• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DEIKSIS DALAM FILM YOWIS BEN 2 KARYA BAYU SKAK DAN FAJAR NUGROS: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DEIKSIS DALAM FILM YOWIS BEN 2 KARYA BAYU SKAK DAN FAJAR NUGROS: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

(An Analysis of Deixis in “Yowis Ben 2” Film Bayu Skak and Fajar Nugros: a Pragmatics Study)

Oleh/by

Anisa Dimas Tutik dan Yazid Rivai

Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Adab dan Bahasa, IAIN Surakarta Jalan Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah

Pos-el: yasidrivai@gmail.com

*) Diterima: 12 Mei 2020; Disetujui: 10 September 2020

ABSTRAK

Film “Yowis Ben 2” merupakan salah satu film komedi Indonesia yang memasukkan unsur bahasa daerah di dalam percakapannya. Hal tersebut menjadi nilai lebih untuk meninggikan bahasa daerah di lingkungan masyarakat. Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan pragmatik, yaitu analisis deiksis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis dalam film “Yowis Ben 2” karya Bayu Skak dan Fajar Nugros. Sumber data penelitian ini adalah percakapan yang terdapat di dalam film tersebut. Berdasarkan penelitian, film “Yowis Ben 2” memuat bahasa daerah yang merujuk pada suatu kegiatan yang sedang dibicarakan serta memiliki hubungan dengan dimensi ruang dan waktu pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Deiksis berfungsi untuk memperjelas isi ujaran dalam film “Yowis Ben 2” karya Bayu Skak dan Fajar Nugros. Hasil penelitian menunjukkan adanya ujaran deiksis persona, waktu, tempat, sosial, dan wacana.

Kata kunci: film “Yowis Ben 2”, analisis deiksis, pragmatik

ABSTRACT

“Yowis Ben 2” is an Indonesian comedy movie that includes elements of local language in the conversation. This elements of local language becomes more value to elevate regional languages in the community environment. This research is in the form of a descriptive qualitative research with a pragmatic approach, namely deixis analysis. The purpose of this study is to describe deixis in the movie “Yowis Ben 2” by Fajar Nugros and Bayu Skak. The data source of this research is the conversations contained in the movie. Based on research, the “Yowis Ben 2” movie contains local languages that refer to an activity being discussed and has a relationship with the dimensions of space and time when spoken by the speaker or the person being spoken to. Deixis functions to clarify the contents in utterances that contain persona, time, place, discourse, and social.

(2)

133 PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pesan kepada manusia. Bahasa merupakan lambang bunyi arbiter yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer 2010: 14). Dalam berbahasa, orang tidak secara langsung menyampaikan tuturannya, tetapi ada maksud tersembuyi dalam tuturannya tersebut. Hal ini membuat mitra tutur harus menyimak apa yang seseorang tuturkan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemahan tuturan.

Pragmatik adalah proses dinamis yang melibatkan antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. Menurut Yunus dkk. (2019: 2), pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.

Pragmatik hakikatnya mengarah pada perwujudan kemampuan pemakaian bahasa sesuai dengan prinsip penggunaan bahasa secara tepat yang dapat menjadi rujukan bagi pendengar. Stalnaker dalam Yusri (2016: 3) berpendapat bahwa pragmatik merupakan kajian mengenai implikatur, preposisi, tindak tutur, deiksis, dan aspek-aspek struktur wacana.

Djajasudarma (2012: 53) mengatakan bahwa deiksis dapat diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses, atau kegiatan yang sedang

dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya pada saat dituturkan pembicara atau yang diajak bicara. Menurut Nababan dalam Putrayasa (2014: 43) deiksis dibagi menjadi lima, yaitu deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana, dan deiksis sosial.

Film “Yowis Ben 2” dirilis pada 14 Maret 2019 yang disutradarai oleh Bayu Skak dan Fajar Nugros serta diproduseri oleh Chand Parwez Servia di bawah bendera Starvision. Film “Yowis Ben 2” ini menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Salah satu pesan dalam film “Yowis Ben 2” ini adalah kekeluargaan membuatmu memiliki harta dunia dan seisinya. Tokoh utama yang mementingkan egoisme akhirnya takluk dengan sifat teman-temannya yang menjunjung kekeluargaan.

Film tersebut juga mengajarkan untuk berpegang teguh pada pendirian awal agar tidak tergoda oleh dunia fana yang menghancurkan segala kekeluargaan dan harapan pada masa mendatang. Film “Yowis Ben 2” terdiri atas 20 persen menggunakan bahasa Sunda, 60 persen menggunakan bahasa Jawa, dan 20 persen lainnya menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini berbeda dengan pembuatan film “Yowis Ben” pertama yang 80 persen menggunakan bahasa Jawa dan selebihnya menggunakan bahasa Indonesia.

Selain pesan dan inovasi dalam pembuatan film “Yowis Ben 2” terdapat hal menarik, yaitu tambahan bahasa Sunda yang dimasukkan dalam film tersebut, selain bahasa

(3)

134

Jawa dan bahasa Indonesia. Deiksis yang terdapat pada film “Yowis Ben 2” tergolong banyak. Dengan merujuk paparan tersebut, fokus penelitian ini adalah deiksis yang terdapat dalam film “Yowis Ben 2” karya Bayu Skak dan Fajar Nugros.

Kajian yang relevan pernah dilakukan oleh Silvia Haryati Merentek yang berjudul “Deiksis dalam Film Cinderella: Analisis Pragmatik” tahun 2016. Penelitian tersebut berfokus pada deiksis yang terdapat dalam film “Cinderella”. Objek yang dianalisis sama-sama seputar film, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Marentek berfokus pada film dengan penggunaan bahasa asing, yakni bahasa Inggris.

Kajian yang lain juga pernah dilakukan oleh La Ino, dkk. dengan judul “Deiksis dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono” pada tahun 2019. Penelitian tersebut berfokus pada deiksis yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian tersebut memiliki fokus subjek yang berbeda, tetapi dengan kajian yang sama, yakni analisis deiksis.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2014: 213), penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis suatu kejadian, fenomena, atau keadaan secara sosial yang bertujuan memahami suatu konteks sosial secara luas dan mendalam. Data yang digunakan adalah deiksis yang terdapat dalam film „Yowis Ben 2‟ karya Bayu Skak dan Fajar Nugros.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi dokumentasi dengan teknik rekam

dan teknik catat. Metode dokumentasi adalah mengumpulkan dan mengolah data secara berulang-ulang pada film ”Yowis Ben 2”. Teknik rekam dilakukan dengan mengamati dan merekam film “Yowis Ben 2”. Teknik catat dilakukan dengan mencatat bagian-bagian dalam film “Yowis Ben 2” yaitu subtitle dalam film tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Jenis penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data objek secara terperinci. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi teori Miles & Huberman (2009: 18) mengenai teknik analisis jalinan mengalir atau flow model of analysis. Dalam teknik analisis jalinan, terdapat tiga tahap yang meliputi reduksi data (data reduction), sajian data (data display), dan penarikan simpulan (conclusion drawing).

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam film “Yowis Ben 2” karya Bayu Skak dan Fajar Nugros ditemukan bentuk-bentuk deiksis yang digunakan para tokoh dalam percakapan mereka melalui kalimat-kalimat yang digunakan. Percakapan dalam film “Yowis Ben 2” banyak menggunakan bahasa daerah. Deiksis yang ditemukan berupa deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.

Deiksis Persona

Deiksis persona ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Yule (2014: 15) menyatakan bahwa deiksis persona dengan jelas

(4)

135

menerapkan tiga pembagian dasar, kata ganti orang pertama saya, orang kedua kamu, dan orang ketiga dia laki-laki, dia perempuan, atau “dia barang/sesuatu”.

Peran orang pertama adalah kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, dan saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.

Deiksis Persona Orang Pertama

Tabel 1

Analisis Deiksis Persona Orang Pertama

No. Kalimat Deiksis

Persona 1. Aku wis ana job

tampil nang

Bandung.

„Aku sudah ada job tampil di Bandung.‟

aku

2. Saya yang

bertanggung jawab di sini, ada apa ya?

saya

3. Bentar-bentar biar

saya saja yang

menjelaskan.

saya

4. Tadi saya juga telepon tapi gak diangkat.

saya

5. Aku gak tahu kalau

itu bapak kamu.

aku

6. Aku gak gelem

ngombe banyu

haram.

„Aku tidak mau aku

minum minuman haram‟.

7. Aku nek ndelok

ngene kiye eling nom-noman mbiyen.

„Aku kalau begini ingat pas zaman muda dulu.‟

aku

8. Aku gak percaya sama yang namanya LDR.

aku

9. Aku lagi butuh

dhuwit, Bu, nek ora bisa bayar metu wae ko kene.

„Aku butuh uang, Bu, kalau tidak bisa bayar kamu keluar saja dari sini.‟

aku

10. Papa mau aku kuliah di Jerman

aku

Pada data (1) Aku wis ana job tampil nang Bandung. „Aku sudah ada job tampil di Bandung.‟ Penggunaan kata aku sebagai subjek orang pertama dalam percakapan di atas menunjukkan bahwa sosok aku sebagai pelaku utama dalam menjalankan sebuah kegiatan.

Data (2), (3) dan (4) berupa orang pertama dengan menggunakan kata saya. Data (2) memperlihatkan tokoh Asih dalam film “Yowis Ben 2” mengatakan, “Saya yang bertanggung jawab di sini. Ada apa, ya?” Kata saya dalam penggalan kalimat tersebut menunjukkan bahwa persona orang pertama adalah Asih.

Data (3) “Bentar-bentar biar saya saja yang menjelaskan”. Sama seperti data ke (2) kata saya menunjukkan tokoh Asih dalam film “Yowis Ben 2”. Kata saya dipakai dalam situasi formal, pada hakikatnya untuk menghormati orang yang baru dikenal, orang yang lebih tua, maupun orang yang memiliki

(5)

136

pangkat, atau kedudukan yang lebih rendah untuk berbicara pada orang yang memiliki pangkat atau kedudukan yang lebih tinggi sehingga bersifat sopan santun.

Data (4) tampak ketika di angkot Bayu berbincang dengan sopir angkot sambil mengatakan “Tadi saya juga telpon tapi gak diangkat” Kata saya mengacu pada persona orang pertama, yaitu Bayu.

Data (5) ditemukan ketika Bayu mengatakan “Aku gak tahu kalau itu bapak kamu”. Kata aku berarti mengacu pada Bayu di sini menjadi persona orang pertama.

Pada data (6) saat Iyan, salah satu vokalis Yowis Ben, diajak mengiklankan produk minuman haram, dia berkata, “Aku gak gelem ngombe banyu haram” „Aku tidak mau minum minuman haram‟. Kata aku pada penggalan percakapan tersebut menunjukkan Iyan sebagai pelaku persona orang pertama.

Pada data (7) ditemukan kalimat Aku nek ndelok ngene kiye eling nom-noman mbiyen. „Aku kalau begini ingat pas zaman muda dulu‟. Kalimat tersebut diucapkan oleh guru sekolah saat mengetahui Yowis Ben tampil di panggung. Jadi, kata aku pada kalimat tersebut mengacu pada guru sekolah.

Pada data (8) Susan mengatakan “Aku gak percaya sama yang namanya LDR.” Kata aku mengacu pada Susan sebagai peran orang pertama dalam penggalan percakapan tersebut.

Pada data (9) pemilik kontrakan menagih uang sewa tempat tinggal Bayu dan keluarga. Kalimatnya sebagai berikut. “Aku lagi butuh dhuwit, Bu, nek ora bisa bayar metu wae ko kene.” „Aku butuh uang Bu, kalau tidak bisa bayar kamu keluar

saja dari sini‟. Kata aku dalam kalimat tersebut merujuk pada pemilik kontrakan tempat Bayu tinggal.

Pada data (10) Bayu mengajak Susan untuk kuliah bersama-sama di Malang, tetapi Susan menolak dengan mengatakan, “Papa mau aku kuliah di Jerman.” Kata aku dalam kalimat tersebut merujuk pada Susan sebagai persona orang pertama.

Deiksis Persona Orang Kedua

Menurut Wenur (2017: 7), deiksis orang kedua adalah pemberian rujukan penutur kepada seseorang atau lebih yang melibatkan diri dalam suatu percakapan. Dalam film “Yowis Ben 2” diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 2

Analisis Deiksis Pesona Orang Kedua

No. Kalimat Deiksis

persona 1. Kamu dengan bangganya membawakan abah serabi. kamu

2. Kenapa kamu tak bawa kesini tidak ke

apartemen.

kamu

3 Kamu nanti di sana

siapa yang

mengurusi?

kamu

4. Ternyata ada juga yang tidak peduli dengan gantengmu, Ndo.

-mu

5 Kowe mentang-mentang sugih isa kuliah ngendi wae.

„Kamu kaya jadi bisa kuliah di mana saja.‟

kowe

„kamu‟

Pada data (1) untuk menarik perhatian abah, Bayu membawakan serabi karena merupakan makanan khas daerah Bandung. Kalimatnya

(6)

137

adalah “Kamu dengan bangganya membawakan abah serabi.” Kata kamu dalam kalimat tersebut merujuk pada Bayu sebagai penutur persona orang kedua.

Pada data (2) Cak Jim menjelaskan kepada Yowis Ben alasan ia mengajak Yowis Ben ke apartemen. “Kenapa kamu tak bawa ke sini tidak ke apartemen.” Kata kamu dalam kalimat tersebut merujuk pada Yowis Ben.

Pada data (3) saat Susan hendak kuliah di luar negeri, Bayu mengatakan, “Kamu nanti di sana siapa yang mengurusi?” Kata kamu merujuk pada Susan.

Pada data (4) Dhoni meledek Nando karena Nando ditolak wanita “Ternyata ada juga yang tidak peduli dengan gantengmu, Ndo.” Klitika -mu tersebut merujuk pada Nando. Meskipun di akhir kalimat diungkapkan pelaku, tetapi penggunaan persona orang kedua berfungsi untuk memperjelas orang yang dimaksud.

Pada data (5) Bayu marah ketika Susan berkuliah di luar negeri tanpa sepengetahuannya. “Kowe mentang-mentang sugih iso kuliah ngendi wae.” „Kamu orang kaya jadi bisa kuliah di mana saja‟. Kata kamu dalam kalimat berbahasa daerah tersebut merujuk pada Susan sebagai persona orang kedua yang dituju. Deiksis Persona Orang Ketiga

Deiksis orang ketiga adalah pemberian berupa rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu. Dalam film “Yowis Ben 2” ada beberapa deiksis persona orang ketiga sebagai berikut.

Tabel 3

Analisis Deiksis Persona Orang Ketiga

No. Kalimat Deiksis

Persona 1. Kalau kita tidak

sukses maka

hidupnya akan sepi seperti kuburan ini.

kita

2. Kami para guru cuma

punya kenangan.

kami 3. Awake dhewe tetep

dadi kanca sing apik.

„Kita tetap menjadi teman baik.‟ awake dhewe 4. Memang penampilan kalian di TV seperti penyanyi cilik. kalian

Pada data (1) Iyan mengajak anggota Yowis Ben untuk berkunjung ke kuburan. “Kalau kita tidak sukses maka hidupnya akan sepi seperti kuburan ini.” Kata kita dalam kalimat tersebut ditunjuk untuk semua anggota Yowis Ben.

Pada data (2) setelah hari kelulusan, pihak sekolah mengadakan perayaan kelulusan bagi siswa-siswanya “Kami para guru cuma punya kenangan.” Kata kami dalam ujaran ini merujuk pada para guru dalam sekolah tersebut.

Pada data (3) Yowis Ben akan bubar karena perbedaan prinsip, tetapi Dhoni mengatakan, “Awake dhewe tetep dadi kanca sing apik.” „Kita tetap jadi teman baik‟. Kata awake dhewe berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti „kita‟. Kata kita merujuk pada anggota Yowis Ben.

Pada data (4) setelah Yowis Ben manggung di televisi, asisten manajer mengatakan, “Memang penampilan kalian di TV seperti penyanyi cilik.” Kata kalian merujuk pada Yowis Ben sebagai persona orang ketiga.

(7)

138

Deiksis Tempat

Deiksis tempat adalah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Dalam film “Yowis Ben 2” ditemukan deiksis tempat sebagai berikut.

Tabel 4

Analisis Deiksis Tempat

No. Kalimat Deiksis

tempat

1. Enek manajer

handal bakal

nawani Yawis Ben

rekaman ning

Bandung. Yawis

Ben pasti iso

sukses ning kana.

„Ada Majager top yang menawari

Yowis Ben

rekaman di

Bandung, Yowis Ben pasti bisa sukses di sana‟.

ning kana

2. Aku wis ana job tampil nang panti

jompo

„Aku sudah ada job tampil di panti jompo‟. nang panti jompo 3. Saya yang bertanggung jawab di sini. di sini 4. Kang alamatnya di Cihampeles. di Cihampeles 5. Kalau pusat film di

Yogyakarta,

menghasilkan sutradara top.

di

Yogyakarta

6. Kamu nanti di sana

siapa yang

mengurusi?

di sana

7. Mengko bengi

tetep latihan nek

omahku ya?

(„Nanti malam tetap latihan dirumahku ya‟.)

nek omahku

Pada data (1) ketika di jalan Bayu ditawari oleh seseorang untuk memulai karier di Bandung. Ia pun menyampaikan kepada teman yang lain.

“Enek manajer handal bakal

nawani Yowis Ben rekaman ning Bandung. Yowis Ben pasti iso sukses ning kana.” „Ada majager

top yang menawari Yowis Ben rekaman di Bandung, Yowis Ben pasti bisa sukses di sana.‟

Kata ning kana merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti „di sana‟. Di sana yang dimaksud adalah nama Kota Bandung sebagai kota untuk memulai dunia musik.

Pada data (2) paman Bayu menawarkan Yowis Ben untuk tampil di panti jompo. Dia mengatakan, “Aku wis ana job tampil nang panti jompo.” „Aku sudah ada job tampil di panti jompo‟. Kata nang memiliki arti „di‟. Jadi, deiksis tempat yang dimaksud adalah di panti jompo, tempat untuk manggung atau nge-band.

Pada data (3) Bayu dan kawan-kawan sedang makan di sebuah kafe. Mereka memprotes dan pemilik cafe menghampirinya, “Saya yang bertanggung jawab di sini”. Kata di sini dalam ujaran tersebut menunjukkan kafe tempat mereka makan.

Pada data (4) seorang penumpang angkot mengatakan, “Kang, alamatnya di Cihampelas”. Tempat yang dimaksud dalam ujaran tersebut adalah Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat.

Pada data (5) terdapat kalimat “Kalau pusat film teh di Yogyakarta, menghasilkan sutradara top.” Di Yogyakarta merupakan deiksis yang menunjukkan tempat karena ujaran tersebut bermaksud untuk

(8)

139

menjelaskan bahwa Yogyakarta adalah pusat film yang menghasilkan banyak sutradara hebat.

Pada data (6) Susan berpamitan dengan Bayu karena ia akan kuliah di Jerman. “Kamu nanti di sana siapa yang mengurusi?” Kata di sana merujuk pada negara Jerman tempat Susan untuk menuntut ilmu di jenjang perkuliahan.

Pada data (7) Nando mengajak Yowis Ben untuk tetap latihan “Mengko bengi tetep latihan nek omahku ya?” „Nanti malam tetap latihan di rumahku ya„. Kata omahku merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti „rumahku‟. Deiksis tempat yang dimaksud adalah rumah Nando.

Deiksis Waktu

Deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentang waktu saatujaran diujarkan (Merentek, 2016: 3)

Tabel 5

Analisis Deiksis Waktu

No. Kalimat Deiksis

Waktu 1. Mas wis suwe

mendhem rasa nang awakmu.

„Mas sudah lama memendam perasaan sama kamu‟.

wis suwe

2. Apa ora bosen

pirang-pirang tahun

dodolan pecel?

„Apakah tidak bosan

beberapa tahun

masih jualan pecel?‟

pirang-pirang tahun

3. Mengko bengi tetep

latihan ning omahku, ya.

„Nanti malam tetap latihan dirumahku ya‟.

mengko bengi

4. Kan saiki teknologi amben

canggih, awae dewe

isa telpon amben

wengi.

„Sekarang teknologi sudah canggih kita bisa menelpon tiap malam‟.

wengi

5. Keren, Cak Jim tiap

hari mobilnya ganti.

tiap hari 6. Rong dina engkas

Yowis Ben mlebu TV.

„Dua hari lagi Yowis Ben masuk TV‟.

rong dina

7. Le, wingi paklikmu pamit karo Ibu.

„Le, kemarin

pamanmu pamit pada Ibu.‟

wingi

Pada data (1) Bayu mengutarakan cintanya kepada Asih, “Mas wis suwe mendhem rasa nang awakmu.” „Mas sudah lama memendam perasaan pada kamu‟. Frasa wis suwe memiliki arti „sudah lama‟. Bayu sudah lama menyukai Asih.

Pada data (2) tetangga Bayu mengejek ibunya dengan ujaran, “Apa ora bosen pirang-pirang tahun dodolan pecel?” „Apa gak bosan beberapa tahun masih berjualan pecel‟ Kata pirang-pirang tahun berarti „rentang waktu yang menunjukkan beberapa tahun‟ Bayu dan keluarga berpenghasilan dari jualan pecel setiap hari.

Pada data (3) Nando mengajak Yowis Ben untuk berlatih. Dia pun mengucapkan, “Mengko bengi tetep latihan ning omahku, ya!” „Nanti malam tetap berlatih di rumahku ya‟

Mengko bengi memiliki arti „nanti malam‟. Deiksis waktu merujuk pada waktu latihan Bayu dan anggotanya untuk berlatih.

Pada data (4) Bayu meyakinkan Susan untuk bisa menjalani hubungan

(9)

140

jarak jauh. Bayu mengatakan, “Kan saiki teknologi canggih, awake dhewe isa telpon amben wengi. ” „Sekarang teknologi sudah canggih kita bisa meneelepon tiap malam‟.

Kata amben wengi merupakan bahasa Jawa. Amben berarti „setiap‟ dan wengi berarti „malam‟. Jadi, deiksis waktu pada ujaran tersebut merujuk pada waktu setiap malam Bayu untuk berkomunikasi dengan Susan.

Pada data (5) Yowis Ben melihat Cak Jim berganti mobil. Mereka mengatakan “Keren, Cak Jim tiap hari mobilnya ganti.” Kata tiap hari merujuk pada waktu Cak Jim berganti-ganti mobil setiap harinya.

Pada data (6) setelah sekian lama akhirnya Yowis Ben mendapatkan tawaran pekerjaan. “Rong dino engkas Yowis Ben mlebu TV.” „Dua hari lagi Yowis Ben masuk TV‟.

Kata rong dino engkas memiliki arti „dua hari lagi‟. Deiksis waktu tersebut merujuk pada kegiatan yang akan dilakukan Bayu dan kawan-kawan untuk manggung.

Pada data (7) setelah sampai di Malang, Bayu mencari pamannya. Dia mengatakan, “Le, wingi paklikmu pamit karo Ibu”. „Le kemarin pamanmu pamit pada Ibu‟. Kata yang menunjukkan deiksis waktu ialah wingi. Kata wingi berarti „kemarin‟. Ujaran tersebut menunjukkan bahwa paman Bayu telah pergi sejak kemarin.

Deiksis Wacana

Deiksis wacana adalah rujukan pada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah dibicarakan atau sedang dikembangkan. Contoh deiksis

wacana dalam film “Yowis Ben 2” adalah sebagai berikut.

Tabel 6

Analisis Deiksis Wacana

No. Kalimat

1. Iki lo apartemen nek Bandung,

lantene ora sepuluh tapi selawe. Saka lante selawe kowe isa nonton Malang.

„Ini apartemen di Bandung, bukan lantai sepuluh, tetapi 25. Dari lantai 25 kamu bisa melihat Malang‟.

2. Ini San, ada brosur universitas

yang aku ceritakan, Kamu bisa masuk universitas ekonomi dan aku sastra.

Pada data (1) Cak Jim menawarkan Yowis Ben tampil di Bandung dengan iming-imingan. “Iki lo apartemen nek Bandung, lantene ora sepuluh, tapi selawe. Saka lante selawe kowe isa nonton Malang”. „Ini apartemen di Bandung, bukan lantai sepuluh, tetapi dua lima, dari lantai dua lima kamu bisa melihat Malang‟. Kata iki dalam ujaran tersebut merujuk pada wacana sebelumnya, yaitu gambar apartemen lantai 25 yang akan dijanjikan Cak Jim kepada Yawis Ben.

Pada data (2) setelah selesai manggung di pentas akhir sekolah, Bayu memberikan sesuatu kepada Susan. “Ini, San, brosur universitas yang aku ceritakan. Kamu bisa masuk Fakultas Ekonomi dan aku Sastra”. Kata ini merujuk pada wacana selanjutnya, yaitu brosur universitas di Malang yang dijanjikan Bayu untuk Susan.

Deiksis Sosial

Deiksis sosial adalah pemberian bentuk menurut perbedaan sosial yang

(10)

141

merujuk pada peran peserta, khususnya aspek-aspek hubungan sosial antara pembicara dan pendengar atau pembicara dan beberapa rujukan. Dalam film ”Yowis Ben 2” ditemukan deiksis sosial sebagai berikut.

Tabel 7

Analisis Deiksis Sosial

No. Kalimat Deiksis

Sosial 1. Lagi nyeseuh

„Sedang mencuci‟

nyeseuh

„mencuci‟ 2. Jangan malu atuh

A’. Dulu Asih buka

usaha ini banyak cobaan tapi gak

malu.

a’

3. Aa‟ Bayu temenin

abah dulu ya di

belakang

abah

4. Kalau teteh mau turun di mana?

teteh

5. Seorang pemimpin itu kudu cageur,

bageur, bener,

pinter, dan singer

cageur, bageur, bener,

pinter, dan

singer

6. Cak, Yowis Ben pasti isa sukses ning Bandung.

„Cak, Yowis Ben pasti bisa sukses di Bandung‟.

cak

Pada data (1) Bayu menghampiri ayah Asih dan bertanya keberadaan Asih, ayah Asih menjawab, “Lagi nyeseuh”. Kata nyeseuh merupakan bahasa Sunda yang memiliki arti „mencuci‟. Ujaran dalam deiksis sosial merujuk pada Asih yang sedang mencuci.

Pada data (2) Bayu merasa minder dengan Asih karena ia hanya bisa nge-band. “Jangan malu atuh A’. Dulu Asih buka usaha ini banyak

cobaan, tapi gak malu”. Kata a’ merupakan sapaan orang Sunda. Sapaan tersebut biasanya digunakan untuk laki-laki yang umurnya lebih tua. Dalam bahasa Indonesia biasanya dikenal dengan kakak. Ujaran a’ tersebut dimaksudkan sebagai panggilan Asih kepada Bayu.

Pada data (3) Bayu berkunjung ke rumah Asih dan Asih mengatakan, “Aa‟ Bayu temenin abah dulu ya di belakang”. Kata abah menunjuk pada ayah Asih. Abah merupakan panggilan bapak dalam bahasa Sunda. Pada data (4) sopir angkot bertanya kepada penumpangnya. “Kalau teteh mau turun di mana?”. Kata teteh merujuk pada penumpang yang berada di angkot. Dalam kata tersebut, teteh merupakan sapaan dalam bahasa Sunda yang berarti „kakak perempuan‟.

Pada data (5) ayah Asih menasihati Bayu. Dia mengatakan, “Seorang pemimpin itu kudu paham lima hal cageur, bageur, bener, pinter, dan singer. Kata cageur berarti „sehat secara lahir dan batin‟, bageur „berbuat baik dalam hal apa pun‟, bener „percaya pada diri sendiri‟, pinter berarti „seseorang yang berpendidikan sekaligus dapat menemukan solusi‟, dan singer yaitu „adanya kemudahan dalam melakukan sesuatu‟. Kelima hal tersebut merujuk pada Bayu.

Pada data (6) Yowis Ben memutuskan untuk mengadu nasib di Bandung dan meninggalkan paman yang sekaligus menjadi manajernya. “Cak, Yowis Ben pasti isa sukses ning Bandung.” „Cak, Yowis Ben pasti bisa sukses di Bandung. Kata cak merujuk pada paman Bayu.

(11)

142

PENUTUP

Dari pembahasan mengenai analisis deiksis pada film “Yowis Ben 2” karya Bayu Skak dan Fajar Nugros, ditemukan lima deiksis, yaitu, deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis persona terdapat pada 19 data yang terdiri atas 10 deiksis persona orang pertama, 5 deiksis orang kedua, dan 4 deiksis orang ketiga. Deiksis tempat terdapat pada 7 data, deiksis waktu 7 data, deiksis wacana 2 data, dan deiksis sosial 6 data.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2010. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 2012.

Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Aditama. Merentek, Silvia Hariyati. 2016.

Deiksis dalam Film Cinderella: Kajian Pragmatik. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Miles, Matthew B. & Huberman, A.

Michael. 2009. Analisis Data

Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. (Terjemahan Tjetjep

Rohandi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Putrayasa, Ida Bagus, 2014.

Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Wenur, Fergy J. 2017. Deiksis dalam Film The Boss Baby Karya Tom Mcgrath: Suatu Analisis Pragmatik. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunus, dkk. 2019. “Deiksis dalam

Wacana Narasi Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Revisi 2017”. Jurnal Bastra 4 (1), hlm. 2.

Yusri, 2016. Ilmu Pragmatik dalam Perspektif Kesopanan Berbahasa. Yogyakarta: Deepublish.

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis penelitian ini menggunkan analisis linier berganda.Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1) variabel sistem penggajian

Pada proses balik nama STNK, User akan mengambil data dari t_kepemilikan STNK untuk dirubah dengan data yang baru.Kemudian data tersebut akan disimpan kembali di t_kepemilkan

Kompleks gelatin kitosan yang diikat silang menggunakan sukrosa teroksidasi dengan perbandingan sukrosa dan natrium periodat 1 : 3 (SBC 2), menunjukkan nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pro- ses terapi murottal yang dilakukan pada anak ADHD dan untuk mengetahui pe- ngaruh terapi

Saran yang bisa diberikan adalah diharapkan perusahaan tetap mempertahankan proses SCM dengan memperbaiki kekurangan yang ada baik dari hasil produksi maupun

Dengan demikian informasi rencana pembelian kembali saham ( buyback ) diterima oleh pasar dan dipandang sebagai good news ditandai dengan adanya perubahan harga saham yang

Dengan demikian, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penuruan angka kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke