• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : perspektif stilistika pragmatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : perspektif stilistika pragmatik"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA: PERSPEKTIF STILISTIKA PRAGMATIK Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Disusun oleh Meylina Br Barus 151224088. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTO. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11) “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6-7). iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Halaman Persembahan. Segala ucapan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati dan memberi restu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini hingga selesai, karya ini saya persembahankan bagi: Secara khusus kedua orang tua, Bapak Bentol Barus dan Ibu Esmiati Br Ginting yang selalu ada memberi motivasi dan dukungan baik berupa moril maupun materi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini. Adik-adik saya Belki Surmana Barus, Clara Br Bangun dan Eka Br Bangun. Terima kasih karena selalu meyakinkan saya untuk mampu menjadi kakak yang baik dan jadi panutan untuk kalian serta memberi semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Bagi teman-teman saya Emiya Hartantan Simarmata, Lusiana Meliani H., Nawang Bening Kusworo, Theresia Alvincia E., dan Theresia Pratiwi. Terima kasih karena selalu memberi semangat dan selalu ada saat saya membutuhkan sesuatu. Bagi teman-teman UKPM natas. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari kisah saya selama di Universitas Sanata Dharma.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Barus, Meylina Br. 2019. Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua masalah utama, yakni (1) Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Dan (2) Apa saja makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam presfektif stilistika pragmatik?. Data dalam penelitian ini berupa kutipan yang mengandung gaya bahasa dan makna gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Peneliti mencoba untuk mengkaji novel tersebut dengan kajian baru yaitu Stilistika Pragmatik dan terfokus pada narasi-narasi yang digunakan penulis novel untuk menceritakan isi novelnya tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan dipadukan dengan teknik catat. Langkah awal penelitian ini adalah mengumpulkan percakapan antartokoh yang ada dalam novel dan mengklasifikasikan setiap penggunaan gaya bahasa yang ditemukan. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, peneliti menganalisis percakapan yang mengandung gaya bahasa dan menganalisis makna pragmatik gaya bahasa. Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna pragmatik ‘menjelaskan kepribadian seseorang’, (2) makna pragmatik ‘menggambarkan karakter seseorang’, (3) makna pragmatik ‘membandingkan’, (4) makna pragmatik ‘menegaskan sauatu kejadian’, (5) makna pragmatik ‘menunjukkan keadaan para pekerja’. Kata kunci: tuturan, gaya bahasa, konteks situasi, dan makna.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Barus, Meylina Br. 2019. The Language Styles in the Comparison Figure of Speech in Laskar Pelangi Novel by Andrea Hirata: the Pragmatic Stylistic Perspective. Thesis.Yogyakarta: Indonesian Literature Language Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University This study aims to delve into two main problems, namely (1) What kinds of language style can be found in the similes contained in Laskar Pelangi by Andrea Hirata? And (2) What are the pragmatic meanings of the language styles in the similes of Laskar Pelangi by Andrea Hirata when examined from the perspective of pragmatic stylistics? The data in this study are presented in the form of quotes containing the relevant language styles and their meanings based on the pragmatic contexts contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The author of this study will attempt to examine the novel from a new approach, namely Pragmatic Stylistics and subsequently will focus on the narrations utilized by the novel's author to recite the story within the novel. This research is qualitative in nature. The data collection method used in this study is the listening method and will be combined with the note-taking method. The initial step of this research is to gather conversations between characters in the novel and classify each of the uses of language style found among them. Based on the results of these classifications, the author will attempt to analyze conversations containing the language styles and analyze their pragmatic meanings. There are several sentences that contain language styles based on a pragmatic context in this study. The types of said language styles are as follows: (1) allegory, (2) hyperbole, (3) metaphor, (4) metonym, (5) simile, (6) personification, and (7) imagery. This study also examines the meanings that emerge from the uses of the aforementioned language styles and consequently discovered some of the meanings that emerge from their uses, contextually based on quotations contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The meanings found are as follows. (1) pragmatic meaning that 'describes someone's personality', (2) pragmatic meaning that 'describes a person's character', (3) pragmatic meaning that 'creates a comparison', (4) pragmatic meaning that 'confirms an event', and (5) pragmatic meaning that 'indicates the state of the doer'. Keywords: speech, language style, situational context, and meaning.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaanNya dalam proses penyelesaian skripsi yang berjudul Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik. Peneliti juga berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, dorongan, dukungan doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Kaprodi PBSI yang telah memberi motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran dan motivasi selama membimbing penulis. 4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama belajar di prodi PBSI, sehingga penulis memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis dan profesional. 5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan bukubuku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi. 6. Theresia Rusmiati, selaku karyawan sekretariat PBSI yang telah membantu penulis dalam hal menyelesaikan skripsi. 7. Kedua orangtua, Bapak Bentol Barus dan Ibu Esmiati Br Ginting yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini. 8. Adik-adik saya Belki Surmana Barus, Clara Br Bangun dan Eka Br Bangun. Terima kasih karena selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini, saya mengasihi kalian. 9. Kakak saya Junita Br Ginting, S.Pd. dan Helena Tombeg, Amd.. Terima kasih karena sudah mendukung dan memberi saya semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini. 10. Teman-teman PBSI angkatan 2015 kelas B terima kasih sudah menemani proses belajar saya selama 4 tahun di Universitas Sanata Dharma. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Sahabat dan teman seperjuangan saya Emiya Hartanta Simarmata, Lusiana Meliani H., Nawang Bening Kusworo, Theresia Alvincia E., dan Theresia M. Pratiwi. Terima kasih karena selalu memberi semangat dan motivasi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir. 12. Sahabat saya Evi Valona Br Sembiring, Nasaretta Br Tarigan, dan Ore Windi Kibana Br Tarigan. Terima kasih karena selalu memberi saya semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan saya mengasihi kalian. 13. Ade Sinurat, Dwi Jawak, Dedo Barus, Friska Br Tarigan , Indah Br Ginting, Jolly Tarigan, Olin, Silvi Br Sembiring, Nana Br Ginting, Nani Br Ginting, Rosella Br Barus, Febri Br Sitepu dan Agresia Br Tarigan. Keluarga baru saya di Yogyakarta. 14. Carlos De Mello Perangin-angin. Terima kasih karena sudah menjadi saudara yang baik dan bersedia saya repotkan setiap saat. 15. Teman-teman UKPM natas. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari kisah saya selama di Universitas Sanata Dharma dan memberikan banyak pembelajaran kepada saya. 16. Kuta Kemulihen Kubucolia. Agape, Markus, Bang Nugrah, Bang Alan, Nantri, Risa, Putri, Dora, Harla dan Alan TSN. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan selama saya berada di Yogyakarta. 17. GSM The Grace Kids Hartono Mall. Terima kasih sudah menjadi bagian dan tempat berbagi dari kisah saya di Yogyakarta.. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii. HALAMAN MOTO ........................................................................................ iv. HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......................... vii. ABSTRAK ....................................................................................................... ix. ABSTRACT ..................................................................................................... x. KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi. DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv. BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1. 1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1. 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3. 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3. 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4. 1.5. Batasan Istilah .......................................................................................... 4. BAB 11 LANDASAN TEORI ........................................................................ 6. 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................................... 6. 2.2. Kajian Teori ............................................................................................ 8. 2.2.1 Pragmatik ................................................................................................. 8. 2.2.2 Konteks dalam Pragmatik ........................................................................ 10. 2.2.3 Stilistika Pragmatik .................................................................................. 15. 2.2.4 Majas dan Gaya Bahasa ........................................................................... 18. 2.2.4.1 Gaya Bahasa Hiperbola ......................................................................... 19. 2.2.4.2 Gaya Bahasa Metonimia ....................................................................... 20. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2.4.3 Gaya Bahasa Personifikasi ................................................................... 21. 2.2.4.4. Gaya Bahasa Pleonasme ...................................................................... 22. 2.2.4.5 Gaya Bahasa Metafora .......................................................................... 23. 2.2.4.6 Gaya Bahasa Simile/Perumpamaan ...................................................... 24. 2.2.4.7 Gaya Bahasa Asosiasi ........................................................................... 25. 2.2.4.8 Gaya Bahasa Eufemisme....................................................................... 25. 2.2.4.9 Gaya Bahasa Epitet ............................................................................... 26. 2.2.4.10 Gaya Bahasa Alegori........................................................................... 26. 2.2.4.11 Gaya Bahasa Hipalase ......................................................................... 27. 2.2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................... 28. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 31. 3.1 Jenis Penelitian........................................................................................... 31. 3.2 Sumber Data dan Data ............................................................................... 31. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31. 3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 32. 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data.............................................................. 33. 3.6 Trianggulasi data ........................................................................................ 34. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 35. 4.1 Deskripsi Data ............................................................................................. 35. 4.2 Analisis........................................................................................................ 37. 4.2.1 Wujud Gaya Bahasa ................................................................................. 37. 4.2.1.1 Gaya Bahasa Hiperbola ......................................................................... 38. 4.2.1.2 Gaya Bahasa Metonimia ....................................................................... 43. 4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi .................................................................... 45. 4.2.1.4 Gaya Bahasa Metafora .......................................................................... 50. 4.2.1.5 Gaya Bahasa Simile Perumpamaan ...................................................... 55. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.2.1.6 Gaya Bahasa Alegori............................................................................. 60. 4.2.2 Makna Pragmatik/Maksud Gaya Bahasa ................................................. 65. 4.2.2.1 Makna Pragmatik Menjelaskan Kepribadian Seseorang....................... 66. 4.2.2.2 Makna Pragmatik Menggambarkan Karakter Seseorang...................... 69. 4.2.2.3 Makna Pragmatik Membandingkan ...................................................... 70. 4.2.2.4 Makna Pragmatik Menegaskan Suatu Kejadian ................................... 71. 4.2.2.5 Makna Pragmatik Menunjukkan Keadaan Para Pekerja ....................... 73. 4.3 Pembahasan ................................................................................................. 73. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 76. 5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 76. 5.2 Saran ............................................................................................................ 77. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................... 78. LAMPIRAN ..................................................................................................... 80. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi dengan tujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu orang kepada yang lain. Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi arbiter, yang digunakan oleh anggota. suatu. masyarakat. untuk. bekerja. sama,. berintraksi,. dan. mengidentifikasikan diri, jadi bahasa merupakan suatu yang penting bagi manusia. Manusia mengenal bahasa dan menggunakan bahasa setiap hari. Melalui bahasa, seseorang bisa berkomunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan baik. Dalam hal ini, sejalan dengan pendapat Chaer (2004:12) yang menyebutkan. bahasa. adalah. alat untuk. berinteraksi. atau. untuk. berkomunikasi dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdapat banyak perbedaan dengan novel lainnya karena settingan di pulau Belitung Kepulauan Bangka Belitung. Novel Laskar Pelangi merupakan novel yang inspiratif, selain telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa novel ini juga sudah difilmkan. Laskar Pelangi diperankan oleh sepuluh orang anak. Peran Ikal diperankan oleh Zulfanny, peran Lintang diperankan oleh Ferdian, peran Mahar diperankan oleh diperankan oleh Veris Yamarno, peran A Kiong diperankan oleh Suhendri, peran Kucai diperankan oleh Yogi Nugroho, peran Sahara diperankan oleh Dewi Ratih. 1.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Ayu Safitri, peran Harus diperankan oleh Jefffry Yanuar, peran Syahdan diperankan oleh M. Syukur Ramadan, peran Borek diperankan oleh Febriansyah, dan peran Trapani diperankan oleh Suharyadi. Setiap. individu. memiliki. karakter. berbahasa. tersendiri. dalam. menyampaikan ide, gagasan, konsep atau perasaan. Gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efekefek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Gaya bahasa tidak hanya terdapat dalam sebuah karya sastra tetapi seringkali kita gunakan dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaan gaya bahasa seorang penutur juga harus terlebih dahulu memperhatikan tindak tutur dalam menyampaikan maksud yang hendak disampaikan. Tindak tutur dan gaya bahasa erat kaitannya dalam stilistika pragmatik. Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum sebagaimana akan dibicarakan secara lebih luas pada bagian berikut adalah caracara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal (Ratna, 2009: 3). Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Jadi, stilistika pragmatik dapat diartikan kajian terhadap bahasa dalam penggunaannya dengan mempertimbangkan beberapa.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. unsur dasar yang penting bagi penafsiran terhadap wacana tertulis, khususnya wacana sastra (Black, 2011:1-2) Gaya bahasa dalam suatu penuturan di sebuah karya sastra ataupun di kehidupan sehari-hari seringkali salah diartikan oleh orang lain. Maka dengan adanya penelitian ini peneliti berharap untuk pembaca dapat mengetahui secara rinci dan teliti bagaimana tata cara atau struktur yang benar dalam berkomunikasi dengan mitra tutur agar tidak terjadi kesenjangan antara penutur dan mitra tutur. Selain itu, dapat juga mengetahui fungsi dari gaya bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi. secara tepat dan benar sehingga dapat diterima dan. dipahami oleh mitra tutur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa hal yang sudah diuraikan di latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? b.. Apa saja makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam perspektif stilistika pragmatik?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. b. Mendeskripsikan. makna. pragmatik. gaya. bahasa. dalam. majas. perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam perspektif stilistika pragmatik. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritis. a. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk lebih memahami stilistika dan gaya bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari. Selain itu, menjadi sumber acuan dalam penelitian sejenis dan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan teori ilmu pragmatik stilistika. b. Manfaat Praktis Secara praktis manfaat dari penelitian ini untuk memberikan wawasan kepada para pembaca untuk dapat lebih memahami penggunaan gaya bahasa yang diungkapkan dalam berkomunikasi. Selain itu, bagi guru bahasa Indonesia hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penunjang dalam pembelajaran khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia tentang gaya bahasa. 1.5 Batasan istilah a. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3)..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. b. Stilistika Pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya adalah wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan linguistik umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi, orientasi teorinya adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1). c. Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest sense, that enable the participans in the communication process to interact, and that make lingusitic expression of their interaction intelliegible. (lingkungan. sekitar. dalam. arti. luas. sesuatu. yang. memungkinkan peserta tuturan dapat berinteraksi, dan yang dapat membuat tuturan mereka dapat dipahami). d. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan sesuatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1985:5). e. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Mihardja, Ratih:39). f. Majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan (Ratna,2009:164)..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah Ade Henta Hermawan (2014) yang berjudul “Kajian Parodi Dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini Hari ) karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika Pragmatik)”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis data, peneliti mendapatkan dua puluh lima percakapan antartokoh yang mengandung parodi, peneliti mengklasifikasikan melalui lima bentuk klasifikasi. Lima bentuk klasifikasi tersebut adalah parodi yang mengungkapkan sindiran, parodi yang berupa kritik, parodi yang mengungkapkan perasaan tidak puas, parodi yang mengungkapkan lelucon, dan parodi yang mengungkapkan perasaan tidak nyaman. Parodi yang terkandung pada percakapan antartokoh dalam novel Lintang Kemukus Dini Hari ini merupakan salah satu bentuk ciri khas kebahasaan untuk menyamarkan maksud, gagasan, kritik, kecaman yang ingin disampaikan oleh Ahmad Tohari. Hal ini dilakukan oleh Ahmad Tohari karena ia merasa bahwa inspirasinya bila diungkapkan secara langsung maka tidak. akan. pernah. didengarkan.. Oleh. karena. itu. Ahmad. Tohari. mengungkapkan gagasan dan inspirasinya menggunakan novel dengan gaya. 6.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. bahasa yang bermacam-macam dalam percakapan antartokohnya, salah satunya ditemukan gaya parodi dalam percakapan antartokoh. Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian Martha Ria Hanesti (2014) yang berjudul “Analisis Kesopanan Dan Ketidaksopanan Level Narator Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) Karya Ahmad Tohari (Sebuah Kajian Stilistika Pragmatik). Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti didapat enam bentuk kesopanan dalam narasi-narasi Ahmad Tohari yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak), yaitu. (1) kesopanan yang sesuai dengan maksim kearifan, (2) kesopanan yang sesuai dengan maksim kedermawanan, (3) kesopanan yang sesuai dengan maksim pujian, (4) kesopanan yang sesuai dengan maksim kerendahan hati, (5) kesopanan yang sesuai dengan maksim kesepakatan, (6) kesopanan yang sesuai dengan maksim simpati. Bentuk-bentuk kesopanan tersebut digunakan peneliti untuk menunjukkan bagaimana cara menyampaikan narasi oleh narator novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) yaitu Ahmad Tohari. Peneliti juga akan meneliti penggunaan gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam percakapan antartokoh. Relevansi terletak pada objeknya yaitu novel dan kajian ilmu yang digunakan adalah cabang ilmu bahasa pragmatik..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. 2.2 Kajian Teori Sebuah penelitian sangat erat kaitannya dengan teori, penelitian tersebut harus didukung dengan teori yang ada. Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas tentang pragmatik, stilistika pragmatik, konteks dalam pragmatik, majas dan gaya bahasa, dan kerangka berpikir. 2.2.1. Pragmatik Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu kebahasaan yang berkaitan. dengan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis. Wijana (1996:1) mengungkapkan perbedaan pragmatik dengan cabang ilmu bahasa yang lainnya. Berbeda dengan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis yang mempelajari struktur bahasa internal, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3). Pragmatik adalah studi tentang hubungan anatara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Sebagai topik yang melingkupi deiksis, presuposisi dan implikatur percakapan, pragmatik lazim diberikan definisi sebagai „ telaah mengenai hubungan di anatar lambang dengan penafsiran” (Purwo 1990 :15). Heatherington (dalam Rahardi, 2016 : 17) menyebutkan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi khusus, terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi dan terkodefikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson dalam Rahardi, 2009 :20). (Tarigan dalam Rahardi, 2016 : 18) mengatakan bahwa telah umum mengenai bagaimana konteks memengaruhi cara kita menafsirkan kalimat yang disebut pragmatik. Teori tindak ujar adalah bagain dari pragmatik, dan pragmatik sendiri merupakan bagian dari perfomansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagain dari konteks, dan dengan demikian pragnatik mencakupi bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetauan dunia untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan. Pragmatik mengkaji kemampuan pemakai bahasa dalam mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu (Nababan, 1987 : 2). Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prgamtik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa atau bukan hanya bagian dari linguistik saja, tetapi prgamtik juga ilmu menggunakan tuturan pada saat berkomunikasi yang sesuai dengan konteks dan situasi dengan tujuan agar dapat menggunakan ujran atau tuturan dalam berkomunikasi yang baik dengan lawan biacara. Ruang lingkup pragmatik, yaitu Dieksis, praanggapan, tindak tutur dan impilkatur. Dieksis adalah gelaja semantik yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks pembicaraan. Dieksis dapat di bagi menjadi lima kategori, yaitu.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. dieksis orang, dieksis wakru, dieksis tempat, dieksis wacana dan dieksis sosial (Levinson dalam Nadar 2009:53). Praanggapan adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan (Brown dan Yule, 1996). Tindak tutur merupakan bagian dari kajian pragmtik. Leech (1993) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran, menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara, kepada siapa, dimana dan bagaimana. Implikatur percakapan menurut Levinson (dalam Nadar, 2009:61) menyebutkan implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik. Salah satu alasan pentingnya adalah bahwa implikatur memberikan penjelasan eksplisit mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan. 2.2.2. Konteks dalam Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur. (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3). Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari para partisipan (Brown dan Yule, 1983:35-67). Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan) Sperber dan Wilson (1986/1995), mereka menyatakan bahwa konteks adalah tanggung jawab dari pendengar, yang akan mengakses informasi apa pun yang akan diperlukan agar bisa mengolah sebuah ucapan, dengan didasarkan pada asumsi bahwa penutur dari ucapan itu telah berusaha sedapat mungkin untuk membuat ucapannya itu menjadi relevan. Mereka tetap memahami pentingnya hal-hal yang sudah disampaikan di atas, namun mereka menekankan bahwa pengetahuan ensiklopedik (pengetahuan umum-pent) juga memegang peran penting. Maka orang yang satu bisa jadi akan menafsirkan sebuah ucapan secara berbeda dari orang lain tergantung pada informasi apa yang mereka milik, apa yang mereka anggap relevan dan sejauh mana pengetahuan mereka tentang konvensi sosial. Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest sense, that enable the participans in the communication process to interact, and that make lingusitic expression of their interaction intelliegible (lingkungan sekitar dalam arti luas sesuatu yang memungkinkan peserta tuturan dapat berinteraksi, dan yang dapat membuat tuturan mereka dapat dipahami). Pragmatik adalah studi bahasa yang berkaitan dengan konteks. Artinya, konteks tidak bisa tidak harus dilibatkan dan diperhitungkan dalam memaknai bahasa, baik bahasa dalam pengertian antitas kebahasaan sebagai elemen, maupun bahasa dalam pengertian umum yang jauh lebih holistik dan lebih luas. Malinowsky (dalam Verschueren, 1998: 75) telah mencatat tentang.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. perlunya konteks situasi atau „context of situation‟, yang selengkapnya berbunyi, “... in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation.” Jadi jelas sekali bahwa kehadiran konteks situasi adalah sebuah keharusan, terutama sekali di dalam penuturan lisan. Aspek-aspek konteks situasi tutur yang membentuk konteks pragmatik, yaitu penyapa dan pesapa, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Penyapa dan pesapa yang disebut juga „penutur‟ dan „mitra tutur‟. Terdapat beberapa dimensi yang harus diperhatikan oleh penyapa atau pesapa, misalnya: umurnya, jenis kelaminnya, latar belakang pendidikannya, latar belakang ekonominya, latar belakang sosial dan budayanya, latar belakang etnisnya dan masih banyak lagi latar bekalang lainnya (Rahardi, dkk, 2018:38). Dimensi lain yang sangat menentukan bentuk kebahasaan adalah ihwal status sosial dan tingkat sosial. Orang yang berstatus rendah dalam masyarakat, atau orang yang berperingkat sosial rendah (low level society), lazimnya menggunakan bentuk-bentuk hormat kepada mereka yang berstatus sosial menengah (medial level society), apalagi dengan mereka yang berstatus sosial tinggi (high level society). Tujuan tuturan adalah salah satu penentu utama dari makna pragmatik. Tanpa tindakan-tindakan verbal yang berorientasi pada tujuan itu, interpretasi pragmatik mustahil dapat dilakukan (Rahardi, dkk, 2018:44). Tuturan sebagai bentuk tindakan, dengan memperhatikan secara cermat kejatian konteks yang mewadahi bentuk tuturan itu akan dapat ditentukan apakah tuturan itu hadir.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. dalam situasi nomal-normal saja, situasi yang menekan atau memaksa, atau mungkin pula yang lainnya. Jadi, memaknai sebuah bentuk tuturan tidak dapat serta merta dipisahkan dari konteks yang melingkungi dan mewadahinya. Peniadaan atau penelanjangan konteks di dalam menginterpretasi sebuah tuturan, justru dapat menyesatkan pemaknaan dari entitas kebahasaan itu sendiri (Rahardi, dkk, 2018:45) Tuturan sebagai produk tindak verbal, bahwa tuturan yang dikaji di dalam studi pragmatik merupakan entitas-entitas yang benar-benar ada dalam masyarakat. Tuturan itu merupakan tindak-tindak verbal, ternyata dalam tataran yang lain juga harus dikatakan bahwa tuturan itu merupakan produk dari tindak verbal itu sendiri. Tuturan sebagai tindak verbal dapat dilihat secara jelas pada bentuk seperti , “tanganku gatal” sebagai kalimat, dengan melihat konstruksinya saja, bentuk kebahasaan yang demikian itu dapat dikatakan sebagai sebuah deklarasi atau tuturan bermodus deklaratif (Rahardi, dkk, 2018:45). Setiap tuturan yang diutarakan oleh penutur pasti mengandung makna dan maksud. Makna dan maksud dalam tiap-tiap tuturan itu berbeda, untuk emahami makna dan maksud disetiap tuturan ada baiknya jika memahami definisi dari makna dan maksud. Makna adalah bagian yang tak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangat beragam. Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Leech (2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang dimaksudkan pesannya. Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009:215) menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya. Putrayasa (2014:24) menjelaskan bahwa untuk memahami maksud pemakaian bahasa seseorang dituntut harus memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Wijan dan Rohmadi (2011:10) menjelaskan bahwa maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara. Maksud bersifat subyektif. Sejalan dengan hal itu, Chaer (2009:35) menjelaskan maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudnya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. 2.2.3. Stilistika Pragmatik Stilistika pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan. wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya adalah wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan linguistik umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi, orientasi teorinya adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1). Kajian stilistika pragmatik dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dari teori-teori pragmatik agar bisa menjelaskan aspek-aspek dari teks sastra yang membuat teori-teori pragmatik menjadi menarik untuk digunakan sebagai sarana penafsiran (Black, 2011:336). Teori ini dikembangkan oleh Elizabeth Black. Ia berpandangan bahwa kajian linguistik yang berorientasi pragmatik terhadap bahasa ternyata berguna bagi pemahaman teks fiksi atau karya sastra. Stilistika pragmatik lebih menekankan hubungannya dengan bahasa dalam praktek penggunaannya. Kridalaksana dalam Wicaksono (2014:4) membeberkan pengertian stilistika, yaitu: (1) Ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesustraan. (2) Penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Sudjiman dalam Wicaksono (2014:12) menguraikan pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. menggunakan bahaha sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Ratna (2009 : 13-14) mengatakan bahwa dominasi penggunaan bahasa khas dalam karya sastra diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) Karya sastra mementingkan unsur keindahan. (2) Dalam menyampaikan pesan karya sastra menggunakan cara-cara tak langsung, seperti: refleksi, refraksi, proyeksi, manifestasi, dan refresentasi. (3) Karya sastra adalah curahan emosi, bukan intelektual. Dengan stilistika dapat dijelaskan intraksi yang rumit antara bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra (Sudjiman, 1993:VII). Pradopo (2013:10) menguraikan ruang lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, bunyi, gaya kata dan gaya kalimat Black (2011:1) memberikan suatu pandangan tentang stilistika pragmatik, pragmatik menurut Black adalah kajian terhadap bahasa dalam penggunaannya.. Black. mempunyai. ketertarikan. tersendiri. untuk. menggabungkan dua kajian tersebut. Jika berbicara konteks maka kita lebih dekat dengan penafsiran berbeda atau makna lain oleh pembaca dari suatu teks. Seperti yang diungkapkan Black dalam bukunya, sebuah kajian linguistik bertujuan untuk mengungkapkan maknanya. Sekarang orang memiliki kecenderungan (yang mungkin memang lebih akurat) untuk memandang bahwa makna adalah hasil dari proses penafsiran..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Shipley dalam Ratna (2008:8) mengatakan stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari kata stilus (Latin), semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Dalam bidang bahasa dan sastra style dan stylistic berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek tertentu (Ratna, 2008:9). Tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan aspek keindahan. Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa sebagai sistem model pertama, dalam ruang lingkup linguistik, maupun sistem model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra. Meskipun demikian menurut Wellek dan Werren dalam Ratna (2008:67) kualitas estetis menjadi pokok permasalahan pada tataran bahasa kedua sebab dalam sastralah, melalui metode dan teknik diungkapkan secara rinci ciri-ciri bahasa yang disebut indah, sebagai stilistika. Setiap karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, drama, dsd bisa saja disebut bacaan multitafsir. Setiap karya sastra tersebut kebanyakan pengarang membuat makna yang tersirat, pengarang tidak secara terus terang menuliskan makna atau pesan yang ingin disampaikan. Pengarang ingin pembaca seakan masuk dalam karya sastra tersebut dan memahami maksud yang hendak disampaikan pengarang. Menurut peneliti, bidang ilmu stilistika pragmatik merupakan gabungan antara ilmu dalam kajian sastra dan kajian pragmatik. Suatu kajian yang mengamati karya sastra dan menganalisisnya dari satu sudut pandang ilmu bahasa disebut pragmatik. Namun peneliti mengambil teori tentang stilistika.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. pragmatik ini agar dapat membantu peneliti untuk mengkaji novel yang ingin dianalisis. Peneliti akan mendeskripsikan gaya bahasa dan makna gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : perspektif stilistika pragmatik. 2.2.4. Majas dan Gaya Bahasa Pengarang suatu karya sastra memiliki ciri khas tersendiri dalam. menuturkan maksud yang hendak disampaikan. Penggunaan bahasa kiasan sering kali terdapat dalam sebuah karya sastra. Penggunaan bahasa kiasan tersebut juga mampu menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah karya. Adapun bahasa kiasan atau sering disebut sebagai majas memiliki banyak sekali ragam. Permajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, pengayabahasaan, maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Wicaksono, 2014:29). Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan (Ratna, 2009:164). Pada umumnya majas dibedakan empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) majas perbandingan, c) majas pertentangan, dan d) majas sindiran. Secara tradisional jenis majas yang dibagi menjadi subjenis dengan cirinya masing-masing disebut gaya bahasa. Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi (Pranowo, 2014:195).

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. Pada penelitian ini peneliti akan membahas lebih dalam tentang majas perbandingan. Pradopo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti: bagai, sabagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan. kata-kata. pembanding lain. Adapun majas perbandingan ini meliputi gaya bahasa: hiperbola, metinimia, personifikasi, pleonasme, metafora, sinekdoke, alusio, simile, asosiasi, eufemisme, epitet, eponim, dan hipalase. Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa dapat merubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1984:5). Gaya bahasa dalam stilistika pragmatik merupakan gaya bahasa yang didasari oleh sebuah konteks. Setiap manusia ketika bertututr kata pasti memiliki gaya bahasa tersendiri dan setiap kata yang dituturkan pasti memiliki latar belakang tertentu. Maksudnya setiap tuturan yang dituturkan pasti memiliki makna dan konteks karena konteks adalah sesuatu yang sudah ada sebelum tuturan itu dan situasi dari partisipan. 2.2.4.1 Hiperbola Hiperbola yaitu sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang memberikan pengertian lebih hebat dari pada kata. Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan, 2009:55). Keraf (2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang. mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan. membesar-besarkan suatu hal. Perhatikan contoh berikut: Jika tersenyum, lesung pipinya akan menyihir siapa saja yang melihatnya. Aliran darah di sekujur tubuhku menjadi dingin, jantungku berhenti berdetak sebentar kemudian berdegub kencang sekali dengan ritme yang kacau. Menurut peneliti, gaya bahasa hiperbola adalah penggunaan kata yang secara berlebihan dalam suatu karya agar karya tersebut terlihat lebih menarik. Gaya bahasa hiperbola sering kali digunakan, walaupun katakatanya tidak masuk akal. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas yaitu, kata “menyihir” yang di mana penggunaan kata tersebut seolah-olah membuat suatu senyuman mempunyai kekuatan ajaib atau ilmu gaib saat orang lain melihatnya. 2.2.4.2 Metonimia Aminudin (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa metonimia adalah pengganti kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu konstruksi akibat terdapatnya ciri yang bersifat tetap. Keraf (2007:142) berpendapat bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Sedangkan, Altenberd (dalam pradopo, 2013:77) mengatakan bahwa metonimia adalah penggunaan bahasa sebagai sebuah objek atau pengunaan sesuatu yang sangat dekat.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Perhatikan contoh berikut:. Aku telah membantu ibu menjual telur dengan mengendarai honda bebek kami. Menurut peneliti, gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan merek atau pembuat benda/dagangan tersebut. Berdasarkan contoh di atas dapat kita lihat pada penggunaan kata “honda” yang di mana honda merupakan kendaraan roda dua yang digunakan untuk menjual telur. Kata honda itu sendiri merupakan sebuah nama perusahaan transportasi. 2.2.4.3 Personifikasi Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barangbarang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati. Menurut KBBI, personifikasi adalah pengumpamaan benda mati sebagai orang atau manusia, seperti bentuk pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia. Perhatikan contoh berikut:. Dinding-dinding kamarnya seakan hendak menggenjetnya. Menurut peneliti, gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang digunakan oleh penulis dalam mengibartakan benda-benda mati menjadi.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. seakan-akan hidup layaknya manusia. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “dinding-dinding kamar yang hendak menggenjet” kata “menggenjet” di sini memiliki artian yang sama dengan kata menekan atau menghimpit. Dinding kamar digambarkan seolah-olah mempunyai kekuatan untuk berpindah tempat dan mampu menekan seseorang layaknya seorang makhluk hidup seperti manusia. 2.2.4.4. Pleonasme Keraf (2009:133) berpendapat bahwa pleinasme adalah semacam acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan. satu gagasan atau pikiran. Apabila kata yang. berlebihan tersebut dihilangkan maka tidak mengubah makna/arti. Gaya bahasa pleonasme dapat disimpulkan menggunakan dua kata yang sama arti sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti maupun hanya sebagai gaya. Contohnya,. Ingin dan ingin lagi mendedahkan nasihat tentang kebersihan.. Menurut peneliti gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang lebih banyak namun jika sebagian dari kata tersebut dihilangkan makna dari kata-kata tersebut tidak akan mengalami perubahan. Dapat dilihat dari contoh di atas penggunaan kata “ingin dan ingin lagi” pada kata “ingin dan ingin lagi mendedahkan nasihat tentang kebersihan” jika kata “dan ingin lagi” dihilangkan dan menjadi kata.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. “ingin mendedahkan nasihat tentang kebersihan” hal itu tidak akan merubah makna kata-kata yang lainnya. 2.2.4.5 Metafora Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan tetapi tidak menggunakan kata perbandingan, jadi bagaimana melihat suatu dengan perantara benda lain (Pradopo, 1997:66). Metafora juga dapat diartikan dengan majas yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda yang diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama. Pengungkapannya berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata bagaikan, umpama, serupa, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi (Keraf, 2009:139). Contoh sebagai berikut:. Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka sebaiknya tahu masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali datang. Menurut peneliti, gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang membandingakan dua hal tidak secara terang-terangan dalam bentuk yang singkat dan padat. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali datang” di mana “masa kanak-kanak” dibandingkan dengan “surga”. Masa kanak-kanak adalah masa di mana seorang hanya tahu bermain, berkejaran, bahagia berkumpul bersama teman-teman dan mengalami proses perkembangan..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. 2.2.4.6 Simile/ Perumpamaan Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama. Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Sementara itu, simile. atau. perumpamaan. dapat. diartikan. suatu. majas. yang. membandingkan dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung, terdapat kata laksana, ibarat, serupa, bagai, umpama, seperti, layaknya, bak, dan sebagainya yang dijadikan sebagai penghubung kata yang diperbandingkan. Simile atau perumpamaan merupakan gaya bahasa yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata perbandingan seperti: semisal, bak, laksana, bagai, seumpama, dan sebagainya (Pradopo, 1997:62). Perhatikan contoh berikut:. Namun tampak di situ papan catur telah berubah serupa pembantaian di Padang Karbala. Menurut peneliti, gaya bahasa similie/perumpamaan adalah gaya bahasa yang dengan sengaja menganggap dua hal yang berbeda terlihat sama. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “papan catur” digambarkan serupa dengan “Padang Karbala”. Papan catur adalah sebuah alat yang digunakan dalam sebuah permainan, sedangkan Padang Karbala adalah sebuah nama kota yang terdapat di Irak..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. 2.2.4.7 Asosiasi Asosiasi. adalah. gaya. bahasa. perbandingan. yang. bersifat. memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa asosiasi adalah gaya bahasa yang berusaha membandingkan sesuatu dengan hal lain yang sesuai dengan keadaan yang digambarkan (Andri Wicaksono, 2014:37). Perhatikan contoh berikut: Mukanya bagai bulan penuh. Menurut peneliti, gaya bahasa asosiasi adalah gaya bahasa yang menggunakan perbandingan keadaan nyata yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan. Berdasarkan contoh di atas penggunaan kata “bulan penuh” menggambarkan bahwa bentuk mukanya itu bulat seperti bulan penuh yang bulat. 2.2.4.8 Eufemisme Eufemisme menggantikan menyinggung. adalah. suatu. ungkapan perasaan. dasar. yang atau. ungkapan mungkin. menyugestikan. yang dirasakan sesuatu. halus. untuk. menghina, yang. tidak. menyenangkan. Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat menggantikan satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama untuk menghaluskan maksud (Andri Wicaksono, 2014:37-38). Perhatikan contoh berikut:. Istrinya yang memiliki masalah dengan rahim dan kesuburan..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. Menurut peneliti, gaya bahasa eufemisme adalah gaya bahasa yang memperhalus. sebuah. kata. supaya. tidak. menyinggung. perasaan.. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “memiliki masalah dengan rahim dan kesuburan” sebagai ungkapan yang diperhalus dari kata tidak bisa memiliki anak atau mandul. Mandul merupakan kata yang kasar dan dapat menyinggung perasaan orang yang mendengar maupun yang mengalaminya. 2.2.4.9 Epitet Gaya bahasa epitet merupakan gaya bahasa. yang digunakan untuk. mengganti nama benda ataupun nama orang dengan sebutan lain. Tarigan (dalam Andri Wicaksono, 2014:38) berpendapat bahwa keterangan ini suatu frasa deskriptif yang memberikan atau menggantikan nama suatu benda dan nama seseorang, seperti raja rimba, putri malam, sepasang merpati, buaya darat, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut:. Cinta A Ling adalah jasad renik di seberang lautan yang selalu tampak olehku, cinta Ayah sebesar lapangan sepak bola, menari-nari di pelupuk mataku sering tidak ku lihat. Menurut peneliti, gaya bahasa epitet adalah gaya bahasa yang menggantikan kata sesungguhnya seperti nama benda ataupun nama orang dengan kata lain. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat nama “Cinta A Ling” digantikan dengan kata “Jasad renik”. 2.2.4.10 Alegori Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140). Majas Alegori.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. dapat diartikan majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran (Sadikin, 2011:32). Dengan demikian, alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan satu perbandingan utuh; perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh. Perhatikan contoh berikut:. Lidah manusia bagaikan sebuah pedang yang sangat tajam, maka bijaklah dalam menggunakannya.. Menurut peneliti, gaya bahasa alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu lambang untuk menjelaskan sesuatu. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “ lidah manusia bagaikan sebuah pedang yang sangat tajam” makna dari kiasan tersebut adalah bijaklah dalam menjaga tutur kata karena dengannya kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan dengan pula kita bisa celaka jika tak pandai mengendalikannya 2.2.4.11 Hipalase Gaya. bahasa. hipalase. adalah. semacam. gaya. bahasa. yang. mempergunakan sebuah kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 2009:142). Maksud pendapat di atas adalah hipalase merupakan gaya bahasa yang menerangkan sebuah kata tetapi sebenarnya kata tersebut untuk menjelaskan kata yang lain. Perhatikan contoh berikut:. Nenek tidur di atas sebuah kasur yang nyenyak..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. Menurut peneliti, gaya bahasa hipalase adalah gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu untuk menjelaskan suatu kata tetapi kata tersebut sebenarnya digunakan untuk menjelaskan kata yang lainnya. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “nenek tidur di atas sebuah kasur yang nyenyak” kata tersebut ingin menjelaskan bahwa yang tidur nyenyak tersebut adalah nenek bukan kasur. 2.2.5. Kerangka Berpikir Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan memberi gambaran. secara singkat terkait dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni mendeskripsikan wujud gaya bahasa dan makna gaya bahasa yang terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata, maka ada beberapa langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan berbekal beberpa teori tentang gaya bahasa dan pragmatik stilistika beserta dengan contoh-contohnya, maka peneliti: 1. Memahami penggunaan stilistika pragmatik dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 2. Mengidentifikasi gaya bahasa dan konteks pragmatik dalam dialog antartokoh yang terdapat di novel. 3. Mengkasifikasi setiap penggunaan gaya bahasa dialog anatartokoh 4. Mendeskrispikan gaya bahasa dan konteks yang terdapat dalam percakapan antartokoh 5. Memaknai gaya bahasa dan konteks yang terdapat dalam novel.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. Penelitian ini juga menggunakan beberapa teori stilistika pragmatik yang mendukung dalam menguraikan tuturan stilistika pragmatik dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pertama, Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Kedua, Stilistika Pragmatik adalah kajian terhadap bahasa dalam penggunaannya dengan mempertimbangkan beberapa unsur dasar yang penting bagi penafsiran terhadap wacana tertulis, khususnya wacana sastra (Black, 2011:1-2). Ketiga, Konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 2011:134). Keempat, Pradopo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti: bagai, sabagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding lain..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. Kerangka berpikikir sebagai berikut : Gaya Bahasa dalam majas perbandingan pada Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pragmatik. Konteks Pragmatik. Stilistika Pragmatik. Majas Perbandingan. Gaya Bahasa.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian keputakaan. Menurut Whitney (dalam Andi Prastowo, 2016:201) metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interprestasi tertentu. Penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode pemanfaatan dokumen. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah mendeskripsikan pemanfaatan gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Adrea Hiarata. 3.2 Sumber Data dan Data Menurut Lofland ( dalam Moleong, 2006 : 157) mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.. Dalam. penenlitian ini sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata, sedangkan data yang didapatkan oleh peneliti adalah melalui kata-kata yang dituturkan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan data yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2014 : 375). Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau. 31.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. diterapkan; teknik adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto, 2015:9). Menurut Mahsun (2007:92) metode adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa dan teknik dasar dalam metode ini adalah teknik sadap. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catat, yaitu untuk mencatat data-data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Peneliti meneliti dengan cara mencatat atau memberi tanda tuturan yang terdapat gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menggunakan laptop serta novel itu sendiri. peneliti terlebih dahulu membaca dengan cermat dan teliti novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. Kemudian mencatat hal-hal yang penting, misalnya percakapan antar tokoh yang mengandung gaya bahasa. Jadi, metode dan teknik yang baik digunakan dalam menganalisis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Persfektif Stilistika Pragmatik adalah metode simak dan dipadukan dengan teknik catat yang akan mempermudah peneliti mengumpulkan dan menganalisis data 3.4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes. yaitu. pengamatan. (observasi).. Metode. simak. (Pengamatan/Observasi). merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam ilmu sosial, metode ini dapat di sejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi (Mahsun, 2007:242). Peneliti akan melakukan pengamatan terhadap tuturan yang terdapat.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. Peneliti melakukan pengamatan dengan berbekal ilmu pragmatik, stilistika pragmatik dan pengetahuan tentang novel. 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi, mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak sama (Mahsun,. 2007:253).. Sesuai. dengan. tujuan. penelitian. ini,. yakni. mendeskripsikan gaya bahasa dan makna pragmatik stilistika yang terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata, maka ada beberapa langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan berbekal beberpa teori tentang gaya bahasa dan pragmatik stilistika beserta dengan contoh-contohnya, maka peneliti menggunakan cara analisis data sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi gaya bahasa dalam dialog antartokoh yang terdapat di novel, kemudian data tersebut dijadikan satu. 2. Mengklasifikasi setiap penggunaan gaya bahasa dialog anatartokoh 3. Mendeskrispikan gaya bahasa yang terdapat dalam percakapan antartokoh 4. Memaknai gaya bahasa yang terdapat dalam novel 5. Memasukkan data ke dalam tabel atau tabulasi data 6. Menunjukkan bukti untuk memperjelas keriteria suatu elemen yang menunjukkan gaya bahasa berdasarkan perspektif stilistika pragmatik dalam novel tersebut.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. 3.6 Triangulasi Data Terianggulasi data adalah teknik pemeriksaan kesalahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data lain (Moleong, 2006:330). Menurut (Sugiyono, 2012 : 241) mengatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Trianggulasi data akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidang stilistika pragmatik. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi penyidik. Dalam tringgulasi penyidik ini adanya penyidik yang ikut memeriksa hasil pengumpulan data dan tabulasi data yang telah diperoleh serta telah dianalisis oleh peneliti. Peneliti mempercayakan Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai penyidik dalam trianggulasi ini..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama deskripsi data penelitian gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. Bagian kedua adalah analisis data gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. Bagian ketiga adalah pembahasan hasil analisis yang akan mendeskripsikan gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. 4.1 Deskripsi Data Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Gaya bahasa dalam majas perbadingan berdasarkan konteks dalam pragmatik yang digunakan dalam novel ini berjumlah 7 gaya bahasa. Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam kajian bidang pragmatik karena dari konteks diketahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari tuturan tersebut sehingga dituturkan demikian. Mey (dalam Rahardi 2003:15) mendefinisikan pragmatik sebagai studi mengenai kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat. Kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan berdasarkan konteks dalam pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa. 35.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan. Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) makna pragmatik „menggambarkan karakter seseorang‟, (3) makna pragmatik „membandingkan‟, (4) makna pragmatik „menegaskan sauatu kejadian‟, (5) makna pragmatik „menunjukkan keadaan para pekerja‟. Gaya bahasa hiperbola, misalnya Aku kembali melayang menembus bintang gemerlapan menari-nari di atas awan, menyanyikan lagu nostalgia “Have I Told You Lately That I Love You”. Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola hal tersebut terlihat dari kata “melayang menembus bintang gemerlapan menari-nari di atas awan” yang memiliki makna si Aku sedang merasakan kebahagiaan dan membuat dia merasa seolah-olah melayang. Konteks dari kalimat tersebut saat si Aku baru saja bertemu dengan wanita impiannya. Gaya bahasa metonimia, misalnya Ayahnya diam-diam maklum dan mendukung Lintang dengan cara lain, yakni memberikan padanya sebuah sepeda laki bermerek Rally Robinson, made in England. Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa metonimia hal tersebut terlihat dari penggunaan kata “made in England”. Made in England merupakan kata yang menggangtikan.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. atribut objek sebuah sepeda yang bermerek Rally Robinson yang merupakan sepeda buatan Inggris. Konteks dari kalimat tersebut saat Lintang meminta bantuan kepada ayahnya tetapi ayahnya salah memberi jawaban. Sejak saat itu Lintang tidak pernah meminta bantuan lagi pada ayahnya dan ayahnya memberikan Lintang sebuah sepeda sebagai bentuk dukungnya kepada Lintang yang ingin menjadi orang pintar. 4.2 Analisis Data Subbab ini membahas hasil analisis gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik. Analisis gaya bahasa dilakukan untuk menemukan gaya bahasa berdasarkan konteksnya dalam pragmatik. Pragmatik pada hakikatnya adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Jadi yang akan dipaparkan dalam analisis ini adalah gaya bahasa dalam konteks pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Prespektif Stilistika Pragmatik sehingga menginterpretasikan makna oleh peneliti menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam novelnya. Berikut ini akan dipaparkan analisis lengkapnya. 4.2.1. Wujud Gaya Bahasa Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis. peneliti, peneliti menemukan 7 gaya bahasa berdasarkan konteksnya yang meliputi. gaya. bahasa. hiperbola,. metonimia,. personifikasi,. metafora,.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. simile/perumpamaan, dan alegori. Berikut ini akan diberikan masing-masing contoh analisis. 4.2.1.1 Gaya Bahasa Hiperbola Kalimat yang mengandung gaya bahasa hiperbola dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 9 buah. Berikut ini akan dipaparkan 4 dari data tersebut. Data A1. “Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin panas. Berada di toko ini serasa direbus dalam panci sayur lodeh yang mendidih.” Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur tulis di SD Muhammadiyah telah habis dan Ikal ditugaskan untuk mengambil kapur tulis tersebut ke toko Sinar Harapan. Saat itu sudah hampir tengah hari di mana kondisi kondisi toko juga dipenuhi dengan berbagai macam barang-barang membuat toko terasa semakin sempit dan membuat suasana semakin panas. Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang menggunakan kata serasa direbus dalam panci sayur lodeh. Kalimat ini dirasa terlalu melebih-lebihkan keadaan artinya bahwa kalimat tersebut dipakai untuk menjelaskan keadaan yang sangat panas di toko Sinar Harapan. Keraf (2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal. Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah saat kapur tulis yang biasanya digunakan untuk proses belajar mengajar di SD Muhammadiyah telah habis dan Ikal ditugaskan untuk meminta kepada A Miauw pemilik toko Sinar Harapan. SD Muhammadiyah selalu berhutang di toko itu untuk.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. keperluan kapur tulis dan pemilik toko yang kurang ramah membuat Ikal sedikit malas untuk mengambil kapur tersebut. Saat itu tengah hari matahari sangat terik sehingga membuat toko Sinar Harapan yang dipenuhi dengan berbagai jenis barang semakin panas. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi sebuah tuturan yang terjadi. Data A2. “ Mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.” Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur yang diberikan A Ling kepada Ikal terlepas dan terjatuh ke lantai sehingga A Ling dan Ikal harus memunguti kapur tersebut. A Ling yang awalnya hanya memunguti dari balik tirai akhirnya membuka tirai tersebut dan memperlihatkan paras A Ling yang sesungguhnya. A ling dan Ikal saling bertatapan dalam suasana hening dan membuat Ikal sangat terpana dengan parasnya A Ling. Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang menggunakan kata tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kalimat ini terasa terlalu melebih-lebihkan suasana, artinya saat mata Ikal dan A Ling saling bertatapan dan tidak ada kata yang bisa diucapkan oleh mereka karena Ikal terpana melihat paras yang selama ini sangat ingin dia lihat, sedangkan A Ling merasa terkejut melihat Ikal dan menyebabkan kapur yang telah dikumpulkan A Ling terjath kembali ke lantai. Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan, 2009:55). Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah seperti biasanya jika Ikal datang ke toko Sinar Harapan A Miauw sang pemilik toko pasti meminta putrinya yang bernama A Ling untuk memberikan kapurnya kepada Ikal. Biasanya A Ling memberikan kapur itu kepada Ikal melalui sebuah lubang kecil sehingga wajah A Ling tidak pernah terlihat. Hari itu saat A Ling memberikan kapur kepada Ikal, genggaman Ikal tidak kuat dan membuat kotak kapur tulis tersebut terjatuh dari genggaman mereka berdua. A Ling dan Ikal harus memungutui kapur tulis yang telah keluar dari kotaknya dan jatuh berserakan di lantai. A Ling yang awalnya hanya memunguti kapur dari balik tirai akhirnya membuka tirai tersebut dan untuk pertama kalinya Ikal melihat wajahnya A Ling. Mata A Ling dan Ikal saling bertatapan untuk pertama kalinya dan membuat suasana sangat hening. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya. Data A3. “Ia tak peduli dengan kapur-kapur itu dan tak peduli padaku yang masih hilang dalam waktu dan tempat.” Konteks : tuturan itu terjadi karena A Ling tersadarkan oleh keadaan di mana dia dan Ikal saling bertatapan yang menyebabkan pipinya yang putih menjadi merah merona karena merasa malu. A Ling kemudian bangkit dan.

Referensi

Dokumen terkait

dapat dikatakan bahwa antifrasis adalah gaya bahasa dengan kata-kata yang. bermakna kebalikannya dengan

Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan- gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Hasil analisis

Implikasi analisis gaya bahasa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu: Implikasi teoretis yaitu membuka wawasan yang berkaitan dengan

Siswa keempat bernama Veli. Dia adalah siswa SMAN 1 Baregbeg kelas XII IPA 2. Berdasarkan jawaban pada evalusi siswa dalam modul menganalisi isi dan kebahasaan novel, siswa sudah

Keempat, kejadian di masa Orde Baru yang dirasakan oleh Ikal dan teman-temannya sebagai masyarakat marjinal di Belitung Timur adalah kekecewaan terhadap

Kalimat di atas merupakan salah satu gaya bahasa perbandingan sebagai perumpamaan karena menggunakan kata bagai sebagai penghubungnya. Jika dilihat dari segi fungsinya,

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tema yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi ditinjau dari fungsi media adalah kondisi pendidikan di Pulau Belitung yang