• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Pragmatik - PEMAKAIAN DEIKSIS DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Pragmatik - PEMAKAIAN DEIKSIS DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pragmatik

Tarigan (1990: 31) menjelaskan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakaian bahasa penghubungan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Pragmatik juga diartikan sebagai telaah mengenai segala aspek yang tidak tercakup pada teori semantik atau dengan kata lain membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran yang diucapkan.

Pragmatik adalah kajian bahasa dari prespektif fungsi di dalamnya menjelaskan aspek-aspek struktur linguis dengan mengacu pada pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguis (Rustono, 1999: 2).

Chaniago (1997: 1.9) mengatakan bahwa pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan bahasa yang mempelajari bahasa secara eksternal.Pragmatik menurut Yule (1996: 5) adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu. Hanya pragmatiklah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis.

Dari penjelasan tersebut pragmatik dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu bahasa yang membahas tentang struktur-struktur lingual dan makna-makna satuan bahasa yang mempelajari bahasa secara eksternal. Pragmatik digunakan sebagai kajian

(2)

yang tepat untuk penelitian deiksis ini. Pragmatik adalah kajian yang berpusat pada pembahasan bahasa dan mempelajari bahasa secara eksternal.

B. Wacana

1. Pengertian Wacana

Wacana adalah kesatuan bahasa yang lengkap dimana kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat (Lubis, 1991:20-21). Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tulis.Senada dengan pendapat Lubis, Tarigan (1990: 231) berpendapat bahwa wacana adalah:

“Satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wacana merupakan unit bahasa yang terikat oleh satu kesatuan.Oleh karena itu, sebuah wacana tidak selalu harus direalisasi dalam bentuk rangkaian kalimat. Wacana dapat berbentuk sebuah kalimat, bahkan dapat berbentuk sebuah frasa atau kata. Wacana dapat terdiri atas hanya satu kata. Meskipun hanya berupa satu kata, makna yang terkandung tidak hanya makna itu saja, tetapi juga makna di luarnya (yang diacu kata tersebut).

2. Jenis Wacana

(3)

a. Berdasarkan Media Penyampaian

Mulyana (2005: 52 ) membagi bentuk wacana dalam dua kelompok yaitu wacana tulis dan wacana lisan.

1) Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis. Media tulis untuk menerima, memahami atau menikmatinya. Penerima harus membaca. 2) Wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan. Wacana ini sangat

produktif dalam sarana televisi, radio, khotbah, dan sebagainya.

b. Berdasarkan Pengungkapannya

Kridalaksana (1990: 55-56) membagi bentuk wacana berdasarkan pengungkapannya, ada dua ysitu wacana langsung dan wacana tidak langsung. 1) Wacana langsung adalah kutipan wacana yang sebenarnya dan dibatasi oleh

intonasi dan pluktuasi.

2) Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah, kata-kata yang dipakai pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal (kata tertentu)

c. Berdasarkan Cara Penuturnya

Kridalaksana (dalam Tarigan, 1990:56) membagi dalam dua kelompok sesuai dengan cara penuturnya yaitu wacana eksposisi dan wacana narasi.

1) Wacana eskposisi adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan dan bagian-bagiannya dilihat secara logis.

(4)

d. Berdasarkan Penggunaan Bahasa

Chaer (2007: 272) menegaskan bahwa wacana dilihat dari penggunaan bahasa dibagi menjadi dua yaitu wacana prosa dan wacana puisi.

1) Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa.Wacana ini boleh secara lisan maupun tulisan, berupa wacana langsung atau tidak langsung, boleh pula secara pembentangan atau penuturan.

2) Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik secara lisan maupun secara tulisan.

e. Berdasarkan Pengemasan Materi atau Isi

Lubis (1991: 20-21) membagi wacana menurut penyampaian isinya menjadi lima yaitu wacana deskriptif, wacana naratif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, dan wacana persuasif.

1) Wacana deskriptif adalah wacana yang berciri mendeskripsikan suatu objek sesuai dengan tujuan penulis (penutur).

2) Wacana naratif adalah wacana yang lazim digunakan dalam kesusastraan, wacana naratif digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang sudah mengalami proses pengimajian

3) Wacana ekspositoris adalah wacana yang berusaha menjelaskan konsep-konsep dalam dunia ilmu pengetahuan.

4) Wacana argumentatif yaitu berusaha memberikan argumen kepada pembacanya.

(5)

Dari penjelasan jenis-jenis wacana tersebut, maka dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah wacana naratif.

C. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu serta dapat dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.Tindak tutur merupakan suatu hal yang penting dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan suatu sarana untuk berkomunikasi. Saat mengujarkan suatu tuturan dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi atau menyuruh), di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu. Kegiatan yang melakukan ujaran itulah yang akan membentuk kata dan deiksis dalam percakapan.

Tindak tutur atau tindak ujar atau dalam bahasa Inggrisnya speech act merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan bagian paling penting dalam pragmatik dan bersifat pokok. Kajian pragmatik tanpa tindak tutur dapat dikatakan bukan kajian pragmatik (Rustono 1999: 31-32).

Wijana (1996: 12-13) mengemukakan bahwa sebuah tindak tutur sebenarnya mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang mencakup: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.

D. Deiksis

1. Pengertian Deiksis

(6)

ganti persona, kata ganti demonstratif, fungsi waktu dan bermacam-macam fungsi gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak ujaran (Chaniago 1997: 4.3).

Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan (Yule, 1996: 13). Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan.

Contoh:

“Dian setuju dengan pendapat pamannya.Hingga ia berpikir tak perlu lagi repot-repot menentukan tanggal hari pernikahannya.” (MI, 2010: 287).

Dari kutipan tersebut kata ganti iamerupakan deiksis persona yang menunjuk pada tokoh yang bernama Dian. Jadi dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk linguistik yang menunjuk secara langsung mengenai tuturan yang dipakai untuk menggambarkan fungsi persona, fungsi waktu, dan fungsi gramatikal lainnya dengan memperhubungkan tindak ujar, situasi pembicaraan.

2. Jenis Deiksis

Menurut Purwo (1997: 4.5) deiksis dibagi menjadi tiga yaitu deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.

a. Deiksis Persona

(7)

Sedangkan kata ganti saya dapat digunakan dalam situasi formal (misalnya, dalam situasi ceramah, kuliah atau di antara dua peserta tindak ujaran yang belum saling kenal), tetapi dapat juga dipakai dalam situasi informal. Dalam hal ini kata saya dapat digunakan dalam konteks pemakaian yang sama dengan kata aku.

Contoh:

(1) “Tadi kan sudah bilang, kamu main di halaman depan saja, bukan di sini.”

“Aku mau buat istana, Mak. Lihat. Lihat ini...”

“Istana-istana! Istana apa? Ndak usah bikin mainan-mainan seperti itu. Sini ayo pulang!”

“Sekar! Sekar!! Ayo taruh mainannya di situ!” “Tapi ini istanaku….aku mau bawa pulang!” “Taruh di situ Sekar!”

“Nggak!” (MI, 2010: 36-37)

(2) “Aku tidak ingin menjadi seperti ayah, yang mengobral cintanya dengan perempuan lain tanpa merasa bersalah pada ibu apalagi Tuhan” kata Nur sambil berkeluh kesah. (MI, 2010: 59).

(3) “Begini, Mur. Saya minta maaf jika selama ini keras kepala...,” Kasim terdiam beberapa saat lalu berdehem dan berusaha menenangkan diri, “ apakah Murni masih cinta pada saya?” (MI, 2010: 45).

(4) “Tahu dari mana kamu?. Saya ini lelaki sejati!” sang suami menegakkan diri dengan harapan, istrinya sudi menggembok mulutnya. “Hadi, Wicaksono, Butet, dan Agus sering ngomong dan bapak juga cerita. Tak usah lagi ditutup-tutupi, bangkai busuk baunya kemana-mana.”

“Sial! Pikir Prakoso. Bukankah semua nama yang disebut adalah guruku? Adalah profesor ahlinya dalam hal perselingkuhan?”

(MI, 2010: 51).

(8)

Hal yang berbeda tampak pada wacana (3) yaitu pada penggunaan kata saya. Kata saya mengacu pada seseorang yang bernama Kasim.Kata saya juga

termasuk deiksis persona sama seperti kata aku hanya saja kata saya digunakan dalam dua situasi, bisa masuk dalam situasi resmi dan situasi tidak resmi. Kata saya dalam wacana (3) menunjukkan bahwa situasi yang sedang dihadapi bukan situasi resmi. Pada wacana (4) juga menunjukkan bahwa situasi yang sedang terjadi bukan situasi resmi. Kata saya menunjuk pada kata ganti diri digunakan sebagai sarana untuk menegaskan sesuatu.Kata saya merujuk pada seseorang yang bernama Prakoso.

Bentuk persona kedua yaitu engkau, anda, kau, dan kamu. Seperti pada contoh dibawah ini.

(5) “Mengapa engkau mesti beli puyer cap bintang. Nur!” (MI, 2010: 119)

(6) “Dapatkah engkau merasakan rasa panas jika punggungmu disetrika, Atun!” “Dan engkau akan berlari jika majikanmu memperkosa dan tubuh telanjangmu dijulurkan dari jendela lantai sepuluh” (MI, 2010: 67).

(7) “Pak Anwar. Saya harap anda keluar dari ruangan ini”

(8) “Silahkan duduk Pak Andi. Anda disuruh menunggu sebentar oleh Pak Heru”

(9) “Jalan kesuksesan itu ibarat orang sakit yang berujung untuk membayar resep dokter ke apotik walaupun sakitnya belum sembuh. Ini tantangan yang harus kau hadapi saat ini, Nur. Kalau Kau berhasil jalan lempang di depanmu akan tampak cemerlang” (MI,karya Abidah El Khalieqy, 23). (10) “Tuti. Apa kau pikir dengan mengambil barang orang lain kau akan hidup

senang”

(11) “Sama sajalah Kris, kamu tidak jauh beda dengan adikmu Tania. Semua sudah diatur”.

(9)

Kata yang dicetak miring merupakan deiksis persona kedua. Kata engkau, Anda, kau, kamu menunjuk pada kata ganti diri yang menunjuk pada

kata ganti orang ke dua.Pada contoh (5) kata engkau menunjuk pada kata ganti orang kedua yaitu pada sang Nur.Pada contoh (6) kata ganti engkau juga menunjuk pada kata ganti orang ke dua yaitu Atun. Kata anda pada contoh (7) adalah kata ganti diri menunjuk pada seseorang yang bernama Anwar memerintah untuk keluar dari ruangan. Kata anda pada contoh (8) adalah kata ganti diri yang menunjuk pada Pak Andi.Kata kau pada contoh (9) merupakan kata ganti diri yang menunjuk pada seorang perempuan yang bernama Nur.Kata kau pada contoh (10) adalah kata ganti yang menunjuk pada Tutu, seorang anak yang suka mencuri. Kata kamu pada contoh (11) menunjuk pada seseorang yang bernama Kris yang dianggap oleh penutur sebagai seseorang yang susah diatur.Kata kamu pada contoh (12) menunjuk pada Nur, seorang anak yang selalu ingin bersama ibunya. Bentuk lain dari kata ganti persona kedua yaitu kata dikau sebagai bentuk bebas dari kata kau dan mu sebagai bentuk terikat. Seperti hanya kata daku (kata ganti persona pertama), kata dikau juga umumnya jarang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Sedangkan bentuk terikat kau- (letak kiri) dan –mu (letak kanan) dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

(13) “Menurutmu, siapa diantara calon-calon tersebut yang akan terpilih sebagai ketua?”. Diki menggeleng-gelengkan kepalanya. “entahlah mereka berdua memiliki peluang yang sama untuk menjadi ketua.”

(10)

Kata ganti persona ketiga yaitu kata ia, dia, dan beliau. Bentuk jamak dari kata ganti ini yaitu kata mereka, sedangkan bentuk terikatnya yaitu kata – nya (letak kanan).

Contoh:

(15) “Sebulan yang lalau ia terbaring tetapi bukan tidur sayang

sebuah lubang peluru bundar di dadanya senyum bekunya mau berkata

kita sedang perang”(“Pahlawan Tak Dikenal”, Toto S Bakhtiar)

(16) Dika ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Tetapi keluarganya tidak mempunyai biaya. Ia memutuskan untuk bekerja lebih dulu, mengumpulkan uang untuk biaya persiapan kuliah.

Kata ia pada wacana tersebut berbeda rujukannya satu dengan yang lain. Ia pada wacana (15) merujuk pada seorang pemuda yang tertembak saat sedang berjuang dalam perang. Sedang kata ia pada wacana (16) merujuk pada seorang yang bernama Dika yang juga berjuang untuk dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Perpindahan atau pergeseran rujukan ini menunjukkan bahwa kata ia merupakan deiksis.

b. Deiksis Ruang

Deiksis ruang disebut juga deiksis tempat. Menurut Cummings (1999: 37) deiksis ruang adalah deiksis yang mengacu pada lokasi penutur atau lokasi pada berbagai macam jarak keberadaan penutur. Sedangkan menururt Chaniago (1997: 4) deiksis ruang adalah unsur-unsur yang mengacu pada penggambaran tempat atau keadaan tertentu yang berorientasi pada sudut pandang penutur atau pembicara.

Berikut ini adalah contoh deiksis ruang:

(11)

(18) Rumah ini, sangat bagus dan unik sesuai dengan keinginan saya (19) Di salah satu ruang rumah itu, peristiwa pembunuhan terjadi semalam.

Kata ini pada contoh (17) dan (18) menunjukkan tempat (rumah) dan rujukan didasarkan pada sudut pandang penutur (dalam hal ini diwakili kata saya). Demikian halnya dengan kata itu pada contoh (19). Kata itu menunjuk pada tempat (ruangan) dan tuturan tersebut didasarkan pada informasi penutur.

Bentuk-bentuk preposisi di, ke, dari, dan pada jika dibandingkan dengan unsur petunjuk tempat akan membentuk deiksis ruang dengan catatan unsur rujukan yang berorientasi pada penutur juga terdapat dalam tuturan atau wacana tersebut.

Contoh:

(20) A: Di mana tasnya? B: Di atas meja.

(21) Ia sedang mengkonsentrasikan diri ke pelajaran yang sedang berlangsung. (22) Penjahat itu masuk dari belakang rumah. Saat kejadian tersebut saya

sedang tidak berada di rumah.

(23) Ia selalu berpegang teguh pada prinsipnya. Hal ini yang membuat aku salut padanya.

(12)

c. Deiksis Waktu

Chaniago (1997: 4.10) menjelaskan bahwa deiksis waktu adalah deiksis yang mengacu pada penggambaran waktu yang bersifat temporal. Seperti deiksis ruang, sebuah unsur atau leksem waktu dapat dengan sendiri bersifat deiksis (unsur bebas), atau dapat juga dibentuk dengan cara menggabungkan dengan unsur-unsur lain pada leksem tersebut.

Berikut ini adalah contohnya.

(24) Kami akan mengunjungi sahabat yang ada di Bandung minggu depan.

(25) Belakangan ini diketahui kejahatan pencurian kendaraan bermotor semakin meningkat terutama di daerah kami.

Leksem ruang seperti depan, belakang pada contoh tersebut merupakan leksem ruang yang mengungkapkan pengertian waktu. Dengan sendirinya, sesuai dengan konteks dan situasi ujar pada kalimat tersebut, leksem tersebut berubah fungsi menjadi petunjuk waktu.

Deiksis waktu juga dapat dibentuk dengan menggabungkan leksem waktu, baik yang bersifat deiktis maupun yang tidak dengan kata-kata lain. Misalnya kata ini dan itu. Berikut ini adalah contohnya.

(26) Rencana untuk membeli rumah di Jakarta baru dapat saya realisasikan tahun ini. (27) Selama bulan puasa Tuti cuti. Selama itu saya menggantikan pekerjaannya.

Leksem waktu yang digabungkan kata ini seperti pada contoh (26) di atas, menunjuk atau mengacu (secara luar tuturan) pada waktu sekarang. Sedangkan penggabungan kata itu pada leksem waktu seperti pada contoh (27) menunjuk pada waktu lampau.

(13)

posisi planet bumi terhadap matahari. Leksem waktu dikatakan deiksis apabila yang menjadi patokan adalah penutur. Jika acuannya diluar itu, maka tidak dapat dikatakan deiksis.

Leksem waktu yang tergolong deiksis dan bersifat bebas (tidak merupakan penggabungan dan berdiri sendiri) yaitu leksem kemarin, sekarang, besok, lusa, kelak, dan nanti.

Berikut ini adalah contoh leksem yang bersifat deiksis maupun yang tidak bersifat deiksis.

(28) Udara terasa panas pada siang hari. (29) Rendi tidak masuk sekolah pagi ini.

(30) “Sekarang baru terbukti, siapa yang sebenarnya bersalah, kamu atau saya?” (31) “Harapan ibu dan ayah, kelak kamu menjadi orang yang berguna bagi agama,

nusa, dan bangsa.

(32) “Maaf Bud, saya besok baru bisa datang ke rumahmu!

Kata yang dicetak miring pada contoh (28) dan (29) adalah bentuk leksem waktu yang tidak bersifat deiksis. Sedangkan pada contoh (30),(31), dan (32) adalah bentuk leksem yang bersifat deiksis.

(14)

Deiksis Persona Deiksis Ruang

Mendeskripsikan jenis deiksis dalam novel Menebus Impian karya Abidah El Khalieqy

Deiksis Waktu PEMAKAIAN DEIKSIS DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN

KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

ANALISIS PRAGMATIK

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi TTSE telah divalidasi oleh dua orang ahli dan menghasilkan skor angket dengan persentase 82,30% yang berarti aplikasi berada pada kriteria baik sekaligus

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah ini telah diperiksa/divalidasi dan hasilnya telah memenuhi kaidah ilmiah, norma akademik dan norma hukum

Berdasarkan kategori KAM sedang dan rendah, pencapaian koneksi matematis siswa yang mendapat pembelajaran penemuan lebih baik daripada siswa yang mendapat

Bahan untuk perbanyakan jamur meliputi isolat jamur Metarhizium anisopliae , media agar dalam test tube, jarum inokulasi, alkohol 70%, bunsen dan tissue.. Sebelum digunakan

Matakuliah Psikologi olahraga mengkaji berbagai aspek psikologis yang terkait dengan perilaku manusia dalam aktivitas olahraga yang meliputi: Definisi, ruang lingkup

Nurman Hakim, 0807071, Intensi Berwirausaha Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Survei pada Mahasiswa yang mengontrak Mata Kuliah Kewirausahaan di

Hasil uji statistik variabel pengetahuan juga menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata tingkat pengetahuan siswa yang cukup signifikan, yaitu dari 5,49 pada

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Layanan Informasi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional yang berada di bawah dan bertanggung