• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deiksis Persona Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Deiksis Persona Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA HIRATA

SKRIPSI

DEWI SIMANJUNTAK NIM 060701017

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA HIRATA

Oleh

DEWI SIMANJUNTAK NI M 060701017

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum Drs. Asrul Siregar, M.Hum NIP. 19610721 198803 1 001 NIP. 19590502 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua

(3)

PERNYATAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan

Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila

pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, Saya bersedia menerima sanksi berupa

pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Mei 2011

(4)

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA HIRATA

DEWI SIMANJUNTAK

ABSTRAK

Skripsi ini ditulis untuk mengetahui bagaimana bentuk deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan metode simak dan teknik catat, dan dalam pengkajian data metode yang digunakan adalah metode padan dan teknik pilah unsur penentu.Leksem-leksem yang menjadi bahan pembicaraan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk pronominal persona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deiksis dalam novel Laskar Pelangi terdiri atas tiga bagian, yaitu, deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal kedua, deiksis persona pronominal ketiga. Adapun deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi yang sering mengalami ketidakjelasan adalah Deiksis persona ponomina pertama,deiksis persona pronominal kedua,deiksis persona pronominal ketiga.

(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

Adapun judul yang dipilih oleh penulis adalah “Deiksis Persona dalam Novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata.”

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai

tanpa ada dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan terima

kasih sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak di bawah ini.

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Ketua Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, dan sekaligus dosen wali penulis

yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis selama menjalani masa

perkuliahan.

4. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum. sebagai Pembimbing I yang telah banyak

memberi masukan dan saran kepada penulis, baik dalam perkuliahan, maupun sewaktu

dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. sebagai Pembimbing II yang telah banyak

(6)

6. Bapak dan ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal dan pengetahuan, serta

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Saudari Tika, yang telah membantu

penulis dalam hal administrasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Sampe Thamrin Simanjuntak dan ibunda Purnama

Pardede, yang tidak hanya mendukung secara moral dan material, namun juga secara

spiritual di dalam doa. Semua ini penulis persembahkan untuk Ayah dan Bunda.

8. Adik-adik penulis Damos Gullit, Donna Esra, Benghad, Yolanda, dan Nartauli yang

banyak memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini,

9. Untuk seluruh keluarga Ompung H.Simanjuntak dan Ompung Pardede yang telah

banyak memberikan dukungan baik secara moral dan materi

10. Sahabat-sahabat penulis Lidia Sianturi, Mery Kristina Gultom, Marlina Tarigan, Nelly

Sitohang, Monica Tarigan, Triana Hutabarat, Fitriani Siahaan, Vera Hutapea dan

teman-teman seangkatan ‘06 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, yang

mendorong penulis untuk menghasilkan yang terbaik, khususnya mereka yang hadir

secara langsung saat penulis mempertahankan proposal dan skripsi ini.

11. Adik-adik angkatan ‘07, 08, 09, serta kakak dan abang angkatan ’05 yang tidak dapat

disebutkan namanya satu-persatu, yang banyak memberikan dorongan dan semangat

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

12. Untuk teman-teman kost Berdikari 106 khususnya Tompydong, Lensi, Rohana, Adi,

Lina, kak Nini, Yanna, Betha, kak Berto, kak Eny, Lintong, Vera, Ana, Henny, dan

Nelly yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.

13. Teman seperjuanganku Lidia, Monica, Mery. Terima kasih buat kalian yang selalu

(7)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat

kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi

ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat menjadi sumber acuan bagi

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pragmatik.

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………6

1.3.1 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ……….……… 7

12 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ……….8

2.1.1Deiksis……….8

2.1.2 Deiksis persona ………9

2.1.3 Novel Laskar pelangi ………9

2.2 Landasan Teori ………....10

2.3 Tinjauan Pustaka ……….22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ...24

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 25 3.3 Teknik Analisis Data ... 26

BAB 1V DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI 4.1 Bentuk-Bentuk Deiksis Persona... 27

4.1.1 Deiksis Persona Pertama...28

(9)

4.1.1.2 Deiksis Persona Pertama Jamak...32

4.1.2 Deiksis Persona Kedua...36

4.1.2.1 Deiksis Persona Kedua Tunggal...36

4.1.2.2 Deiksis Persona Kedua Jamak...39

4.1.3 Deikis Persona Kedua...40

4.1.3.1 Deiksis Persona Ketiga Tunggal...40

4.1.3.2 Deiksis Persona Ketiga Jamak...48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...49

5.2 Saran...49

LAMPIRAN

(10)

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA HIRATA

DEWI SIMANJUNTAK

ABSTRAK

Skripsi ini ditulis untuk mengetahui bagaimana bentuk deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan metode simak dan teknik catat, dan dalam pengkajian data metode yang digunakan adalah metode padan dan teknik pilah unsur penentu.Leksem-leksem yang menjadi bahan pembicaraan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk pronominal persona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deiksis dalam novel Laskar Pelangi terdiri atas tiga bagian, yaitu, deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal kedua, deiksis persona pronominal ketiga. Adapun deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi yang sering mengalami ketidakjelasan adalah Deiksis persona ponomina pertama,deiksis persona pronominal kedua,deiksis persona pronominal ketiga.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa

Tipe studi ini juga menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksud penutur. Tipe studi ini menggali banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Boleh dikatakan bahwa studi ini adalah pencarian makna yang tersamar (George 1996: 3-4).

Komunikasi akan berjalan lancar apabila sasaran bahasa yang digunakan tepat, artinya bahasa itu dipergunakan sesuai dengan situasi dan kondisi penutur dan sifat pertuturan itu dilaksanakan. Hal ini sangat bergantung pada faktor-faktor penentu dalam tindak bahasa atau tindak komunikasi, yaitu lawan bicara, tujuan pembicara, masalah yang dibicarakan, dan situasi. Penggunaan bahasa seperti inilah yang dikaji dalam pragmatik.

(12)

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Pragmatik mengkaji lima hal yaitu deiksis, pranggapan, tindak ujaran, implikatur, dan struktur wacana. Deiksis adalah suatu kajian pragmatik yang merupakan gejala semantik yang terdapat pada kata-kata atau konstruksi yang dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan yang jelas. Istilah deiksis berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu deiktikos yang bermakna “hal penunjukkan secara langsung, berpindah atau berganti-ganti” tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, tempat dituturkannya kata-kata itu. Kata-kata seperti saya, dia, kamu, merupakan kata-kata yang bersifat deiktis, rujukan kata tersebut barulah dapat diketahui siapa, dimana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Dan peristiwa deiksis dapat terjadi pada bahasa lisan maupun tulisan, dapat pula berupa deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis sosial, deiksis wacana.

Deiksis persona adalah pemberian bentuk kepada peran peserta dalam kegiatan berbahasa. Dalam kategori deiksis persona yang menjadi kriteria adalah peran peserta dalam peristiwa berbahasa itu, peran dalam kegiatan berbahasa itu dibedakan menjadi tiga macam, yaitu persona pronominal pertama, persona kedua, persona ketiga (Haliday dan Hasan, 1984: 44).

Kata-kata deiksis persona pada setiap bahasa jumlahnya terbatas. Walaupun demikian, sistem deiksis justru termasuk sangat sulit dipelajari orang yang bukan penutur asli bahasa yang bersangkutan (Purwo,1980:12), Oleh karena itulah deiksis sebagai salah satu bidang kajian pragmatik menjadi topik dalam penelitian ini.

(13)

deiksis pronominal persona pertama, kedua, dan ketiga, khusus tentang persona pernah dilakukan oleh Sitepu (1998) yang terdapat didalam cerpen Bromocorah karya Mochtar Lubis, tetapi dibatasi hanya penggunaan deiksis dia dan mereka. Penelitian tentang

deiksis dalam novel belum pernah dilakukan untuk itulah peneliti tertarik meneliti bagaimana deiksis persona yang terdapat pada sebuah novel. Penelitian ini berjudul “Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata.

Novel Laskar Pelangi setebal 534 halaman ini merupakan sebuah novel yang mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali semenjak terbit pada September 2005 sampai dengan Januari 2008. Walaupun pengarang sastrawan pemula, tetapi karya-karyanya sudah menjadi Best seller. Laskar pelangi merupakan buku pertama dari novel tetralogi karya Andrea Hirata. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Endensor ,dan Maryamah Karpov, novel Laskar Pelangi sudah diadaptasikan menjadi sebuah film.

Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Production dan Mizan Cinema yang digarap oleh Riri Riza, film Laskar Pelangi disambut masyarakat dengan positif dan diterima dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Film ini bertahan lama di bioskop-bioskop Indonesia karena menarik minat penonton.

Novel Laskar Pelangi merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang pernah menuntut ilmu di Sorbonne, Prancis. Novel ini bercerita tentang kehidupan sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di Sekolah Muhammadiyah di Pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan.

(14)

terkenal dengan timahnya. Namun, dengan kepandaian bercerita, Andrea mampu menampilkan segala kekurangan dan keterbatasan hidup bukan hanya sebagai ironi dan tragedi, melainkan juga bisa berbentuk ria dan sukacita, angan dan kebahagian (Wikipedia Indonesia :2008).

Peneliti tertarik mengkaji novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata karena adanya bentuk deiksis persona yang rujukannya kurang jelas dapat dikemukakan sebagai contoh di bawah ini.

“Perubahan ekstrem suhu adalah konsekuensi samudra. Karena itu kemarau di kampung kami menjadi sangat tidak menyenangkan. Kepekatan oksigen menyebabkan tubuh cepat lelah dan mudah mengantuk. Namun, ada suku di mana-mana. Anda tentu paham maksud saya, bulan ini amat semarak karena banyak perayaan berkenan dengan hari besar negeri ini. Agustus, semuanya serba menggairahkan.”

Pada contoh di atas terlihat bahwa deiksis persona pronominal pertama jamak kami mengalami ketidakjelasan rujukan karena persona pronominal kami biasanya

mengacu kepada orang pertama jamak atau mengacu kepada orang pertama tunggal jadi bentuk persona pronominal kami seakan-akan menyembunyikan beberapa orang yang terlibat dalam pembicaraan tersebut dan tidak ingin mengacu dirinya secara langsung. Begitu juga dengan deksis persona pronominal kedua tunggal anda rujukannya kurang jelas karena bentuk persona pronominal anda dalam suatu pembicaran ikut berperan serta dalam suatu tuturan sementara dalam kalimat tersebut tidak ada terdapat jadi hubunganya tidak pribadi sehingga bentuk anda tidak diarahkan pada satu orang secara khusus. Pada contoh diatas hal-hal seperti banyak ditemukan dalam novel Laskar Pelangi ini jugalah alasan penulis untuk meneliti deiksis persona dalam novel Laskar

Pelangi.

(15)

Bahasa Jawa, ia menyimpulkan bahwa bahasa Jawa mengenal deiksis persona yang

dibagi dalam bentuk-bentuk kata ganti persona dan perilaku pada tingkat tertentu

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena ini fokus pada deiksis yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi. karena bahasa dalam sebuah novel juga ada keunikan dilihat dari bentuk-bentuk deiksis personanya. Hal ini juga yang menjadi latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi. Peneliti ingin mengungkapkan bentuk-bentuk deiksis persona yang

terdapat dalam Laskar Pelangi.

1.1.2 Masalah

Berdasarkan uraian di atas,dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bentuk deiksis persona apa sajakah yang mengalami ketidakjelasan rujukan dalam novel Laskar Pelangi?

2. Deiksis persona apa yang paling dominan muncul mengalami ketidakjelasan rujukan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?

1.2Batasan Masalah

(16)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Pada hakikatnya sebuah penelitian mempunyai tujuan tertentu yang memberi arah pelaksanaan penelitian tersebut. Hal ini dianggap penting agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan bentuk deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi.

2. Menjelaskan bentuk deiksis persona yang mengalami ketidakjelasan yang paling dominan terdapat dalam novel Laskar Pelangi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan masyarakat bahasa tentang bentuk deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi.

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide-ide penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,dkk. 1985:46) sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588), konsep adalah gambaran mental dari objek,

proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu konsep deiksis, deiksis persona, dan novel Laskar Pelangi

2.1.1 Deiksis

Istilah deiksis dipinjam dari istilah Yunani Kuno, yaitu deiktikos yang bermakna “hal penunjukkan secara langsung” dalam istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elentic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung (Purwo, 1984:2).

(18)

2.1.2 Deiksis Persona

Deiksis persona adalah referen yang ditujukan oleh kata ganti persona yang berganti- ganti tergantung dari peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama, apabila dia tidak berbicara lagi , dan kemudian menjadi pendengar maka ia disebut persona kedua, orang yang tidak hadir dalam pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan disebut persona ketiga (Purwo,1984:22).

2.1.3 Novel Laskar Pelangi

(19)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik

Menurut Yule, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna yang dikehendaki si penutur ( Cahyono, 1955: 213). Dalam pragmatik juga dilakukan kajian tentang deiksis, praanggapan, implikatur, inferensi, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana.( Levinso 1983 dalam Soemarmo 1988: 183).

Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada deiksis.

2.2.2 Deiksis

Istilah deiksis dipinjam dari istilah Yunani kuno, yaitu deiktikos yang bermakna “hal penunjukan secara langsung”.Dalam logika istilah Inggris dectic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elenctic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung (Purwo,1984:2)

Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkanya kata itu (Purwo,1984:1) seperti kata saya, aku,sini,sekarang.

(20)

Menurut Siregar (1996:32) deiksis lazim juga diartikan sebagai salah satu segi makna dari kata atau kalimat yang memiliki referen tidak tetap (seperti saya, sini, sekarang), maka kata atau kalimat itu mempunyai makna deiksis. Berbeda halnya

dengan kata-kata seperti: buku, gedung, dan pisau, di mana pun dan oleh siapa pun kata- kata itu diucapkan, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui jika diketahui tempat, oleh siapa, dan

pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan.

Contoh-contoh berikut dikatakan (Purwo dalam Asrul 1996: 24-25) akan memperjelas apa yang dimaksud dengan deiksis

Andaikan Anda seorang wanita muda yang berjalan seorang diri, lalu mendengar bunyi siulan, dan Anda merasa seolah-olah ingin menyatakan reaksi Anda kepada si pembunyi siulan itu bahwa Anda merasa sebal atau marah terhadap apa yang dilakukan si penyiul itu. Apa yang hendak Anda lakukan? Situasi seperti ini sebenarnya ada dua ketidakpastian. Pertama,Anda tidak tahu siapa yang menyuarakan siulan itu. Kedua,anda barangkali bukanlah orang yang dituju oleh orang yang membuat siulan itu. Jika Anda memalingkan wajah Anda dan mencemberuti si penyiul itu, berarti Anda mengakui bahwa siulan itu memeng dialamatkan kepada anda. Perbuatan yang Anda lakukan itu dapat dianggap perbuatan “ge-er”, terlalu cepat merasa “dibegitukan”.Arti semantis dari siulan itu sendiri jelas. Yang tidak jelas identitas si pengirim berita dan penerima berita; dengan kata lain aspek deiksis personanya tidak jelas.

(21)

berita juga jelas, dan yang dituju pun jelas, yang kurang jelas pada informasi itu adalah waktu berita itu ditulis dengan kata lain, deiksis waktunya tidak jelas.

Purwo (1984:22) mengatakan bahwa deiksis persona adalah referen yang ditujukan oleh kata ganti persona yang berganti-ganti tergantung dari peranan yang dibawakan oleh peserta tindakan ujaran. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia tidak berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar, maka ia disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam pembicaraan, tetapi menjadi bahan pembicaraan disebut persona ketiga.

Levinson (dalam Antilan, 2002:33) mengatakan bahwa deikisis persona adalah penyandian peran partisipan di dalam peristiwa bahasa. Pengertian yang sama dengan Levinson dibuat oleh Nababan. Nababan (1984:41) mengemukakan bahwa di dalam kategori deiksis persona yang menjadi kriteria adalah peran peserta di dalam peristiwa berbahasa.

Deiksis Persona adalah pemberian bentuk kepada peran peserta dalam kegiatan berbahasa. Dalam kategori deiksis persona yang menjadi kriteria adalah peran/peserta dalam peritiwa berbahasa itu. Peran dalam kegiatan berbahasa itui dibedakan menjadi tiga macam yaitu, persona pertama, persona kedua, persona ketiga ( Halliday dan Hasan, 1984:44). Dalam sistem ini, persona pertama kategorisasi rujukan pembicara kepada dirinya sendiri, persona kedua ialah kategorisasi rujukan pembicara kepada pendengar, dan persona ketiga adalah kategorisasi rujukan kepada orang atau benda yang bukan pembicara dan lawan pembicara.

(22)

akan berhasil. Sebagai contoh seorang mahasiswa Australia menggunakan bentuk kamu untuk memanggil seorang dosen di Indonesia. Bentuk tersebut dirasa kurang tepat karena bentuk ganti persona tersebut umumnya digunakan oleh pembicara yang mempunyai hubungan akrab dengan lawan bicara atau dari orang yang lebih tua ke yang muda. Sementara itu ada bentuk lain yang sama-sama untuk merujuk pada orang kedua tetapi khusus untuk memanggil seorang dosen yaitu Bapak atau Ibu sehingga apabila bentuk kamu yang dipilih komunikasi akan terganggu bahkan mungkin akan terputus

(23)

2.2.3 Bentuk-bentuk deiksis persona

Sehubungan dengan ketepatan pemilihan bentuk deiksis persona, maka harus diperhatikan fungsi bentuk-bentuk kata ganti persona dalam bahasa Indonesia. Ada tiga macam kata ganti persona, yaitu:

1.Kata Ganti Persona pertama

Kata ganti persona adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain kata ganti persona pertama merujuk pada orang yang sedang berbicara. Kata ganti persona pertama dibagi menjadi dua, yaitu kata ganti persona pertama tunggal dan kata ganti persona pertama jamak

Kata ganti persona pertama tunggal mempunyai tiga macam bentuk, yaitu aku, saya, daku (Purwo, 1984:17). Kata ganti persona pertama aku merupakan kata ganti yang sebenarnya (asli), sedangkan bentuk saya merupakan kata ganti persona pinjaman dari sahaya (Slametmuljono, 1957:54). Bentuk aku mempunyai dua varaiasi bentuk, yaitu -ku dan ku-, sedangkan bentuk saya tidak mempunyai variasi bentuk. Berdasarkan distribusinya sintaksisnya bentuk -ku merupakan bentuk lekat kanan, sedangkan bentuk ku- merupakan bentuk lekat kiri.

(24)

Dalam hal pemakainya, bentuk persona pertama aku dan bentuk saya ada perbedaan. Bentuk saya adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi untuk tulisan formal pada buku non-fiksi, pidato, dan sambutan. Bentuk saya banyak digunakan bahkan pemakaian bentuk saya sudah menunjukkan rasa hormat dan sopan. Namun, demikian tidak menutup kemungkinan bentuk saya dipakai dalam situasi non-formal Sebaliknya dengan aku lebih banyak dipakai dalam situasi yang tidak formal serta lebih menunjuk keakraban antara pembicara dan lawan bicara. Dengan kata lain bentuk saya tak bermarkah, sedangkan bentuk aku bermarkah keintiman (purwo, 1983:23).

Bentuk dan fungsi persona pertama tunggal berbeda dengan bentuk dan fungsi kata ganti persona jamak. Bentuk kata ganti persona jamak meliputi kami dan kita. Dalam bahasa Inggris, baik untuk merujuk bentuk kami dan kita hanya menggunakan satu bentuk, yaitu we. Bentuk we yang berarti kami akan meliputi (I, she, he, dan they) tanpa you sebagai lawan bicara sedangkan bentuk we yang berarti kita meliputi (I, she, he, they, dan you) (Haliday dan Hasan, 1984:50)

(25)

dan pembaca dan mungkin pihak lain (Leech, 1979:84). Oleh karena itu, bentuk kita biasanya digunakan oleh pembicara sebagai usaha untuk mengakrabkan atau mengeratkan hubungan dengan lawan bicara.

Dalam situasi yang berbeda bentuk kami memiliki rujukan dan makna yang berbeda. Sebagai contoh bentuk kami yang digunakan oleh seorang presiden atau seorang raja saat berbicara dengan rakyatnya bukanlah untuk merujuk pembicara tunggal, tetapi guna mencapai kesopanan tersebut mewakili dirinya (raja dan presiden) dengan segenap pembantunya dan kekuasaan. Bentuk persona pertama jamak selain merujuk pada pembicara. Kemungkinan juga merujuk pada lawan bicara (persona kedua). Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan konteks pertuturan.

Contoh :

Wah bajuku baru ! Pantas gayanya lain.

Bentuk kata ganti persona pertama –ku pada kalimat diatas merujuk pada lawan bicara bukan untuk merujuk pembicara. Penggunaan bentuk deiksis semacam ini biasanya digunakan oleh seorang pembicara yang sudah dewasa kepada anak kecil atau untuk menyinggung lawan bicara karena lawan bicaranya memakai baju baru

2. Kata Ganti Persona Kedua

Kata ganti persona kedua adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada lawan bicara. Dengan kata lain bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal maupun jamak merujuk pada lawan bicara.

(26)

b. Orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicaranya yang satusnya lebih rendah.

c. Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial

( Purwo 1984 : 23). Contoh :

1 “Kau tak usah ragu tentang hal itu. Baiklah aku akan mengganti pertanyaan ini kalau kau mau”

2 “……….Maukah kau membikin aku segelas teh”

Sebutan ketaklaziman untuk pronomina persona kedua dalam bahasa Indonesia banyak ragamnya, seperti anda, saudara, leksim kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak. Bentuk bapak/ pak, ibu/ bu yang merupakan bentuk sapaan kekeluargaan menandakan dua pengertian. Pertama, orang yang memakai hubungan akrab dengan lawan bicaranya. Kedua, dipergunakan untuk memanggil orang yang lebih tua atau orang yang belum dikenal. Dengan kata lain pengertian kedua menandakan hubungan antara pembicara dengan lawan bicara kurang akrab, sedangkan bentuk saudara, anda biasanya digunakan untuk menghormati dan adanya jarak yang nyata antara pembicara dan lawan bicara. Khusus untuk bentuk ketakziman anda biasanya dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, Meskipun kata itu telah lama dipakai kata ganti tersebut. Pada saat ini kata ganti tersebut dipakai :

1. Dalam hubungan yang tak pribadi sehingga bentuk anda tidak diarahkan pada satu orang khusus

(27)

Contoh:

a. “Ibu mau ke mana?”

b. “Bu Mus dan Tun ke mana, Bu ?” c. “Saudara harus ikut sekarang…”

d. “Saudara …Saudara. Bung tono, bukan ?”

Khusus untuk leksim kekerabatan seperti ibu, bapak, dan kakak disamping merujuk pada lawan bicara ( persona kedua) dapat juga merujuk pada pembicara (persona pertama) dan orang yang tidak terlibat langsung dalam tindak komunikasi (persona ketiga).

Contoh :

a. “Ibu masih kangen..engkau anak nakal tak bisa dikangeni.”

b. “Memang mungkin ibu akan sulit mendapatkan sawah ibu kembali.”

c. Bapak tidak akan pulang dari sorga. Mari kita pulang manis, mari kita pulang manis.”

d. Nanti kalau ibu sudah ketemu dia bapak akan datang menjemput Ikal dan Lintang.

Pada konteks kalimat (a) dan (b), bentuk ibu tidak lagi digunakan untuk merujuk pada lawan bicara seperti biasanya orang menggunakan tetapi digunakan untuk merujuk pembicara. Demikian juga pada kalimat (c), bentuk bapak pada kedua kalimat tersebut bukan untuk merujuk pada lawan bicara tetapi untuk merujuk pada orang ketiga yang tidak hadir pada saat tuturan tersebut diucapkan.

(28)

bentuk yang disesuaikan dengan kedudukannya dalam kelurga (bapak atau ibu) apabila sedang berbicara dengan anaknya atau orang lain yang masih memiliki hubungan kelurga.

Bentuk persona kedua di samping mempunyai bentuk tunggal seperti tersebut di atas juga mempunyai bentuk jamaknya, yaitu kalian, dan bentuk persona kedua tunggal yang ditambah dengan kata sekalian, seperti anda sekalian, kamu sekalian. Meskipun bentuk kalian tidak terikat pada tata krama sosial, yang status sosialnya lebih rendah umumnya tidak memakai bentuk itu terhadap yang lebih tua atau orang yang berstatus sosial lebih tinggi.

3. Kata Ganti Persona Ketiga

Bentuk kata ganti persona ketiga merupakan kategorisasi rujukan pembicara kepada orang yang berada di luar tindak komunikasi. Dengan kata lain bentuk kata ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pihak pembicara maupun lawan bicara.

Bentuk kata ganti persona ketiga dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu bentuk tunggal dan bentuk jamak. Bentuk tunggal pronominal persona ketiga mempunyai dua bentuk, yaitu ia dan dia yang mempunyai variasi -nya. Meskipun bentuk ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, namun ada perbedaan tertentu yang dimiliki oleh kedua jenis kata ganti persona ketiga perbedaan tersebut adalah membawa ciri penegas atau penekanan.

(29)

untuk merujuk kepada orang lain yang patut untuk dihormati walaupun lebih muda dari pembicaraan

Contoh:

a. Dia, kan yang memegang sawah ibu?” b. “lho, apa dia belum tahu dia itu anak siapa ?” c. “Ia bersembunyi di gang pintu keluar kereta. d. ,,Ibu yang menggadaikan sawah itu kepadanya

Bentuk persona ketiga jamak adalah mereka. Di samping arti jamak, bentuk mereka berbeda dengan kata ganti persona ketiga tunggal dalam acuannya. Pada umumnya bentuk pronominal persona ketiga hanya untuk merujuk insan. Akan tetapi pada karya sastra, bentuk mereka kadang-kadang dipakai untuk merujuk binatang atau benda yang dianggap bernyawa. Bentuk pronomina persona ketiga jamak ini tidak mempunyai variasi bentuk. Penggunaan bentuk persona ini digunakan untuk hubungan yang netral, artinya tidak digunakan untuk lebih menghormati atau pun sebaliknya.

Contoh:

a. “Mau mereka? Bisa tidur lho”

b. “Sejak dua hari terakhir itu mereka berdatangan.”

Kata ganti persona ketiga selain merujuk pada orang ketiga juga kemungkinannya merujuk pada persona pertama dan persona kedua. Adanya kemungkinan rujukan lain merupakan akibat perbedaan konteks penuturan.

Contoh:

(30)

Pada kalimat (a) bentuk penulis tidak merujuk pada persona ketiga, tetapi merujuk pada si pembicara,sedangkan pada kalimat (b) bentuk -nya merujuk pada lawan bicara (persona ketiga ) bukan pada persona ketiga.

2.2.4 Konteks

Konteks berhubungan dengan intraksi linguistik dalaam ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam tuturan, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Leoni, 2004: 48). Suatu konteks harus memenuhi delapan komponen yaitu S-P-E-A-K-I-N-G Hymes (dalam Chaer dan Leoni, 2004:48) komponen tersebut itu adalah:

1. S (setting and scene) setting berkaitan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung,sedangkan scene adalah situasi tempat dan waktu

2. P (participant) pihak –pihak yang terlibat dalam tuturan 3. E (ends) meujuk pada maksud dan tujuan pertuturan

4. A (Act sequence) mengacu pada bentuk ujuran dan isi ujaran

5. K ( keys) menbacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati.

6. I (instumentalis) mengacu pada jalur bahas yang digunakan

7. N (norm af interaction and interpretatioan ) mengacu pada tingkah laku yang khas dan sikap yang berkaitan dengan peristiwa tutur

(31)

2.2.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai deiksis bukanlah yang baru, tetapi sudah ada peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, yang meneliti khusus tentang dieksis persona di dalam novel laskar pelangi belum pernah diteliti. Penelitian yang relevan dengan ini adalah:

1. Krisna (2000) dengan skripsinya yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Batak Toba, dia menyimpulkan bahwa bahasa batak Batak Toba mengenal deiksis

persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Dalam membicarakan deiksis persona membagi tiga bagian yaitu kata ganti persona pertama tunggal seperti ahu, iba; pertama jamak seperti hamu; kata ganti persona tunggal seperti

ibana,ketiga jamak seperti nasida

2. Sitepu (1999) dengan skripsinya yang berjudul Deiksis Persona Dalam Cerpen Bromocorah. Ia hanya meneliti deiksis persona pada cerpen, maka

deiksis yang didapatinya hanya terbatas apa yang terdapat pada cerpen tersebut. Deiksis persona yang dibahasnya hanya terbatas pada persona yang sering muncul seperti kata dia (persona ketiga tunggal), dan mereka (persona ketiga jamak)

(32)

4. Supinah (2006) dengan judul skripsinya Deiksis Waktu Dalam Bahasa Jawa, ia menyimpulkan bahwa deiksis waktu dalam bahasa Jawa dirangkaikan dengan kata iki,iku dan dalam bahasa Jawa iki menunjuk (secara luat tuturan ) pada waktu sekarang, sedangkan yang dirangkaikan dengan kata iku menunjukkan waktu yang lampa

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi

Menurut Malo,dkk (1985: 149) populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi dapat berupa kumpulan semua kata di Indonesia, semua wanita di daerah pedesaan, semua perusahaan jumlah buruhnya kurang dari lima ribu atau apa saja, pada dasarnya populasi adalah himpunan semua hal yang ingin diketahui. Populasi penelitian ini adalah semua deiksis persona yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

3.2.2 Sampel

(34)

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara kerja yang teratur dengan baik-baik untuk mencapai maksud. Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna menghasilkan tujuan yang sempurna.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andra Hirata. Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993:133). Metode simak adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa, dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah penggunaan bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Selanjutnya, untuk melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan (Sudaryanto,1993:135). Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari dan memeriksa data-data yang diperlukan, lalu mencatat data-data yang diperoleh.

Sesuai data buku yang menjadi objek kajian yaitu : Judul : Laskar Pelangi No ISBN : 979-3062-79-7 Penulis : Andrea Hirata Penerbit : PT. Bintang Pustaka Tanggal terbit : Maret 2008

(35)

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan (Sudaryanto, 1993:13-15) metode padan digunakan untuk menyeleksi serangkaian bentuk deiksis persona yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dengan menggunakan teknik dasar teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah pembeda referen, yaitu melihat referen yang ditunjuk oleh data.

Contoh:

1.“Kasihan Ayahku………..”(hal 3)

2.“Maka aku tak sampai hati memandang wajahnya” kata Mahar (hal 3) Bentuk ku-( kal 1) merupakan bentuk deiksis kata ganti persona pertama tunggal yang merupakan variasi dari bentuk deiksis persona pertama tunggal aku yang referenya mengacu pada orang yang sedang berbicara, pada kalimat (2) deiksis persona aku referennya berganti mengacu pada Mahar. Jadi kalau deiksis persona aku pada kalimat di atas referennya selalu berganti-ganti bergantung pada siapa yang pembicara contoh diatas rujukanya jelas. Pada contoh berikut deiksis personanya mengalami ketidakjelasan rujukan dapat dikemukakan pada petikan berikut

“Aku lebih takut padanya daripada buaya mana pun. Pria ini tak mau dikenal orang tapi sepanjang pesisir Belitong Timur, siapa tak kenal dia? (hlm.89).”

(36)

BAB IV

DEIKSIS PERSONA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

4.1 Bentuk-bentuk deiksis persona

Purwo membagi pronomina persona atas tiga bagian yaitu (1) persona pronominal pertama, (2) persona pronomina kedua, dan (3) persona pronomina ketiga, masing-masing memiliki bentuk tunggal dan jamak. Novel laskar pelangi menggunakan ’aku dan saya’ untuk deiksis persona pertama tunggal , ’kami dan kita’ untuk persona pertama jamak, ’kamu dan anda’ untuk deiksis kedua tunggal,’kalian’ untuk deiksis persona kedua jamak, ’ia,dia, dan beliau untuk persona ketiga tunggal, dan ’mereka’ untuk deiksis persona ketiga jamak

Berikut ini tabel deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi

No Tunggal Jamak

Pertama

Kedua

Ketiga

Aku,saya,-ku, ku-

Engkau,kamu,anda, -mu

Ia,dia,beliau,-nya

Kami,kita

Kalian

Mereka

(37)

4.1.1 Deiksis Persona Pertama

4.1.1.1 Deiksis Persona Pertama Tunggal

Di dalam novel laskar pelangi, untuk menyatakan deiksis persona pertama tunggal digunakan ’aku’. Deiksis persona ini boleh dipergunakan oleh siapa pun dalam percakapan sehari-hari. Dalam novel laskar pelangi, deiksis persona pertama aku ini dianggap netral,karena semua tingkat usia (muda,tua,sebaya) boleh menggunakan deiksis persona ’aku’ dalam berbicara.

Contoh 1

a. “Kasihan ayahku …………..”

maka aku tak sampai hati memandang wajahnya.

“barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli……..”

b.Maka pada malam itu aku tak bisa tidur akibat pusing menghitung beberapa jumlah guru di sekolah PN, tentu saja juga selain karena rasa senang akan masuk sekolah besok

c.”Aku mau ikut ke pasar, Cai,” Syahdan memohon kepada Kucai, ketika kami bagi kelompok dalam pelajaran pekerjaan tangan dan harus membeli kertas kajang di pasar”

(38)

e.”Aku juga sudah pernah baca buku itu, maaf aku tak suka, terlalu banyak nama dan tempat, susah aku mengingatnya.” Demikian komentar A Kiong mencari penyakit.

f. “Aku tak bisa melintas. Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak mau beranjak, mengahalang di tengah jalan. Tak ada siapa-siapa yang bisa kuminta bantuan. Aku hanya berdiri mematung, berbicara dengann diriku sendiri jawab Lintang”

Pada kalimat (1 a dan b) deiksis persona aku referenya mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu si pengarang yang sekaligus sebagai tokoh si aku dalam novel tersebut, kalimat (1c) deiksis persona aku referenya berganti mengacu kepada orang yang sedan berbicara, yaitu Syahdan, kalimat (1d) deiksis persona aku berganti mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu Kucai, kalimat (1e) deiksis persona aku mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu A Kiong, dan pada kalimat (1f)

deiksis person aku mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu Lintang. Dari kalimat di atas tampak juga bahwa dalam novel Laskar pelangi deiksis persona aku digunakan oleh semua tokoh yang tedapat dalam Novel Laskar Pelangi. Pada kalimat (1a dan 1b) Aku sebagai orang yang sedang berbicara dapat ditafsirkan sebagai pelaku atau tokoh dalam novel Laskar Pelangi yang sekaligus sebagai pengarang dari Novel Laskar Pelangi, kalimat (1 c,d,e,dan f) bentuk deiksis persona aku merupakan orang atau tokoh yang terlibat dalam Novel Laskar Pelangi

Deiksis persona aku mempunyai variasi bentuk yakni ku- dan –ku .bentuk ku- umumnya diletakkan di depan kata yang dilekatinya. Kata yang dilekati ku- biasanya verba. Misalnya kusapu, kubakar, kulihat

Contoh 2

(39)

“Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku…..”

b.”Tak satu pun kulihat ada anak muda memegang pacul! Tak pernah kulihat orang-orang muda demikian malas seperti di sini.”

Pada kalimat (2a) di atas bentuk persona ku- referennya mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu Ibu Harun , kalimat (2b) bentuk deiksis persona ku- mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu tokoh aku yang sekaligus pengarang dari novel laskar pelangi. Dengan demikian, deiksis persona ku- referennya berganti-ganti bergantung menjadi siapa yang menjadi pembicara.

Bentuk -ku biasanya menyatakan kepunyaaan, dan bentuk ini diletakkan sesudah kata yang dilikatinya. Biasanya kata yang dilekati –ku adalah nomina. Misalnya rambutku, mobilku, sekolahku. Dalam hal ini bentuk utuh aku tidak digunakan dalam novel laskar pelangi, misalnya rambut aku, mobil aku,sekolah aku.

Contoh 3

a. Maka sepatuku yang seperti bola itu kupinjamkan padanya. Borek rela menukar dulu bajunya dengan baju Syahdan. Lalu Syahdan pun, yang memang berpembawaan ceria, kali ini terlihat gembira,ia tak peduli kalau baju Borek kebesaran dan sebenarnya tak lebih bagus dari bajunya. Ada pula kemungkinan Borek kurapan, aku pernah melihat kurap itu ketika ramai-ramai mandi di dam tempo hari.

(40)

c.”Em….em….empat belassss…bujangku….tak diragukan lagi empat belas ….tak lebih kurang …..,”jawab beliau sembari tersenggal-senggal kehabisan nafas tapi juga tersenyum lebar riang gembira. Lintang menatap ayahnya dalam-dalam, rasa ngilu menyelinap dalam hatinya masih belia, karena Lintang tahu jawaban itu bukan dari ayahnya .

e. “Pendapatku adalah wajahnya persis benar dengan wajah orang yang sama sekali tidak pernah shalat.!”

Pada kalimat (3a) kata - ku mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu tokoh si aku yang sekaligus pengarang dari novel Laskar Pelangi dan ikut terlibat dalam novel tersebut, kalimat (3b)kata -ku referenya mengacu kepada orang yang sedang berbicara yaitu Samson dan pada kalmat (3c) bentuk- ku mengacu pada orang yang sedang berbicara yaitu ayah Lintang, pada kalimat (3e) deiksis –ku acuannya kurang jelas karena setelah dilihat dari rangkaian cerita bentuk deiksis –ku tidak terlibat pada saat pembicaraan tersebut. Dalam deiksis persona tunggal pertama juga terdapat deiksis saya yang lebih halus pemakaiannya dari deiksis aku

Contoh 4

a. “Terima kasih atas bantahan yang hebat ini, apa yang harus saya katakan, bidang saya adalah pendidikan moral Pancasila….,kata ketua dewan juri.(hal 376).

b.Suasana sunyi senyap dalam nuansa yang sangat tidak mengenakkan, dan semakin tidak enak karena sang Drs. Kembali mengudara dengan komentar sengak tanpa perasaan.

“Saya harap argumentasi mereka bisa setepat jawabannya tadi!”(hal 379)

(41)

d. Hoe vaak moet ik je dat nog zeggen!” hardiknya sambil melengos pergi. Benar kan kataku? Kira-kira maksudnya. Saya sudah komplian berapa kali masih saja keliru!(hal 438).

Pada kalimat ( 4 a) dewan juri berperan sebagai pembicara,dewan juri menyebut diri saya, sedangkan pada kalimat (4 b,c) dewan juri sudah bukan lagi pembicara, melainkan Drs. yang berperan sebagai pembicara, kalimat (4 d) deiksis saya referennya mengacu pada –nya yang berperan sebagai pembicara. Dengan demikian, acuan saya berpindah-pindah. Kata saya mengacu atau menunjuk kepada peran pembicara. Penunjukkan oleh pronominal orangan (persona) acuanya tidak tetap, bergantung kepada hadir tidaknya peserta dalam tuturan.

4.1.1.2 Deiksis Persona Pertama Jamak

Deiksis persona pertama jamak, novel laskar pelangi menggunakan ’kami dan kita’. Deiksis persona kita dalam novel laskar pelangi dipakai apabila si pembicara terlibat dalam pembicaraan bersama-sama dengan teman-temannya begitu juga dengan penggunaan bentuk deiksis persona jamak kita

Contoh:5

a. “Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,”demikian Bu Mus selalu menasihati kami.

(42)

“Bodenga…”

“Oh,….”kami menutup mulut serentak dengan tangan. Menakutkan sekali. Tak ada yang berani berkomentar. Tegang menunggu kelanjutan cerita Lintang.

d.”Masih ada lima menit sebelum azan zuhur. Ah, masih bisa satu lagi,” Ibu Mus sambil tersenyum simpul. Kami memandang beliau dengan suci.

e. Kami hanya terperangah Sekolah Muhammadiyah akan kita satukan untuk satu hal!!!

“Apa itu Har? Ayolah, bagaimana nanti kami akan tampil, jangan bertele-tele!” Tanya kami penasaran hampir bersamaan. Lalu inilah ledakan ide gemilangnya.

f.”Namanya Aling…….!” Bisiknya ketika kami sedang khatam Al-Quran di Masjid Al Hikmah. Jantungku berdetak kencang.

“Seangkatan dengan kita di sekolah nasional!” Dan pyrr!! Kopiah resaman Taikong Razak menghantam rihalan Syahdan.

g. Sekarang kami duduk di beranda sebuah rumah panggung kuno khas Melayu, rumah ibu Ikal.

“Bagaimana kabarnya si Ikal itu, Ibunda?” Tanya Mahar kepada Ibu Ikal.

h. “Rupanya dia dan kawan-kawannya sedang mengikuti semacam festival seni mahasiswa. Wajahnya di foto itu di coreng-moreng tak keruan tapi dia sebut itu seni?!!

(43)

i. Ibu Ikal mengepalkan tinjunya, kami ketakutan, beliau mengacung-acungkan pisau antip, kami tak berkutik, suara beliau meninggi.

Pada kalimat (5a) di atas, deiksis persona kami referennya mengacu pada orang yang sedang mendengar ucapan si pembicara, kalimat (5 b) deiksis persona kami mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan yang diceritakan oleh si aku sebagai pengarang yang terdapat dalam novel laskar pelangi, kalimat (5 c) kami mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan ketika mendengar cerita si Lintang,(5d) kami mengacu pada orang yang mendengar pembicara dan rujukan bukan pada pembicara, kalimat (5e,f,) kami mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan tersebut

Dengan demikian, deiksis persona selalu berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi pembicara. Dari kalimat di atas tampak jugalah bahwa di dalam novel Laskar Pelangi persona kami digunakan khusus untuk orang terlibat dalam percakapan yang ada dalam teks novel tersebut

Deiksis persona kita pemakaiannya sama dengan kami, tetapi dalam hal ini lawan bicara ikut terlibat langsung dalam pembicaraan.

Contoh 6

(44)

Suara Pak Harfan bergerumuh. Sebuah pidato yang menggetarkan. Kami bersorak- sorai mendukung beliau. Tapi berhenti sampai di situ

“Kita harus karnaval ! apa pun yang terjadi! Dan biar tahun ini para guru tidak ikut campur, mari kita beri kesempatan kepada orang-orang muda seperti Mahar untuk menunjukkan kreativitasnya, tahukah, kalian ….dia adalah seniman yang genius!”ujar Pak Harfan.

b.”Seangkatan dengan kita, di sekolah nasional!” dan pyrrr!kopiah resaman Taikong Razak menghantam ribuan Syahdan.

c.“Lihatlah sekolah kita,” pekik Sahara. Bangunan itu tampak menyedihkan dari jauh. Rupanya dilihat dari sudut dan jarak bagaimanapun, sekolah kami tetap seperti gudang kopra!

d.“kalau dia bisa berubah menjadi burung bayan, tak perlu susah-susah kita mencari-cari seperti ini,”desak Kucai sambil terengah-engah.

e.Ketika mendaftar badan mereka langsung diukur untuk tiga macam seragam harian dan dua macam pakaian olahraga. Mereka jug langsung mendapat kartu perpustakaan dan bertumpuk-tumpuk buku acuan wajib. Seragamnya untuk hari Senin adalah baju biru bermotif bunga-bunga yang sangat indah. Sepatu yang dikenakan berhak dan berwarna hitam mengilat. Sangat gagah ketika ber-marching band melintasi kampung. Melihat mereka aku segera ingat sekawanan

anak kecil yang lucu, putih, dan bersayap, yang turun dari awan seperti yang biasa kita lihat pada gambar-gambar buku komik. Setiap pagi para murid PN dijemput oleh bus-bus sekolah berwarna hijau.

(45)

g. Kita perlu menempuh ekspedisi gila-gilaan itu, karena seluruh lapisan langit dan gugusan planet itu sesungguhnya terkonstelasi di dalam kepala kita sendiri.

Pada kalimat (6a) di atas deiksis persona kita mengacu pada orang yang sedang berbicara, yaitu Pak Harfan dan murid-muridnya (6b) deiksis persona kita referennya mengacu pada orang berbicara yaitu tokoh aku yang terdapat dalam percakapan beserta dengan teman-temannya, kalimat (6c) deiksis persona kita referennya mengacu pada yang sedang berbicara yaitu si Sahara dan teman-temannya, kalimat (6d) deiksis persona kita referennya mengacu pada pembicara yaitu Kucai dan teman-temannya dan kalimat (6e,f,g) deiksis persona kita rujukannya kurang jelas karena seolah-olah melibatkan si pembaca ikut ambil bagian dalam ceritanya jadi deiksisnya kurang jelas. Dengan demikian deiksis persona kita referenya selalu berganti-ganti bergantung menjadi siapa yang menjadi pembicara. Dari pembicaraan diatas tampak jugalah bahwa di dalam novel laskar pelangi deiksis persona kita dapat dipergunakan oleh semua tingkat usia.

4.1.2 Deiksis persona Kedua

4.1.2.1 Deiksis persona kedua tunggal

Novel Laskar Pelangi menggunakan deiksis persona anda, mu,dan untuk menyatakan deiksis persona kedua tunggal. Di dalam novel Laskar pelangi, deiksis pesona anda,mu dan memiliki makna yang sama, yaitu menunjukkan persona kedua tunggal, tetapi pemakaian deiksis persona tersebut dapat menunjukkan perbedaan dalam penyampaian penutur terhadap lawan tutur.

Contoh 7

a. Maka aku tak memiliki pandangan sendiri mengenai perkara cinta pertama ini, yaitu cinta

pertama memang tak akan pernah mati, tapi ia juga tak akan pernah survive. Selain itu aku

(46)

kelontong, meskipun toko itu bobrok dan bau tengik, maka rebutlah cepat-cepat kesempatan

itu, karena cinta pertama semacam itu bisa menjadi demikian indah tak terperikan!.

b.Demikian pula pujian seoarang seksolog yang gemar bermain bulu tangkis: “Buku wajib bagi anda yang memiliki kelebihan berat badan dan kesulitan membina hubungan.”Rudy Hartono memuji habis-habisan:”sebuah buku yang menggetarkan!”

c. “Hmmm….hmm…sebuah topik yang memang patut dipelajari lebih jauh,

menarik sekali, siapa yang membimbing anda menulis ini?” beliau tersenyum lebar dan asap masih mengepul di mulutnya

d.Tapi Borek (bacanya bore,”e”nya itu seperti membaca elang, bukan seperti menyebut “e” pada kata edan, dan “k” nya itu bukan “k” yang penuh, Anda tentu paham maksud saya dan kucai didudukkan berdua bukan karena mereka mirip tapi karena sama-sama susah diatur.

e.Persoalannya adalah apakah Anda seorang religius, seorang Darwinian, atau seranog oportunis? Pilihan sesungguhnya hanya religious dan Darwinian sebab yang tak memilih adalah aportuni! Yaitu mereka yang berubh-ubah sikapnya sesuai situasi mana yang akan lebih menguntungkan mereka.

f.Perubahan ekstrem suhu dalam konsekuensi geografis pulau kecil yang dikelilingi samudra. Karena itu, kemarau di kampung kami menjadi sangat tidak menyenangkan, kepekatan oksigen menyebabkan tubuh cepat lelah dan mudah mengantuk. Namun, ada suka di mana-mana. Anda tentu paham maksud saya. Bulan ini amat semarak karena banyak perayaan berkenaan dengan hari besar negeri ini. Agustus, semuanya serba menggairahkan.

(47)

h. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan bahagia? Ialah apa yang Aku rasakan sekarang Aku memiliki minat besar pada seni akan membuat sebuah performing Art bersama para sahabat karib dan kemungkinan ditonton oleh cinta pertama? Aku mengalami kebahagiaan paling besar yang mungkin dicapai seorang laki-laki muda. i. Bunga jarum merah berbentuk Jarum yang lebat dengan ujung bulat kecil-kecil berwarna kuning. Ketika bunga jarum digabungkan dengan bunga rumput gunung tanpa diatur maka mereka seolah berebutan tampil. Ikatlah mereka dengan pita rambut berwarna biru muda dan tulislah sebuah puisi. Maka Anda akan mampu mendinginkan hati wanita mana pun.

Pada kalimat (7a) deiksis persona anda referennya mengacu pada orang tidak terlibat dalam percakapan tersebut tetapi itu mengacu pada pembaca yang seolah-olah terlibat dalam percakapan dalam teks novel tersebut. Dalam kalimat (7b) deiksis persona anda referennya mengacu kepada pembaca, sedangkan pada kalimat (7c) deiksis persona anda referennya mengacu pada tokoh Ikal (aku) ketika diwawancarai dalam test oleh seorang profesor yang sangat suka merokok, sedangkan pada kalimat (d,e,f,g,h, dan i) deiksis kurang tepat sama siapa rujukan dari referennya Karena tokoh Anda tidak terlibat dalam cerita tersebut.

Bentuk yang selanjutnya dari deiksis persona kedua tunggal adalah –mu yang merupakan perubahan bentuk dari kamu, yang apabila deiksis tersebut didahului oleh nomina yang artinya menunjukkan milik. Misalnya bukumu,sepatumu.

Contoh 8

a. “Buka bajumu! Perintahnya.”Biar kujadikan kau pria sejati pujaan kaum hawa…..ujar Samson kepada Ikal”

(48)

c. “ Kali ini Ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,”kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.

“ Bukan karena karyamu yang tidak bermutu, tapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki disiplin.”

Pada kalimat (8a) di atas kata mu-referennya mengacu pada Ikal sebagai lawan bicara dari Samson, kalimat (8b) kata mu- referennya mengacu pada suatu benda yaitu pada bulan yang tidak terlibat dalam pembicaraan tersebut tetapi hanya pelampiasan si pengarang untuk menyampaikan kekaguman sipengarang terhadap tokoh Lintang yang diibaratkan seperti bulan purnama ,sedangkan pada kalimat (8c) deiksis persona mu- referennya berganti mengacu pada Mahar sebagai lawan bicara dari Ibu Mus

4.1.2.2 Deiksis persona Kedua Jamak

Novel laskar pelangi menggunakan kalian untuk menunjukkan deiksis persona kedua jamak

Contoh 9

a “Ketahuilah wahai keluarga Ghudar, berangkatlah kalian ke tempat-tempat kematian kalian dalam masa tiga hari!” demikian Pak Harfan berteriak lantang sambil menatap langit melalui jendela kelas kami. Beliau memekikan firasat mimpi seorang penduduk Mekkah, firasat kehancuran Quraisy dalam kehebatan perang Bada

b.“ Apa itu Har? Ayolah, bagaimana nanti kami akan tampil, jangan bertele-tele!” Tanya kami penasaran hampir bersamaan. Lalu inilah ledakan ide cemerlangnya.

“Kalian akan tampil dalam koreografi massal suku Masai dari Afrika!”

(49)

d. “Dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi dan harus tampak gembira! Bersukacitalah seperti karyawan PN baru terima jatah kain, seperti orang Sawang dapat dapat utangan,seperti para pelaut terdampar di sekolah perawat!”

Pada kalimat (9a) deiksis persona Kalian referennya mengacu pada lawan tutur dari Pak Guru Harfan terhadap murid-muridnya yang sedang mendengarkan cerita tersebut, kalimat (9b dan c) deiksis persona kalian referennya mengacu pada teman-teman Mahar sebagai lawn bicara dari si Mahar, kalimat (9d) deiksis persona kalian referennya mengacu kepada teman-teman Mahar yang sedang dilatihnya dalam tarian yang berasal dari Afrika dan sekaligus sebagai lawan bicara dari Mahar. Dengan demikian, deiksis persona kalian referennya selalu berganti bergantung kepada siapa kalimat itu ditujukan, dari kalimat di atas tampak juga bahwa kalian dipergunakan apabila lawan tutur dnagan penutur memiliki usia yang berbeda. Pada kalimat (9a) pak guru sebagai penutur usia yang lebih tua dari lawan tuturnya, yaitu murid-muridnya, dan kalimat (9 a,b,dan c) deiksis persona kalian referennya mengacu pada penutur dan lawan tutur yang sebaya atau memiliki usia yang sama. Dengan demikian deiksis persona kalian referennya selalu berganti bergantung kepada siapa kalimat itu ditujukan.

4.1.3 Deiksis Persona Ketiga

4.1.3.1 Deiksis Persona Ketiga Tunggal

(50)

Contoh 10

a. “Baru Sembilan Pamanda Guru…,”ucap Bu Mus bergetar sekali lagi. Ia sudah tak bisa berpikir jernih ia berulang kali mengucvapkan hal yang sama yand telah diketahui semau orang. Suaranya berat selayaknya orang yang tertekan batinnya.

b. Kami semua tertawa sambil berguling-guling

A kiong tersinggung, tapi ia kehabisan kata, maka ditelannya semua ejekan itu mentah-mentah, pahit apa boleh buat, ia tak bisa mengonter cemooh secerdas itu.

c. Aku tak mengerti dari mana ia mendapat sebuah pengetahuan rahasia untuk membesarkan otot dada.

“Jangan bilang siapa-siapa….!” Katanya berbisik. Ia menoleh ke kiri dan kanan, seakan takut ada yang memperhatikan dan mencuri idenya. Lalu ia menarik tangank, kami pun berlari menuju belakang sekolah, sembunyi di ruangan bekas gardu listrik. d. “Inilah seni Bung khotbahnya di hadapan kami yang terkesima. Gayanya seperti pesulap sehabis membuka genggaman tangan untuk memperlihatkan burung merpati.

Dan ia mendapat angka Sembilan, tak ada lawannya. Angka itu adalah nilai kesenian tertinggi yang pernah dianugerahkan Bu Mus sepanjang karier mengajarnya . bahkan Lintang eskalipun tak berkutik.

e. “Kalau Nyonya mau marah, tumpahkan pada laki-laki berantakan ini,” kata Dahroji, ia pergi menahan murkanya.

kontrakkanku.

Ia merampas surat dari tanganku, membacanya sekilas lalu meloncat-loncat gembira.

(51)

g. kutatap Syahdan dengan senyum terbaik yang aku miliki ia membalas dengan pandangan aneh lalu ku angkat tubuhnya yang kecil untuk mendudukkannya di atas sepeda. Aku ingin , dengan gembira mengayuh sepeda itu, membonceng Syahdan.

h.“Hah ia menuduhku sudah sinting….?”

j.”Terakhir ia mengirimiku sepucuk surat dan diselipkannya selembar foto dalam

suratnya itu.”

Pada kalimat (10a) deiksis persona ia referennya mengacu pada orang yang sedang berbicara atau merujuk pada diri penutur tanpa menujukan pada lawan tutur, kalimat (10b) deiksis persona ia referennya mengacu A kiong yang ditujukan teman-temannya sebagai lawan bicara, kalimat (10c) deiksis persona ia referennya berganti lagi mengacu kepada orang yang ditunjuk pengarang atau tokoh aku atau dimaksudkan oleh tokoh aku adalah Samson, kalimat (10 d) deiksis personanya mengacu pada Mahar, kalimat (10 e) deiksis personanya mengacu pada Dahroji sebagai lawan tutur dari si Nyonya tersebut, kalimat (10 f) deiksis personanya mengacu pada keponakan dari tokoh Aku ‘ kalimat (10 g) deiksis persona referennya mengacu pada teman dari tokoh aku yang mengalami gangguan jiwa yaitu Trapani, sedangkan pada kalimat (10 h dan i) deiksis persona ia mengacu pada Syahdan sebagai lawan tutur dari tokoh Aku.

Pemakaian bentuk beliau juga terdapa dalam novel Laskar Pelangi yaitu

Contoh 11

a. “Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, di sini beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini.”

Beliau tak melanjutkan ceritanya.

(52)

c. Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat bahunya. “Genaplah sepuluh orang….,”katanya

d. Beliau di serang bertubi-tubi oleh para guru yang tak setuju ikut karnaval, tapi beliau dan Bu Mus berpendirian sebaliknya. Suasana memanas. Kami terjebak di

tengah.

e.”Hmmm….hmm…sebuah topik yang memang patut dipelajari lebih jauh, menarik sekali, siapa yang membimbing Anda menulis ini?” beliau tersenyum lebar dan asap mengepul dari mulutnya.

Pada kalimat diatas (11a) deiksis persona Beliau referennya mengacu pada Pak Karno yang terdapat dalam cerita tersebut, kalimat (11b) deiksis personanya mengacu pada ibu, kalimat (11c,d,e) deiksis pesona beliau referennya mengacu pada pada pak Guru Harfan, jadi deiksis beliau ini referennya selalu berganti-ganti bergantung pada siapa yang dimaksudkan dalam kalimat itu. Pada kalimat yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi kata ia dan beliau pemakaiannya bisa juga digantikan deiksis dia seperti contoh pada kalimat berikut

Contoh 12

a. “Belum tahu dia, orang Melayu lincah benar bersilat kata,”kataku dalam hati.

b.” Rupanya dia dan kawan-kawanya sedang mengikuti semacam festival seni mahasiswa. Wajahnya di foto itu dicoreng-moreng tak keruan tapi dia bilang itu seni?!”

c. Dia diam demi membuat pertimbangan serius, namun akhirnya ia menyerah, bukan kepada kami yang memohon tapi kepada hasrat sendiri yang terkekang untuk membual.

d. “ A Ling sudah pigi Jakarta…..Nanti dia terbang naik pesawat pukul 9. Ia harus menemani bibinya yang sekarang hidup sendiri, ia juga bisa mendapat sekolah yang bagus….”

(53)

f.”menurutnya itu seni lukis wajah, ya seni lukis wajah apa itu….gotik! ya gotik! Dia sebut itu seni lukis wajah gotik! Dan dia sangat bangga pada orang coreng-morengnya!”

g. “Dia sebut itu seni??? Ha! Seni!! barangkali dia ingin tahu pendapatku tentang seninya itu!!!”

Pada kalimat (12a) deiksis persona dia referennya mengacu pada orang yang terlibat dalam pembicaraan tersebut yang dimaksudkan penutur adalah lawan bicaranya’ kalimat (12b) deiksis persona dia referennya berganti mengacu pada tokoh Aku yang sedang diceritakan Ibunya ketika kawan-kawan SDnya mengunjungi Ibunya, kalimat (12 c) deiksis dia mengacu pada Mahar yang bahan pembicara dan sipendengar (12 d) deiksis dia referennya pada A Ling, kalimat (12 e ) deiksis dia referennya berganti mengacu pada tokoh Aku dan pada kalimat (12 f,g) deiksis dia mengacu kepada orang yang tidak ada dalam percakapan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi sehingga rujukannya kurang jelas. Jadi, deiksis dia referennya bisa berganti acuan tergantung siapa yang di maksudkan penutur.

4.1.3.2 Kata Ganti Ketiga Jamak

Dalam novel Laskar Pelangi menggunakan deiksis mereka digunakan untuk menunjukkan persona ketiga jamak. Sama halnya dengan persona ia dan dia serta beliau boleh dipakai oleh semua umur atau konteks yang ditunjuk oleh data.

Contoh 13

a.”Ikal……suara lirih itu berucap.

Eryn dan Profesor Yan kaget. Mereka terheran-heran apalagi aku. Kami saling berpandangan. Tak ada orang lain di ruangan itu kecuali kami bertiga dan kedua mahkluk malang itu

“Ikal…’’ panggilnya lagi.

“mereka memanggil Cicik!” teriak Eryn menatapku takjub.

(54)

selalu meniup-niup peliut. Tali merah bergulung-gulung keren sekali di bahu seragamnya itu.

“jumlah gurunya banyak.”

c.Mereka berdua hampir kehabisan nafas ketika tiba di depan Pak Harfan. “Bapak Guru…,” kata Ibunya terengah-engah.

“Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan kami tak punya biayauntuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku…”

d.”Mereka yang ingkar telah diingatkan bahwa air bah akan dating…”demikian ceritanya dengan wajah penuh penghayatan.

“Namun, kesombongan membutakan mata dan menulikan telinga mereka, hingga mereka musnah dilamun ombak…”

e.Lalu dengan hiruk pikuk sahut-menyahut teman-temanku, para Laskar Pelangi, berkomentar tentang pemandangan terhampar luas di bawah mereka.

f.Lalu Kucai menunjuk sebuah bangunan,” Hai! Tengoklah! Itu masjid kita

Seluruh khalayak meneriakinya, tak terima.“Itu kelenteng, bodoh!” Dan mereka pun terbelah dalam dua kelompok kusir.

g. Tapi agaknya bukan hanya Ayahku yang gentar. Setiap wajah orang tua di depanku mengesankan bahwa mereka tidak sedang duduk di bangku panjang itu karena pikiran mereka seperti Ayahku, melayang-layang ke pasar pagi atau ke keramba di tepian laut mambayangkan anak laki-lakinya lebih baik pesuruh di sana.

(55)

“Namun, kesombongan membutakan mereka, hingga mereka musnah dilamun ombak……….”

i.”Sekolah Muhammadiyah telah menciptakan suatau arwah baru dalam karnaval ini. Maka dari itu mareka telah mencanangkan suatu standar baru yang semakin kompetitif dari mutu festival seni ini. Mereka mendobrak dengan ide kreatif tampil all aut, dan berhasil menginterpretasikan denagn sempurna dari sebuah tarian dan musik dari negeri yang jauh.”

(56)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh dalam simpulan ini adalah sebagai berikut: 1.Berikut ini deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi yang disajikan dalam bentuk tabel.

No. Tunggal Jamak

Pertama

Kedua

Ketiga

Aku,saya,-ku, ku-

Engkau,kamu,anda, -mu

Ia,dia,beliau,-nya

Kami,kita

Kalian

Mereka

2.Sifat-sifat deiksis dalam novel Laskar Pelangi sebagai berikut:

• Bentuk deiksis persona sering melibatkan orang yang tidak terdapat dalam teks

percakapan dalam novel Laskar Pelangi.

(57)

5.2 Saran

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Hirata,Andrea.2008.Laskar Pelangi.Jakarta: Bintang Pustaka.

Kridalaksana,Harimurti.1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia .Jakarta; Gramedia.

Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatic. Gramedia: London and New York.

Nababan,Marti.2008.Deiksis Persona dalam Bahasa Simalungun. Fakultas Sastra, USU.

Purba, Antilan.2002.Pragmatik Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Purwo,bambang kaswanti.1984. Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi.. Jakarta: Balai

Pustaka

Siregar, Asrul.1997. “Pragmatik dalam Linguistik” (Diktat). Medan: Fakultas Sastra, USU.

Sitepu, Tabir.1999.”Deiksis Persona dalam Cerpen Bromocorah”( Karya Ilmiah).Medan:

Fakultas Sastra USU.

Soemarmo, 1988. Pragmatik dan Pengembangan Mutakhirnya . Universitas Katolik

Atmajaya: Jakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis bahasa: Pengantar Wahana kebudayaan

Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Supinah.2006.”Deiksis Waktu dalam bahasa Jawa Masyarakat Sunggal Kabupaten Deli

Serdang”(skripsi). Fakultas Sastra, USU

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Wijana, I Dewa Putu. 1985. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi..

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Hirata,Andrea.2008.Laskar Pelangi.Jakarta: Bintang Pustaka.

Kridalaksana,Harimurti.1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia .Jakarta; Gramedia.

Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatic. Gramedia: London and New York.

Nababan,Marti.2008.Deiksis Persona dalam Bahasa Simalungun. Fakultas Sastra, USU.

Purba, Antilan.2002.Pragmatik Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Purwo,bambang kaswanti.1984. Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi.. Jakarta: Balai

Pustaka

Siregar, Asrul.1997. “Pragmatik dalam Linguistik” (Diktat). Medan: Fakultas Sastra, USU.

Sitepu, Tabir.1999.”Deiksis Persona dalam Cerpen Bromocorah”( Karya Ilmiah).Medan:

Fakultas Sastra USU.

Soemarmo, 1988. Pragmatik dan Pengembangan Mutakhirnya . Universitas Katolik

Atmajaya: Jakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis bahasa: Pengantar Wahana kebudayaan

Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Supinah.2006.”Deiksis Waktu dalam bahasa Jawa Masyarakat Sunggal Kabupaten Deli

Serdang”(skripsi). Fakultas Sastra, USU

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

"Ia adalah satu dari segelintir orang Melayu asli Belitong yang berhak tinggal di Gedong dan orang kampong yang mampu mencapai karir tinggi di jajaran elit orang staf

Novel Laskar Pelangi juga telah diteliti oleh Karnia Septia Kusumaningrum (2009) dengan judul Aspek Kepribadian Tokoh Lintang dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan deiksis persona dan tempat serta fungsi dan makna deiksis yang terkandung dalam novel Supernova 1:

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar,

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) bentuk deiksis persona yang terdapat dalam novel Origami Hati karya Boy Candra, yaitu bentuk deiksis persona pertama tunggal (aku,

diri sastrawan seperti kapan, dan di mana dia dilahirkan, pendididkan sastrawan, agama, latar belakang sosial budayanya, juga pandangan kelompok sosialnya. Pendekatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konjungsi koordinatif yang digunakan dalam novel tetralogi Laskar Pelangi menyatakan (1) penjumlahan, yaitu konjungsi dan dan serta; (2)