• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa

4.2.1.5 Gaya Bahasa Simile/ Perumpamaan

Kalimat yang mengandung ga ya bahasa simile/perumpamaan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 18 buah. Berikut ini akan dipaparkan 5 dari data tersebut

Data E1. “Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun lagi.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Mus membagi teman sebangku kepada siswa yang hadir saat itu. Ikal mendapat

teman sebangku Lintang setelah mendengar hal itu Lintang sangat bahagia dan segera bergegas masuk ke dalam ruang kelas.

Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan kata seumpama. Artinya ketika Lintang duduk di bangku kelas ia tampak sangat bahagia bagaikan anak balita yang dinaikkan ke atas tank sangat senang dan tak mau turun lagi. Lintang sangat bahagia karena akhirnya dia bisa bersekolah. Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah sebelum dimulainya pembelajaran Bu Mus terlebih dahulu membagi teman sebangku kepada siswa yang hadir saat itu. Ikal mendapat teman sebangku Lintang, setelah mendengar hal itu Lintang sangat bahagia dan segera bergegas masuk ke dalam ruang kelas. Lintang sangat bersemangat di hari pertamanya sekolah dan dia juga terlihat sangat bahagia karena akhirnya bisa belajar dan bersekolah. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data E2. “Karena penampilan Pak Harfan agak seperti

beruang madu maka ketika pertama kali melihatnya kami merasa takut.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Pak Harfan pertama kali mengajar di kelas tersebut. Sebelum pak Harfan mengajar para siswa tersebut ketakutan melihat tampilannya tetapi setelah

menjalankan proses belajar mengajar para siswa menyukai cara mengajar pak Harfan.

Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan kata seperti dan menganggap penampilan pak Harfan sama dengan beruang madu. Artinya penampilan pak Harfan sama seperti beruang madu, penampilan Pak Harfan memiliki jenggot yang lebat sehingga seperti beruang madu. Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah hari pertama pembelajaran di SD Muhammadiyah dimulai dan Pak Harfan pertama kali mengajar di kelas tersebut. Sebelum pak Harfan mengajar para siswa tersebut ketakutan melihat tampilannya tetapi setelah menjalankan proses belajar mengajar para siswa menyukai cara mengajar pak Harfan. Mereka sangat mudah memahami materi-materi yang disampaikan pak Harfan kepada mereka. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data E3. “ Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas, ia menyalamiku dengan kuat seperti pegangan tangan calon mertua yang menerima pinangan.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat pertemuan pertama kalinya Ikal dan Lintang di SD Muhammadiyah di mana Lintang sangat bahagia karena bisa sekolah dan mendapatkan teman baru. Ikal dan Lintang menjadi teman sebangku karena sudah diatur oleh bu Mus. Ikal dn Lintang berkenalan dan menjadi sahabat.

Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan kata seperti dan menganggap Lintang menyalaminya layaknya seorang mertua. Artinya Lintang menyalami seperti pegangan tangan calon mertua yang menggambarkan bahwa Lintang memiliki nilai persaudaraan yang tinggi. Lintang sangat bahagia karena bisa sekolah. Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah hari pertama sekolah di SD Muhammadiyah Ibu guru Muslimah mengatur teman sebangku dari setiap siswa. SD Muhammadiyah lah pertemuan pertama kalinya Ikal dan Lintang di SD Muhammadiyah di mana Lintang sangat bahagia karena bisa sekolah dan mendapatkan teman baru. Ikal dan Lintang menjadi teman sebangku karena sudah diatur oleh bu Mus. Ikal dn Lintang berkenalan dan menjadi sahabat. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data E4. “Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut hitam yang sarangnya terbakar, lebih tergesa

dibanding waktu berangkat pagi tadi.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat jam 12 siang yang di mana merupakan jam istirahat para karyawan dari PN. Para karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang bersama keluarga, maka dengan cepat mereka berjalan memenuhi jalanan.

Penunjuk gaya bahasa perumpamaan pada kutipan tersebut karena menggunakan kata seperti. Artinya mengibaratkan karyawan PN Timah kelaparan seperti semut-semut hitam yang sarangnya kebakaran, dapat dimaknai bahwa mereka sangat laparsehingga mereka pulang ke rumah mereka dengan berjalan tergesa-gesa. Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama (Keraf, 2009:138).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah karyawan PN saat jam istrirahat yang digunakan untuk makan siang mereka diperbolehkan pulang ke rumah. Jam 12 siang yang di mana merupakan jam istirahat para karyawan dari PN. Para karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang bersama keluarga, maka dengan cepat mereka berjalan memenuhi jalanan. Waktu istirahat yang tidak lama sangat mereka manfaatkan untuk makan di rumah. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data E5. “Asap itu membuat penghuni rumah batuk-batuk, namun ia amat diperlukan guna menyalakan gemuk sapi yang dibeli bulan sebelumnya dan digantungkan berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat subuh para istri meniup potongan bambu untuk menghidupkan tumpukan kayu bakar. Asap tersebut mampu membangunkan seisi rumah bahkan hewan ternak yang tinggal di sekitar rumah.

Penunjuk gaya bahasa perumpamaan pada kutipan tersebut karena menggunakan kata seperti. Artinya mengibartkan gemuk sapi yang digantung berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian dapat diketahui bahwa gemuk sapi tersebut digantung di atas tungku seperti menjemur pakaian. Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama (Keraf, 2009:138).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah setiap subuh para istri meniup potongan bambu untuk menghidupkan tumpukan kayu bakar untuk digunakan memasak. Asap tersebut mampu membangunkan seisi rumah bahkan hewan ternak yang tinggal di sekitar rumah. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan)

Dokumen terkait