KONJUNGSI KOORDINATIF
DALAM NOVEL TETRALOGI LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
Drs. Simon Ruruk, M.Hum
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia Toraja Email : sruruk@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunanaan konjungsi koordinatif pada novel Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Data dalam penelitian ini bersumber dari novel tetralogi Laskar Pelangi yang terdiri atas Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Data dikumpulkan menggunakan teknik catat. Penentuan data yang dijadikan sampel dilakukan secara purposif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konjungsi koordinatif yang digunakan dalam novel tetralogi Laskar Pelangi menyatakan (1) penjumlahan, yaitu konjungsi dan dan serta; (2) pemilihan, yaitu konjungsi atau; (3) pertentangan, yaitu konjungsi namun, sedangkan, dan sebaliknya; (4) pembetulan, yaitu konjungsi melainkan, dan hanya; (5) penegasan, yaitu konjungsi bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, dan jangankan; (6) pembatasan, yaitu konjungsi kecuali (7) pengurutan, yaitu konjungsi lalu, kemudian, dan selanjutnya; (8) penyimpulan, yaitu konjungsi jadi, karena itu, oleh sebab itu, maka, maka itu, dengan demikian, dan dengan begitu.
Kata kunci: Konjungsi Koordinatif, Tetralogi Laskar Pelangi
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi antar-manusia dengan antar-manusia yang lainnya yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Salah satu aspeknya adalah kata, klausa dan kalimat. Bahasa yang sangat eratnya kaitannya dengan manusia juga berfungsi sebagai kontrol sosial, yakni bahasa memengaruhi tingkah laku dan tinduk-tanduk orang lain. Selain itu, bahasa juga dapat menyatakan ekspresi diri. Artinya bahasa digunakan untuk mengungkapkan semua hal yang dirasakan atau yang dipikirkan. Dengan kata lain bahasa menjadi alat untuk menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada atau otak seseorang, sekurang–kurangnya untuk
menunjukkan atau memperlihatkan keberadaannya.
Bahasa memiliki satuan yang berupa fonem, kata, frase, klausa, kalimat. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang berupa klausa yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran yang lengkap. Selain itu kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1996:27).
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan ( Moeliono,dkk , 1988 : 254 ). Kalimat adalah adalah satuan bahasa yang relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa, menurut Cook dalam Tarigan ( 1984 : 8 ). Adapun menurut Ramlam
(1981:26 ) , kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik.
Berdasarkan unsurnya, kalimat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa (Ramlan, 1996:25). Kalimat berklausa ialah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa klausa, yang berupa satuan gramatik yang terdiri dari objek dan predikat, disertai objek, pelengkap, dan keterangan atau tidak. Dengan kata lain kalimat berstruktur S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terdapat dalam kurung itu bersifat manasuka (boleh ada, boleh tidak). Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa, misalnya Astaga! Atau Selamat malam!.
Berdasarkan jumlah klausanya kalimat dapat digolongkan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klauasa yang dihubungkan dengan konjungsi. Konjungsi merupakan hal yang penting dalam kalimat.
Konjungsi adalah kata yang menghubungkan kalimat atau bagian-bagian kalimat (Keraf, 1978:79). Kridalaksana (1984:99) mengungkapkan bahwa yang dimaksud konjungsi adalah kategori yang berfungsi meluaskan satuan-satuan lain dalaam kontruksi kalimat yang menghubungkan bagian-bagian yang setara maupun yang tidak setara. Chaer, (2009:81) menyatakan bahwa konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat. Jadi, konjungsi adalah salah satu jenis kata yang memegang peranan penting khususnya dalam pembentukan kalimat.
Penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai konjungsi pada novel tetralogi
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Salah satu hal yang melatarbelakangi penelitian ini,
karena belum adanya penelitian tentang konjungsi dalam tetralogi Laskar Pelangi. Padahal, sebagai novel yang mendapat predikat best seller, tetralogi Laskar Pelangi banyak menggunakan konjungsi, baik konjungsi koordinatif, maupun konjungsi subordinatif.
Konjungsi yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini adalah konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat. Menurut Chaer (2009:81), konjungsi koordinatif dibedakan atas:
a. Penjumlahan, yaitu konjungsi dan, dengan, dan serta.
b. Pemilihan, yaitu konjungsi atau
c. Pertentangan, yaitu konjungsi tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya.
d. Pembetulan, yaitu konjungsi
melainkan, dan hanya.
e. Penegasan, yaitu konjungsi bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi,
dan jangankan.
f. Pembatasan, yaitu konjungsi kecuali.
g. Pengurutan, yaitu konjungsi lalu, kemudian, dan selanjutnya.
h. Penyimpulan, yaitu konjungsi jadi, karena itu, oleh sebab itu, maka, maka itu, dengan demikian, dan dengan begitu.
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Ada konstituensi atasan dan ada konstituensi bawahan. Konjungsi subordinatif ini dibedakan lagi atas konjungsi yang menyatakan.
a. Penyebaban, yaitu konjungsi sebab, dan karena.
b. Persyaratan, yaitu konjungsi kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana, dan asal.
c. Tujuan, yaitu konjungsi agar, dan
d. Penyungguhan, yaitu konjungsi
meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun, dan sekalipun.
e. Kesewaktuan, yaitu konjungsi ketika, tatkala, sewaktu, sebelum, sesudah
dan sehabis.
f. Pengakibatan, yaitu konjunggsi
sampai, hingga, dan sehingga.
g. Perbandingan yaitu konjungsi seperti, sebagai, dan laksana.
METODE
Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan data kebahasaan dengan apa adanya.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel tetralogi Laskar Pelangi yang terdiri atas Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Data dikumpulkan menggunakan teknik catat. Penentuan data yang dijadikan sampel dilakukan secara purposif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat. Jenis-jenis konjungsi koordinatif yang terdapat dalam novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut ini.
1. Konjungsi koordinatif penjumlahan Konjungsi penjumlahan adalah konjungsi yang menghubungkan klausa yang satu denga klausa lainnya yang menyatakan penjumlahan atau penambahan . Yang termasuk konjungsi ini adalah konjungsi dan dan serta.
Data 1
Aku dan Lintang sebangku karena kami sama-sama berambut ikal.(Laskar Pelangi, hal.13).
Data 1 di atas menyatakan hubungan penjumlahan yang digunakan di antara dua
kata berkategori nomina. Kata yang berkategori nomina terdapat pada kata Aku, Lintang, Arai, Flo dan Mahar.
Data 2
Meloncat dan berlari sekencang-kencangnya menerabas ilalang, (Laskar Pelangi, hal. 96).
Data 2 menyatakan hubungan penjumlahan yang digunakan di antara dua buah kata berkategori verba. Kategori verba terdapat pada kata melompat dan berlari.
Data 3.
Bapak itu gendut dan botak. (Sang Pemimpi, hal.97)
Data 4
Syahdan yang kecil, santun, dan lemah lembut. (Laskar Pelangi, hal.477)
Data 3 dan 4 di atas menyatakan penjumlahan yang digunakan di antara dua buah kata atau lebih, yang berkategori ajektiva yang tidak bertentangan. Kata yang berkategori ajektiva namun tidak bertentangan terdapat pada kata gendut, botak, santun, dan
lemah lembut.
Akan tetapi, bila kedua kata berkategori ajektifa yang dihubungkan dengan konjungsi dan itu sifatnya bertentangan, maka tidak mungkin menduduki fungsi predikat. Jadi, kontruksi “anak itu malas dan rajin tidak berterima; tetapi bila menduduki fungsi subjek berterima. Seperti pada data di bawah ini. Data 5
Tua dan muda boleh datang, asal membayar.
Hubungan penjumlahan juga dapat dinyatakan dengan konjungsi serta. Hal ini dapat ditemukan pada data berikut.
Data 6
Pria itu adalah Harun; pria jenaka sahabat kami; pria yang sudah berusia 15 tahun; serta pria yang terbelakang mentalnya. ( Laskar Pelangi, hal. 7)
Konjungsi serta pada data 6 di atas digunakan di antara dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk koordinatif yang subjeknya adalah identitas yang sama. Sama dengan konjungsi dan, maka konjungsi serta
juga tidak dapat berposisi pada awal kalimat.. 2. Konjungsi Koordinatif Pemilihan
Konjungsi pemilihan ini adalah konjungsi yang menyatakan hubungan pemilihan anatara salah satu konstituen yang ada dalam kalimat majemuk. Yang termasuk dalam konjungsi ini hanyalah kata atau. Data 7
Majalah Kawanku atau majalah Hai untuk puisi-puisi yang tak pernah kukirimkan??. (Laskar Pelangi, hal. 279).
Data 8
Belajarkah orang di sana mengenai science, sastra, atau seni hinggah mengubah peradaban ??. (Sang Pemimpi, hal. 61).
Pada data 7 dan 8 di atas konjungsi
atau ditempatkan di antara dua buah kata yang berkategori nomina atau dua buah frase nominal. Yang dimaksud dengan frase nomina adalah pada kata Majalah Kawanku, Majalah Hai,science, sastra, dan seni.
Data 9
Tragedi atau drama semacam opera sabun tak pernah terjadi di sekolah Muhammadiyah. (Laskar Pelangi, hal. 401).
Pada data 9 di atas konjungsi atau di tempatkan di antara dua buah kata berkategori verba. Kata yang berkategori verba di atas adalah tragedi dan drama.
Data 10
Selamat atau tamatkah riwayatnya? (Laskar Pelangi, hal. 321)
Pada data 10 di atas, konjungsi atau ditempatkan di antara dua buah kata yang berkategori ajektiva yang maknanya berlawanan. Kata yang berkategori ajektiva yang maknanya berlawanan adalah kata selamat dan tamat riwayatnya.
Kalau yang dipilih terdiri lebih dari dua unsur, maka konjungsi atau ditempatkan di muka unsur terakhir. Hal ini dapat dilihat pada data 11 berikut ini.
Data 11
Apakah wajahnya seindah kuku-kukunya?? Apakah jari tangan kirinya seindah jari-jari tangan kanannya?? Atau apakah dia Cuma punya satu tangan??.
3. Konjungsi Koordinatif Pertentangan Konjungsi pertentangan adalah konjungsi yang menyatakan hubungan pertentangan. Yang termasuk dalam konjungsi ini adalah kata namun, sedangkan, dan
sebaliknya.
Data 12
Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawanya demi menempuh pendidikan, Namun tak sehari pun ia pernah membolos. (Laskar Pelangi, hal. 93)
Data 13
Ada orang memiliki kecerdasan sesaat, kekuatan menghafal yang fotografis, Namun
tanpa kemampuan analisis. (Laskar Pelangi, hal. 113).
Pada data 12 dan 13 di atas, terdapat konjungsi namun untuk menyatakan ‘hubungan pertetangan’. Kalimat sebelumnya berisi pernyataan, dan kalimat kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama. Konjungsi pertentangan juga dapat
ditandai dengan penggunaan konjungsi
sedangkan. Data 14
Kucai mengangkangi dahan tertinggi,
sedangkan Sahara bersilang kaki di atas dahan terendah. (Laskar Pelangi, hal. 159)
Data 15
Tiga puluh pemain tabla seluh tubuhnya di cat hitam mengkilat tapi wajahnya di cat putih mencolok sehinggah menimbulkan pemandangan yang sangat aneh. Sedangkan
dua puluh moran atau prajurit Masai sekujur tubuhnya di cat merah. (Laskar Pelangi, hal.321).
Pada data 14 dan 15 di atas, konjungsi
sedangkan digunakan untuk menyatakan pertentangan di antara dua buah klausa dalam satu kalimat, maupun antar kalimat. Konjungsi pertentangan juga dapat ditandai dengan penggunaan konjungsi sebaliknya. Data 16
Mendengar pidato itu para penonton kembali bergemuruh dan seluruh warga Muhammadiyah bersorak sorai senang karena sebuah kemenangan yang fenomenal.
Sebaliknya, kami delapan ekor ternak dalam koreografi hebat itu, tetap tak tahu semuah kejadian yang menggemparkan itu. (Laskar Pelangi, hal. 247).
Data 17
Sebagian dari mereka amat menderita,
sebaliknya, orang yang tidak cerdas hidupnya lebih bahagia, isi kepalanya damai tentram, sekaligus sepi, karena tak ada apa-apa di situ, kosong.(Laskar Pelangi, hal. 112).
Pada data 16 dan 17 di atas, konjungsi
sebaliknya digunakan untuk menyatakan pertentangan. Konjungsi ini dapat digunakan di antara dua buah klausa, atau di antara dua buah kalimat.
4. Konjungsi koordinatif pembetulan
Konjungsi koordinatif pembetulan atau peralatan adalah konjungsi yang menyatakan hubungan yang membetulkan atau meralat kedua konstituen yang dihubungkan. Yang termasuk kojungsi ini adalah kata-kata melainkan, dan hanya. Data 18
Bukan untuk merayu atau mengatakan cinta, bukan, sama sekali bukan, melainkan untuk menghibur Laksmi. (Sang Pemimpi, hal. 69).
Pada data 18 di atas konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkann atau meralat. Konjungsi melainkan di gunakan di antara dua buah klausa. Klausa pertama atau klausa sebelumnya berisi pernyataan yang disertai adverbia bukan, klausa kedua berisi ralat terhadap klausa pertama.
Data 19
A Ling, hari ini aku mendaki Gunung Selumar Tinggi, tinggi sekali, sampai ke puncaknya,
hanya untuk melihat atap rumahmu, hatiku damai sekali. (Laskar Pelangi, hal. 292) Data 20
Mereka hidup dalam terang, sebuah senter menyiramkan sinar tepat di atas kepala mereka dan pemikiran mereka hanya sampai pada batas lingkaran cahaya senter itu. (Laskar Pelangi, hal.113)
Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan ‘membetulkan atau meralat’ digunakan di antara dua buah klausa. Klausa pertama berisi pernyataan positif dan klausa kedua yang meralatnya yang berisi pernyataan yang mengurangi kepositifan itu. Namun konjungsi hanya bisa juga berfungsi untuk menyatakan hubungan pembatasan.
5. Konjungsi koordinatif penegasan
Konjungsi penegasan atau penguatan adalah konjungsi yang bmenyatakan hubungan penegasan atau penguatan. Yang termasuk konjungsi ini adalah kata-kata
bahkan, dan jangankan. Data 21
Kami kekerangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Bahkan kami tak punya seragam. (Laskar Pelangi, hal. 17-18).
Data 22
Sekian lama dalam kungkungan duka yang gulita, jangan-jangan laskmi mulai bergantung pada perasaan yang mengharu biru itu, bahkan
mulai menyukainya. (Sang Pemimpi, hal. 71). Pada data 21 dan 22 di atas, konjungsi
bahkan digunakan untuk menyatakan hubungan penegasan. Konjungsi bahkan
digunakan di antara dua buah kalimat atau kalusa. Hubungan penegasan juga dapat dinyatakan dengan penggunaan konjungsi
jangankan.
Data 23
Seisi gedung bioskop terhenyak membisu. Jangankan kami, bahkan seluruh penonton tak berkutik dibuatnya. (Sang Pemimpi, hal. 71).
Pada data 23 di atas, konjungsi
jangankan digunakan untuk menghubungkan ‘menegaskan atau menguatkan. Konjungsi
jangankan digunakan di antara dua buah kalimat atau klausa.
6. Konjungsi koordinatif pembatasan Konjungsi pembatasan adalah konjungsi yang ‘menghubungkan membatasi’. Yang termasuk konjungsi ini adalah kata
kecuali.
Data 24
Ia penolong dan ramah, kecuali pada Sahara. (Laskar Pelangi, hal.69).
Pemahaman terhadap penciptaan warna bukanlah persoalan optik, kecuali dewan juri ingin membantah Descartes atau Aristoteles. (Laskar Pelangi, hal.375).
7. Konjungsi Koordinatif Pengurutan
Konjungsi pengurutan adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa atau kalimat dengan kalimat yang menyatakan urutan atau sesuatu yang berurutaan, dalam urutan beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis. Yang termasuk konjungsi pengurutan ini adalah kata lalu, kemudian, dan
selanjutnya.
Data 25
Arai membelai serangga kecil itu, menggenggamnya dengan lembut, lalu
melemparkannya ke udara. (Laskar Pelangi, hal. 23)
Data 26
Anak beranak itu meninggal bersamaan, lalu
Arai tinggal berdua dengan ayahnya.(Laskar Pelangi, 18).
Pada data 25 dan 26 di atas, konjungsi
lalu digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam kejadian atau peristiwa secara kronologis. Konjungsi lalu digunakan di awal kalusa kedua dalam sebuah kalimat.
Data 27
Dadaku berdegup kencang. Kemudian
di langit-langit gua terdapat bebetapa lukisan paleolitikum yang menggambarkan orang-orang yang tak berpakaian sedang memakan mentah-mentah seekor burung besar yang mirip kalong. (Laskar Pelangi, hal. 397).
Data 28
Menginjak kelas tiga SD, ayahnya wafat, Arai menjadi yatim piatu yatim piatu, sebatang kara. Kemudian dia dipungut keluarga kami. (Sang Pemimpi, Hal.18).
Pada data 27 dan 28 di atas, konjungsi
kemudian digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam kejadian atau peristiwa secara kronologis. Konjungsi
kemudian digunakan di awal kalimat kedua. Data 29
Ia terlihat sangat bangga pada murid-murid miskinnya, matanya berkaca-kaca dan dengan haru beliau berucap lirih, “ Subhanallah … Subhanallah…’’. Selanjutnya mekanisme lomba menjadi monoton. (Laskar Pelangi, hal. 382-383).
Data 30
Chapter 10, berkisah tentang jerih payah Herriot mulai dia mendapat apresiasi dari petani Edensor. Selanjutnya, kubaca lagi gambaran tentang Desa Edensor yang indah, dan aku merindukan A Ling, rindu sekali. (Laskar Pelangi, Hal. 169-170).
Pada data 29 dan 30 di atas, konjungsi
selanjutnya digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam kejadian atau peristiwa secara kronologis. Konjungsi
selanjutnya digunakan di awal kalimat kedua. Konjungsi selanjutnya ini sama penggunaannya dengan konjungsi kemudian. 8. Konjungsi Koordinatif Penyimpulan
Konjungsi penyimpulan adalah konjungsi yang menyatakan hubungan penyimpulan. Yang termasuk konjungsi ini adalah kata
karena itu, oleh karena itu, maka,oleh sebab itu, dan jadi,
Data 40
Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas
Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya dapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup.
Karena itu, sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tammat riwayatnya. (Sang Pemimpi, hal. 4)
Data 41
Kluis adalah jendela alam semesta bagi bagi suku Melayu Belitong. Oleh karena itu, kluis sangat penting dan kuncennya bukan orang sembarangan. (Laskar Pelangi, hal. 275). Data 42
Tahun lalu SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas siswa, dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh. Maka diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan para oang tua murid pada kesempatan pagi ini. (Laskar Pelangi, hal.5)
Melalui data 40-42 di atas, dapatdisimpulkan bahwa konjungsi penyimpulan ini memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menghubungkan menyimpulkan terhadap isi kalimat-kalimat yang disebutkan di depannya. Secara semantik perbedaannya memang ada, yaitu bagaimana cara menarik sebuah simpulan itu. Namun semuahnya dapat saling disubstansikan. Konjungsi penyimpulan digunakan diantara dua buah kalimat.
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa konjungsi koordinatif yang digunakan dalam novel tetralogi Laskar Pelangi menyatakan (1) penjumlahan, yaitu konjungsi dan dan serta; (2) pemilihan, yaitu konjungsi atau; (3) pertentangan, yaitu konjungsi namun, sedangkan, dan sebaliknya; (4) pembetulan, yaitu konjungsi melainkan,
dan hanya; (5) penegasan, yaitu konjungsi bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, dan jangankan; (6) pembatasan, yaitu konjungsi kecuali (7) pengurutan, yaitu konjungsi lalu, kemudian, dan selanjutnya; (8) penyimpulan, yaitu konjungsi jadi, karena itu, oleh sebab itu, maka, maka itu, dengan demikian, dan dengan begitu
SARAN
Konjungsi koordinatif merupakan salah satu bagian dari konjungsi yang cukup menarik untuk dikaji. Akan tetapi selain konjungsi tersebut, di dalam keempat novel tetralogi Laskar Pelangi tersebut, juga terdapat konjungsi subordinatif dan campuran yang juga menarik untuk diteliti. Karena itu, disarankan kepada pembaca untuk melakukan penelitian mengenai kedua konjungsi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Jakarta: Rineka Cipta
Hirata,Andrea.2008.Laskar Pelangi. Jakarta: Bentang Pustaka
--- ---. 2008.Edensor. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka
---2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka ---2008. Maryamah Karpov.
Yogyakarta : PT Bentang Pustaka Keraf, Gorys. 1978. Tata Kalimat Bahasa
Indonesia. Ende Flores:Nusa Indah Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kelas Kata
Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Moeliono, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M .1981. Sintaksis. CV Karyono: Yogyakarta.
Tarigan, Henri Guntur. 1984. Sintaksis. Bandung : Angkasa.
Verhaar. 1996. Asas – Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.