• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Kary A Andrea Hirata Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Kary A Andrea Hirata Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidika.'l Bahasa clan Sastra Indonesia

(S. Pd.)

Oleh Ika Wirna

208013000002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

KARY A ANDREA HIRATA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(S.Pd.)

Oleh:

Ilrn Wirna 208013000002" ... .

. NセjェL@

Di

Bawah

bゥjエゥョァ。[[セセセMZZMM

..

MセᄋZZᄋᄋᄋMZ@

'..

'"""

...

BGセセセ@

Novi Diab Haryanti, M. Hum

Dlt.@irhnst

d<i11:-i

: ···:;;···(···"·

• . {).<.rt') - 2-6(Z

; :·

VヲヲセセANeZiセZヲ@

i:;:::::::::::::

.

NNNNMMᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋMᄋᄋᄋᄋMᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋMMセMMMᄋMNᄋᄋᄋᄋᄋᄋM

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTASILMUTARBIYAHDANKEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Sastra Indonesia di SMA disusun oleh Ika Wirna Nomor lnduk Mahasiswa 208013000002 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyiih dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal I Oktober 2012 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelar Sarjana SI (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, I Oktober 2012 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP. 19640212 199703 2 001

Sekretaris

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dra.Hindun, M. Pd.

NIP. 19701215 200912 2 001 Penguji I

Dona Aji Karunia Putra, M.A. NIP. 19840409 2011011 015

Penguji II

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP. 19640212 199703 2 001

engetahui,

Tanggal Tanda Tangan

GセBMBB@

¥

4-

ID -.?-011.

-4-

10 - .loll

3-/0- Jlol:Z

BャヲャイBBセ@ l.mJV!All-b iyah dan Keguruan

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

Tempat/ Tgl Lahir NIM

Jurusan/Prodi Judul Skripsi

Dasen Pembimbing

Dengan ini menyatakan bahwa:

: Ika Wima

: Padang Sidempuan, 2 Februari 1990 : 208013000002

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata serta

Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.

: Novi Diah Haryanti, M. Hum.

I. Skripsi ini merupakan basil karya saya dan diajukan untuk memperoleh gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan karya orang Iain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2012

(5)

Indonesia di SMA", 2012.

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi syarat wajib kelulusan Ujian Nasional (UN). Kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia itu mudah, faktanya pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi peringkat terendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kurang mendapat perhatian siswa karena strategi yang digunakan guru kurang tepat. Tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, dikhususkan pada sastra bertujuan untuk memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap dengan alam sekitar. Untuk itu landasan pembelajaran harus be1tumpu pada apresiasi dan tujuan dari sastra itu sendiri, yaitu menyenangkan dan bermanfaat. Agar pembelajaran tidak membosankan, perlu keberanian guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih variatif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur intrinsik dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian ini menggunkan metode analisis deskriptif yaitu data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis kemudian diambil simpulan akhir. Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa analisis unsur intrinsik dapat memperkaya pengetahuan terhadap isi novel secara keseluruhan dan gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam novel Laskar Pelangi adalah persamaan/simile. Gaya bahasa persamaan/simile digunakan untuk membandingkan suatu ha! dengan ha! lainnya untuk memperjelas makna yang disampaikan.

(6)

Language and Literature in High School", 2012.

Indonesian language is a compulsory subject taught to students in schools. Indonesian Language a mandatory graduation requirement of National Examination (UN). Most studertts think that it is easy to Indonesian Language, Indonesian Language in fact be the lowest rank compared to other subjects. Leaming Indonesian students received less attention because of the strategies teachers use less precise. The purpose of learning Indonesian in school, devoted to literature aims to enrich the student experience and make it more responsive to the environment. For it must rest on the foundation of learning and appreciation of the purpose of literature itself, that is fun and rewarding. So that learning is not boring, it takes courage teachers to develop learning strategies are more varied.

The purpose of this study was to determine the intrinsic and stylistic elements found in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. This research use the methods of descriptive analysis data collected from the translated documentation providing analyzes and then the final conclusions drawn. From the data analysis, it can be concluded that intrinsic element analysis to enrich the knowledge of the content of the novel as a whole and the dominant style used in the novel Laskar Pelangi is the equation I simile. Siylistic similarities I simile is used to compare one thing with another thing to clarify the meaning is conveyed.

(7)

Segala puji bagi Allah Swt, Dzat Yang Maha Penyayang di antara penyayang, yang menanamkan cinta dan kasih sayang kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. Salawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan bagi seluruh umat hingga akhir zaman. Begitu pula kepada keluarga, sahabat serta umatnya, semoga kelak mendapatkan syafaat dihari pembalasan.

Sungguh suatu karunia terbesar yang telah Allah titipkan kepada penulis, berupa kesehatan, kenikmatan, dan ilmu. Kendala, ujian, dan cobaan tidak menyurutkan penulis pada kehendak Tuhan. Penulis telah berusaha dan berdoa, Allah pasti akan memutuskan jalan yang terbaik.

Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pro£ Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Novi Diab Haryanti, M. Hum, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sabar.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua. 5. Ayahanda Ridwan dan Ibunda Maimunah yang penulis cintai dan sayangi,

(8)

8. Kelurga besar penulis, baik dari keluarga ayahanda dan Ibunda serta Pamanda dan bibi yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi.

9. Sahabat-sahabat penulis, Rini, Umi, Latifah, Tary, Hally, Kusur, Ndan, Eva, Linda, Meyta, Dwi, dan Ifah.

10. Teman-temnan PPKT (Praktik profesi Keguruan Terpadu) MAN 19 Jakarta, kak Jawad, Zuhrah, Halimah, Lutpiah, Gofar, Rani, dan Kak Firman yang telah memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

11. Selurnh sahabatku PBSI/2008 yang tiada hentinya memberikan motivasi, semoga Allah melindungi kalian semua.

Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga budi baik dan bantuan-bantuan yang tidak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin yaa Rabbal 'Alamin.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amin.

Jakarta, 30 Juli 2012 Penulis

(9)

4.2 Analisis Gaya Bahasa . . .. . .. . . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . . 75 4.3 Implikasi . . . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . .. . . .. . .. ... . . 136

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan . . ... ... ... ... ... ... .. ... .. ... ... 138 5.2 Saran ... ... ... ... ... ... .. ... ... 138

(10)
(11)
(12)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak memiliki gaya bahasa, yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan cara yang Id1as, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal. Gaya bahasa juga bisa membantu pembaca untuk membedakan karya masing-masing pengarang, karena setiap pengarang memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan karyanya.

Majas termasuk ke dalam gaya bahasa, majas memegang peranan penting ketika menganalisis suatu karya sastra. Majas diterjemahkan dari kata trope (Yunani), figure of speech (Inggris), berarti persamaan atau kiasan. Jenis majas sangat banyak, seperti: hiperbola, ironi, metafora, dan personifikasi. Umumnya dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Majas inilah yang paling banyak dikenal, baik dalam masyarakat pada umumnya maupun dalam bidang pendidikan, sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umwn dan Perguruan Tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya majas berfungsi sebagai penunjang gaya bahasa.1

Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, dalam memilih tema, memandang tema atau meninjau persoalan, simpularwya gaya mencerminkan pribadi pengarangnya. Ada pengarang yang membawakan cerita-ceritanya secara lembut, ada yang pemberontak, dan menggurui. Ga ya seorang pengarang baru tampak kalau ia telah menulis banyak karya. Permulaannya seorang pengarang masih mencari gayanya, kadang meniru

1

Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya,

(13)

gaya pengarang lain. Pengarang yang sudah berpengalaman akan mempunyai gayanya sendiri.

Novel merupakan bacaan yang banyak memberikan pengetahuan, wawasan, serta hal-hal baru yang belum pemah diketahui sebelumnya. Membaca novel akan memperoleh banyak informasi. Novel secara resmi dikenal setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan, pada tahun 1919 oleh Merari Siregar. Kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab dan Sengsara oleh pengarang yang sama. Sejak itulah mulai berkembang secara fiksi yang dinamakan novel dalam khazanah sastra Indonesia.2

Awai kemunculan novel di Indonesia menjadi awal kebangkitan pengarang dalam menciptakan berbagai jenis novel. Novel hadir dalam cerita yang beraneka ragam, disajikan bervariasi yang disesuaikan dengan keahlian pengarang. Terna yang disajikan mulai dari tema pendidikan, persahabatan, dan percintaan. Berbagai jenis dan bentuk novel tersebar di pasaran, ha! ini bertujuan untuk memberikan kesenangan dan manfaat untulc para pecinta novel.

Kurangnya pembelajaran sastra di sekolah menyebabkan kurangnya minat terhadap karya sastra, apalagi membaca karya sastra. Tidak aneh budaya membaca di kalangan siswa sekolah menengah di Indonesia sangat rendah dibandingkan siswa lainnya di luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan jumlah buku yang dibacanya. Siswa di luar negeri setiap talmn bisa membaca enam sampai tujuh buku, bahkan dibeberapa negara mencapai puluhan buku. Siswa sekolah menengah di Indonesia, no! buku, artinya tidalc ada satupun bulrn yang dibaca. Apalagi yang dibahas secara bersama-sama sampai tuntas. Gejala tersebut oleh penyair Taufik Ismail disimpulkan bahwa "siswa sekolah menengah di Indonesia telah rabun membaca dan lumpuh menulis".3

2 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33. 3

Taufik Ismail, "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan

Nilai-nilai Karakter Bangsa, "makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Svarif

(14)

Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Andrea Hirata. Hirata merupakan penulis novel best seller Laskar Pelangi, Hirata tidak berasal dari lingkungan sastra, namun ia telah menjadi penulis muda Indonesia yang menjanjikan. Sebelumnya Hirata tidak dikenal, ia tidak pemah menu!is sebuah cerpen tiba-tiba menulis sebuah tetralogi. Sapardi Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, menyatakan Laskar Pelangi sebagai novel yang memiliki gaya realis bertabur metafora yang berani, tidak biasa, tidak terduga, dan sang at memikat. 4

Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menciptakan fenomena di Indonesia. Munculnya Laskar Pelangi bagaikan suatu kejutan di tengah-tengah masyarakat sastra yang masih 'hanyut' oleh Ayat-ayat Cinta, dan ada semacam polemik yang panas tentang Ayu Utami. Novel ini merupakan buah tangan pertama Andrea Hirata. Laskar Pelangi sebenamya bertolak dari premis yang cukup mudah. Ia menggarap kenangan, atau secara jujnrnya sobekan-sobekan ingatan pengarang tentang kisah dan pengalaman masa kecilnya. Novel Laskar Pelangi terbit pada bulan September 2005, sudah dicetak sebanyak 17 kali. Laskar Pelangi merupakan novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel yang bercerita tentang kehidupan I 0 anak dari keluarga miskin di Belitung itu sudah difilmkan oleh Riri Riza dan Mira Lesmana serta menjadi film terlaris dengan jumlah 4,6 juta penonton.

(15)

karena unik dan orisinal. Dari tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel Laskar Pelangi memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan novel Iainnya. Gaya bahasa yang digunakan Andrea unik dan orisinal.

Komentar tentang Laskar Pelangi yaitu untuk mengisi kegersangan pada dunia pendidikan. Sebuah karya Iangka ditengah krisis yang melanda Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan semangat realitas kehidupan sekolah mampu memberi semangat yang begitu kuat kepada para pembaca, khususnya bagi para guru dan siswa untuk tetap berjuang di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi dalam menempnh pendidikan. Dibandingkan dengan novel yang Iain, sekali Iagi Laskar Pelangi adalal1 novel yang wajib dibaca oleh semua kalangan. Kebanyakan novel menceritakan tentang kekayaan, keglamoran, dan gengsi, berbeda dengan Laskar Pelangi yang mampu membangunkan bangsa Indonesia dari tidur panjang karena banyak diselimuti angan-angan tanpa usaha untuk mewujudkan cita-cita mereka.

Berdasarkan Iatar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dan untuk mengetahui gaya bahasa yang ditampilkan oleh Andrea Hirata. Adapun judul penelitian ini adalah: "ANALISIS GAY A BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SERTA

IMPLIKASINY A DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN

(16)

1.2 Identifikasi Masalah

Dengan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan seperti di bawah ini:

1. Siswa sulit memahami gaya bahasa dalam novel.

2. Pembelajaran sastra membosankan dan kurang mendapat perhatian siswa.

3. Jam pembelajaran sastra di SMA sedikit dibandingkan dengan jam pembelajaran yang lain.

4. Pembelajaran bahasa lebih diutamakan dari pada pembelajaran sastra. 5. Guru pelajaran bahasa Indonesia kurang memiliki keterampilan dalam

menyampaikan pembelajaran sastra.

6. Metode dan strategi yang digunakan guru dalam mengajar kurang bervariasi.

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah, diantaranya:

1. Bagaimanakah gaya bahasa yang dominan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?

2. Bagaimanakah implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah, sebagai berikut:

I. Mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam novel Laskar Pelangi.

(17)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

I. Menambah pengetahuan siswa tentang arti kehidupan.

2. Menambah pengetahuan siswa melalui rangkaian peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi, sehingga akan menambah pengalaman batin yang mungkin tidak ditemui dalam kehidupan sehari-hari,

3. Menambah pengetahuan siswa tentang analisis gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi.

2. Manfaat Praktis

I. Menambah keinginan pembaca karya sastra, umumnya novel-novel Andrea Hirata khususnya novel Laskar Pelangi.

2. Meningkatkan motivasi sastrawan dalam menemukan inovasi baru. 3. Mendorong pembaca untuk menyadari betapa kompleksnya

persoalan kehidupan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai tempat untuk melatih diri.

1.6 Metodelogi Penelitian

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan Agustus 2012. Penelitian ini tidak terikat pada tempat tertentu, karena bersifat penelitian kepustakaan.

2. Metode Penelitian

(18)

tiem1rnn-Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa metode analisis deskriptif dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta, kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein ('ana' = atas, 'lyein' = lepas, urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkanjuga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.6

Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif disebut juga analisis otonomi, analisis ergocentric, dan pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain. Pendekatan ini menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra yang terdiri atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

6 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Me/ode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:

(19)

2.1 Pengertian Gaya Bahasa

Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta. Akar kata

siis-, dalam kata kerja turunan berarti 'mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi'. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat atau sarana.

Sastra dapat berarti 'alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran', misalnya: silpasiistra, buku arsitektur, kfimasiistra 'buku petunjuk mengenai seni cinta'. Awalan su- berarti 'baik, indah' sehingga

susastra dapat dibandingkan dengan belleslettres. Kata susastra nampaknya tidak terdapat dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, jadi susastra adalah ciptaan Jawa/Melayu yang kemudian timbul.1

Dalam bahasa lnggris disebut literature, karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keaiiistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Sastra berkaitan erat dengan perkembangan kebudayaan suatu bangsa, di dalam prakteknya dibedakan antara teks-teks sastra dan nonsastra. Teles nonsastra berfungsi dalam komunikasi praktis, siap dipakai dan dimanfaatkan, sedangkan teks sastra tidak. Teks-teks sastra merupakan sebuah kebudayaan dan ungkapan nilai-nilai dan norma-normanya. Kesastraan dalam bahasa Prancis "litteratire, poeticite", dalam bahasa Rusia "literaturnost. Sifat khas dalam komunikasi

bahasa yang dapat dibedakan dari sifat-sifat lain (pemberitahuan, ajakan) tetapi berkembang di dalam dan bersama dengan aspek-aspek bahasa lainnya. Dalam kesastraan perlu dibedakan juga lapisan-lapisan dan taraf-taraf (bunyi dan arti).2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sastra mengandung pengertian sebagai berikut:

1

A. Tecu\v, Sastra clan I/mu Sastra Pengantar Teori sastra, (Bandung: Pustaka Jaya,

1984), h. 23

2 Ferli Zulhendri, Karya Sastra dan Sastrawan Jndonesia, (Bandung: Mitra Utama,

(20)

1. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari).

2. Kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan Jirik.

3. Kitab suci (Hindu), (kitab) ilmu pengetahuan.

4. Pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, dan hitungan. 5. Tulisan, huruf.

Sementara penulis sastra atau sastrawan didefinisikan sebagai ahli sastra, pujangga pengarang prosa dan puisi, dan (orang) pandai-pandai, cerdik cendekiawan. Bergulimya waktu dan perkembangan zaman yang menyebabkan terjadinya perubahan-peiubahan nilai, antara lain moral, sosial dan budaya.3

Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari penggunaan bahasa, keberadaan bahasa dalam karya sastra dianggap sebagai gejala yang tidak siap pakai, tetapi harus diolah, dikembangkan, diakrabi, dibongkar, dan dihidupkan dengan pengalaman dan pengetahuan. Gaya (style) sangat diperlukan sebagai wahana pemilihan kata, perangkaian kata-kata, dan kalimat dalam satuan teks sebagai upaya memberi efek keindahan bentuk, memperjelas dan memperkaya isi, dan mengkhaskan ciri. Peranan gaya dalam karya sastra tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Keberadaannya perlu dipertimbangkan sebagai unsur pembangun keutuhan estetis dan makna karya sastra.4

Gaya dibagi menjadi gaya konseptual dan gaya indrawi, gaya ringkas dan gaya bertele-tele, merendahkan atau melebih-lebihkan, jelas atau kabur, tenang atau menggebu-gebu, tinggi atau rendah, dan sederhana atau berbunga-bunga. Berdasarkan hubungan antarkata, gaya diklasifikasikan menjadi gaya tegang atau lepas, plastik atau musikal, halus atau kasar, dan tidak berwama atau berwama-wami. Berdasarkan kaitan kata dengan sistem total bahasa,

3

Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008), cet. II, h. !.

4

Sainul Hennawan, Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel, (Kalimantan: Thura

(21)

224.

423

gaya dibagi menjadi gaya lisan atau tulisan, klise atau unik, dan berdasarkan hubungan kata dengan pengarangnya, ada yang objektif dan subjektif.5

Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra, dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.6 Gaya adalah cara pengungkapan dalam prosa atau puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, dan bentuk paragraf. Pendeknya, setiap aspek bahasa pemakaiannya oleh penulis, langgam. 7

Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan pesan yang disampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertemu pada pendengar atau pembaca.

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan yang meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, dan bentuk paragraf. Fungsi penggunaan gaya bahasa ialah agar pesan yang disampaikan lebih mengena kepada pembaca.

Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan tidak luar biasa tetapi unik karena selain dekat dengan watak danjiwa penyair juga membuat bahasa yang digunakannya berbeda dalam makna. Gaya bahasa seorang pengarang dapat mengekalkan pengalaman rohaninya dan penglihatan batinnya, serta menyentuh dan menggelitik hati pembacanya.

Gaya bahasa berasal dari dalam batin seorang pengarang, maka gaya bahasa yang digunakan dalam karyanya secara tidak langsung

5

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.

6

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h.

422-7

(22)

menggambarkan sikap atau karakteristik pengarang. Pengarang yang melankolis memiliki gaya bahasa yang romantis dan beralun-alun, pengarang yang sinis memiliki gaya bahasa sinis dan ironis, sedangkan pengarang yang gesit dan Iincah memiliki gaya bahasa yang hidup dan Iincah.8

Selain keindahan bahasa dan pesan yang mengandung pendidikan moral menjadi ciri khas karya sastra, terdapat ciri-ciri lain yang dapat diamati dalam sebuah karya sastra terutama dalam penggunaan bahasa, yaitu: Ragam bahasa yang digunakan dalam karya sastra tidak sepenuhnya bahasa baku. Hal ini disebabkan sastra sangat mementingkan pesan/ide dan keindahan. Ragam bahasa atau pilihan katanya sering bermakna konotatif atau ambiguitas. Kosakata yang digunakan dalam karya sastra disesuaikan dengan bahasa latar atau Iingkungan. Dalam karya sastra tergambar pengalaman hidup pengarangnya.

Gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik Iisan maupun tulisan. Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan. Karya seni adalah keindahan itu sendiri, tidak ada karya seni tanpa keindahan. Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya. Dalam rangka memperoleh aspek keindahan secara maksimal, untuk menemukan satu kata atau kelompok kata yang dianggap tepat, penulis melakukannya secara berulang-ulang.

Peranan bahasa yang membedakan antara gaya dan gaya bahasa dapat dilihat pada peristiwa dalam kegiatan sehari-hari yang tidak berulang, sehingga kehidupan sehari-hari tidak memilki plot. Sebaliknya dalam karya sastra, dengan medium bahasa peristiwa disusun kembali. Penyusunan kembali pada gilirannya menghasilkan alur yang berbeda, penyusunan tersebut akan menghasilkan keindahan. Gaya digunakan dalam pengertian umum, sedangkan gaya bahasa secara khusus menyangkut bidang pemakaian bahasa.

8

(23)

Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Secara tradisional majas-majas inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Menurut teori sastra kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas merupakan penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. Dapat disimpulkan, baik gaya maupun gaya bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan majas.

Gaya bahasa juga meliputi cara-cara penyusunan struktur intrinsik secara keseluruhan, seperti: plot, tokoh, kejadian, dan sudut pandang. Dalam karya sastra jelas yang paling berperanan adalah gaya bahasa, cara-cara penggunaan medium bahasa secara khas sehingga tujuan dapat dicapai secara maksimal. Gaya lebih banyak berkaitan dengan karya seni nonsastra, sedangkan majas !ebih banyak berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dalam hubungan ini tujuan yang dimaksudkan meliputi aspek estetis, etis, dan pragmatis. Sebagai pendukung gaya bahasa, jenis majas yang paling dominan adalah penegasan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan, majas yang paling Iuas adalah majas repetisi. Karya sastra adalah representasi kemampuan manusia untuk meresepsi keseluruhan aspek kehidupan dengan cara membandingkan.

Gaya berarti cara tampil atau cara menampilkan diri. Bahasa berfungsi sebagai media atau perantara, secara keseluruhan pengertian gaya bahasa adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Dari gaya bahasa akan terlihat keadaan pribadi seseorang, gaya bahasa yang baik akan baik pula penilaian seseorang terhadapnya. Tarigan mengemukakan bahwa gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).9

Gaya bahasa berkaitan era! dengan bahasa, dengan sendirinya segala unsur kebahasaan akan terkait di dalamnya. Unsur kebahasaan itu antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Gaya bahasa dapat dikatakan baik

9

(24)

demikian adalah teks itu sendiri. Dapat disimpulkan sastra sebagai 'dunia dalam kata'. Karya sastra adalah seni bahasa sebab dalam membangun dunianya karya sastra menggunakan medium bahasa. Fungsi utama karya sastra adalah sebagai alat komunikasi, dalam ha! ini menghubungkan intens pengarang kepada masyarakat pembaca. Tidak ada karya sastra yang semata-mata ditulis untuk memenuhi kepuasaan batin penulis.11

2.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa

Menurut Nyoman Kutha Ratna gaya bahasa dibagi menjadi 4 (em pat) yaitu gaya bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran. 1. Gaya Bahasa Penegasan

Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang menglang kata-katanya dalam satu baris kalimat. gaya bahasa penegasan meliputi: antiklimaks, klimaks, paralelisme, dan repetisi.

a. Antildimaks

Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.12 Antiklimaks merupakan kebalikan gaya bahasa klimaks yaitu ウオセエオ@ pemyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.13 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa ha! secara berturut-turut, makin lama makin menurun (lemah).

b. Klimaks

Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nrutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.14 Klimaks adalah gaya bahasa yang

11

Nyoman kutha Raina. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 14

12

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utama, 2004), h. 125.

13

Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 123.

14

(25)

a. Alegori

Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.18 Alegori yaitu pemakaian beberapa kiasan secara beruntun, semua sifat yang ada pada benda itu dikiaskan.19 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa alegori adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai lambang untuk mendidik dan menjelaskan sesuatu.

b. Alusio

Alusio adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antar orang, tempat, atau peristiwa.20 Alusio adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/diketahui orang. Dengan menyebut suatu nama atau suatu peristiwa, orang akan tahu apa yang dimaksudkan. Badudu menjelaskan bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau kiasan yang sudah diketahui umum. Dua pengertian itu mempunyai persamaan, yaitu menyebutkan sesuatu yang telah diketahui oleh umum. Dengan menyebut hal itu orang akan tahu apa yang dimaksudkannya.21 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang berkaitan dengan peristiwa umum yang terjadi.

c. Asosiasi/Perumpamaan

Perumpamaan adalah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Perumpamaan adalah perbandingan dua ha! yang pada hakikatnya berlainan akan tetapi sengaja dianggap sama. Jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, ibarat, bak, penaka, sebagai, umpama, laksana, dan serupa.22 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asosiasi/perumpamaan adalah gaya bahasa yang membandingakan antara satu . hal dengan hal yang lain dengan

18

Keraf, op. cit., h. 140.

19

Semi, op.cit., h. 51. 20

Keraf, op. cit.., h. 141.

21

Suroto, op. cit., h. 126

22

(26)

statement, but by a sudden perception of an objective relation. The complex idea is translated into a simple concrete equivalent. 29

Metafora adalah proses sebaliknya: itu adalah sintesis dari pengamatan beberapa unit, itu adalah ekspresi dari sebuah ide yang kompleks, tidak dengan analisis, atau dengan pemyataan abstrak, tetapi oleh persepsi tiba-tiba sebuah hubungan objektif. Ide kompleks diterjemabkan menjadi sederhana.

A theory of metaphor should at least explain the difference between metaphors and tehir close kin, similes, what kind of linguistic act a metaphorical utterance is, and how it comes about that some metaphors, declining into dead metaphors, are eventually embalmed as additional senses of words. 30

Sebuah teori metafora setidaknya harus menjelaskan perbedaan antara metafora dengan gaya bahasa yang lain, perumpamaan, tindakan linguistik, ucapan metaforis, dan beberapa metafora, menurun menjadi metafora, pada akhimya ". sebagai tambahan kata.

Dari definisi tersebut dap(lt disimpulkan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua ha! secara implisit dalam bentuk yang singkat dan padat.

g. Metonimia

Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu ha! lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.31 Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, ha! atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.32 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang berkaitan dengan hal-hal pembuat atau merk dagang benda itu.

h. Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak

29

Paul C. Wormuth, Modern Essays On Writing And Style, (New York: United States of

America, 1966), h. 115.

30

Christopher New, Philosophy of Literature, (New York: Routledge, 2007), h. 81.

31

Keraf, op. cit., h. 142

32

(27)

138.

bemyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.33 Personifikasi atau penginsanan adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insan pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.34 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati yang memiliki sifat seperti manusia.

i. Simile

Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan ha! yang lain.35

Simile and metaphor differ only in degree of stylistic refinement. The simile, in which a comparison is made directly between two objects, belongs to an earlier stage of literary axpression: it is the deliberate elaboration of a correspondence, often persued for its own sake. But a metaphor is the swift illumination of an aquivalence. Two images, or an idea and an image, stand equal and opposite; clash together and respond significantly, surprising the reader with a sudden light.36

Simile dan metafora hanya berbeda dalam derajat perbaikan gaya. Simile, di mana perbandingan yang dibuat langsung antara dua benda, termasuk tahap awal ekspresi sastra: itu adalah penjabaran sengaja korespondensi, sering digunakan untuk kepentingan diri sendiri. Metafora adalah suatu kesetaraan. Dua gambar, atau ide dan gambar, berdiri sama dan berlawanan, berbenturan bersama-sama dan menanggapi secara signifikan, mengejutkan pembaca secara tiba-tiba

The theory that the simile is the metaphorical meaning is thus left unsupported even if, as I think we should not, we believe the metaphor does have a metaphorical meaning in the sense intended. 37

Teori bahwa simile adalah makna metaforis tidak didukung karena metafora tersebut tidak memiliki makna kiasan dalam arti yang dimaksudkan

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa simile adalah gaya bahasa yang membandingkan dua ha! yang berbeda, tetapi

33

Keraf, foe. cit.

34

Suroto, foe. cit.

35

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) h.

36

Wermuth, op. cit., h. 117.

37 New,

[image:27.595.94.492.59.679.2]
(28)

yang berlawanan dalam frase a tau kalimat yang sama. 42 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa oksimoronn adalah gaya bahasa yang mengungkapkan dua maksud yang berlawanan di dalam sebuah kalimat.

d. Paradoks

Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang ada dengan fakta-fakta yang ada.43 Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Maksudnya bahwa pertentangan yang ada dalam kalimat itu memang benar dan bisa terjadi dalam kenyataan.44 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya tidak bertentangan karena objek atau keadaan yang dipertentangkan memang berbeda.

4. Gaya Bahasa Sindiran

Gaya bahasa sindiran atau ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan maknaatau maksud berlainan dari apa yang terkandung dari rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa sindiran meliputi: ironi, sarkasme, dan sinisme.

a. Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Majas ini dikategorikan sebagai majas sindiran.45 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ironi adalah gaya bahasa yang bermakna tidak sebenarnya dengan tujuan untuk menyindir.

42

Suroto, op. cit., h. 120

43 Keraf, op. cit., h. 136.

44 Suroto, op. cit., h. 123

45

(29)

b. Sarkasme

Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.46 Sarkasme adalah sejenis majas yang mengandung olok-olok atau sindiran yang pedas dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang kasar dan tidak enak didengar. 47 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-kata yang kasar dan keras.

c. Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.48 Sinisme adalah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji seseorang, akan tetapi sebenamya pujian itu hanya menyindir atau menyangsikannya.49 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sinisme adalah gaya bahasa yang bertujuan menyindir, memiliki kesangsian di dalamnya.

2.3 Pengertian Novel

Karya sastra adalah hasil pemikiran tentang kehidupan. Sebuah karya sastra merupakan karya besar kalau ia berhasil menyajikan pemikiran besar mengenai manusia. Kesusastraan bertindak lain dalam mewujudkan hasil pemikirannya dibandingkan dengan ilmu. Novel menyajikan basil pemikirannya melalui wujud penggambaran pengalaman konkrit manusia dalam bentuk cerita yang cukup panjang. Novel adalah usaha menggambarkan, mewujudkan, mengkonkritkan pengalaman subjektif seseorang. Penting tidaknya sebuah karya novel

46

Keraf ,op. cit h. 143

47 Suroto, foe. cit.

(30)

23.

ditentukan oleh penggambaran pengalaman manusia di dalamnya. Dengan sendirinya novel harus tampil dalam bentuknya yang estetis, indah dan mempesona sehingga menyenangkan untuk diikuti.50

Ada pengarang yang tidak suka menulis cerita yang panjang-panjang dan kesenangannya adalah menyusun suatu kejadian atau pengalaman dalam suatu kisah yang tidak menguraikan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan pelaku dalam roman yang panjang lebar. Kejadian itu berakhir dengan lancar karena yang dipentingkan hanya kejadian pokok saja. Bentuk kesusastraan semacam ini disebut novel. Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti kabar, pemberitahuan.51

Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.52 Novel termasuk jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan menganduug nilai kehidupan, diolah dengan teknik lisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Dalam perkembangan sastra Indonesia, istilah roman yang dulu diambil dari sastra Belanda mulai digantikan dengan istilah novel yang lazim dalam sastra Anglo Saxon. Sekarang kedua istilah itu tidak dibedakan.53

Abrams berpendapat, kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti 'sebuah barang baru yang kecil', dan kemudian diartikan sebagai 'cerita pendek dalam bentuk prosa' .54 Dalam bahasa Latin kata novel berasal novel/us yang diturunkan pula

50 Jakob Sumarjo,

Novel Populer Indonesia, (Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1982), h.

22-51 Simorangkir Simandjuntak, Kesusasteraan Indonesia, (Jakarta: PT Pembangunan,

195 I), cet. XI, h. 90-91.

52

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 969.

53

Abdul Rozak Zaidan, dkk. Kamus lsti/ah Sastra. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 136-137

54

(31)

164.

dari kata navies yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan denganjenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian.55

Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.56 Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali.

Batos berpendapat, novel merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan ke sebuah adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang lain.57 Novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk .nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis.58 Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang berbeda. Jassin membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode.59 Mencermati pemyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.

Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali membaca

55

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984), h.

56

M. Alar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 32

57

Tarigan./oc. Cit. 58

Nurgiyantoro, op. cit., h. 15.

59

(32)

ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan dan tata nilai yang dianut masyarakat.62 Pada pembahasan ini penulis hanya akan membahas unsur intrinsik, unsur intrinsik terdiri dari:

1. Terna

Kata terna sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalarn suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan terna merupakan tulisan atau karya fiksi.63 Terna adalah pokok pikiran atau pokok persoalan yang hendak disarnpaikan oleh pengarang kepada pernbaca rnelalui jalinan cerita. Terna suatu cerita dapat diketahui setelah rnernbaca cerita dan rnenganalisisnya.64 Terna adalah gagasan, ide, pikiran utarna, atau pokok pernbicaraan di dalarn karya sastra yang dapat dirurnuskan dalarn kalirnat pernyataan. Terna dibedakan dari subjek atau topik.65 Dari beberapa definisi tersebut dapat disirnpulkan bahwa tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang rnenjadi dasar suatu cerita.

2. Alur (Plot)

Alur/plot adalah unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalarn karya sastra yang rnernperlihatkan kepaduan (koherensi tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, terna, atau ketiganya.66 Plot rnerupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagairnana yang terlihat dalarn pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk rnencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.67 Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha mernecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.68 Dari definisi tersebut

62 Ibid

63 Ibid,

h. 42

64 Suroto, op. cit., h. 88

65

Zaidan, op. cit., h. 204

66 Zaidan,

op. cit.) h. 26

67

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta, Gadjah Mada University

Press, 2005), cet. 5, h. 113.

68

(33)

dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita.

Tasrif dalam Mochtar Lubis membedakan tahapan alur menjadi lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, yaitu tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi Iatar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap pemunculan konflik, yaitu masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap peningkatan konflik, yaitu konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap klimaks, yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi mencapai titik intensitas puncak. Tahap penyelesaian, yaitu konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian danjalan keluar.69

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak-tanduk, ucapan, atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.70 Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut. Pertama berhubungan dengan teknik penyampaian, dan yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan.71 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh, watak, dan penokohan adalah unsur cerita yang dapat menentukan unsur-unsur plot, suasana, dan tema .

69 Nurgiyantoro, op.cit., h. 149-150

70

Semi, op. cit., h. 37.

71

Suroto, op. cit., h. 92.

.

-pefzpustmᄋᄋNセMB@

I

UIN SY .. \!
(34)

118.

4. Latar Cerita (Setting)

Latar adalah waktu, suasana, dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama, dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasa drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan: tataan. 72 Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan.73 Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk dalam latar tempat atau ruang yang diamati.74 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang terdapat dalam suatu cerita.

5. Titik Pandang/Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.75 Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam cerita, atau darimana ia melihat peristiwa-peristiwa terutama yang menyangkut diri tokoh. 76 Sudut pan dang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita, ia terlibat di dalam cerita atau hanya mengamati dari luar. 77 Dari beberapa definisi terse but dapat disimpulkan bahwa titik pandang/sudut pandang adalah posisi pengarang dalam suatu karya sastra.

6. Gaya Bahasa

Gaya merupakan cara pengungkapan dalam prosa atau puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk

72 Zaidan, Abdul Rozak, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.

73 Suroto,

op. cit., h. 94

74

Semi, op. cit., h. 46

75 Nurgiyantoro, op. cit., h. 248. 76

Semi, ibid, h. 57.

77

(35)

kalimat, bentuk paragraf, pendeknya setiap aspek bahasa pemakaiannya oleh penulis; langgam. 78 Ga ya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.79 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis, serta menciptakan nuansa makna.

7. Amanat

Amanat merupakan ajaran yang ingin disampaikan pengrang. Unsur ini dapat dikatakan sebagai unsur pendidikan moral. Penyampaian amanat tentunya tidak secara langsung sehingga baru dapat ditangkap pembaca setelah membaca seluruh cerita. 80 Amanat adalah pesan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui karyanya. 81 Dari definisi terse but dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat.

2.5. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran bahasa, pembelajaran sastra tidaklah dapat disamakan dengan pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki antara keduanya terletak pada tujuan akhimya. Tujuan pembelajaran bahasa di sekolah adalah agar siswa terampil berbahasa, sedangkan tujuan pembelajaran sastra pada dasamya mengembangkan misi apektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap terhadap alam sekitar dan lingkungannya. 82

78 Zaidan, op. cit., h. 76

79

Suroto, op. cit., h. 114.

80 P. tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3, (Jakarta: Yudhistira, 2006), h. 73.

81 Zaidan, op. cit., h. 27 82

Ahmad Bahtiar, "Apresiasi Sastra di Seka/ah: Menyenangkan dan Memberikan

Pengalaman Balin Siswa," makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Syarif

(36)

intelektual dan imajinatif. Kaya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati, dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.

Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu diekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan pada kegiatan apresiatif.

Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun susunan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru, dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang unik.

Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide barn, bahkan melakukan ha! yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang terasah. Mengembangkan potensi pribadi imajinatif, kreatif, <lan produktif.

Semua bangsa berlomba-lamba dalam melakukan pembaharuan pengajaran agar dapat membangun mutu sumber daya manusia yang tangguh sebagai modal persaingan global. Pembelajaran menjadi strategi bangsa untuk memenangkan persaingan atau sekurang-kurangnya untuk memperoleh mutu yang setara dengan yang dapat bangsa lain wujudkan.

(37)

kompetisi. Individu secara terus menerus dikembangkan dalam kerja sema kelompok. Sejalan dengna itu, pembelajaran memerlukan berbagai pendekatan khusus, seperti menerapkan pendekatan intelektual, imajinatif, kreatif, produktif, kolaboratif, kompetitif dan menggunakan teknologi.

2.6 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mengangkat ientang novel k:hususnya tentang gaya bahasa telah dilak:uk:an oleh beberapa peneliti. Ada beberapa penelitian yang mengangk:at tentang gaya bahasa, misalnya skripsi Puji Mawarti. A. 310 050 104. Kajian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Skripsi. Surak:arta: Fak:ultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Skripsi saudari Puji Mawarti berbeda dengan skripsi penulis, jika yang dilakukan saudari Puji Mawarti adalah menganilis gaya bahasa Metafora, sedangkan penulis menganalisis jenis gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi, tidak hanya gaya bahasa metafora.

Novita Rihi Amalia. K 1206005. Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel Sang Peinimpi Karya Andrea Hirata.Skripsi. Surak:arta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik:an. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010. Skripsi saudari Novita Rihi Amalia berbeda dengan skripsi peneliti, jika yang dilakukan saudari Novita Rihi Amalia adalah mengangkat analisis gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, sedangkan peneliti mengangkat analisis gaya bahasa novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

(38)
(39)

Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitong 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk miskin dan letaknya terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan cukup mempengaruhi pribadi Andrea sejak kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea Hirata sebenamya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak Jahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tidak cocok dengan nama tersebut, Andrea menggantinya dengan Wadhud. Ia masih merasa terbebani dengan nama itu, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja.

Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bemama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan. Ketiadaan biaya, membuatnya terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya Jebih mirip sebagai kandang hewan temak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tidak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi. Di SD Muhamadiyah, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah.

(40)

sebelas orang itu temyata sangat berarti bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea diakuinya tidak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenamya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tidak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan.

Novel yang ditulis Andrea merupakan memoar tentang masa kecil yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang. Tentang sosok Bu Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. Perjuangan untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya. Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tidak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah.

Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru. Sejak saat itu, Andrea tidak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar menulis cerita. Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamannya, Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta. Saat itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke Jakarta.

(41)

Walaupun SD Muhammadiyah tidak dipedulikan oleh orang lain, namun di sana terdapat seorang siswa yang memiliki otak brilian. Lintang, anak laki-laki keturunan orang cerdas. Jarak yang jauh dari rumahnya ke sekolah, harus menunggu buaya pergi, dan sendalnya hangus karena mengayuh sepeda tidak membuat semangatnya patah untuk menuntut ilmu.

Awalnya Las/car Pelangi memiliki sepuluh orang anggota, namun menjadi 11 orang ketika Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN (Perusahaan Negara) milik PN Timah. Mahar seorang anak laki-laki yang tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti halnya Lintang. Mahar seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tidak logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus dengan menjadi koreografer dalam koreografi massal suku Masai dari Afrika, yang diciptakannya.

A Kiong selalu berdebat dengan Sahara. Sahara adalah seorang gadis berjilbab dan keras kepala. Sahara sering mendengarkan cerita Harun, seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa yang selalu menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak tiga, semua anaknya berbelang tiga. Berbeda dengan Syahdan, ia selalu menerima perintah, !erasing, serta kambing hitam dalam setiap akar persoalan. Lalu ada Trapani, seorang anak yang hidup tanpa kehadiran seorang ayah, Trapani hanya hidup bersama ibunya. Ada pula Samson, seorang anak lakJ-laki bertubuh tinggi dan besar. Samson memiliki obsesi untuk memiliki tubuh yang macho dan gagah, hal itu diawali dengan pertemuannya dengan sebuah botol yang memiliki gambar lelaki berotot. Kucai selalu menjadi ketua kelas, walaupun Kucai sendiri pesimis terhadap tanggung jawab menjadi seorang ketua kelas.

(42)

yaitu agar Lintang tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti ayahnya sebagai seorang nelayan. Ketragisan kisah antara anak dan ibu, Trapani dengan ibunya yang tinggal di rumah sakit jiwa Sungai Liat yang disebut Zaal Batu, dikarenakan perilaku mother complex yang sangat ekstrem. Namun akhirnya Trapani dan ibunya dapat keluar karena mengalami kemajuan.

Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman menikah dengan Sahara musuh semasa kecilnya. Mereka memiliki 5 anak dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka mempekerjakan sabahat mereka yaitu Samson. Jika waktu luang mereka bertiga mengunjungi Harun.

Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan sekolah gudang kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang berkantor pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan adalah anggota Laskar Pelangi yang paling sukses. Namun Syahdan tidak pemah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor sungguhan. Kucai yang <lulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu di kelas otaknya paling lemah sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi di antara anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota DPRD di Belitong.

(43)

4.1 Anilisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata 4.1.1 Terna

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.1 Sebuah tema akan menjadi makna cerita jika ada keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Unsur-unsur tokoh dan penokohan, plot, latar, dan cerita akan bermakna jika diikat oleh sebuah tema. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh (utama) cerita bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang.

Cara mengetalrni tema dalam sebual1 prosa fiksi yaitu dengan jalan menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Awai kisah Laskar Pelangi dimulai dengan perjuangan untuk mendapatkan sepuluh murid baru oleh dua orang guru di SD Mullammadiyah untuk mempertahankan kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di Belitong.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel Laskar Pelangi, sebagai berikut:

Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolal1 dari Depdikbud Sumsel telal1 memperingatkan bal1wa jika SD Mullammadiyah hanya mendapat murid barn kurang dari sepulull orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka alcan tamat

1

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

(44)

riwayatnya, sedangkan para orang tua cemas karena biaya, dan kami, sembilan anak-anak kecil ini yang terperangkap di tengah cemas kalau-kalau kami takjadi sekolah.2

Kutipan di atas menggambarkan suasana yang tidak menyenangkan yang dialami oleh Pak Harfan, Bu Muslimah, para orang tua, dan sembilan murid baru. Pak Harfan cemas karena 30 tahun pengabdiannya sebagai kepala sekolah akan berakhir, apabila murid baru kurang dari sepuluh orang. Bu Mus sangat khawatir karena lima tahun pengabdiannya di sekolah yang ia cintai juga akan berakhir. Para orang tua resah memikirkan biaya sekolah, mereka beranggapan bahwa menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada biaya selama belasan tahun, lebih baik anak-anak mereka diserahkan kepada tauke pasar atau menjadi kuli kopra. Sembilan siswa baru kecewa karena semangatnya untuk bersekolah tidak akan terlaksana.

Kemudian penggan1baran keadaan SD Muhammadiyah yang memprihatinkan. Pada bab 4, dilukiskan penggambaran perjuangan seorang guru dalam membangkitkan semangat pendidikan di SD Muhammadiyah Belitong. Pengarang juga menekankan pada pengkotak-kotakan di dalam meraih sesuatu yang lebih baik, baik itu pendidikan maupun pola hidup di Belitong dikarenakan adanya sebuah PN Timah. Untuk pendidikan Hirata menggambarkan perbedaan yang sangat menonjol dalam sarana maupun sarana belajar untuk meraih cita-cita, antara sekolah PN dengan SD Muhammadiyah.

Hal yang menaltjubkan dalam novel ini bahwa dalam setiap bab menunjukkan peristiwa yang mengejutkan, contohnya pengarang menampilkan beberapa tokoh yang mempunyai semangat belajar yang tinggi dengan disertai bakat mereka yang sangat luar biasa. Salah satunya adalah Lintang.

(45)

cita-citanya. Kemiskinan bukan halangan, para tokoh Laskar Pelangi

adalah orang-orang yang mampu belajar membaca potensi dirinya. Selain itu masalah yang mendasar sekali adalah pendidikan agama dijadikan sebagai dasar kita untuk berjuang. Bukankah di dalam Islam dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukankah belajar itu ibadah, ikhtiar itu juga ibadah, dan keikhlasan perlu ditanamkan kepada para guru dan pelajar di dalam melaksanakan proses pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Laskar Pelangi

adalah semangat perjuangan YZ!ng disertai dengan keikhlasan sebelas orang anggota Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan. Mereka dengan segala kekurangan, keterbatasan, dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu, tema novel Laskar Pelangi secara umum adalah pendidikan.

(46)

4.1.2 Alur

Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditarnpilkan dalam cerita tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur merupakan cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Alur dibagi menjadi lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap pemunculan konflik yaitu masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupak

Gambar

gambar, atau ide dan gambar, berdiri sama dan berlawanan,
gambar presiden dan wakilnya, atau gambar seekor burung
Gambar di kaleng itu memperlihatkan seorang pria

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh antara aspek sosial penulis terhadap hasil karya yang diciptakan Andrea Hirata; (2) terdapat tiga

Penelitian Analisis Gaya Bahasa Metafora dalam tetralogi Novel karya Andrea Hirata ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan

Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan- gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Hasil analisis

seperti yang juga menjadi ciri dalam penggunaan gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut. adalah memaparkan pengibaratan.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Aspek Sosial dalam

Hasil penelitian menunjukkan delapan belas nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yakni nilai religius, nilai jujur,

Gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam novel Sang Pemimpi adalah personifikasi dengan penggunaan data sebanyak 62 kali dan novel Sang Pemimpi ini juga

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan unsur instrinsik yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan kesesuaiannya yang menjadi bahan ajar sastra,