• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter Ikal Dalam Tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakter Ikal Dalam Tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER IKAL DALAM TETRALOGI

LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA HIRATA

Liana Dewi, Chairil Effendy, A. Totok Priyadi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak

Email: daliaanambas@yahoo.co.id

Abstrak: Karakter Ikal dalam Tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, bentuk penelitian kualitatif dengan pendekatan psikologi behavioristik. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan berikut: 1) Karakter Ikal masa kecil adalah selalu bersyukur, peduli, teguh pada pendirian, selalu ingin tahu, jujur, bertanggung jawab, tekun, sportif, religius, bersahabatan, penghayal, pesimis, putus asa, cerdas, percaya diri, cinta, hormat, pandai berterima kasih, setia, memuji, menghargai orang lain, keberanian, dan kebanggaan. 2) Karakter Ikal masa remaja adalah selalu bersyukur, jujur, tekun, setia, percaya diri, teliti, dan marah. 3) Karakter Ikal masa dewasa adalah selalu bersyukur, komitmen/teguh pada pendirian, keingintahuan, sabar, jujur, tekun, sportif, kesetabilan emosi, dan religius.

Kata kunci: karakter, novel, psikologi behavioristik

Abstract: Ikal’s character in tetralogy of Laskar Pelangiby Andrea Hirata. This research aimed to describe Ikal’s character in tetralogy of Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The method of this research is descriptive, qualitative research with the behavioristic psikology approach. According to the result of data analysis showed that 1) found in childhood Ikal’s characters, always be grateful, caring, steadfast in the establishment, curiosity, honesty, responsibility, diligence, sportsmanship, religious, friendship, visionaries , pessimistic, hopeless, intelligent, confident, love, peace, respect, clever grateful, faithful, praise, respect for others, courage, and pride. 2) Ikal’s character at adolescence, such us always be grateful, honest, diligent, loyal, confident, and conscientious. 3) Ikal’s character at adulthood, such us always be grateful, commitment/firm on the establishment, curious, patient, honest, diligent, sporty, emotional stability, and religious.

Keywords: character, novel, behavioristic psikology

astra merupakan karya imajinatif pengarang yang menggambarkan kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pengarang atau sastrawan menulis berdasarkan pengalaman hidupnya, baik yang berupa pengetahuan maupun penafsiran terhadap peristiwa kehidupan yang terjadi di lingkungannya. Selain itu,

(2)

karya sastra juga merupakan sarana bagi pengarang untuk mendeskripsikan kehidupan manusia dengan segala persoalannya.

Novel adalah bentuk karya sastra yang merupakan ungkapan pribadi pengarangnya berdasarkan pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, serta keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang dapat membangkitkan pesona melalui gaya bahasa pengarangnya yang khas. Novel lahir dari kenyataan hidup dalam masyarakat yang dapat menimbulkan konflik, pertikaian, pergolakan jiwa tokoh-tokohnya sehingga mengubah jalan hidup pelakunya. Peristiwa yang terjadi diangkat dan dituangkan melalui daya imajinasi sehingga menjadi sebuah karya sastra yang bernilai tinggi.

Kemampuan seorang pengarang menulis novel yang bermanfaat dan bermutu tinggi bagi masyarakat memerlukan suatu kecakapan untuk mengamati serta membuat deskripsi karakter orang dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Dalam hal ini pengarang dapat memaparkan tingkah laku tokoh serta menghubungkannya dengan gerak kejiwaan yang dialami, sedangkan yang menjadi pokok cerita pada novel adalah wujud manusia yang dengan segala kejiwaannya dapat diterima oleh kesadaran manusia sebagai hal yang wajar dan benar, betapapun aneh dan ganjil tabiat tokoh-tokoh sebagai individu. Selain itu, melalui sikap dan tingkah laku para tokoh yang ditampilkan, diharapkan agar pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran dalam menjalani kehidupan.

Pada dasarnya kehidupan manusia sangatlah kompleks dengan berbagai masalah kehidupan. Masalah kehidupan yang kompleks tersebut mencakup hubungan manusia dengan lingkungannya. Bagi seorang pengarang yang peka, permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk menuangkan pengalaman, gagasan ke dalam bentuk karya sastra. Melalui karya sastra tersebut, setidaknya dapat berfungsi untuk memperjelas, memperdalam dan memperkaya penghayatan manusia terhadap kehidupan mereka serta membuat manusia bersikap lebih bijaksana.

Adapun alasan memilih karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.Pertama, karakter adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang yang menjadi suatu ciri khas orang tersebut yang biasanya terbentuk dengan sendirinya atau di pengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Kedua, Karakter yang berbeda-beda dari setiap tokoh akan mempengaruhi jalan ceritanya.Ketiga, novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata lebih menitikberatkan pada tokoh karakter Ikal dikarenakan Ikal dalam suatu cerita menentukan jalan cerita sebagaimana terdapat dalam novel tersebut, karakter yang dialami, ditimbulkan atau dilimpahkan lebih menonjol pada Ikal.

Alasan memilih karya Andrea Hirata karena pengarang ini telah menulis enam novel fenomenal yang seluruhnya mencapai National Bestseller dan telah pula beredar secara internasional di bawah sebuah literary management di New York. Novel-novel tersebut adalah Laskar Pelangi (The Rainbow Troops), Sang Pemimpi (The Dreamer),dan Endensador (Edensor). Adapun tiga novel lainnya yaitu Maryamah Kaprov, Padang Bulan, dan Cinta di Dalam Gelas telah diterbitkan secara internasional menjadi satu novel dengan judul The Strange Rhythm.

(3)

Dikaitkan dengan tuntutan Kurikulum KTSP untuk pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian dalam tetralogi Laskar Pelangi ini terdapat dalam pembelajaran SMA kelas XI semester ganjil dengan standar kompetensi Membaca 7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan, kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Indonesia atau novel terjemahan, dengan indikator pertama yaitu mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Karakter Ikal masa kecil. (2) Karakter Ikal masa remaja. (3) Karakter Ikal masa dewasa.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan hasil analisis tentang karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Dengan demikian penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan untuk memberikan gambaran tentang karakter yang tercermin dalam tetralogiLaskar Pelangi. Kutipan-kutipan dalam novel yang sudah diklasifikasikan sebagai data yang siap untuk dianalisis akan diberi tindak lanjut untuk dikaji secara mendalam dalam bentuk uraian atau pendeskripsian untuk memberikan gambaran hasil analisis tentang karakter Ikal masa kecil, karakter Ikal masa remaja, dan karakter Ikal masa dewasa. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. peneliti tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan pemahaman, kemudian data dianalisis, dan diuraikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Pada akhirnya penelitian dalam tetralogi Laskar Pelangi akan menghasilkan data deskriptif berupa kalimat-kalimat yang berkaitan dengan karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Data tersebut akan dimaknai oleh peneliti secara objektif terhadap karakter Ikal masa kecil, masa remaja, dan masa dewasa dalam tetralogi Laskar Pelangi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi behavioristik. Pendekatan psikologi behavioristik adalah psikologi yang menitikberatkan pandangan pada perilaku manusia. psikologi behavioristik merupakan pendekatan yang berfokus pada kondisi manusia dengan melihat kejiwaan manusia yang sangat terbuka sehingga dapat terpengaruh dengan orang lain. Itulah sebabnya tindakan (behaviour)seseorang bisa tergantung rangsangan psikologinya (Endraswara, 2008:56).

Sumber data dalam penelitian ini adalah Tetralogi Laskar Pelangi. Data dalam penelitian ini adalah berupa kalimat-kalimat atau kutipan-kutipan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, yakni karakter Ikal terdapat dalam tetralogi Laskar Pelangi. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut. (1) Membaca dengan seksama dalam tetralogi Laskar Pelangi secara keseluruhan dan berulang-ulang. (2) Mengidentifikasi data berdasarkan masalah penelitian yaitu melihat karakter Ikal masa kecil, karakter Ikal masa remaja dan karakter Ikal masa dewasa, dan melihat karakter Ikal dalam novel. (3) Mengklasifikasikan data sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Yaitu melihat karakter Ikal masa kecil, karakter

(4)

Ikal masa remaja dan karakter Ikal masa dewasa, dan melihat karakter Ikal dam novel. (4) Mengecek keabsahan data dengan teman atau dosen pembimbing.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Peneliti sebagai instrumen kunci berkedudukan sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Selain peneliti sebagai instrumen kunci, alat pengambil data dalam penelitian ini adalah berupa kartu catatan yang berisi kalimat-kalimat tentang karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Dalam penelitian ini peneliti juga dibantu oleh alat penelitian lain berupa kertas dan pulpen untuk mencatat data-data agar memudahkan dalam pengumpulan data.

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji. (2) Menelusuri perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji, penelusuran ini dapat dilakukan terhadap : (a) Lakuan sang tokoh. (b) Dialog sang tokoh. (c) Pikiran sang tokoh. (3) Mengidentifikasi perilakusang tokoh dan mendeskripsikan serta mengklasifikasikanya, hal ini untuk mengetahui macam perilaku sang tokoh. (4) Mengidentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya. (5) Menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya (Roekhan dalam Aminuddin, 1990;87).

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu. (1) Ketekunan Pengamatan. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara tekun dan berulang-ulang, terhadap fenomena yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini yang diamati adalah karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. (2) Triangulasi. Untuk mengecek penelitian, peneliti memanfaatkan triangulasi peneliti, dalam hal ini peneliti memberdayakan dosen yang membimbing dalam penelitian ini yaitu Prof. Dr. H. Chairil Effendy, M. S., dan Dr. A. Totok Priyadi, M. Pd. (3) Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi. Menurut Moleong (2007:334), pemeriksaan sejawat melalui diskusi berarti pemeriksaaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan teman sejawat yang memiliki pengetahuan umum yang sama dengan apa yang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Karakter Ikal masa kecil adalah selalu bersyukur, peduli, teguh pada pendirian, keingintahuan, jujur, tanggung jawab, tekun, sportif, religius, persahabatan, penghayal, pesimis, putus asa, cerdas, percaya diri, cinta, hormat, pandai berterima kasih, setia, memuji, menghargai orang lain, keberanian, dan kebanggaan. (2) Karakter Ikal masa remaja adalah selalu bersyukur, jujur, tekun, setia, percaya diri, teliti, dan marah. (3) Karakter Ikal masa dewasa adalah selalu bersyukur, komitmen/teguh pada pendirian, keingintahuan, sabar, jujur, tekun, sportif, kesetabilan emosi, dan religius.

(5)

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka diperlukan penjelasan tentang bagaimana hasil tersebut dapat dihasilkan. Berikut ini pembahasan secara singkat hasil analisis data di atas.

Dalam tetralogi Laskar Pelangi yang digambarkan karakter Ikal sebagai tokoh yang mempunyai jiwa yang kuat dalam menghadapi kehidupan dari masa kecil, masa remaja, dan masa dewasa. Hal tersebut terlihat dari cerminan kutipan berikut ini.

Masa kecil (usia 6-12 tahun) adalah periode kemampuan berfikir anak berada pada tahap konkret operasional. Pada usia ini, anak sudah dapat stimulus intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. Hal tersebut terlihat dari cerminan kutipan berikut ini.

“Tiba-tiba aku merasa sangat beruntung didaftarkan orangtuaku di sekolah miskin Muhammadiyah. Aku merasa telah terselamatkan karena orang tua memilih sebuah sekolah Islam sebagai pendidikan paling dasar bagiku. Aku merasa amat beruntung berada di sini, di tengah orang-orang yang luar biasa ini.” (Hirata, 2005:25)

Kutipan di atas menguraikan Ikal bersyukur telah mendaftar ke sekolah Muhammadiyah hanya berjumlah sembilan orang. Pada detik terakhir datang seorang anak yang berbadan besar bernama Harun mendaftarkan diri untuk menjadi murid kesepuluh sehingga sekolah Muhammadiyah tetap dibuka. Ikal dan kesembilan teman barunya pun akhirnya dapat bersekolah. Kutipan di atas juga mendeskripsikan rasa syukur Ikal kepada diri sendiri karena orangtuanya telah memilih sekolah yang terbaik. Dia merasa sangat beruntung sebab berkat orangtuanya dia dapat berada di tengah orang-orang yang luar biasa. Baginya Muhammadiyah adalah lembaga pendidikan paling dasar yang dapat mengajarkan ilmu agama.

“Aku menampar-nampar pipinya”

“Dan!Dan…!” Aku pegang urat dilehernya, seperti pernah kulihat dalam film Little House on The Prairie. Namun sayang aku tak mengerti apa yang kupegang, karena itu aku tak merasakan apa-apa. (Hirata, 2005:173)

Kutipan di atas menggambarkan karakter peduli Ikal terhadap sesama, khususnya pada teman. Ikal merasa khawatir pada temannya, Syahdan, karena pingsan dengan bibir pucat dan tubuh dingin seperti es. Ikal berusaha untuk membuat Syahdan kembali sadar walaupun yang dilakukannya sia-sia. Karakter peduli yang tergambar dapat dilihat dari, aku menampar-nampar pipinya”;“Dan!Dan…!” Aku pegang urat dilehernya.

“Lagi pula komposisi batu granit di atas lereng gunung ini membuat jalur pendakian ke puncak menjadi licin. Namun, kali ini aku amat bergairah dan bertekad untuk mendaki sampai ke puncak. Laskar Pelangi menyambut baik semangatku.” (Hirata, 2005:288)

(6)

Kutipan di atas menggambarkan Ikal memiliki semangat tinggi dan harapan yang baik suatu saat. Dia selalu berusaha, tidak mudah putus asa, dan bertekad untuk mencapai cita-citanya. Ikal adalah sosok anak berkomitmen tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain. Ikal berkomitmen untuk dapat mencapai puncak gunung bersama teman-temannya. Hal ini berhasil diwujudkan karena motivasi dan semangat yang diberikan teman-temannya.Karakter Ikal yang menggambarkan sikap komitmen terhadap diri sendiri, yakni aku amat bergairah dan bertekad untuk mendaki sampai ke puncak.

“Sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-kagum pada Lintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya menyala-nyala memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai dirinya seperti orang kesurupan. Jarinya tak pernah berhenti mengacung tanda ia bisa menjawab.” (Hirata, 2005:105)

Kutipan di atas mendeskripsikan membuat Ikal ingin tahu tentang Lintang, yakni kepintaran Ikal yang melebihi teman-teman sekelasnya. Lintang yang hanya anak pengumpul kerang dapat memiliki kepintaran yang luar biasa. Kepintaran Lintang terlihat ketika ia pandai mengalikan angka-angka ganjil. Hal ini yang membuat Ikal ingin mengetahui kepintaran Lintang lebih dalam, maka dia pun akan mencari tahu tentang kepintaran Lintang.

“Aku merasa tak pantas. Bagiku ia seperti seseorang yang akan selalu menjadi milik orang lain. Dan aku, tak lebih dari pengisi data nama dan alamat pada buku simfoninya yang akan terlupakan sebulan setelah ini.” (Hirata, 2005:271)

Kutipan di atas memaparkan Ikal merasa aneh ketika dia ingat dengan A Ling. Bagi A Ling dirinya hanya akan menjadi orang lain dan hanya akan menjadi pengisi data dan alamat dimemori otaknya. Dia bahkan merasa tidak pantas untuk menjadi milik A Ling. Kejujuran Ikal ini membuatnya sedih karena merasa tak pantas memiliki A Ling yang cantik dan menawan itu. Jika dibandingkan A Ling Ikal tidak ada apa-apanya. A Ling cantik jelita sedangkan dirinya hanya rakyat biasa yang tidak punya apa-apa.

Masa remaja (usia 12-21 tahun) adalah masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa. Pada masa ini dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya. Hal tersebut terlihat dari cerminan kutipan berikut ini.

“Meskipun sibuk bekerja mensortir surat, aku tak lupa akan cita-cita awalku dan Arai untuk kuliah. sambil bekerja, aku mempersiapkan diri untuk tes masuk Universitas Indonesia. Tahun berikutnya, aku diterima di sana. Aku mengatur jadwal shift menyortir surat sesuai dengan kesibukan kuliah. (Hirata, 2011:231)

Kutipan di atas menggambarkan sikap Ikal yang tekun terhadap sebuah pekerjaan. Ikal tidak menyerah bahkan Ikal membuat jadwal khusus untuk membagi waktu. Kutipan di atas menggambarkan situasi diri Ikal dalam bekerja, menghasilkan uang demi niatnya untuk kuliah. Kegiatan itu dilakukannya dengan sungguh-sungguh dan percaya diri yang tinggi. Kepercayaan/keyakinan dalam diri Ikal menjadikannya dapat melakukan semua itu. Sikap tekun Ikal dapat dilihat

(7)

dari, aku tak lupa akan cita-cita awalku dan Arai untuk kuliah. sambil bekerja, aku mempersiapkan diri untuk tes masuk Universitas Indonesia.

“Ikal! Ikal!” aku berbalik dan tepat di sana, lima belas meter dariku, baru saja berbelok, Jimbron dan Arai terengah-engah sambil berpegangan. Jika berlari, Jimbron harus dibopong. Mereka yang tadi semburat tak menyadari arah pelariannya melintas jalur perburuan pak mustar. “Tolong, Kal, tolong...” Aku kasihan bercampur kesal. “ biang keladi! Cukup sudah dengan tabiatmu, Rai. Lihat! Macan itu akan menerkammu!” melihat sasaran nomplok yang tiba- tiba muncul didepannya, Pak Mustar kembali bernafsu memburu kami. Aku dan Arai menopang Jimbron. Kami memasuki labirin gang yang membingungkan. Akhirnya, di gudang peti es itulah kami tertangkap.”(Hirata, 2011:9)

Kutipan di atas menggambarkan rasa kesetiaankawanan Ikal untuk membantu teman-temannya dalam melakukan pelarian atas pengejaran yang dilakukan oleh Pak Mustar. Pelarian itu berhasil dilakukannya, tetapi tidak dengan kedua sahabatnya, terutama Jimbron. Dia dapat saja melarikan diri tanpa memperdulikan nasib kedua sahabatnya. Saat kedua temannya memerlukan bantuannya, Ikal pun segera membantu temannya dari kesulitan tersebut. Karakter ketekunan tokoh Ikal dapat dilihat dari Ikal! Ikal!” aku berbalik dan tepat di sana, lima belas meter dariku, baru saja berbelok, Jimbron dan Arai terengah-engah sambil berpegangan. Jika berlari, Jimbron harus dibopong. Mereka yang tadi semburat tak menyadari arah pelariannya melintas jalur perburuan pak mustar.

“Dia seperti orang yang baru sadar dari sebuah mimpi nan gelap gulita. Matanya bersinar. Aku makin menjadi-jadi karena aku melihat peluang kali ini akan mampu membuat perubahan pada Jimbron.” (Hirata, 2011:126) Kutipan di atas menceritakan usaha Ikal yang akan membuat Jimbron berubah terlihat pada kalimat aku makin menjadi-jadi karena aku melihat peluang kali ini akan mampu membuat perubahan pada Jimbron. Dia melihat ekspresi wajah Jimbron yang terenyuh bahkan dadanya turun naik menahan rasa karena Ikal mendapat nilai 7. Dia senang jika perbuatannya kali ini mampu menyulap wajah Jimbron yang polos itu dilanda keharuan yang dalam pada nasihat Ikal tersebut. Ikal yakin jika Jimbron bisa berubah seperti yang diharapkannya. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri Ikal akan mampu membuat perubahan seperti yang diharapkan sebelumnya. Ia yakin karena selama ini apa yang ia ingin selalu terjadi dan ia akan selalu senang dan bersemangat untuk melakukan semua itu. Ia tidak pernah merasa jenuh melakukan apa yang mesti ia lakukan. Ia bangga jika mampu membuat orang lain bahkan temannya sendiri bisa berubah seperti semestinya. Hingga membuatnya selalu memberikan nasihat jika itu bisa merubah jalan pikir dan tingkah laku orang lain.

“Tak segan, mereka melepaskan anjing untuk mengejar orang yang tak dikenal. Aku hafal lingkungan ini karena sebenarnya aku, Jimbron, dan Arai tinggal di salah satu kamar kontrakan di pasar kumuh ini.” (Hirata, 2011:3) Kutipan di atas memaparkan Ikal terhadap lingkungan tempat tinggal dirinya, Jimbron, dan Arai. Dia hafal benar dengan lingkungannya itu. Ikal dan teman-temannya yang hanya mengerjakan urusan sekolah tidak semestinya dalam kondisi sulit seperti ini.kondisi yang mengharuskan mereka untuk bekerja demi

(8)

memenuhikebutuhan sehari-hari dan menabung untuk melanjutkan pendidikan di masa depan. Gambaran sikap ketelitian Ikal terlihat dalam kondisi sulit, takut, dan cemas. Karakter teliti terhadap suatu hal pada tokoh Ikal dapat dilihat dari Aku hafal lingkungan ini karena sebenarnya aku, Jimbron, dan Arai tinggal di salah satu kamar kontrakan di pasar kumuh ini.

“Ikal! Masuk duluan!”perintah Arai sok kuasa. Tatapan berkilat mengancam Arai. Ingin sekali aku membenamkan kepalanya ke mulut ikan hiu gergaji raksasa yang menganga di depanku. Itu penyiksaan karena berarti aku harus bersentuhan langsung dengan balok es di dasar peti dan menanggung beban tubuh Jimbron dan Arai (Hirata, 2011:12)

Kutipan di atas menjelaskan perasaan marah kembali ditunjukkan Ikal terhadap Arai dengan cara yang sama, yaitu dengan cara menatap Arai dengan makna marah. Ikal marah dengan Arai atas keputusan yang dianggapnya sebagai keputusan berbaur memuat ketidakadilan terhadap dirinya. Arai yang dianggap sebagai penyebab permasalahan ini kenapa harus dia yang menerima penyiksaan. Perasaan marah itu membara dalam hati Ikal. Sehingga bepikir untuk membenamkan kepala Arai ke dalam mulut ikan hiu pun keluar dari otaknya, sesuai dengan kutipan “Ingin sekali aku membenamkan kepalanya ke mulut ikan hiu gergaji raksasa yang menganga di depanku”, sebagai peluapan rasa marahnya terhadap Arai.

Masa dewasa (usia 18-40 tahun) adalah periode ketika manusia memenuhi kebutuhan diri untuk membuat suatu komitmen, yang dapat menciptakan suatu hubungan yang erat dan stabil. Manusia mampu mengaktualisasikan diri seutuhnya, terutama dalam hal ide-ide, tujuan atau sarana, harapan, perasaan, dan nilai-nilai agar berhasil mempertahankan suatu hubungan yang erat dan stabil. Hal tersebut terlihat dari cerminan kutipan berikut ini.

Ini gara-gara ketololan sendiri. Setelah berbuka seadanya dan tarawih, aku belajar sampai larut lalu tertidur karena pening dan lelah. Aku terbangun melangkahi subuh. Hangus sudah sahur yang penting itu. Sekarang aku mendapati perutku seperti diaduk puting beliung. Pukul delapan malam, kepalaku rasanya sebesar labu. Demikian implikasi hipotesi akutku jika enam belas jam tak bertatap muka dengan nasi. Sementara puasa telah menginjak minggu terakhir. Daya tahanku kian rontok dan ketika ia terjun ke titik terendah, hari ini, pukul sembilan malam nanti, aku harus mengikuti sidang akhir tesisku. Suasana masih terang benderang, waktu buka puasa baru hinggap di Skandinavia, masih sangat jauh dari Prancis (Hirata, 2008:18)

Kutipan di atas menggambarkan karakter religius yang dimiliki oleh Ikal adalah secara tidak langsung. Setelah berbuka seadanya dan tarawih, aku belajar sampai larut lalu tertidur karena pening dan lelah. Aku terbangun melangkahi subuh. Hangus sudah sahur yang penting itu.” Kutipan ini menjelaskan Ikal yang bersikap religius karena setelah seharian berpuasa dengan tidak sahur, Ikal tetap memaksaksakan diri untuk belajar sampai larut malam. Ia melakukan sesuatu tidak pernah memikirkan risiko yang menyakitkan dirinya walaupun itu demi pribadinya sendiri.

(9)

Ayah yang lugu masih berdiri menunggu kalau-kalau panitia terlewat memanggil namanya. Namun, pengeras suara telah dipadamkan. Ayah berjalan menunduk sambil membetul-betulkan kerah baju safari empat sakunya. Aku tahu perasaannya telah hancur, dan aku luruh karena kasihan melihat ayahku. Dadaku sesak, jemariku bergetar-getar menahan air mata. Sungguh malang nasib Ayah, tak tertanggungkan rasanya kejadian ini.Namun, Ayah tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah menyalami mereka satu per satu untuk mengucapkan selamat. Begitu besar jiwanya. Mereka menepuk-nepuk pundak Ayah, dan aku membeku di tempatku berdiri, jemariku dingin (Hirata, 2008:11)

Kutipan di atas menggambarkan kestabilan emosi Ikal ditujukan kepada ayahnya berada dalam kehidupannya. Ayah tidak dapat melakukan apa lagi hanya dapat bertawakal dan Ikals atas musibah yang terjadi pada keluarganya ayah dengan menunggu panggilan namanya ternyata sudah terlewat namanya ayah hanya dapat berdiam diri tidak dapat berkata apa-apa lagi teraung dengan sedih yang begitu terpukul yang menimpa pada keluargaku. Kestabilan emosi Ikal terhadap nasib ayahnya, perasaan Ikal hancur dan luhur melihat musibah yang menimpa ayahnya. Sesungguhnya hati dia perasaan marah, kesal bercampur dengan emosi terhadap orang atasan mesti ada sesuatu sehingga ayahnya tidak dapat naik pangkat. Ayah menyalami mereka satu per satu untuk mengucapkan selamat. Begitu besar jiwanya. Mereka menepuk-nepuk pundak Ayah, dan aku membeku di tempatku berdiri, jemariku dingin. Kutipan ini menjelaskan ayah mempunyai jiwa besar walaupun dia tidak sanggup menanggung ini semua.

Malah aku tak mampu menginterpretasi beberapa bagian Dalil Lintang soal momentum. Tak berubah sejak kami SD dulu, aku selalu berada di bawah bayang-bayang Lintang, dan dialah Isaac Newton-ku, selalu Lintang tersenyum dan Mahar mengoda. “ dia memang tak sebodoh yang kita sangka selama ini.” “ angkatlah itu tanggal lima belas, “ saran Lintang. Aku terpaku sekenak, tapi segera sadar bahwa informasi itu adalah satu bentuk kepandaian yang lain. Lintang telah menghitung sifat-sifat sungai. Tanggal lima belas nanti adalah puncak payau. Besarnya arus air laut dari muara yang masuk ke sungai menyebabkan tekanan air sungai makin kuat, dan energi lonjakan tabung makin tinggi (Hirata, 2008:338)

Kutipan di atas menggambarkan sifat keterbukaan Ikal dalam mengakui kehebatan temannya Lintang. Ikal mengakui bentuk kepandaian Lintang yang lainnya, yakni Lintang mampu menghitung sifat-sifat sungai. Mengakui kelebihan orang lain bukanlah persoalan yang mudah bagi orang yang memiliki sifat angkuh, tetapi dia memiliki keberanian untuk melakukan semua itu, karena Ikal memiliki sifat sportif yang tinggi.

Berbulan-bulan aku membuat perahu dengan tanganku sendiri. Berminggu aku terombang-ambing samudra yang ganas, berurusan dengan orang-orang yang kasar, bertaruh nyawa demi pencarian ini, tak seberkas pun titik terang. Mungkinkah aku telah menjumpainya di antara oarang-orang yang telah kutemui di pulau-pulau ini, tapi ia tak lagi mengenaliku, atau aku tak lagi mengenalinya? Karena kali terakhir melihatnya, waktu ia waktu ia duduk di

(10)

sampingku, di atas komidi putar, belasan tahun lalu, ketika kami masih kelas dua SMP (Hirata, 2008:426)

Kutipan di atas menggambarkan Ikal telah bekerja keras dan berusaha untuk membuat perahu dari tangannya sendiri demi pencarian A Ling. Berbulan-berbulan terombang-ambing di lautan samudra yang begitu ganas, berurusan dengan orang-orang yang kasar, bertaruh nyawa demi pencarian A Ling. Ikal berusaha mencari dari pulau ke pulau, tetapi tidak ada seorangpun yang mengenali A Ling karena terakhir kalinya dia melihatnya semasa waktu SMP.

Aku sendiri belum yakin apakah akan mampu mengemban komitmen itu, bahkan belum yakin apakah aku memiliki kualifikasi yang memadai untuk menyelesaikan risetku. Tapi aku yakin akan satu hal, bahwa ketika melewati selasar itu, mimpi kami menginjakkan kaki di atas altas suci almamater Sorbonne telah menjadi kenyataan. Ingin segera kukabarkan berita ini kepada Pak Balia, guru sastra SMA kami dulu, yang pertama kali meletupkan cita-cita agung ini padaku dan Arai (Hirata, 2007:86)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ikal yakin suatu saat cita-cita dan mimipi-mimpinya waktu SMA akan tercapai karena dia adalah sosok anak dewasa. Ikal yakin suatu kelak dengan keyakinan akan membawa keberhasilan dan kesuksesan dengan pengalaman yang didapatinya selama ini. Ikal digambarkan memiliki kejujuran di dalam dirinya untuk mewujudkn semua cita-citanya. Sikap jujur tersebut dapat dilihat dari Aku yakin akan dapat menyelesaikan riset walaupun dia hanya memiliki kualifikasi yang memadai, Ikal selalu mengingat guru sastra SMA semasa remaja dulu banyak pelajaran mulai dari bercita-cita dan mimpi untuk aku yakin akan satu hal, bahwa ketika melewati selasar itu, mimpi kami menginjakkan kaki di atas altas suci almamater Sorbonne telah menjadi kenyataan.

“Namun, aku tahu ayah tak akan mengatakan apapun di depan orang-orang yang menyembutku itu. Aku sampai berpikir kurang ajar, ingin agar para tamu penyambut cepat pulang saja, karena aku tak sabar menunggu momen langka itu, saat ayahku bicara nanti (Hirata, 2008:92)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ikal tidak sabar ingin berbicara dengan ayahnya, tapi para tamu yang datang dirumahnya belum juga pulang membuatnya kesal. Dia ingin sekali bersenda gurau dengan ayahnya menanyakan hal-hal yang dia temui di Prancis. Ia tetap bersabar menunggu para tamu pulang karena dia tidak ingin membuat keributan jika dia sampai marah. Ikal sendiri menyadari jika dia bersabar, maka ayahnya tidak akan marah melihat kelakuannya.

“Aku takut sekaligus ingin tahu. Dadaku berdebar-debar mendekati mayat itu. Aku kalut dan berdoa dengan keras dalam hati agar penglihatanku keliru, sekaligus berharap agar penglihatanku benar. aku tertegun di samping mayat lelaki berambut panjang itu. kakiku seperti terpaku ke bumi. Siapakah lelaki ini? Di manakah aku pernah bertemu dengannya? Bau busuk mayat tak lagi kurasakan karena pikiranku terpusat pada rajah yang samar tersembunyi dalam lapisan daging dari kulit yang terkelupas”. (Hirata, 2008:210)

(11)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Ikal ingin tahu mengenai siapa jenazah yang sudah membusuk. Dia berusaha untuk melihatnya walaupun dirinya sendiri sebenarnya takut jika mayat. Perlahan-lahan mayat tersebut Ikal dekati walaupun dadanya berdebar-debar. Ikal mulai melihat mayat itu dan ternyata dia benar mengenali sosok mayat yang ada dihadapannya. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui mayat itu ternyata Rajah. Orang yang pernah memberi petunjuk tentang keberadaan A Ling. Ikal ingin berteriak tetapi mulutnya terkunci.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Pada bagian pendahuluan telah diungkapkan bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi sekaligus untuk dijadikan materi ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Karakter Ikal yang dimaksud yaitu 1) Karakter Ikal masa kecil adalah selalu bersyukur, peduli, teguh pada pendirian, keingintahuan, jujur, tanggung jawab, tekun, sportif, religius, persahabatan, penghayal, pesimis, putus asa, cerdas, percaya diri, cinta, hormat, pandai berterima kasih, setia, memuji, menghargai orang lain, keberanian, dan kebanggaan. 2) Karakter Ikal masa remaja adalah selalu bersyukur, jujur, tekun, setia, percaya diri,teliti,dan marah. 3) Karakter Ikal masa dewasa adalah selalu bersyukur, komitmen/teguh pada pendirian, keingintahuan, sabar, jujur, tekun, sportif, kesetabilan emosi, dan religius.

Saran

Hasil penelitian ini disarankan untuk digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan apresiasi sastra pada jenjang SMA/MA kelas X semester genap, khususnya pada materi menemukan karakter Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Novel yang terdiri dari empat buah pilihan cerita yang dapat dijadikan bahan ajar dalam materi tersebut. Dengan dijadikannya tetralogi Laskar Pelangi sebagai bahan ajar di sekolah, berarti guru telah mendapatkan dua manfaat sekaligus. Manfaat yang pertama peserta didik dapat memahami cara menemukan karakter dalam sebuah karya sastra, manfaat kedua ialah peserta didik. Hasil penelitian ini juga disarankan untuk dijadikan alternatif memberikan tindak lanjut terhadap peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Caranya dengan memberikan hasil penelitian ini kepada peserta didik sehingga mereka mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan arahan dan bimbingan guru sebagai langkah pemberian remedial.Tidak kalah pentingnya hasil penelitian ini disarankan agar dijadikan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti dalam tetralogi Laskar Pelangi dari segi yang berbeda. Ketika proses pengambilan data, ditemukan beberapa permasalahan baru dari tetralogiLaskar Pelangi.

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Asah Asih Asuh.

Endrawara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra Epistomologi, Teori, dan Aflikasi.Yogyakarta: Media Pressindo.

(12)

Hirata, Andrea. 2005. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang. Hirata, Andrea. 2011.Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang. Hirata, Andrea. 2007. Edensor.Yogyakarta: Bentang.

Hirata, Andrea. 2008. Maryamah Karpov. Yogyakarta: Bentang.

Moleong, Lexy J., 1991, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Asam 0-(2 4-dlfluorobenzOII)sallsllal Asam 0-(2 6-dlmetllbenzoll)sahsllal Asam 0-{2-ntlrobenzoll)sahsllal Asam 0-(2-tnfluoromelllbenzoll)sallstiat Asam

Ketiga , permintaan masyarakat yang terus meningkat akan tersedianya pendidikan tinggi merupakan pertanda perubahan yang signifikan, patut diimbangi dengan

Data di dapat dengan penyebaran kuisioner kepada pengguna angkutan Nice Trans Taxi dan juga wawancara dengan pengelola Nice Trans Taxi kemudian data dianalisis, hasil analisis

Tugas utama dalam manejemen material adalah menyediakan material yang diperlukan oleh bagian pelaksanaan dilapangan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah

Adapun strategi intervensi gizi pada ibu hamil mengacu pada penyediaan makanan yang berupa penambahan energi yaitu pemberian makanan tambahan (PMT), konseling/edukasi gizi,

Untuk menghadapi masyarakat ekonomi asean tahun 2015, setiap guru matematika sebaiknya memahami isyu-isyu strategis tahun 2015-2019, kemudian melakukan belajar sepanjang

4 Pernyataan bahwa perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA tentang perubahan wujud benda, yang berlangsung selama dua siklus