam Pandangan Islam

Di dalam sumber ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan As-sunnah terdapat

petunjuk bahwa Allah SWT, dan Rasul-Nya telah memberikan contoh yang

lengkap tentang cara mengelola dunia yang demikian besar dan kompleks. Di

dunia tersebut terdapat ciptaan-Nya yang amat beragam.

Masing-masing ciptaan Allah yang demikian luas dan kompleks tersebut

ternyata dapat menampakkan sebagai sebuah system yang harmonis, tertib dan

terkendali. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT. adalah Maha Pengelola

alam jagat raya tersebut. Kenyataan ini dapat dilihat dalam isyaratyang

terdapat dalam firman Allah SWT. Surat Al-Mulk ayat 1-3 :





























































































Gambar

Gambar 2.1 Format Kolom Baris (KB)
Tabel 4.1 Keadaan Siswa
GAMBAR 2. 1
GAMBAR 2. 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan  kerumunan  data  domba  yang  diamati  pada  Gambar  1,  menunjukkan  bahwa  tipe  pedaging  pada  umumnya  memiliki  skor  ukuran  yang  lebih 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Binaan Puskesmas

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting melihat sisi indikator teknikal, harga saham PTPP sejak awal bulan Juli terlihat terus mengalami pergerakan penguatan dan

Tujuan pengelolaan kelas adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang baik, menghilangkan berbagai hambatan dalam interaksi belajar- mengajar, menyediakan dan mengatur fasilitas

Namun penulis tidak bermaksud melakukan metode penelitian yuridis-sosiologis, karena penulis hanya menelaah kaidah, asas, proses dan lembaga sesuai teori Mochtar

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah memberikan prosedur perhitungan perencanaan perkuatan struktur komposit pada struktur kantilever balok beton bertulang

KPR BTN Sejahtera FLPP Bank BTN (Anonim. KPR BTN Sejahtera FLPP. http://goo.gl/DkoRIL, diakses 20 Januari Pukul 13.00 WIB) senantiasa berkomitmen dalam melaksanakan program

Contoh perhitungan tulangan balok dipilih pada balok dengan nilai momen terbesar yaitu B1 (30×80) cm frame 337. Hasil perhitungan balok lainnya akan disajikan dalam