• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy karya SID Fleichman : (sebuah kajian pragmatik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy karya SID Fleichman : (sebuah kajian pragmatik)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Daftar Riwayat Hidup

A. Data Pribadi

Nama : Andreas Tobing

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 18 September 1984 Alamat : Jln. Tubagus Ismail no 5

4 2007 - Now Universitas Komputer Indonesia

C. Pendidikan Non-formal

No Year Seminar/Achievement

1 2010 Seminar Fun with office 2010 (Certified)

2 2011 Seminar Semiotic in literature and media (Certified) 3 2012 Seminar Building Confidence in Delivering Public

Speech (Certified)

4 2012 Hari sastra UNIKOM (Certified) 5 2013 Seminar Lego Ergo Scio (Certified)

6 2013 Seminar Training dan Motivasi (Certified)

(5)

53

8 2013 Copywriting seminar “Go Viral” (Certified)

9 2013 Seminar Life School Public Speaking, Writing (Certified) 10 2012 Seminar Kritik sastra Feminis dan Poskolonial dalam

bingkai Keislaman dan Keindonesiaan (Certified) 11 2012 Seminar Prestasi untuk Negeri (Certified)

12 2013 Seminar Life School Public Speaking, Writing (Certified)

13 2013 Seminar American Culture in Transnational Context (Certified)

(6)

SECOND PERSON DEIXIS

IN THE NOVEL THE WHIPPING BOY

BY SID FLEICHMAN

(A Study of Pragmatics)

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjanapada Program Studi Sastra Inggris Fakultas SastraUniversitas Komputer Indonesia

ANDREAS TOBING NIM. 63707016

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(7)

ix

KATA PENGANTAR

Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana dan saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi mereka-mereka yang ingin melanjutkan penelitian ini. Maka dari itu, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih terhadap orang-orang yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A. sebagai dekan Fakultas Sastra. 2. Dr. Juanda, sebagai Ketua Program Studi Sastra Inggris. Terima kasih

atas kebaikan bapak selama ini.

3. Dr. Juanda sebagai wali dosen dan juga sebagai pembimbing I, terima kasih atas bantuan, dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan beliau.

4. Dr. Ahmad Yani, M.A. sebagai pembimbing II saya, terima kasih pak atas bantuan bapak sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat kesabaran dan waktu luang yang bapak berikan. 5. Terima kasih untuk semua dosen-dosen, mahasiswa/mahasiswi,

staff-staff Sastra Inggris atas bantuan kalian semua.

6. Terima kasih untuk keluarga dan saudara, khususnya kepada ibu saya, Sondang Siahaan atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan . 7. Untuk teman-teman angkatan 2007 dan 2010 terima kasih untuk

(8)

x

Bandung, 29 Januari 2014

(9)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN REVISI LEMBAR BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3.Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

1.5. Kerangka Pemikiran 3

BAB II: Kajian Teori 2.1. Pragmatik 6

2.2. Deiksis 6

(10)

xii

2.3. Konteks Wacana 14

BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 15

3.2. Metode Penelitian 15

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data 16

3.3.2. Analisis Data 16

BAB IV: PEMBAHASAN 4.1. Cara penggunaan ekspresis deiksis persona orang kedua 18

4.1.1. Penggunaan secara Gestural 18

4.1.2. Penggunaan secara Simbolik 25

4.2. Hubungan sosial yang terjadi antara partisipan 27

4.2.1. Hubungan sosial secara Asymmetric 27

4.2.2. Hubungan sosial secara Symmetric 33

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan 39

(11)

xiii

DAFTAR PUSTAKA 42

SINOPSIS 43

LAMPIRAN 46

(12)

xiv

(13)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kumpulan Data 45

(14)

42

DAFTAR PUSTAKA

Brown, P and S. Levinson. 1987. Politeness. Cambridge: Cambridge University Press

Brown, and Gilman. 1972 The Pronouns of Power and Solidarity dalam Giglioli Pier Paolo (ed.). Language and Social Context. England:

Penguin Books.

Levinson, S.C. 1979 Pragmatics and social deixis, in C. Chiarello (ed.) Proceedings of the Fifth Annual Meeting of the Berkeley Linguistic Society. Berkeley, CA:Berkeley Linguistics Society.

Kothari, C.R. 2008. Research Methodology: Methods and Techniques. India: New Age International

Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman Group Ltd.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Levinson, S. C. 2004.Deixis. In L. Horn (Ed.), The handbook of pragmatics (pp.

97-121). Oxford: Blackwell.

Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press. Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London and New York: Routledge.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam wacana sebuah novel terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dalam menyampaikan ujaran-ujaran yang menyebutkan nama tokoh, seringkali pengarang menggunakan ekspresi deiksis persona orang kedua seperti you, your, yourself. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesan monoton dalam penyebutan nama tokoh tersebut serta memperjelas peran dari tokoh tersebut dalam sebuah ujaran.

Penggunaan ekspresi deiksis orang kedua tersebut ternyata juga dapat menunjukkan status sosial dari masing-masing tokoh dalam suatu ujaran. Penafsiran makna dari penggunaan tersebut juga harus melihat dari situasi kontekstual dalam sebuah ujaran seperti: kepada siapa ujaran tersebut ditujukan serta harus mempertimbangkan aspek status sosial antara partisipan pada saat ujaran tersebut disampaikan, karena setiap tokoh mempunyai latar belakang status sosial yang berbeda didalam lingkungan sosial masyarakat sehingga akan terjadi perbedaan makna dalam penggunaan deiksis persona orang kedua tersebut.

(16)

Penelitian tentang deiksis persona pernah diteliti baik dalam skiripsi maupun dalam makalah. Antara lain Sitepu (1998) dengan judul “Bromcorah karya Mochtar Lubis, tetapi dibatasi hanya penggunaan dia dan mereka. Simanjuntak (2011) dengan judul “Deiksis Persona Dalam Novel Lasker Pelangi Karya Andrea Hinata” di Universitas Sumatera Utara, dia menyimpulkan bahwa deiksis persona yang terdapat dalam novel tersebut dibagi dalam tiga bentuk, yaitu, deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal kedua, deikis personal pronominal ketiga. Dia juga meneliti tentang ketidakjelasan rujukan pada ketiga bentuk deiksis persona tersebut. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini berfokus pada cara penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua serta mengkaji hubungan status sosial yang terjadi antara partisipan dalam sebuah ujaran yang ditimbulkan oleh penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua. Dengan demikian, penulis menetapkan judul “Deiksis Persona Orang Kedua dalam novel The Whipping Boy karya Sid Fleichman”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi di atas, penelitian ini berfokus pada pertanyaan berikut:

(17)

3

2. Hubungan sosial apakah yang terjadi antara partisipan dalam sebuah konteks ujaran dilihat dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy?

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat dua tujuan utama dalam menjawab pertanyaan yang muncul dalam rumusan masalah di atas. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan cara penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy?

2. Menjelaskan hubungan sosial yang terjadi antara partisipan dalam sebuah konteks ujaran dilihat dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy.

1.4 Manfaat Penelitian

(18)

1.5 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori pragmatic untuk menganalisis makna dari suatu ujaran dengan melihat pada konteks yang ada pada kalimat tersebut. Kajian dalam pragmatic meliputi kajian tentang deiksis, praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan aspek-aspek struktur wacana.

Teori deiksis yang digunakan penulis untuk meneliti elemen deiksis yang terdapat di dalam novel The Whipping Boy adalah teori Levinson. Dia menjelaskan hubungan deiksis dan pengaruhnya dengan konteks. Menurut Levinson (1983: 54):

Deixis essentially concerns with the way in which language encode or grammatically feature of the context of utterance or speech event and this also concerns with ways in which the interpretation of utterance depends on the analysis of that context of utterance”

(19)

5

Kerangka Pemikiran, sebagai berikut:

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Teori Pragmatik

Teori Deiksis Levinson

Gestural

Bentuk penggunaan ekspresi deiksis orang

kedua

Hubungan status sosial yang terjadi

antara partisipan

Symbolic Asymmetric Symmetric

(20)

6 2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang terdapat dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada orang yang diajak berkomunikasi. Untuk dapat memahami makna dari ujaran tersebut harus memahami konteksnya. Seperti menurut Levinson (1983:9):“Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized,

or encoded in the structure of languange”

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari pemakaian bahasa serta makna yang ingin disampaikan pembicara dengan melihat kepada konteks situasi pada saat tuturan tersebut berlangsung

2.2 Deiksis

Deiksis merupakan salah satu bidang kajian pragmatik yang membahas tentang rujukan dalam konteks ujaran yang ada dalam sebuah bahasa. Kata deiksis tersebut diambil dari bahasa Yunani yaitu (Deitikos) yang berarti menunjuk atau mengindikasikan.

Seperti menurut Levinson (1983: 54):

(21)

7

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa setiap bentuk bahasa yang memiliki fungsi menunjuk atau merujuk termasuk dalam ekspresi deiksis.Di mana harus memperhatikan setiap aspek yang ada dalam suatu konteks ujaran untuk dapat memahami maknanya.

Dalam menentukan tujuan dari suatu rujukan dalam penggunaan ekpresi deiksis harus mengetahui titik awal atau pembicara dari rujukan tersebut. Di mana bentukan dari deiksis itu berdasarkan susunan egocentric.

Seperti menurut Levinson (1983: 65): “Further, it is generally (but not invariably) true that deixis is organized in an egocentric way.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa memahami makna rujukan deiksis di dalam suatu konteks ujaran harus melihat dari sudut pandang pembicara. Seperti dalam penjelasan berikut ini:

1. Pembicara adalah pusatnya.

2. Rujukan waktunya adalah waktu pembicara melakukan ujaran 3. Rujukan tempatnya adalah tempat pembicara sewaktu melakukan

ujaran

4. Rujukan wacananya adalah wacana yang berasal dari pembicara sewaktu melakukan ujaran

(22)

2.2.1 Kategori Deiksis

Menurut Levinson deiksis mempunyai lima kategori yaitu: a. Deiksis Persona

b. Deiksis Tempat c. Deiksis Waktu d. DeiksisWacana e. Deiksis Sosial

Berhubungan dengan tujuan dari penelitian maka penulis akan membatasi pemaparan hanya kepada kategori deiksis yang digunakan dalam penelitian.

2.2.2 Penjelasan tentang kategori deiksis a. Deiksis persona orang kedua

Menurut Levinson (1983: 62) deiksis persona orang kedua menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan sebagai pendengar atau orang yang dirujuk oleh pembicara dalam sebuah konteks ujaran. Penggunaan deiksis persona orang kedua ini terdiri atas penggunaan: You, Yourself, Yourselves, Your, dan Yours.

b. Deiksis sosial

(23)

9

Levinson (1983: 90) menyatakan bahwa deiksis sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu: absolute dan relational.

Penjabaran dari kedua bagian tersebut adalah seperti dibawah ini: a. Relational:

i. Penutur dan acuan (honorifiks acuan) ii. Penutur dan petutur (Honorifiks petutur)

iii. Penutur dan pendengar/penonton yang bukan petutur (honorifiks pendengar)

iv. Penutur dan latar (tingkat formalitas bahasa) b. Absolute:

i. authorized speaker (penggunaan kata yang hanya secara mutlak bagi penutur atau petutur saja)

ii. authorized recipients (penggunaan titel kehormatan)

Deiksis sosial berkaitan dengan penggunaan honorifiks untuk merujuk kepada lawan bicara. Seperti menurut Levinson (1983: 90) “Furthermore, honorifics concerns about the relative rank or respect between speaker, referent,

and also bystander”.

(24)

also regularly encoded in choices between pronouns, summons forms or vocative,

and titles of address in familiar languange”.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa selain penggunaan honorifiks, status sosial antara partisipan dalam sebuah ujaran juga dapat dilihat dari kata ganti orang, kata untuk memanggil, istilah pronominal keturunan dan kehormatan.

2.2.3 Penjelasan cara penggunaan Gestural dan Simbolic

Menurut pengunaannya, ekspresi deiksis ini dapat dibagi menjadi dua hal yaitu penggunaan gestural dan symbolic. Dengan pengertian seperti dibawah ini:

a. Gestural

Penggunaan deiksis secara gestural yaitu penggunaan ekspresi deiksis yang memerlukan informasi indikasi gerakan atau audio visual yang dapat membantu memahami makna penggunaan ekspresi deiksis tersebut. Mengutip pernyataan Levinson (1983: 65):

“Terms used in a gestural deitic way can only be interpreted with reference to an audio-visual-tactile, and in general a physical, monitoring of the speech event. Instance would be demonstrative prounouns used with a selection gesture or second or third person pronouns used with some physical indication of the referent (e.g direction of gaze)

(25)

11

Fungsi dari gesture dalam deiksis adalah untuk mempertegas rujukan dari suatu ujaran. Mengutip pernyataan Levinson (2004: 11): “It also brings us back to gesture and its central role in deixis, for gesture is of course one way to direct

the addressee’s attention, in this case by funneling visual attention.”

Simpulan dari ujaran tersebut adalah penggunaan gesture berfungsi untuk mengarahkan perhatian dari lawan bicara dengan memberikan gerakan visual untuk menunjuk kepada rujukan dari pembicara sehingga dapat membantu memahami kemana rujukan itu ditujukan.

b. Symbolic

Penggunaan deiksis secara symbolic yaitu penggunaan yang penafsirannya dilakukan dengan menganalisis aspek situasi yang terdapat di dalam suatu konteks ujaran. Mengutip pernyataan Levinson (1983: 65): “In contrast, symbolic usages of deitic terms require for their interpretation only knowledge of the basic

spatio-temporal parameters of the speech event and to know the set of potential

addressees in the situation”.

Simpulan dari ujaran tersebut adalah untuk memahami maksud rujukan ekspresi tersebut dapat dilakukan dengan informasi tentang faktor tempat dan waktu ataupun melihat rujukan lawan bicara agar dapat memahami maksud ujaran tersebut.

2.2.4 Penjelasan bentuk asymmetric dan symmetric

(26)

suatu konteks ujaran, rujukan ini membawa pengaruh terhadap formal atau informalnya suatu ujaran melihat dari status sosial pembicara terhadap lawan bicaranya. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Brown dan Gilman (1972: 257) “very gradually, a distinction developed which is sometimes called the T of intimacy and the V of formality

Penggunaan T/V form ini dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu power dan solidarity, penjabarannya sebagai berikut

a. Power (asymmetric)

Bentuk V-form digunakan apabila pembicara lebih rendah status sosialnya dari penerima tuturan atau apabila pembicara tidak familiar dengan penerima tuturan dan dia akan mendapat balasan dalam bentuk T-form. Tingkat formalitas bahasa juga sangat tinggi serta adanya penggunaan gelar dalam merujuk kepada lawan bicara untuk menunjukan hormat dan kesopanan. Seperti menurut Brown dan Gilman (1972: 257-258): “The use of V in the singular developed as a form of address to a person of superior power, the V form is linked with difference

between person”

Dari pernyataan di atas simpulannya adalah penggunaan bentuk V-form untuk merujuk kepada orang yang status sosialnya lebih tinggi (asymmetric) karena beberapa faktor antara lain adalah: umur atau jabatan dari pembicara dalam ruang lingkup sosial kemasyarakatan.

b. Solidarity (symmetric)

(27)

13

mempunyai kedudukan sosial yang setara atau familiar. Tingkat formalitas bahasa yang digunakan juga rendah.

Seperti menurut Brown dan Gilman (1972: 255-256):

“One person may said to have power over another in the degree that he is able to control the behavior of the other. Power is a relationship between at least two person, and it is nonreciprocal in the sense that both cannot have power in the same area of behaviour

Dari ujaran tersebut simpulannya adalah penggunaan bentuk T-form ini bertujuan untuk merujuk kepada orang yang status sosialnya lebih rendah atau orang yang familiar (symmetric).

Penggunaan T/V-form ini juga dapat dikaitkan dengan penggunaan deiksis persona orang kedua karena seperti menurut Levinson (1983: 99) “Thus the familir tu/vous type of distinction in singular prounouns of address is really a

referent honorific system, where the referent happens to be the addressee”.

(28)

V V

T T

Gambar 2.1 Penggunaan T/V-form menurut Brown dan Gilman (1977:289)

2.3 Konteks Wacana

Konteks merupakan bagian dari sebuah wacana yang berfungsi sebagai informasi yang menyertai sebuah wacana dan dapat menjadi acuan untuk dapat memahami wacana tersebut.

Seperti menurut Levinson (1983: x):

“context (in this book) includes only some of the basic parameters of the context of utterance, including participants, identity, role and location, assumptions about what participants know or take for granted, the place of an utterance within a sequence of turns at talking, and so on.”

Dari pernyataan di atas simpulannya bahwa konteks yang melekat pada sebuah wacana merupakan gambaran dari sebuah teks wacana yang menunjukkan informasi tentang identitas partisipan, peran dari partisipan, tempat atau latar, serta pengetahuan yang diketahui oleh partisipan untuk dapat menciptakan suatu kesepahaman dari suatu ujaran.

Superiors

Equal and solidary Equal and not solidary

T V

(29)

15 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah deiksis persona orang kedua yang berasal dari novel yang berjudul The Whipping Boy yang ditulis oleh Sid Fleichman. Penelitian ini menjelaskan penggunaan deiksis persona orang kedua dalam bentuk ujaran yang tertulis di dalam cerita, serta mendeskripsikan bentuk penggunaan deiksis persona orang kedua. Penulis juga akan menganalisis tentang penggunaan deiksis persona orang kedua yang berkaitan dengan status sosial antara partisipan dalam pembicaraan. Penggunaan deiksis persona tersebut dibahas dengan teori deiksis.

3.2 Metode penelitian

Pada proposal ini data yang digunakan dalam penelitian adalah data tulisan dalam bentuk ujaran sehingga penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan hasil darianalisis. Menurut Kothari (2008: 3) menyatakan bahwa:

“Descriptive research is description of the state of affairs as it exists at present. While analytical research is using facts or information already available, and analysis these to make a critical evaluation of the material. Thus, it can be concluded that analytic descriptive is conducted by describing and analyzing the facts of the research data.”

(30)

dan dianalisis dengan seksama dan terperinci menggunakan teori deiksis Levinson. Deiksis terbagi dalam beberapa bentuk yaitu: deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana dan deiksis sosial. Penulis akan berfokus pada pengunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan menggunakan deiksis sosial untuk menentukan hubungan status sosial diantara partisipan dalam percakapan.

3.2.1 Teknik pengumpulan data

Sumber data yang penulis dapatkan adalah dari novel yang berjudul The Whipping Boy. Ada beberapa langkah yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yaitu:

1. Penulis membaca dan mempelajari novel The Whipping Boy untuk mencari data yang berhubungan dengan deiksis orang kedua.

2. Penulis kemudian mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan bentuk penggunaan deiksis persona orang kedua.

3. Penulis kemudian akan menganalisis deiksis persona orang kedua yang menunjukkan hubungan sosial antara partisipan dalam novel The Whipping Boy.

3.2.2 Teknik Analisis Data

(31)

17

sosial antara partisipan dalam ujaran menggunakan deiksis sosial dengan melihat dari formal atau tidak ujarannya atau adanya penggunaan gelar nama.

Contoh analisis:

The tutor's cheeks, swelling with anger, almost unhorsed

the small spectacles saddling his nose. "It would be easier

to educate a boiled cabbage! You must prepare to be punished, Your Lordship!" (SF: 3)

Data di atas memaparkan tentang pipi Master Peckwitt yang membesar menahan kemarahan dan hampir saja menjatuhkan kacamata yang terdapat di hidungnya. Kemudian Master Peckwitt melakukan ujaran bahwa lebih mudah untuk mendidik sebuah sayuran rebus dan menyuruh Prince (Pangeran) bersiap menerima hukuman.

Penggunaan gelar pronominal Your Lordship merupakan penggunaan royal honorifics atau gelar bangsawan yang fungsinya untuk menunjukan rasa hormat dalam merujuk kepada lawan bicara yang berasal dari keluarga kerajaan.

(32)

18

dalam novel The Whipping Boy. Penulis akan membahas data dalam bentuk ujaran yang tertulis di dalam novel tersebut sesuai dengan rumusan masalah. Penulis hanya menganalisis tujuh belas data yang mewakili dan membagi empat bagian analisis, di mana keempat bentuk analisis tersebut adalah analisis bentuk pemakaian ekspresi deiksis personaorang kedua yaitu pemakaian secara gestural dan pemakaian secara simbolik kemudian analisis ekspresi deiksis persona orang kedua yang menunjukkan hubungan sosial yang terjadi antara pembicara dan lawan bicara secara symmetric dan asymmetric

4.1 Bentuk penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua 4.1.1 Penggunaan secara gestural

Data 1

“In the main hall, the King said, "Twenty whacks!“ Defiantly biting back every yelp and cry, The Whipping Boy received the twenty whacks. Then the King turned to the Prince. "And let that be a lesson to you!” (SF:1)

(33)

19

mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat melihat dari konteks wacana yaitu: One night the king was holding a grand feast. Sneaking around behind the

lords and ladies, Prince Brat tied their powdered wigs to the backs of their

oak chairs. (SF: 1) yang mengatakan bahwa sang Raja sedang mengadakan pesta besar. Bersembunyi diantara tamu undangan Prince Brat atau sang Pangeran mengikat rambut palsu para tamu ke kursi mereka. Sehingga diketahui partisipannya adalah Raja, para tamu undangan, dan Prince.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran King (Raja)"And let that be a lesson to you!” yang mengatakan ini merupakan pelajaran buat kamu, dipertegas dengan adanya indikasi fisikal Then the King turned to the Prince.yang menunjukkan bahwa King (Raja) melakukan gerakan memutar tubuhnnya kepada Prince (Pangeran) sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Prince (Pangeran).

(34)

Data 2

The tutor, Master Peckwit, was a round-faced man with fat cheeks. He pointed his switch at the Prince. "You fiddle-faddled scholar!"(SF: 2)

Data di atas memaparkan situasi yang terjadi pada saat Master Peckwitt yang berwajah bulat dengan pipi yang besar mengarahkan tongkat yang dia pegang kepada Prince (Pangeran) sambil melakukan sebuah ujaran yang mengatakan bahwa Prince (Pangeran) adalah murid yang nakal. Untuk dapat mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat melihat dari konteks wacana yaitu: Jemmy, who was obliged to be close at hand for the daily lessons,

reckoned that freedom was now close at hand. (SF: 2) yang mengatakan bahwa Jemmy harus selalu beradat dekat dengan Pangeran pada saat dia sedang diajar orang Master Peckwitt. Sehingga diketahui partisipannya adalah Master Peckwitt, Prince, Jemmy.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran Master Peckwitt "You fiddle-faddled scholar!" yang mengatakan dia murid yang tidak becus dipertegas dengan adanya indikasi fisikal “He pointed his switch at the Prince” yang menunjukkan bahwa Master Peckwitt melakukan gerakan mengarahkan tongkatnya kepada Prince (Pangeran) sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Prince (Pangeran).

(35)

21

menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Master Peckwitt dan lawan bicaranya yaitu Prince (Pangeran) sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

Data 3

Raising the lantern, the man held it close enough that Jemmy could

feel the heat of the flame. Billy said with a thunderclap of laughter.

"Don't you know who I am!" (SF: 6)

Data di atas memaparkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy dan Prince (Pangeran) dalam tawanan Billy dan Cutwater. Billy sedang berbicara kepada mereka berdua kemudian dia mengangkat lenteranya dan mengarahkan kepada Jemmy sambil bertanya apakah kamu tidak tahu siapa saya?. Untuk dapat mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat dilihat dari konteks wacana yaitu: Billy pulled Prince Brat from the saddle and threw him into Jemmy

.

(SF: 6) yang mengatakan bahwa Billy menarik Pangeran dari atas pelana kuda dan mendorongnya kearah Jemmy Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Prince, Jemmy.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran Jemmy "Don't you know who I am!" yang mengatakan apakah kamu tidak tahu siapa saya?, dipertegas dengan adanya indikasi fisikal Raising

the lantern, the man held it close enough that Jemmy could feel the heat of the

(36)

Jemmy dengan menaikkan lentera dan mendekatkannya kepada Jemmy sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Jemmy.

Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam suatu ujaran. Sehingga dapat dipahami lebih jelas makna dari ujaran tersebut. Indikasi fisikal berfungsi untuk mempertegas dan membantu mengarahkan untuk menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Jemmy dan lawan bicaranya yaitu Prince (Pangeran) sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

Data 4

Hold-Your-Nose Billy clapped a leery eye on the rat-catcher's son."Do you take me for a precious fool! Send your whipping boy! To blab out where we're hid, eh! The King will come chopping down every tree if he finds out we're nested in the forest." (SF: 14)

(37)

23

mengatakan bahwa Pangeran sama sekali tidak tertarik dengan rencana Jemmy untuk membebaskan dia. Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Prince, Jemmy.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran Billy."Do you take me for a precious fool!”yang mengatakan apakah kamu berpikir saya adalah orang yang bodoh., dipertegas dengan adanya indikasi fisikal: “Hold-Your-Nose Billy clapped a leery eye on the rat-catcher's son” yang menunjukkan bahwa Billy mengarahkan pandangannya kepada Jemmy sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Jemmy

Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam suatu ujaran. Sehingga dapat dipahami lebih jelas makna dari ujaran tersebut. Indikasi fisikal berfungsi untuk mempertegas dan membantu mengarahkan untuk menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Billy dan lawan bicaranya yaitu Jemmy. Sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

Data 5

Hold-Your-Nose Billy fixed Prince Brat with a hairy smile. "Never let it be sung about that me and Cutwater ain't generous to a fault, lad. We'll share out with you a bucketful of gold and jewels!" (SF: 17)

(38)

berkata. Jangan sampai ada lagu yang mengatakan bahwa aku dan Cutwater adalah orang yang pelit. Kami akan berbagi emas dan permata denganmu. Untuk dapat mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat dilihat dari konteks wacana yaitu : The murderers shuffled back into the hut. Jemmy turned on his companion. and gave the prince an angry hash of eyes.(SF: 17) yang mengatakan bahwa pada saat para penjahat masuk kembali kedalam gubuk mereka, Jemmy berputar menghadap Prince dan sedang marah padanya Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Cutwater, Prince, Jemmy.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran BillyWe'll share out with you a bucketful of gold and jewels!" yang mengatakan kami akan berbagi emas dan permata denganmu., dipertegas dengan adanya indikasi fisikal “Hold-Your-Nose Billy fixed Prince Brat with a hairy smile.” yang menunjukkan bahwa Billy mengarahkan pandangannya dan tersenyum kepada Prince Brat sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Prince Brat.

(39)

25

4.1.2 Penggunaan secara symbolic

Data 6

"Dim-witted villains!" shouted the prince. "I command you to turn us loose. Or Papa will hang you!" (SF: 7)

Data di atas memaparkan situasi pada saat Pangeran berteriak dan melakukan ujaran yang berkata dasar penjahat-penjahat keras kepala, saya perintahkan kau untuk membebaskan kami atau ayahku akan menggantung mu.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua pada data di atas harus melihat dari pembicara dan lawan bicara dalam ujaran tersebut. Dalam menentukan pembicara dan lawan bicara dapat dilakukan dengan melihat konteks wacana yang menyertai ujaran tersebut. Karena suatu ujaran selalu terikat dengan konteks wacana. Konteks wacana tersebut adalah: Hold-Your-Nose Billy hung on to the boys' ears. At the horse's side, Cutwater was

holding the lantern close to the saddle. (SF: 7).

Kalimat tersebut menunjukkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy dan Prince (Pangeran) sedang menjadi tawanan kawanan penjahat dan salah seorang penjahat tersebut sedang memeriksa isi dari tas bawaan mereka. Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Cutwater, Prince, Jemmy.

(40)

orang kedua dalam ujaran tersebut yaitu kepada Billy dan Cutwater. Dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresi deiksis persona tersebut adalah secara symbolic terhadap Billy dan Cuttwater.

Data 7

Certain as eggs is eggs you are the Prince. The genuine, straight-up-and-down Royal Highness!" (SF: 10)

Data di atas memaparkan situasi adanya suatu ujaran yang berkata seperti sebuah telur tetap sebuah telur kamu adalah Prince (Pangeran). Mulai dari atas sampai bawah tidak dipungkiri lagi bahwa kamu adalah Yang Mulia.

Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua you pada data di atas harus melihat dari pembicara dan lawan bicara dalam ujaran tersebut. Dalam menentukan pembicara dan lawan bicara dapat dilakukan dengan melihat konteks wacana yang menyertai ujaran tersebut. Karena suatu ujaran selalu terikat dengan konteks wacana. Konteks wacana tersebut adalah: "Hold on," said Hold-Your-Nose Billy, his sharp gaze flicking from one boy to the

other. "This ignorant whipping boy knows his letters—and the royal Prince can't

sign his own name. Something amiss here. (SF: 10)

(41)

27

sedangkan Prince (Pangeran) tidak dapat menulis namanya sendiri. Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Prince, Jemmy.

Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya konteks wacana pada data di atas membantu menentukan arah rujukan dengan memahami partisipan dalam ujaran tersebut. Konteks wacana berfungsi menjadi acuan yang memperjelas situasi yang terjadi seputar ujaran tersebut sehingga membantu menentukan rujukan pembicara sewaktu menggunakan deiksis persona orang kedua dalam ujaran tersebut yaitu kepada Jemmy Dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresi deiksis persona tersebut adalah secara symbolic terhadap Jemmy dan bukan orang yang lain.

4.2 Hubungan sosial yang terjadi antara partisipan.

4.2.1 Deiksis persona orang kedua menunjukan status sosial secara

asymmetric

Data 8

The tutor's cheeks, swelling with anger, almost unhorsed the small spectacles saddling his nose. "It would be easier to educate a boiled cabbage! You must prepare to be punished, Your Lordship!" (SF: 3)

(42)

Penggunaan gelar pronomina Your Lordship merupakan penggunaan royal honorifics atau gelar bangsawan yang fungsinya untuk menunjukan rasa hormat dalam merujuk kepada lawan bicara yang berasal dari keluarga kerajaan.

Dari penggunaan deiksis persona orang kedua you disertai dengan adanya pemakaian gelar kehormatan Your Lordship!" pada data di atas dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut merujuk pada perbedaan status sosial antara pembicara dan lawan bicara dalam suatu ujaran. Perbedaan status ini terjadi karena Master Peckwit yang posisinya sebagai guru dari Prince (Pangeran) berasal dari kalangan rakyat biasa sedangkan Prince (Pangeran) walaupun hanya sebagai seorang murid akan tetapi berasal dari kalangan kerajaan. Sehingga Master Peckwit menggunakan menggunakan gelar kehormatan atau V-form (asymmetric) untuk menunjukkan rasa hormat dia terhadap penerima tuturan.

Data 9

"I'd be obliged if you would snuff out your candle, sir. There's bloodthirsty ruffians after us."(SF: 39)

Data tersebut memaparkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy dan Prince berjumpa Johny Tosher dan meminta untuk memadamkan lilinnya karena mereka sedang dikejar oleh Billy dan Cutwater.

(43)

29

Jemmy menggunakan nama panggilan sir dan penggunaan kalimat meminta dengan sopan obliged dan would yang digunakan Jemmy sewaktu berbicara kepada Johny menunjukkan bahwa Jemmy sebagai pembicara mempunyai status lebih rendah dari lawan bicara. Apabila melihat dari konteks wacana: "Speak up," said the old man, cupping a hand to his ear. (SF: 39)

Menunjukkan bahwa Johny merupakan orang yang lebih tua daripada Jemmy .Dapat di ambil kesimpulan bahwa perbedaan status diantara mereka terjadi karena Jemmy mempunyai umur yang lebih muda dibandingkan Johny Sehingga Jemmy menggunakan kalimat meminta dengan sopan dengan bentuk V-form (asymmetric) serta dengan pemakaian bahasa formal untuk menunjukkan rasa hormatnya terhadap lawan bicara.

Data 10

"If you would be kind enough to point us toward the river, I'd be ever so much obliged, sir" (p8)

Data tersebut memaparkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy melakukan sebuah ujaran yang berkata aku akan sangat berterima kasih tuan apabila anda dengan baik hati dapat menunjukkan jalan menuju sungai.

Pada data tersebut terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan penggunaan nama panggilan sir serta dengan pemakaian bahasa formal “would be kind enough” yang digunakan Jemmy sewaktu berbicara kepada Billy.

(44)

toward the river, I'd be ever so much obliged, sir" yang berarti aku akan sangat berterima kasih tuan apabila anda dengan baik hati dapat menunjukkan jalan menuju sungai. Menunjukkan bahwa Jemmy sebagai pembicara mempunyai rasa hormat kepada Billy sebagai lawan bicara. Apabila melihat dari konteks wacana: Jemmy thought he remembered. Hadn't he heard ballad sellers fling that name

about the streets! The exploits of Hold-Your-Nose Something-or-otherin verses by

the yard! "The murderer!" (SF: 6)

Menjelaskan bahwa Jemmy pernah mendengar tentang sebuah lagu yang bercerita tentang seorang penjahat terkenal dan seorang pembunuh. Simpulannya bahwa perbedaan status mereka terjadi karena Billy merupakan penjahat terkenal dan Jemmy baru saja bertemu dengan Billy sehingga Jemmy menggunakan menggunakan panggilan kehormatan atau V-form (asymmetric) dan menggunakan bahasa formal“would be kind enough” yang mengindikasikan dia bersikap sopan dan meminta persetujuan dan kebaikan dari Billy.

Data 11

The prince's eyes widened and his face blanched white. The

prospect of taking a whipping himself had never occurred to him.

"But, it wasn't me who called you names, Sir!" (SF: 13)

(45)

31

dilakukan Jemmy. Dia pun mencoba mengelak dengan membilang bahwa bukan dia yang menghina mereka

Pada data tersebut terdapat ujaran yang menggunakan ekspresi deiksis persona orang kedua you dalam ujaran Prince (Pangeran) kepada Billy "But, it wasn't me who called you names, Sir!" yang berarti bukan saya yang menghina anda pak. Penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan disertai penggunaan nama panggilan sir merupakan penggunaan panggilan yang menunjukkan rasa hormat.

Dari sini terlihat hubungan kelas sosial antara pembicara dan lawan bicara di dalam konteks percakapan di mana Prince (Pangeran) sebagai pembicara mempunyai status sosial lebih rendah dari Billy sebagai lawan bicara. Perbedaan status ini terjadi karena walaupun Prince (Pangeran) berasal dari keluarga bangsawan akan tetapi dia sedang berada dalam tawanan Billy seperti yang ditunjukkan dalam konteks wacana: Hold-Your-Nose Billy threw a bushy-eyed glance at his fellow outlaw. "Cutwater, what do you reckon a genuine prince on the hoof is worth!". Yang menjabarkan tentang situasi pada saat Billy melihat Cutwater dan bertanya kira-kira berapa harga uang tebusan untuk seorang pangeran. Sehingga Prince (Pangeran) menggunakan eskpresi deiksis persona orang kedua you dan kata sir yang merupakan bentuk V-form (asymmetric).

Data 12

“Jemmy crawled over the embankment. A ride to the city would

(46)

Data tersebut memaparkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy merangkak keluar dari persembunyiannya. Dia merasa bahwa tumpangan ke kota merupakan hal yang bagus. Dia kemudian berkata kepada Capten Nips, apakah anda keberatan untuk menerima penumpang pak.

Pada data tersebut terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona dan penggunaan nama panggilan sir serta dengan pemakaian bahasa formal “would you mind” yang digunakan Jemmy sewaktu berbicara kepada Capten Nips. Seperti yang di tunjukkan oleh kalimat "Would you mind take on a passenger, sir?” apakah anda keberatan untuk menerima penumpang pak. Menunjukkan bahwa Jemmy sebagai pembicara mempunyai rasa hormat kepada Capten Nips sebagai lawan bicara. Dari sini dapat diketahui perbedaan kelas sosial antara pembicara dan lawan bicara di dalam konteks percakapan. Apabila melihat dari konteks wacana: A weary old coach was mired in a mud hole on the road. The coachman, looking just as old and rickety, held the reins of his two-horse team and cracked

his whip in the air again. (SF: 25)

(47)

33

4.2.2 Deiksis persona you menunjukan status sosial secara symmetric

Data 13

"Remember," he whispered to the Prince, "it's me they're after, not

you. Tell 'em we split up. Tell 'em I swam the river."(SF: 37)

Data tersebut memaparkan ujaran yang dilontarkan oleh Jemmy kepada Prince (Pangeran) yang bermaksud menyuruh Prince (Pangeran) agar berbohong kepada para penjahat dengan mengatakan bahwa mereka telah berpisah dan Jemmy berenang ke sungai.

Pada data tersebut terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua sewaktu Jemmy berbicara kepada Prince (Pangeran). Dari penggunaan deiksis persona orang kedua tersebut, dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresi tersebut merujuk pada status sosial yang setara antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran. Kesetaraan antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran ini terjadi karena Jemmy dan Prince (Pangeran) sudah menjadi teman dan sudah familiar, seperti yang di tunjukkan dalam konteks wacana: "Stop, Cap'n!" Jemmy shouted. "We left my friend behind." The hot-potato man pulled up on the

reins. Jemmy leaned out a window. With an arm he motioned Prince Brat to come

along. (SF: 26)

(48)

dalam ujaran ini membuat tingkat formalitas bahasa yang digunakan pembicara berkurang serta adanya pemakaian nama panggilan terhadap lawan bicara atau T-form (symmetric).

Data 14

"By gigs, it is you, Jemmy!" said Smudge.(SF: 32)

Data tersebut memaparkan ujaran yang dilontarkan oleh Smudge kepada Jemmy yang terkejut karena baru bertemu kembali dengan Jemmy setelah sekian lama.

Pada data tersebut terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan penggunaan nama panggilan Jemmy yang digunakan Smudge sewaktu berbicara kepada Jemmy. Dari penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya pemakaian nama panggilan Jemmy, dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresitersebut merujuk pada status sosial yang setara antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran. Kesetaraan antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran ini terjadi karena Jemmy dan Smudge merupakan teman lama dan sudah familiar, seperti yang di tunjukkan dalam konteks wacana: Jemmy spied a tall boy wearing a checked cap. It was Smudge tending a sawdust pit squared

off by a board fence--a dog-and-rat pit. Beside him stood a stack of rat-filled

cages and a black terrier leashed to a post. (SF: 32)

(49)

35

dagangannya, disekitarnya terdapat banyak kandang anjing dan tikus. Kedekatan hubungan antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran ini membuat tingkat formalitas bahasa yang di gunakan pembicara berkurang serta adanya pemakaian nama panggilan terhadap lawan bicara atau T-form (symmetric).

Data 15

"Do you think I'd do that, Jemmy!" (SF: 38)

Data tersebut memaparkan ujaran yang dilontarkan oleh Prince (Pangeran) kepada Jemmy karena Prince (Pangeran) merasa Jemmy mempertanyakan kesetiakawanan Prince (Pangeran). Pada data tersebut terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan penggunaan nama panggilan Jemmy yang digunakan Prince (Pangeran) sewaktu berbicara kepada Jemmy. Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya pemakaian nama panggilan Jemmy, dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresi ersebut merujuk pada status sosial yang setara antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran. Biasanya Prince (Pangeran) tidak pernah memanggil Jemmy dengan namanya sebelumnya, seperti yang di tunjukkan dalam konteks wacana: Jemmy! Not Jemmy-From-The-Streets ! Not boy! The wonder of it.Jemmy thought. Like we was old knockabout friends of the streets.(SF: 38)

(50)

Kesetaraan ini terjadi karena Prince (Pangeran) sebagai pembicara merasa setara atau familiar dengan Jemmy walaupun mereka berasal dari keluarga yang berbeda status sosialnya sehingga tingkat formalitas bahasa berkurang serta adanya pemakaian nama panggilan terhadap lawan bicara atau T-form (symmetric).

Data 16

"Reckon I do trust you," said Jemmy.(SF: 38)

Data tersebut memaparkan ujaran yang dilontarkan oleh Jemmy kepada Prince (Pangeran) yang semakin mempercayai dirinya. Pada data tersebut terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan yang digunakan Jemmy sewaktu berbicara kepada Prince (Pangeran). Dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran itu dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresi tersebut merujuk pada status sosial yang setara antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran. Kesetaraan antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran ini terjadi karena Jemmy merasa Prince (Pangeran) sudah banyak berubah sehingga dia berani untuk memanggil Prince (Pangeran) tanpa menggunakan gelar kebangsawaan.seperti yang di tunjukkan dalam konteks wacana: As they edged along the wet walls, Jemmy gave his reply a second thought. He'd wronged

the Prince. This wasn't the same Prince who'd run away the night before, bored

(51)

37

Memaparkan pikiran Jemmy yang merasa bahwa Prince (Pangeran) yang sedang bersamanya sudah bukan seperti Prince (Pangeran) yang lari meninggalkan istana pertama kali, yang suka bersikap kejam dan hanya peduli dengan dirinya sendiri. Kedekatan hubungan antara pembicara dan lawan bicara dalam ujaran ini membuat tingkat formalitas bahasa yang di gunakan pembicara terhadap lawan bicara atau T-form (symmetric).

Data 17

"you are skin and bones, Cutwater. You could slip in and out of a key- hole. I'll guard the Prince."(SF: 21)

Data tersebut memaparkan ujaran yang dilontarkan oleh Billy kepada Cutwater pada saat menyuruh Cutwater untuk pergi ke istana karena merasa tubuh Cutwater yang kurus dapat lebih mudah untuk menyusup masuk.

(52)

Cutwater snickered. "This is the first time we've feasted off the King's own table,

and there's hardly enough for me an Billy."(SF: 13)

(53)

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam analisis terhadap deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy karya Sid Fleichman ini, ditemukan penggunaan deiksis persona orang kedua tersebut dalam dua bentuk, yaitu: gestural dan symbolic, dan penggunaan deiksis persona orang kedua yang menunjukkan hubungan status sosial antara pembicara dan lawan bicara dalam suatu ujaran terbagi dalam dua bentuk yaitu: asymmetric dan symmetric.

Berdasark ananalisis data, ditermukan bahwa bentuk penggunaan deiksis persona orang kedua secara gestural dapat dilihat dari adanya indikasi fisikal baik dalam gerakan tubuh, pandangan mata, ataupun gerakan tangan yang dapat menunjukkan arah rujukan penutur terhadap penerima tuturan serta membantu memahami makna dari ujaran tersebut.

Bentuk deiksis persona orang kedua yang digunakan secara symbolic pemahaman makna dan arah rujukan pembicara terhadap lawan bicaranya dapat dilihat dari konteks wacana ataupun melihat dari partisipan yang terdapat pada saat ujaran tersebut terjadi di dalam suatu wacana tertulis,

(54)

serta penggunaaan gelar yang digunakan pembicara dalam rujukan terhadap lawan bicara.

Penggunaan deiksis persona orang kedua yang menunjukkan hubungan status sosial secara symmetric yang terjadi antara pembicara dan lawan bicara dalam suatu konteks ujaran dapat dilihat dari adanya pemakaian bahasa informal maupun penggunaaan nama panggilan langsung yang digunakan pembicara untuk menunjukkan kesetaraan dan kedekatan secara status sosial terhadap lawan bicara. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan deiksis persona orang kedua di dalam teks berbahasa Inggris merupakan unsur yang penting karena jika pemahaman rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua tidak dipahami akan menimbulkan kesulitan dalam memahami suatu teks. Dalam analisis juga terlihat bahwa penggunaan deiksis persona orang keduadapat memudahkan para pembaca untuk memahami isi dari bacaan dengan cara mengetahui pembicara dan lawan bicara dari suatu ujaran dalam bentuk tulisan, selain itu juga dapat dilihat bahwa penggunaan deiksis persona orang kedua dapat memudahkan pembaca untuk memahami kedudukan sosial masing-masing karakter sehingga membuat pemahaman isi dari novel tersebut lebih efektif .

5.2 Saran

(55)

41

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Penggunaan T/V-form menurut Brown dan Gilman (1977:289)

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat secara keseluruhan, lebih dari 50% siswa melakukan kelima perilaku metakognisi selama pemecahan masalah dengan rincian: memeriksa setiap langkah pada

Hari/Tgl Wkt Mata Kuliah Kls Dosen Ruang Mata Kuliah Kls Dosen Ruang Mata Kuliah Kls Dosen Ruang Satgas SENIN 07.00 Pengantar Akuntansi II &Prak M1 Moh.. Cholid

Pentingnya informasi kebijakan dividen bagi investor dan pemegang saham perusahaan juga telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya, Laitupa (2007) dalam penelitiannya

(3) Walikota mencabut status penggunaan atas barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang

Kompleks gelatin kitosan yang diikat silang menggunakan sukrosa teroksidasi dengan perbandingan sukrosa dan natrium periodat 1 : 3 (SBC 2), menunjukkan nilai

Selama proses penerbitan Sertifikat,SKP dan Lisensi dari Kemnaker RI, peserta dapat menggunakan Sertifikat Internal dan Surat Keterangan dari PT Indohes Magna

Dengan demikian informasi rencana pembelian kembali saham ( buyback ) diterima oleh pasar dan dipandang sebagai good news ditandai dengan adanya perubahan harga saham yang

Metode analisis penelitian ini menggunkan analisis linier berganda.Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1) variabel sistem penggajian