• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa

4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi

Kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 4 buah. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.

Data C1. “Kadang-kadang mereka hinggap di jendela kelas sambil menjerit sejadi-jadinya, menimbulkan suara bising yang musingkan bagi perut-perut yang keroncongan.”

Konteks : tuturan itu terjadi karena siswa di SD Muhammadiyah sudah lapar, lelah, dan mengantuk tetapi belum saatnya pulang sekolah. Waktu pulang sekolah masih sekitar 5 menit lagi mereka meminta izin untuk pulang kepada Bu Mus tapi mereka tak diizinkan. Bu Mus menatap mereka dengan senyuman tapi mereka menatap Bu Mus dengan benci. Mereka semakin sulit berkonsentrasi karena kicauan burung prenjek yang sangat bising.

Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena menganggap burung prenjek menjerit-jerit, seakan-akan burung prenjak yang hinggap di jendela berperilaku layaknya seperti manusia. Kicauan burung prenjek yang dianggap sebagai jeritan dan mampu mengganggu konsentrasi saat mereka

merasa lapar.Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah saat hari sudah siang dan sudah hampir waktunya pulang sekolah. Siswa di SD Muhammadiyah sudah lapar, lelah, dan mengantuk tetapi belum saatnya pulang sekolah. Waktu pulang sekolah masih sekitar 5 menit lagi mereka meminta izin untuk pulang kepada Bu Mus tapi mereka tak diizinkan. Bu Mus menatap mereka dengan senyuman tapi mereka menatap Bu Mus dengan benci. Mereka semakin sulit berkonsentrasi karena kicauan burung prenjek yang sangat bising. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data C2. “Tapi harus diakui bahwa pesan ini mengandung sebuah tenaga.”

Konteks : tuturan itu terjadi Ikal dan teman-temannya pergi ke rumah Tuk Bayan, sesampainya di sana mereka menceritakan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Tuk Bayan memberikan gulungan kertas kepada mereka dan mengisyaratkan agar mereka segera pulang dan hanya membuka tulisan tersebut setelah sampai di sini. Isi pesannya mengandung sebuah makna yang cukup mendalam.

Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena menganggap sebuah pesan memiliki tenaga layaknya manusia. pesan yang mampu membuat cara pandang seseorang menjadi berbeda terhadap suatu hal. Menurut

KBBI, personifikasi adalah pengumpamaan benda mati sebagai orang atau manusia. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut Ikal dan teman-temannya pergi ke rumah Tuk Bayan, sesampainya di sana mereka menceritakan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Tuk Bayan memberikan gulungan kertas kepada mereka dan mengisyaratkan agar mereka segera pulang dan hanya membuka tulisan tersebut setelah sampai di sini. Isi pesannya mengandung sebuah makna yang cukup mendalam. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.

Data C3. “Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan langsung mendapatkan pertolongan cepat secara professional atau segera dijemput oleh mobil ambulans yang meraung-raung.”

Konteks : tuturan itu terjadi saat ada siswa yang sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans. Fasilitas yang sediakan oleh sekolah PN sangat lengkap terhadap siswa yang bersekolah di sana. Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena menganggap mobil ambulans meraung-raung layaknya makhluk hidup. saat ada siswa yang sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam

gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah fasilitas yang didapatkan siswa yang sekolah di PN Timah sangat lengkap. Jika ada siswa yang sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans. Fasilitas yang sediakan oleh sekolah PN sangat lengkap terhadap siswa yang bersekolah di sana berbeda dengan SD Muhammadiyah yang jika siswanya sakit hanya akan diberikan PIL APC yang berukuran sebesar kancing baju. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan

Data C4. “Wanita anggun itu tersentak kaget karena pertanyaannya secara mendadak dipotong oleh suara sebuah tombol meraung-raung tak sabar.” Konteks : tuturan itu terjadi saat seorang wanita sedang membacakan sebuah pertanyaan yang akan dijawab secara rebutan oleh beberapa kelompok siswa yang mengikuti pertandingan tersebut. Disaat pertanyaan sedang dilontarkan tiba-tiba dengan cepatnya regu f yang merupakan siswa dari SD Muhammadiyah membunyikan tombol agar segera dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut karena menganggap tombol meraung-raung layakya seperti manusia, jadi tombol seakan-akan benda hidup. wanita yang kaget karena mendengar suara tombol berbunyi saat dia

sedang bertanya. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah siswa-siswi SD dari beberapa sekolah sedang mengikuti lomba olimpiade cerdas cermat. Siswa dari SD Muhammadiyah mendapatkan nilai yang sama dengan salah satu SD yang mengikuti lomba tersebut. Juri membuat keputusan dengan memberikan pertanyaan rebutan untuk mendapatkan nilai tambahan dan bagi yang bisa menjawab benar nilai kelompoknya akan ditambah tetapi jika menjawab salah maka secara otomatis nilai akan dikurangi. Moderator seorang wanita sedang membacakan sebuah pertanyaan yang akan dijawab secara rebutan oleh beberapa kelompok siswa yang mengikuti pertandingan tersebut. Disaat pertanyaan sedang dilontarkan tiba-tiba dengan cepatnya regu f yang merupakan siswa dari SD Muhammadiyah membunyikan tombol agar segera dapat menjawab pertanyaan tersebut. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan

secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan)

Dokumen terkait