• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh

Ahmad Bahauddin

NIM : 108011000164

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Fak/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Novel Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata

Tujuan penelitian dari novel Laskar Pelangi ini yaitu untuk menemukan bentuk pendidikan agama Islam yang ditampilkan dalam novel Laskar Pelangi, untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya dan untuk referensi dalam dunia pendidikan. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi pembaca, yaitu sebagai masukan dalam memahami suatu karya sastra, membantu dalam memahami suatu karya sastra dan sebagai rujukan dalam bidang pendidikan.

Metode dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaanyaitu suatu penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti buku-buku, artikel atau dokumen-dokumen lainnya. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu suatu cara pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis isi (Content analysis), yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi karya sastra, serta metode deskriptif, yaitu metode yang membahas objek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh.

(7)

ii

Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga,

sahabat dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari betul bahwa selama proses penulisan skripsi ini dalam

rangka mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Maka dari itu peneliti memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya sekaligus

ucapan terima kasih. Adapun apresiasi dan ucapan terima kasih ini peneliti

khususkan kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, MA dan Marhamah sholeh Lc., MA selaku Ketua

Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam juga seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Agama

Islam yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuannya selama

penulis menempuh pendidikan S1 di UIN.Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing selama

penulisan skripsi ini yang memberikan bimbingan, saran dan kritik selama

penulisan.

4. Tanenji, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama menjadi

mahasiswa.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di

Jurusan Pendidikan Agama Islam Ilmu Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(8)

iii

Anjaz Maulana yang tidak henti-hentinya memberikan Do’a dan

motivasinya.

8. Kawan-kawan Kost Tarekat yang selalu menemani begadang Saya sampai

akhir penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat.

10. Sahabat-sahabat saya dan teman-teman kelas ”E” PAI 2008 yang sudah

(9)

iv

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ……… ….. 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Nilai ... 7

2. Macam-macam Nilai ... 9

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 10

4. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 11

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 14

6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 15

7. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam ... 17

B. Deskriptif Novel 1. Pengertian Novel ... 28

2. Karakteristik dan Ciri-ciri Novel ………. 30

(10)

v

A. Rancangan Penelitian... 37

B. Sumber Data ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 38

D. Teknik Analisis Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Penulisan ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Novel 1. Sinopsis Novel ... 41

2. Unsur Instrinsik Novel ... 43

3. Unsur Ekstrinsik Novel (Biografi Pengarang)... 47

B. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Novel…… ... 48

C. Pembahasan Hasil Analisis 1. Nilai Tauhid ... 56

2. Nilai Ibadah ... 57

3. Nilai Akhlak ... 60

4. Nilai Sosial ... 63

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(11)
[image:11.609.143.488.169.530.2]
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa, masa depan

suatu bangsa bias diketahui dengan sejauh mana komitmen masyarakat bangsa

ataupun Negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional, tidak berlebihan

apabila founding father bangsa ini meletakan cita-cita yang luhur dengan memperhatikan masalah kesejahteraan dan kecerdasan bangsanya. Cita-cita luhur

itu ditegaskan dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa pembentukan

pemerintah negara Indonesia adalah dalam rangka “… melindungi segenap

bangsa, seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”1karena itu keberhasilan pendidikan,

menjadi salah satu tujuan dari bangsa ini.

Selanjutnya dalam UUD 1945 pasal 3 ayat 1, mengamanatkan kepada

pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu pendidikan

nasional yang mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepadaTuhan

Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Hal ini senada dengan apa yang tertuang dalam undang-undang system

pendidikan nasional yang berbunyi :

Pendidikan nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban kemauan dan mencerdaskan watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggungjawab.2

Dari perumusan tujuan diatas, semakin menegaskan bahwa pendidikan

merupakan sarana yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan dalam

kehidupan.

1

Pembukaan UUD 1945 alinea 4 2

UU RI No.20 tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional Bab 2 Pasal 3

(13)

Pada dasarnya setiap manusia terlahir dengan potensi kecerdasan

masing-masing sebagai anugerah Tuhan. Persoalannya justru terletak pada bagaimana

cara mengembangkan potensi kecerdasan yang beragam tersebut. Selama ini kita

cenderung terjebak pada pemikiran konsevatif dengan pola pengembangan yang

seragam. Jarang sekali orang melihat ke-khasan dari masing-masing individu.

Ironisnya, hal ini tidak hanya terjadi dalam keluarga, tetapi juga di sekolah,

sebuah lembaga yang notabene bertujuan membentuk manusia yang cerdas

secara komprehensif.

Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan

dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang akan

memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat.3

Mengenai pentingnya pendidikan ini, Islam sebagai agama Rahmatan lil’alamin,mewajibkan untuk mencari ilmu pengetahuan melalui pendidikan didalam maupun diluar pendidikan formal. Bahkan Allah mengawali

menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang

memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad Saw. Untuk membaca dan membaca.4

Membaca merupakan salah satu perwujudan dari aktifitas belajar dalam

pendidikan. Dan dalam arti yang sangat luas, dengan belajar pula manusia dapat

mengembangkan pengetahuannya dan sekaligus memperbaiki kehidupannya.

Betapa pentingnya belajar, karena itu dalam Al-Quran Allah berjanji akan

meningkatkan derajat orang-orang yang belajar daripada yang tidak belajar.5

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan islam merupakan

aplikasi nilai-nilai islam yang diwujudkan dalam pribadi anak didik dengan

konsep pendidikan islam yang sedemikian sempurnanya, dengan tujuan akhir

untuk mewujudkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam pribadi anak didik, dan

diharapkan pendidikan islam mampu menghasilkan alumni intelektual yang

3

OemarHamalik, Proses BelajarMengajar,(Jakarta: BumiAksara, 2003), H.79. 4

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an danTerjamahnya, (Bandung: SyaamilCipta Media, 2005), hal.543.

5

(14)

berkualitas.6 Namun kalau kita merenungkan keadaan masyarakat di Indonesia

saat ini kita banyak menjumpai berbagai masalah, seperti masalah budaya,

masalah politik dan terutama masalah pendidikan yang sifatnya sangat mendesak

untuk segera diperbaiki.

Masyarakat Islam yang cerdas adalah masyarakat yang mampu

menyesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini, yakni masyarakat yang

mampu memanfaatkan kemajuan tekhnologi, komunikasi, serta media cetak dan

elektronik guna menambah mutu dan kualitas pendidikan mereka. Serta

buku-buku yang dapat menjadi sarana yang efektif sebagai media penunjang

pendidikan, seperti novel dan cerpen.

Novel memiliki peranan penting terhadap masyarakat, karena novel bukan

hanya sekedar menyajikan wacana dan cerita kepada masyarkat, akan tetapi

novel juga sangat bereperan dalam kehidupan masyarakat, terlihat dari seorang

penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral karena mereka

berupaya agar sipembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ada dalam

alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan bagi sipembaca.

Novel termasuk karya sastra yang banyak beredar di masyarakat dan

memuat banyak nilai-nilai pendidikan untuk kehidupan manusia dalam setiap

ceritanya. Sebagai pembaca kita harus dapat menangkap nilai apa yang

sebenarnya ingin disampaikan dari novel tersebut kepada para pembaca, bukan

hanya sekadar bacaan yang menghibur semata.

Salah satu novel yang menjadi best seller adalah novel yang berjudul

Laskar Pelangi” karya dari Andrea Hirata ini merupakan salah satu novel dari karya anak bangsa yang dapat memberikan pesan-pesan pendidikan bagi setiap

pembaca novel Laskar Pelangi, karena kebanyakan dari novel saat ini hanya berceritakan tentang percintaan, kekerasan, pornografi dan tidak memiliki

nilai positif untuk masayarakat islam terutama, guna dapat memberikan

nilai-nilai pendidikan untuk perkembangan bangsa Indonesia.

6

(15)

Novel Laskar Pelangi termasuk novel yang bermakna. Peneliti memilih novel lascar pelangi sebagai bahan penelitian skripsi yang berjudul Nilai-Nilai

Pendidikan Agama islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangikarena, didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan agama islam yang dapat

memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, khususnya kepada para

guru di Indonesia. Didalam novel ini, dikisahkan para guru yang sangat luar

biasa.7 Para guru tersebut memiliki pola srategi pembelajaran yang sangat baik,

sehingga murid-muridnya mengikuti kepribadiannya yang baik. Walaupun

dengan fasilitas yang kurang memadai, tetapi para guru didalam novel Laskar Pelangi tersebut mampu menghasilkan murid-murid yang sangat luar biasa. Penulis sengaja memilih novel ini karena, di zaman sekarang ini para guru

banyak yang memiliki pola strategi pembelajaran yang kurang baik, dan itu

merupakan suatu hal yang salah. Guru itu diwajibkan untuk memiliki gaya atau

strategi pembelajaran yang baik.

Dari novel yang bertema pendidikan tersebut, diceritakan seperti apa

proses pendidakan zaman dahulu kala yang memang terbatas untuk berbagai hal,

seperti sarana dan prasarananya. Namun meskipun serba kekurangan mereka

tetap semangat untuk melakukan pendidikan, karena mereka yakin kalau

pendidikan itu sangatlah penting. Terutama peran dari Bapak Harfan Efendy

sebagai kepala sekolah yang sangat berjuang keras untuk melakukan pendidikan.

Dengan mengamalkan nilai-nilai pendidikan serta semangat pendidik dari

seorang kepala sekolah beserta gurunya untuk melakukan perubahan terhadap

pendidikan, membuat penulis tertarik untuk mengadakan analisis novel yang

tertuang dalam judul : “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA”

7

(16)

B. Identifikasi Masalah

Agar permasalahan tidak melebar, karena peneliti tidak mungkin

membahas semua novel yang tercantum di latar belakang masalah sebagai

berikut:

1. Banyak masalah yang dihadapi masyarakat Islam dalam hal ekonomi,

sosial, budaya hingga pendidikan.

2. Pengetahuan masyarakat Islam tentang Keislaman, Keimanan,

kepribadian, dan kemasyarakatan yang rendah serta tidak sesuai

dengan ajaran agama Islam.

3. Manifestasi nilai-nilai pendidikan Islam yang minim dalam kehidupan

sehari-hari

4. Banyak kemerosotan akidah, akhlak, ibadah, dan social

kemasyarakatan diakibatkan arus budaya yang sekuler, baik dari media

cetak seperti Koran, Majalah dan Novel.

C. Pembatasan Masalah

Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitiaan ini, maka

peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata meliputi sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Aqidah/Tauhid

2. Nilai Pendidikan Ibadah

3. Nilai Pendidikan Akhlak

4. Nilai Pendidikan Sosial/Kemasyarakatan

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah nilai-nilai

pendidikan agama Islam dalam novel “Laskar Pelangi” karya Adrea Hirata?”.

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel

(17)

b. Mendeskripsikan agar para pendidik maupun peserta didik dapat

meneladani sifat tokoh-tokoh yang ada didalam novel ini, yaitu

memiliki nilai pendidikan yang baik, terutama nilai-nilai pendidikan

agama islam.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Diharapkan dapat menambah keilmuan tentang nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

2) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai

nilai-nilai pendidikan agama islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangikarya Andrea Hirata

3) Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra

novel selanjutnya.

4) Untuk referensi dalam dunia pendidikan Agama Islam

b. Manfaat Praktis

1) Guru

Sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam menerapkan

pelaksanaan sistem pengajaran yang sesuai dengan ajaran islam

2) Siswa

Untuk lebih memotivasi dan meningkatkan semangat belajar siswa

dalam menempuh pendidikan.

3) Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah Ilmu Pengetahuan bagi

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Kemudian Penelitian ini,

mudah-mudahan bisa menjadi perbandingan bagi pihak-pihak yang

(18)

B B

II

K T

A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Nilai

Kata Nilai berasal dari bahasa inggris “value” termasuk bidang kajian

filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat

yaitu filsafat nilai (Axiology Theory of Value).1Filsafat juga sering diartikan

sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah dalam bidang filsafat dipakai untuk

menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness), kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.2

Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan

nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok, (The believed capacity of any object to statisfy a human desire).Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada

suatu objek, bukan objek itu sendiri.Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.Misalnya, bunga itu indah, perbuatan

itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya.Ada nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.3Secara umum kata nilai diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting dan bermutu atau berguna dalam

kehidupan manusia.Dalam estetika, nilai diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness).Nilai berarti suatu ide yang paling baik, menjunjung

1

Jalaluudin & Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, h. 106.

2Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87. 3

Kaelan, op. cit., h. 87.

(19)

tinggi dan menjadi pedoman manusia atau masyarakat dalam tingkah laku,

keindahan, dan keadilan.4

Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan keinginan

manusia.Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan membina manusia supaya

menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai dengan martabat human-dignity.Dan

human-dignityini ialah tujuan itu sendiri, tujuan dan cita manusia.5

Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut :

a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan (die Wertreihe des Angenehmen und Unangemen), yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan (Werte des Vitalen Fuhlens), misalnya kesehatan, kesegaran, jasmani, dan kesejahteraan umum.

c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak terkandung dari keadaan jasmani maupun

lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

d. Nilai-nilai rohani: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci (Wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen). Nilai-nilai

semacam ini terdiri dari nilai-nilai pribadi.6

Berdasarkan pada pendapat serta pengertian sebagaimana tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai ialah suatu hal yang bersifat normatif dan objektif, sebagai ukuran atas suatu tindakan yang menjadi norma

4

Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Universitas Negri Jakarta, 2008), h. 49-50.

5

Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional,1996), h. 135

6

(20)

yang akan membimbing dan membina manusia supaya menjadi luhur, berguna

dan bermartabat dalam kehidupannya.

2. Macam-Macam Nilai

Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas,

baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.Dari uraian pengertian nilai di atas,

maka Notonegoro dalam Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga

jenis nilai tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani

manusia atau kebutuhan material ragawi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohaniaan, yaitu segala sesuatu yang berguna rohani manusia.

Nilaikerohaniaan dapat dibedakan menjadi empat macam:

1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta

manusia).

2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan

(emotion) manusia.

3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak

manusia.

4) Nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak.

Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan

manusia.7

Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan

bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material

saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-material atau immaterial.

Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi

dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relative lebih mudah diukur, yaitu

dengan menggunakan panca indra maupun alat pengukur seperti berat, panjang,

luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian atau spiritual lebih sulit

mengukurnya. Dalam menilai hal-hal tersebut, yang menjadi alat ukurnya adalah

(21)

hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indra, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan

manusia.8

Dari berbagai uraian macam-macam nilai diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berbentuk material saja, namun sesuatu yang dapat diukur dengan panca indera juga mengandung nilai.

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah suatu Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

Pendidikan dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Tarbiyah yang berasal dari kata kerja Rabba, sedang pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘Allama. Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata Rabba beserta cabangnya dapat dijumpai di Al-Quran, misalnya dalam QS. Al-Isra’ (17):24 dan QS. Asy-Syu’ara (26):18, sedang kata ‘Allama antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2):31 dan QS. An-Naml

(27):16 Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi Saw :addabani rabbi fa ahsana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku akan menyempurnakan pendidikannya).9

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah di yakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.10

Musthafa Al-Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya

8

Kaelan, op. cit., h. 90

9Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009) h.14 10

(22)

dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi

salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud

keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.11

Dr.Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam persepektif

Islam, menyebutkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan

oleh seseorang kepada orang lain agar ia berkembang maksimal sesuai dengan

ajaran Islam.12

Sedangkan menurut Dr. Muhammad Fadil Al-Djamali, Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).13

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta didik dalam masa perkembangan agar ia memiliki kepribadian muslim.

Kepribadian muslim yang dimaksud adalah suatu proses hasil dari tingkah laku yang berpedoman sesuai ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist.

4. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dalam kosakata bahasa Indonesia, kata dasar memiliki banyak arti, diantaranya tanah yang di bawah air, bagian yang terbawah, bantal, latar, cat yang menjadi lapis yang di bawah sekali, cita atau kain yang akan dibuat pakaian, bakat, pembawaan yang di bawa sejak lahir, alas, pedoman, asas, pokok atau pangkal.14

Secara garis besar dasar dari pendidikan agama islam terbagi menjadi 3 yaitu : a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.Bagi seluruh umat manusia yang meliputi seluruh aspek

11

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1998). h. 10.

12

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 32.

13Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). h. 18 14

(23)

kehidupan manusia dan bersifat universal.Keuniversalan ajarannya mencangkup

ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia yang esensinya

tidak dapat dimengerti, kecuali bagi orang2 yang berjiwa suci dan berakal.15

Deden Makbuloh dalam bukunya Pendidikan Agama Islam mendefinisikan

Al-Qur’an yaitu Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan penukilan secara mutawatir.16

Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.Ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping masalah keimanan juga pendidikan.17

Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki kelengkapan yang sangat luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia.Al-Qur’an

merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik pendidikan sosial, moral, spiritual, material dan alam semesta.

b. Hadits (As-Sunnah)

Secara sederhana, Hadist atau As-sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya melaksanakan dakwah Islam.Contoh yang dibawa beliau dapat dibagi menjadi 3

bagian.Pertama, Hadist qauliyat yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan perstujuan Nabi Muhammad SAW.Kedua, Hadist Fi’liyat yaitu yang berisi tidakan dan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Nabi.Ketiga, Hadist Taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan dan persitiwa yang terjadi.18

Menurut Pakar fikih (fuqaha) Al-Sunnah adalah segala ucapan, perbuatan Rasul yang berkaitan dengan hukum, baik yang wajib, haram atau mubah.19

Rasulullah Saw. Mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam kaitan ini M. Athiyah al Abrasyi mengatakan: pada suatu hari Rasul keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan; dalam pertemuan

15

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya media pratama, 2001) h. 95

16

Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali pers, 2012) h. 158

17

Nur Uhbiyati, op. cit., h, 19

18Samsul Nizar, op. cit.,h. 97 19

(24)

pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang memberikan pelajaran.20

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah menjungjung tinggi kepada pendidikan dan memotivasi agar berkiprah kepada pendidikan dan pengajaran.

c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

1) UUD 1945, pasal 29

Pasal 29 UUD 1945 memberikan jaminan kepada warga Negara republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya, bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian pendidikan

Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan dijamin oleh Negara.21

2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional

Pertama.Pasal 1 ayat 2 disebutkan:“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai

agama, kebudayaan nasional Indonesia dan terhadap tuntutan

perubahan zaman .”

Kedua.Pasal 1 ayat 3 disebutkan:“Sistem pendidikan nasional adalah

keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”22

Sedangkan dari undang-undang no. 20 tahun 2003 ini dapat disimpulkan

bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

20

Nur Uhbiyati, op,cit., h. 21.

21

Nur Uhbiyati, op. cit., h. 23.

22

(25)

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan ialah Suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau

kegiatan telah selesai. Maka Pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan

kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya

bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk

tetap atau statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.23

Secara umum tujuan pendidikan ialah kematangan dan integritas

pribadi.Adapula yang merumuskan dengan kata-kata kesempurnaan.24

Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan yang

baik di dunia maupun di akherat.25

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya

Education Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk

membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. Atau sekurang-kurangnnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir.26Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya. Tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen

sifat dasar manusia yaitu: 1). Tubuh; 2). Ruh; 3). Akal yang masing-masing harus dijaga. Bedasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat dikelasifikasikan kepada:

a. Tujuan Pendidikan Jasmani

Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus memiliki tujuan kearah keterampilan-keterampilan

fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya ke perkasaan yang sehat. b. Tujuan Pendidikan Rohani

Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka

23

Zakiah Daradjat, op, cit., h. 29

24

Mohammad Noor Syam, op. cit., h. 144

25

Nur Uhbiyati, op. cit, h. 33.

26Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidkan Islam,(Jakarta: Ciputat Pres,

(26)

pendidikan Islam menurut Muhammad Qutub ialah meletakkan dasar yang

harus memberikan petunjuk agar manusia memelihara hubungannya yang

terus-menerus dengan Allah swt.

c. Tujuan Pendidikan Akal

Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal,

seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa

yang mereka pelajari. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan

hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas

dan pemahaman dikesampingkan.

d. Tujuan Sosial

Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah

menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.27 Dari pemaparan diatas tentang tujuan pendidikan Islam adalah bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang sempurna (insan kamil),

sesuai ajaran dan kepribadian Rosulullah, guna mendekatkan diri kepada Allah demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya

sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.

Ruang lingkup pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

27

(27)

Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan

Agama Islam yang umum dilaksanakan disekolah adalah :

a. Pengajaran keimanan

Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek

kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam,

inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun islam

b. Pengajaran akhlak

Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada

pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran

ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang

diajarkan berakhlak baik.

c. Pengajaran ibadah

Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah

dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu

melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk dan

memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.

d. Pengajaran fiqih

Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan

materi tentang segala bentuk-bentuk hukum islam yang bersumber pada

Al-Quran, Sunnah, dan dalil-dalil syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari

e. Pengajaran Al-Quran

Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang dimasukan dalam materi pendidikan agama islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.

f. Pengajaran sejarah Islam

(28)

awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan

mencintai Agama Islam.28

7. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari nilai dan nilai itu

diinstitusikan.Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan.

Pandangan Freeman But dalam bukunya yang berjudul Culture History Of

Westren Education yang dikutip oleh Muhaimin dan Mujib menyatakan bahwa

hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses

pembiasaan nilai, proses rekonstruksi nilai serta penyesuaian nilai.29

Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang

mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaiaan atau

sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi pengembangan jiwa anak sehingga

dapat memberikan out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan

masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai pendidikan peneliti mencoba

membatasi pembahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai

pendidikan Islam dengan nilai Tauhid / aqidah, nilai Ibadah, nilai akhlaq, dan nilai

sosial / kemasyarakatan.

a. Nilai-nilai Tauhid atau Aqidah

Aqidah adalah bentuk masdar dari kata ‘aqoda-ya’qidu-‘aqidatan yang

berarti ikatan, simpulan, perjanjian, tokoh.Sedangkan secara teknis aqidah berarti

iman, keyakinan dan kepercayaan.Sehinggga jika disimpulkan aqidah adalah

keyakinan yang menghujam dalam hati manusia.30Tauhid adalah menghambakan

diri hanya kepada Allah swt, tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah.

Hakikat tauhid adalah permulaan dan penghujung jalan hidup.Segala peningkatan

(Taraqqi) maupun penjenjangan (Tadaruj) yang dicurahkan kepada tauhid

sehingga manusia dapat mengukur kedekatan dan kejauhan hati manusia dengan

Allah.31Dalam hal ini manusia diwajibkan untuk memiliki keimanan terhadap apa

28

Arizona.blogspot.com/2012/06.ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam.

29

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Bandung : Trigenda karya, 1993),hal. 127.

30

Muhaimin dkk.Pemikiran Pendidikan Islam…hal. 242

31Jamaluddin Kafie, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta : Republika, 2003), cet.ke-2, hal.

(29)

yang ada dalam rukun iman. Dan dilarang menyekutukan Allah terhadap segala

hal, dan hal tersebut disebut syirik.Dosa syirik tidak dapat diampuni, karena

perbuatan syirik adalah termasuk kedalam dosa besar.

Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah al-Watsithiyah” yang di kutip oleh

Muhaimin dkk, menerangkan bahwa makna aqidah dengan suatu perkara yang

harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa menjadi

mantap tidak dipengaruhi keraguan dan juga tidak dihantui oleh buruk sangka.

Sebagaimana dikutip dalam bukunya “Al-‘Aqoid” Hasan Al-Banna menyatakan

aqidah sebagai suatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi

ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan

keraguan. 32

Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri aqidah dalam

Islam adalah sebagai berikut :

a) Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, karena itu aqidah tidak menuntut

yang serba rasional dalam aqidah

b) Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan aqidah

dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman.

c) Aqidah Islam diasumsikan sebagai perjanjian dan kokoh, maka dalam

pelaksanaan aqidah harus penuh keyakinan tanpa didasari dengan

keraguan dan kebimbangan.

d) Aqidah Islam tidak sebatas hanya diyakini, lebih lanjut lagi perlu

pengucapan dengan kalimat “Thoyibah” dan diamalkan dengan perbuatan

yang shaleh.

e) Keyakinan dalam aqidah Islam merupakan masalah yang supraempiris,

maka dalil yang dipergunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya

didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan

wahyu yang dibawa oleh para Rasul Allah SWT.

Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi

pokok yang diemban para Nabi, baik-tidaknya seseorang dapat ditentukan dari

32Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,(Jakarta : Kencana, 2007), cet.ke-2,

(30)

aqidahnya. Karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan manusia perlu di tentukan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat

menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah antara lain sebagai berikut :33

1) Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain.

Prinsip tauhid bukan saja mengesakan Allah seperti yang diyaini

kaum monoteis, melainkan meyakini kesatuan penciptaan. Karena itu, semua aktivitas harus ditauhidkan hanya untuk Allah semata, bahkan

Allah tidak akan mengampuni bagi orang yang menyekutukan-Nya, karena perbuatan syirik adalah dosa yang menyalahi prinsip utama dalam aqidah Islam. Firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa : 48:

إ

َ ﱠ ﭑﱠﻧ

ﮫِِﺑ كَﺮَﺸُۡﯾ نَأ ﺮُِﻔﻐَۡﯾ ﻻَ

ۦ

ِﺑ كۡﺮِﺸُۡﯾ ﻦﻣَوَ ءُۚٓﺎﺸََﯾ ﻦﻤَِﻟ ﻚَِﻟذَٰ نَودُ ﺎﻣَ ﺮُِﻔﻐَۡﯾوَ

ِﱠ ﭑ

ﺪَِﻘَﻓ

ىٰٓﺮََﺘﻓۡٱ

ﺎﻤًﯿﻈِﻋَ ﺎﻤًﺛِۡإ

٤٨

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh iatelah berbuat dosa yang besar.34

2) Aqidah harus dipelajari secara terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian didakwahkan kepada yang lain.

Sumber aqidah adalah Allah, dzat yang maha benar. Oleh karena itu cara mempelajari aqidah harus melalui wahyu-Nya dan rasul-Nya serta dari pendapat yang telah disepakati oleh umat terdahulu. Sedangkan cara mengamalkan aqidah dengan cara mengikuti semua

perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.35

33Muhaimin,

Kawasan dan Wawasan StudiIslam…hal. 269

34Al-Qur’an dan terjemahnya.…hal. 86 35Muhaimin,et al.

(31)

3) Akal dipergunakan untuk memperkuat aqidah bukan untuk mencari

aqidah. Karena aqidah Islamiyah sudah ada didalam Al-Qur’an dan

As-Sunah.

Aqidah / tauhid merupakan asas dienul Islam, pilar agama dan inti

risalah Illahi serta tujuannya. Ia poros sekaligus senderan agama. Umat

Islam sangat membutuhkannya lebih dari sekedar kebutuhan. Sebab hati

tidak akan hidup, tidak akan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan

kecuali dengan mengenal Tuhan-Nya, dan pencipta-Nya.36

b. Nilai-nilai Ibadah (‘Ubudiyah )

Secara bahasa ibadah dapat diartikan sebagai rasa tunduk (thaat),

melakukan pengabdian (tanassuk), merendahkan diri (khudlu’), menghinakan diri

(tadzallul).37Sedangkan menurut Abu A’la Al-Maudadi menyatakan bahwa ibadah

dari akar ‘Abd yang artinya pelayanan dan budak. Ibadah merupakan suatu

bentuk ketundukkan kepada eksistensi (Allah) yang memberi nikmat dan

anugerah tertinggi kepada manusia.38Jadi dapat disimpulkan hakekat ibadah

adalah penghambaan untuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah.39

Sedangkan ibadah dalam istilah adalah usaha untuk mengikuti

hukum-hukum dan aturan Allah dalam menjalankan hidup yang sesuai dengan

perintah-perintah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah

kesetian, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah serta

dilakukan tanpa adanya batasan waktu serta bentuk khas tertentu.40

Menurut Muhammad Abduh menafsirkan ibadah sebagai suatu bentuk

ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai

36

Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz As- Sulaimani Qor’awi, Cara Mudah Memahami Tauhid, ( Solo : At-Tibyan, 2000), hal.19

37

Yusuf Al Quradhawi, Ibadah Dalam Islam, ( Jakarta : Akbar, 2005), hal. 26

38

Yusron Razak & Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi dan Umum,(Jakarta : UHAMKA Press, 2011), cet-ke 1, hal. 137.

39

Achmad Chodjim, Alfatihah : Membuka Mata Batin dengan Surah Pembuka, (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet. ke-5, hal. 130.

40

(32)

dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukanya

kepada Dzat yang menguasai jiwa raga manusia.41

Sedangkan Ja’far Subhani mengartikan ibadah sebagai ketundukan dan

ketaatan yang berbentuk lisan sekaligus praktik yang timbul sebagai dampak

keyakinan tentang ketuhanan kepada Dzat yang kepada-Nya seseorang tunduk.42

Dari berbagai definisi di atas dapat diambil satu kesimpulan utama bahwa

hakikat ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan yang sempurna kepada Allah

disertai dengan rasa cinta kepada-Nya.43

Secara garis besar, Islam membagi ibadah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu

ibadah khusus, atau ibadah murni ( ibadahmahdhah) dan ibadah yang bersifat

umum ( ibadah ghoiru mahdhah).

Ibadah Mahdhah adalah segala bentuk aktifitas ibadah yang cara, waktu

dan kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-nya seperti shalat, puasa dan

haji. Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah

dalam al-Qur’an atau penjelasan Rasulullah sebagaimana dalam hadist. Tatacara

pelaksanaannya pun harus mengikuti sedemikian rupa seperti yang dikerjakan

Nabi, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi.Seperti : shalat, puasa

dan haji.44

Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tatacaranya tidak

ditentukan oleh Allah.Hal ini menyangkut segala macam amal kebaikan yang

diridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan.Ibadah pada aspek ini

cakupannya sangat luas dan dapat berubah-ubah setiap saat.Seperti : berinfak,

menyantuni anak yatim, membantu orang lain, berbakti kepada orang tua,

menyambung silaturahmi, menepati janji, menyeru kepada kebaikan dan melarang

kepada kemungkaran, dsb. Kesemua aktifitas berdasarkan diniatkan untuk

mencari ridha dari Allah swt.Selama yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan

syariat Allah.45

41

M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut Anda Ketahui, ( Jakarta : Lentera Hati, 2008), hal. 3.

42

M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman…hal.128.

43

Yusron Razak, dkk, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi, …hal. 139.

44M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1992), hal. 324-325. 45

(33)

Adapun bentuk-bentuk ibadah dapat dikelarifikasikan kedalam 3 bagian,

yaitu :

1) Ibadah person, suatu aktifitas yang tidak melibatkan orang lain,

melainkan semata-mata tergantung pada pihak yang bersangkutan

sebagai hamba Allah yang otonomi. Yang termasuk dalam kategori

ibadah ini adalah amaliyah keagaman seperti shalat, puasa, menuntut

ilmu, dsb.

2) Ibadah antar person, yaitu suatu kegiatan yang pelaksanaannya

tergantung kepada prakarsa pihak yang bersangkutan selaku hamba

Allah secara otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa (kemauan)

pihak lain. Misalnya pernikahan

3) Ibadah sosial, yaitu kegiatan interaktif antara seorang individu dengan

pihak lain serta dibarengi dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah.

Bentuk ibadah sosial ini seperti hubungan ekonomi, politik, budaya,

keamanan dsb. baik bersifat regional maupun internasional. 46

c. Nilai - nilai Akhlak

Menurut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khuluk.Khuluk

dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.47

Sedangkan menurut istilah akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia

sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir

berupa perbuatan baik atau buruk.48

Akhlak menurut Imam Al-Gazali, ialah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.49

Akhlak menurut konsep Ibnu Maskawih, ialah suatu sikap mental atau

keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa fikir dan

46

Muhaimin,Kawasan dan Wawasan Studi Islam,…280

47

Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194.

48

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. ke-2, hal. 1.

49

(34)

pertimbangan.Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.50

Berdasarkan ide diatas, secara tidak langsung Ibnu Maskawih menolak pandangan orang-orang Yunani yang mengatakan bahwa akhlak manusia tidak dapat berubah.51Bagi Maskawih akhlaq yang terela bisa berubah menjadi akhlaq

terpuji dengan jalan pendidikan (Tarbiyah al akhlaq) dan

latihan-latihan.Pemikiran-pemikiran semacam ini jelas sejalan dengan agama Islam,

karena kandungan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan kearah ini dan pada hakikatnya syariat agama bertujuan untuk mengkokohkan dan

memperbaiki akhlak manusia.52Kebenaran ini jelas tidak dapat dibantah,

sedangkan akhlak atau sifat binatang saja dapat berubah dari liar menjadi jinak, apalagi akhlak manusia.

Kewajiban yang dibebankan agama adalah latihan akhlak bagi jiwa

manusia yang bertujuan untuk syi’ar keagamaan, seperti shalat jamaah, haji, dan lain-lainnya, yang tidak lain adalah menanamkan sifat keutamaan pada jiwa

manusia. Pada sisi lain, kehidupan dapat dinilai mengandung kadar kezaliman kerena kebutuhan ini manusia harus saling membantu dalam segala aspek untuk mencapai kemajuan, baik yang bersifat sosial maupun kebudayaan.53

Akhlak terbagi menjadi 2, yang pertama akhlak mahmudah dan akhlak

madzmumah (akhlak mulia dan akhlak tercela). Adapun Akhlak terpuji atau Mahmudah antara lain :

1) Mentauhidkan Allah, Q.S Al Ikhlas ayat 1-4 :

ﻞُۡﻗ

ﻮَُھ

ُ ﱠ ٱ

ﺪٌﺣََأ

١

ﺪُﻤَﺼ

ﱠ ﻟﭑُﮭﱠﻠﻟٱ

٢

ﺪَۡﻟﻮُﯾ ﻢَۡﻟوَ ﺪِۡﻠَﯾ ﻢَۡﻟ

٣

ُ ﮫﱠﻟ ﻦﻜَُﯾ ﻢَۡﻟوَ

ۥ

ﺪُۢﺣََأ اﻮًُﻔﻛُ

٤

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak

50Ahmad Daudy, K

uliah Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1986), hal. 61.

51M.M Syarif, ( Ed),

The History of Muslim Philosophy, ( New York, Dover Publications,

1967), hal.469.

52T.J De Boer,

Tarikh al Falsafat fi al Islam. diterj.ke dalam bahasa arab oleh

Muhammad Abd. Al – Nady Abu Zaidah, ( Kairo, mathba’ah Taklif, 1962), hal. 189.

53Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof &Filsafatnya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

(35)

dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

2) Bertawakal, yaitu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin . Q.S Al Imran ayat 159 :

ﺎﻤَ ِﺒَﻓ

ﻦَﻣﱢ ﺔٖﻤَﺣۡرَ

ِﱠ ٱ

َﻆﯿِﻠﻏَ ﺎًّﻈَﻓ ﺖ

َ ﻨﻛُ ﻮَۡﻟوَ ﻢُۖۡﮭَﻟ ﺖ

َ ﻨِﻟ

ِ ﻠَۡﻘﻟۡٱ

َ

ْاﻮﻀ

ﱡ َﻔﻧ

ﻚَِۖﻟﻮۡ ﺣَ ﻦۡﻣِ

َ ﻓ

ُ ﻋۡﭑ

وَ ﻢُۡﮭﻨۡﻋَ

ﺮِۡﻔﻐَۡﺘﺳۡٱ

ﻲِﻓ ﻢُۡھرۡوِﺎﺷَوَ ﻢُۡﮭَﻟ

ﺮِۖﻣَۡﻷۡٱ

ﻰَﻠﻋَ ﻞۡﻛﱠﻮََﺘَﻓ ﺖ

َ ﻣۡﺰَﻋَ اذَِﺈَﻓ

ِۚﱠ ٱ

نﱠِإ

َ ﱠ ٱ

ﺐﱡﺤُِﯾ

ﻛﱢﻮََﺘﻤُﻟۡٱ

ﻦَﯿِﻠ

١٥٩

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

3) Bersyukur, yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baik nikmat yang telah diberikan oleh Allah, sikap yang di jelaskan dalam

Q.S. An Nahl :14:

يﺬِﱠﻟٱﻮَُھوَ

ﺮَﺨﱠﺳَ

ﺮَﺤَۡﺒﻟۡٱ

ىﺮََﺗوَ ﺎَۖﮭَﻧﻮﺴَُﺒﻠَۡﺗ ﺔَٗﯿﻠۡﺣِ ُﮫﻨۡﻣِ اْﻮﺟُﺮِﺨَۡﺘﺴَۡﺗوَ ﺎّﯾٗﺮَِط ﺎﻤٗﺤَۡﻟ ُﮫﻨۡﻣِ ْاﻮُﻠﻛُﺄَۡﺘِﻟ

ﻚَﻠُۡﻔﻟۡٱ

ﮫِِﻠﻀ

ۡ َﻓ ﻦﻣِ اْﻮﻐَُﺘﺒَۡﺘِﻟوَ ﮫِﯿِﻓ ﺮَﺧِاﻮَﻣَ

ۦ

نَوﺮُﻜُﺸَۡﺗ ﻢۡﻜُﱠﻠﻌََﻟوَ

١٤

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu

dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu

mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu

melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari

(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

Akhlak mulia banyak jumlahnya tetapi dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Allah. Akhlak mulia terbagi dengan segala kelengkapan

(36)

a. Akhlak terhadap Allah

Titik tolak Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah swt.Dia memiliki

sifat-sifat terpuji yang manusia tidak mampu menjangkau

hakikat-Nya.54

b. Akhlak terhadap diri sendiri

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan

segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah, seperti akal pikiran,

hati, nurani, perasaan dan kecakapan batin dan bakat.

c. Akhlak terhadap sesama manusia.

Manusia adalah makhluk sosial yang berkelenjutan

eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung

pada orang lain. Untuk itu, manusia perlu bekerja sama dan saling

tolong menolong dengan orang lain, oleh karena itu ia perlu

menciptakan suasana yang baik antar yang satu dengan yang

lainnya dan berakhlak baik.55

Sebaliknya yang dimaksud dengan akhlak tercela atau akhlak

Madzmumah adalah perbuatan buruk atau jelek terhadap Tuhan, sesama manusia

dan makhluk lainnya antara lain :

1) Musyrik

Yaitu sikap mempersekutukan Allah Swt. Dengan makhluk-Nya dengan

cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.56

2) Munafik

Yakni sikap yang menampakan dirinya bertentangan dengan kemauan

hatinya dalam kehidupan beragama. Q.S Al Munafiqun ayat 1:

54

M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, ( Bandung : Mizzan, 1996), cet. ke-1, 261

55

Moh. Ardani, Akhlak Tasawwuf “ Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf “, ( Jakarta : CV. Karya Muli, 2005), hal. 44.

56

(37)

إ

اذَ

كَءَٓﺎﺟَ

نَﻮُﻘِﻔَﻨٰﻤُﻟۡٱ

لُﻮﺳُﺮََﻟ ﻚَﱠﻧِإ ﺪَُﮭﺸَۡﻧ اْﻮُﻟﺎَﻗ

ِ ۗﱠ ٱ

وَ

ُ ﱠ ٱ

ُ ﮫُﻟﻮﺳُﺮََﻟ ﻚَﱠﻧِإ ﻢَُﻠﻌَۡﯾ

ۥ

وَ

ُ ﱠ ٱ

نﱠِإ ﺪَُﮭﺸَۡﯾ

ﻦَﯿِﻘِﻔَﻨٰﻤُﻟۡٱ

نَﻮُﺑﺬِﻜََٰﻟ

١

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.

3) Boros atau berfoya-foya

Adalah sikap atau perbuatan yang selalu melampaui batas ketentuan agama, masalah boros ini diterangkan oleh Allah dalam Q.S Asy- Syuaraa ayat 151:

ﺮَﻣَۡأ ْاﻮٓﻌُﯿﻄُِﺗ ﻻَوَ

ﻦَﯿِﻓﺮِﺴۡﻤُﻟۡٱ

١٥١

Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas

Allah sangat tidak menyukai orang-orang melampaui batas.

d. Nilai-nilai sosial kemasyakatan

Pada bidang kemasyarakatan ini mencakup pergaulan manusia di atas bumi, tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antar Negara, hubungan antar dimensi sosial manusia. Dengan kata lain nilai sosial adalah penanaman nilai-nilai yang mengandung nilai sosial, dalam dimensi ini terkait dengan integrasi sesama

manusia yang mencakup barbagai norma baik kesusilaan, kesopanan, dan segala produk hukum yang ditetapkan manusia, misalnya: gotong royong, toleransi, kerja sama, ramah tamah, solidaritas, kasih sayang antar sesama, perasaan, simpati, dan empati terhadap sahabat dan orang lain disekitarnya. 57

Adapun nila-nilai yang terkandung dalam sosial kemasyarakatan ada banyak sekali, untuk itu penulis membatasi masalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan pada penulisan skripsi ini yaitu sedekah.

57M. Quraish Shihab,

(38)

Sedekah asal kata bahasa arab Shadaqoh yang berarti suatu pemberian

yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan

sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah swt dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian diatas oleh para fuqoha (ahli fiqih) disebut shadaqoh at-tatawwu’(sedekah spontan dan sukarela ).

Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan kaum

Muslim untuk senantiasa memberikan sedekah. Diantara ayat yang dimaksudkan adalah firman Allah Swt dalam surat An Nisa ayat 114:

۞

ﻦَﯿَۡﺑ ﺢَِۢﻠٰﺻ

ۡ ِإ وَۡأ ف

ٍ وﺮُﻌۡﻣَ وَۡأ ﺔٍَﻗﺪَﺼ

َ ِﺑ ﺮَﻣََأ ﻦۡﻣَ ﻻﱠِإ ﻢُۡﮭٰ ﻮَﺠۡﱠﻧ ﻦﻣﱢ ﺮٖﯿِﺜﻛَ ﻲِﻓ ﺮَﯿۡﺧَ ﻻﱠ

س

ِ ۚ ﺎﱠﻨﻟٱ

ﻚَِﻟذَٰ ﻞۡﻌَﻔَۡﯾ ﻦﻣَوَ

ءَٓﺎﻐَِﺘﺑۡٱ

ت

ِ ﺎﺿ

َ ﺮۡﻣَ

ِﱠ ٱ

ﺎﻤٗﯿﻈِﻋَ اﺮًﺟَۡأ ﮫِﯿِﺗﺆُۡﻧ ف

َ ﻮۡﺴََﻓ

١١٤

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia.dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Disamping sunnah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut

akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada

seseorang atau lembaga.

Menurut fuqaha, sedekah dalam arti shadaqah at-tatawwu berbeda

(39)

Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Saw. dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadist itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah Swt. yang mendapat

naungan-Nya dihari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. 58

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya

diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan.Mengenai kreteria yang lebih utama disedekahkan. Para fuqoha

berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Q.S Al Imran : 92:

ﻦَﻟ

اْﻮُﻟﺎَﻨَﺗ

ﺮﱠِﺒﻟۡٱ

نﱠِﺈَﻓ ءٖﻲۡﺷَ ﻦﻣِ اْﻮُﻘِﻔﻨُﺗ ﺎﻣَوَ نَۚﻮﱡﺒﺤُِﺗ ﺎﻤﱠﻣِ اْﻮُﻘِﻔﻨُﺗ ﻰٰﱠﺘﺣَ

َ ﱠ ٱ

ﮫِِﺑ

ۦ

ﻢٞﯿِﻠﻋَ

٩٢

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

B. Deskriptif Novel

1. Pengertian Novel

Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks (pelajaran dari kurikulum yang diajarkan disekolah), namun bisa berupa karya sastra seperti cerpen, puisi, novel, Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal 3 jenis teks sastra, yaitu naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog (drama). Salah satu dari ragam prosa adalah novel.59

Kata sastra menurut A. Teeuw, sebagaimana dikutip oleh Atmazaki,

“berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti

“mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran –tra

58http://sigitwahyu.net/ensiklopedi/ pengertian-shodaqoh-sedekah.html.

59Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung:

(40)

biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran”.60

Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan.Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.61

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”.62

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia.

Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. 63

Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap

sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.64

Daya tarik inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap orang senang dengan cerita, baik yang diperoleh dengan cara membaca maupun mendengarkan.

Melalui sarana cerita ini pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan oleh pengarang.Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau karya sastra pada

60

Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, (T.tp.: Angkasa Raya, t.t.), h. 16-17.

61

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2010), Cet. VIII, h..2-3.

62

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003) Edisi III. h.788

63Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012, (http://Sobatbaru. Blogspot.com.). 64

(41)

umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat

dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.65

Novel adalah syarat utamanya menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.66 Salah satu novel beredar yang bertajuk pendidikan serta dapat menginspirasi bagi setiap pembacanya, adalah novel Laskar Pelangi, Sebuah novel karya anak bangsa yang bercerita tentang sebuah perjuangan seorang guru dan beberapa murid untuk memperjuangkan pendidikan walaupun serba kekurangan dari segi sarana dan prasarana. Namun dalam kondisi yang sangat kekurangan itu masih ada semangat yang sangat luar biasa untuk mendapatkan pendidikan, kita yang tak kurang apapun baik sarana ataupun prasarana seharusnya bisa lebih baik mendapatkan pendidikan daripada

orang terdahulu.

2. Karekteristik dan Ciri-Ciri Novel

Karakteristik novel di Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman, novel, dan cerpen. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman biasanya mengikuti aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realism, dan hidupnya

dapat berubah dari keadaan sebelumnya. Berbeda dengan cerita pendek yang tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau keutuhan sebuah cerita, tetapi lebih berkepentingan pada kesan.67

Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa. Ciri-ciri novel antara lain: (a) ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur dengan deskripsi untuk menggambarkan suasana; (b) bersifat realistis, artinya tanggapan pengarang

terhadap situasi lingkungannya; (c) bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000.000 kata; (d) alur ceritanya cukup kompleks. 68

65

Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 4.

66

Widjoko dan Endang Hidayat, op. cit.,hal. 43.

67Sahabat Bersama, Pengertian Novel,2012,(http://Sobatbaru. Blogspot.com). 68

(42)

3. Jenis-Jenis Novel

Sedangkan novelyang digolongkan kedalam beberapa jenisnovel adalah

diantaranya yaitu:

a. Novel Populer, merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan

problematika kehidupan yang berkisar pada cinta, asmara yang

bertujuan untuk menghibur.

b. Novel Picisan, merupakan jenis karya sastra yang menyuguhkan

cerita tentang pencintaan yang terkadang tidak menuju menjurus

pornografi, jenis karya sastra ini bernilai rendah, ceritanya cendrung

cabul, alurnya datar

c. Novel Absurd, merupakan jenis karya sastra yang ceritanya

menyimpang dari logika, irasional, realitas bercampur angan-angan

atau mimpi. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokok” seperti orang mati bisa hidup kembali, mayat bisa bicara, dsb. Secara nalar logika hal tersebut tidak akan terjadi. Inilah jenis novel yang dalam cerita pengarang membungkus dengan hal yang diluar nalar manusia.69 Adapun jenis novel yang digunakan disini adalah jenis novel populer

karena novel ini mengandung problematika kehidupan yang berfungsi untuk menghibur masyarakat.

4. Unsur-Unsur Novel

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyuluruhan yang bersifat astistik. Sebagai sebuah totalitas,

Gambar

Tabel 4.1 ...........................................................................................................
Table 4ad N -a  addaA Islam dalam Novel

Referensi

Dokumen terkait

PENDIDIKAN KAUM MARGINAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA (KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK). Pembimbing I: Prof. Retno Winarni, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Hum.,

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat atau wacana yang mengandung hubungan intertekstualitas nilai pendidikan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan 5

Kesimpulan dari tanggapan siswa kelas III SMK Al-Maliki terhadap aspek psikologi pendidikan formal dalam novel Laskar Pelangi adalah bentuk kejiwaan para tokoh Laskar

Kehadiran Ikal, Lintang, dan Mahar dalam novel Laskar Pelangi paling banyak diceritakan, sebagai pelaku ceritanya langsung maupun sebagai pencerita beberapa tokoh yang

Berdasarkan urutan di atas maka objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah struktur novel Laskar Pelangi dan aspek kepribadian tokoh Lintang dalam novel Laskar Pelangi

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konjungsi koordinatif yang digunakan dalam novel tetralogi Laskar Pelangi menyatakan (1) penjumlahan, yaitu konjungsi dan dan serta; (2)

Adapun data penelitian ini berupa kutipan pernyataan atau kalimat-kalimat yang mengandung nilai moral yang terdapat dalam novel tetralogi Laskar Pelangi karya