• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi kepribadian syadatain terhadap pembentukan kesehatan mental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implikasi kepribadian syadatain terhadap pembentukan kesehatan mental"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

"IMPLIKASI KEPRIBADIAN SYAHADATAIN

TERHADAP PEMBENTUKAN KESEHATAN MENTAL"

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam memperoleh gelar Sarjana Psikollogi

r--·

]MセN@ MMMセMMMMMMMMMMMMQ@

1

perpュイイQセkaaセャ@

オョQmゥセ@

I

[

ュセェ@ ウキゥュセセ@

1mMvAruturn

,11u1.iurrn

I

---·--··-··---··----·-··-·----· !

YAMANI MUHAMAD DIRA

NIM: 103070029024

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULL.AH

(2)

"IMPLIKASI KEPRIBADIAN SY AHADAT AIN TIERHADAP

PEMBENTUKAN KESEHAT AN MENT Jl1L"

Skripsi

Oiajukan kepada Fakultas Psikologi untul< memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

YAMANI MUHAMAD DIRA

NIM: 103070029024

Dibawah Dosen Pembimbing

セョァャ@

セ@

DR. Ao ul Mujib, M. Ag

NIP: 150.283.344

セセ@

S. Evafi9eline.

I. S, M. Si, Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul lmplikasi Kepribadian Syahadatain Terhadap

Pembentukan Kesehatan Mental telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 September 2007. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gEilar Sarjana

Psikologi.

Jakarta, 20 September 2007

Sidang Munaqasyah

DR. Ab

Mujib, M. Ag

NIP: 150. 283. 344

Sekretaris ュ・イ。ョAセォ。ー@

anggota

Dea.

z。ィ」ッセ。ィL@

M. Si

NIP: 150. 238. 773

Anggota

D .

I Mujib. M. Ag

NIP: 150.283. 344

セO@

(4)

MOTTO

"Te:rus Berusaha. Menjadi Yang

イセZイ「。ゥォ@

Di

Dunia Dan lkhi:rat"

"Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "ya Tuhan

kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di

akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"

(Q.

S

Al-Baqarah, 2: 201)

セumL@

ヲセ@

セ@

セ@

エセ@

<Um

セL。L@

セL@

セ@

d,a,n,

セ@

セL。LイBSGL@

MJuta,

@e_jofrun

セ@

セN@

セセセュ・イセ@

&wJi,

ヲセ@

セ@

セL。L。Lャ@

<Um

a!ruu

セ@

flUl-0,Q,,

セ@

セ@

セ@

セセセ@

(5)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi

(8) September 2007 M/Sya'ban 1428 H (C) Yamani Muhamad Dira

(D) lmplikasi Kepribadian Syahadatain Terhadap Pembentukan Kesehatan Mental

(E) xi+ 192

(F) Semakin banyak terlihat barbagai macam ketegangan, pertentangan, dan kecemasan yang semuanya itu menyebabkan sebagian besar umat Islam hidup didalam keadaan yang semakin tidak harmonis, tidak serasi dan tidak sehat, baik di dalam dirinya sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya. Hal ini pula, mempengaruhi kondisi pada ヲオョセQウゥMヲオョァウゥ@

kejiwaan. Adanya krisis mental pada pemikiran yang terjadi pada umat Islam ini adalah individu kurang mampu menggunakan sセャオイオィ@ potensi akalnya (seperti berpikir, menganalisa, berpendapat, mengingat,

menilai) secara optimal dan positif, merugikan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, adanya gangguan perasaan berupa penyakit-penyakit hati yang bersarang didalam dirinya, seperti riya, buruk sangka, marah tak terkendali, terlalu santai dan hura-hura, dengki dan dendam, was-was (gelisah). Kemudian, adanya gangguan mental sangat mempengaruhi kelakuan dan tindakan seseorang. lndividu merasa tidak mampu mengoptimalkan potensi jasadiah atau fisiologisnya secara baik dan sempurna pada hal-hal yang bersifat positif sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan berlandaskan kepada keimanan. Sehingga, muncul budaya keputus-asaan, malas bekerja, dan tidak mau berusaha untuk mencapai kesuksesan.

Melihat adanya gangguan fungsi kejiwaan ini pada diri seiorang muslim, dapat diindikasikan adanya kondisi mental umat Islam yang saat ini kurang sehat. Muslim yang belum mampu mencerminkan keislamannya itu sendiri, masih jauh dari sosok kepribadian muslim yang

memancarkan cahaya kedamaian. Adanya kepribadian syahadatain merupakan salah satu bentuk untuk mewujudkan kondisi mental yang sehat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kepribadian

syahadatain berimplikasi terhadap pembentukan kesehatan mental pada individu, baik dari sisi kognitif, afektif, dan konatif, yang al<hirnya

(6)

Penelitian ini menggunakan metode library research (pemelusuran kepustakaan). Metode ini digunakan dengan cara mengumpulkan sejumlah karya yang berkaitan dengan kepribadian syahadatain dan kesehatan mental untuk memperoleh data yang valid dan reliable. Hal ini bisa didapat melalui buku-buku literatur, koran, majalah dan artikel-artikel lainnya, baik yang sifatnya primer maupun skunder. Primer maksudnya yang terkait dengan kepribadian syahadatain, dan kesehatan mental secara langsung, sedang sekunder merupakan referensi pelengkap. Kemudian dilakukan metode analisis isi.

Kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang didapat melalui penghayatan terhadap kalimat Laa i/aha ii/al/ah clan

Muhammadurrasulullah dengan akal dan hatinya yang cliucapkan melalui lisannya dengan penuh keyakinan yang mantap tanpa adanya keraguan, yang dibuktikan melalui perbuatan nyata dalam bentuk ibadah. Dari penghayatannya tersebut mempengaruhi tiga aspek kejiwaan pada diri individu yaitu pemikiran (kognitif), perasaan (afektif) dan perbuatan (konatif) yang menjadi landasan dari setiap prilakunya. Sedangkan kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana seseora11g mampu dengan seimbang dan dengan sebaik-baiknya mengoptimalkan fungsi-fungsi kejiwaannya (kognitif, afektif, dan konatif), sehingga dia mampu mewujudkan eksistensi diri didalam interaksinya dengan dirinya sendiri, orang lain, alam sekitar, dan kepada Tuhannya didalam menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar.

Hasil penelitian menunjukkan adanya implikasi yang positif dari

kepribadian syahadatain terhadap pembentukan kesehatan mental pada aspek kognitif, afektif, dan konatif.

Ada beberapa saran yang diajukan untuk penerapan dan

pengembangan lebih lanjut, yakni: agar setiap muslim khususnya

muslim Indonesia, mampu menerapkan bentuk kepribadian syahadatain ini dalam kehidupan sehari-harinya, demi mewujudkan muslim ケ。ョセQ@

sehat mental agar bahagia didunia dan akhirat; perlu adanya penelitian implikasi kepribadian syahadatain terhadap pembentukan kesehatan mental dengan metode pendekatan yang lain seperti kuaJitatif,

(7)

A/hamdulilltJhi robbil 'tJ!amTn. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., pencipta semesta alam. Dengan cahaya dan hidayah-Nya

menjernihkan fikiran dan jiwa, sehingga membuahkan amal yang bermanfaat. Dengan taufik dan hidayah Allah yang memancar melalui cahaya ilmu (nurul 'ilmt), penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad saw., sebagai suri teladan dan contoh ikutan yang memiliki keagungan akhlak. Shalawat serta salam pun tercurah kepada para keluarga, sahabat, dan umat Islam yang senantiasa istiqomah dijalan Allah hingga akhir zaman.

Ucapan terima kasih danjazakumullah khairan katsiron (semoga Allah membalasnya dengan pahala kebaikan yang berlimpah) kepada: 1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si., selaku Dekan Fakultas P:sikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si., selaku Pembantu Dekan Bag. Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. Seluruh staff pengajar (dosen) Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah bersedia memberikan berbagai khasanah keilmuannya yang luas selama proses perkuliahan.

2. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M.Si., selaku pembimbing akademik penulis yang telah memberikan banyak nasihat dan waktunya pacla penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Bapak DR. Abdul Mujib, M. Ag., selaku pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktunya secara khusus kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasinya selama penyusunan skripsi ini. Didalam diskusi-diskusi, perbincangan, baik dalam Jisan maupun tulisannya dalam buku-buku dan karya ilmiahnya, penulis menemukan ide dan semangat baru didalam memahami hakikat psikologi dalam Islam. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya didalam menyebarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, serta membalas kebaikannya dengan pahala yang berlipat ganda.

4. lbu S. Evangeline. I. S, M. Si, Psi, selaku pembimbing 2, alas

(8)

yang bijaksana (Jaja.S), kakanda tercinta mas Adam dan kak Leni (lstri), mas Yusuf, mba Ari Kunfayasari dan Rudi (suami). Tak terlupa pula iringan doa dan harapan kepada adik-adik tersayang, Ani Fitria Ningsih, Vina Setiawati, Maulana Ibrahim, semoga menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Kepada keponakanku tersayang, M. Faud;:hil Adzim,

Zakiyatunnisa, Najwa Sulamah, yang senantiasa menghiasi hari-hari penulis dengan penuh keceriaan dan harapan, semoga menjadi generasi Rabbani yang menegakkan kalimat Allah.

6. Kepada seluruh ikhwan dan akhwat penggerak dakwah Komisariat Dakwah LDK Psikologi (2002-2007). Budi Kusworo, Soleh, lip, Zainudin, Jamali, Indra M, Fiqih, Aditya S, Deni Cahyo, Badru Zaman, Al-Falaq, dkk., Ahmad Saefillah, dkk. Di barisan akhwatjazakumullah, kepada Yumenah, Umayah, Nurniawati, Yatmi, Nur lslamiyah, Fatma N.A, Erna, Irma, dkk. Kepada pengurus LOK Syahid Periode 2006-2007. Sahabat setia, Bani M. P, Hafiz H.

A.

Barisan akhwat Muslimah LDK Syahid, Vera Apnia, Citra Annisa, Erika, Rahmi, Palupi, dkk. Serta rekan-rekan

Komisariat Dakwah LOK 2006-2007. Rekan-rekan Forum UKM UIN Jakarta (2006-2007). Terus mengobarkan semangat harokah lslamiyah, dikampus UIN tercinta. Semoga, UIN menjadi kampus pe:radaban Islam harapan umat.

7. Kepada rekan-rekan seperjuangan, saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus UIN, rekan dan saudara senasib dan seperantauan The Legosso Family, akhina Akrom Mu'alim, lsman, Gumilar

Ft.

Serta rekan-rekan lkatan Alumni Husnul Khatimah (ISLAH) Ponpes Husnul Khatimah. Tim Nasyid Heart Raiva

8. Kepada sahabat-sahabat tercinta, Dani Widarsa, Catur Tresna, Yusuf As-Saleh, yang dengan kebaikannya memberikan tumpangan hidup selama kuliah. Kepada sahabat-sahabat kelas A Fakultas Psikologi angkatan 2003. Kawan-kawan kelompok KKL di RSJI Klender angkatan 2003.

Dengan kehadirannya dalam kehidupan penulis, telah menghiasi sisi kehidupan yang penuh arti dan bermakna. Semoga Allah swt., kelak

mempertemukan kita kembali dalam ikatan persaudaraan Islam, perjumpaan yang abadi di syurga. Untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi yang tidal< dapat disebutkan satu persatu namanya karena

keterbatasan ruang. Hanya doa yang bisa penulis panjatkan, semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT, Amin.

Jakarta, 1 O September 2007 M 28 Sya'ban 1428 H

(9)

DAFTAR ISi

Halaman Judul. ... .

Halaman Persetujuan. ... .. . . . ... .. .. . . .. . ... ... ... .... .... .... .... ii

Halaman Pengesahan... iii

Motto... iv

Abstraksi... .. . . v

Kata Pengantar... ... .. . ... ... ... ... ... .... ... ... .. vii

Daftar lsi... ix

Daftar Gambar... ... ... ... .... .... ... .... .... ... .... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1-18 1.1. Latar Belakang Masalah ... ... ... ... ... . .... ... ... ... .. . ... 1

1.2. Batasan Dan Perumusan Masalah... ... ... ... ... ... ... 12

1.2.1. Batasan Masalah. ... .. .. ... .... .... ... . .... ... ... 12

1.2.2. Rumusan Masalah... .... .... .. . . 13

1.3. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian... 14

1.3.1. Tujuan Penelitian. .. . . .. ... .. . . .. . . .. .. . .. . .. . . .. ... . .. .. . 14

1.3.2. Manfaat Penelitian... 14

1.4. Metodologi Penelitian... . . . 14

1.5. Sistematika Penulisan... 17

BAB 2 KEPRIBADIAN SYAHADATAIN... 19-109 2.1 Pengertian Kepribadian... ... .. ... ... ... ... 19

(10)

2.3 Pengertian Kepribadian Syahadatain ... . 2.4 Pembentukan Kepribadian Syahadatain ... .. BAB 3 KESEHATAN MENTAL. ... . 3.1 Definisi Kesehatan Mental.. ... .. 3.2 Kriteria Sehat Mental.. ... .. 3.3 Pola Pembentukan Kesehatan Mental.. ... .. BAB 4 IMPLIKASI KEPRIBADIAN SYAHADATAIN TERHADAP

PEMBENTUKAN KESEHA TAN MENTAL. ... . 4.1 Pola Yang Berorientasi Pada Aspek Kognitif.. ... . 4.2 Pola Yang Berorientasi Pada Aspek Afektif.. ... .. 4.3 Pola Yang Berorientasi Pada Aspek Konatif.. ... ..

81

84

110-150 110 123 137

(11)

DAFTAR GAMBAR

Skema 1. Kepribadian Syahadatain...

109

Skema 2. Kesehatan Mental...

150

Skema 3. Tabel lmplikasi Kepribadian Syahadatain

(12)

BAB

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agama adalah ajaran Tuhan yang mengandung berbagai keterntuan untuk

ditaati umat manusia. Islam mengajarkan berbagai ketentuan yang sudah

jelas kemaslahatannya, seperti bekerja keras di samping berclo'a, mencintai

sesama manusia, menghindari zina dan penyalahgunaan obat, memelihara

lingkungan, menghindari riba dan sebagainya. Mengenai hal itu hampir

semua muslim di Indonesia mengetahuinya, berkat intensifnya pendidikan

agama di negeri ini (tempat-tempat ibadah dan acara-acara ォQセ。ァ。ュ。。ョ@

selalu dipenuhi umat, termasuk generasi mudanya). Tetapi apa yang

diajarkan itu tidak mencapai (tidak mempengaruhi) perilaku nyata. Sehingga,

ada kesenjangan antara pengetahuan (dalam istilah psikologinya: kognisi)

dan perilaku (konasi) (Sarwono, 2005).

Selain itu, adanya kesenjangan (disonanst) antara pengetahuan dan perilaku

ini pun terjadi pada pemahaman tentang syahadatain (dua kalimat kesaksian

bahwa "tiada tuhan selain Allah" dan "Muhammad adalah utusan Allah)

(13)

dapat dilihat pada kondisi umat Islam yang kesehariannya, selalu

mengucapkan dan mengumandangkan kalimat syahadatain di dalam ibadah

sholat, doa, dan adzan. Secara umum umat Islam telah hafal dan fasih di

dalam mengucapkan kalimat syahadat. Namun, permasalahan besar yang

timbul adalah sejauh mana makna syahadatain dipahami secara benar,

sehingga mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perbuatannya ?.

Banyak orang yang masuk Islam karena keturunan. Dengan kata lain,

mereka menjadi Muslim karena terlahir dari ibu dan bapak yang beragama

Islam. Pada kenyataanya mereka tidak memahami makna komitmen kepada

Islam dan tidak paham konsekuensi-konsekuensinya (Yakan, 1996). Hal ini

menjadi salah satu faktor yang menjadi fenomena umat Islam, khususnya

Indonesia tentang pemahamannya terhadap syahadatain.

Jika penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah umat Islam (80-90%),

dan memahami syahadatain sebagai pilar utama keislamannya, kemudian

berkomitmen serta memahami konsekuensi-konsekuensinya, bisa jadi

bangsa Indonesia tidak tercatat dalam daftar hitam (black list), menjadi juara

ketiga di dunia sebagai negara terkorup (Sarwono, 2005), atau bahkan 20%

dari bangsa Indonesia dewasa mengidap gangguan jiwa (Saleh, 2005) tidal<

(14)

kerusakan akhlak dan moral bangsa Indonesia, yang menyebabkan

kecemasan dan kegelisahan.

Namun, fenomena kecemasan dan kegelisahan tersebut juga terjadi pada

kondisi manusia zaman modern dengan akibat timbulnya jenis dan kualitas

tindakan kriminal, kekerasan serta perilaku menyimpang lainnya seperti yang

dapat dilihat melalui media komunikasi (TV dan surat kabar), hal tersebut

merupakan pemandangan yang sangat meresahkan. Bersamaan dengan

pesatnya modernisasi kehidupan, manusia harus menghadapi persaingan

yang amat ketat, pertarungan yang amat tajam. Sehingga, se1perti yang

diungkapkan oleh Mubarok (2001), timbul gangguan yang diclerita oleh

manusia modern berupa gangguan psikologis yang diderita oleh manusia

yang hidup didalam lingkungan peradaban modern.

Menurut Bastaman (2005), di Indonesia sendiri, khususnya dikota-kota besar,

beban psikologis ini sudah lazim dirasakan dalam kehidupan pribadi dan

keluarga. Hal ini terungkap dalam berbagai keluhan seperti gelisah, serba

tidak puas, perasaan serba ragu dan serba salah, frustasi, semgketa batin

dan sengketa dengan orang lain, merasa hampa, kehilangan semangat hidup,

munculnya berbagai penyakit psikomatis dan lain-lain keluhan dan prilalrnnya

(15)

psikiater, psikolog), melakukan kegiatan-kegiatan secara berlebihan,

melarikan diri dari kenyataan hidup melalui minuman keras dan narkotika,

bahkan tak jarang bagi mereka yang tak kuat imannya menerjunkan diri ke

dalam aliran kebatinan yang batil (sesat).

Semakin banyak terlihat berbagai macam ketegangan, pertentangan, dan

kecemasan yang semuanya itu menyebabkan sebagian besar umat Islam

hidup didalam keadaan yang semakin tidak harmonis, tidal< serasi dan tidak

sehat, baik di dalam dirinya sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya. Hal

ini pula, mempengaruhi kondisi pada fungsi-fungsi kejiwaan. Seperti yang

dikatakan oleh Daradjat (2001 ), l<0ndisi kesehatan mental da1pat

mempengaruhi empat hal dalam keseluruhan hidup seseorang, diantaranya

perasaan, pikiran/kecerdasan, kelakuan dan kesehatan badan. Semua hal

tersebut termasuk ke dalam gangguan jiwa (neurose), sedan1Jkan yang

tergolong sakit jiwa (psychose) adalah lebih berat.

Adanya krisis mental pada pemikiran yang terjadi pada umat Islam ini adalah

individu kurang mampu menggunakan seluruh potensi akalnya (seperti

berpikir, menganalisa, berpendapat, mengingat, menilai) secara optimal dan

positif, merugikan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Sehingga, umat Islam terjebak pada budaya berpikir yang salah. Bentuk

(16)

adanya fenomena Taqlid (mengikuti tanpa dasar) buta, llusi (sesuatu yang

hanya dalam angan-angan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997), khurafat

(sesuatu yang hanya ada dalam hayalan belaka; kepercayaan terhadap

sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak

sakti (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997) (Najati, 2005). Dengan adanya

proses pemikiran yang salah ini, individu merasa semakin jauh dari tuhannya,

yang kemungkinan menyebabkan individu terjebak pada dunia kemusyrikan

(menyekutukan Allah). Adanya kemusyrikan ini kemungkinan dapat menjadi

tolok ukur didalam melihat pemahaman seseorang エ・ョエ。ョセj@ tuhannya.

Didalam psikologi Islam syirik ini tergolong psikopatologi (Mujib, 2006), sebab

pelakunya tidak dapat mengintegrasikan kepribadiannya dengan baik.

Adanya pribadi yang tidak terintegrasi ini menyebabkan individu tidak mampu

berpikir realistis tentang kehidupannya, sehingga kondisi jiwanya tidak sehat.

Namun sebaliknya, orang yang memiliki mental yang sehat dia mampu

memandang hidupnya secara realistis dan efisien (Atkinson, 1993).

Selain itu, adanya gangguan perasaan berupa penyakit-penyakit hati yang

bersarang didalam dirinya, seperti riya, buruk sangka, marah tak terkendali,

terlalu santai dan hura-hura, dengki dan dendam, was-was HセQ・ャゥウ。ィIL@ dan lain

sebagainya (Daradjat, 2002). Sehingga, dengan kondisi ini lbnu Taimiyah

(1998) mengatakan, sebagaimana halnya gangguan pada jasmani atau

(17)

dan keinginan hati sehingga seseorang menempuh jalan syubhat (tidak jelas

halal dan haram). Baginya kebatilan merupakan jalan yang 「Qセョ。イL@ dia tidak

melihat kebenaran menurut yang sebenarnya sehingga keinginannya adalah

membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebatilan yang rusak.

Dengan demikian, kemungkinan individu tidak mampu mengoptimalkan

fungsi kejiwaannya kepada hal-hal yang bersifat postif, yang lberlandaskan

kepada norma-norma yang berlaku dan alas dasar keyakinannya terhadap

ajaran agamanya dengan benar. Oleh karena itu, Bastaman (1997)

berpendapat, bahwa timbulnya penyakit hati dan sifat-sifat tercela secara

langsung dan tidak langsung menimbulkan gangguan kejiwaan.

Kemudian, adanya gangguan mental sangat mempengaruhi l<elakuan dan

tindakan seseorang (Daradjat, 2001). lndividu merasa tidal< mampu

mengoptimalkan potensi jasadiah atau fisiologisnya secara baik dan

sempurna pada hal-hal yang bersifat positif sesuai dengan norma-norma

yang berlal<u dan berlandaskan l<epada l<eimanan. Sehingga., muncul budaya

l<eputus-asaan, malas bekerja, dan tidak mau berusaha untul< mencapai

l<esuksesan. Menurut Mujib (2006), l<ondisi demikian dapat menyebabkan

seseorang l<ehilangan gairah, semangat (morale), energi dan motivasi hidup

setelah seseorang tidak berhasil menggapai sesuatu yang diinginkan, atau

(18)

kepribadian karena ia menafikan potensi hakiki manusiawi, tidak

mempercayai takdir dan sunnah Allah, dan merasa putus asa terhadap

rahmat dan karunia-Nya.

Melihat adanya gangguan fungsi kejiwaan ini pada diri seorang muslim, dapat

diindikasikan adanya kondisi mental umat Islam yang saat ini kurang sehat.

Dengan adanya pandangan ini, kemungkinan semakin menambah citra

negatif umat Islam. Hal ini, seperti yang disampaikan oleh Bastaman (1997)

tentang nasihat yang diberikan kepada Viktor Frankl oleh seseorang, yang

menggambarkan bahwa muslim itu sudah pasti buruk sekali, hina-papa, tak

berdaya dan gampang direkaperdaya, sampah yang hanya layak dimasukkan

ke dalam krematorium dan kamar-gas-beracun hidup-hidup. Gambaran ini

sangat disesalkan oleh Bastaman. Dan mungkin saja sampai sekarang citra

serupa terdapat pula pada pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok

masyarakat dilingkungan yang lebih luas lagi dimana Muslim dan Islam

dikaitkan dengan terorisme dan peristiwa-peristiwa berdarah, fanatisme dan

eksklusivisme dengan segala kebringasan dan ォ・「イオエ。ャ。ョョケセQN@ penghuni peta

keterbelakangan dan kemiskinan. Atau sebaliknya dihubungkan dengan

kemewahan petro-dolar yang seakan-akan tak mengacuhkan kemelaratan

dan kebodohan yang melanda sebagian umat Islam didunia clewasa ini, dan

(19)

Dari pandangan yang disampaikan oleh Bastaman (1997), memang sangat

disayangkan hal ini terjadi pada fenomena muslim (orang yang memeluk

Islam) yang terjadi saat ini. Muslim yang belum mampu menc:erminkan

keislamannya itu sendiri, masih jauh dari sosok kepribadian rnuslim yang

memancarkan cahaya kedamaian. Pribadi yang tidak konsisten terhadap

ajaran agamanya, misalnya seperti yang digambarkan oleh Sarwono (2005),

tentang salah satu hadis yang mengatakan bahwa kesucian i;ebagian dari

iman, akan tetapi betapa banyaknya umat Islam (termasuk yang

berpendidikan tinggi) meludah atau membuang sampah sembarangan.

Padahal diyakini dalam Islam bahwa fungsi syariat Islam adalah untuk

mengatur prilaku manusia agar jangan salah dan mengoreksinya dari waktu

ke waktu (misalnya dengan cara shalat lima waktu dan berpuasa setahun

sekali) agar manusia selalu berada di jalan benar. Karena itulah ada

pendapat bahwa korupsi, maksiat dan perilaku kejahatan laininya merajalela

karena kurangnya iman dan takwa. Karena itulah banyak orang yang

mengingingkan penambahan jam pelajaran agama di sekolah-sekolah.

Karena itulah banyak orang tua misalnya, mengirimkan anak·-anaknya yang

nakal (misalnya kecanduan obat) ke pesantren untuk diajari agama. Tetapi

kenyataannya Indonesia tetap nomor tiga dalam urusan korupsinya.

Kenyataannya banyak haji yang bermaksiat (antara lain mela1kukan penipuan

terhadap calon-calon jemaah haji lainnya). Dan l<enyataannya anak tetap

(20)

Selain ketidak konsistenan, umat Islam Indonesia juga belum sepenuhnya

menggunakan potensi spiritualnya didalam menghadapi berbagai

permasalahannya. Seperti yang dikisahkan oleh Fanani (2007), sebagai

berikut,

Santi (34), sebut saja namanya begitu, mengalami depmsi berat ketika kekasihnya meninggalkannya dan menikah dengan wanita lain. la kerap

wara-wiri dengan kondisi setengah telanjang di kompleks

perumahannya. Alih-alih ke ahli jiwa, orang tuanya membawa sang anak ke orang yang mereka anggap 'orang pintar'. Mereka juga minta

bantuan kyai untuk menyembuhkan penyakit anaknya.

Fenomena di atas kerap terjadi di masyarakat Indonesia. Menurut Fanani,

masyarakat memang kerap membawa persoalan dalam kehidupan ke

rohaniwan. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi religius sudah sangat

banyak digunakan oleh masyarakat. "Potensi religius masyarakat Indonesia

cukup tinggi," ujarnya. Sayangnya, modal religius belum digunakan secara

optimal dalam terapi kedokteran jiwa. Dunia kedokteran masih memandang

sebelah mata agama sebagai modal terapi. Padahal ada segepok bukti yang

menunjul<kan terdapat kaitan antara agama dengan kedokteran jiwa. Hal itu

dipaparkan Fanani di muka sidang senat terbuka Universitas Sebelas Maret,

Solo pada 24 Februari 2007. Dengan makalah yang berjuclul "Agama sebagai

Salah Satu Moclalitas Dalam Terapi", Fanani clikukuhkan sebagai guru besar

Fakultas Keclokteran UNS, Solo. Dalam prakteknya, pemanfaatan agama

memang telah digunakan clalam terapi di dunia kedokteran atau rumah sakit.

(21)

dibekali pemahaman tentang kedokteran dan keterampilan sebagai terapis,"

katanya (Fanani, 2007).

Dari beberapa pandangan di atas, kiranya umat Islam telah lupa akan

identitasnya sebagai seorang muslim. Rupanya agak berkurang

kebanggaannya sebagai seorang muslim (lsyhad Bianna Muslim:

Saksikanlah saya seorang muslim). Padahal Allah jelas-jelas

menggambarkan sosok pribadi muslim yang penuh dengan keimanan (Q. S

3: 31; Q. S 51: 56; Q. S 98: 5), umat yang terbaik dan dijanjikan kemenangan

(Q. S 3: 109; Q. S 2: 115), terdapat didalam jiwanya perasaan kasih sesama

muslim, dan tegas kepada orang kafir (0. S 48: 29), ォ・エ・ョ。ョAセ。ョ@ dan

kebahagiaan (Q. S 48: 4), orang yang senantiasa memegang1 teguh janjinya

(0. S 2: 177), semangat didalam melakukan amal kebaikan (0. S 23: 61 ),

dijanjikan syurga karena keislamannya (Q. S 9: 72), dan lain sebagainya,

yang mencirikan pribadi muslim yang unggul.

Umat Islam kiranya lupa, kalau ternyata dalam dirinya terdapat sifat-sifat

kepribadian yang sangat istimewa, yang mampu memimpin peradaban dunia,

mampu menghiasi dunia ini dengan cahaya kedamaian, kepribadian yang

terbangun didalam hatinya bangunan keimanan yang kokoh yang tertegak

dalam kalimat "tiada tuhan selain Allah" dan "Muhammad adalah utusan

(22)

iman didalam hatinya. Kerpibadian iman yang mantap yang didalamnya

terdapat ketenangan yang akhirnya lahirlah kesehatan mental (Najati, 2003).

Namun, hal ini sangat jauh dari gambaran umat Islam, yang rnasih belum

mau mencontoh sosok kepribadian manusia sempurna, yang seharusnya

dijadikan ikutan, yang didalamnya terdapat pribadi mantap yang

mencerminkan sosok muslim sesungguhnya, yaitu nabi Muhammad saw.

Dari beberapa latar belakang masalah di atas, akhirnya peneliti tertarik untuk

mengkaji tentang kepribadian yang diharapkan mampu untuk mewujudkan

kondisi mental yang sehat. Kepribadian yang dilandasi semangat untuk

menghayati makna kesaksian bahwa "tiada tuhan selain Allah" dan

"Muhammad adalah utusan Allah" sebagai pilar utama bangunan keislaman

didalam jiwanya yang akan membentuk pemikiran, perasaan, dan

perilakunya, dalam satu kesatuan yang utuh dalam perwujudannya sebagai

sosok pribadi muslim ideal yang sehat mental.

Hal ini pun menjadi harapan kepada masyarakat muslim, khususnya

masyarakat muslim Indonesia. Seperti yang diutarakan oleh Mujib (2006),

bahwa masyarakat muslim khususnya muslim di Indonesia, tidak mungkin

menggunakan teori-teori kepribadian dari psikologi sekuler. Menurutnya,

selain bias budaya, teori-teori tersebut bebas nilai yang menafikan

(23)

menggunakan teori kepribadian berbasis keislaman, karena teori itu dapat mengkaver seluruh perilakunya dan menunjukkan self-image maupun

se/f-esteem sebagai seorang Muslim yang sesungguhnya.

Namun demikian, peneliti mencoba mengambil beberapa bagian atau seluruhnya dari tiap-tiap disiplin llmu yang memberikan manfaat kepada seluruh umat manusia. Terutama disiplin ilmu yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu ilmu agama dan psikologi (baik Barat maupun Islam), karena keduanya memiliki hubungan yang sangat erat didalam berbicara tentang hakikat kejiwaan manusia. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk mengangkat judul dalam penelitian ini, yaitu "lmp!ikasi Kepribadian Syahadatain Terhadap Pembentukan Kesehatan Mental".

1.2

Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Dalam Penelitian ini peneliti membatasi masalah menjadi:

1. Kepribadian Syahadatain pada penelitian ini adalah suatu kesatuan mekanisme organisasi dinamis pada individu atas sistem-sistem psikofisis yang bersifat kompleks, yang disebabkan oleh

(24)

membentuk suatu karakteristik yang khas pada individu yang memiliki nilai secara konsisten.

2. Kesehatan Mental dalam penelitian ini adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu dengan seimbang dan dengan sebaik-baiknya mengoptimalkan fungsi-fungsi kejiwaannya (kognitif, afektif, dan konatif), sehingga dia mampu mewujudkan eksistensi diri didalam interaksinya dengan dirinya sendiri, orang lain, alam sekitar, dan kepada Tuhannya didalam menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar. Kesehatan mental pada penelitian ini meliputi aspek pemikiran (kognitif), perasaan atau emosi (afektif), dan perbuatan (konatif) yang mempengaruhi kejiwaan seseorang.

1.2.2 Rumusan Masalah

Rumusam masalah dalam Penelitian ini adalah :

Bagaimanakah implikasi kepribadian syahadatain terhadap pembentukan kesehatan mental bagi individu yang meliputi kognitif, afektif dan konatif?

1.3

Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepribadian

syahadatain berimplikasi terhadap pembentukan kesehatan mental pada

(25)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat Penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan pada bidang psikologi Islam. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi penulis khususnya dan orang lain pada umumnya untuk menjadikan kepribadian syahadatain sebagai salah satu kepribadian yang dimiliki seorang individu untuk memperoleh mental yang sehat.

1.4

Metodologi Penelitian

Metode penelitian skripsi ini penulis menggunakan metocle library research

(penelusuran kepustakaan). Metode ini digunakan dengan cara mengumpulkan sejumlah karya yang berkaitan dengan kepribadian

syahadatain dan kesehatan mental untuk memperoleh data yang valid dan

reliable. Hal ini bisa didapat melalui buku-buku literatur, koran, majalah dan artikel-artikel lainnya, baik yang sifatnya primer maupun skunder (Surakhmad,

1990). Primer maksudnya yang terkait dengan kepribadian syahadatain, dan kesehatan mental secara langsung, sedang sekunder merupakan referensi pelengkap. Kemudian dilakukan metode analisis isi.

(26)

1.

Sumber yang berkaitan dengan kepribadian syahadatain. Adapun buku yang digunakan sebagai rujukan pada pembahasan ini rneliputi: (a). Definisi kepribadian. Sumber rujukan: Gordon W. Allport (1951 ). A

Psychological Interpretation; Raymond B Cattell (1950) .. Personality A

Systemic Theoretical and Factual Study;, Calvin S. Hall and Gardner

Lindzey (1978). Theories of Personality; Salvatore

R.

Maddi (1968).

Personality Theories A Comparative Analysis; Sumadi Suryabrata (2003).

Psikologi Kepribadian; Semua sumber tersebut berbicara tentang definisi

kepribadian menurut psikologi barat. Adapun definisi kepribadian dalam psikologi Islam merujuk kepada Abdul Mujib (2006), Kepribadian dalam

Psikologi Islam; (b). Makna syahadatain, sumber rujukan: Sa'id Hawa

(1996) Al-Islam; lrwan Prayitno (2002). Kepribadian Muslim. Karena pembahasan utama tentang makna syahadatain ini lebih kepada

permasalahan aqidah yang bersumber kepada Al-Qura'an dan Al-Hadist, maka penulis mengambil rujukan pada buku aqidah M. Nu'aim Yasin (1991 ). Al-Iman: Arkanuhu, Haqiqatuhu, Nawaqiduhu; Tafsir Al-Our' an, Abu Ja'far Al-Thobary (2000). Jami' Al-Bayan fi Ta'-wil Al-Qur'an; Al-Nawawi, Syarh Al-Nawawi 'Ala Muslim; lbnu Hajar Al-Asqalani, Bu/ugh

Al-Maram, terj.

A.

Hassan (1997); (c). Pengertian Kepribadian Syahadatain,

sumber rujukan: Abdul Mujib (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam.

(27)

(2004 ), Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi; Zakiah Daradjat (2001 ),

Kesehatan Mental; Crow, Lester D.

&

Alice Crow (1951 ); Hanna Jumhana

Bastaman (1995), lntegrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi

lslami; Kartini Kartono dan Jenny Andari (1989), Hygiene Mental dan

Kesehatan Mental Dalam Islam; 'Abdul Aziz Al-Qussy (1969),

Ushusush-Shihhat Al-Nafsiyah;

Adapun sumber yang bersifat skunder, meliputi:

(1 ). Kepribadian Syahadatain. Sumber yang berkaitan dengan definisi kepribadian, Edwin Garrigues Boring (1948), Foundation of Psychology;

Netty Hartati, dkk. (2004), Islam Dan Psikologi; AgusSujanto, dkk. (1982), Psikologi Kepribadian; David. M Buss (2005), Personality

Psychology; dan lain-lain. Sumber yang berkaitan dengan makna

syahadatain, Muhammad Khalil Hiraas (1992), Syarah 'Aqidah

Al-Washathiyah Asy-Syeikh Al-Islam lbnu Taimiyyah; Muhammad Abdullah

Bin Sholih Al-Hasim (2000), Al-Islam Ushuluhu Wa Mabadiuhu; Sa'id Hawa, Mencapai Maqam Shiddiqun dan Rabbaniyun, terj. lmran Affandi (1999); Muhammad lsma'il bin Al-Bukhary (1387 H), Shahih

Al-Bukhary; Tahqiiq wa Muraaja'ah Jama'ah Minal 'Ulama (1391 H), Syarh

Al-'Aqidah Al-Thahawiyah;

(28)

judul asli "Introduction Psikologi"; Dadang Hawari (1997), Al-Qura'an

I/mu Kesehatan Jiwa dan Kedokteran Jiwa; Abdul Mujib dan Jusuf

Mudzakkir (2002), Nuansa-Nuansa Psikologi Islam dan Jain-lain.

Metode analisis isi adalah suatu metode untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya. Metode ini paling tidak mengandung enam komponen: (1) data sebagaimana yang dikomunikasikan kepada analis; (2) konteks data; (3) bagaimana pengetahuan analis membatasi realitasnya; (4) target analisis isi; (5) inferensi sebagai tugas intelektual yang mendasar; dan (6) kesahihan sebagai kriteria akhir keberhasilan (Krippendorff, 1993).

1. 5

Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan kaidah penulisan American

Psychology Assosiation (APA) style. Untuk mengetahui gambaran tentang

hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini dalam lima bab, yakni :

Bab 1 Pendahuluan

Berisi : Latar Belakang Masalah, Batasan Dan Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian serta

(29)

Bab 2 Kepribadian Syahadatain

Berisi: Pengertian Kepribadian, Makna Syahadatain, Pengertian Kepribadian Syahadatain, Pola Pembentukan Kepribadian

Syahadatain.

Bab 3 Kesehatan Mental

Berisi: Definisi Kesehatan Mental, Kriteria Sehat Mental, Pola Pembentukan Kesehatan Mental.

Bab 4 lmplikasi Kepribadian Syahadatain Terhadap Pembentukan Kesehatan Mental

Berisi: Pola Yang Berorientasi Pada Aspek Kognitif, Pola Yang

Berorientasi Pada Aspek Afektif, Pola Yang Berorientasi Pada Aspek Konatif.

Bab 5 Penutup

(30)

BAB2

KEPRIBADIAN SY AHADAT AIN

2.1

Pengertian Kepribadian

Dalam sebuah kajian Psikologi Kepribadian, banyak sekali para ahli

memberikan definisi tentang cabang ilmu pengetahuan ini dengan istilah

yang berbeda-beda. Ada beberapa istilah yang digunakan oleih para ahli

tentang penamaan Psikologi Kepribadian. Ada yang memberinya nama

Characterologie atau Karakterkunde atau The Science of Characterologie,

ada yang memberi nama Typologie, ada yang memberinya nama The

Psychology of Personality, ada yang memberinya nama Theory of Personality,

dan lain-lain istilah lagi. Di dalam bahasa Indonesia istilah-istilah yang banyak

digunakan adalah llmu Watak atau llmu Perangai atau Karakterologi, Teori

Kepribadian, dan Psikologi Kepribadian (Suryabrata, 2003).

Begitu juga dengan istilah kepribadian, sesungguhnya memiliki banyak arti.

Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori,

Penelitian, dan pengukurannya. Di antara para ahli psikologi pun belum ada

(31)

jumlah arti dan definisi kepribadian adalah sebanyak ahli yan1J mencoba

menafsirkannya.

Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa lnggri::;) yang berasal

dari bahasa Latin persona, yang artinya adalah topeng yang biasa dipakai

oleh pemain !eater (Boring, dkk., 1945). Maksudnya untuk mEmggambarkan

perilaku, watak atau pribadi seseorang (Sujanto, 1982).

Mengenai hal itu, Jung berpendapat, persona is the mask, or facade, that

people exhibit publicly. Kata persona yang dimaksud oleh Jung adalah

topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan

kebiasaan dan tradisi masyarakat (Hall and Landzey,

1978).

Selain itu, Jung memberikan batasan persona sebagai kompleks

fungsi-fungsi yang terbentuk alas dasar pertimbangan-pertimbangan penyesuaian

atau usaha mencari penyelesaian, tetapi tidak sama dengan individualitas.

Persona itu merupakan kompromi antara individu dengan masyarakat, antara

struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana

seharusnya orang berbuat. Apabila orang dapat menyesuaikan diri ke dunia

luar dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan mEirupakan

selubung yang elastis, yang dengan lancar dapat dipergunakan, akan tetapi

(32)

yang kaku beku untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahan (Suryabrata,

2003).

Dari definisi yang diungkapakan di alas penulis mengambil kesimpulan,

bahwa kata persona yang berarti topeng yang biasa dipakai oleh pemain

!eater, dapat memberikan gambaran tentang makna dari kepribadian.

Dengan adanya definisi tentang persona dan batasan persona yang

diungkapkan oleh Jung dapat memperluas makna dari kata persona,

sehingga dapat memberikan gambaran tentang makna atau hakikat

kepribadian.

Untuk mendapatkan definisi kepribadian secara utuh, perlu adanya analisis

yang mendalam tentang hal ini. Perumusan makna istilah kepribadian sangat

ditentukan oleh konsep-konsep empirik tertentu yang merupakan bagian dari

teori kepribadian. Konsep-konsep empirik disini meliputi dasar-dasar

pemikiran mengenai wawasan, landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup,

dan metodologi yang dipakai perumus. Oleh sebab itu, tidal< satu pun definisi

substantive tentang kepribadian dapat diberlakukan secara umum, sebab

masing-masing definisi di latar belakangi oleh konsep-konsep empiris yang

(33)

Menurut Kluckhon dan Murray (dalam Passer and Smith, 2004) bahwa

konsep kepribadian dibangun dari spektrum ciri khas manusia yang

mempesona. Kita mengamati orang-orang itu dengan arti yang berbeda

dalam kondisi atau cara mereka berpikir, merasakan dan bertindak. Pola

perilaku yang berbeda ini membantu dalam menggambarkan sebuah

identitas sebagai seorang individu.

Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengutip definisi kepribaclian dari

beberapa tokoh psikologi ternama, walaupun beberapa diantaranya sangat

sederhana. Meskipun sederhana, definisi tersebut diharapl<an mampu

memberikan cerminan tentang hakikat kepribadian yang sesungguhnya.

David M. Buss (2005) mengutarakan definisinya tentang kepribadian,

Personality is the set of psychological traits and mechanisms within the individual that are organized and relatively enduring and that influence his or her interactions with, and adaptations to, the intra psychic, physical, and social environment. (Buss, 2005: 4)

Dalam hal ini, kepribadian merupakan satuan mekanisme dan ciri psikologis

di dalam individu yang mengorganisir dan secara relatif tetap dan

mempengaruhi dirinya atau interaksinya dan beradaptasi di dalam batin, fisik,

(34)

Dalam bukunya yang berjudul Personality Theories A Comparative Analysis,

Maddi (1968) mengatakan,

Personality is a stable set of characteristics and tendencies that determine those commonalities and differences in the psychological behavior

(thoughts, feelings, and actions) of people that have continuity in time and that may or may not be easly understood in term of the social and

biological pressures of the immediate situation alone. (Maddi, 1968: 10)

Dalam hal ini Maddi memberikan definisinya, bahwa kepribadlian merupakan

suatu seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil yang

menentul<an keumuman dan perbedaan pada tingkah laku psikologis

(pemikiran, perasaan, dan tindakan) pada seseorang dalam waktu yang

panjang dan tidak dapat difahami secara sederhana sebagai hasil dari

tekanan sosial dan tekanan biologis saat itu.

Selain itu, kepribadian sebagai seperangkat karakteristik memunculkan

perilaku yang memiliki nilai pada seseorang secara konsisten. Hal ini di

sampaikan oleh Pervin (1993), personality represents those characteristics of

the person that account for consistent patterns of behavior (Kepribadian

menghadirkan karakteristik seseorang yang memiliki nilai pacla pola

prilakunya secara konsisten)

Definisi yang lain, disampaikan pula oleh Allport (1951) seba(jai psikolog

(35)

individu dan menekankan motivasi sadar. Allport mendefinisikan kepribadian

dengan what a man really is (manusia sebagaimana adanya). Definisi ini

dirasa terlalu singkat dan kurang memadai. Namun dari pemaknaan tersebut,

memiliki asumsi dasar (Hartati, dkk .. 2004): (1) pengamat tidak menggunakan

norma-norma baik-buruk tertentu dalam melihat tingkah laku individu. Apa

yang ada itulah yang digambarkan, tanpa menilai baik dan buruknya. Konsep

ini sesuai dengan pendapat Allport sendiri bahwa kepribadian itu berbeda

dengan karakter; (2) pengamat adalah pihak luar yang mencoba memahami

dan mendeskripsikan kepribadian individu, sehingga hanya dapat

dikatakan "sebagaimana adanya seseorang''. Asumsi ini mengandung arti

bahwa kepribadian yang tergambar hanya sebatas pada aspek-aspek lahiriah

psikofisik individu; (3) kepribadian bereksistensi secara riil, tanpa terpengaruh

oleh subjektivitas si pengamat atau orang lain yang meresponsnya.

Dari definisi yang dirasa terlalu singkat tersebut, Allport (1951) memaparkan

kembali dengan definisi,

personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustments to his environment. (Allport, 1951: 48)

Artinya, kepribadian merupakan organisasi dinamik dalam inclividu atas

sistem-sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas

(36)

Dari pengertian tersebut dijelaskan (Sujanto, 1982):

(1). Pernyataan "dynamic organization" menekankan kenyataan bahwa

kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun dalam pada

itu ada organisasi atau sistem yang mengikat dan meng'hubungkan

berbagai komponen daripada kepribadian.

(2). lstilah "psychophysicaf' menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah

eksklusif (semata-mata) mental dan bukan pula neural. Organisasi

kepribadian melingkup kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam

kesatuan kepribadian.

(3). lstilah "determine" menunjukkan bahwa kepribadian mengandung

tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif di dalam

tingkah laku individu.

"Kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu ... KElpribadian

terletak di belakang perbuatan-perbuatan khusus dan didalarn individu".

Dari apa yang dikemukakan di atas, nyata bahwa bagi Allport kepribadian

bukanlah hanya susunan si pengamat, bukan pula sesuatu yang hanya ada

selama ada orang lain yang beraksi terhadapnya. Jauh dari itu kepribadian

mempunyai eksistensi riil, termasuk juga segi-segi neural dan fisiologis.

(4). Satu unsur lagi yang penting dalam definisi di atas ialah kata khas

(unique) yang menunjukkan tekanan utama yang 、ゥ「・イゥセZ。ョ@ oleh Allport

(37)

caranya menyesuaikan diri terhadap sekitar, jadi 、・ョセQ。ョ@ demikian berarti tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.

(5). Dengan menyatakan "adjusments to his environment Allport

menunjukkan keyakinannya, bahwa kepribadianlah ケ。ョセQ@ mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan psikologisnya,

kadang-kadang menguasainya. Jadi, kepribadian adalah sesuatu yang

mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.

Selain itu Freud mengungkapkan, the personality is made up of three major

systems: the id, the ego, and the superego. Dalam hal ini, Freud

menggambarkan bahwa kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:

id, ego dan superego. Kendatipun ketiga aspek itu masing-masing

mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri,

namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar (tidak

mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku

manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil sama dari keti9a aspek itu.

Sebagai penganut aliran psikoanalisa, Freud sangat memperhatikan struktur

kepribadian (Hall & Lindzey, 1978).

Selain itu, Jung sebagai pengikut aliran psikoanalisa memberikan definisinya

tentang kepribadian, menurutnya kepribadian adalah integras.i dari ego,

(38)

arkhetip-arkhetip, persona, dan anima (Chaplin, 1989). Definisi yang

disampaikan Jung hampir sama dengan definisi yang disampaikan oleh

Freud. Bedanya hanya pada bentuk-bentuk sistem psikis yang dicetuskan.

Definisi lain yang disampaikan oleh Cattel (1950) adalah: personality is that

which permits prediction of what

a

person will do in

a

given situation

(kepribadian adalah sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa yang

akan dikerjakan seseorang dalam situasi tertentu). Dari definisi yang

disampaikan oleh Cattel penulis melihat bahwa kepribadian rnencakup

semua tingkah laku individu, baik yang terbuka (lahiriah) maupun yang

tersembunyi (batiniah). Sebagai penganut teori faktor Cattel memberikan

definisinya tentang kepribadian lebih menekankan pada semua komponen

tingkah laku individu.

Berdasarkan atas definisi itu, Cattel menegaskan bahwa tujuan daripada

research mengenai kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum mengenai

apa yang akan dilakukan oleh berbagai orang dalam berbagai situasi dan

lingkungan. Jadi, persoalan mengenai kepribadian adalah persoalan

mengenai segala aktivitas individu, baik yang tampak maupun yang tidak

nampak. Kepribadian mencakup semua tingkah laku individu, baik yang

(39)

Selain itu, dalam wacana studi keislaman, istilah kepribadian (personality)

lebih dikenal dengan term al-syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata

syakhsh yang berarti pribadi. Kata itu kemudian diberi ya nisbah sehingga

menjadi kata benda buatan (mashdar shina'iy) syakhshiyah yang berarti

"kepribadian" (Hartati, dkk., 2004).

Dalam literatur keislaman, terutama pada khazanah klasik Abad Pertengahan,

kata syakhshiyyah (sebagai padanan dari kepribadian) kurang begitu dikenal.

Terdapat beberapa alasan mengapa term itu tidak dikenal: (1) dalam al-quran

maupun al-Sunnah tidak ditemukan term syakhshiyyah, kecuali dalam

beberapa hadis disebutkan term syakhsy yang berarti pribadi (person), bukan

kepribadian (personality); (2) dalam dalam khasanah Islam klasik, para filosof

maupun sufi lebih akrab menggunakan istilah akhlak. Penggunaan istilah ini

karena ditopang oleh ayat Al-Quran dan hadis rasul; (3) term syakhshiyyah

hakikatnya tidal< dapat mewakili nilai-nilai fundamental Islam untuk

mengungkap perilaku batinah manusia. Artinya, term syakhshiyyah yang

lazim dipakai dalam Psikologi Kepribadian Baral al<sentuasinya lebih pada

deskripsi karakter, sifat, atau perilaku unik individu, sementara term akhlak

lebih menekankan pada aspek penilaiannya terhadap baik-buruk suatu

tingkah laku. Syakhshiyyah merupakan akhlak yang didevaluasi (tidak dinilai

baik-buruknya), sementara akhlak merupakan syakhshiyya/1 yang dievaluasi.

(40)

digunakan untuk menggambarkan dan menilai kepribadian individu. Sebutan

syakhshiyyat al-Muslim memiliki arti kepribadian orang Islam. Pergeseran

makna ini menunjukkan bahwa term syakhshiyyah telah menjadi

kesepakatan umum unluk dijadikan sebagai padanan dari personality (Mujib,

2006). Sedangkan kepribadian Islam (al-syakhshiyyah al-lslamiyyah) memiliki

arti serangkaian perilaku normatif manusia, bail< sebagai makhluk individu

maupun makhluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, yang

bersumber dari al-quran dan al-sunnah (Mujib, 2006).

Dari beberapa definisi yang ada, penulis melihal bahwa kepribadian

dirumuskan berdasarkan sejumlah cara oleh macam-macam l19oritik:us,

sehingga menjadi beranekaragam definisi tentang kepribadian yang

disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, aliran yang dianut, sudut

pandang, cara dan pendekalan, dan aliran yang dianut.

Dari pendapal-pendapat tersebut di alas, akhirnya penulis menarik

kesimpulan bahwa kepribadian merupakan suatu kesatuan mekanisme

organisasi dinamis pada individu alas sistem-sistem psikofisis yang bersifat

kompleks, yang disebabkan oleh banyaknya faklor-faklor dari dalam dan

faktor-faktor dari luar yang ikut menenlukan kepribadian seseorang. Adanya

perpaduan anlara faklor-faklor dari dalam dan faktor-faklor dari luar ilu

(41)

2.2 Makna Syahadatain

Dalam pembahasan mengenai makna syahadatain ini, penulis akan membagi

penjelasannya menjadi empat hal.

Pertama : Definisi dan Kandungan Syahadatain.

Kedua : Prinsip dasar Syahadatain.

Ketiga : Syarat diterimanya Syahadat.

Keempat : Al-Iman: Mencakup Makna La ilaha 11/a//ahdan Makna

Muhammadurrasa/u//ah .

1. Pertama : Definisi dan Kandungan Syahadatain

Syahadatain berasal dari kata "syahida" yang berarti bersaksi, menghadiri,

melihat, mengetahui, dan bersumpah. lstilah syahadatain kemudian

dinisbatkan pada satu momen dimana individu mengucapkan dua kalimat

syahadat dengan ucapan:

Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.

Kalima! syahadat terdiri dari dua kalimat kesaksian. Kesaksian pertama

(42)

kesaksian kedua berkaitan dengan kepercayaan bahwa Muhammad adalah

utusan Allah. Kedua kesaksian ini tidak boleh diabaikan salah satunya, sebab

jika diabaikan maka menjadikan ketidak bermaknaan salah satunya (Mujib,

2006).

Kalima! asy-hadu dalam bahasa Arab mempunyai kemungkinan tiga makna.

Al-Qur'an telah menggunakan bentuk derivatif kata ini dengan ketiga makna

itu (Hawa, 1993). Dalam Al-Qur'an ia datang,

1. Dari kata dasar al-musyahadah 'penglihatan'. Al-Qur'an ュeセョァァオョ。ォ。ョ@

kata dengan makna ini, yaitu Firman Allah Swt.,

"yang disaksikan oleh malaikat-malaikal yang di dekatkan (kepada

Allah)". (Q.S Al-Muthaffifin: 21)

2. Dari kata dasar asy-syahadah 'persaksian'. Al-Qur'an juga menggunakan

kata dengan makna ini yaitu dalam Firman Allah Swt.,

ᄋNセl@ . t:i; • • . セ@ I , "\'

... Mセ@ \-' - <jJ J*"" J ....

" ... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu ... ".( Q.S Ath-Thalaq: 2)

3. Dari kata dasar al-half 'sumpah'. Al-Qur'an juga menggunakannya

(43)

"Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata, 'Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafiq itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai ... " (Al-Munafiqun: 1-2)

Maka anggaplah perkataan mereka" Nasyhadu", sebagai sumpah. Dan para

fuqaha mazhab Hanafi berkata bahwa siapa yang berkata, "Asyhadu ... "

berarti dia telah bersumpah. Diantara makna-makna ini ada kEiterkaitan yang

utuh, manusia bersumpah jika ia bersaksi dan bersaksi jika dia menyaksikan.

Dengan ini, maka persaksian manusia bahwa "tidal< ada tuhan selain Allah"

jangan dilihat sebagai sesuatu penyelamat dari kekafiran atau dosa kecuali

dengan terpenuhinya makna-makna berikut (Hawa, 1993):

a. Memberi persaksian bahwa " tidak ada tuhan selain Allah" dengan akal

dan hati.

b. Memberikan persaksian ini dengan lisan.

c. Dan persaksian ini harus dilakukan dengan tegas tanpa keragu-raguan.

Maka, siapa yang bersaksi dengan lidahnya bahwa "tidak ada tuhan selain

Allah" dengan sikap menentang dan membangkang, berarti ia tetap kafir. Dan

(44)

tuhan selain Allah", alau ia bersikap ragu-ragu dalam hal ilu, maka ia adalah

seorang munafik, meskipun ia sudah mengucapkan syahadat dengan

lidahnya. la berstatus kafir jika ia lidak mengucapkannya.

Hiraas (1992) mengalakan, bahwa asy-syahadah

HFjセiI@

merniliki makna;

(Mengetahui dengan benar sega/a sesuatu yang diketahuinya, berpegang teguh atas kebenarannya dan keteguhannya, dan tidak memberikan kesaksian kecuali jika diikuti dengan sebuah pengakuan (iqrw) dan ketundukan, dan merendahkan hati terhadap yang diucapkannya).

Dengan demikian, syahadatain adalah bersaksi bahwa tiada tuhan selain

Allah dan Muhammad adalah utusan Allah yang diucapkan melalui lisan serta

menyadari secara penuh alas kesaksiannya dengan keyakinan yang manlap

tanpa keraguan di dalam hatinya dan menjalankan segala konsekuensi alas

persaksiannya. Syahadah bukan hanya berlaku di alam perjanjian pertama

tetapi juga di alam perjanjian lerakhir.

Dari definisi yang dijelaskan di alas, maka syahadatain merniliki tiga

kandungan makna (Prayitno, 2002), yaitu:

(45)

lqrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang

diyakininya. Pernyataan ini sangat kuat karena didukung oleh Allah S\NT,

malaikat dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang

beriman). Firman Allah Swt.,

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu ljuga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana" (Q. S Ali 'lmran, 3: 18).

Dengan demikian syahadat yang berarti ikrar dari Allah SWT, malaikat

dan orang-orang yang berilmu tentang La ilaha ii/al/ah. Hasilnya dari apa

yang diiqrarkan ini adalah kewajiban untuk menegakkan dam

memperjuangkan apa yang diikrarkan. lqrar tentang Rububiyyah (Allah

sebagai Rab) bagi manusia merupakan alasan bagi iqrartentang keesaan

Allah swt. Oleh karena itu, seseorang tidak dikatakan bertauhid, jika dia

tidak berikrar tentang rububiyyah, dan bahwa Allah tuhan di atas segala

sesuatunya (lbnu Taimiyyah, 1999). Selain itu, juga merupakan

pernyataan para nabi yang mengakui kerasulan Muhammad SAW

(46)

be

? J. / / ,J. ',.., 'f. ) ?'f. /

, r

I

G\QGセ@

'1;..

·.lb.I'

BBNGNセ|G@

'

1

L•

'""'-!:"°

j

r ".-

l..Y' セ@

J __,,..,

..>

_,- •

u

"

セ@

,

,

(1

;t2)

[ェセi@

&;

F

Gij

QェNj[lャセ@

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka

menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Ka/au begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pu/a) bersama kamu". (Q. S 3: 81)

2. A/-Qasam (Sumpah)

Sumpah yaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan resiko apapun

dalam mengamalkan syahadah. Muslim yang menyebut asyhadu berarti

siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakkan

ajaran Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan

lempal orang munafik adalah neraka jahannam. Beberapa ciri orang yang

melanggar sumpahnya yailu memberikan wala (loyalitas) kepada

orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah SWT, mencari kesempatan dalam

(47)

malas dalam shalat dan tidak punya pendirian. oイ。ョァMッイ。ョQセ@ mukmin yang

sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut. Firman Allah Swt.,

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasur Allah''. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasu/-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, Jalu mereka menghalangi (manusia) dali jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang Te/ah mereka keljakan.(Q.

S 63:

1-2)

3. Al-MTtsaq (Perjanjian yang teguh)

Miitsaq yaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan

terhadap semua perintah Allah SWT yang terkandung dalam kitabullah

maupun sunnah Rasulullah. Firman Allah Swt.,

(48)

(mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasu/-rasu/-Nya': dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. "(Q. S 2: 285).

Syahadah adalah mrtsaq yang harus diterima dengan sil<ap sam'an wa

tha'atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah SWT,

malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir dan Qadar baik maupun buruk.

Pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah SWT. Firman Allah

Swt.,

"Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan petjanjian-Nya[405] yang Te/ah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu)". (Q. S 5:7).

Dengan demikian, ketika seseorang bersaksi bahwa "tiada tur1an selain Allah"

dan "Muhammad adalah utusan Allah" yang diucapkan melalui lisan serta

menyadari secara penuh alas kesaksiannya dengan l<eyakinan yang mantap

tanpa keraguan di dalam hatinya dan menjalankan segala konsekuensi alas

persaksiannya, berarti dia telah membuat sebuah pernyataan, sumpah dan

janji setianya terhadap Allah dan Rasul-Nya, dengan penghambaan total

(49)

ikutan (rule modeD didalam perilaku kesehariannya dalam mewujudkan

penghambaan total kepada Allah 'azza wajalla.

2. Kedua : Prinsip dan Dasar Pentingnya Syahadatain

Melihat arti dan kandungan dari syahadatain, dapat dilihat bahwa syahadah

merupakan bagian yang terpenting (urgen) bagi kehidupan manusia dalam

menjaga fitrah agamanya. Oleh karena itu, syahadatain menjadi sesuatu hal

yang sangat penting (urgen) bagi kehidupan setiap muslim, karena ia

merupakan dasar dan asas bagi rukun Islam lainnya dan menjadi tiang untuk

rukun Iman dan agama (religion). Adapun urgensi dari syahadatain ini

disebabkan (Prayitno, 2002) oleh:

1. Syahadatain merupakan pintu masuknya Islam (madkhal ila al-Islam).

Sahnya iman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Barang

siapa yang mengucapkan dan mengiluarkan dengan lisannya, maka dia

menjadi Islam (Qardhawi, 1994). Ketika dua kalimat ini terucapkan maka

ia memiliki hak sebagaimana layaknya seorang muslim. SHluruh miliknya,

baik harta benda maupun darahnya, haram diambil atau ditumpahkan.

Sabda nabi SAW :

(50)

perhitungan (apakah bacaan syahadat itu sungguh-sungguh atau pura-pura) itu ad/ah urusan Allah." (H. R At-Turmudzi dari Abu Hurairah dan Anas)

Namun, tanpa mengucapkan kalimat syahadatain maka amal yang

dikerjakan bagaikan abu atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada.

Allah menyebutkan bagaikan debu yang berterbangan kepada amal baik

pun yang tidal< didasari oleh syahadat. Firman Allah Swt.,

Dan kami hadapi sega/a amal yang mereka kerjakan, /a/u kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (Q.S 25: :23)

Manusia bersyahadah di alam ruh sehingga fitrah manusia mengakui

keesaan Allah SWT. lni perlu disempurnakan di dunia den9an membaca

syahadatain sesuai ajaran Islam. Pada dasarnya setiap manusia telah

bersyahadah tentang keesaan Allah dia alam arwah, tetapi ini saja belum

cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadah u/uhiyyah dan

syahadah a/-risalah di dunia.

2. lntisari Ajaran Islam (khulashah ta'a/Tm al-Islam)

Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahaman

terhadap syahadatain. Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat

(51)

a. Pernyataan La ilaha i//a//ahmerupakan penerimaan penghambaan atau

ibadah kepada Allah SWT saja. Melaksanakan minhajillah

(sistem/aturan Allah SWT) merupakan ibadah kepada-Mya. Firman

Allah Swt.,

"Hai manusia, sembah/ah Tuhanmu yang Te/ah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa "(Cl. S 2: 21 ).

" Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui" (Ct S 45: 18)

b. Menyebut Muhammad rasulullah merupakan dasar penerimaan cara

penghambaan itu dari Muhammad saw. Rasulullah adalah teladan dan

ikutan dalam menjalankan minhajillah. Firman Allah Swt.,

" Dan kami lidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu

(52)

(yang hak) melainkan Alw, Maka sembahlah o/ehmu sekalian akan Aku".(Q. S 21 :25)

J J /

, --IT- :&T 1 ' -,

セ@

?

. :

iセ@

3- -\

.ti

J ' , · -

s::J

セ@

?

liJ

|セj@ Y.-fi.0 (.r"'-'..

r ,

LイNjセ|B@ 0

p ,, ,,..,,. セᄋB@ ·:.-: ,, ""t.""'

Q|セIゥL[T@

...ulj.:ij_;;.'91

"Sesungguhnya Te/ah ada pada (diri) Rasu/ullah itu surf teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (Q.

S

33:21).

c. Penghambaan kepada Allah SWT meliputi seluruh 。ウーQセォ@ kehidupan.

la mengatur hubungan manusia dengan Allah swt dengan dirinya

sendiri dan dengan masyarakatnya. Firman Allah Swt.,

"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti ja/an-ja/an (yang lain). Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa" (Q.

S 6:

153).

3. Dasar-Dasar Perubahan (Asas Al-lnqi/ab)

Syahadatain mampu merubah manusia dalam aspek keyakinan,

pemikiran, prilaku serta jalan hidupnya. Perubahan meliputi berbagai

aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat. Perubahan

(53)

mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling tmkenal dengan

kehidupan glamour di kola Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia

menjadi pemuda sederhana yang da'i, duta rasul untuk kota Madinah

(Al-Mubarakfury, 1997). Kemudian menjadi syuhada Uhud. Saat syahidnya

rasulullah membacakan ayat ini, firman Allah Swt.,

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Te/ah merekajanjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang

menunggu-nunggu[J 208] dan mereka tidak merobah (janjinya)" (Q.

S 33: 23).

Adapun perubahan pada masyarakat dapat dilihat pada kondisi umat

terdahulu yang langsung berubah ketika menerima syahadatain.

Sehingga mereka yang tadinya bodoh Uahi/iyyah) menjadi pandai, yang

kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat rnenjadi takwa

dan 'abid (ahli ibadah), yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang

tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah SWT. Syahadatain

telah berhasil merubah masyarakat dahulu, maka syahadatain pun dapat

(54)

"Sebagai bimbingan yang /urus, untuk memperingatkan si!rsaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira ke1pada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal sa/eh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang bail<:'' (Q. S 18: 2).

4. Hakikat seruan para rasul (HaqTqah Da'wah Al-Raso/)

Setiap Rasul semenjak nabi Adam a.s hingga nabi besar Muhammad Saw.

membawa misi dakwah yang sama yaitu syahadah. Makna syahadah

yang dibawa juga sama yaitu La ilaha ii/al/ah. Dakwah Ra8ul senantiasa

membawa umat kepada pengabdian Allah SWT saja. Allah sebagai ilah

adalah misi para nabi untuk disampaikan kepada seluruh manusia.

Firman Allah Swt.,

"Kata/ran/ah: Sesungguhnya Aku lni manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan d1mgan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan ama/ yang saleh dan janganlah ia

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan pertolongan yang dilakukan, ditentukan oleh kecepatan dalam memberikan tindakan awal bantuan hidup jantung dasar, membuat para ahli berpikir bagaimana

Dengan membandingkan hasil analisis pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kine1ja secara parsial, maka didapatkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja

Tolok ukur dari Nilai Pelanggan itu sendiri adalah reaksi yang diterima dari pelanggan setelah mereka mengeluarkan biaya untuk mendapatkan suatu produk ataupun jasa, di mana

Malang Nomor 7 Tahun 2010 yo Pasal 4 Peraturan Bupati Malang Nomor 7 Tahun 2012 terkait dengan rekomendasi Dokumen UKL- UPL yang dihadapi oleh Badan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat kerusakan dari komponen elektrik dan mekanik alat berat excavator seri PC200-6, menghitung dan menganalisis nilai

Berdasarkan pada latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan

judul laporan ini yaitu “ RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI MAKANAN YANG MENGANDUNG FORMALIN BERBASIS DERET SENSOR ”.. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah salah

The damage factor is determined based on the applicable damage mechanisms (local and general corrosion, cracking, creep, etc.) relevant to the materials