BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA DI SMP ISLAMIYAH CIPUTAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (S.Pd)
Disusun oleh:
Wahyu Tri Utami
NIM : 107015001216
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi berjudul “Pengaruh Program Bimbingan Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
IPS Siswa di SMP Islamiyah Ciputat” disusun oleh : Wahyu Tri Utami, NIM : 107015001216
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah, pada tanggal 13 Desember 2011 dihadapan
dewan penguji. Karena itu peneliti berhak memperoleh gelar Sarjana Pendikan S1 (S.Pd) dalam
bidang Pendidikan IPS Konsentrasi Ekonomi
Jakarta, 13 Desember 2011
Panitia Uji Munaqasah
KetuaSidang (JurusanPendidikan IPS) Tanggal TandaTangan
Drs. H. Nurochim,MM ………. ………..
NIP : 19590715 198403 1 003
Dr.Iwan Purwanto,M.Pd ………. ………..
NIP : 19730424 200801 1 012
Penguji I
Dr. Rukmina Gonibala,M.Si ……….. …………
NIP : 1961112019920302002
Penguji II
Drs.Syaripulloh, M.Si ……….. ………….
NIP : 19670909 200701 1 033
Mengetahui
Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta
PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP HASIL
BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA DI SMP ISLAMIYAH CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
Wahyu Tri Utami
NIM : 107015001216
DOSEN PEMBIMBING
Drs.H.Nurochim,MM
NIP : 195907151984031003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FITK No. Revisi: : 00 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Wahyu Tri Utami
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 10 Maret 1989
NIM : 107015001216
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPS (Ekonomi)
Judul Skripsi : Pengaruh Program Bimbingan Belajar Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa di SMP Islamiyah
Ciputat.
Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. Nurochim, MM.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,
Mahasiswa Ybs.
Materai 6000
Wahyu Tri Utami
i
Nama : Wahyu Tri Utami
NIM : 107015001216
Fak/Jur : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (Pend.IPS)
Judul : Pengaruh Program Bimbingan Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa di SMP Islamiyah Ciputat.
Penelitian ini diadakan dengan latar belakang bahwa bimbingan belajar di sekolah mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terutama mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat dari bulan April sampai bulan Mei 2011, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP Islamiyah Ciputat kelas VIII-1 dengan jumlah 31 orang yang merupakan sebagian dari populasi yang berjumlah 204 siswa.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam proses belajar. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan dengan tekhnik pengumpulan data angket dan dokumentasi hasil rapot siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa diperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa SMP Islamiyah Ciputat. Metode yang digunakan analisis korelasional dengan pendekatan survei, perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh “r” hitung sebesar 0,56 berkisar antara 0,40 sampai 0,70 berarti korelasi positif termasuk dalam katagori sedang atau cukup. Dengan memeriksa tabel “r” product moment bahwa dengan DF sebesar 29 pada taraf signifikan 5% diperoleh dari “r” tabel=0,355 dan pada taraf 1% diperoleh “r” tabel adalah=0,456 karena pada rxy atau r hitung pada taraf signifikansi 5% lebih besar dari pada r tabel (rxy>r tabel) 0,565>0,355 Hipotesis Ho ditolak dan alternativ Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan yang nyata antara program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang program bimbingan belajar di sekolah mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS di SMP Islamiyah Ciputat. Adapun kendala yang dihadapi dalam program bimbingan belajar yaitu karakter siswa yang berbeda,
ii
Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirobbil’alamin, karena hanya dengan
limpahan cinta kasih Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi. Penyusunan skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan penyelesaian
studi keguruan di fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat adanya dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran,
pengarahan, ilmu serta motivasinya kepada penulis, semoga kebaikan beliau
dibalas oleh Allah SWT.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah sabar dan ikhlas mendidik penulis, semoga ilmu
yang diberikan dapat bertambah dan bermanfaat.
4. Kedua orang tua tercinta Bapak Ismanto dan Ibu Suparti yang tiada hentinya
memberikan do’a, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis dalam kehidupan.
5. Abangku Muhammad Nur’salim, Aqib Maimun dan adikku tersayang Ahmad
muhaimin, Rahmat Hidayat yang selama ini selalu memberikan motivasi,
iii
Sosial Konsentrasi Ekonomi angkatan 2007 yaitu Dwi Aprianti Apsari, Eka
Safitri Kusumadewi, Robiatul Adawiyah, Yeni Prastika dan Teguh Guntur
Prahara yang selalu memberikan bantuan dan selalu menghibur penulis disaat
penulis tidak mampu menyelesaikan tugas. Semoga kenangan kita selama
menjadi mahasiswa di jurusan Pendidikan IPS tidak terlupakan.
7. Mudalih S. Ag, Kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat serta guru bidang studi
IPS yaitu Ibu Wiwi Tarwiyah SE, yang mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Semoga dukungan dan bantuannya menjadi amal baik yang Insya Allah akan
memperoleh balasan dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, Agustus 2011
iv
ABSTRAK ………..……...………...….i
KATA PENGANTAR ………...ii
DAFTAR ISI ……….………iv
DAFTAR TABEL ……….………vii
DAFTAR LAMPIRAN ………....ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…….………...1
B. Identifikasi Masalah………...7
C. Pembatasan Masalah ……….8
D. Perumusan Masalah………..………...………..8
E. Tujuan Penelitian………..………..…...8
F. Manfaat Penelitian…………..………..…….9
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoritis 1. Bimbingan Belajar a. Pengertian Bimbingan Belajar ………..11
b. Tujuan Pelayanan Bimbingan Belajar ………17
c. Jenis-Jenis Masalah Belajar ……….………18
d. Upaya Membantu Siswa dalam Mengatasi Masalah Belajar ………19
e. Teknik-teknik Bimbingan Belajar………...21
f. Peranan Guru Dalam Bimbingan Belajar………22
g. Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar ……….23
2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar………...25
v
d. Penilaian Terhadap Hasil Belajar ……… 33
3. Pembelajaran IPS a. Pengertian Pembelajaran IPS……… 35
b. Tujuan Pembelajaran IPS ……… 37
B. Kerangka Berpikir ………... 38
C. Hipotesis Penelitian ……… 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ………....52
B. Metodelogi Penelitian ………....52
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……….53
D. Tekhnik Pengumpulan Data………53
E. Instrumen Penelitian………54
F. Tekhnik Pengolahan Data dan Uji Korelasi ………...55
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum SMP Islamiyah Ciputat………..59
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian………...64
C. Tabulasi Data dan Analisa……….. 68
D. Memberikan Interprestasi Terhadap Angka Korelasi Product Moment……..73
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan………..75
B. Implikasi………..75
C. Saran-saran………..76
vii
Tabel 1 Kisi-kisi angket Program Bimbingan Belajar ……..………...44
Tabel 2 Skor item alternatif jawaban responden ………..………….…45
Tabel 3 Indeks korelasi Product Moment ……….……..46
Tabel 4 Keadaan guru dan karyawan SMP Islamiyah Ciputat tahun ajaran
2011- 2012………...50
Tabel 5 Struktur organisasi SMP Islamiyah Ciputat tahun pelajaran 2011-
2012 ………52
Tabel 6 Siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti
bimbingan belajar ………. 53
Tabel 7 Skoring hasil angket Variabel X (Program Bimbingan Belajar)…………....54
Tabel 8 Variabel Y(Hasil belajar mata pelajaran IPS siswa)………….…………....55
Tabel 9 Siswa yang suka mengikuti bimbingan belajar di sekolah ………....57
Tabel 10 Siswa merasa kurang nyaman jika belajar IPS ………...57
Tabel 11Siswa bertanya kembali mengenai materi pelajaran IPS di luar kelas …....58
Tabel 12 Guru IPS memberikan bimbingan belajar di sekolah ………..58
Tabel 13 Siswa tidak suka mengikuti matapelajaran IPS ………...59
Tabel 14 Dalam pembelajaran guru IPS menganjurkan untuk mengerjakan latihan
soal-soal di kelas dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa ………..59
Tabel 15 Guru IPS memantau ketika siswa sedang mengerjakan tugas latihan di
kelas ...60
viii
kelas……….61
Tabel 18 Guru IPS mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar………..62
Tabel 19 Layanan bimbingan belajar di sekolah membantu meningkatkan hasil belajar di kelas ………...62
Tabel 20 Guru IPS bertanya kembali kepada siswa setelah pembelajaran usai …...63
Tabel 21 Teman membantu kamu dalam belajar di kelas ………... 63
Tabel 22 Siswa belajar di rumah menunggu diperintah oleh orang tua …………...64
Tabel 23 Guru memberikan contoh yang positif sehingga membuat siswa termotivasi………...65
Tabel 24 Guru IPS dapat dianggap sebagai guru, teman, sahabat bahkan orang tua...65
Tabel 25 Guru IPS profesional memberikan layanan bimbingan belajar di kelas ….66 Tabel 26 Guru IS menjelaskan indikator/tujuan pembelajaran IPS sesuai materi...66
Tabel 27 Siswa tidak mengikuti bimbingan belajar di sekolah ………..67
Tabel 28 Guru IPS menugaskan mengisi LKS di rumah/di kelas ……….67
Tabel 29 Variabel Y (Hasil Belajar) ……….. 68
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Output pendidikan belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa depan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor, 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I dinyatakan bahwa:
“Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara”.1
1
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam prosesnya, kegiatan pendidikan melibatkan interaksi individu yaitu pengajar disatu pihak dan pelajar dipihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses yaitu disebut belajar mengajar atau proses pembelajaran yang berlangsung dalam situasi belajar mengajar pula.
Menurut Kunandar pendidikan adalah ”investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia”.2Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang harus dipenuhi dalam rangka mencerdaskan suatu bangsa dan membentuk manusia-manusia terampil guna menuju suatu bangsa yang maju. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia dengan berbagai cara dan tindakan yang dilakukan demi memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh jika seseorang gemar belajar dan menuntut ilmu.
Pendidikan merupakan acuan dan tolak ukur bagi sikap, perilaku bahkan kualitas pola pikir individu yang matang. Terlebih pada era sekarang ini yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Karena itulah kiranya tidak ada yang paling berpengaruh di sektor manapun selain sektor pendidikan.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Sebagai komponen dibidang pendidikan, seorang guru dituntut berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya
2
sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Guru ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Sebagai komponen dibidang pendidikan, seorang guru dituntut ikut serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
Guru diharapkan mampu lebih mengembangkan profesionalisme baik secara akademis maupun nonakademis dalam membelajarkan siswa dalam fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Terdapat banyak teori pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam upaya memberikan penjelasan kepada guru mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa yang bertujuan untuk menjadikan para siswa yang dididiknya unggul dan menjadi penerus bangsa yang mampu bertahan dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang ini.
Guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar para peserta didik dalam bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa, dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, dan pekerja yang produktif. Dalam hubungan ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang sebaik-baiknya.Tugas guru dalam mengajar tidak hanya sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, pengevaluasi hasil belajar, dan sebagai direktur belajar.
kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan yang banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
Dalam dunia pendidikan belajar merupakan kegiatan yang kompleks, setelah belajar para siswa/peserta didik diharapkan akan memiliki keterampilan, pengetahuan, dan perubahan perilaku. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Peningkatan kualitas ilmu pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilakukan pada semua kelompok mata pelajaran yang tertuang dalam standar isi. Diantaranya adalah kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu), yang menjadi mata pelajaran wajib pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs.).
Di sekolah, siswa dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
Menurut Syafruddin Nurdin Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah “salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah”.3 Bahkan pada sebagian perguruan tinggi ada juga dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliyah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan pada social sciences.
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di sekolah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
Kurikulum mata pelajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka
3
dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada disekitar mereka. Dalam mengkaji dan membahas persoalan-persoalan tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji berbagai bidang ilmu sosial, seperti: ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan sejarah.
Salah satu pembelajaran IPS di sekolah sangat penting, tetapi sampai saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rendahnya hasil pembelajaran siswa pada setiap ulangan IPS harian.
Dari hasil ulangan IPS harian yang sangat rendah, guru membuat kesimpulan bahwa mata pelajaran IPS banyak materinya dan sangat sedikit waktu/jam pertemuannya sehingga guru tidak dapat menyampaikan secara jelas semua materi yang sudah diprogramkan dalam satu semester, dan kurangnya buku-buku, alat peraga, serta metode yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga pada saat diadakan evaluasi, hasil aktivitas siswa tidak dapat memuaskan.
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa tentang materi yang diberikan guru akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tersebut. Perhatian siswa yang lebih intensif terhadap materi pelajaran yang diberikan guru akan menyebabkan transfer pengetahuan yang terjadi lebih mudah sehingga diharapkan proses belajar mengajar akan dapat lebih berhasil.
Hakekat mengajar bukanlah melakukan sesuatu untuk siswa, tetapi lebih menggerakan siswa melakukan hal-hal yang menjadi tujuan pendidikan. Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku pelajaran, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motivasi, dan membimbing murid-murid dalam usaha mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Menurut Prayitno dan Erman Amti membimbing “merupakan suatu proses memberi bantuan dalam mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik, membantu dalam menyalurkan dorongan atau motivasi-motivasinya yang positif, membantu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan membantu dalam mencapai cita-citanya”.4
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang juga teramat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi, tetapi juga terkadang sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagai mana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan belajar.
Latar belakang terjadinya kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya hasil belajarnya. Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan faktor-faktor tertentu yang menghambatnya tercapainya kinerja belajar sesuai dengan harapan.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyatno “kesulitan belajar merupakan suatu keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasanya dikenal dengan sebutan prestasi rendah atau kurang (underachiever)”.5
4
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakrta:Rineka Cipta,2008),h.279.
5
Anak tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di bawah rata-rata kelas). Secara potensial mereka yang IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula, tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar tidak demikian.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyatno “timbulnya kesulitan belajar itu dikaitkan dengan aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar”.6 Salah satu kesulitan belajar anak didik disebabkan oleh suatu gangguan dalam proses belajar seperti terbatasnya jam pembelajaran di kelas. Mereka itu memerlukan teknik belajar khusus untuk mengatasi kesulitan belajar itu, seperti tambahan program bimbingan belajar di sekolah.
Untuk itu guru di sekolah sebagai pendidik harus mampu memberikan bimbingan pada anak didik agar dapat mengatasi kesulitan dalam belajar IPS dan agar siswa terdorong untuk lebih aktif dalam pembelajaran IPS. Maka masalah tersebut menjadi daya tarik penulis untuk mengangkatnya sebagai skripsi dengan judul “PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA DI
SMP ISLAMIYAH CIPUTAT”
B.Identififikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka diantara masalah yang dapat diidentifikasikan berkaitan dengan pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa adalah sebagai berikut:
1. Program belajar yang digunakan oleh guru kurang optimal untuk menciptakan suasana kebersamaan dalam penyampain materi.
2. Siswa hanya menggunakan LKS saja sebagai acuan belajar, maka kurangnya sumber belajar.
3. Kurang aktifnya siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Kurangnya waktu pembelajaran di kelas yang tidak dapat mencangkup semua pembelajaran yang ingin dicapai.
6
5. Kurangnya pemahaman siswa dalam materi IPS yang diajarkan.
6. Hasil belajar IPS yang rendah sehingga belum dapat mencapai KKM, hal ini ditunjukkan belum tercapainya hasil belajar yang ditetapkan yaitu 6,5. 7. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada: ”Ada atau tidak pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat”.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ” Bagaimanakah pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat?”.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan dan sebagai masukan bagi peneliti, peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah betapa pentingnya program bimbingan belajar di sekolah terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah khusunya dalam bidang bimbingan belajar mata pelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
Menambah wawasan pengetahuan sebagai bekal untuk dapat memberikan layanan bimbingan belajar IPS secara optimal.
b. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan layanan bimbingan belajar di sekolah. Dan dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan metode pembelajaran di sekolah dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi siswa
1)Dapat lebih mudah memahami materi IPS yang disampaikan oleh guru.
2)Dapat menikmati waktu belajar yang lebih dengan diadakannya program bimbingan belajar di sekolah.
3)Dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa. d. Bagi peneliti
11
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis
Kehadiran bimbingan belajar di sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka membantu peserta didik agar mampu melakukan penyesuaian diri dengan tuntutan
akademis, sosial, dunia kerja, dan tuntutan psikologis sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Pelayanan bimbingan belajar di sekolah akan berjalan secara terpadu dengan
program pengajaran. Oleh karena itu kegiatan bimbingan belajar terkait erat dengan tugas
dan peranan guru.
1. Bimbingan Belajar
a . Pengertian Bimbingan Belajar
Perkembangan ilmu dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya
yang berlangsung, peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi
pembimbing. Guru memegang peranan yang amat sentral dalam keseluruhan proses
pembelajaran. Guru pun dituntut untuk mampu mewujudkan prilaku mengajar secara tepat
agar terjadi perilaku belajar yang efektif pula dalam diri siswa.
Di samping itu, guru diharapkan mampu menciptakan interaksi belajar mengajar yang
baik, sehingga siswa dapat mewujudkan kualitas prilaku belajarnya secara efektif. Guru
pun dituntut untuk mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif, karena
Guru atau pembimbing menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan atau
persoalan yang berhubungan dengan pelajaran. Dalam hal ini, anak-anak tersebut
mempunyai prestasi belajar yang kurang memuaskan. Tidak setiap siswa memiliki
kemampuan untuk mengatasi persoalan yang terkait dengan belajar. Seringkali kemampuan
itu mesti difasilitasi oleh guru dan guru pembimbing untuk dapat direalisasikan. Walaupun
mungkin seorang siswa memiliki potensi yang baik, namun yang bersangkutan kurang
punya kemampuan untuk mengembangkannya, sudah barang tentu hasil belajarnya kurang
baik.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bimbingan atau membimbing memiliki dua
makna yaitu “bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau
menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik,
sedangkan makna bimbingan yang secara khusus yaitu sebagai suatu upaya atau program
membantu mengoptimalkan perkembangan siswa”.1 Bimbingan ini diberikan melalui
bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan
potensi-potensi yang dimiliki siswa.
Ada beberapa pendapat tentang bimbingan dan belajar, yang pertama pengertian
bimbingan menurut Sunaryo dan Kartadinata bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai
bantuan. Bantuan yang dimaksud adalah “kegiatan yang melalui proses, dilakukan secara
kontinyu dan berkelanjutan serta membutuhkan waktu yang lama. Bimbingan bukan
merupakan kegiatan yang insidental atau sewaktu-waktu, tetapi kegiatan yang
berkelanjutan dan membutuhkan waktu yang lama. Bimbingan dapat diberikan baik kepada
individu maupun kelompok”.2
Selanjutnya menurut Tohirin bimbingan adalah “bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu yang dibimbing untuk mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan
dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku”.3
I.Djumhur dan Moh.Surya mengidentifikasikan bimbingan dalam ruang lingkup yang lebih khusus yaitu dalam bimbingan di sekolah. Bimbingan adalah
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), Cet.5,h.233.
2
Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan dan Konseling,( Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen RI,2009),Cet.1, h.104.
3
“proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematik kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kematangan untuk dapat memahami dirinya (self under standing), kemampuan untuk dapat mengarahkan dirinya (self direction), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance) dan kemampuan untuk merealisasikannya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat”.4
Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus
dalam bidang itu. Dengan kata lain, orang yang dibantu diharapkan mampu menuntun dirinya
sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui
bimbingan. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kongnitif, afektif, dan pisikomotorik”.5
Menurut Ngalim Purwanto belajar merupakan “suatu perubahan dalam tingkah laku,
dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”.6
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska belajar adalah “proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu”.7 Selain itu belajar juga
merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan-latihan dan pengalaman dalam arti
perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh pertumbuhan dan kematangan tidak dianggap
sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi.
Menurut Muhibbin Syah belajar dalam arti luas adalah “proses perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan penilaian atau mengenai sikap
dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai studi lebih
luas lagi dalam berbagai lingkup kehidupan atau pengalaman-pengalaman terorganisasi”.8
4
I.Djumhur dan Moh.Surya, Bimbingan dan Penyuluhan…, h.26.
5
Syaiful Bahri Djamarah,Pisikologi Belajar,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),Cet.2,h. 13.
6
Ngalimi Purwanto,Pisikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),Cet.23, h. 85.
7
Zikri Neni Iska,Pisikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan,(Jakarta:Kizi Brother’s,2008),Cet 2,h.82.
8
Belajar itu sendiri pada dasarnya suatu perubahan yang dialami seseorang dari tidak
tahu dari segi pengetahuan sikap pada perilaku yang didapat lewat proses interaksi seseorang
dengan lingkungannya baik melalui pengalaman maupun latihan.
Menurut Prayitno bimbingan belajar adalah “proses bantuan yang diberikan kepada
individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar sehingga
mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai kemampuan, bakat, dan minat yang
dimilikinya”.9 Dengan kata lain, tugas guru di sini adalah membantu peserta didik dalam
mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik
untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan
kejenjang yang lebih tinggi.
Bimbingan belajar termasuk dalam bimbingan pendidikan. Tujuannya agar para siswa
dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan guru, mudah belajar, mengetahui
cara-cara belajar yang efisien dan dapat mengatur sendiri rencana atau program belajar.
Bimbingan belajar perlu diberikan karena banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar, kurang tahu memilih cara yang baik, kurang konsentrasi dan sebagainya.
Dan sangat penting lagi ialah agar para siswa mempunyai dorongan belajar dan
dorongan untuk meneruskan pelajaran yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Akhir
daripada bimbingan pendidikan, agar para siswa menyelesaikan studinya tepat pada
waktunya, sehingga tidak tinggal kelas.
Bimbingan belajar perlu diberikan, karena banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar, kurang tahu memilih cara yang baik, kurang konsentrasi dan sebagainya.
Kesulitan-kesulitan tersebut biasanya mempunyai sebab atau latar belakngnya tersendiri.
Tohirin menyatakan bimbingan belajar adalah “suatu proses pemberian bantuan dari
guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang
kondusif dan menumbuhkan kemampuan siswa dan dapat mengatasi kesulitan belajar yang
mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal”.10 Hal ini mengandung
arti bahwa para guru/guru pembimbing berupaya untuk memfasilitasi agar siswa dapat
mengatasi kesulitan belajarnya dan sampai ada tujuan yang diharapkan.
9
Prayitno dan Erman Amti,Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakrta:Rineka Cipta,2008) h.279.
10
Menurut Abu Ahmadi bimbingan belajar adalah “suatu proses pemberian bantuan
terus-menerus dan sistematis kepada individu atau peserta didik dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya yang kaitannya dengan kegiatan belajar”. 11Adapun bimbingan individu
menunjukkan usaha-usaha yang sistematis dan berencana membantu peserta didik secara
perorangan agar dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Menurut Amin Budiamin dan Setiawati kesulitan belajar dapat diartikan sebagai
“kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran atau informasi yang
diberikan”.12 Kesulitan belajar ini dapat diketahui melalui gejala-gejala baik dari prilaku
yang menyimpang atau dari hasil belajar yang menurun. Pada garis besar, sebab-sebab
timbulnya masalah belajar pada peserta didik dikelompokan dalam dua katagori, yaitu:
1) Faktor-faktor inernal (faktor-faktor yang berada pada diri peserta didik itu sendiri), antara lain:
a) Kelemahan fisik/gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan syaraf, cacat tubuh, penyakit kronis, lelah dan mengantuk.
b) Kelemahan mental (IQ kurang, minat kurang, motivasi rendah) c) Kelemahan emosional
d) Kebiasaan dan sikap yang salah atau kurang tepat (tidak/kurang menyukai pelajaran sekolah, malas belajar, melakukan kegiatan yang mengganggu kegiatan belajar, kurang berani atau penakut, kurang kooperatif, kurang bertanggungjawab, sering bolos, suka berdusta)
e) Kemampuan dasar yang kurang (membaca/bahasa, berhitung,dsb) yang merupakan prasyaratan untuk mempelajari materi pelajaran lainnya. 2) Faktor-faktor eksternal atau faktor-faktor yang timbul dari individu (situasi
sekolah atau masyarakat), antara lain:
a) Kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku-buku (sumber) yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.
b) Materi dan buku sumber yang kurang sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual siswa.
c) Sistem, strategi dan metode yang kurang melibatkan siswa
d) Terlalu besar proporsi peserta didik dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan diluar dan sebagainya.
e) Kondisi keluarga (pendidikan, kondisi sosial ekonomi, kultur, hubungan sosial psikologi) yang kurang memadai
f) Pengaruh lingkungan sosial (pergaulan)
g) Kelemahan sistem intruksional pada tingkat pendidikan sebelumnya.13
11
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1991), h.111.
12
Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia,2009),Cet.1,h. 120.
13
Supaya belajar bisa berjalan secara lebih optimal maka harus memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut:
1) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
2) Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematik.
3) Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.
4) Belajar merupakan proses yang kontinu 5) Belajar memerlukan kemampuan yang kuat. 6) Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor
7) Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi.
8) Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9) Belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dengan murid.14
Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. Untuk
dapat memberikan bimbingan belajar, guru perlu berusaha mengetahui latar belakang
kesulitan tersebut. Bimbingan belajar dengan menggunakan pendekatan agama akan lebih
mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Oleh karena itu rasa sabar, tawakal,
iman dan taqwa ditanamkan kepada mereka sehingga timbul rasa ketenangan jiwa.
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting
diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang
dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya
intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi karena disebabkan mereka tidak mendapat layanan
bimbingan yang memadai.
b. Tujuan Pelayanan Bimbingan Belajar
Secara umum menurut Tohirin “bimbingan belajar adalah membantu siswa agar
mencapai perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat perkembangan belajar
siswa”.15 Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap
perkembangan atau kemampuan belajarnya. Karena belajar itu merupakan inti kegiatan
pengajaran di sekolah, maka wajiblah murid-murid untuk dibimbing agar mencapai tujuan
belajar.
Dalam konteks kemandirian, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mandiri dalam
belajar.
14
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta:PT Rineka Cipta,2008),Cet.II,h.4. 15
1)Tujuan Bimbingan Belajar
Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar dapat mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar secara efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal. Dengan tujuan pelayanan bimbingan belajar sebagai berikut:
a) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau kelompok anak.
b) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan buku pelajaran.
c) Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan perpustakaan.
d) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
e) Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.
f) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
g) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya. h) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran
di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karir di masa depan. 2) Secara khusus adalah :
a) Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengalahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal.
b)Mengembangkan berbagai keterampilan belajar. c) Mengembangkan suasana yang kondusif.
d)Memahami lingkungan pendidikan.16
Dalam bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa melakukan penyesuaian yang
baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi, bakat, dan
kemampuan yang ada padanya. Berdasarkan tujuan bimbingan belajar diatas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan belajar bertujuan untuk membentuk murid-murid yang
mengalami masalah didalam memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya.
c. Jenis – Jenis Masalah Belajar
16
Sebelum dikemukakan jenis-jenis masalah belajar yang dialami oleh peserta didik,
terlebih dahulu akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan masalah belajar. Menurut Abu
Ahmadi dan Widodo masalah belajar adalah “suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
peserta didik dan menghambat kelancaran proses belajarnya”.17
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik
yang lambat dalam belajarnya, akan tetapi juga dapat menimpa peserta didik yang pandai
atau cerdas.
Beberapa jenis masalah belajar yang dihadapi siswa di sekolah antara lain : 1) Keterlambatan akademik
Keadaan peserta didik yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal.
2) Keterlambatan dalam belajar
Keadaan peserta didik yang memiliki bakat akademik cukup tinggi, tetapi masih memerlukan tugas untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3) Sangat lambat belajar
Keadaan peserta didik yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
4) Kurang motivasi dalam belajar
Keadaan murid yang kurang semangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
Kondisi peserta didik yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya hal – hal yang tidak diketahui.
6) Sering tidak masuk Sekolah
Peserta didik yang sering tidak masuk sekolah atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.18
Pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah, merupakan suatu upaya untuk
membantu perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus
mengetahui masalh-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.
17
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyatno, Psikologi Belajar Edisi Revisi,(Jakarta:Rineka Cipta,2004),h.78.
18
d. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar
Peserta didik yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengauhi proses perkembangan
peserta didik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membantu murid mengatasi
masalah belajar antara lain :
1)Pengajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, dan membuat lebih baik. Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seseorang atau sekelompok peserta didik yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses hasil belajar mereka.
2) Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
3) Peningkatan motivasi belajar
Guru dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu peserta didik untuk meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:
a) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Peserta didik akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai. b) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat peserta
didik.
c) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d) Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang besifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan) bilamana perlu.
e) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.
f) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan.
g) Melengkapi sumber dan peralatan belajar. h) Mempelajari hasil belajar yang diperoleh. 4) Peningkatan keterampilan belajar
5)Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.19
Setiap peserta didik diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
Tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya peserta didik yang memiliki sikap dan kebiasaan
belajar yang tidak baik dikhawatirkan peserta didik tidak akan mencapai prestasi belajar yang
baik, karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha yang dilakukan oleh peserta
didik yang baik.
Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan
seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan
orang tua peserta didik. Untuk itu peserta didik hendaknya dibantu dalam hal:
a) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar. b) Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
c) Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumha. d) Memilih tempat belajar yang baik.
e) Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik. f) Membaca sevara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.20
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Teknik-teknik Bimbingan belajar
Keseluruhan teknik bimbingan belajar dibedakan antara teknik bimbingan kelompok
dan bimbingan individual. Bimbingan individual adalah suatu bantuan yang diberikan kepada
individu (siswa) dalam situasi individual. Teknik bimbingan ini ada yang bersifat informatif
(memberikan informasi) dan ada juga yang bersifat terapeutik atau penyembuhan. Beberapa
teknik bimbingan individual yang bersifat informatif adalah ceramah/penjelasan, wawancara,
nasihat, penyampaian bahan-bahan tertulis, penyampaian informasi melalui media elektronik
dll yang diberikan secara individual.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bimbingan kelompok merupakan “suatu bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif dan terapeutik, tetapi ada juga yang bersifat adjustif. Bimbingan kelompok yang bersifat informatif, hampir sama dengan bimbingan individual tetapi diberikan secara berkelompok, seperti ceramah kelompok, nasihat kelompok, penggunaan media tulis dan media elektronik secara berkelompok. Bimbingan kelompok yang
19
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta,2008),cet.II h. 237.
20
bersifat adjustif adalah bantuan kepada individu dalam membina hubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui berbagai kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian kelompok, kegiatan klub, organisasi siswa, orientasi, kunjungan kelompok. Bimbingan kelompok yang bersifat terapeutik adalah psikodrama, konseling kelompok dan psikoterapi kelompok”.21
Bimbingan terapeutik dalam membantu klien-klien dengan masalah yang masih relatif
ringan dapat dikerjakan oleh konselor, sedangkan yang sudah berat seperti gangguan yang
sudah termasuk neurosis, psikopath dan psikosis hanya bisa diberikan oleh psikolog dan
psikiater yang telah berpengalaman.
f. Peranan Guru Dalam Bimbingan Belajar
Perkembangan ilmu dan teknologi yang disertai dengan perkembangan sosial budaya
yang berlangsung saat ini, peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi
pembimbing. Tugas dan tanggung jawab menjadi lebih meningkat terus, yang di dalamnya
termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perancang pengajaran (designer of instruction),
pengelola pengajaran (manajer of instruction), motivator belajar dan sebagai pembimbing.
Guru sebagai designer of instruction atau perancang pengajaran dituntut memiliki
kemampuan untuk merencanakan (merancang) kegiatan belajar mengajar secara efektif dan
efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang
prinsip-prinsip belajar sebagai suatu bahan dalam merancanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru sebagai manajer of instruction (pengelola pengajaran), dituntut untuk memiliki
kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan
kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat belajar dengan efektif
dan efisien.
Sedangkan guru dengan fungsinya sebagai evaluator of student learning, dituntut
secara terus menerus mengikuti hasil-hasil prestasi belajar yang telah dicapai
murid-muridnya dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui cara ini merupakan umpan
balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan tolak untuk
21
menyempurnakan serta meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil
belajar yang optimal.
Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui
pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi
(personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan
pribadi semacam ini, guru akan secara langsung mengenal dan memahami murid-muridnya
secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Guru sebagai pembimbing, dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui
pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi
(personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan
pribadi semacam ini guru akan secara langsung mengenai dan memahami murid-muridnya
secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.
g. Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar
Tugas guru disekolah banyak sekali, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang
sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan rencana tersebut guru
melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan hasil pengajaran yang telah
dilaksanakan. Didalam pelaksanaan pengajaran tugas guru bukan hanya memberikan
pelajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang lambat agar
perkembangannya sejajar dengan yang lain. Maka yang normal dan cepat belajar pun tetap
memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan
kemampuannya.
Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa
prinsip:
1) Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah. Masalah yang dihadapi oleh siswa pandai berbeda dengan siswa cukup dan juga siswa kurang.
3) Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
4) Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
5) Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
6) Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
7) Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah.22
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bimbingan belajar diberikan dalam “bentuk
layanan pengumpulan data, pemberian informasi, konseling, bimbingan kelompok serta
upaya-upaya tindak lanjut. Bimbingan belajar yang diberikan bisa menggunakan pendekatan
pengembangan dalam rangka mengembangkan potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki
oleh siswa”.23
Banyak sekali kemungkinan masalah yang dihadapi oleh para siswa disekolah. Masalah
pendidikan dan pengajaran meliputi kesulitan dan hambatan-hambatan dalam penyesuaian
tugas-tugas kurikulum dan perkembangan belajar. Masalah belajar merupakan inti dari
masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam
22
Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya:2005),Cet.1,h.241-243.
23
pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan
agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Usaha yang dilakukan seseorang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Perubahan tingkah laku dapat berupa
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap yang lebih baik. Dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah, proses kegiatan belajar dan mengajar merupakan suatu kegiatan yang
paling pokok, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses
belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian
tentang hasil belajar yaitu:
Menurut Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah “suatu perubahan yang
terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga
pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap dan cita-cita”.24
Menurut A. Tabrani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar
berpendapat : "Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia
melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari
seorang guru pada suatu saat”.25 Menurut Kunandar hasil belajar adalah “kemampuan siswa
dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi
dasar”.26 Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku
yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai
dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk
pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris “hasil belajar adalah suatu pencapaian bentuk
perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris
dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu”.27 Sedangkan pengertian hasil
belajar menurut Oemar Hamalik bahwa “hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
24
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001).h.22.
25
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2000), h. 65.
26
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),h.229.
27
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan”.28
Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang akan
dilakukan oleh siswa sebelumnya. Hasil belajar dapat terjadi pada individu yang belajar.
Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak
menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh menjadi milik pribadi yang tidak akan
terhapus begitu saja lain keadaan bila orang melupakan sesuatu, orang itu mendapat kesan
bahwa hal yang dipelajarinya telah menghilang. Jadi solah-olah hasil belajar tidak berbekas.
Namun kesan itu tidak seluruhnya benar, karena ada dalam ingatannya sisa-sisa dari apa yang
dipelajarinya dahulu.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
Adapun tujuan inti dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
peserta didik.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya merupakan “akibat dari suatu proses
belajar”. 29 Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah
“Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus
aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses
penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam
pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama”.30
Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar adalah “kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.31Hasil belajar dalam diri seseorang terlihat
melalui kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, belajar membawa perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan
dalam bentuk kecakapan, kebebasan, sikap, pengertian dan minat.
28
Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003),Cet.2,h. 31.
29
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Sinar Baru,1999),Cet.5,h.22.
30
Dede Rosyada,Paradigma Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Prenada Media, 2004),Cet.1,h. 92.
31
Menurut Muhibbin Syah hasil belajar didefinisikan sebagai “suatu hasil yang
diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai
akibat dari proses belajarnya”.32
Suatu proses belajar yang akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang dapat
di lakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat di buktikan dengan perbuatan.
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya
adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan
memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu
itu dikatakan telah belajar.
Hasil belajar menempatkan seseorang dari tingkat kemampuan yang satu ke tingkat
kemampuan yang lain. Mengenai perubahan tingkat kemampuan menurut Bloom meliputi
tiga ranah, yaitu:
1) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai),
application (menerapkan)
2) Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuing
(menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
3) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level”.33
Menurut Oemar Hamalik dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar “merupakan kemampuan-kemampuan siswa setelah
menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya”.34 Hasil belajar akan menumbuhkan
pengetahuan dan pengertian dalam diri seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan
berupa keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya. Orang yang telah
berhasil dalam belajar akan menjadi orang yang mandiri dan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, serta dapat menentukan arah hidupnya.
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet.1 h.141
33
Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 23-24.
34
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar yaitu “hasil yang telah dicapai secara optimal
selama berlangsungnya belajar”.35 Pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupakan
suatu keharusan bagi seseorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik
dalam proses belajar mengajar. Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara
lain:
1) Kemampuan anak didik yang rendah.
2) Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.
3) Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang
diberikan.
4) Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan. 36
Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan. Menurut Sadirman A.N
evaluasi adalah “penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi
tentang siswa, baik penguasaan konsep, sikap, kemampuan maupun ketrampilan”.37
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
Adapun tujuan inti dalam proses belajar mengajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
peserta didik.
Oleh karena itu, hasil belajar erat kaitanya dengan proses belajar. Pada dasarnya belajar
merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan. Proses tersebut dilakukan baik
secara formal maupun informal. Secara formal, berarti seseorang melalui tahapan belajar
pada suatu lembaga tertentu yang secara resmi dikelola oleh manusia tertentu dan mengikuti
suatu model pembelajaran tertentu pula.
Bahar mengemukakan bahwa ada dua hal yang sangat penting untuk dijadikan sasaran
evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu” hasil belajar siswa tiap catur wulan dan daya
capai kurikulum pada tiap sekolah”.38 Dengan menilai hasil belajar murid-muridnya
35
Oemar Hamalik, Proses Belajar…, h. 32
36
Oemar Hamalik, Proses Belajar….,h. 32-33.
37
Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 24.
38