• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa

4.2.1.6 Gaya Bahasa Alegori

Kalimat yang mengandung gaya bahasa alegori dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 6 buah. Berikut ini akan dipaparkan 4 dari data tersebut

guru spiritual.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat para siswa SD Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan pak Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh pak Harfan dan Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga mereka telah disambut hangat oleh senyum pak Harfan da Bu Mus.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai pertauatan antara kata mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Artinya Seseorang yang sabar dalam mendidik dan menjaga orang lain. Kata mereka dimaksudkan di sini adalah Pak Harfan dan Bu Mus yang penuh dengan keikhlasan dan kesabaran dalam mengasuh sepuluh anggota Laskar Pelangi. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Bu Mus dan Pak Harfan guru SD Muhammadiyah yang rela bekerja mendidik anak bangsa tanpa harus di gaji. Siswa SD Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan pak Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh pak Harfan dan Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga mereka telah disambut hangat oleh senyum pak Harfan da Bu Mus. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data F2. “Di balik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus, dia memiliki an absolutely beautiful mind.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena Lintang merupakan siswa pintar yang sangat rajin ke sekolah meskipun dia harus menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh dibandingkan dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu sampai paling awal ke sekolah daripada siswa yang lainnya. Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai pertautan antara kata tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus. Artinya kondisi fisik seseorang tak menentukan kualiatas dari orang tersebut. Penggambaran tersebut merupakan gambaran fisik Lintang walaupun ia terlihat apa adanya tetapi ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Lintang berpenampilan apa adanya, karena menurut dia ilmu pendidikan itu sangat penting. Lintang merupakan siswa pintar yang sangat rajin ke sekolah meskipun dia harus menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh dibandingkan dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu sampai paling awal ke sekolah daripada siswa yang lainnya. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data F3. “Maka jika ditanyakan kepadanya bagaimana seekor cacing melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja

mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerja rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai saja, seumpama seekor monyet sedang mencari kutu di punggung pacarnya, ia akan membuat analogi buang hajat cacing itu pada sistem ekskresin protozoa dengan anatomi vakula kontraktil yang rumit itu, bahkan jika tidak di stop, ia akan dengan senang hati menjelaskan fungsi-fungsi korteks, simpai bowman,medulla, lapisan malpigi, dan dermis dalam sistem ekskresi manusia.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang menjelaskan sesuatu kepada teman-temannya dengan sangat detail sehingga mudah dipahami oleh teman-temannya. Lintang juga bereksperimen merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan pada pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran biologi. Ia menciptakan konfigurasi belajar metabolisme dengan cara yang mudah dipahami.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai pertautan antara penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas. Artinya Seseorang yang jika menjelaskan sesuatu kepada orang lain akan menjelaskan dengan sangat jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicaranya. Kalimat tersebut menggambarkan cara Lintang menjelaskan sesuatu kepada teman-temannya dengan penjelasan yang sangat jelas dan mudah dimengerti oleh teman-temannya. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah jika salah satu dari teman Lintang tidak memahami pembelajaran yang telah berlangsung dan meminta kepadanya untuk dijelaskan ulang. Lintang akan dengan senang hati membantu temannya. Lintang menjelaskan sesuatu kepada teman-temannya dengan sangat detail sehingga mudah dipahami oleh teman-teman-temannya.

Lintang juga bereksperimen merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan pada pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran biologi. Ia menciptakan konfigurasi belajar metabolisme dengan cara yang mudah dipahami. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data F4. “ Aku terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal dan teman-temannya sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari permainan mereka adalah saat para penarik pelepah yang bertenaga kuat berbelok mendadak serta dengan sengaja menambah kekuatan tarikannya. Tarikan dan belokan tersebut menyebabkan para penumpang terjatuh dari pelepah. Saat Syahdan mengambil peran sebagai co-pilot tiba-tiba Syahdan terjatuh tubuhnya terlentang, tergeletak tak berdaya, air menggenangi sebagian tubuhnya di dalam parit, dan dia tak bergerak.

Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai pertautan antara diam, kaku, dan tidak bernyawa. kaku, tak bernyawa, telah mati ketiga hal tersebut memiliki arti yang sama menandakan kalau Syahdan meninggal, padahal Syahdan hanya berpura-pura untuk mengelabui teman-temannya. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Ikal dan teman-temannya sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari permainan mereka

adalah saat para penarik pelepah yang bertenaga kuat berbelok mendadak serta dengan sengaja menambah kekuatan tarikannya. Tarikan dan belokan tersebut menyebabkan para penumpang terjatuh dari pelepah. Saat Syahdan mengambil peran sebagai co-pilot dan Ikal sebagai pilotnya tiba-tiba Syahdan terjatuh tubuhnya terlentang, tergeletak tak berdaya, air menggenangi sebagian tubuhnya di dalam parit, dan dia tak bergerak. Syahdan membuat semua temannya menjerit takut, takut jika Syahdan benar-benar meninggal. Syahdan menahan napas selama yang dia bisa demi mengelabui teman-temannya yang sudah panik melihatnya terlentang tak berdaya. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan). 4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa

yang dikatakan. Leech (2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang dimaksudkan pesannya. Studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang dalam suatu konteks khusus untuk memberi pengaruh terhadap apa yang dikatakan orang tersebut. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana penutur mengatur apa yang ingin dikatakannya dan disesuaikan dengan orang yang penutur ajak dibacara (mitra tutur), di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik merupakan studi makna kontekstual. Makna gaya bahasa dalam penelitian ini akan diiterpretasikan oleh peneliti berdasarkan penggunaan gaya bahasa jenis tertentu dalam kutipan novelnya. Peneliti menemukan beberapa makna dari gaya bahasa yang digunakan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Berikut ini akan dipaparkan makna dari gaya bahasa tersebut.

Dokumen terkait