• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN TERAPI

BAGI PASIEN SKIZOFRENIA

DI MADANI MENTAL HEALTH CARE

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Disusun Oleh :

Nurkholisoh

104052001991

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PELAKSANAAN TERAPI

BAGI PASIEN SKIZOFRENIA

DI MADANI MENTAL HEALTH CARE

JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh : Nurkholisoh NIM: 104052001991

Dibawah Bimbingan :

Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150244766

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, 27 Nopember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I) pada program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 27 Nopember 2008

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Study Rizal, L.K., M.A g Nasichah, MA

Nip. 150 262 876 Nip. 150 276 298

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag

Nip. 150 202 342 Nip. 150 268 782

Pembimbing,

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini, yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care

Jakarta Timur adalah hasil karya sendiri, bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain.

Apabila di kemudian hari di temukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia menerima sanksi apapun di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta, sesuai dengan aturan yang berlaku.

Jakarta, 27 Nopember 2008

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Nopember 2008

Nurkholisoh

(6)

ABSTRAKSI

NURKHOLISOH

Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care JakartaTimur

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikosa yang ditandai dengan berbagai macam gejala seperti hilangnya kontak dengan realitas, penyimpangan kepercayaan atau delusi, adanya halusinasi, berkurangnya motivasi dan emosi yang tumpul.

Gambaran perilaku skizofrenia sangat beragam, mulai dari yang tampak dengan mata sampai yang tersamarkan. Adapun perilaku skizofrenia yang tampak dengan mata seperti berbicara kacau, gelisah, agresif, bicara dengan semangat, dan gembira berlebihan.

Sedangkan perilaku skizofrenia yang tersamarkan atau sulit diidentifikasikan secara jelas seperti kontak emosional yang amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam, dan suka melamun, tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.

Ketika seseorang menderita skizofrenia, dirinya sangat membutuhkan bantuan baik itu dalam bentuk dukungan maupun tempat yang dapat memberikan kesembuhan dari penyakitnya. Salah satu tempat yang dapat memberikan bantuan bagi klien skizofrenia adalah Madani Mental Health Care yang terletak Jl. Panca Warga III Cipinang Besar Jakarta Timur. Adapun jenis bantuan yang diberikan dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang Hawari melalui pendekatan BPSS (Bio-Psiko-Sosio-Spiritual).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Terapi Bagi Klien Skizofrenia Tipe Paranoid dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun sampel dalam hal ini 1 orang pimpinan yayasan, 1 orang terapis dan 4 orang klien skizofrenia, sebagai data primer dalam penelitian ini adalah seorang terapis dan data sekunder diperoleh dari klien atau informan lain dan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdullillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berkat taufik, hidayah, dan inayah-Nya, skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

Teriring salam dan do’a tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas keterlibatan semua pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi memberikan bantuan dan kerja samanya pada proses penyusunan skripsi ini, ucapan ini ditujukan kepada :

1. Dr. H. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Pembantu Dekan I.

3. Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II. 4. Drs. Study Rizal, L.K., M. Ag, selaku Pembantu Dekan III.

5. Drs. M. Luthfi, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

6. Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

7. Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan juga motivator penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

ilmu yang mereka ajarkan, penulis dapat menyelesaikan studi S1 di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam.

9. Segenap pegawai perpustakaan yang telah membantu penulis atas tersusunnya skripsi ini. Terutama untuk Mas Kardi yang telah membantu penulis dalam pencarian referensi. Terima kasih Mas, semoga Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa dalam rahmat dan

kasih-sayangNya, Amin.

10.Keluarga besar almarhum H. A. Aseni yang telah membantu penulis baik berupa materi maupun immateri. Terutama teruntuk ayahanda almarhum H. A. Aseni dan Ibunda Hj. Musyidah yang telah memberikan nasehat-nasehat dan do’a yang tak pernah putus kepada penulis. I Love You Dad and Mam, You are my hero and inspirations in my life.

11.Keluarga besar Madani Mental Health Care Jakarta Timur, khususnya kepada ustad Darmawan, S. Ag selaku Pimpinan Yayasan Madani Mental Health Care, ustad Jami HW, S. Sos. I selaku Kabid Internal Yayasan Madani Mental Health Care, ustad Fuad Salim, Lc selaku Terapis Islam, dan seluruh klien Madani Mental Health Care yang telah membantu memberikan data-data terkait pada penyusunan skripsi ini.

(9)

persidangan, tak lupa juga teruntuk Tini Aulawiyah Komba, S. Sos. I dan Lulu Fajriah, S. Sos. I yang bersedia memberikan dukungan moril dan

support kepada penulis. You are my best friends.

13.Keluarga besar Ikhya yang telah membantu penulis atas penyusunan skripsi ini. Terutama teruntuk Muhammad Abdullah, S. H. I yang telah rela mengorbankan waktu, tenaga, saran dan do’a yang tak pernah henti kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Semoga Allah membalas kebaikan kalian dan senantiasa dalam

lindungan-Nya, Amin.

14.Para siswa/I Madrasah Diniyah Nurul Falah yang telah mendo’akan penulis, agar penulis diberikan kelancaran dan kemudahan. Thanks my students, Allah SWT bless you.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

Thanks for all and I always remember you are.

Semoga segala apa yang telah kalian berikan kepada penulis atas tersusunnya skripsi ini, mendapatkan berkah, rahmat, dan balasan dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, 27 Nopember 2008

(10)

DAFTAR ISI

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………....6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...……….……….6

D. Metodologi Penelitian ………...7

3. Fungsi dan Tujuan Terapi ………...20

B. Skizofrenia 1. Pengertian Skizofrenia ………..21

2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia ………...24

3. Sebab-sebab Terjadinya Skizofrenia ……….30

4. Tipe-tipe Kepribadian Skizofrenia ………....32

BAB III PROFIL MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR A. Gambaran Umum Madani Mental Health Care Jakarta Timur ………...………...37

B. Tenaga Konselor dan Struktur Organisasi Madani Mental Health Care Jakarta Timur ………..40

C. Skema Penerimaan dan Pembinaan Program Pembinaan Madani Mental Health Care Jakarta Timur ……….……….43

(11)

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TERAPI BAGI PASIEN SKIZOFRENIA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR

A. Deskripsi Subyek (Informan) ………..45

B. Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia ………..54

C. Analisis Pelaksanaan Terapi Terhadap Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur …………...….56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….72

B. Saran ………...73

DAFTAR PUSTAKA ……….……….74

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Bentuk-bentuk Program Pembinaan Skizofrenia

Madani Mental Health Care ……….…………...39

2. Metode dan Teknik Pengajaran Bentuk-bentuk Program Pembinaan Madani Mental Health Care .………...40

3. Jumlah Tenaga Kerja Madani Mental Health Care ………....40

4. Tenaga Konselor Yang Masih Aktif ………...41

5. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care ………...….44

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care ………42 2. Skema Penerimaan dan Pembinaan Madani Mental Health Care …………...43

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya dalam kehidupan manusia selalu mendambakan sebuah kebahagiaan baik secara lahiriah maupun batiniah. Untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut banyak jalan dan cara yang dilakukan manusia, terlebih dalam kehidupan modern seperti sekarang ini.

Perkembangan peradaban manusia yang semakin pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang sangat kompleks bagi kehidupan manusia.

Kenyataan yang sangat jelas dalam dunia masyarakat modern yang maju maupun berkembang, di dalamnya terdapat kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan manusia dalam menjalani kehidupan.

Menurut Deliar Noer, masyarakat modern adalah masyarakat yang bersifat rasional, objektif, terbuka, menghargai waktu, dan berpikir untuk masa depan yang lebih jauh. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki aspek ganda. Di satu sisi manusia mendapatkan kemudahan dan kebahagiaan, akan tetapi di sisi lain manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan baru.1

Contohnya; apa yang dahulu belum dikenal manusia, kini sudah tidak asing lagi baginya. Bahaya kelaparan dan penyakit menular yang dahulu ditakuti, sekarang telah dapat dihindari. Waktu kini menjadi singkat dan jarak pun menjadi

1

(15)

dekat. Kemajuan industri dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan kehidupan, memberi kesenangan, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk dipenuhinya.

Manusia diciptakan Allah dari dua unsur; jiwa yang bersifat ghaib, dan raga yang bersifat nyata. Keduanya saling berhubungan dan memiliki ketergantungan satu dengan lainnya.

Apabila salah satu dari unsur tersebut mengalami gangguan, maka unsur lainnya pun demikian, sehingga tidak terjadi keseimbangan. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan.

Seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan Skizofrenia secara fisik akan mengalami penurunan daya tahan tubuh (kekebalan, anti body) yang mengakibatkan tubuh mudah terserang berbagai macam penyakit yang gejala awalnya dapat berupa sakit kepala, maag, insomnia (sulit tidur), dan lain sebagainya.

Apabila kekebalan tubuh terus-menurun dapat berakibat masuknya penyakit-penyakit kronis dan bahkan dapat menyebabkan kematian (stroke, kanker, gagal ginjal, jantung, dan lain-lain). Begitu pun sebaliknya, bagi orang yang mengidap suatu penyakit kronis, maka secara psikologis pudarlah gairah hidupnya.2

2

(16)

Skizofrenia merupakan sejenis gangguan terhadap fungsi otak. Dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor. Diantaranya perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor genetis. 3

Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala positif Skizofrenia meliputi halusinasi, delusi, gangguan berpikir.4 Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan, merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya, pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya, dan menyimpan rasa dendam.5

Selain gejala-gejala positif, terdapat juga gejala-gejala negatifSkizofrenia seperti kurangnya motivasi atau apatis yang merupakan keadaan mental dimana berkurangnya semangat atau keinginan untuk hidup, yang sering disertai dengan kemalasan, tumpulnya indera atau perasaan merujuk pada kekosongan emosi, Penarikan diri dari dunia sosial.6

Sulit untuk berpikir, kontak emosional amat “miskin”, sulit diajak bicara, pendiam, dan suka melamun. Dan Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan

3

Jimmi Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : CV. Qalam, 2005), h. 1-2.

4

Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-6.

5

Dadang Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 594-595.

6

(17)

tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.7

Banyak penyakit yang merupakan interkoneksi antara penyakit fisik dan psikis. Oleh karena itu, kurang tepat jika orang melihat penyait fisik adalah mutlak urusan fisik, sementara psikis mutlak urusan psikis.

Ketika penyakit jasmani disembuhkan, yang tampak adalah perilaku-perilaku dan mental hidup yang sehat padahal sejauh ingin mencari kesembuhan total (fisik dan psikis), sejauh itu pula harus menemukan esensi kemanusiaannya secara total.

Bagi mereka yang telah dilanda Skizofrenia tentu ada upaya penyembuhan yang dilakukan guna menjalani kehidupan yang normal kembali dan beraktifitas sebagaimana biasanya, yakni dengan terapi. Terapi adalah usaha untuk penyembuhan penyakit atau usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit.8

Pada saat ini banyak tempat-tempat yang menawarkan pengobatan atau pemulihan, baik itu untuk penyakit-penyakit mental maupun penyakit fisik, mereka mempunyai metode-metode tertentu yang merupakan keunggulan masing-masing tempat dalam menangani pasien atau kliennya.

Madani Mental Health Care merupakan salah satu tempat rehabilitasi yang berorientasi dan menitikberatkan pada penyalahgunaan Naza dan Skizofrenia. Dalam pemberian bantuannya menggunakan pembinaan berbasis masyarakat

7

Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 595-596.

8

(18)

(community base) dengan pendekatan holistik Bio – Psiko – Sosio – Spiritual (BPSS).

Adapun terapi yang diterapkan di Madani Mental Health Care adalah dengan menggunakan terapi medik-psikiatrik, terapi psikososial, terapi psikoreligius, dan terapi pilihan.

Terapi ini dilakukan secara direktif baik personal maupun kelompok. Adapun terapi medik-psikiatrik yang dilakukan bekerjasama dengan R.S. Thamrin rujukan Prof. Dadang Hawari dengan melakukan detoksifikasi dan psikofarmaka, terapi psikososial dengan memberikan dorongan atau motivasi, membangun rasa percaya diri, komunikasi dengan teman, keluarga, dan masyarakat, terapi psikoreligius dengan melakukan pembinaan keagamaan dan mempolakan hidup yang agamis meliputi mengaji dan mengkaji al-Qur’an, relaksasi, simulasi, pengamalan nilai-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, dan peringatan hari-hari besar Islam.

Tujuan terapi yang diterapkan di Madani Mental Health Care adalah untuk memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau mental, spiritual dan moral serta menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber daya insani.

(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Melihat banyak dan luasnya terapi skizofrenia ini, untuk lebih jelas dalam melakukan penelitian, maka peneliti memberi batasan masalah pada Pelaksanaan Terapi Bagi Empat Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid Dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan guna memperjelas pokok permasalahan tersebut peneliti merumuskan masalah pada Bagaimana Pelaksanaan Terapi Bagi Empat Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid Dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Terapi Bagi Empat Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid Dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

(20)

2) Penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai upaya penanganan skizofrenia yang semakin meningkat.

3) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat luas dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang skizofrenia lebih dalam.

b. Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu Madani Mental Health Care Jakarta Timur dalam mengembangkan dan melaksanakan program-programnya khususnya yang berkaitan dengan kegiatan terapi.

2) Penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman bagi lembaga-lembaga lain yang mengkaji Skizofrenia.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, dan diambil kesimpulan.9

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Mardalis : Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan

9

(21)

kata lain penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.10

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutif Lexy J. Maleong yaitu “Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.11

Kemudian bersumber dari data yang penulis peroleh di lapangan, baik melalui wawancara pribadi dengan pihak pimpinan, terapis sampai pasien skizofrenia, maka penulis akan menggunakan kualitatif yaitu membahas serta menganalisa yang kemudian menyimpulkan sebagai kesimpulan final apabila sudah memenuhi pertimbangannya.

2. Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rehabilitasi Naza dan Penderita Skizofrenia Madani Mental Health Care, yang beralamat di Jln. Panca Warga III No. 34 Rt 003/004 Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur. Adapun alasan menetapkan tempat ini sebagai sasaran penelitian ialah :

a. Yayasan Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan salah satu yayasan yang berorientasi dan menitikberatkan pada permasalahan Naza dan Skizofrenia.

(22)

b. Dari hasil survei yang peneliti lakukan Yayasan Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan yayasan yang cukup proaktif dan hingga saat ini melakukan pendampingan terhadap penderita Skizofrenia.

c. Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain namun dilihat dari informan penelitian yang penulis ambil belum pernah diteliti oleh peneliti lain, khususnya dalam hal pelaksanaan terapi yang diberikan oleh Pihak Yayasan Terhadap Pasien Skizofrenia.

d. Lokasi yang mudah dijangkau, dan strategis, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menghimpun data dan informasi yang dibutuhkan.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah terapis, pasien dan pengurus Madani Mental Health Care Jakarrta Timur.

(23)

berkembang dalam penelitian, dan (3) tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan pada keterwakilan konteks.12

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini menggunakan sampel bola salju atau berantai (snowball/chain sampling) yakni sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya.13 Adapun sampel dalam hal ini 1 pimpinan, 1 terapis dan 4 orang pasien skizofrenia.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi. Adapun hal yang diobservasikan dalam penelitian ini adalah pada pelaksanaan terapi yang dilakukan pasien skizofrenia di Madani Mental Health Care Jakarta Timur dengan lamanya penelitian selama 6 bulan terhitung sejak bulan Mei hingga Nopember 2008. b. Wawancara. Teknik pengumpulan data ini dengan cara mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada Pimpinan Yayasan yakni Darmawan, S. Ag, Terapis yakni Fuad Salim, Lc dan empat pasien skizofrenia yakni PW (48 th), BR (21), DB (25 th), AF (25 th) yang terlibat langsung pada pelaksanaan terapi terhadap pasien skizofrenia di Madani Mental Health Care Jakarta Timur.

c. Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati dan oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan dibuat secara deskriptif dan lengkap serta menyertakan informasi-informasi dasar, seperti tempat

12

E. Kristi Poerwandari Pengantar Fuad Hassan, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3 UI, 1998), cet. Ke-1, h.53.

13

(24)

dilakukannya observasi, siapa yang hadir, interaksi sosial yang terjadi dan segala aktifitas yang berlangsung pada saat dilaksanakan observasi.

d. Studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, brosur, artikel, dan internet) yang terdapat di Madani Mental Health Care Jakarta Timur atau perpustakaan lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini.

5. Sumber Data

a. Data primer yakni data yang berasal langsung dari sumbernya yaitu terapis.

b. Data sekunder yakni data tidak langsung yaitu informan penelitian dan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

6. Analisa Data

Analisa data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep.14

Setelah data terkumpul, maka langkah-langkah selanjutnya adalah analisa data yang diperoleh melalui metode dan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam

14

Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,

(25)

hal ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yaitu penulis menganalisa dan mendeskripsikan dalam bentuk pemaparan dengan memberikan penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan secara logis.

7. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pedoman penulisan penelitian, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA UIN, tahun 2007, cet. Ke-1.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah mengadakan survei ke perpustakaan di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dan lembaga Madani Mental Health Care Jakarta Timur maka penulis menemukan skripsi dan penelitian yang membahas tentang :

1. Pelaksanaan Terapi Islam Terhadap Pasien Depresi Di Bengkel Rohani Ciputat. Yunani. Nim 101052022671. Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 1427H./2005M. Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa terapi Islam terhadap pasien depresi di Bengkel Rohani meliputi bekam, dan ruqyah. 2. Sikap Penerimaan Orang Tua Penderita Skizofrenia Terhadap Stigma

(26)

3. Penanganan Konselor dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta. Sri Hastuti. Bimbingan Penyuluhan Islam tahun 1424 H./2003 M. Secara garis besar skripsi ini menyimpulkan bahwa ada beberapa penanganan konselor dan penyuluh Islam terhadap skizofrenia diantaranya wawancara, observasi, tes, case study, metode kelompok, metode tidak mengarah, metode psikoanalisis (penganalisaan jiwa).

Berdasarkan survei dan data tersebut di atas maka dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur, pada dasarnya penelitian ini secara prinsip dan teknis sama dengan penelitian sebelumnya namun jika dilihat dari obyek dan lokasi penelitian sangatlah berbeda serta belum ada penelitian lain yang mengambil judul ini.

F. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penelitian skripsi ini dituangkan kedalam beberapa bab, masing-masing dijabarkan kedalam sub-sub bab, dan selengkapnya disusun sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penelitian.

(27)

sebab-sebab terjadinya skizofrenia, tipe-tipe kepribadian skizofrenia.

BAB III Profil Madani Mental Health Care Jakarta Timur yang mencakup gambaran umum lembaga Madani Mental Health Care, tenaga konselor dan struktur organisasi Madani Mental Health Care, skema penerimaan dan pembinaan program Madani Mental Health Care, sarana dan prasarana Madani Mental Health Care.

BAB IV Analisa dan Hasil Penelitian meliputi deskripsi informan, pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia, dan analisis pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia .

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TERAPI

1. Pengertian Terapi

Dalam Kamus Psychologi Therapy dijelaskan bahwa terapi adalah prosedur untuk menyembuhkan atau meringankan suatu penyakit.15 Menurut J. S. Badudu dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia

menjelaskan bahwa terapi merupakan cara pengobatan untuk menyembuhkan orang sakit dari penyakitnya, dan perawatan penyakit.16

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai usaha memulihkan kesehatan orang yang sakit, pengobatan penyakit, dan perawatan penyakit.17 Selain itu istilah terapi dalam Kamus Kedokteran diartikan sebagai pemberian pertolongan kepada orang yang sakit, usaha menyembuhkan orang

15

Dali Gulo, Kamus Psychologi, (Bandung : Tonis, 1982), h. 298.

16

J.S Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Gramedia, 2005), h. 346.

17

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(29)

yang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan.18 Sementara dalam Bahasa Arab kata terapi sepadan dengan kata “Isytisyfa” dimana kata tersebut berasal dari akar kata “Syafa-Yasfi-Syifa” yang artinya menyembuhkan.19

Menurut Halmuth H. Schaefer & Patrick L. Martin dalam bukunya yang berjudul Behavioral Therapy mengatakan bahwa terapi adalah “Any set of procedures which produces a beneficial change in a patient ideally, theraphy results in permanent change”. Terapi adalah serangkaian prosedur yang menghasilkan suatu perubahan kepada pasien, yang idealnya terapi dapat menghasilkan suatu perubahan yang sifatnya permanen.20

Andrew M. Colman dalam Dictionary of Psychology mengatakan bahwa terapi adalah “Any form of treatment for a disorder by a method other than surgery, such treatment in general”. Yakni berbagai macam bentuk perlakuan atau perawatan dengan menggunakan teknik yang secara keseluruhan tidak sama dengan teknik pembedahan bagi seseorang yang mengalami penyimpangan atau sakit.21

Dalam Kamus Istilah Konseling dan Psikoterapi disebutkan bahwa istilah

Therapy secara umum, menunjuk pada suatu proses korektif atau kuratif atau penyembuhan, yang sangat lazim dipakai dalam medikal : kerapkali pula

18

Ahmad A. K Muda, Kamus Lengkap Kedokteran, (Surabaya : Gita Media Press, 1994),

h. 249-250, dan Ahmad Ramli, Kamus Kedokteran (Jakarta : Janbatan, 1999), h. 354.

19

A. Warsono Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta : Pondok

(30)

digunakan secara bertukar-pakai dengan konseling (counseling) dan psikoterapi (pshychotheraphy).22

Sedangkan menurut DR. M. Solihin M. Ag yang mengutip pendapat Gerald Corey menyimpulkan bahwa “terapi juga dapat berarti upaya sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi klien dengan tujuan mengembalikan, memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional. Manusia-manusia yang akal dan kalbunya proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia dan akhirat.”23

Disamping itu M. A Subandi mengungkapkan bahwa “terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong), dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan. Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong (terapis) dengan latar ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya.”24

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang terapis, baik itu penyakit mental, spiritual, moral maupun fisik yang dilakukan oleh seorang terapis dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya dengan tujuan mengembalikan memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional.

2. Bentuk-bentuk Terapi

22

Andi Mappiare A. T., Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta : Rajawali Pers,2005), h.

334.

23

Solihin, Terapi Sufistik, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2004), h. 84.

24

(31)

Gangguan skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut (kronis/menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse).

Terapi yang komprehensif dan holistik dewasa ini sudah dikembangkan sehingga pasien skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, psikososial, dan terapi psikoreligius.

a. Psikofarmaka

Terapi psikofarmaka adalah terapi dengan menggunakan obat-obatan anti skizofrenia. Terapi ini dilakukan pasca detoksifikasi (pembuangan racun/toksin). Terapi ini juga dimaksudkan karena bagi pasien skizofrenia terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam pikir, alam perasaan, dan perilaku.

Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis skizofrenia dapat dihilangkan atau dengan kata lain pasien skizofrenia dapat diobati.

(32)

seperti Risperidone, Clozapine, Quetiapine, Olanzapine, Zotetine, dan

Aripiprazole.25 b. Psikoterapi

Selain terapi psikofarmaka pasien skizofrenia juga diberikan terapi kejiwaan atau yang disebut dengan psikoterapi. Terapi kejiwaan ini baru dapat diberikan apabila pasien skizofrenia sudah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik.

Psikoterapi yang diberikan pun beragam macamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang pasien sebelum sakit, sebagai contoh :

• Psikoterapi supportif, yaitu memberikan dorongan, semangat, dan motivasi agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.

• Psikoterapi re-edukatif, yaitu memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimasudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga pasien lebih adaptif terhadap dunia luar. • Psikoterapi re-konstruktif, yaitu memperbaiki kembali kepribadian

yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit.

25

Dadang Hawari, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, (Jakarta :

(33)

• Psikoterapi kognitif, yaitu memulihkan kembali fungsi kognitif rasional sehingga pasien mampu membedakan nilai-nilai moral/etika. • Psikoterapi psiko-dinamik, yaitu menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.

• Psikoterapi perilaku, yaitu memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang adaptif.

• Psikoterapi keluarga, yaitu memulihkan hubungan pasien dengan keluarganya.

c. Psikososial

Yang dimaksud dengan terapi psikososial adalah upaya memulihkan kembali kemampuan adaptasi pasien skizofrenia ke dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu dampak dari gangguan skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial dalam berbagai bidang fungsi rutin kehidupan sehari-hari. Maka dengan terapi psikososial ini diharapkan pasien mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.26

d. Psikoreligius

Terapi keagamaan atau dengan kata lain psikoreligius adalah upaya mengobati pasien dengan melakukan kegiatan ritual keagamaan seperti sholat,

26

(34)

berdo’a, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, dan kajian Kitab Suci.

Pemahaman dan penafsiran yang salah terhadap agama dapat mencetuskan terjadinya gangguan skizofrenia, hal ini dapat diamati dengan adanya gejala-gejala waham (delusi) keagamaan atau jalan pikiran yang patologis dengan pola sentral keagamaan.

Dengan terapi psikoreligius gejala patologis dengan pola sentral keagamaan dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan pasien skizofrenia dapat dipulihkan kembali dijalan yang benar.27

3. Fungsi dan Tujuan Terapi

Adapun fungsi dari terapi sebagai berikut :

a. Fungsi pencegahan (preventif). Dengan mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan terapi ini, maka seseorang akan terhindar dari hal-hal, keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental, spiritual atau moralnya.

b. Fungsi penyembuhan (treatment). Dengan adanya terapi ini akan membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan, dan perawatan terhadap gangguan atau penyakit, khususnya terhadap gangguan mental, spiritual, dan kejiwaan seperti dengan dzikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang dan damai, dan lain sebagainya.

c. Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purification). Terapi ini melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari dosa.

27

(35)

Sedangkan tujuan dari terapi adalah :

a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau mental, spiritual dan moral.

b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber daya insani.

c. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.

d. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhlasan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.

e. Mengantarkan individu mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta dzat Yang Maha Suci yaitu Allah SWT.28

B. SKIZOFRENIA

1. Pengertian Skizofrenia

Istilah skizofrenia pertama kali diperkenalkan pada tahun 1911 oleh seorang ahli psikiatri berkebangsaan Swiss yang bernama Eugene Bleuler.29 Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang berarti retak atau pecah (Split), dan “frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan

28

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode

Sufistik, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2004), h. 276-278.

29

Jimmi Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,

(36)

jiwa skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Spilitting of Personality).30

Bleuler menekankan bahwa pola perilaku skizofrenia ditandai dengan tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan afeksi sehingga tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi antara persepsi dan kenyataan yang sebenarnya.31

Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial 3 Gangguan Kejiwaan

menjelaskan skizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan dis-integrasi pribadi, tingkahlaku emosional dan intelektual yang ambigious (majemuk) dan terganggu secara serius mengalami regresi atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasi.32

Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Kesehatan Mental mengatakan skizofrenia adalah penyakit jiwa yang dapat menyebabkan kemunduran kepribadian yang mulai tampak pada masa puber dan yang paling banyak menderita adalah orang yang berumur antara 15-30 tahun.33

Coleman menjelaskan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikosa yang ditandai oleh split atau disorganisasi personality, mengalami disharmoni psikologis secara menyeluruh, pendangkalan atau kemiskinan emosi, proses

30

Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :

PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 561.

31

http://drlizawordpress.com

32

Katini, Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 357.

33

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001), h.

(37)

berpikir yang memburuk, menghilangnya kesadaran sosial, adanya delusi, halusinasi, sikap atau perilaku yang aneh, dan emosinya inkohoren dimana bila terdapat kejadian yang menyenangkan penderita menjadi bersedih hati atau sebaliknya.34

Dalam sumber lain yang diperoleh dari website http : //www2.kompas.com

disebutkan bahwa “skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi realita dan ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari.”35

Dalam buku Psikologi Abnormal dikatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, efek yang datar atau tidak sesuai dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare (perilaku aneh) dimana pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh dengan delusi dan halusinasi.36

Sumber lain yang diperoleh dari buku Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam menjelaskan bahwa skizofrenia adalah “nama umum untuk sekelompok reaksi-reaksi psikotis yang dicirikan dengan adanya penarikan diri, gangguan atau kekacauan pada kehidupan emosional dan afektif disertai halusinasi dan delusi-delusi, perilaku negatifistik dan kerusakan atau kemunduran jiwani yang progresif.”37

Gerald C. Davidson, Psikologi Abnormal, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

h. 444.

37

Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam, (Bandung : Mandar

(38)

Berdasarkan PPPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit tidak kronis yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul.38

Menurut Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja dalam buku Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa skizofrenia adalah kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, juga sering melihat adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi.39

Dari beberapa uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan berbagai macam gejala seperti hilangnya kontak dengan realitas, penyimpangan kepercayaan atau delusi, penyimpangan isi pikiran, persepsi pendengaran maupun penglihatan atau halusinasi, berkurangnya motivasi dan emosi yang tumpul.

2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia

Skizofrenia salah satu bentuk gangguan jiwa yang berat, dulu sering dianggap sebagai akibat dari kerasukan roh halus atau ilmu gaib. Akibatnya penderita sering dikucilkan, dipasung, dan diperlakukan tak manusiawi.

38

http://drliza.wordpress.com

39

Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,

(39)

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja dari berbagai bangsa, negara, maupun kelompok sosio-ekonomi dan budaya. Padahal jika diketahui sejak dini dan ditangani dengan baik, maka skizofrenia bisa diatasi. Memang tak bisa 100%, namun penggunaan obat-obatan yang tepat mampu mengontrol gejala. Sebaliknya jika tidak ditangani secara benar, gangguan skizofrenia menjadi makin parah, penderita akan terganggu fungsi sosial dan konfliknya. Ia akan mengalami gangguan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, sehingga tak mampu berfikir dan bertindak wajar.

Persoalannya, gejala skizofrenia tak mudah dikenali. Tanda awal yang bisa dideteksi, antara lain mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang tersinggung, dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu makan, kehilangan energi dan motivasi, sulit mengingat dan berkonsentrai. Tanda lainnya penderita merasa asing di lingkungannya sehingga menarik diri dari kehidupan sosial.

Gejala skizofrenia baru disadari di lingkungan pada saat penderita mengalami periode akut, yaitu ketika timbul gejala positif seperti gaduh, gelisah, tidak bisa tenang, selalu ingin bergerak, pikirannya kacau dan bicara melantur, penderita sering berpindah topik pembicaraan dan tak ada kaitannya. Gejala ini disertai curiga yang berlebihan.

(40)

Pada tahap lanjut atau kronis penderita biasanya menjadi pasif, seperti tak ada perhatian pada lingkungan, hidup didunianya sendiri. Penderita tak mau mengurus dirinya sendiri dan kehilangan perasaan serta emosi. Pada tahap tertentu dia menunjukan gejala negatif seperti depresi dan menarik diri.40

Dalam buku Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa

dijelaskan bahwa skizofrenia adalah ganggun jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/ RTA) dengan baik dan pemahaman diri (Self Insight) buruk. Adapun gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu :

a. Gejala positif antara lain :

• Halusinasi semacam pikiran yang dihasilkan dari ketajaman indera yang berlebihan dan ketidakmampuan otak untuk mengartikan dan merespon secara tepat setiap pesan yang datang. Seorang skizofrenia dapat mendengar suara-suara dan melihat bayangan-bayangan yang sesungguhnya tidak ada atau mengalami sensasi yang janggal pada tubuhnya.

• Delusi atau waham adalah kekuatan dan kemantapan keyakinan yang hanya dialami oleh si penderita dan tetap dipertahankannya meskipun bukti-bukti yang ada berlawanan dengan kepercayaannya itu.

• Gangguan berpikir merujuk pada cara seseorang skizofrenia memproses dan menata pikirannya.

40

(41)

• Perasaan hadirnya alter-ego (diri yang lain) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidakjelasan kesadaran seseorang tentang siapa dirinya.41

• Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.

• Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.

• Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.

• Menyimpan rasa permusuhan.42 b. Gejala negatif skizofrenia antara lain :

• Kurangnya motivasi atau apatis yakni keadaan mental dimana berkurangnya semangat atau keinginan untuk hidup yang sering disertai dengan kemalasan.

• Tumpulnya indera atau perasaan merujuk pada kekosongan emosi karena terbatas atau tidak adanya ekspresi muka dan gerakan tangan, penderita terlihat tidak mampu merasakan atau menunjukkan emosi sama sekali.

41

Jimmi Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,

(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-6.

42

Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :

(42)

• Penarikan diri dari dunia sosial dapat terjadi sebagai akibat dari depresi, hasil dari perasaan aman yang tercipta dalam kesendirian, terperangkap dalam perasaannya sendiri dan takut bila ditemani oleh orang lain.43

• Sulit untuk berpikir abstrak. • Pola pikir stereotif.

• Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam, dan suka melamun.

• Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, mononton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.44

Avolition atau apatis merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin.

Alogia merupakan suatu gangguan pikiran negatif dan dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Miskin percakapan, jumlah total percakapan sangat jauh berkurang. Miskin isi percakapan, jumlah percakapan memadai namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang.

43

Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,

(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-7.

44

Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana

(43)

Anhedonia merupakan ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas rekresional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks.

Asosialitas merupakan ketidakmampuan dalam hubungan sosial. Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan sangat berminat untuk berkumpul bersama orang lain.45 Sedang menurut kategori DSM-IV gejala-gejala skizofrenia terbagi menjadi 2 yakni :

a. Simtom positif, terdiri dari delusi, halusinasi, disorganisasi pikiran dan pembicaraan, serta disorganisasi perilaku atau tingkah laku katatonik. b. Simtom negatif, terdiri dari affective flattening (bentuk pengurangan atau

hilangnya respon-respon afektif terhadap lingkungan, terganggu dalam menampilkan reaksi-reaksi emosionalnya), alogia, dan avolition.

Gejala-gejala klinis di atas umumnya terjadi pada seseorang yang mempunyai kecenderungan skizofrenia. Gejala positif biasanya muncul pada episode akut, sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif skizofrenia lebih menonjol.

45

Gerald C. Davidson, Psikologi Abnormal, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

(44)

Secara klinis gejala tersebut akan menjadi skizofrenia apabila memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia. Kriteria tersebut, menurut pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa (PPDGJ III), yaitu :

Thought Echo, thought insertion or whitdrawl, dan thought

broadcasting.

Delusion of control (waham dikendalikan), delusion of influence (waham dipengaruhi), delusion of passivity (waham ketidakberdayaan atau pasrah), dan delusional perception (pengalaman inderawi yang tak wajar bersifat mistik atau mukjizat).

• Halusinasi auditorik yakni suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus dan mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara suara yang berbicara).

• Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. Misal perihal keyakinan kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa seperti mampu berkomuniasi dengan makhluk asing dari dunia lain.

• Halusinasi yang menetap dari panca indera mana saja dan disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalue ideas) yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu dan berbulan-bulan.

(45)

gaduh, gelisah (excitement) posisi tubuh tertentu (postering) atau

flexsibilitas serea, dan negativisme.

• Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung kurun waktu 1 bulan atau lebih.46

3. Sebab-sebab Terjadinya Skizofrenia

Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti tentang penyebab skizofrenia. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yang berperan bagi munculnya gejala-gejala skizofrenia dan hingga sekarang telah banyak teori yang dikembangkan oleh para psikiater mengenai penyebab skizofrenia. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan skizofrenia, sebagai berikut :

a. Faktor biologis

Dalam faktor biologis terdapat faktor penting yakni keturunan (hereditas), dan biokimiawi. Pentingnya faktor keturunan telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko bagi masyarakat umum 0,9%, pada orang tua 5,6%, pada saudara kandung 10.1%, pada anak 12,8%, pada kembar monozygote 59,2%, dan pada kembar dizygote 15,2%.47 Selain itu faktor biokimiawi yang dikenal dengan teori

dopamine atau neoutransmitter dopamine bahwa dalam skizofrenia diperoleh

46

www.google.com

47

Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :

(46)

adanya psikosis amphetamine. Aktivitas dopamine yang tidak biasa mendorong lahirnya simtom positif.48

b. Faktor psikososial

Faktor psikososial menunjuk pada adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.

c. Faktor kesalahan belajar

Tidak tepat mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Penderita mempelajari dengan baik orang-orang skizofrenia atau mempelajari perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik.

d. Peran-peran sosial

Tidak adanya pegangan mengenai siapa orang disekitarnya yang dapat atau patut dijadikan panutan. Ia mengikuti kebiasaan dua orang yang bertentangan sehingga menimbulkan stres kehidupan yang obsesif dan dekompensasi.49

e. Faktor religius

Manusia sebagai makhluk fitrah yang berarti mempunyai kodrat keagamaan, yang apabila tetap pada kodrat itu maka akan selamat. Penelitian yang

48

Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,

2005), h. 158.

49

Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,

(47)

dilakukan oleh D.B. Larson menyatakan bahwa komitmen agama amat penting dalam pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat penyembuhan selain terapi medik yang diberikan.

Sebagaimana Snyderman menyatakan bahwa terapi medik tanpa agama (do’a dan dzikir) tidaklah lengkap sementara agama (do’a dan dzikir) tanpa

terapi medik tidaklah efektif.50

4. Tipe-tipe Kepribadian Skizofrenia

a. Skizorenia Tipe Hebefrenik

Seseorang yang menderita skizofrenia tipe hebefrinikk disebut juga

disorganized type atau “kacau balau” ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut :

• Inkoherensi yakni jalan pikiran yang kacau, tidak dapat di mengerti apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.

• Alam perasaan (mood affect) yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi.

• Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

• Waham tidak jelas dan tidak sistematik dan tidak terorganisir sebagai suatu kesatuan.

50

Dadang Hawari, Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa SKIZOFRENIA, (Jakarta :

(48)

• Halusinasi yang terpecah-pecah yang isinya tidak terorganisir sebagai satu kesatuan.

• Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial. b. Skizofrenia Tipe katatonik

Seseorang yang menderita skizofrenia tipe katatonik menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

• Stupor katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti “patung” atau diam membisu.

• Negativisme katatonik yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan dirinya.

• Kekakuan katatonik yaitu mempertahankan suatu sikap kaku terhadap semua upaya untuk menggerakkan dirinya.

• Kegaduhan katatonik yaitu kegaduhan aktivitas motorik yang nampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar. • Sikap tubuh katatonik yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh. c. Skizofrenia Tipe Paranoid

(49)

• Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa, misi atau utusan sebagai penyelamat bangsa, dunia atau agama, misi kenabian, atau perubahan tubuh, dan waham cemburu.

• Halusinasi yang mengandung isi kebesaran.

• Gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak menentu, kemarahan, suka bertengkar dan berdebat dan tindak kekerasan. Seringkali ditemukan kebingungan tentang identitas jenis kelamin dirinya atau ketakutan bahwa dirinya diduga sebagai seorang homoseksual, atau merasa dirinya didekati oleh orang-orang homoseksual.

d. Skizofrenia Tipe Residual

Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional.

e. Skizofrenia Tipe Tak Tergolongkan

Tipe ini tidak dimasukkan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan di atas, hanya gambaran kilnisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkahlaku kacau.

(50)

Selain gambaran gejala klinis skizofrenia yang jelas dengan pengelompokkan tersebut di atas ada pula pengelompokkan gangguan “skizofrenia” lainnya yaitu :

• Skizofrenia simplek yaitu suatu bentuk psikosis (gangguan jiwa yang ditandai terganggunya realitas/RTA dan pemahaman diri/insight yang buruk) yang perkembangannya lambat dan perlahan-lahan dari perilaku yang aneh, ketidakmampuan memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan kemampuan/keterampilan total. Tidak terdapat waham atau halusinasi.

• Gangguan skizofreniform (episode skizofrenia akut). Secara klinis si penderita lebih menunjukkan gejolak emosi dan kebingungan seperti dalam keadaan mimpi.

• Skizofrenia laten. Hingga kini belum terdapat suatu kesepakatan yang dapat diterima secara umum untuk memberi gambaran klinis kondisi ini, oleh karenanya kategori ini tidak dianjurkan untuk dipakai secara umum. Meskipun demikian gambaran yang dapat dicatat antara lain perilaku yang eksentrik atau tidak konsekuen dan keanehan alam perasaan yang memberi kesan seperti skizofrenia.

(51)

yang berlebihan dan atau kesedihan yang mendalam (depresi) yang silih berganti.51

51

(52)

BAB III

PROFIL MADANI MENTAL HEALTH CARE

A. Gambaran Umum Madani Mental Health Care

Berdasarkan data yang penulis peroleh selama penelitian di Madani Mental Health Care yang bertempat di Jl. Panca warga III No. 34 Cipinang Besar Selatan ini merupakan lembaga yang bergerak dan fokus pada masalah penyalahgunaan naza dan gangguan skizofrenia.

Kurang lebih sudah hampir 5 tahun lembaga ini berjalan, sejak akhir tahun Agustus 2003 mulai bergerak dan atas prakarsa para aktivis muda yang prihatin, memiliki kepedulian, dan komitmen yang kuat untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia dari masalah-masalah sosial hingga penyakit-penyakit sosial yang sulit di atasi dan membutuhkan perhatian yang intensif.

Atas dasar itulah akhirnya para aktivis muda yang dipimpin oleh oleh Darmawan bertekad untuk membuat salah satu wadah yang dapat membantu atau memulihkan keadaan mereka dari masalah-masalah sosial hingga penyakit-penyakit sosial, yang salah satunya adalah skizofrenia.

(53)

(Bio-Psiko-Sosio-Spiritual). Metode ini dikenal sebagai metode yang mutakhir dan telah disahkan oleh WHO pada tahun 1984.

Setelah 5 tahun berjalan, akhirnya Madani Mental Health Care berupaya mengajukan diri ke notaris, agar mendapatkan status badan hukum yang jelas dan diakui negara. Dengan berbagai perjuangan dan proses yang cukup berat, akhirnya tepat pada tanggal 11 November 2007 yayasan Madani Mental Health Care diresmikan, dan disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM sebagai : Yayasan Pusat Rehabilitasi Mental Madani Mental Health Care Metode Prof. Dr. dr.

H. Dadang Hawari, Psikiater.

Madani Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi yang menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (community base) dengan pendekatan Bio – Psiko – Sosio – Spiritual (BPSS), didirikan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab, dengan menggunakan Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, sebagai metode mutakhir yang menggunakan pendekatan holistik BPSS.

(54)

Di samping itu tedapat pula program pembinaan lembaga yang terkait pada pasien skizofrenia, program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman di bidangnya. Ini dijalankan dalam jangka waktu 3 bulan, dan dapat diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 bulan serta masuk fase kemandirian 6 bulan. (Transit House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis estafe/tahapan dari program pembinaan).

Tujuan dari program pembinaan ini adalah apabila klien mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka akan dapat diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik.52

Ada beberapa bentuk yang akan penulis uraikan terkait pada program pembinaan secara khusus terhadap klien skizofrenia dan akan penulis sajikan dalm bentuk tabel, sebagai berikut :

Tabel 1. Bentuk-bentuk Program Pembinaan Skizofrenia Madani Mental

Health Care

Program Medik Program Psiko Sosial

1. Konsultasi Dokter

Program Psiko Religi Program Pilihan

1. Praktek Ibadah Sholat dan Puasa 1. Melakukan kegiatan hobby

52

(55)

2. Do’a dan Dzikir

Sumber : Madani Mental Health Care 2008

Metode mengajar lebih mengedepankan pada pendekatan individual daripada klasikal (general), hal ini dilihat lebih kepada kompetensi klien, latar belakang kehidupan, masalah yang dihadapi dan harapan serta cita-cita mereka. Metode dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan bentuk-bentuk program pembinaan tersebut adalah :

Tabel 2. Metode dan Teknik Pengajaran Bentuk-bentuk Program

Pembinaan Madani Mental Health Care

B. Tenaga Konselor dan Struktur Organisasi Madani Mental Health Care

Pembinaan ini adalah kehidupan beragama Islam. Jumlah tenaga konselor yang tersedia adalah 124 orang, yakni :

Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Madani Mental Health Care

No Tenaga Konselor Jumlah

1. Sarjana Agama 12

2. Sarjana Umum 4

3. D III-II 6

(56)

5. Aktif 21 11. Keterampilan Program Pilihan 4

Jumlah 124

Sumber : Madani Mental Health Care 2008 Adapun tenaga konselor yang masih aktif

Tabel 4. Tenaga Konselor Yang Masih Aktif

No Tenaga Konselor Selain itu, struktur Madani Mental Health Care terbagi atas :

1. Struktur fungsional yakni yang memegang kendali dibidang pembinaan dibagi atas :

a. Terapi Mental (Ginanjar Maulana F, S. Si) b. Terapi Agama (H. A. Fuad Salim, Lc)

(57)

2. Struktur organisasi yakni orang-orang yang memegang kendali utama dibidang manajemen Madani Mental Health Care.53

Struktur Organisasi Madani Mental Health Care

Gambar 1. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care

53

(58)

Sumber : Madani Mental Health Care, 2008

C. Skema Penerimaan dan Pembinaan Skizofrenia Di Madani Mental

Health Care

Berikut ini penulis akan menguraikan sistematika proses penerimaan dan pembinaan klien skizofrenia yang ada di Madani Mental Health Care, sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Penerimaan dan Pembinaan Madani Mental Health Care

Pasien Korban NAZA

-Detoksifikasi – 7 s/d 10 hari -Pengobatan komplikasi Medik -Saran dan Rekomendasi

-Lama 3 bulan terapi Medik, Psikososial, Psikiatri dan Relegius -Tempat pembinaan 24 jam –terpadu (tertutup) -Melaksanakan juga pelayanan DAY Care

(1/2 hari)

(59)

Sumber : Madani Mental Health Care 2008 D. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care

Adapun saran dan prasarana yang tersedia di lembaga ini adalah atas kerjasama dengan keluarga H. Radi, antara lain :

Tabel 5. Sarana dan Prasana Madani Mental Health Care

No Fasilitas Jumlah Keterangan

1. Kantor 1 Ruang konsultasi dan pustaka 2. Kamar Tidur 6 Ber AC kapasitas 13 tempat tidur 3. Ruang belajar/lab

skill

1 3 Unit komputer, alat service HP, alat-alat cetak sablon

4. Ruang santai 1 TV, Tape, DVD dan Play Station 5. Pendopo 1 Terbuka dan tempat olahraga

6. Taman 1 Terbuka

7. Musholla 1 -

8. Kamar mandi 5 Tertutup

Sumber : Madani Mental Health Care 2008 Home Care

Di Rumah Klien

(60)

BAB IV

ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Informan

Berdasarkan data yang penulis peroleh dan demi keamanan serta kenyamanan masing-masing informan, maka dalam skripsi ini, penulis merahasiakan nama asli informan dengan memberikan nama inisial. Adapun identitas informan secara umum terlihat dalam tabel berikut ini :

(61)

bidang sosial khususnya dalam penangangan narkoba dan gangguan skizofrenia sejak tahun 1996 hingga sekarang.

Walaupun berlatar belakang pendidikan hukum Islam, beliau mampu meng-eksiskan diri dalam bidang sosial, hal ini sebagaimana motto yang beliau miliki yakni “Menjadi Manusia yang Bermanfaat bagi Umat Islam

Mengawali karir sebelum beliau menjabat sebagai seorang pemimpin yayasan Madani Mental Health Care Mental Health Care, beliau aktif dalam bidang dakwah di mulai dari masjid ke masjid hingga berdakwah ke pesantren narkoba salah satunya adalah Pesantren Modern Darul Ihsan di wilayah Cariu, Jawa-Barat.

Dari berbagai pengalaman dakwahnya, beliau memiliki ketertarikan untuk dapat melanjutkan perjuangan dakwahnya dengan mewujudkan dan mengabdikan diri terlibat dalam pembinaan santri-santri korban narkoba dan gangguan skizofrenia. Selama 3 tahun lamanya beliau aktif berdakwah di lingkungan pesantren narkoba dan dengan sahabat-sahabatnya beliau bertekad mendirikan sebuah tempat rehabilitasi dengan nama Madani Mental Health Care Home Care pada tahun 2003 dan hingga kini lembaga tersebut berganti nama dengan Madani Mental Health Care dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang yakni BPSS.54

2) Terapis

54

Gambar

gambaran umum lembaga Madani Mental Health Care, tenaga
gambaran gejala
Tabel 1. Bentuk-bentuk Program Pembinaan Skizofrenia Madani Mental
Tabel 2. Metode dan Teknik Pengajaran Bentuk-bentuk Program
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dari gambar line-line yang ada dapat dianalisa bahwa hasil untuk setiap utilitas (ρ) yang diperoleh untuk teori juga lebih besar daripada hasil pada simulasi,

[r]

Proses Berpikir Siswa Quitter Pada Sekolah Menengah Pertama Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.. Memahami

Dalam mengaktifkan komputer yang baik agar tidak terjadi kerusakan pada komputer haruslah mengikuti prosedur yang ada, langkah-langkah yang dilakukan dapat mengikuti petunjuk

Berdasarkan jumlah biomassa yang harus dikonservasi pada lahan untuk optimalisasi sequestrasi CO2 dan mengimbangi emisi yang dihasilkan, luas dan tutupan vegetasi minimum lahan

Hasil yang didapatkan pada observasi siswa pada siklus II ( ini dilihat pada keseluruhan siswa yang ada pada kelas tersebut. Pada siklus II ini menunjukkan siswa telah

psoriasis, 14 pasien telah mendapatkan terapi kombinasi selama kurang dari tiga bulan, dan empat pasien mendapatkan terapi kombinasi MTX dan siklosporin selama lebih dari tiga bulan

Results: Tobacco smoke significantly lov\€red VEGF level, the number of spiralis arterioles, anduterine cervix epithelial cells compared with control group (P