Skripsi
Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh : Nurma Wazibali NIM : 107051100323
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Talk About Hape”. Telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidatullah Jakarta, pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S.1) Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 20 Juni 2011 Sidang Munaqosah
Ketua Sekretaris
Drs. H. Mahmud Djalal, MA Ade Rina Farida, M.Si
NIP. 19520422 198103 1 002 NIP.197700513 200701 2 018
Penguji I Penguji II
Dr. Suhaimi, M. Si Rubiyanah, MA
NIP. 1970906 199304 1 002 NIP. 19730822 199803 2 001
Pembimbing,
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2011
i Nurma Wazibali
Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Talk About Hape
Komik pada saat ini menjadi salah satu sarana bagi para masyarakat untuk menuangkan ide dan ide kreatifnya tanpa harus terkekang. Selain gambar-gambar yang unik dan cerita-cerita lucu, komik juga bisa menjadi sarana bagi masyarakat menuangkan kritik-kritik yang sedang terjadi. Melalui komik, kritik tidak akan terasa berat untuk dimengerti.
Komik kartun Benny & Mice Talk About Hape, menjadi salah satu bentuk wujud kritik sosial yang ada mengenai apa yang menjadi kegemaran masyarakat saat ini. Dengan mengambil contoh-contoh apa yang sedang terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya, komik ini bisa menjadi cerminan bagi para pembacanya. Maka kemudian timbul pertanyaan, Tanda-tanda apa saja yang terdapat pada komik kartun benny & mice? Apa makna tanda yang terdapat dalam komik kartun benny & mice? Pesan apa saja yang terdapat dalam komik kartun benny & mice?
Selain kritik yang mengena, komik kartun Benny & Mice juga menggambarkan jenis-jenis masyarakat yang menggunakannya, jenis-jenis handphone yang sedang berkembang, serta baik dan buruknya perkembangan teknologi itu sendiri bagai masyarakat hingga sekarang.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan model deskriptif. Data yang telah didapatkan dari hasil buku Komik kartun Benny & Mice Talk About Hape, serta digabung dengan hasil observasi buku-buku entang komik dan kartun dan dokumentasi, selanjutnya di analisisnmenggunakan semiotika, untuk membaca tanda atau simbol. Teori yang digunakan adalah Semiotik menurut Roland Barthes yaitu melihat dan mencari Makna Denotasi, Makna Konotasi dan Mitos.
ii
Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Maha
Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya.
Dengan segala karunianya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis sadari bahwa penulis tidak akan
mampu menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena
bimbingan, nasihat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah
satu syarat yang telah ditentukan dalam dalam menempuh program studi Strata
Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi
Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
setulus-tulusnya kepada :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Agus Sukirman dan Mama Lilis Lisniawati,
yang tak pernah berhenti berusaha mendidik anak-anaknya dengan penuh
rasa cinta dan kasih sayang. Kakakku (Ahmad Fathulloh) yang selalu
menjadi pelindungku, kedua adikku (Nurfadillah dan Nurfina Maryam)
yang selalu memberikan keceriaan, serta seluruh keluargaku di Bandung
iii
Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Kepegawaian, Drs.
Studi Rizal, LK. MA selaku Pembantu Dekan Kemahasiswaan
3. Rubiyanah, MA, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ade Rina
Farida, M,Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik yang senantiasa
memberikan arahannya.
4. Rulli Nasrullah, M. Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar
memberikan arahan dan waktunya untuk membantu penulis.
5. Seluruh dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal untuk
mempermudah penulis.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak
membantu penulis dalam mencari bahan referensi dalam penelitian ini.
7. Benny Rachmadi dan Muh Misrad, yang telah menjadi motivasi dengan
segala pemikiran kritik-kritik sosialnya.
8. Guru-guru dan Alumni SMP El-Syifa dan MAN 11
9. Abdurachman, dengan segala kesabaran, pengertian, waktu, tenaga dan
semua motivasinya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
10.Rangerz (Cahya, Zabrina, Ika, Ririn, Zee, Dita, Zahra, Yanti) yang selalu
memberikan suasana “gila” yang pasti akan selalu aku rindukan. Q-doenk2
iv
Admiral, Fajar, Rezza, Munir, dan Kiki. Bersama kalian penulis tau apa
arti sebuah persahabatan.
12.Keluarga Bringin yang selalu memberikan tawa dan semangatnya (Love
you All)
13. Jurnalistik Angkatan 2008 dan Angkatan 2009, yang selalu memberi
semangat dan do’anya.
Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah
membalas budi baik dan jasa kalian. Penulis mohon maaf apabila tanpa
sengaja ataupun tidak sengaja melakukan kesalahan dalam penulisan karya
ilmiah ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para
pembaca. Amin
Jakarta, 06 Juni 2011
v
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
D. Metodelogi Penelitian ... 5
E. Tehnik pengumpulan data... 6
F. Tekhnik Analisis data ... 7
G. Tinjauan Pustaka ... 8
H. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kritik Sosial Melalui Medium Kartun ... 1
Pengertian Kartun ... 1
1. Pengertian Komik ... 2
- Perkembangan Komik ... 7
2. Pengertian Komikus, Kartunis dan Karikaturis ... 9
vi
C. Teknologi Mempengaruhi Budaya ... 23
D. Kritik Sosial ... 26
E. Pengertian Handphone... 29
F. Analisis Semiotika... 29
1. Teori Roland Barhes ... 33
BAB III PROFIL PENULIS KOMIK A. Komik : Talk About Hape ... 1
B. Profil Tokoh Komik ... 1
C. Sejarah Penulis ... 2
a. Profil Benny Rachmadi (Benny) ... 4
b. Profil Muhammad Misrad (Mice) ... 4
c. Karya-karya Benny dan Mice ... 5
BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Data ... 1
1. Gambar 1 ... 2
- Analisis... 2
- Tabel Analisis ... 4
2. Gambar 2 ... 5
- Analisis... 5
vii
- Tabel Analisis ... 12
4. Gambar 4 ... 14
- Analisis. ... 14
- Tabel Analisis ... 15
5. Gambar 5 ... 16
- Analisis... 16
- Tabel Analisis. ... 18
6. Gambar 6 ... 20
- Analisis... 20
- Tabel Analisis. ... 22
7. Gambar 7 ... 24
- Analisis... 24
- Tabel Analisis ... 26
8. Gambar 8 ... 28
- Analisis... 28
- Tabel Analisis ... 30
9. Gambar 9 ... 31
- Analisis... 31
- Tabel Analisis ... 32
10.Gambar 10 ... 34
- Analisis... 34
viii
A. Kesimpulan ... 1
1. Makna Denotasi ... 3
2. Makna Konotasi ... 3
3. Mitos ... 3
B. Saran ... 4
DAFTAR PUSTAKA ... 5
1 A. Latar Belakang Masalah
Komik kini telah berkembang sebagai media dalam mengkonstruksi
wacana atau opini publik yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan
masyarakat. Para komikus (sebutan bagi para pembuat komik), bisa
mengembangkan berbagai kritik dan penyampaian informasi. Masyarakatpun
dapat menerima tanpa harus berbelit-belit dengan teori. Komik yang biasa
dikemas dengan nuansa humor, dan dengan berbagai macam gambar lebih mudah
diterima. Walaupun banyak media bermunculan untuk mengungkapkan kritik dan
informasi, namun daya tarik komik tidak kalah dengan media-media lain.
Dengan paket yang simpel dan dengan gambar-gambar yang diselipkan
dalam komik tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati membaca
komik, namun anak-anak juga bisa belajar melihat bagaimana perkembangan,
kritik-krtik sosial, serta informasi yang terjadi pada saat itu. Anak-anak bukanlah
tipe golongan yang dengan mudah menyerap dan mengerti suatu informasi hanya
melalui teks berita dan media televisi audio visual yang selalu di lebih-lebihkan.
Dengan komik mereka bisa dengan mudah memahami apa saja yang sedang
marak terjadi, tanpa merasa sulit dalam mengartikannya. Apalagi para komikus
sekarang ini bisa mengangkat tema yang terjadi dikalangan dewasa maupun
anak-anak. Cerita-cerita dalam komik pun berbeda-beda, di bagi melalui gender dan
tingkat usia. Selain di bedakan gender dan tingkatan usia, komik juga memiliki
Ada jenis percintaan, horor (hantu), kebiasaan sehari-hari atau kehidupan
sehari-hari, humor, hasil catatan pribadi dan tentu saja karangan fiksi atau cerita
yang dikarang oleh pengarang tersebut. Sebenarnya komik hampir sama dengan
novel dalam pembuatan jalan cerita, hanya saja komik bercerita tidak melalui
tulisan saja tetapi komik bercerita melalui gambar juga. Dari sekian banyak jenis
komik yang ada, komik Benny dan Mice Episode Talk About Hape, bisa begitu
menarik untuk dibahas. Komik ini adalah salah satu komik kartun yang berani
mengkritik bangsanya sendiri dengan cara-cara yang ekstream. Benny dan Mice
merupakan kartun yang dapat mewakilkan ‘southpark’-nya Indonesia, selain kritik
disampaikan dengan cara yang pas dengan kultur indonesia juga dapat
menghibur1.
Komik tersebut menggambarkan kritik sosial tentang bagaimana sebuah
teknologi yang ada bisa begitu menyita perhatian masyarakat luas di seluruh
dunia. Komikus mengungkapkan fakta yang terjadi pada masyarakat di zaman
sekarang dengan menggelitik, ringan, namun mengena bagi para pembacanya.
Dengan komik media sebagai salah satu penyalur kritik sosial menjadi sangatlah
mudah di mengerti
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud menyusun
skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik
Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape”
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, maka
peneliti membatasi penelitian tentang permasalahan sosial dalam komik tersebut.
Agar penelitian ini tidak terlalu luas pembahasannya, maka di buat batasan.
Ruang lingkup hanya di batasi pada Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk
About Hape pada halaman 3, 4-5, 8-9, 10, 16-17, 20-21, 62-63, 69, 75 dan 92,
karena hanya pada halaman tersebut peneliti menemukan tanda-tanda yang
mewakili setiap bagian pembahasan dalam komik yang sesuai dengan judul
skripsi ini.
1. Bagaimanakah makna denotasi pada gambar-gambar komik kartun
Benny & Mice Episode Talk About Hape ?
2. Bagaimanakah makna konotasi pada gambar-gambar komik kartun
Benny & Mice Episode Talk About Hape?
3. Bagaimanakah mitos pada gambar-gambar komik kartun Benny &
Mice Episode Talk About Hape
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penulisan ini adalah penulis ingin melihat bagaimana
sebuah komik bisa memaknai gambar-gambar tentang suatu permasalahan
kritik sosial dalam perkembangan Hp dikalangan masyarakat seperti yang
tergambar dalam komik Benny dan Mice. Bagaimana sebuah benda
tersebut bisa menyita kalangan masyarakat dengan cepat dan terus
mengkritik sebuah fenomena yang ada. Seberapa detail komik tersebut
menggambarkan fenomena tersebut.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat
menambah wawasan keilmuan.
a. Segi Akademis
Manfaat dari penelitian ini adalah, bagaimana sebuah komik bisa
mengemas sebuah kritik sosial pada umumnya. Sebuah fenomena yang
sampai sekarang masih begitu melekat di kalangan masyarakat luas.
Selain itu, bagaimana sebuah benda bisa menjadi sarana dakwah bagi
masyarakat.
Bahwasannya komik tidak hanya menjadi sebuah buku yang bisa
menghibur saja, melainkan bisa menjadi sebuah media bagi kritik dan
informasi yang ditampilkan dengan ringan dan sederhana.
b. Segi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi
penelitian yang serupa. Dapat menambah ilmu dan dapat memaparkan
bagaimana sebuah komik tidak hanya sebagai buku hiburan bergambar,
tetapi bisa menjadi sarana bagi sebagian orang dalam mengekspresikan
permasalahan-permasalahan secara simple tetapi tetap lugas dan
D.Metedologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
semiotik yang bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi
secara sistematis, faktual dan akuran tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau objek tertentu2. Analisis semiotik sebagai upaya pengungkapan maksud
tersembunyi dari subyek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.
Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis
dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis sehingga bentuk distribusi dan
produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat di ketahui.
Penelitian ini juga melakukan penelusuran terhadap bebagai literatur dan
studi lapangan. Pembahasannya dilakukan dengan pendekatan kualitatif,
penggunaan sumber literatur yang memuat tentang komik, baik berupa artikel,
makalah, ataupun buku-buku dan sumber-sumber yang tertulis lainnya untuk
mengeksplorasi makna pesan yang terdapat dalam tanda-tanda di komik kartun
benny & mice.
Maka peneliti menggunkan analisis semiotik Roland Barthes. Dengan
analisis semiotik maka akan sangat membantu penulis untuk melakukan
penelitian.
2
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian
Dalam masalah ini subjek penelitian adalah Komik Benny & Mice
Episode Talk About Hape.
Objek Penelitian
Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya maka objek penelitian
penulis adalah meneliti apa tujuan Benny dan Mice menciptakan komik
tersebut dan bagaimana sebuah komik dengan kritik sosial yang ringan,
dapat mempengaruhi pemikiran dan cara pandang para pembacanya
mengenai sebuah dampak perkembangan teknologi, konteks produksi teks,
konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan
teks kritik sosial yang dilakukan Benny dan Mice dalam komiknya
tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
Pengumpulan data dilakukan dengan cra mengumpulkan teks, pengamatan
secara menyeluruh dari semua isi teks dan gambar. Signifikasi tahap pertama
adalah denotasi. Pada tahap ini terdapat tanda yang terdiri atas penanda dan
petanda. Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek.
a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.3 Di
sini penulis membaca dan memahami isi pesan dan makna dari
konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang
menjelaskan suatu kritik sosial yang mempengaruhi pembuatan teks
dalam komik Benny dan Mice Talk About Hape.
b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,
internet dan lain sebagainya.
F. Teknik Analisis Data
Tekhnik analisa data menggunakan semiotika Roland Barthes. Barthes adalah
penerus Saussure yang tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara
bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kuarng tertarik pada kenyataan
bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada
orang yang berbeda situasinya. Fokus perhatian Barthes adalah pada gagasan
tentang signifikasi dua tahap, yaitu Denotasi dan Konotasi. Signifikasi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda
terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya dengan denotasi yaitu makna
paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
menujukan signifikasi tahap kedua4.
Tujuan dari tehnik analisis data ini adalah untuk mengetahui bagaiaman
makna yang terdapat dalam gambar pada komik kartun Bennya & Mice Episode
Talk About Hape.
3
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
Cet. Ke-1
4
G. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu
Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Penulis belum
menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa
skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti
teliti, diantaranya :
Analisis Semiotik Iklan Kampanye Politik Prabowo di Televisi karya Puga
Bayhaqie dari Jurnalistik, Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World
Press Photo 2009 karya Aida Islamie dari Jurnalistik, Analisis Film Turtles Can
Fly karya Istianah dari Jurnalistik, Analisis Semiotik Tata Letak Halaman Depan
Koran Tempo Edisi Juni 2009 karya Hilma dari Jurnalistik dan Analisis Semiotik
Film 3 Doa 3 Cinta karya M. Fikri Ghazali dari Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI).
Dengan begitu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada
mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Kritik Sosial Handphone
Dalam Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape di UIN Syahid
Jakarta.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis
membagi pembahasannya terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN membahas Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodelogi
Penelitian, Tehnik pengumpulan data, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI membahas Kritik Sosial Melalui Medium
Kartun. Pengertian Komik, Pengertian Kartun, Komikus, kartunis dan Karikaturis.
Kritik sosial dalam kartun dan karikatur. Teori Technology Determinism, Teori
Marshall McLuhan, Pengertian Kritik Sosial, Teknologi Mempengaruhi Budaya.
Analisis Semiotika, Pengertian Semiotika, Semiotika Roland Barthes
BAB III PROFIL PENULIS KOMIK (BENNY & MICE) membahas
Profil Komik Talk About Hape, Profil Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad,
Sejarah Pendidikan dan Latar Belakang penulis, Karya-karya Benny dan Mice
BAB IV ANALISIS PENELITIAN Dalam bab ini ada Tabel Analisis,
bab penjelasan tentang Makna Semiotik yaitu Makna Konotatif, Makna Denotatif
dan Mitos
BAB V PENUTUP berisi kesimpulan skripsi, saran-saran, dan lampiran
10 A. Kritik Sosial Melalui Medium Kartun
1. Pengertian Kartun
Kartun (cartoon) berasal dari bahasa Italia Cartone yang artinya ‘kertas’.
Pada mulanya kartun adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot ( shout paper )
sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini
kartun adalah gambar yang bersifat dan bertujuan sebaga humor satir. Jadi kartun
tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk kepentingan seni semata-mata,
melainkan mempunyai maksud melucu bahkan menyindir dan mengkritik.
Kartun biasanya digunakan sebagai wahana kritik sosial di berbagai media
cetak, kartun merupakan selingan setelah para pembaca disajikan berbagai rubrik
dan artikel yang serius. Pembaca dibawa kedalam situasi santai dan menghibur,
walaupun pesan-pesan yang disampaikan berupa kritikan-kritikan, namun
dirasakan tidak terlalu melecehkan atau mempermalukan karena tampilannya
yang jenaka1.
Kartun biasanya hanya dicetak di surat kabar, koran, atau majalah. Inilah
yang kemudian dikenal dengan komik strip, yaitu gambar bercerita yang digambar
dalam panel-panel dan diterbitkan secara teratur. Komik strip merupakan evolusi
pertama dari perkembangan komik. Secara sederhana kartun dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu kartun verbal dan kartun non verbal. Kartun verbal adalah
kartun-kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata, frasa, kalimat,
1
Ershad Har, “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah
wacana disamping gambar-gambar jenaka didalam memancing senyum dan tawa
para pembacanya. Sementara itu, kartun non verbal adalah kartun yang
semata-mata memanfaatkan gambar-gambar atau visualisasi jenaka untuk menjalankan
tugas itu. Gambar-gambar yang disajikan pada jenis kartun yang kedua ini adalah
gambar-gambar yang memutar balikan logika2.
Kartun-kartun yang terdapat di media-media cetak meliputi berbagai jenis
seperti :
1. Kartun editorial (editorial cartoon) yang digunakan sebagai visualisasi
tajuk rencana surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan
masalah politik atau peristiwa aktual sehingga sering disebut katun politik.
2. Kartun murni (gag cartoon) yang dimaksudkan sekedar sebagai gambar
lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau
peristiwa aktual
3. Kartun Komik (comic cartoon) yang merupakan susunan gambar, biasanya
terdiri dari tiga sampai enam kotak. Isinya adalah komentar humoris
tentang suatu peristiwa atau masalah aktual. Hal ini tidak mengingkari
adanya kartun-kartun komik yang isinya tidak berbeda dengan kartun
murni3.
2. Pengertian Komik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar
(dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya mudah dibaca dan
2
Wijana, Kartun, StudiTtentang Permainan Bahasa, h.8
3
lucu4. Gambar yang memiliki cerita, dibuat dalam panel-panel kotak dan
kata-katanya terangkai dalam balon-balon teks.
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalina cerita.
Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari stip dalam koran, dimuat dalam
majalah, dan berbentuk buku sendiri.
Scott McCloud, seorang cendikia komik yang menjabarkannya menjadi
imaji-imaji yang berderet berdampingan dalam sebuah urutan atau sekuen, dengan
tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan respon artistik bagi
pembacanya.
Dikalangan para ahli pun masih belum sependapat mengenai definisi
komik. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah
cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi
lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau
etimologis kata-nya. Ditambah, karena sifatnya sebagai budaya populer akan serta
merta mengikut sertakan budaya dan keseharian dari asal negaranya membuat
komik memiliki kekayaan tersendiri, selain membuat kita dapat belajar budaya
dan keseharian bangsa lain. Misalkan kebiasaan membaca dari kanan ke kiri bagi
masyarakat jepang membuat komiknya memiliki ciri khas tersendiri.5
4
Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10, h.515
5
Esvantdiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit Komik
dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia komik yang
harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya:
1. Outline : garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan
standar yang baku, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih
dinamis dan hidup.
2. Panel : kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman
terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah persegi
empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi panel.
3. Tone atau screentone : lembaran motif yang digunakan untuk mengisi
bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang salah
satu sisinya dilapisi lem atau perekat.
4. Toning : proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.
5. Balon dialog : tempat meletakan dialog. Umumnya berbentuk bulat atau
lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat lebih
variatif lagi.
6. Foreground : gambar yang di lihat mata lebih dahulu atau terletak di
bagian depan. Biasanya memiliki outline yang lebih tebal dibandingkan
latar belakang.
7. Latar belakang atau background : gambar yang terletak di belakang
foreground. Biasanya memiliki outline yang lebih tipis di bandingkan
foreground.6
6
Esvandiari Sant, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta : PT Elex
Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau
berbentuk buku yang umumnya mudah dibaca dan lucu7. Gambar yang memiliki
alur cerita dan dibingkai atau dibuat panel-panel kotak (ruang yang terpisah) dan
biasanya kata-kata dari kartun itu berada dalam lingkaran balon teks. Komik juga
bisa diartikan sebagai salah satu seni yang didalamnya terdapat gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun agar menjadi sebuah jalan cerita. Komik biasanya
dicetak dalam sebuah kertas yang dilengkapi dengan teks. Penerbitan komik pun
terbagi dalam beberapa macam, seperti strip dalam koran, dimuat dimajalah,
hingga berbentuk sebuah buku.
Pada tahun 1996, Will Eisner menuliskan dalam bukunya Graphic
Stroytelling bagaimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar yang
disertai balon kata yang tampil secara berurutan, dalam sebuah komik”.
Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Comics and Sequential Art tahun 1986,
Eisner mendefinisikan eknis serta struktur komik sebagai sequential art “susunan
gambar dan kata-kata untuk meceritakan suatu atau mendramatisasi suatu ide”.
Yang dimaksud berurutan secara sekuen atau urutan adalah bagaimana dalam
membaca komik kita akan membaca alur cerita tersebut melalui panel-panel yang
tersusun secara berurutan agar dapat menangkap informasi yang disampaikan.
Dikalangan para ahli pun sebenarnya belum ditemukan pendapat yang sama
mengenai istilah bagi sebutan komik. Mereka mendefinisikan komik sebagai
sebauah cerita yang bergamabr (Cergam) yang mengikuti istilah cerpen (cerita
pendek) yang lebih dahulu dikenal8. McCloud dalam bukunya Understanding
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta, Balai
Pustaka, 1999) cet ke-10, h.515
8
Comics ( memahami komik) menegaskan kembali bahwa definisi komik adalah
gambar-gambar dan lamabang-lambang lain yang terjuktaposisi (bersebelahan,
berdekatan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberkan informasi dan
mencapai tanggapan estesis dari pembaca9.
Komik merupakan sebuah media yang didasarkan oleh penglihatan, serta
adanya sebuah penggabungan dari gerak serta audio yang terdengar sehingga
dapat disimbolisasikan ke dalam sebuah visual. Karena itulah kita mengenal lebih
banyak kosa kaa dalam komik yang menterjemahkan apa yang biasanya tidak
terlihat tesebut dalam visualisasi. Seperti halnya garis gerak, balon kata, efek
suara dan lain-lain. Hal lain juga yang merupakan hal teerpenting dalam sebuah
komik adalah apa yang disebut dengan “closure” yaitu sebuah harmoni antara apa
yang terlihat dengan yang tak terlihat, serta dibantu dengan sebuah imajinasi oleh
pembaca sehingga membuat gambar yang diam seolah-olah menjadi hidup.
Ditambah lagi karena komik sifatnya adalah sebagai budaya yang populer dari
asal negaranya Jepang dimana komik itu sendiri mengikutseratkan budaya serta
keseharian negaranya sehingga memiliki kekayaan sendiri.
Kebiasaan seseorang dalam mempersepsikan komik dan kartun adalah
sama yaitu melihat bahwa kartun dan komik itu adalah sebuah hal yang tidak
berbeda. Padahal pada dasarnya keduanya memiliki arti yang berbeda,
kesamaannya hanyalah komik dan kartun berupa gambar. Komik sebagaimana
yang terlihat diuraikan ialah sebuah cerita yang bergambar. Sedangkan kartun
adalah gambar itu sendiri (tanpa harus memiliki sebuah cerita).
9
Scout McCloud, Understanding Comics (Memahami Komik), (Jakarta : Kepustakaan
Kartun berasal dari bahasa Italia “cartone” yang artinya kertas. Pada
mulanya kartun sebagi penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagi
rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini kartun
adalah gambar yang sifat serta tujuannya sebagai humor satir. Jadi kartun tidak
hanya merupakan pernyataan seni untuk mengkritik10.
Komik adalah bagian dari kartun. Dalam artikel Noerhadi di dalam
artikelnya yang berjudul Kartun dan Karikatur sebagai Wahan Kritik Sosial
mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra visual
(1989, 189)11.
Perkembangan Komik
Sejarah komik moderen bermula di bagian barat. Pada mulanya komik
hanya disiarkan di harian-harian besar dengan gaya lukisan kartun dimana ia
mengandungi unsur-unsur humor dan juga kritikan. Perkataan komik yang berasal
dari perkataan ‘comic’ dalam bahasa Inggris yang artinya ‘bersifat lucu’.
Namun kemudian, komik-komik berunsur aksi mulai diterbitkan. Antara
lain, Superman, Batman dan Captain America. Lalu komik mulai berkembang ke
Asia pada perang dunia ke-2. Jepang yang turut terpengeruh dengan budaya ini
telah berjaya mencipta manga yan merupakan identitas gaya lukisan Jepang.
Seiring dengan berjalannya waktu, industri penerbitan semakin
berkembang komik pun mengikuti perkembangannya, dan mulai di cetak dalam
bentuk buku . Perjalanan komik mengalami pasang surut, ada suatu masa si mana
10
I Dewa Putu Wijaya, Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta:
PT.Ombak, 2004), cet ke-1, h.4
11
I Dewa Putu Wijana, Kartun : Studi Tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta :
komik dianggap sebagai media pembodohan, hal tersebut terjadi karena membaca
komik seakan-akan tidak perlu berpikir.
Menurut Bonneff, Sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai ke
masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumen-monumen keagamaan
yang terbuat dari batu. Candi Borobudur seringkali di bandingkan dengan buku
batu yang disebut dengan katedral Abad Pertengahan. Borobudur mengandung
sebelas seri bas-relief, yang mencakup sekitar 1460 adegan. Di Prambanan,
Ramayan digunakan untuk mengajar umat. Para pemahat mengungkapkan
lakon-lakon pertempuran Rama melawan Rahwana ke dalam adegan-adegan yang sangat
hidup. Kemudian lebih dekat dengan masa kini, ada wayang beber dan wayang
kulit yang menampilkan tipe penceritaan dengan sarana gambar yang dapat
dianggap sebagi cikal bakal komik.
Pada tahun 1954, terjadi perubahan arah yang ganda. Komikus Indonesia
segera berkarya setelah melihat keberhasilan komik Amerika. Mereka mencoba
mentransposisi cerita dengan mengindonesiakan tokoh-tokoh popular untuk
disesuaikan dengan lingkungan. Contohnya Sri Asih karya Kosasih adaptasi dari
Superman.
Kehadiran komik banyak dikritik oleh para pendidik. Komik dianggap
bacaan yang tidak mendidik. Menanggapi kritikan itu maka munculah komik jenis
baru yang disebut dengan ‘komik wayang’ yang isi ceritanya memuat tentang
nilai-nilai luhur. Lahirnya Gatotkatja dan Raden Palasara karya Johnlo dan
Mahabrata karya Kosasih. Masyarakat menyambut hangat kehadiran komik
Tahun 1965 komik Indonesia mengalami pergeseran nilai. Cerita tentang
anak muda banyak bermunculan. Adegan yang berbau pornografi memenuhi
panel-panel komik. Maka pada 1967, hanya komik yang lulus sensor yang boleh
terbit.12 Kini komik di Indonesia lebih banyak komik yang di buat oleh Jepang.
Kualitas gambar yang bagus dan alur cerita yang menarik membuat Jepang bisa
mendominasi komik-komik di dunia. Namun, para kartunis Indonesia sekarang
sudah bisa jeli dan bisa menuangkan ide-ide cerita dengan tema yang lebih
menarik. Dengan komik juga mereka bisa bercerita tentang kejadian-kejadian
yang sedang terjadi dan juga bisa membuat kritik-kritik yang lebih bisa diterima
dan mudah dimengerti dengan gambar seperti komik.
Kartun biasanya digunakan sebagi wadah dalam kritik sosial dalam
berbagai media cetak, kartun juga sebagai sebuah selingan bagi para pembaca
media cetak yang disajkan dalam sebuah rubrik dan artikel. Pembaca dibawa
kedalam situasi yang santai dan menghibur, walaupun pesan kritikan-kritikan,
namun disarankan tidak terlalu melecehkan atu mempermalukan karena tampilan
yang lucu.
3. Pengertian Komikus, Kartunis dan Karikaturis
Komikus
Komikus itu punya cerita dan karakter tokoh sendiri. Ciri khas dari
komikus bukan hanya dari gambar-gambar nya, tetapi juga dari cerita, genre
komik dan juga karakter tokoh komiknya. Ciri khas si komikus kadang-kadang
jadi bagian yang menyatu dengan cerita dan karakter tokoh komik yang dipunyai
oleh komikus itu sendiri. Komikus itu jadi identik dengan ciri khasnya
12
Lihat Marcel Bonneff, Komik Indonesia. Penterjemah Rahayu S. Hidayat (Jakarta :
masing. Bisanya ciri khas komikus itu tercermin pada karakter tokoh-tokoh komik
ciptaannya. Kartunis
Seorang yang kreatif, positif, dan inovatif, seorang kartunis sejati dapat
memahami karya seorang tanpa diajarai. Seseorang yang dekat dengan siapa saja
dan selalu memanfaatkan karyanya untuk orang lain. Karikaturis
Tentang karikatur sendiri, dalam Encyclopedie Internasional, karikatur
didefinisikan sebagai sebuah “satire” dalam bentuk gambar atau patung. Adapun
dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur didefiniskan sebagai penggambaran
seseorang, suatu tipe, atau suatu kegiatan dalam keadaan berdistorsi biasanya
suatu penyajian yang diam dan dibuat berlebih-lebihan dalam gambar-gambar
binatang, burung, sayaur-sayuran yang menggantikan bagian-bagian benda hidup
atau yang ada persamaannya dengan kegiatan binatang.13
Disini pun seorang karikaturis adalah mereka yang membuat seni gambar
karikatur itu sendiri dengan menggunakan salah satu bentuk metode karikatur.
Dalam karikatur pun ada beberapa sifat yang boleh digunakan oleh para
karikaturis masing-masing.
Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam :
karikatur orang pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Karikatur orang
pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan
13
mengekspos ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek
lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural.14
Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan menggambarkan
persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial.
Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita
dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik di atas
panggung dan mementaskan dengan lucu.
4. Kritik Sosial Dalam Kartun dan Karikatur
Kartun adalah sebuah gambar yang bersifat reprensentasi dan simbolik,
mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul dalam
publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah politik atau
masalah publik. Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi target,
misalnya dengan mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa olahraga,
atau mengenai kepribadian seseorang. Dengan kata lain, kartun merupakan
metafora visual hasil ekspresi dan interpretasi atas lingkungan sosial politik yang
tengah dihadapi oleh seniman pembuatnya (Nugroho, 1992:2).
Kritik kartun sebenarnya hanya usaha penyampaikan masalah aktual ke
permukaan, sehingga muncul dialog antara yang dikritik dan yang mengkritik,
serta dialog antara masyarakat itu sendiri, dengan harapan akan adanya
perubahan. Aspek pertentangan dalam tradisi penciptaan kartun sebenarnya
bukanlah lebih mementingkan naluri untuk mengkritik, melainkan lebih
menekankan fakta-fakta historis bahwa masyarakat telah memasuki bentuk
14
komunikasi politik yang modern, dan tidak lagi mempergunakan kekuatan atau
kekuasaan (Anderson, 1990:162)15.
Wahana kritik sosial seringkali dijumpai di berbagai media cetak, seperti
surat kabar, majalah, dan tabloid. Seperti layaknya fungsi media massa, kritik dan
kontrol sosial biasa dikemas dalam rubrik atau artikel berita. Media cetak
terutama surat kabar yang berfungsi memberikan informasi turut menggunakan
pendekatan humor dalam menyampaikan pesannya kepada pembaca. Bentuk
pesan yang disampaikan dengan pendekatan humor dalam
surat kabar diantaranya adalah karikatur.
Karikatur disajikan sebagai suatu bentuk kritik sosial yang memiliki kadar
humor, estetika serta pesan kritik yang tepat sasaran. GM Sudarta memberikan
arti kata karikatur sebagai deformasi berlebih atas wajah seseorang, biasanya
orang terkenal, dengan “mempercantiknya” melalui penggambaran ciri khas
lahiriahnya untuk tujuan mengejek. (Sobur, 2003:138). Sedangkan menurut T.
Susanto (1996:39), gambar kartun atau karikatur merupakan alat yang paling
mudah dan cocok untuk menggambarkan suatu realitas yang terjadi dalam
masyarakat. Maka tidaklah heran apabila dalam media cetak dapat kita jumpai
karikatur dengan halaman khusus untuk mengutarakan suatu opini. Pesan yang
disampaikan dalam karikatur mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai
permasalahan, baik itu yang tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini, dapat
kita ketahui bahwa karikatur dan kartun dapat dikatakan sebagai sarana kritik
sosial. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi
(melulu) tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana.
15
Dibandingkan media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat
untuk menanamkan pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang
mudah dipahami dan merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal.
Pembuatan suatu “gambar komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu
pesan. Ada beberapa bentuk “gambar komunikasi “, antara lain: ilustrasi, logo,
dan karikatur. Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang
digambar secara sederhana dan menyalahi anatomi. Walaupun sesungguhnya
untuk mencapai kesederhanaan tersebut perlu mempelajari secara tekun dan jeli,
sekaligus dituntut memiliki wawasan humoristik yang cukup.
Ini berarti bahwa untuk menggoreskan kartun yang sederhana ternyata
tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Belum lagi masalah bagaimana
“mengisi” karya tersebut agar mempunyai pesan atau misi yang mantap. Ibarat
masakan, diolah dengan bumbu yang pas dan disuguhkan dalam warna yang
menarik dan mengundang selera. Jika karya kartun yang nampak sederhana
tersebut diberi “isi”, ia akan menjelma menjadi apa yang disebut sebagai
karikatur. Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah yang diberi muatan
lebih” yang berkesan distortif ataupun deformatif. Namun secara visual masih
dapat dikenali obyeknya. Karya karikatur yang biasa kita lihat di surat kabar,
menggambarkan pula wajah-wajah tokoh tertentu yang dikenal, yang dilakonkan
keterlibatannya dalam suatu peristiwa atau masalah. Karikatur atau wajah
deformatif yang tergambar di dalamnya hanyalah elemen yang dimaksud untuk
B. Teori Technology Determinism16
Kehadiran teknologi selalu memberikan pengaruh sangat besar dalam
kehidupan manusia. Manusia menggunakan teknologi dan dikelilingi teknologi
selama hidupnya. Pada pagi hari banyak orang yang langsung menghidupkan
televisi, menyalakan handphone atau komputer untuk memeriksa email atau
melihat pesan di facebook. Manusia menggunakan teknologi ketika bekerja
sepanjang hari dan bahkan menjelang tidur. Sadar atau tidak sadar, menjadi
tergantung kepada teknologi.
Pengaruh teknologi dalam kehidupan manusia menjadi menarik karena
manusia menjadi mudah terpengaruh akan teknologi, khususnya teknologi
komunikasi, seperti jam, tlisan (fiksi), politik, drama (theater), dan sejarah untuk
menunjukan bahwa teknologi membentuk perasaan, pikiran dan tindakan
manusia. Manusia memiliki hubungan simbolik dengan teknologi. Manusia
menciptakan teknologi dan teknologi pada gilirannya menciptakan kembali siapa
diri mereka.
Teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena
masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat
terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi, dan
media berperan menciptakan dan mengelola budaya.
Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya di Elmira, di New York menemukan
bahwa pengaruh media dipengeruhi oleh komunikasi intrapersonal. Pengaruh ini
selanjutnya dikenal sebagai hipotesis arus dua langkah sangat mengejutkan dan
dan memiliki pengaruh yang besar pada pemahaman kita tentang peran media
16
Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat.
massa17. Penelitian Lazarsfeld merupakan awal penelitian pada bagaimana
informasi dan pengaruh disebarkan di masyarakat. Lazarsfeld menyatakan bahwa
informasi mengalir dari media massa ke pemimpin-pemimpin opini tertentu dalam
komunitas yang memberikan informasinya dengan berbicara pada
rekan-rekannya. Ia menemukan bahwa para pemilih lebih dipengaruhi oleh teman-teman
mereka selama masa kampanye ketimbang oleh media. Penelitian telah
menunjukkan bahwa jumlah pokok penghubung antara media dan penerima akhir
dapat berubah-ubah.
Dalam penggunaan sebuah inovasi, misalnya individu-individu tertentu
akan mendengar kabar tertentu akan mendengar kabar tersebut secara langsung
dari sumber-sumber media, sedangkan orang lain akan teringgal beberapa
langkah. Penyebaran sebuah inovasi terjadi ketika adopsi sebuah gagasan, praktik,
atau objek menyebar melalui komunikasi dalam sebuah sistem sosial.
Ketika inovasi-inovasi, seperti telepon seluler, jalur DSL, terapi HIV yang
baru, atau belanja melalui dunia maya diperkenalkan, butuh sedikit waktu untuk
menyebar. Beberapa inovasi bahkan tidak pernah menyebar, tetapi yang lain
menyebar dengan cepat. Manusia meningkatkan kesadarannya akan ketika mereka
membicarakannya. Mereka membagi opini, membahas pengalaman mereka
dengan inovasi tersebut, kadang-kadang mengajurkan penggunaannya, dan
kadang menolaknya.
Tingkat penggunaan ditentukan oleh persepsi manfaat relatif dari inovasi
tersebut dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai dan pengalaman yang ada.
Kerumitan informasi menjadi masalah dan pengguna yang potensial akan lebih
17
W. Littlejhon,Stephen dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human
siap dalam menerima sebuah inovasi yang dapat mereka coba, tanpa membuat
komitmen yang besar. Mereka juga mungkin ingin mengamati penggunaan oleh
orang lain sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya. Selalu ada
individu yang akan menggunakan sebuah inovasi lebih awal, sebelum sebagian
besar orang berpikir untuk melakukannya. Pada pengguna awal ini akan mengatur
tahapan dan mereka biasanya memiliki pengaruh atas orang lain. Semakin banyak
orang yang menggunakan, terjadi penggunaan besar-besaran yang memberikan
kenaikan yang cepat dalam penggunaan secara umum. Beberapa orang mungkin
lebih lambat dalam menggunakan inovasi dan harus melihat inovasinya dulu
sebelum mereka memutuskan untuk menggunakannya.
Hubungan antara teknologi, media dan masyarakat ini dengan sebutan
Technological Determinism, yaitu paham bahwa teknologi bersifat deteminan
(menentukan) dalam bentuk kehidupan manusia. Salah satu penemu teori ini
adalah Marshall McLuhan.
1. Teori Marshall McLuhan
Pemikiran McLuhan sering juga dinamakan teori mengenai ekologi media
(media ecology), yang didefinisikan sebagai : the study of media environments,
the idea that technology and techniques, modes of information and codes of
communication play a leading role in human affairs (studi mengenai lingkungan
media, gagasan bahwa teknologi dan teknik, mode informasi dan kode
komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia).18 Istilah
technological determinsm menunjukan pemikiran McLuhan bahwa teknologi
berpengaruh sangat besar dalam masyarakat atau dengan kata lain, kehidupan
18
Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat.
manusia ditentukan oleh teknologi. Menurut McLuhan, teknologi komunikasi
menjadi penyebab utama perubahan budaya. Menurutnya, setiap penemuan
teknologi baru dapat mempengaruhi institusi budaya masyarakat.
McLuhan memandang penemuan teknologi sebagai hal yang sangat vital
karena menjadi kepanjangan atau ekstensi dari kekuatan dari pengetahuan
(kongnitif) dan persepsi pikiran manusia. Pemikiran McLuhan melibatkan
sejumlah disiplin ilmu dan menggunakan berbagai jenis teknologi, ia melihat
adanya persimpangan (intersection) antara hubungan manusia dengan teknologi
serta bagaimana teknologi tersebut mempengaruhi persepsi dan pengertian
manusia terhadap banyak hal.
Teori ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun
1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man.
Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara
berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi
membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan
teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad
teknologi ke abad teknologi yang lain.
Marshall McLuhan, seorang dosen dari University of Toronto, pernah
mengatakan bahwa the medium is the mass-age. Media adalah era massa.
Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah
peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama, pada era media elektronik
seperti sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara
berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada
kehadiran media massa tadi. McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia ke
dalam empat periode:
a tribal age (era suku atau purba),
The Tribal Age. Menurut McLuhan, pada era purba atau era suku zaman
dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi.
Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng
tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing is
believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak diandalkan dalam
komunikasi. Dalam komunikasi lisan, setiapindividu dan kelompok harus
menyimpan informasi yang diperolehnya dalam ingatan dan menyebarkannya
kepada orang lain melalui percakapan. Ingatan kelompok berfungsi sebagai
penjaga pengetahuan masyarakat19. Era primitif ini kemudian tergusur dengan
ditemukannya alfabet atau huruf.
age of Literacy (era literal/huruf),
The Age of Literacy. Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka
cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian
menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia
berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan. Tulisan
telah menyebabkan orang menjadi terlepas dari lingkungan kesukuan yang
bersifat kolektif dan memasuki lingkungan yang bersifat privat. Tulisan
memungkinkan individu meninggalkan lingkunagn kolektif tanpa harus terputus
dari arus informasi. Munculnya era abjad membuat pengetahuan tidak lagi
19
Morissan, M.A dkk. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat.
menjadi monopoli orang-orang tertentu saja (eksklusif) karena pengetahuan juga
dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Jika pada masa kesukuan, komunikasi dilakuakan hanya dengan cara lisan,
maka para era tulisan, komunikasi dilakukan secara tertulis. Pada era ini, orang
mulai mampu mendapatkan informasi tanpa bantuan anggota kelompok lainnya
karenanya, masyarakat mulai cenderung bersifat individualistik, dan
mempengaruhi kekuakatan ikatan masyarakat suku. Menurut McLuhan,
penemuan abjad menjadi jalan bagi munculnya matematika dan filsafat pada era
Yunani kuno. Selain itu, pergolakan politik di beberapa Negara terjajah pada era
kolonial dikarenakan mereka yang tertindas belajar membaca, maka mereka
menjadi pemikir yang bebas20.
a print age (era cetak),
The Print Age. Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet
semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak
tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak,
menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi. Teknologi cetak
memungkinkan orang untuk menyimpan informasi secara lebih permanen, tidak
mengandalakan pada ingatan saja sebagaimana pada era tulisan. Akibat utama dari
era cetak adalah munculnya masyarakat yang semakin terkotak-kotak atau
terfregmentasi.
Hasil cetakan berupa buku atau bentuk tulisan lainnya bersifat mudah
dipindahkan, dapat dibawa-bawa dan dapat dibaca dimana saja secara lebih privat.
20
Hal ini membuat orang menjadi terisolasi dari lingkungan komunitasnya dan
mendorong munculnya individualisme.
electronic age (era elektronik).
The Electronic Age. Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam
alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR, fax,
komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang
disebut sebagai “global village”. Media massa pada era ini mampu membawa
manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di
mana saja, seketika itu juga.
Menurutnya, transisi antar periode tadi tidaklah bersifat bersifat gradual
atau evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.
Inti dari teori McLuhan adalah determinisme teklologi. Maksudnya adalah
penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang
mengubah kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah
ditentukan oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia
ditentukan oleh perubahan mode komunikasi. McLuhan berpikir bahwa budaya
kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa
tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi
menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis
komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, sebagaimana yang
dikatakan McLuhan bahwa “Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan
akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya
Media tak lain adalah alat untuk memperkuat, memperkeras dan
memperluas fungsi dan perasaan manusia. Dengan kata lain, masing-masing
penemuan media baru yang kita betul-betul dipertimbangkan untuk memperluas
beberapa kemampuan dan kecakapan manusia. Misalnya, ambil sebuah buku.
Dengan buku itu seseorang bisa memperluas cakrawala, pengetahuan, termasuk
kecakapan dan kemampuannya. Seperti yang sering dikatakan oleh masyarakat
umum, dengan buku, kita akan bisa “melihat dunia”. Pertama-tama adalah era
kesukuan. Era ini kemudian diikuti oleh era tulisan, kemudian era mesin cetak dan
terakhir adalah era media elektronik dimana kita berada sekarang. Bagi
masyarakat primitif di era kesukuan, pendengaran adalah hal yang paling penting.
Peran otak menjadi sangat penting sebagai wilayah yang mengontrol
pendengaran. Dengan pengenalan huruf lambat laun masyarakat berubah ke era
tulisan. Era ini mendudukkan kekuatan penglihatan sepenting pendengaran.
Dengan memasuki era tulisan terjadi perubahan yang penting dan perasaan serta
pikiran manusia semakin diperluas. McLuhan menyebutkan bahwa perubahan
dengan penggunaan tulisan sebagai alat berkomunikasi menjadi pendorong
munculnya ilmu matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang lain
McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau
perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya
memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi
juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita
dalam menafsirkan tentang kehidupan kita. Dari teori ini kita dapat mengetahui
bahwa sebenarnya manusia itu sangat terantung oleh teknologi sehingga manusia
Kenyataan ini memang merupakan realitas yang terjadi selama ini seluruh
aktivitas tidak luput dari sentuhan teknologi.
Contoh, komputer saat ini sangat penting bagi manusia karena hampir
semua orang manggunakan komputer untuk memudahkan menyelesaikan sesuatu.
Media ini juga mengantarkan kepada teknologi yang canggih lagi yaitu internet,
dimana internet memudahkan manusia untuk mencari informasi dari belahan
dunia manapun. Teknologi takkan lepas oleh aktivitas manusia.
Teori ini memvonis bahwa manusia tidak akan lepas dari teknologi. Jadi,
seakan-akan manusia tidak memiliki kuasa terhadap teknologi. Yang akan
menjadi pertanyaan bagaimana dengan manusia yang menciptakan teknologi
tersebut, apakah hanya ada satu manusia yang dapat menguasai teknologi
sehingga dapa menguasai manusia lainnya. Era elektronik memungkinkan
berbagai komunitas berbeda di dunia saling terhubung atau dapat berhubungan
satu dengan lainnya. Kehidupan teknologi elektronik telah menghilangkan sekat
atau dinding pemisah antaera manusia. McLuhan menggambarkan teknologi
elekronik sebagai berikut.
Telepon : berbicara tanpa dinding
Fotografi : museum tanpa dinding
Cahaya : ruang tanpa dinding
Film, radio dan TV : ruang kelas tanpa dinding
Phonograph (alat pemutar lagu) : gedung pertunjukan musik tanpa dinding
Era elekronik memberikan peluang unik untuk mengevaluasi kembali bagaimana
media mempengaruhi masyarakat yang mereka yang layani. Era ini
C. Teknologi Mempengaruhi Budaya
Dari berbagai literatur kita dapat menyimpulkan kebudayaan adalah gaya
hidup ataupun cara hidup yang dimiliki sekelompok orang atau masyarakat yang
diwariskan dan ditindaklanjuti dari generasi ke generasi. Sedangkan teknologi
merupakan ilmu pengetahuan terapan untuk menciptakan suatu hal yang baru
sehingga dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan
dan kenyamanan hidup manusia. Keduanya memang tidak bisa dipisahkan.
Adanya kebudayaan yang dimiliki sekelompok orang dapat menciptakan
teknologi baru, begitu juga sebaliknya adanya teknologi baru dapat menciptakan
kebudayaan yang baru pada masyarakat.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kebudayaan menyebabkan
teknologi ikut berkembang dari masa ke masa, namun pada dasarnya kebudayaan
terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya. Pada prinsipnya setiap
perkembangan dan kemajuan dalam segi apapun baik adanya, setiap manusia
menginginkan perubahan pun demikian dalam konteks kehidupan bermasyarakat.
Dari sekian banyak bidang ada dan berpacu untuk kemajuan salah satunya adalah
bidang teknologi, yang menghadirkan perubahan dan kemajuan untuk selanjutnya
digunakan oleh manusia. Beragam teknologi yang diciptakan memungkinkan
manusia untuk bebas memilih apa yang diinginkan. Perkembangan teknologi saat
ini juga membawa pengaruh yang kurang baik atau negatif dalam kehidupan
manusia. Kehadiran tekologi yang sedemikian canggih membuat masyarakat
umum mempunyai begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang
Teknologi diciptakan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuan
manusia itu sendiri, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya justru teknologi
tersebut disalah gunakan. Misalnya lewat teknologi internet atau dunia maya
orang akan semakin mudah mengakses situs – situs porno yang justru itu datang
dari kaum muda, hal ini tentu membuat pergeseran norma asusila dalam hidup
kaum muda tersebut, lalu ada kasus penculikan dan perkosaan yang dilakukan
oleh pelajar beberapa waktu lalu yang justru dilakukan setelah pada mulanya
berkenalan lewat media teknologi jejaring sosial online facebook. Ini menjadi satu
contoh dari sekian banyak contoh yang ada dalam kehidupan sehari hari
masyarakat yang justru merupakan efek dari perkembangan teknologi modern.
Dan masih banyak lagi contoh betapa perkembangan teknologi yang begitu
canggih justru disalah gunakan mengakibatkan bergesernya nilai – nilai budaya
umat manusia itu sendiri.
Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat
yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli
(Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hakikatnya
adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk
diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak melampaui batas-batas
kebangsaan dan kenegaraan.
Sebagai sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi,
dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi
makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini
tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang
semakin canggih khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Kecepatan arus
informasi yang dengan cepat membanjiri kita seolah-olah tidak memberikan
kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter mental dan sikap kritis.
Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus
informasi dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Pengaruh
globalisasi dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi meliputi dua
sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat
dirasakan dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi adalah peningkatan
kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi dalam
berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai
contoh manifestasi teknologi informasi dan komunikasi yang mudah dilihat di
sekitar kita adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat, karena
kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan
dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa
dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dan masih banyak
lagi.
Sedangkan pengaruh negatif yang bisa muncul karena adanya teknologi
informasi dan komunikasi, misalnya dari globalisasi aspek ekonomi, terbukanya
pasar bebas memungkinkan produk luar negeri masuk dengan mudahnya. Dengan
banyaknya produk luar negeri dan ditambahnya harga yang relatif lebih murah
Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
Pada hakikatnya teknologi diciptakan, sejak dulu hingga sekarang
ditujukan untuk membantu dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek
kehidupan, baik pada saat manusia bekerja dan berkomunikasi.
Setinggi apapun kemajuan teknologi yang ditawarkan, akan tetapi jika
salah menggunakannya, tentu akan menjadi salah jalan. Justru teknologi tersebut
akan menyesatkan hidup sehingga nilai – nilai budaya hidup tidak lagi sesuai
dengan yang di harapkan, akhirnya ada yang harus dikorbankan dari kejadian
tersebut. Semuanya kembali kepada manusia sebagai makluk sosial, apakah
teknologi yang sedemikian canggih ini dapat di maksimalkan penggunaannya atau
justru perkembangan teknologi yang menyeret pada hancurnya kebudayaan
D. Kritik Sosial
Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang
bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalannya suatu sistem sosial atau
proses bermasyarakat. Menurut Marbun, kritik sosial merupakan frase yang terdiri
dari dua kata yaitu kritik dan sosial. Adapun yang dimaksud dengan kritik adalah
suatu tanggapan atau kecaman yang kadang-kadang disertai dengan uraian dan
pertimbangan baik maupun burukya suatu hasil karya, pendapat, dsb (1996:359).
Sementara di sisi lain, Webster menjelaskan bahwa kata kritik berasal dari bahasa
Latin criticus atau bahasa Yunani kritikos yang berarti a judge atau dari kata
kinnea yang berarti to judge (1983:432).
Sementara itu sosial memiliki pengertian having to do with human beings
(Webster, 1983:1723). Berdasarkan definisi dari dua kata tersebut, Astrid Susanto
seperti yang dikutip oleh Mafud (1997:47) mengambil suatu kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan kritik sosial adalah suatu aktifitas yang berhubungan
dengan penilaian (juggling), perbandingan (comparing), dan pengungkapan
(revealing) mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan
nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai-nilai-nilai yang dijadikan pedoman. Kritik sosial juga
dapat diartikan dengan penilaian atau pengjian keadaaan masyarakat pada suatu
saat (Mahfud, 1957:5). Dengan kata lain dapat dikatakan, kritik sosial sebagai
tindakan adalah membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat
perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu
masyarakat. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun termasuk
sastrawan dan kritik sosial merupakan suatu variable penting dalam memelihara
sistem sosial yang ada.
Kritik lebih berkonotasi negatif. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) (1989:466) disebutkan arti kritik sebagai kecaman atau tanggapan,
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baikburuk suatu hasil karya.
Kritik, dalam tradisi pers sering dilontarkan terhadap masalah sosial. Istilah sosial
dalam KBBI (1989:855) disebutkan dalam dua pengertian, yaitu :
1) berkenaan dengan masyarakat
2) suka memperhatikan kepentingan umum.
Dengan demikian, tidak heran apabila kritik sosial pers sering dianggap
sebagai ancaman atau perlawanan pers terhadap berbagai pihak. Kritik secara
praksis bahkan mengalahkan uraian atau pertimbangan baik-buruk. Orang yang
Susetiawan (1997:27) menyebutkan bahwa kritik sosial atau konflik tidak perlu
dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi tetapi dapat
memberi kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Dalam hal ini s