• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA DAN TEMPAT DALAM NOVEL SUPERNOVA 1 KARYA DEE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA DAN TEMPAT DALAM NOVEL SUPERNOVA 1 KARYA DEE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA DAN TEMPAT DALAM NOVEL SUPERNOVA 1 KARYA DEE

Mery Ansiska, Djon Lasmono, Agus Wartiningsih

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email: merycimut@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan deiksis persona dan tempat serta fungsi dan makna deiksis yang terkandung dalam novel Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dee. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa penggunaan deiksis persona dalam novel Supernova 1 karya Dee sebanyak 119 data, sedangkan penggunaan deiksis tempat sebanyak 17 data. Fungsi deiksis persona sebagai penunjuk kepunyaan, sebagai objek, dan sebagai subjek merupakan fungsi yang banyak ditemukan dalam penelitian. Fungsi penggunaan deiksis tempat dalam penelitian banyak mengarah sebagai penunjuk keterangan tempat. Makna referensial dan makna konstruksi adalah makna yang sering ditemukan dalam penelitian. Sedangkan penggunaan deiksis tempat dalam penelitian ini menunjukkan makna kognitif.

Kata kunci: deiksis, deiksis persona, deiksis tempat

Abstract: This research aims to determine the use of person and place deixis, its functions and meanings that contained in novel Supernova 1: Knight, Princess and the Falling Star by Dee. The method used in this research is a descriptive with a qualitative study. Based on data analysis, it can be concluded that the use of person deixis in the novel Supernova 1 is 119 data, while the use of place deixis is 17 data. The functions of person deixis are as the clue possession, an object and as subjects are the functions that mostly found in most researches. The function of the use of place deixis in the research mostly indicates as an adjective place.

Referential meaning and constructing meaning are the meanings that frequently found in many researches. Meanwhile, the use of place deixis in this research indicated cognitive meaning.

Keywords: Deixis, person deixis, and place deiksis

eiksis bukan sesuatu yang baru bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Namun di lapangan masih banyak yang tidak menguasai deiksis dengan benar. Deiksis merupakan satu di antara cabang pragmatik. Deiksis adalah suatu kata yang referennya berubah-ubah atau tidak tetap. Deiksis ini terbagi lagi menjadi beberapa yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis sosial, dan deiksis wacana. Namun penelitian ini hanya membahas tentang deiksis persona dan tempat. Penggunaan deiksis sering muncul, baik itu secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dalam bentuk tulisan

D

(2)

deiksis biasa muncul pada novel, cerpen, dan bentuk wacana lainnya. Alasan tertarik meneliti penggunaan deiksis karena kurangnya pengetahuan tentang deiksis. Masalah deiksis merupakan cabang ilmu Pragmatik yang menarik utnuk diteliti. Serta belum ada penelitian tentang penggunaan deiksis pada novel Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh Karya Dee. Alasan pemilihan novel Supernova 1 sebagai objek penelitian karena novel tersebut ditulis oleh pengarang yang terkenal dan isi ceritanya banyak mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan contoh.

Purwo (1984: 1) menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Djajasudarma (2012: 51) mengatakan deiksis berhubungan erat dengan cara menggramatikalisasikan ciri-ciri konteks ujaran atau peristiwa ujaran yang berhubungan pula dengan interpretasi tuturan yang sangat bergantung pada konteks tuturan itu sendiri.

Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata deiksis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Berbeda halnya dengan kata seperti tas, rumah, kertas.

Siapa pun yang mengucapkan kata tas, rumah, kertas, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama.

Menurut Sudaryat (2009: 122) deiksis persona merupakan pronomina persona yang bersifat ekstratekstual yang berfungsi menggantikan suatu acuan (antesetden) di luar wacana. Yule (2006: 15) mengatakan deiksis persona dengan jelas menerapkan tiga pembagian dasar, yang dicontohkan kata ganti orang pertama (“saya”), orang kedua (“kamu”), dan orang ketiga (“dia lk”, “dia pr”, atau

“dia barang/ sesuatu”).

Deiksis persona ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa.

Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.

Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksofora.

Djajasudarma (2012:44) mengatakan eksofora memiliki hubungan dengan interpretasi kata melalui situasi (keadaan, peristiwa, dan proses). Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan (Purwo, 1984: 106).

Oleh karena itu, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan.

Djajasudarma (2012: 44) juga mengatakan bahwa endofora bersifat tekstual, referensi (acuan) ada dalam teks. Endofora terbagi atas anafora dan katafora berdasarkan posisi (distribusi) acuannya (referensinya). Anafora merujuk

(3)

silang pada unsur yang disebutkan terdahulu; katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian. Hal ini dipertegas oleh Kridalaksana (2008: 57) yang mengatakan endofora adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali pada hal-hal yang ada dalam wacana.

Pronomina persona pertama tunggal dalam bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku. Bentuk saya, merupakan kata ganti pertama tunggal yang takzim dipakai terhadap siapa saja baik pada situasi formal maupun nonformal. Bentuk saya, dapat juga dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya, misalnya: rumah saya, paman saya.

Pronomina persona pertama aku, lebih banyak digunakan dalam situasi non formal dan lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Selain pronomina persona pertama tunggal, bahasa Indonesia mengenal pronomina persona pertama jamak, yakni kami dan kita.

Pronomina persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau, kau- dan -mu. Pronomina persona kedua engkau, kamu, dan -mu, dapat dipakai oleh orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama; orang yang status sosialnya lebih tinggi; orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial.

Pronomina persona kedua juga mempunyai bentuk jamak, yaitu bentuk kalian dan bentuk pronomina persona kedua ditambah sekalian: Anda sekalian, kamu sekalian. Pronomina persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, -nya dan beliau.

Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia dan -nya yang dapat muncul. Pronomina persona ketiga tunggal beliau digunakan untuk menyatakan rasa hormat, yakni dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang yang dibicarakan. Dari keempat pronomina tersebut, hanya dia, -nya dan beliau yang dapat digunakan untuk menyatakan milik. Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Pada umumnya mereka hanya dipakai untuk insan.

Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Yule (2006: 20) mengatakan dalam mempertimbangkan deiksis tempat, perlu diingat bahwa tempat, dari sudut pandang penutur, dapat ditetapkan baik sebuah secara mental maupun fisik. Alieva, dkk (1991: 247) membagi fungsi deiksis menjadi lima yaitu sebagai penunjuk kepunyaan, sebagai perangkai preposisi, untuk menyatakan subjek tindakan pelaku, untuk menyatakan objek tindakan pelaku, dan sebagai penunjuk postpositif. Fungsi yang terdapat dalam deiksis tempat ada tiga yaitu sebagai penunjuk keterangan tempat, penanda takrif dan sebagai atribut. Aminuddin (2008: 53) mengatakan antara makna kata dengan wujud yang dimaknai memiliki hubungan yang hakiki, akhirnya menimbulkan klasifikasi makna kata yang dibedakan antara yang kongkret, abstrak, tunggal, jamak, khusus maupun universal. Menurut Djajasudarma (2009: 8), makna terdiri atas beberapa jenis, yaitu: makna sempit, makna luas, makna kognitif, makna konotatif/emotif, makna gramatikal, makna leksikal, makna konstruksi, makna referensial, makna majas (kiasan), makna inti, makna idesional, makna proposisi, makna piktorial. Makna yang terkandung dalam deiksis banyak mengacu pada jenis makna yang disebutkan oleh Djajasudarma. Makna deiksis tempat bisa

(4)

mengarah pada makna kognitif. Makna kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus, antara lain itu, ini, ke sana, ke sini; numeralia, antara lain satu, dua, tiga, dst.; dan termasuk pula partikel yang memilki makna relasional, antara lain dan (aditif), atau (alternatif), tetapi (kontrastif), dst., (Djajasudarma, 2009: 11). Penelitian mahasiswa tentang deiksis sudah pernah dilakukan oleh Dewi Simajuntak (2011) dengan judul skripsinya “Pemakaian Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Dalam penelitiannya, peneliti berhasil menemukan: bentuk deiksis persona apa saja yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi,seperti pronominal pertama, kedua, dan ketiga.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang membahas penggunaan deiksis persona dan tempat dalam novel Supernova 1.

Penelitian ini akan memuat penggunaan deiksis serta fungsi dan makna yang terkandung dalam novel tersebut.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Penelitian kualitatif adalah suatu analisis data berwujud kata-kata. Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.

Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa bentuk kata ganti persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga serta rujukan tempat yang digunakan pada konteks kalimat tertentu.

Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung deiksis persona dan tempat yang terdapat dalam novel Supernova 1. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan kata-kata atau kalimat yang terdapat dalam novel Supernova 1.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tidak lansung berupa teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data menggunakan dokumen sebagai sumber data penelitian baik itu dokumen pribadi maupun dokumen resmi.

Teknik studi dokumenter dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1. Membaca secara intensif novel Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dee yang akan dijadikan sumber data.

2. Mengidentifikasi kalimat yang menggunakan deiksis.

3. Mencatat data yaitu data yang sudah diseleksi dicatat di dalam kartu data.

4. Mengklasifikasikan data berdasarkan jenis, fungsi, dan makna deiksis.

Alat dalam pengumpulan data penelitian ini adalah manusia dan kartu pencatat. Manusia yang dimaksud adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci.

Peneliti sebagai instrumen kunci yaitu merencanakan, mengumpulkan data, dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Selain itu kartu pencatat data

(5)

yang berisi catatan-catatan dari hasil membaca novel Supernova 1. Teknik analisis data adalah cara yang digunakan peneliti untuk menganalisis data. Dalam teknik analisis data, peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca secara intensif data yang sudah diklasifikasikan.

2. Menganalisis data berdasarkan jenis-jenis deiksis persona 3. Menganalisis data berdasarkan jenis-jenis deiksis tempat.

4. Menganalisis fungsi berdasarkan jenis-jenis deiksis persona.

5. Menganalisis fungsi berdasarkan jenis-jenis deiksis tempat.

6. Menganalisis makna berdasarkan jenis-jenis deiksis persona.

7. Menganalisis makna berdasarkan jenis-jenis deiksis tempat.

8. Menyimpulkan hasil analisis berdasarkan masalah.

Pemeriksaan keabsahan data ini penting sebagai pertanggungjawaban atas proses dan hasil penelitian. Apabila melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan tekniknya maka hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan berdasarkan atas kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Untuk mendapatkan keabsahan data ada tiga teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, dan triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan deiksis persona dan tempat dalam novel Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh menghasilkan pembahasan sebagai berikut.

Hasil

Adapun data yang dianalisis ada 14 keping dengan 119 data. Peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan keping supaya lebih mudah dalam menganalisis data. Data-data yang terdapat dalam keping tersebut terbagi lagi menjadi beberapa bagian. Penggunaan deiksis persona pertama, kedua, dan ketiga dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dan dibedakan dalam setiap kepingnya.

Tabel 1 Keping dan Jumlah Data Penggunaan Deiksis Persona

KEPING JUMLAH DATA

Keping 1 Yang Ada Hanyalah Ada 18

Keping 2 Kesatria 27

Keping 4 Putri 12

Keping 5 Tanda Tanya Agung 1

Keping 6 “Reversed Order Mechanism” 9

Keping 7 Bintang Jatuh 29

Keping 9 Cinta Tidak Butuh Tali 2

Keping 10 Kekekalan Adalah Chaos 2

Keping 11 Si Pencinta Alam 5

Keping 12 Un Sol Em Noite 1

Keping 14 Sebesar Cinta Itu Sendiri 4

Keping 16 Ia Menangis 3

KEPING 17 Dua Idiot Abad ke-21 5

Keping 24 Ksatria Schrodinger 1

(6)

Pembahasan

1. Penggunaan Deiksis Persona a. Deiksis Persona Pertama Tunggal

Deiksis persona tunggal yang terdapat dalam novel ini berupa kata aku dan saya. Kata aku digunakan pada saat situasi yang tidak formal. Hubungan antara pembicara dan lawan bicara juga akrab. Sedangkan kata saya digunakan pada situasi yang formal. Penggunaan kata ganti persona pertama pada keping 1 dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Saya dengar 295 North dari arah New York Ave ditutup.” (Dee, 2012: 2) Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan persona pertama yaitu kata saya.

Kata saya ini merupakan kata ganti untuk tokoh Dimas. Dimas merupakan mahasiswa Universitas George Washington. Kata saya digunakan untuk situasi yang formal karena mereka baru saling kenal. Perujukan kata ganti saya pada kutipan tersebut bersifat eksofora. Situasi percakapan terjadi ketika Dimas dan Reuben sedang berkenalan. Situasi perkenalan keduanya berlansung datar-datar saja. Keduanya baru menjadi akrab setelah malam itu. Mereka yang masing- masing bersama rombongan pada malam itu bergabung bersama-sama. Mereka berkumpul di rumah milik teman Dimas. Pada malam itu mereka makan malam bersama dan berpesta kimia atau narkoba secara kecil-kecilan.

b. Deiksis Persona Pertama Jamak

Deiksis persona pertama jamak yaitu kami dan kita. Kata kami digunakan oleh pembicara apabila orang yang dimaksudkan adalah dirinya dan orang yang mewakilinya. Sedangkan kata kita digunakan apabila yang dimaksudkan adalah dirinya sendiri, lawan bicara, dan orang-orang yang mendengar pembicaraan itu.

Persona pertama jamak berupa kita banyak ditemukan dalam novel Supernova 1 ini. Beberapa di antaranya dapat dilihat sebagai berikut.

“Jadi kita lagi meditasi? Enak juga. Gampang. Tinggal telan. Nggak usah susah-susah atur napas.” (Dee, 2012:8).

Berdasarkan kutipan di atas, persona pertama jamak yang digunakan adalah kita. Kata ganti kita pada kutipan tersebut mengarah pada Reuben dan Dimas. Penggunaan kata ganti kita pada kutipan tersebut untuk menyatakan dua orang yang sedang berdekatan. Kata kita pada kutipan tersebut perujukannya bersifat eksofora. Artinya adalah acuan atau referensi kata kita tersebut berada di luar teks. Pada kutipan tersebut tidak diketahui siapa yang menjadi acuan untuk kata kita. Unsur yang menjadi referensi kata kita pada kutipan tersebut adalah Reuben dan Dimas. Kutipan tersebut diucapkan oleh Dimas. Situasi percakapan terjadi ketika Reuben dan Dimas membicarakan tentang meditasi yang dilakukan oleh mereka. Tetapi mereka melakukannya secara tidak alami. Mereka bermeditasi dengan cara mengonsumsi obat-obatan terlarang.

(7)

c. Deiksis Persona Kedua Tunggal

Deiksis persona kedua tunggal dapat berupa engkau, kamu, Anda, dikau, kau- dan –mu. Deiksis ini digunakan untuk mengganti tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel. Penggunaan deiksis persona kedua dapat dilihat sebagai berikut.

“Apa yang kamu lihat?” (Dee, 2012: 3)

Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan kata ganti kamu mengarah pada Reuben. Ia adalah teman Dimas yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu.

Perujukan kata ganti kamu pada kutipan tersebut bersifat eksofora. Artinya bahwa kata tersebut merujuk pada hal yang berada di luar teks. Pada kutipan tersebut tidak disebutkan siapa yang dimaksud kata kamu. Karena tidak disebutkan, harus dicari terlebih dahulu keadaan yang terjadi ketika kutipan tersebut diucapkan.

Ujaran tersebut diucapkan oleh Dimas yang menanyakan kepada Reuben apa yang sedang dilihatnya. Situasi percakapan terjadi ketika Reuben yang baru pertama kali merasakan badai serotonin atau hayalan karena pengaruh obat-obatan terlarang. Jadi kata kamu mengacu pada tokoh Reuben.

d. Deiksis Persona Kedua Jamak

Deiksis persona kedua jamak hanya memiliki satu bentuk yaitu kalian.

Penggunaan deiksis persona kedua jamak dapat dilihat sebagai berikut.

“Banyaklah. Tapi, kalau saya sebal dengan pejabat, berarti saya juga sama sebalnya dengan kamu, orang korporasi internasional. Nggak, saya bukannya sebal. Apalagi suka. Apa, ya? Nggak ada namanya. Kita cuma berdagang di sini. Saya hanya mau berdagang dengan orang-orang seperti kalian. Kalian nggak patut diberi apa pun cuma-cuma karena kalian sendiri cuma bisa bicara dengan bahasa uang. Uang nggak bisa berpuisi.” (Dee, 2012: 76)

Deiksis persona kedua jamak yaitu kalian pada kutipan di atas mengarah pada pejabat dan orang korporasi internasional. Kata ganti kalian pada kutipan tersebut merupakan orang-orang yang menjadi klien Diva. Perujukan kata ganti kalian pada kutipan tersebut bersifat endofora yang anafora. Artinya bahwa kata ganti kalian memiliki acuan yang berada di dalam kutipan. Penggunaan kata ganti kalian pada kutipan di atas merujuk silang pada pejabat yang disebutkan sebelumnya. Situasi percakapan terjadi ketika Diva berbicara dengan Dahlan.

Diva tidak menyukai pejabat dan orang korporasi internasional yang menjadi kliennya. Dahlan merupakan satu di antaranya karena ia berkerja pada perusahaan asing. Menurut Diva, mereka hanya bisa bicara menggunakan bahasa uang.

Semuanya didapatkan dengan uang dan uang tidak bisa berpuisi. Bagi Diva, mereka sama-sama berdagang hanya saja barang atau komoditinya yang berbeda.

e. Deiksis Persona Ketiga Tunggal

Deiksis persona ketiga tunggal dapat berupa ia, dia,-nya, dan beliau.

Penggunaan deiksis persona ketiga tunggal dapat dilihat pada kutipan berikut.

(8)

Reuben tertawa lebar. Ternyata, hidup ini cair. Terus berjalan tanpa putus bagaikan ombak soliton mengarungi samudra, dan ia berada di tengah- tengahnya. (Dee, 2012: 7).

Berdasarkan kutipan di atas, kata ganti ia mengarah pada tokoh Reuben.

Kata ganti ia digunakan pengarang untuk menjelaskan kejadian yang dialami oleh tokoh Reuben dalam cerita. Perujukan kata ganti ia pada kutipan tersebut bersifat endofora yang anafora. Artinya penggunaan kata ia tersebut memiliki acuan yang terdapat di dalam teks sebelum kata ia disebutkan. Kata ganti ia pada kutipan tersebut merujuk pada tokoh Reuben yang sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Pada kutipan tersebut, Reuben merasakan baru menemukan sesuatu yang ia cari yaitu sebuah perasaan yang sangat membahagiakan dirinya. Sebuah perasaan yang belum pernah ditemuinya karena Reuben merupakan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa yang selalu berdekatan dengan buku. Namun pada malam itu sangat berbeda, Reuben merasakan badai serotonin karena pengaruh obat yang dikonsumsinya. Dan ia merasa telah menemukan apa yang ia cari-cari.

f. Deiksis Persona Ketiga Jamak

Deiksis persona ketiga jamak adalah mereka. Kata ganti mereka tidak memiliki variasi bentuk. Kata mereka ini digunakan untuk mengganti dari tokoh- tokoh yang ada dalam suatu cerita. Ada beberapa kutipan yang menggunakan kata ganti mereka yang dalam keping 1 ini yaitu sebagai berikut.

Kedua pria itu duduk berhadapan. Kehangatan terpancar dari mata mereka.

Rasa itu memang masih ada…(Dee, 2012:1)

Penggunaan kata ganti mereka pada kutipan tersebut mengarah pada Reuben dan Dimas. Kedua pria yang dimaksudkan dalam kutipan tersebut adalah Dimas dan Reuben. Mereka merupakan pasangan homo yang sudah 10 tahun pacaran. Namun kehangatan masih terpancar dari mata mereka. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar untuk mempertahankan sebuah hubungan dan ternyata mereka berhasil menjalaninya sampai sekarang. Perujukan kata ganti mereka bersifat eksofora. Artinya kata ganti mereka tersebut memiliki acuan yang berada di luar teks. Kata ganti mereka mengacu pada Reuben dan Dimas. Situasi kutipan terjadi ketika mereka saling berpandangan. Mengingat masa sepuluh tahun lalu ketika mereka pertama kali bertemu.

2. Penggunaan Deiksis Tempat

Penggunaan deiksis tempat dalam novel Supernova 1 ini terbagi menjadi tiga yaitu di sana, di sini dan di situ. Penggunaan deiksis tempat yang sering digunakan dalam novel tersebut adalah di sana dan di sini. Kata ganti tempat digunakan penulis menentukan tempat terjadinya suatu peristiwa. Deiksis tempat tersebut untuk memperjelas kejadian suatu peristiwa yang terdapat dalam cerita.

Penggunaan deiksis tempat dalam novel Supernova 1 ini bisa dilihat pada kutipan berikut.

(9)

a. Penggunaan Deiksis Tempat Di Sana

…Ternyata, ada di sana. Ia tersenyum, memandangi pensil kecil dan jelek itu. Seolah-olah menemui wajah itu sekali lagi. (Dee, 2012: 21)

Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan deiksis tempat di sana menunjukkan tempat suatu peristiwa yang terjadi dalam cerita. Penggunaan deiksis tempat tersebut mengarah pada kantong kemeja baju Ferre. Ia menyimpan pensil kecil pemberian Rana di situ. Ia dan Rana mempunyai kesepakatan. Dengan menggunakan pensil tersebut, ketika mereka merasakan rindu di antara masing- masing maka mereka akan menulis satu coretan. Siapa yang paling banyak menuliskan coretan maka ia akan menjadi pemenang. Yang kalah harus membuat puisi sebagai konsekuensinya. Dengan melihat pensil itu, Ferre teringat lagi kepada Rana, kekasihnya.

b. Penggunaan Deiksis Tempat Di Sini

“Re,” panggil Ale di antara kunyahannya, “penerangan di sini remang- remang. Apalagi di tempat kamu berdiri tadi.Tapi, saking bersinarnya mukamu, semua orang di sini sampai silau.” (Dee, 2012: 109)

Penggunaan deiksis tempat dalam novel Supernova 1 juga dapat dilihat pada kutipan di atas. Penggunaan deiksis tempat pada kutipan tersebut mengarah pada suatu tempat yang ada kursi dan meja untuk makan malam. Di tempat duduknya Ferre dan Ale sedang duduk makan malam berdua. Tidak dipastikan tempat itu sebuah restoran, kafe atau hanya warung biasa. Tempat tersebut penerangannya remang-remang. Pada saat itu, Ferre tertangkap basah karena ditelepon oleh Rana. Ale melihat muka Ferre yang bersinar bahagia karena ditelepon oleh Rana. Ia lansung bisa melihat bahawa temannya itu sedang jatuh cinta. Ia lansung menceramahi Ferre karena jatuh cinta pada istri orang. Ia tidak ingin temannya itu membuat langkah yang salah.

3. Fungsi Deiksis Persona

Penggunaan deiksis persona dalam novel Supernova 1: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh sering ditemukan. Bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan juga memiliki fungsi-fungsinya sendiri. Fungsi-fungsi tersebut terbagi menjadi beberapa hal, misalnya sebagai kepunyaan, sebagai subjek atau objek. Fungsi dari deiksis persona yang terdapat dalam novel Supernova 1 dapat dilihat sebagai berikut.

a. Fungsi sebagai Penunjuk Kepunyaan

“Wow!” Reuben malah berdecak kagum. “Jangan-jangan, tadi cuma percakapan dalam otakku, ya? Tapi, kok, rasanya sangat riil? Luar biasa!

Oh, serotonin, kamu bagian terindah dari tubuhku. (Dee, 2012:10)

Berdasarkan kutipan tersebut, penggunaan deiksis persona variasi bentuk –ku menunjukkan fungsi sebagai penunjuk kepunyaan. Bentuk deiksis persona yang jika digabungkan dengan nomina akan menunjukkan hubungan kepemilikan

(10)

atau kepunyaan. Kata otakku pada kutipan tersebut menunjukkan otak yang dimiliki oleh Reuben. Ia merasa di dalam otak yang dimilikinya sedang ada percakapan yang sedang berlansung untuk waktu yang sebentar. Pada kata tubuhku yang terdapat dalam kutipan di atas juga menunjukkan hubungan kepunyaan. Kata tubuhku menunjukkan bahwa tubuh tersebut adalah benda yang dimiliki oleh Reuben. Tubuh yang sedang mengalami badai serotonin atau suatu pengaruh yang mengakibatkan otaknya menjadi lebih ringan.

b. Sebagai Subjek

“Saya dengar 295 North dari arah New York Ave ditutup.” (Dee, 2012: 2) Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan deiksis persona saya menunjukkan fungsi sebagai subjek. Kata ganti saya pada kutipan tersebut berfungsi sebagai subjek pelaku. Kata saya merupakan kata ganti yang digunakan untuk menggantikan tokoh Dimas. Kata ganti saya pada kutipan tersebut berfungsi sebagai subjek atau orang yang melakukan sesuatu. Pada kutipan itu, kata ganti saya menunjukkan pelaku yang mendengar bahwa jalan 295 North dari arah New York sedang ditutup. Situasi kutipan terjadi ketika Dimas dan Reuben baru pertama kali berkenalan.

c. Sebagai Objek

“Yup. Mantan Vice President-mu itu. Kena kutuk apa, ya, perusahaan ini?

Kok, bisa-bisanya dia direkrut jadi Regional President. Aku harus report ke dia lansung lagi, every fucking month.” (Dee, 2012: 22).

Berdasarkan kutipan di atas, deiksis persona dia mengandung fungsi sebagai objek. Kata ganti dia pada kata kutipan di atas mengarah pada atasan Ferre yang bernama Albino. Pada kutipan tersebut, kata dia berfungsi sebagai objek yang akan berhadapan dengan Ferre. Objek dalam kutipan tersebut merupakan seseorang yang dikenai sesuatu oleh subjek yaitu Ferre. Dalam dialog tersebut, Ferre harus melakukan laporan lansung kepada atasannya tersebut. Ferre sangat tidak menyukai atasannya sehingga ia menyumpah bulan-bulan dalam kehidupannya.

d. Sebagai Penunjuk

“Dan, semoga, kalau saat itu datang, kita bisa mengalaminya bersama- sama lagi. (Dee, 2012: 13)

Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan deiksis persona –nya berfungsi sebagai penunjuk. Kata ganti –nya pada kutipan tersebut merupakan penunjuk yang mengarah pada saat itu datang. Maksud dari saat itu datang pada kutipan tersebut adalah suatu keadaan dalam kondisi tidak sepenuhnya sadar karena pengaruh obat terlarang yang dikonsumsi oleh Reuben dan Dimas. Zat-zat mereka konsumsi tersebut akan mengendap bertahun-tahun lamanya dan itu akan membuat mereka kembali ke momen yang sama.

4. Fungsi Deiksis Tempat

(11)

Penggunaan deiksis tempat dalam novel Supernova 1 ini tidak terlalu sering ditemukan. Pengarang menggunakan deiksis tempat untuk mengganti nama tempat tertentu. Penggunaan deiksis tempat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai penunjuk keterangan tempat, sebagai penanda atribut dan sebagai penanda takrif. Dalam novel Supernova 1 fungsi deiksis tempat yang sering ditemukan adalah sebagai penunjuk keterangan tempat. Penggunaan deiksis tempat yang berfungsi sebagai penunjuk keterangan tempat dapat dilihat sebagai berikut.

Sebagai Penunjuk Keterangan Tempat

“Bullshit. Saya bisa bayar seorang seniman dari TIM atau manapun untuk berpuisi, di sini, sekarang juga.” (Dee, 2012: 77)

Penggunaan deiksis tempat pada kutipan di atas berfungsi sebagai penunjuk keterangan tempat. Penggunaan deiksis tempat di sini pada kutipan di atas menunjukan suatu tempat yang dekat dengan orang yang berbicara.

Penggunaan deiksis tempat tersebut untuk mengganti sebuah kamar hotel tempat Dahlan dan Nanda sedang berbicara. Kamar hotel tersebut merupakan saksi bisu yang menyaksikan perbuatan mereka berdua. Dahlan berpikir ia bisa membeli apa pun dengan uang. Ia bisa membayar seniman manapun untuk berpuisi di depan Diva yang sedang memperoloknya.

5. Makna Deiksis Persona

Makna yang sering ditemukan dalam novel Supernova 1 adalah makna referensial dan makna konstruksi. Penggunaan deiksis persona yang memiliki makna referensial dapat dilihat sebagai berikut.

a. Makna Referensial

“Saya belum terlambat, kan?” tanyanya setengah panik. Reporter itu cepat-cepat mengatur napas. Ia tak punya banyak waktu untuk menenangkan diri. Menyusun wawancara konsepnya saja belum sempat.

Tidak tahu apa jadinya nanti, sementara ia tahu persis kaliber seperti apa yang bakal dihadapi. (Dee, 2012: 29).

Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan kata ganti saya mengandung makna referensial. Menurut Djajasudarma (1999: 11), makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan). Sesuai dengan kutipan yang ada penggunaan kata ganti saya memiliki acuan yang mengarah pada Rana. Rana merupakan reporter yang akan mewawancarai Ferre.

Namun ia datang terlambat karena pemberitahuan yang mendadak dari Ferre. Ia belum sempat untuk menyusun konsep pertanyaan yang akan ia ajukan kepada narasumbernya tersebut.

“Itu semuanya debu,” potong Reuben keras, “Saya melewati itu semua.

Saya me-ma-ha-mi. Mengerti? Paradoks Einstein-Podolsky-Rosen, Kupu- Kupu Lorenz, Dualitas Elektron, Paradoks Kucing Schrodinger-”

(Dee, 2012: 8)

(12)

Berdasarkan kutipan tersebut, penggunaan deiksis persona pertama tunggal menunjukkan makna referensial. Penggunaan kata ganti saya pada kutipan di atas memiliki acuan sesuai dengan kenyataan yang ada. Kata ganti saya pada kutipan di atas memiliki acuan yang mengarah pada tokoh Reuben. Pada kutipan tersebut Reuben memahami semua yang telah ia pelajari. Ia mengerti semua teori-teori yang dijejalkan dalam otaknya.

b. Makna Konstruksi

“Ibuku tadi telepon ke kantor. Akan ada acara rame-rame di Puncak Sabtu ini. Kita berangkat, ya? Ibu-bapakmu juga diundang.” (Dee, 2012: 55) Berdasarkan kutipan tersebut, penggunaan variasi bentuk –ku mengandung makna konstruksi. Penggunaan variasi bentuk –ku mengandung makna yang berarti kepemilikan. Variasi bentuk –ku yang didahului kata benda ibu mengandung makna milik. Pada kata ibuku, variasi bentuk –ku menyatakan kepunyaan Arwin. Pada kutipan tersebut seorang ibu yang dimiliki oleh Arwin menelpon ke kantornya. Ibu tersebut mengundang ia dan istrinya untuk datang ke Puncak karena ada acara kumpul-kumpul keluarga. Orang tua istri (Rana) juga diundang.

Terkadang tangan itu mengetik berjam-jam, seharian. Dan, ia harus mengetik cepat. Begitu banyak yang harus ia tulis. Terlalu banyak. Ia harus menulis berbagai macam artikel setiap minggu. Melayani ratusan penanya setiap malam. Kotak surelnya terlalu penuh, hanya segaris tipis dari batas kapasitas. Andai saja lengannya sebanyak gurita.

(Dee, 2012: 63)

Berdasarkan kutipan di atas, penggunaan deiksis persona ketiga tunggal mengandung makna konstruksi. Kata surelnya dan kata tangannya menunjukkan sesuatu yang dimiliki oleh tokoh –nya. Pada kutipan tersebut variasi bentuk –nya mengarah pada Supernova. Kata surelnya menyatakan surel (surat elektronik) tersebut merupakan kepunyaan Supernova. Surel tersebut dikirim oleh penggemarnya. Ia bahkan tidak sanggup untuk membalas semua surel yang datang. Pada kata lengannya juga menyatakan kepunyaan. Kata lengannya tersebut merupakan lengan yang dimiliki oleh Supernova. Dengan lengannya, ia mengetik kata demi kata untuk membalas surel dari penanya.

6. Makna Deiksis Tempat

Makna deiksis tempat yang terkandung dalam novel Supernova 1 menyatakan makna yang menyatakan keterangan tempat. Penggunaan deiksis tempat dalam novel tersebut adalah untuk mempermudah pengarang menunjukkan lokasi tempat suatu kejadian berlansung. Oleh karena itu, pembaca bisa dengan mudah memahami alur cerita yang disajikan oleh pengarang. Makna deiksis tempat dalam novel tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

(13)

“Asyik, nanti Bapak boleh, dong, mengajar di sana,” celetuknya genit.

(Dee, 2012: 97)

Berdasarkan kutipan tersebut, penggunaan deiksis tempat juga menyatakan keterangan tempat. Penggunaan kata ganti di sana menunjukkan sebuah lokasi yang jauh dari orang yang berbicara. Lokasi yang dimaksud pada kutipan tersebut mengarah pada tempat sekolah yang akan dibuat oleh Diva. Lokasi sekolah yang akan Diva bangun masih belum dipastikan. Margono menawarkan diri untuk mengajar di sekolah yang akan Diva bangun nantinya.

…Aku ingin terus di sini, menungguinya semalam suntuk. Tapi, kenapa jadinya harus mencurigakan? Kenapa harus tampak tidak wajar? Kenapa aku tidak boleh di sini? Le, tolong…. (Dee, 2012: 205)

Penggunaan deiksis tempat di sini pada kutipan di atas menunjukkan lokasi yang dekat dengan pembicara. Penggunaan kata di sini untuk menyatakan sebuah rumah sakit. Di rumah sakit tersebut, Rana sedang dirawat. Nama rumah sakit tidak dicantumkan dalam kutipan. Ferre ingin menunggu Rana semalaman sampai ia selesai operasi. Semua itu tentu tidak wajar karena Rana adalah istri orang. Semua orang yang tidak mengenalnya tentu menanyakan keberadaannya.

Implementasi novel Supernova 1 pada pembelajaran di sekolah dapat menggunakan berbagai macam model, metode, media, dan evaluasi pembelajaran.

Semuanya bergantung pada pilihan guru dalam merencanakan proses belajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pada implementasi pembelajaran ini disarankan metode, media, dan evaluasi pembelajaran sebagai berikut.

Keanekaragaman metode pembelajaran diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Keanekaragaman tersebut seharusnya lebih mempermudah guru untuk memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam menerima materi yang diajarkan. Metode yang digunakan dalam pembelajaran novel ini adalah tanya jawab, diskusi dan inkuiri.

Metode tanya jawab digunakan ketika guru mengajukan pertanyaan- pertanyan dasar yang berhubungan dengan novel. Pertanyaan dasar tersebut untuk memancing pengetahuan siswa tentang novel. Kemudian tanya jawab beralih ke pertanyaan yang lebih luas. Dalam kesempatan ini, siswa bisa bertanya kepada guru jika ada yang belum dimengerti. Alasan peneliti menggunakan metode tanya jawab adalah untuk mengetahui kemampuan siswa secara individual.

Metode pembelajaran kedua yang digunakan oleh peneliti adalah diskusi.

Metode ini berguna untuk melatih siswa bertukar pikiran dengan teman-temannya.

Siswa juga diajarkan untuk menunjukkan sikap berani dalam mengemukakan pendapatnya masing-masing. Sehingga guru sebagai fasilitator dapat mengetahui siswa-siswa yang aktif dan berpartisipasi dengan baik.

Peneliti juga menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran ini karena berhubungan dengan tugas yang akan diberikan. Pada kesempatan ini, siswa di ajarkan untuk menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam fotokopian

(14)

yang sudah dibagikan. Dari keseluruhan metode yang digunakan diharapkan siswa bisa mencapai tujuan yang akan dicapai.

Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk membantu dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini yaitu media gambar.

Media gambar dapat menumbuhkan minat siswa dan memperjelas hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata. Guru dapat menggunakan proyektor untuk menampilkan gambar sehingga siswa lebih tertarik untuk memahami materi karena ditampilkan gambar dengan berbagai animasi warna maupun corak tampilan yang menarik. Hal ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan tentu harapan semua guru.

Untuk mengetahui keberhasilan tersebut guru harus melakukan evaluasi. Evaluasi yang akan dilakukan meliputi evaluasi individu dan kelompok. Evaluasi individu dilakukan dengan menyuruh siswa membuat simpulan dari setiap diskusi yang telah dilakukan kelompok temannya. Masing-masing siswa disuruh untuk menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi yang dilakukan oleh setiap kelompok yang tampil. Dengan melakukan hal tersebut, guru bisa mengetahui siswa mana yang lebih mengerti dan memahami materi yang telah diajarkan. Selain itu guru juga mudah untuk menjelaskan bagian yang belum dimengerti oleh siswa.

Evaluasi kedua yaitu evaluasi kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Jika siswa menjawab semua pertanyaan dengan benar tentu tujuan dari pembelajaran sudah tercapai. Selain itu, evaluasi kelompok dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menyampaikan argumen selama diskusi berlansung. Kerjasama antara anggota kelompok juga bisa diketahui oleh guru jika setiap anggota menjelaskan dengan lancar. Semua tes yang diberi adalah untuk mengukur kemampuan siswa tentang materi yang diberikan oleh guru.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan deiksis persona dan deiksis tempat yang terdapat dalam novel Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dee dapat lihat sebagai berikut. Pertama, bentuk- bentuk deiksis persona yang ditemukan dalam novel tersebut adalah deiksis persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Penggunaan deiksis persona yang paling sering ditemukan adalah penggunaan deiksis persona ketiga tunggal.

Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga untuk memudahkan memahami alur cerita. Penggunaan deiksis persona yang menggunakan bahasa daerah juga sering digunakan oleh pengarang. Kedua, bentuk deiksis tempat yang digunakan dalam novel Supernova 1 ini adalah deiksis tempat di sana dan di sini.

Penggunaan kata di sana lebih dominan digunakan oleh pengarang. Ketiga, fungsi deiksis persona yang terdapat dalam novel tersebut lebih mengarah sebagai penunjuk kepunyaan, sebagai objek, dan sebagai objek. Fungsi-fungsi tersebut

(15)

lebih sering digunakan oleh pengarang. Keempat, fungsi deiksis tempat yang terdapat dalam novel tersebut hanya menunjukkan keterangan tempat.

Penggunaan deiksis tempat sering mengacu pada keterangan tempat. Kelima, makna yang sering ditemukan dalam bentuk deiksis persona adalah makna referensial dan makna konstruksi. Keenam, makna deiksis tempat yang ditemukan dalam novel tersebut adalah makna kognitif yang bersifat apa adanya. Penggunaan deiksis tempat mengarah pada makna penunjuk keterangan tempat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang terdapat di atas, peneliti ingin menyampaikan saran-saran sebagai berikut. Pertama, penelitian mengenai deiksis persona dan deiksis tempat masih sedikit yang meneliti. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada akademis untuk meneliti penggunaan deiksis persona dan tempat yang terdapat dalam bahasa daerah tertentu untuk mengetahui dan melestarikan bahasa daerah yang ada. Kedua, peneliti berharap peneliti yang lain bisa meneliti tentang deiksis-deiksis yang lain seperti meneliti deiksis sosial dan deiksis wacana supaya terasa lebih lengkap.

DAFTAR RUJUKAN

Alieva et al. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: Kanisius.

Aminuddin. 2008. Semantik. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Cumming, Louise. 2007. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2009. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:

Refika Aditama.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2012. Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Aditama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lestari, Dewi. 2012. Supernova 1: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.

Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Moleong, Lexy. J. 2012. Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwo, Bambang Kaswanti, 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Simanjuntak, Dewi. 2011. “Pemakaian Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andera Hirata”. Skripsi. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis penelitian ini menggunkan analisis linier berganda.Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1) variabel sistem penggajian

Dengan demikian informasi rencana pembelian kembali saham ( buyback ) diterima oleh pasar dan dipandang sebagai good news ditandai dengan adanya perubahan harga saham yang

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat generik berlogo dan obat generik bermerek anti diabetik oral pada pasien rawat inap yang

Hari/Tgl Wkt Mata Kuliah Kls Dosen Ruang Mata Kuliah Kls Dosen Ruang Mata Kuliah Kls Dosen Ruang Satgas SENIN 07.00 Pengantar Akuntansi II &Prak M1 Moh.. Cholid

Gilung, Talang Mamak: Hidup Terjepit di atas Tanah dan Hutannya Sendiri-Potret Konflik Kehutanan antara Masyarakat Adat Talang Mamak di Kabupaten Indragiri Hulu

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diungkapkan, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui perbedaan pemahaman konsep

Adapun penelitian skripsi ini mengulas: (1) Riwayat kehidupan Amir Syariffudin (2) Kiprah Amir Syariffudin pada organisasi dan partai politik, (3) Kiprah politik