• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis semiotik kritik sosial handhone dalam komik kartun benny dan mice talk about hape

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis semiotik kritik sosial handhone dalam komik kartun benny dan mice talk about hape"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh : Nurma Wazibali NIM : 107051100323

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Talk About Hape”. Telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidatullah Jakarta, pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S.1) Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 20 Juni 2011 Sidang Munaqosah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Djalal, MA Ade Rina Farida, M.Si

NIP. 19520422 198103 1 002 NIP.197700513 200701 2 018

Penguji I Penguji II

Dr. Suhaimi, M. Si Rubiyanah, MA

NIP. 1970906 199304 1 002 NIP. 19730822 199803 2 001

Pembimbing,

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2011

(4)

i Nurma Wazibali

Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Talk About Hape

Komik pada saat ini menjadi salah satu sarana bagi para masyarakat untuk menuangkan ide dan ide kreatifnya tanpa harus terkekang. Selain gambar-gambar yang unik dan cerita-cerita lucu, komik juga bisa menjadi sarana bagi masyarakat menuangkan kritik-kritik yang sedang terjadi. Melalui komik, kritik tidak akan terasa berat untuk dimengerti.

Komik kartun Benny & Mice Talk About Hape, menjadi salah satu bentuk wujud kritik sosial yang ada mengenai apa yang menjadi kegemaran masyarakat saat ini. Dengan mengambil contoh-contoh apa yang sedang terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya, komik ini bisa menjadi cerminan bagi para pembacanya. Maka kemudian timbul pertanyaan, Tanda-tanda apa saja yang terdapat pada komik kartun benny & mice? Apa makna tanda yang terdapat dalam komik kartun benny & mice? Pesan apa saja yang terdapat dalam komik kartun benny & mice?

Selain kritik yang mengena, komik kartun Benny & Mice juga menggambarkan jenis-jenis masyarakat yang menggunakannya, jenis-jenis handphone yang sedang berkembang, serta baik dan buruknya perkembangan teknologi itu sendiri bagai masyarakat hingga sekarang.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan model deskriptif. Data yang telah didapatkan dari hasil buku Komik kartun Benny & Mice Talk About Hape, serta digabung dengan hasil observasi buku-buku entang komik dan kartun dan dokumentasi, selanjutnya di analisisnmenggunakan semiotika, untuk membaca tanda atau simbol. Teori yang digunakan adalah Semiotik menurut Roland Barthes yaitu melihat dan mencari Makna Denotasi, Makna Konotasi dan Mitos.

(5)

ii

Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Maha

Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya.

Dengan segala karunianya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi

Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis sadari bahwa penulis tidak akan

mampu menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena

bimbingan, nasihat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah

satu syarat yang telah ditentukan dalam dalam menempuh program studi Strata

Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi

Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih

setulus-tulusnya kepada :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Agus Sukirman dan Mama Lilis Lisniawati,

yang tak pernah berhenti berusaha mendidik anak-anaknya dengan penuh

rasa cinta dan kasih sayang. Kakakku (Ahmad Fathulloh) yang selalu

menjadi pelindungku, kedua adikku (Nurfadillah dan Nurfina Maryam)

yang selalu memberikan keceriaan, serta seluruh keluargaku di Bandung

(6)

iii

Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Kepegawaian, Drs.

Studi Rizal, LK. MA selaku Pembantu Dekan Kemahasiswaan

3. Rubiyanah, MA, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ade Rina

Farida, M,Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik yang senantiasa

memberikan arahannya.

4. Rulli Nasrullah, M. Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar

memberikan arahan dan waktunya untuk membantu penulis.

5. Seluruh dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal untuk

mempermudah penulis.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak

membantu penulis dalam mencari bahan referensi dalam penelitian ini.

7. Benny Rachmadi dan Muh Misrad, yang telah menjadi motivasi dengan

segala pemikiran kritik-kritik sosialnya.

8. Guru-guru dan Alumni SMP El-Syifa dan MAN 11

9. Abdurachman, dengan segala kesabaran, pengertian, waktu, tenaga dan

semua motivasinya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Rangerz (Cahya, Zabrina, Ika, Ririn, Zee, Dita, Zahra, Yanti) yang selalu

memberikan suasana “gila” yang pasti akan selalu aku rindukan. Q-doenk2

(7)

iv

Admiral, Fajar, Rezza, Munir, dan Kiki. Bersama kalian penulis tau apa

arti sebuah persahabatan.

12.Keluarga Bringin yang selalu memberikan tawa dan semangatnya (Love

you All)

13. Jurnalistik Angkatan 2008 dan Angkatan 2009, yang selalu memberi

semangat dan do’anya.

Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah

membalas budi baik dan jasa kalian. Penulis mohon maaf apabila tanpa

sengaja ataupun tidak sengaja melakukan kesalahan dalam penulisan karya

ilmiah ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para

pembaca. Amin

Jakarta, 06 Juni 2011

(8)

v

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Metodelogi Penelitian ... 5

E. Tehnik pengumpulan data... 6

F. Tekhnik Analisis data ... 7

G. Tinjauan Pustaka ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kritik Sosial Melalui Medium Kartun ... 1

Pengertian Kartun ... 1

1. Pengertian Komik ... 2

- Perkembangan Komik ... 7

2. Pengertian Komikus, Kartunis dan Karikaturis ... 9

(9)

vi

C. Teknologi Mempengaruhi Budaya ... 23

D. Kritik Sosial ... 26

E. Pengertian Handphone... 29

F. Analisis Semiotika... 29

1. Teori Roland Barhes ... 33

BAB III PROFIL PENULIS KOMIK A. Komik : Talk About Hape ... 1

B. Profil Tokoh Komik ... 1

C. Sejarah Penulis ... 2

a. Profil Benny Rachmadi (Benny) ... 4

b. Profil Muhammad Misrad (Mice) ... 4

c. Karya-karya Benny dan Mice ... 5

BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Data ... 1

1. Gambar 1 ... 2

- Analisis... 2

- Tabel Analisis ... 4

2. Gambar 2 ... 5

- Analisis... 5

(10)

vii

- Tabel Analisis ... 12

4. Gambar 4 ... 14

- Analisis. ... 14

- Tabel Analisis ... 15

5. Gambar 5 ... 16

- Analisis... 16

- Tabel Analisis. ... 18

6. Gambar 6 ... 20

- Analisis... 20

- Tabel Analisis. ... 22

7. Gambar 7 ... 24

- Analisis... 24

- Tabel Analisis ... 26

8. Gambar 8 ... 28

- Analisis... 28

- Tabel Analisis ... 30

9. Gambar 9 ... 31

- Analisis... 31

- Tabel Analisis ... 32

10.Gambar 10 ... 34

- Analisis... 34

(11)

viii

A. Kesimpulan ... 1

1. Makna Denotasi ... 3

2. Makna Konotasi ... 3

3. Mitos ... 3

B. Saran ... 4

DAFTAR PUSTAKA ... 5

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Komik kini telah berkembang sebagai media dalam mengkonstruksi

wacana atau opini publik yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan

masyarakat. Para komikus (sebutan bagi para pembuat komik), bisa

mengembangkan berbagai kritik dan penyampaian informasi. Masyarakatpun

dapat menerima tanpa harus berbelit-belit dengan teori. Komik yang biasa

dikemas dengan nuansa humor, dan dengan berbagai macam gambar lebih mudah

diterima. Walaupun banyak media bermunculan untuk mengungkapkan kritik dan

informasi, namun daya tarik komik tidak kalah dengan media-media lain.

Dengan paket yang simpel dan dengan gambar-gambar yang diselipkan

dalam komik tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati membaca

komik, namun anak-anak juga bisa belajar melihat bagaimana perkembangan,

kritik-krtik sosial, serta informasi yang terjadi pada saat itu. Anak-anak bukanlah

tipe golongan yang dengan mudah menyerap dan mengerti suatu informasi hanya

melalui teks berita dan media televisi audio visual yang selalu di lebih-lebihkan.

Dengan komik mereka bisa dengan mudah memahami apa saja yang sedang

marak terjadi, tanpa merasa sulit dalam mengartikannya. Apalagi para komikus

sekarang ini bisa mengangkat tema yang terjadi dikalangan dewasa maupun

anak-anak. Cerita-cerita dalam komik pun berbeda-beda, di bagi melalui gender dan

tingkat usia. Selain di bedakan gender dan tingkatan usia, komik juga memiliki

(13)

Ada jenis percintaan, horor (hantu), kebiasaan sehari-hari atau kehidupan

sehari-hari, humor, hasil catatan pribadi dan tentu saja karangan fiksi atau cerita

yang dikarang oleh pengarang tersebut. Sebenarnya komik hampir sama dengan

novel dalam pembuatan jalan cerita, hanya saja komik bercerita tidak melalui

tulisan saja tetapi komik bercerita melalui gambar juga. Dari sekian banyak jenis

komik yang ada, komik Benny dan Mice Episode Talk About Hape, bisa begitu

menarik untuk dibahas. Komik ini adalah salah satu komik kartun yang berani

mengkritik bangsanya sendiri dengan cara-cara yang ekstream. Benny dan Mice

merupakan kartun yang dapat mewakilkan ‘southpark’-nya Indonesia, selain kritik

disampaikan dengan cara yang pas dengan kultur indonesia juga dapat

menghibur1.

Komik tersebut menggambarkan kritik sosial tentang bagaimana sebuah

teknologi yang ada bisa begitu menyita perhatian masyarakat luas di seluruh

dunia. Komikus mengungkapkan fakta yang terjadi pada masyarakat di zaman

sekarang dengan menggelitik, ringan, namun mengena bagi para pembacanya.

Dengan komik media sebagai salah satu penyalur kritik sosial menjadi sangatlah

mudah di mengerti

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud menyusun

skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik

Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape”

1

(14)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, maka

peneliti membatasi penelitian tentang permasalahan sosial dalam komik tersebut.

Agar penelitian ini tidak terlalu luas pembahasannya, maka di buat batasan.

Ruang lingkup hanya di batasi pada Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk

About Hape pada halaman 3, 4-5, 8-9, 10, 16-17, 20-21, 62-63, 69, 75 dan 92,

karena hanya pada halaman tersebut peneliti menemukan tanda-tanda yang

mewakili setiap bagian pembahasan dalam komik yang sesuai dengan judul

skripsi ini.

1. Bagaimanakah makna denotasi pada gambar-gambar komik kartun

Benny & Mice Episode Talk About Hape ?

2. Bagaimanakah makna konotasi pada gambar-gambar komik kartun

Benny & Mice Episode Talk About Hape?

3. Bagaimanakah mitos pada gambar-gambar komik kartun Benny &

Mice Episode Talk About Hape

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penulisan ini adalah penulis ingin melihat bagaimana

sebuah komik bisa memaknai gambar-gambar tentang suatu permasalahan

kritik sosial dalam perkembangan Hp dikalangan masyarakat seperti yang

tergambar dalam komik Benny dan Mice. Bagaimana sebuah benda

tersebut bisa menyita kalangan masyarakat dengan cepat dan terus

(15)

mengkritik sebuah fenomena yang ada. Seberapa detail komik tersebut

menggambarkan fenomena tersebut.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat

menambah wawasan keilmuan.

a. Segi Akademis

Manfaat dari penelitian ini adalah, bagaimana sebuah komik bisa

mengemas sebuah kritik sosial pada umumnya. Sebuah fenomena yang

sampai sekarang masih begitu melekat di kalangan masyarakat luas.

Selain itu, bagaimana sebuah benda bisa menjadi sarana dakwah bagi

masyarakat.

Bahwasannya komik tidak hanya menjadi sebuah buku yang bisa

menghibur saja, melainkan bisa menjadi sebuah media bagi kritik dan

informasi yang ditampilkan dengan ringan dan sederhana.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi

penelitian yang serupa. Dapat menambah ilmu dan dapat memaparkan

bagaimana sebuah komik tidak hanya sebagai buku hiburan bergambar,

tetapi bisa menjadi sarana bagi sebagian orang dalam mengekspresikan

permasalahan-permasalahan secara simple tetapi tetap lugas dan

(16)

D.Metedologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

semiotik yang bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi

secara sistematis, faktual dan akuran tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau objek tertentu2. Analisis semiotik sebagai upaya pengungkapan maksud

tersembunyi dari subyek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.

Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis

dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan

produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat di ketahui.

Penelitian ini juga melakukan penelusuran terhadap bebagai literatur dan

studi lapangan. Pembahasannya dilakukan dengan pendekatan kualitatif,

penggunaan sumber literatur yang memuat tentang komik, baik berupa artikel,

makalah, ataupun buku-buku dan sumber-sumber yang tertulis lainnya untuk

mengeksplorasi makna pesan yang terdapat dalam tanda-tanda di komik kartun

benny & mice.

Maka peneliti menggunkan analisis semiotik Roland Barthes. Dengan

analisis semiotik maka akan sangat membantu penulis untuk melakukan

penelitian.

2

(17)

2. Subjek dan Objek Penelitian

 Subjek Penelitian

Dalam masalah ini subjek penelitian adalah Komik Benny & Mice

Episode Talk About Hape.

 Objek Penelitian

Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya maka objek penelitian

penulis adalah meneliti apa tujuan Benny dan Mice menciptakan komik

tersebut dan bagaimana sebuah komik dengan kritik sosial yang ringan,

dapat mempengaruhi pemikiran dan cara pandang para pembacanya

mengenai sebuah dampak perkembangan teknologi, konteks produksi teks,

konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan

teks kritik sosial yang dilakukan Benny dan Mice dalam komiknya

tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan

metode sebagai berikut:

Pengumpulan data dilakukan dengan cra mengumpulkan teks, pengamatan

secara menyeluruh dari semua isi teks dan gambar. Signifikasi tahap pertama

adalah denotasi. Pada tahap ini terdapat tanda yang terdiri atas penanda dan

petanda. Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek.

a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan

(18)

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.3 Di

sini penulis membaca dan memahami isi pesan dan makna dari

konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang

menjelaskan suatu kritik sosial yang mempengaruhi pembuatan teks

dalam komik Benny dan Mice Talk About Hape.

b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,

internet dan lain sebagainya.

F. Teknik Analisis Data

Tekhnik analisa data menggunakan semiotika Roland Barthes. Barthes adalah

penerus Saussure yang tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara

bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kuarng tertarik pada kenyataan

bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada

orang yang berbeda situasinya. Fokus perhatian Barthes adalah pada gagasan

tentang signifikasi dua tahap, yaitu Denotasi dan Konotasi. Signifikasi tahap

pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda

terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya dengan denotasi yaitu makna

paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk

menujukan signifikasi tahap kedua4.

Tujuan dari tehnik analisis data ini adalah untuk mengetahui bagaiaman

makna yang terdapat dalam gambar pada komik kartun Bennya & Mice Episode

Talk About Hape.

3

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)

Cet. Ke-1

4

(19)

G. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan

pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu

Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Penulis belum

menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa

skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti

teliti, diantaranya :

Analisis Semiotik Iklan Kampanye Politik Prabowo di Televisi karya Puga

Bayhaqie dari Jurnalistik, Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World

Press Photo 2009 karya Aida Islamie dari Jurnalistik, Analisis Film Turtles Can

Fly karya Istianah dari Jurnalistik, Analisis Semiotik Tata Letak Halaman Depan

Koran Tempo Edisi Juni 2009 karya Hilma dari Jurnalistik dan Analisis Semiotik

Film 3 Doa 3 Cinta karya M. Fikri Ghazali dari Komunikasi Penyiaran Islam

(KPI).

Dengan begitu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada

mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Kritik Sosial Handphone

Dalam Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape di UIN Syahid

Jakarta.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis

membagi pembahasannya terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari

(20)

BAB I PENDAHULUAN membahas Latar Belakang Masalah, Batasan

dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodelogi

Penelitian, Tehnik pengumpulan data, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI membahas Kritik Sosial Melalui Medium

Kartun. Pengertian Komik, Pengertian Kartun, Komikus, kartunis dan Karikaturis.

Kritik sosial dalam kartun dan karikatur. Teori Technology Determinism, Teori

Marshall McLuhan, Pengertian Kritik Sosial, Teknologi Mempengaruhi Budaya.

Analisis Semiotika, Pengertian Semiotika, Semiotika Roland Barthes

BAB III PROFIL PENULIS KOMIK (BENNY & MICE) membahas

Profil Komik Talk About Hape, Profil Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad,

Sejarah Pendidikan dan Latar Belakang penulis, Karya-karya Benny dan Mice

BAB IV ANALISIS PENELITIAN Dalam bab ini ada Tabel Analisis,

bab penjelasan tentang Makna Semiotik yaitu Makna Konotatif, Makna Denotatif

dan Mitos

BAB V PENUTUP berisi kesimpulan skripsi, saran-saran, dan lampiran

(21)

10 A. Kritik Sosial Melalui Medium Kartun

1. Pengertian Kartun

Kartun (cartoon) berasal dari bahasa Italia Cartone yang artinya ‘kertas’.

Pada mulanya kartun adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot ( shout paper )

sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini

kartun adalah gambar yang bersifat dan bertujuan sebaga humor satir. Jadi kartun

tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk kepentingan seni semata-mata,

melainkan mempunyai maksud melucu bahkan menyindir dan mengkritik.

Kartun biasanya digunakan sebagai wahana kritik sosial di berbagai media

cetak, kartun merupakan selingan setelah para pembaca disajikan berbagai rubrik

dan artikel yang serius. Pembaca dibawa kedalam situasi santai dan menghibur,

walaupun pesan-pesan yang disampaikan berupa kritikan-kritikan, namun

dirasakan tidak terlalu melecehkan atau mempermalukan karena tampilannya

yang jenaka1.

Kartun biasanya hanya dicetak di surat kabar, koran, atau majalah. Inilah

yang kemudian dikenal dengan komik strip, yaitu gambar bercerita yang digambar

dalam panel-panel dan diterbitkan secara teratur. Komik strip merupakan evolusi

pertama dari perkembangan komik. Secara sederhana kartun dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu kartun verbal dan kartun non verbal. Kartun verbal adalah

kartun-kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata, frasa, kalimat,

1

Ershad Har, “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah

(22)

wacana disamping gambar-gambar jenaka didalam memancing senyum dan tawa

para pembacanya. Sementara itu, kartun non verbal adalah kartun yang

semata-mata memanfaatkan gambar-gambar atau visualisasi jenaka untuk menjalankan

tugas itu. Gambar-gambar yang disajikan pada jenis kartun yang kedua ini adalah

gambar-gambar yang memutar balikan logika2.

Kartun-kartun yang terdapat di media-media cetak meliputi berbagai jenis

seperti :

1. Kartun editorial (editorial cartoon) yang digunakan sebagai visualisasi

tajuk rencana surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan

masalah politik atau peristiwa aktual sehingga sering disebut katun politik.

2. Kartun murni (gag cartoon) yang dimaksudkan sekedar sebagai gambar

lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau

peristiwa aktual

3. Kartun Komik (comic cartoon) yang merupakan susunan gambar, biasanya

terdiri dari tiga sampai enam kotak. Isinya adalah komentar humoris

tentang suatu peristiwa atau masalah aktual. Hal ini tidak mengingkari

adanya kartun-kartun komik yang isinya tidak berbeda dengan kartun

murni3.

2. Pengertian Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar

(dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya mudah dibaca dan

2

Wijana, Kartun, StudiTtentang Permainan Bahasa, h.8

3

(23)

lucu4. Gambar yang memiliki cerita, dibuat dalam panel-panel kotak dan

kata-katanya terangkai dalam balon-balon teks.

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalina cerita.

Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat

diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari stip dalam koran, dimuat dalam

majalah, dan berbentuk buku sendiri.

Scott McCloud, seorang cendikia komik yang menjabarkannya menjadi

imaji-imaji yang berderet berdampingan dalam sebuah urutan atau sekuen, dengan

tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan respon artistik bagi

pembacanya.

Dikalangan para ahli pun masih belum sependapat mengenai definisi

komik. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah

cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi

lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau

etimologis kata-nya. Ditambah, karena sifatnya sebagai budaya populer akan serta

merta mengikut sertakan budaya dan keseharian dari asal negaranya membuat

komik memiliki kekayaan tersendiri, selain membuat kita dapat belajar budaya

dan keseharian bangsa lain. Misalkan kebiasaan membaca dari kanan ke kiri bagi

masyarakat jepang membuat komiknya memiliki ciri khas tersendiri.5

4

Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10, h.515

5

(24)

Esvantdiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit Komik

dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia komik yang

harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya:

1. Outline : garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan

standar yang baku, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih

dinamis dan hidup.

2. Panel : kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman

terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah persegi

empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi panel.

3. Tone atau screentone : lembaran motif yang digunakan untuk mengisi

bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang salah

satu sisinya dilapisi lem atau perekat.

4. Toning : proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.

5. Balon dialog : tempat meletakan dialog. Umumnya berbentuk bulat atau

lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat lebih

variatif lagi.

6. Foreground : gambar yang di lihat mata lebih dahulu atau terletak di

bagian depan. Biasanya memiliki outline yang lebih tebal dibandingkan

latar belakang.

7. Latar belakang atau background : gambar yang terletak di belakang

foreground. Biasanya memiliki outline yang lebih tipis di bandingkan

foreground.6

6

Esvandiari Sant, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta : PT Elex

(25)

Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau

berbentuk buku yang umumnya mudah dibaca dan lucu7. Gambar yang memiliki

alur cerita dan dibingkai atau dibuat panel-panel kotak (ruang yang terpisah) dan

biasanya kata-kata dari kartun itu berada dalam lingkaran balon teks. Komik juga

bisa diartikan sebagai salah satu seni yang didalamnya terdapat gambar-gambar

tidak bergerak yang disusun agar menjadi sebuah jalan cerita. Komik biasanya

dicetak dalam sebuah kertas yang dilengkapi dengan teks. Penerbitan komik pun

terbagi dalam beberapa macam, seperti strip dalam koran, dimuat dimajalah,

hingga berbentuk sebuah buku.

Pada tahun 1996, Will Eisner menuliskan dalam bukunya Graphic

Stroytelling bagaimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar yang

disertai balon kata yang tampil secara berurutan, dalam sebuah komik”.

Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Comics and Sequential Art tahun 1986,

Eisner mendefinisikan eknis serta struktur komik sebagai sequential art “susunan

gambar dan kata-kata untuk meceritakan suatu atau mendramatisasi suatu ide”.

Yang dimaksud berurutan secara sekuen atau urutan adalah bagaimana dalam

membaca komik kita akan membaca alur cerita tersebut melalui panel-panel yang

tersusun secara berurutan agar dapat menangkap informasi yang disampaikan.

Dikalangan para ahli pun sebenarnya belum ditemukan pendapat yang sama

mengenai istilah bagi sebutan komik. Mereka mendefinisikan komik sebagai

sebauah cerita yang bergamabr (Cergam) yang mengikuti istilah cerpen (cerita

pendek) yang lebih dahulu dikenal8. McCloud dalam bukunya Understanding

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta, Balai

Pustaka, 1999) cet ke-10, h.515

8

(26)

Comics ( memahami komik) menegaskan kembali bahwa definisi komik adalah

gambar-gambar dan lamabang-lambang lain yang terjuktaposisi (bersebelahan,

berdekatan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberkan informasi dan

mencapai tanggapan estesis dari pembaca9.

Komik merupakan sebuah media yang didasarkan oleh penglihatan, serta

adanya sebuah penggabungan dari gerak serta audio yang terdengar sehingga

dapat disimbolisasikan ke dalam sebuah visual. Karena itulah kita mengenal lebih

banyak kosa kaa dalam komik yang menterjemahkan apa yang biasanya tidak

terlihat tesebut dalam visualisasi. Seperti halnya garis gerak, balon kata, efek

suara dan lain-lain. Hal lain juga yang merupakan hal teerpenting dalam sebuah

komik adalah apa yang disebut dengan “closure” yaitu sebuah harmoni antara apa

yang terlihat dengan yang tak terlihat, serta dibantu dengan sebuah imajinasi oleh

pembaca sehingga membuat gambar yang diam seolah-olah menjadi hidup.

Ditambah lagi karena komik sifatnya adalah sebagai budaya yang populer dari

asal negaranya Jepang dimana komik itu sendiri mengikutseratkan budaya serta

keseharian negaranya sehingga memiliki kekayaan sendiri.

Kebiasaan seseorang dalam mempersepsikan komik dan kartun adalah

sama yaitu melihat bahwa kartun dan komik itu adalah sebuah hal yang tidak

berbeda. Padahal pada dasarnya keduanya memiliki arti yang berbeda,

kesamaannya hanyalah komik dan kartun berupa gambar. Komik sebagaimana

yang terlihat diuraikan ialah sebuah cerita yang bergambar. Sedangkan kartun

adalah gambar itu sendiri (tanpa harus memiliki sebuah cerita).

9

Scout McCloud, Understanding Comics (Memahami Komik), (Jakarta : Kepustakaan

(27)

Kartun berasal dari bahasa Italia “cartone” yang artinya kertas. Pada

mulanya kartun sebagi penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagi

rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini kartun

adalah gambar yang sifat serta tujuannya sebagai humor satir. Jadi kartun tidak

hanya merupakan pernyataan seni untuk mengkritik10.

Komik adalah bagian dari kartun. Dalam artikel Noerhadi di dalam

artikelnya yang berjudul Kartun dan Karikatur sebagai Wahan Kritik Sosial

mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra visual

(1989, 189)11.

Perkembangan Komik

Sejarah komik moderen bermula di bagian barat. Pada mulanya komik

hanya disiarkan di harian-harian besar dengan gaya lukisan kartun dimana ia

mengandungi unsur-unsur humor dan juga kritikan. Perkataan komik yang berasal

dari perkataan ‘comic’ dalam bahasa Inggris yang artinya ‘bersifat lucu’.

Namun kemudian, komik-komik berunsur aksi mulai diterbitkan. Antara

lain, Superman, Batman dan Captain America. Lalu komik mulai berkembang ke

Asia pada perang dunia ke-2. Jepang yang turut terpengeruh dengan budaya ini

telah berjaya mencipta manga yan merupakan identitas gaya lukisan Jepang.

Seiring dengan berjalannya waktu, industri penerbitan semakin

berkembang komik pun mengikuti perkembangannya, dan mulai di cetak dalam

bentuk buku . Perjalanan komik mengalami pasang surut, ada suatu masa si mana

10

I Dewa Putu Wijaya, Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta:

PT.Ombak, 2004), cet ke-1, h.4

11

I Dewa Putu Wijana, Kartun : Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta :

(28)

komik dianggap sebagai media pembodohan, hal tersebut terjadi karena membaca

komik seakan-akan tidak perlu berpikir.

Menurut Bonneff, Sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai ke

masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumen-monumen keagamaan

yang terbuat dari batu. Candi Borobudur seringkali di bandingkan dengan buku

batu yang disebut dengan katedral Abad Pertengahan. Borobudur mengandung

sebelas seri bas-relief, yang mencakup sekitar 1460 adegan. Di Prambanan,

Ramayan digunakan untuk mengajar umat. Para pemahat mengungkapkan

lakon-lakon pertempuran Rama melawan Rahwana ke dalam adegan-adegan yang sangat

hidup. Kemudian lebih dekat dengan masa kini, ada wayang beber dan wayang

kulit yang menampilkan tipe penceritaan dengan sarana gambar yang dapat

dianggap sebagi cikal bakal komik.

Pada tahun 1954, terjadi perubahan arah yang ganda. Komikus Indonesia

segera berkarya setelah melihat keberhasilan komik Amerika. Mereka mencoba

mentransposisi cerita dengan mengindonesiakan tokoh-tokoh popular untuk

disesuaikan dengan lingkungan. Contohnya Sri Asih karya Kosasih adaptasi dari

Superman.

Kehadiran komik banyak dikritik oleh para pendidik. Komik dianggap

bacaan yang tidak mendidik. Menanggapi kritikan itu maka munculah komik jenis

baru yang disebut dengan ‘komik wayang’ yang isi ceritanya memuat tentang

nilai-nilai luhur. Lahirnya Gatotkatja dan Raden Palasara karya Johnlo dan

Mahabrata karya Kosasih. Masyarakat menyambut hangat kehadiran komik

(29)

Tahun 1965 komik Indonesia mengalami pergeseran nilai. Cerita tentang

anak muda banyak bermunculan. Adegan yang berbau pornografi memenuhi

panel-panel komik. Maka pada 1967, hanya komik yang lulus sensor yang boleh

terbit.12 Kini komik di Indonesia lebih banyak komik yang di buat oleh Jepang.

Kualitas gambar yang bagus dan alur cerita yang menarik membuat Jepang bisa

mendominasi komik-komik di dunia. Namun, para kartunis Indonesia sekarang

sudah bisa jeli dan bisa menuangkan ide-ide cerita dengan tema yang lebih

menarik. Dengan komik juga mereka bisa bercerita tentang kejadian-kejadian

yang sedang terjadi dan juga bisa membuat kritik-kritik yang lebih bisa diterima

dan mudah dimengerti dengan gambar seperti komik.

Kartun biasanya digunakan sebagi wadah dalam kritik sosial dalam

berbagai media cetak, kartun juga sebagai sebuah selingan bagi para pembaca

media cetak yang disajkan dalam sebuah rubrik dan artikel. Pembaca dibawa

kedalam situasi yang santai dan menghibur, walaupun pesan kritikan-kritikan,

namun disarankan tidak terlalu melecehkan atu mempermalukan karena tampilan

yang lucu.

3. Pengertian Komikus, Kartunis dan Karikaturis

Komikus

Komikus itu punya cerita dan karakter tokoh sendiri. Ciri khas dari

komikus bukan hanya dari gambar-gambar nya, tetapi juga dari cerita, genre

komik dan juga karakter tokoh komiknya. Ciri khas si komikus kadang-kadang

jadi bagian yang menyatu dengan cerita dan karakter tokoh komik yang dipunyai

oleh komikus itu sendiri. Komikus itu jadi identik dengan ciri khasnya

12

Lihat Marcel Bonneff, Komik Indonesia. Penterjemah Rahayu S. Hidayat (Jakarta :

(30)

masing. Bisanya ciri khas komikus itu tercermin pada karakter tokoh-tokoh komik

ciptaannya.  Kartunis

Seorang yang kreatif, positif, dan inovatif, seorang kartunis sejati dapat

memahami karya seorang tanpa diajarai. Seseorang yang dekat dengan siapa saja

dan selalu memanfaatkan karyanya untuk orang lain.  Karikaturis

Tentang karikatur sendiri, dalam Encyclopedie Internasional, karikatur

didefinisikan sebagai sebuah “satire” dalam bentuk gambar atau patung. Adapun

dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur didefiniskan sebagai penggambaran

seseorang, suatu tipe, atau suatu kegiatan dalam keadaan berdistorsi biasanya

suatu penyajian yang diam dan dibuat berlebih-lebihan dalam gambar-gambar

binatang, burung, sayaur-sayuran yang menggantikan bagian-bagian benda hidup

atau yang ada persamaannya dengan kegiatan binatang.13

Disini pun seorang karikaturis adalah mereka yang membuat seni gambar

karikatur itu sendiri dengan menggunakan salah satu bentuk metode karikatur.

Dalam karikatur pun ada beberapa sifat yang boleh digunakan oleh para

karikaturis masing-masing.

Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam :

karikatur orang pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Karikatur orang

pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan

13

(31)

mengekspos ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek

lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural.14

Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan menggambarkan

persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial.

Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita

dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik di atas

panggung dan mementaskan dengan lucu.

4. Kritik Sosial Dalam Kartun dan Karikatur

Kartun adalah sebuah gambar yang bersifat reprensentasi dan simbolik,

mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul dalam

publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah politik atau

masalah publik. Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi target,

misalnya dengan mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa olahraga,

atau mengenai kepribadian seseorang. Dengan kata lain, kartun merupakan

metafora visual hasil ekspresi dan interpretasi atas lingkungan sosial politik yang

tengah dihadapi oleh seniman pembuatnya (Nugroho, 1992:2).

Kritik kartun sebenarnya hanya usaha penyampaikan masalah aktual ke

permukaan, sehingga muncul dialog antara yang dikritik dan yang mengkritik,

serta dialog antara masyarakat itu sendiri, dengan harapan akan adanya

perubahan. Aspek pertentangan dalam tradisi penciptaan kartun sebenarnya

bukanlah lebih mementingkan naluri untuk mengkritik, melainkan lebih

menekankan fakta-fakta historis bahwa masyarakat telah memasuki bentuk

14

(32)

komunikasi politik yang modern, dan tidak lagi mempergunakan kekuatan atau

kekuasaan (Anderson, 1990:162)15.

Wahana kritik sosial seringkali dijumpai di berbagai media cetak, seperti

surat kabar, majalah, dan tabloid. Seperti layaknya fungsi media massa, kritik dan

kontrol sosial biasa dikemas dalam rubrik atau artikel berita. Media cetak

terutama surat kabar yang berfungsi memberikan informasi turut menggunakan

pendekatan humor dalam menyampaikan pesannya kepada pembaca. Bentuk

pesan yang disampaikan dengan pendekatan humor dalam

surat kabar diantaranya adalah karikatur.

Karikatur disajikan sebagai suatu bentuk kritik sosial yang memiliki kadar

humor, estetika serta pesan kritik yang tepat sasaran. GM Sudarta memberikan

arti kata karikatur sebagai deformasi berlebih atas wajah seseorang, biasanya

orang terkenal, dengan “mempercantiknya” melalui penggambaran ciri khas

lahiriahnya untuk tujuan mengejek. (Sobur, 2003:138). Sedangkan menurut T.

Susanto (1996:39), gambar kartun atau karikatur merupakan alat yang paling

mudah dan cocok untuk menggambarkan suatu realitas yang terjadi dalam

masyarakat. Maka tidaklah heran apabila dalam media cetak dapat kita jumpai

karikatur dengan halaman khusus untuk mengutarakan suatu opini. Pesan yang

disampaikan dalam karikatur mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai

permasalahan, baik itu yang tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini, dapat

kita ketahui bahwa karikatur dan kartun dapat dikatakan sebagai sarana kritik

sosial. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi

(melulu) tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.

15

(33)

Dibandingkan media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat

untuk menanamkan pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang

mudah dipahami dan merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal.

Pembuatan suatu “gambar komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu

pesan. Ada beberapa bentuk “gambar komunikasi “, antara lain: ilustrasi, logo,

dan karikatur. Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang

digambar secara sederhana dan menyalahi anatomi. Walaupun sesungguhnya

untuk mencapai kesederhanaan tersebut perlu mempelajari secara tekun dan jeli,

sekaligus dituntut memiliki wawasan humoristik yang cukup.

Ini berarti bahwa untuk menggoreskan kartun yang sederhana ternyata

tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Belum lagi masalah bagaimana

“mengisi” karya tersebut agar mempunyai pesan atau misi yang mantap. Ibarat

masakan, diolah dengan bumbu yang pas dan disuguhkan dalam warna yang

menarik dan mengundang selera. Jika karya kartun yang nampak sederhana

tersebut diberi “isi”, ia akan menjelma menjadi apa yang disebut sebagai

karikatur. Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah yang diberi muatan

lebih” yang berkesan distortif ataupun deformatif. Namun secara visual masih

dapat dikenali obyeknya. Karya karikatur yang biasa kita lihat di surat kabar,

menggambarkan pula wajah-wajah tokoh tertentu yang dikenal, yang dilakonkan

keterlibatannya dalam suatu peristiwa atau masalah. Karikatur atau wajah

deformatif yang tergambar di dalamnya hanyalah elemen yang dimaksud untuk

(34)

B. Teori Technology Determinism16

Kehadiran teknologi selalu memberikan pengaruh sangat besar dalam

kehidupan manusia. Manusia menggunakan teknologi dan dikelilingi teknologi

selama hidupnya. Pada pagi hari banyak orang yang langsung menghidupkan

televisi, menyalakan handphone atau komputer untuk memeriksa email atau

melihat pesan di facebook. Manusia menggunakan teknologi ketika bekerja

sepanjang hari dan bahkan menjelang tidur. Sadar atau tidak sadar, menjadi

tergantung kepada teknologi.

Pengaruh teknologi dalam kehidupan manusia menjadi menarik karena

manusia menjadi mudah terpengaruh akan teknologi, khususnya teknologi

komunikasi, seperti jam, tlisan (fiksi), politik, drama (theater), dan sejarah untuk

menunjukan bahwa teknologi membentuk perasaan, pikiran dan tindakan

manusia. Manusia memiliki hubungan simbolik dengan teknologi. Manusia

menciptakan teknologi dan teknologi pada gilirannya menciptakan kembali siapa

diri mereka.

Teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena

masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat

terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi, dan

media berperan menciptakan dan mengelola budaya.

Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya di Elmira, di New York menemukan

bahwa pengaruh media dipengeruhi oleh komunikasi intrapersonal. Pengaruh ini

selanjutnya dikenal sebagai hipotesis arus dua langkah sangat mengejutkan dan

dan memiliki pengaruh yang besar pada pemahaman kita tentang peran media

16

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat.

(35)

massa17. Penelitian Lazarsfeld merupakan awal penelitian pada bagaimana

informasi dan pengaruh disebarkan di masyarakat. Lazarsfeld menyatakan bahwa

informasi mengalir dari media massa ke pemimpin-pemimpin opini tertentu dalam

komunitas yang memberikan informasinya dengan berbicara pada

rekan-rekannya. Ia menemukan bahwa para pemilih lebih dipengaruhi oleh teman-teman

mereka selama masa kampanye ketimbang oleh media. Penelitian telah

menunjukkan bahwa jumlah pokok penghubung antara media dan penerima akhir

dapat berubah-ubah.

Dalam penggunaan sebuah inovasi, misalnya individu-individu tertentu

akan mendengar kabar tertentu akan mendengar kabar tersebut secara langsung

dari sumber-sumber media, sedangkan orang lain akan teringgal beberapa

langkah. Penyebaran sebuah inovasi terjadi ketika adopsi sebuah gagasan, praktik,

atau objek menyebar melalui komunikasi dalam sebuah sistem sosial.

Ketika inovasi-inovasi, seperti telepon seluler, jalur DSL, terapi HIV yang

baru, atau belanja melalui dunia maya diperkenalkan, butuh sedikit waktu untuk

menyebar. Beberapa inovasi bahkan tidak pernah menyebar, tetapi yang lain

menyebar dengan cepat. Manusia meningkatkan kesadarannya akan ketika mereka

membicarakannya. Mereka membagi opini, membahas pengalaman mereka

dengan inovasi tersebut, kadang-kadang mengajurkan penggunaannya, dan

kadang menolaknya.

Tingkat penggunaan ditentukan oleh persepsi manfaat relatif dari inovasi

tersebut dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai dan pengalaman yang ada.

Kerumitan informasi menjadi masalah dan pengguna yang potensial akan lebih

17

W. Littlejhon,Stephen dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human

(36)

siap dalam menerima sebuah inovasi yang dapat mereka coba, tanpa membuat

komitmen yang besar. Mereka juga mungkin ingin mengamati penggunaan oleh

orang lain sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya. Selalu ada

individu yang akan menggunakan sebuah inovasi lebih awal, sebelum sebagian

besar orang berpikir untuk melakukannya. Pada pengguna awal ini akan mengatur

tahapan dan mereka biasanya memiliki pengaruh atas orang lain. Semakin banyak

orang yang menggunakan, terjadi penggunaan besar-besaran yang memberikan

kenaikan yang cepat dalam penggunaan secara umum. Beberapa orang mungkin

lebih lambat dalam menggunakan inovasi dan harus melihat inovasinya dulu

sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya.

Hubungan antara teknologi, media dan masyarakat ini dengan sebutan

Technological Determinism, yaitu paham bahwa teknologi bersifat deteminan

(menentukan) dalam bentuk kehidupan manusia. Salah satu penemu teori ini

adalah Marshall McLuhan.

1. Teori Marshall McLuhan

Pemikiran McLuhan sering juga dinamakan teori mengenai ekologi media

(media ecology), yang didefinisikan sebagai : the study of media environments,

the idea that technology and techniques, modes of information and codes of

communication play a leading role in human affairs (studi mengenai lingkungan

media, gagasan bahwa teknologi dan teknik, mode informasi dan kode

komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia).18 Istilah

technological determinsm menunjukan pemikiran McLuhan bahwa teknologi

berpengaruh sangat besar dalam masyarakat atau dengan kata lain, kehidupan

18

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat.

(37)

manusia ditentukan oleh teknologi. Menurut McLuhan, teknologi komunikasi

menjadi penyebab utama perubahan budaya. Menurutnya, setiap penemuan

teknologi baru dapat mempengaruhi institusi budaya masyarakat.

McLuhan memandang penemuan teknologi sebagai hal yang sangat vital

karena menjadi kepanjangan atau ekstensi dari kekuatan dari pengetahuan

(kongnitif) dan persepsi pikiran manusia. Pemikiran McLuhan melibatkan

sejumlah disiplin ilmu dan menggunakan berbagai jenis teknologi, ia melihat

adanya persimpangan (intersection) antara hubungan manusia dengan teknologi

serta bagaimana teknologi tersebut mempengaruhi persepsi dan pengertian

manusia terhadap banyak hal.

Teori ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun

1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man.

Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara

berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi

membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan

teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad

teknologi ke abad teknologi yang lain.

Marshall McLuhan, seorang dosen dari University of Toronto, pernah

mengatakan bahwa the medium is the mass-age. Media adalah era massa.

Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah

peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama, pada era media elektronik

seperti sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara

berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada

(38)

kehadiran media massa tadi. McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia ke

dalam empat periode:

a tribal age (era suku atau purba),

The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku zaman

dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi.

Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng

tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing is

believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam

komunikasi. Dalam komunikasi lisan, setiapindividu dan kelompok harus

menyimpan informasi yang diperolehnya dalam ingatan dan menyebarkannya

kepada orang lain melalui percakapan. Ingatan kelompok berfungsi sebagai

penjaga pengetahuan masyarakat19. Era primitif ini kemudian tergusur dengan

ditemukannya alfabet atau huruf.

age of Literacy (era literal/huruf),

The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka

cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian

menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia

berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan. Tulisan

telah menyebabkan orang menjadi terlepas dari lingkungan kesukuan yang

bersifat kolektif dan memasuki lingkungan yang bersifat privat. Tulisan

memungkinkan individu meninggalkan lingkunagn kolektif tanpa harus terputus

dari arus informasi. Munculnya era abjad membuat pengetahuan tidak lagi

19

Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat.

(39)

menjadi monopoli orang-orang tertentu saja (eksklusif) karena pengetahuan juga

dapat diakses oleh lebih banyak orang.

Jika pada masa kesukuan, komunikasi dilakuakan hanya dengan cara lisan,

maka para era tulisan, komunikasi dilakukan secara tertulis. Pada era ini, orang

mulai mampu mendapatkan informasi tanpa bantuan anggota kelompok lainnya

karenanya, masyarakat mulai cenderung bersifat individualistik, dan

mempengaruhi kekuakatan ikatan masyarakat suku. Menurut McLuhan,

penemuan abjad menjadi jalan bagi munculnya matematika dan filsafat pada era

Yunani kuno. Selain itu, pergolakan politik di beberapa Negara terjajah pada era

kolonial dikarenakan mereka yang tertindas belajar membaca, maka mereka

menjadi pemikir yang bebas20.

a print age (era cetak),

The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet

semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak

tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak,

menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi. Teknologi cetak

memungkinkan orang untuk menyimpan informasi secara lebih permanen, tidak

mengandalakan pada ingatan saja sebagaimana pada era tulisan. Akibat utama dari

era cetak adalah munculnya masyarakat yang semakin terkotak-kotak atau

terfregmentasi.

Hasil cetakan berupa buku atau bentuk tulisan lainnya bersifat mudah

dipindahkan, dapat dibawa-bawa dan dapat dibaca dimana saja secara lebih privat.

20

(40)

Hal ini membuat orang menjadi terisolasi dari lingkungan komunitasnya dan

mendorong munculnya individualisme.

electronic age (era elektronik).

The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam

alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax,

komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang

disebut sebagai “global village”. Media massa pada era ini mampu membawa

manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di

mana saja, seketika itu juga.

Menurutnya, transisi antar periode tadi tidaklah bersifat bersifat gradual

atau evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.

Inti dari teori McLuhan adalah determinisme teklologi. Maksudnya adalah

penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang

mengubah kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah

ditentukan oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia

ditentukan oleh perubahan mode komunikasi. McLuhan berpikir bahwa budaya

kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa

tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi

menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis

komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang

dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan

akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya

(41)

Media tak lain adalah alat untuk memperkuat, memperkeras dan

memperluas fungsi dan perasaan manusia. Dengan kata lain, masing-masing

penemuan media baru yang kita betul-betul dipertimbangkan untuk memperluas

beberapa kemampuan dan kecakapan manusia. Misalnya, ambil sebuah buku.

Dengan buku itu seseorang bisa memperluas cakrawala, pengetahuan, termasuk

kecakapan dan kemampuannya. Seperti yang sering dikatakan oleh masyarakat

umum, dengan buku, kita akan bisa “melihat dunia”. Pertama-tama adalah era

kesukuan. Era ini kemudian diikuti oleh era tulisan, kemudian era mesin cetak dan

terakhir adalah era media elektronik dimana kita berada sekarang. Bagi

masyarakat primitif di era kesukuan, pendengaran adalah hal yang paling penting.

Peran otak menjadi sangat penting sebagai wilayah yang mengontrol

pendengaran. Dengan pengenalan huruf lambat laun masyarakat berubah ke era

tulisan. Era ini mendudukkan kekuatan penglihatan sepenting pendengaran.

Dengan memasuki era tulisan terjadi perubahan yang penting dan perasaan serta

pikiran manusia semakin diperluas. McLuhan menyebutkan bahwa perubahan

dengan penggunaan tulisan sebagai alat berkomunikasi menjadi pendorong

munculnya ilmu matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang lain

McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau

perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya

memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi

juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita

dalam menafsirkan tentang kehidupan kita. Dari teori ini kita dapat mengetahui

bahwa sebenarnya manusia itu sangat terantung oleh teknologi sehingga manusia

(42)

Kenyataan ini memang merupakan realitas yang terjadi selama ini seluruh

aktivitas tidak luput dari sentuhan teknologi.

Contoh, komputer saat ini sangat penting bagi manusia karena hampir

semua orang manggunakan komputer untuk memudahkan menyelesaikan sesuatu.

Media ini juga mengantarkan kepada teknologi yang canggih lagi yaitu internet,

dimana internet memudahkan manusia untuk mencari informasi dari belahan

dunia manapun. Teknologi takkan lepas oleh aktivitas manusia.

Teori ini memvonis bahwa manusia tidak akan lepas dari teknologi. Jadi,

seakan-akan manusia tidak memiliki kuasa terhadap teknologi. Yang akan

menjadi pertanyaan bagaimana dengan manusia yang menciptakan teknologi

tersebut, apakah hanya ada satu manusia yang dapat menguasai teknologi

sehingga dapa menguasai manusia lainnya. Era elektronik memungkinkan

berbagai komunitas berbeda di dunia saling terhubung atau dapat berhubungan

satu dengan lainnya. Kehidupan teknologi elektronik telah menghilangkan sekat

atau dinding pemisah antaera manusia. McLuhan menggambarkan teknologi

elekronik sebagai berikut.

 Telepon : berbicara tanpa dinding

 Fotografi : museum tanpa dinding

 Cahaya : ruang tanpa dinding

 Film, radio dan TV : ruang kelas tanpa dinding

 Phonograph (alat pemutar lagu) : gedung pertunjukan musik tanpa dinding

Era elekronik memberikan peluang unik untuk mengevaluasi kembali bagaimana

media mempengaruhi masyarakat yang mereka yang layani. Era ini

(43)

C. Teknologi Mempengaruhi Budaya

Dari berbagai literatur kita dapat menyimpulkan kebudayaan adalah gaya

hidup ataupun cara hidup yang dimiliki sekelompok orang atau masyarakat yang

diwariskan dan ditindaklanjuti dari generasi ke generasi. Sedangkan teknologi

merupakan ilmu pengetahuan terapan untuk menciptakan suatu hal yang baru

sehingga dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan

dan kenyamanan hidup manusia. Keduanya memang tidak bisa dipisahkan.

Adanya kebudayaan yang dimiliki sekelompok orang dapat menciptakan

teknologi baru, begitu juga sebaliknya adanya teknologi baru dapat menciptakan

kebudayaan yang baru pada masyarakat.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi kebudayaan menyebabkan

teknologi ikut berkembang dari masa ke masa, namun pada dasarnya kebudayaan

terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya. Pada prinsipnya setiap

perkembangan dan kemajuan dalam segi apapun baik adanya, setiap manusia

menginginkan perubahan pun demikian dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Dari sekian banyak bidang ada dan berpacu untuk kemajuan salah satunya adalah

bidang teknologi, yang menghadirkan perubahan dan kemajuan untuk selanjutnya

digunakan oleh manusia. Beragam teknologi yang diciptakan memungkinkan

manusia untuk bebas memilih apa yang diinginkan. Perkembangan teknologi saat

ini juga membawa pengaruh yang kurang baik atau negatif dalam kehidupan

manusia. Kehadiran tekologi yang sedemikian canggih membuat masyarakat

umum mempunyai begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang

(44)

Teknologi diciptakan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuan

manusia itu sendiri, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya justru teknologi

tersebut disalah gunakan. Misalnya lewat teknologi internet atau dunia maya

orang akan semakin mudah mengakses situs – situs porno yang justru itu datang

dari kaum muda, hal ini tentu membuat pergeseran norma asusila dalam hidup

kaum muda tersebut, lalu ada kasus penculikan dan perkosaan yang dilakukan

oleh pelajar beberapa waktu lalu yang justru dilakukan setelah pada mulanya

berkenalan lewat media teknologi jejaring sosial online facebook. Ini menjadi satu

contoh dari sekian banyak contoh yang ada dalam kehidupan sehari hari

masyarakat yang justru merupakan efek dari perkembangan teknologi modern.

Dan masih banyak lagi contoh betapa perkembangan teknologi yang begitu

canggih justru disalah gunakan mengakibatkan bergesernya nilai – nilai budaya

umat manusia itu sendiri.

Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat

yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli

(Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hakikatnya

adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk

diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan

bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.

Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak melampaui batas-batas

kebangsaan dan kenegaraan.

Sebagai sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi,

dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi

(45)

makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini

tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang

semakin canggih khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Kecepatan arus

informasi yang dengan cepat membanjiri kita seolah-olah tidak memberikan

kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter mental dan sikap kritis.

Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus

informasi dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Pengaruh

globalisasi dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi meliputi dua

sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat

dirasakan dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi adalah peningkatan

kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi dalam

berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai

contoh manifestasi teknologi informasi dan komunikasi yang mudah dilihat di

sekitar kita adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat, karena

kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan

dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa

dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dan masih banyak

lagi.

Sedangkan pengaruh negatif yang bisa muncul karena adanya teknologi

informasi dan komunikasi, misalnya dari globalisasi aspek ekonomi, terbukanya

pasar bebas memungkinkan produk luar negeri masuk dengan mudahnya. Dengan

banyaknya produk luar negeri dan ditambahnya harga yang relatif lebih murah

(46)

Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala

berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Pada hakikatnya teknologi diciptakan, sejak dulu hingga sekarang

ditujukan untuk membantu dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek

kehidupan, baik pada saat manusia bekerja dan berkomunikasi.

Setinggi apapun kemajuan teknologi yang ditawarkan, akan tetapi jika

salah menggunakannya, tentu akan menjadi salah jalan. Justru teknologi tersebut

akan menyesatkan hidup sehingga nilai – nilai budaya hidup tidak lagi sesuai

dengan yang di harapkan, akhirnya ada yang harus dikorbankan dari kejadian

tersebut. Semuanya kembali kepada manusia sebagai makluk sosial, apakah

teknologi yang sedemikian canggih ini dapat di maksimalkan penggunaannya atau

justru perkembangan teknologi yang menyeret pada hancurnya kebudayaan

D. Kritik Sosial

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang

bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalannya suatu sistem sosial atau

proses bermasyarakat. Menurut Marbun, kritik sosial merupakan frase yang terdiri

dari dua kata yaitu kritik dan sosial. Adapun yang dimaksud dengan kritik adalah

suatu tanggapan atau kecaman yang kadang-kadang disertai dengan uraian dan

pertimbangan baik maupun burukya suatu hasil karya, pendapat, dsb (1996:359).

Sementara di sisi lain, Webster menjelaskan bahwa kata kritik berasal dari bahasa

Latin criticus atau bahasa Yunani kritikos yang berarti a judge atau dari kata

kinnea yang berarti to judge (1983:432).

Sementara itu sosial memiliki pengertian having to do with human beings

(47)

(Webster, 1983:1723). Berdasarkan definisi dari dua kata tersebut, Astrid Susanto

seperti yang dikutip oleh Mafud (1997:47) mengambil suatu kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan kritik sosial adalah suatu aktifitas yang berhubungan

dengan penilaian (juggling), perbandingan (comparing), dan pengungkapan

(revealing) mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan

nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai-nilai-nilai yang dijadikan pedoman. Kritik sosial juga

dapat diartikan dengan penilaian atau pengjian keadaaan masyarakat pada suatu

saat (Mahfud, 1957:5). Dengan kata lain dapat dikatakan, kritik sosial sebagai

tindakan adalah membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat

perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu

masyarakat. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun termasuk

sastrawan dan kritik sosial merupakan suatu variable penting dalam memelihara

sistem sosial yang ada.

Kritik lebih berkonotasi negatif. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) (1989:466) disebutkan arti kritik sebagai kecaman atau tanggapan,

kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baikburuk suatu hasil karya.

Kritik, dalam tradisi pers sering dilontarkan terhadap masalah sosial. Istilah sosial

dalam KBBI (1989:855) disebutkan dalam dua pengertian, yaitu :

1) berkenaan dengan masyarakat

2) suka memperhatikan kepentingan umum.

Dengan demikian, tidak heran apabila kritik sosial pers sering dianggap

sebagai ancaman atau perlawanan pers terhadap berbagai pihak. Kritik secara

praksis bahkan mengalahkan uraian atau pertimbangan baik-buruk. Orang yang

(48)

Susetiawan (1997:27) menyebutkan bahwa kritik sosial atau konflik tidak perlu

dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi tetapi dapat

memberi kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Dalam hal ini s

Gambar

Gambar 1
Tabel Analisis
Gambar 2
Gambar seorang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing Kelompok mempresentasikan Bab II yang merupakan hasil Kompilasi data dan informasi yang menyajikan Gambaran Area Studi dalam Konteks yang lebih luas, dan

Pada saat menjawab pertanyaan dari guru, siswa kurang dapat mengembangkan kreativitas dalam memberikan jawaban karena hanya terpaku pada buku teks, peneliti juga

Selama Bulan Januari Kabupaten Pekalongan mengalami inflasi sebesar 0,62 persen, inflasi menurut tahun kalender pada bulan Januari di Kabupaten Pekalongan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2014 ini disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan berbagai program dan

Penelitian mengenai struktur komunitas makrozoobenthos di Zona Pemanfaatan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Desa Pemogan, Denpasar di laksanakan dari bulan Februari

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran guided discovery

Saga ( Abrus precatorius ) merupakan salah satu tanaman yang dikenal mempunyai banyak aktivitas farmakologi. Biji saga digunakan oleh pengobat tradisional Ayurveda

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Wisata