KECERNAAN LEMAK KASAR DAN TDN (Total Digestible Nutrient)
RANSUM YANG MENGANDUNG PELEPAH DAUN KELAPA
SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGIS
DAN KOMBINASINYA PADA DOMBA
SKRIPSI
OLEH :
MASTOPAN
080306010
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
KECERNAAN LEMAK KASAR DAN TDN (Total Digestible Nutrient)
RANSUM YANG MENGANDUNG PELEPAH DAUN KELAPA
SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGIS
DAN KOMBINASINYA PADA DOMBA
SKRIPSI
OLEH : MASTOPAN
080306010
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul :Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba
Nama : Mastopan
Nim : 080306010
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M. Si) (Dr. Ir. Nevy Diana Hanafi, M. Si
Ketua Anggota
)
( Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M. Si Ketua Program Studi Peternakan
)
ABSTRAK
MASTOPAN: Kecernaan Lemak Kasar dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis dan Kombinasinya pada Domba, dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan NEVY DIANA HANAFI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologis dan kombinasinya terhadap kecernaan lemak kasar dan TDN pada domba. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, USU, Medan, dari bulan Juni – Agustus 2013 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan, menggunakan domba lokal jantan sebanyak 16 ekor dengan rataan bobot badan awal 10 ± 11.6 kg. Perlakuan diuji meliputi: P0 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara fisik); P1 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara biologi); P2 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kimia); P3 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kombinasi). Parameter yang diamati adalah konsumsi lemak kasar, kecernaan lemak kasar dan kecernaan TDN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya pada domba adalah berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap parameter yaitu kecernaan lemak kasar dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap parameter yaitu Total Digestible Nutrient (TDN). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kecernaan lemak kasar ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit menunjukkan bahan pada perlakuan biologi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan fisik, kimia dan kombinasi (biologi + kimia), namun analisis terhadap TDN tidak memberikan pengaruh pada tiap perlakuan.
ABSTRACT
MASTOPAN: Dry fatty and TDN (Total Digestible Nutrient) digestibility of oil palm
frond treated by physical, chemical, biological and theer combination on sheep, under supervised by MA’RUF TAFSIN and NEVY DIANA HANAFI.
This reseach aims to examine the using digestibility of oil palm frond treated by physical, chemical, biological and theer combination of the fatty and TDN on sheep. The reseach was conducted at Livestock Biology Laboratory, of Animal Science Field Study, Agriculture Faculty, USU, Medan, from June until Augt 2013 by using completely randomize designs, with four treatments and four replications, sixteen growing local sheep with initial body weight 10 + 11,6 kg were used in this experiment. The experiment were: P0 (concentrate + oil palm frond be treated a physical); P1 (concentrate + oil palm frond be treated a biological); P2 (concentrate + oil palm frond be treated a chemical) and P3 (concentrate + oil palm frond be treated a combination). The variables were meyoud consist of fatty, digestibility of fatty and digestibility TDN.
The result of this reseach showed digestibility of oil palm frond with treatment physical, chemical, biological and combination on sheep were sicnificantly different (P<0,01) on dry fatty and were not sicnificanly different (P>0,05) to digestibility of TDN. The conclusion of this research dry fatty digestibility of oil palm frond showed matter on treatment lowed biological compare with treated by physical, chemical and combination (biological + chemical), but analysis to TDN can’t be improve on the treatments.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aek Kanopan pada tanggal 10 Februari 1989 dari ayah Drs.
Muhammad Dullah Sitorus dan ibu Salamah. Penulis merupakan putra keempat dari tiga
belas bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMAN I Kualuh Hulu Labuhanbatu Utara dan pada
tahun 2008 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk
Bersama – Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (UMB – SPMB). Penulis memilih
program studi Ilmu Produksi Ternak, Departemen Peternakan pada pilihan kedua.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa
Peternakan (IMAPET), Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP), anggota
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), anggota Resimen Mahasiswa (MENWA) menjabat
sebagai Wakil Komandan Satuan, anggota Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) USU dan
anggota Gerakan Mahasiswa Labuhanbatu Utara (GEMA LABURA).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelompok Tani Peternak
Sahabat Desa Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai dan di
Kelompok Tani Bangun Tani Desa Suka Jadi Pasar IX Tj. Beringin Kecamatan Hinai
Kabupaten Langkat dari tanggal 01 Juni sampai 30 Juni 2011. Pada bulan Juni – Agustus
2013 melaksanakan penelitian di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Peternakan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kecernaan
Lemak Kasar dan TDN (Total Digestible Nutrient ) Ransum yang Mengandung Pelepah
Daun Kelapa Sawit dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis dan Kombinasinya Pada
Domba”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan
mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Ma’ruf Tafsin dan Ibu Nevy Diana Hanafi selaku ketua dan anggota komisi pembimbing
yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang
tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah menbantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK...i
ABSTRACK...ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... ..1
Tujuan Penelitian ... ..3
Kegunaan Penelitian ... ..3
Hipotesis Penelitian ... ..3
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba...4
Pertumbuhan Ternak Domba...5
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia...6
Ransum Domba... 7
Tingkat Konsumsi dan Kecernaan...13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
Bahan dan Alat Penelitian ... 17
Bahan ... 17
Alat ... 17
Analisis Data ... 19
Peubah Penelitian ... 20
• Konsumsi (lemak kasar dan TDN) ... 20
• Kecernaan lemak kasar (KcLK) ... 20
• Total Digestible Nutrient (TDN) ... 20
Pelaksanaan Penelitian ... 20
Persiapan Kandang ... 20
Pengacakan Domba... 21
Persiapan Pakan ... 21
Pengolahan Pakan ... 21
Pengolahan Secara Fisik ... 21
Proses Pembuatan Amoniasi (urea) ... 21
Proses Pengolahan Fermentasi (Aspergillus niger) ... 22
Kombinasinya ... 22
Pemberian Pakan dan Air Minum ... 23
Pemberian Obat-obatan ... 23
Tahapan Penelitian ... 24
Periode Pendahuluan ... 24
Periode Koleksi Data ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Kecernaan Lemak Kasar ... 26
Total Digestible Nutrient (TDN) ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL
Hal
No 1. Kebutuhan Harian Zat-Zat Makanan Ternak Domba ... 7
No 2. Kandungan Nilai Gizi Pelepah Daun Kelapa Sawit ... 10
No 3. Kandungan Nilai Gizi Bungkil Inti Sawit ... 11
No 4. Kandungan Nilai Gizi Dedak Padi ... 12
No 5. Kandungan Nilai Gizi Molasses ... 12
No 6. Susunan Komposisi Ransum Percobaan ... 19
No 7. Rataan Konsumsi Lemak kasar Ransum Perlakuan Pada Domba (g/ekor/hari) ... 26
No 8. Rataan Kecernaan Lemak Kasar (KcLK) Ransum Perlakuan Pada Domba (%) ... 27
No 9. Rataan kecernaan serat kasar, protein kasar, lemak kasar dan BETN ransum perlakuan...29
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
MASTOPAN: Kecernaan Lemak Kasar dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis dan Kombinasinya pada Domba, dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan NEVY DIANA HANAFI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologis dan kombinasinya terhadap kecernaan lemak kasar dan TDN pada domba. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, USU, Medan, dari bulan Juni – Agustus 2013 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan, menggunakan domba lokal jantan sebanyak 16 ekor dengan rataan bobot badan awal 10 ± 11.6 kg. Perlakuan diuji meliputi: P0 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara fisik); P1 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara biologi); P2 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kimia); P3 (konsentrat + pelepah kelapa sawit diolah secara kombinasi). Parameter yang diamati adalah konsumsi lemak kasar, kecernaan lemak kasar dan kecernaan TDN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya pada domba adalah berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap parameter yaitu kecernaan lemak kasar dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap parameter yaitu Total Digestible Nutrient (TDN). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kecernaan lemak kasar ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit menunjukkan bahan pada perlakuan biologi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan fisik, kimia dan kombinasi (biologi + kimia), namun analisis terhadap TDN tidak memberikan pengaruh pada tiap perlakuan.
ABSTRACT
MASTOPAN: Dry fatty and TDN (Total Digestible Nutrient) digestibility of oil palm
frond treated by physical, chemical, biological and theer combination on sheep, under supervised by MA’RUF TAFSIN and NEVY DIANA HANAFI.
This reseach aims to examine the using digestibility of oil palm frond treated by physical, chemical, biological and theer combination of the fatty and TDN on sheep. The reseach was conducted at Livestock Biology Laboratory, of Animal Science Field Study, Agriculture Faculty, USU, Medan, from June until Augt 2013 by using completely randomize designs, with four treatments and four replications, sixteen growing local sheep with initial body weight 10 + 11,6 kg were used in this experiment. The experiment were: P0 (concentrate + oil palm frond be treated a physical); P1 (concentrate + oil palm frond be treated a biological); P2 (concentrate + oil palm frond be treated a chemical) and P3 (concentrate + oil palm frond be treated a combination). The variables were meyoud consist of fatty, digestibility of fatty and digestibility TDN.
The result of this reseach showed digestibility of oil palm frond with treatment physical, chemical, biological and combination on sheep were sicnificantly different (P<0,01) on dry fatty and were not sicnificanly different (P>0,05) to digestibility of TDN. The conclusion of this research dry fatty digestibility of oil palm frond showed matter on treatment lowed biological compare with treated by physical, chemical and combination (biological + chemical), but analysis to TDN can’t be improve on the treatments.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang dapat memenuhi
kebutuhan sumber protein asal hewani pada manusia. Untuk meningkatkan produksi
daging domba pada masyarakat maka perlu perbaikan dalam manajemen pakan.
Kekurangan akan sumber pakan menjadi masalah yang besar pada ternak domba.
Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan akan sumber pakan adalah dengan cara
memanfaatkan limbah pertanian yang ada. Limbah pertanian yang dipilih untuk dijadikan
sebagai bahan pakan untuk ternak tersebut harus disukai ternak, tidak beracun, tersedia
dalam jumlah banyak, murah, tersedia sepanjang tahun dan tidak bersaing dengan
manusia. Pelepah daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif
untuk ternak ruminansia khususnya ternak domba di Sumatera Utara.
Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu limbah perkebunan kelapa sawit,
dimana keberadaannya cukup tersedia melimpah sepanjang tahun di Indonesia
khususnya Sumatera Utara. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai
7,1 juta ha dengan tahun 2008 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Sumatera Utara
sendiri pada tahun 2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit 948.800 ha.
Pelepah dan daun kelapa sawit dapat diperoleh sepanjang tahun bersamaan panen
tandan buah segar. Pelepah kelapa sawit dipanen 1 – 2 pelepah/ panen/ pohon. Setiap
tahun dapat menghasilkan 22 – 26 pelepah/ pohon/ tahun dengan rataan berat pelepah
daun sawit 4 – 6 kg/ pelepah, bahkan produksi pelepah dapat mencapai 40 – 50 pelepah/
Umiyasih et al., 2003). Hasil panen pelepah ini merupakan potensi yang cukup besar
sebagai pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini belum dimanfaatkan
secara optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti hijauan (Kawamoto et al.,
2002), disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan buah kelapa sawit.
Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Universitas Sumatera
Utara menunjukkan bahwa pelepah dan daun kelapa sawit mengandung serat kasar 32,55
%, protein kasar 6,50 %, lemak 4,47 % dan TDN 56 %. Permasalahan yang dihadapi
dalam penggunaan limbah perkebunan kelapa sawit seperti pelepah dan daun. Kelapa
sawit adalah tingginya kandungan serat kasar dan rendahnya nilai protein sehingga
kecernaannya menjadi rendah. Upaya yang dapat diupayakan mengatasi permasalahan
tersebut dengan melakukan pengolahan pakan secara fisik, kimia, dan biologis.
Pelepah daun kelapa sawit tergolong bahan pakan dimana kandungan protein
kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dibutuhkan pengolahan yang tepat sebelum digunakan sebagai
pakan ternak sehingga memberikan nilai tambah yakni menambah pakan dan mengurangi
penggunaan hijauan lapangan yang semakin sulit diperoleh dilingkungan serta menambah
nilai bagi petani. Hal ini dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat
menambah persediaan bahan makanan ternak.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui penggunaan pelepah daun
sawit dengan berbagai perlakuan (fisik, kimia, biologis dan kombinasi) terhadap
kecernaan lemak kasar dan TDN pada domba.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan ransum yang
mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologis dan
kombinasinya terhadap kecernaan lemak kasar dan TDN pada domba.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, instansi dan
masyarakat peternak domba tentang penggunaan ransum yang mengandung pelepah daun
kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologis dan kombinasinya terhadap
produksi domba lepas sapih ditinjau dari kecernaan lemak kasar dan TDN.
Hipotesis Penelitian
Penggunaan ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan
perlakuan fisik, kimia, biologis dan kombinasinya dapat berpengaruh positif terhadap
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Domba
Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki
karakteristik yang sama. Semua adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan yang
termasuk Phylum : Chordata, kelas : Mamalia, ordo : Artiodactyla, famili : Bovidae,
genus : Ovis aries (Blackely dan Bade, 1998).
Williamson dan Payne (1995) menyatakan domba yang kita kenal sekarang
merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yakni :
a. Mouflon (Ovis muximon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Eropa Selatan
dan Asia kecil. b. Argali (Ovis ammon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari
Asia Tengah dan memiliki tubuh besar. c. Urial (Ovis vignei), merupakan jenis domba
liar yang berasal dari Asia.
Menurut Sodiq dan Abidin (2002), beberapa kelebihan domba yang dapat
diperoleh, antara lain :1. Reproduksinya efisien, yang dapat ditingkatkan dengan jalan
usaha perbaikan tata laksana pemeliharaan. 2. Pada waktu laktasi, penggunaan energi
untuk produksi air susu dapat lebih efisien dibandingkan dengan ternak lain. 3. Daya
adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang keras cukup tinggi, sehingga dapat
mengkonsumsi lebih banyak jenis pakan hijauan. 4. Domba memiliki daya seleksi yang
lebih efektif dalam kondisi penggembalaan dibandingkan dengan jenis ternak lain. 5.
Domba lebih tahan terhadap beberapa penyakit, terutama Tryponoso miosis dibandingkan
Pertumbuhan Ternak Domba
Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole,
1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis
kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai,
tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase
penggemukan berhubungan dengan berat dewasa (Tomaszewska et al., 1993).
Ketika baru lahir, domba mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, kemudian
laju pertumbuhannya semakin meningkat dan sampai pada titik tertentu akan menurun.
Pertumbuhan yang sangat cepat hanya berlangsung selama beberapa bulan. Pada saat-saat
seperti inilah domba memiliki kemampuan yang optimal dalam mengkonversi pakan
menjadi daging. Laju pertumbuhan yang optimal dicapai domba saat berumur 6-12 bulan
(Sodiq dan Abidin, 2008).
Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan mempunyai respon
yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi
Bobot badan (kg)
21
20
0 12 24 40 Umur (minggu)
Gambar 1. kurva sigmoid pertumbuhan pada domba (Pomeroy et al., 1966)
Pertumbuhan anak domba yang tercepat dimulai semenjak ia dilahirkan sampai
dengan umur 2-3 bulan. Pertumbuhan selanjutnya diperlukan lebih banyak lagi makanan
karena tidak lagi bergantung dengan susu induknya. Secara umum domba berada pada
puncak pertumbuhannya dimulai pada masa lepas sapih sampai dengan saat dewasa
tubuh. Setelah mengalami puncak pertumbuhan maka akan terjadi pula penurunan bobot
badan ternak domba. Sehingga usaha penggemukan domba yang paling efektif adalah
pada saat domba berada pada rentang umur setelah disapih. Hal ini dapat dilihat pada
gambar di atas (Cahyono, 1998).
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase perubahan.
Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga minggu yang
disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem pencernaan sama dengan
pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu
perubahan dari tahap non ruminansia menjadi ruminansia yang ditandai dengan
perkembangan rumen. Tahap ketiga fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik atau pun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan
gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus.
Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh
sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al.,
1991).
Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut,
farinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut
glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula
saliva, hati dan pankreas.
Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba (g)
BB
Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam.
Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan selain
hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya dapat
memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Mengandung gizi yang lengkap, protein,
oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum hendaknya sesuai dengan selera
ternak atau mempunyai cita rasa yang sesuai dengan lidah ternak. c. Mudah dicerna, tidak
menimbulkan sakit atau gangguan yang lain. d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan. e.
Harganya murah dan terdapat di daerah setempat. (Basuki, 1994)
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya
terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung jenis ternak,
umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan
lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban, nisbi udara) serta berat badannya.
Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda
(Kartadisastra, 1997).
Terdapat beberapa hasil sisa lain sebagai makanan ternak tinggi nilainya dan
lainnya sangat rendah nilai makanannya. Pengetahuan mengenai proses pembuatan/
penghasil limbah pertanian hingga menjadi makanan ternak perlu dimiliki untuk
membantu menentukan nilai makanan ternak dan komposisi bahan hasil sisa tersebut
(Tillman et al., 1991).
Fermentasi
Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok terutama
karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses “protein enrichment”
yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan menggunakan mikroorganisme
tertentu (Sarwono, 1996).
Penambahan bahan-bahan nutrien ke dalam fermentasi dapat menyokong dan
proses fermentasi adalah urea. Urea yang akan ditambahkan pada proses fermentasi akan
diuraikan oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida yang selanjutnya
digunakan untuk pembentukan asam amino. Selama proses fermentasi terjadi,
bermacam-macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH,
kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan
protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan
perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi
pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna,
misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi
terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein
ekstraselluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar
protein (Fardiaz, 1989).
Pelepah Kelapa Sawit
Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung lamina dan
midrip, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65
cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. setiap pelepah mempunyai lebih
kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang dihasilkan meningkat 30-40 batang
ketika berumur hingga empat tahun
September 2012).
Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis proksimat
Table 2. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit
Sumber:a. warta penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000) c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000)
Dilihat dari kandungan serat kasar, maka pelepah kelapa sawit dapat digantikan
sebagai sumber pengganti serat kasar. Pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit sebagai
bahan pakan ternak ruminansia disarankan tidak melebihi 30%. Untuk meningkatkan
konsumsi dan kecernaan pelepah dapat ditambahkan produk samping lain dari kelapa
sawit seperti bungkil inti sawit, lumpur kelapa sawit dan serat perasan buah kelapa sawit
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003).
Diperkebunan PT. Agricinal, setiap pohon rata-rata dapat menghasilkan 22
pelepah/tahun dengan rataan bobot pelepah 3,25 kg. Dengan demikian setiap hektar
tanaman dapat menghasilkan pelepah 9.929 kg. Total bahan kering pelepah yang
dihasilkan dalam setahun untuk setiap hektar adalah 1.640 kg. Apabila 2,014 juta hektar
pertanaman kelapa sawit Indonesia tanaman produktif, maka bahan kering pelepah yang
tersedia mencapai 3.302 metrik ton. Setiap pelepah rata-rata menyediakan daun 0,5 kg
Bungkil Inti Sawit
Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan dari hasil
ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik.
Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat kasarnya tinggi dan
palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik, melainkan
lebih cocok bagi ternak ruminansia.
Semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan bobot
badan perhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari bungkil inti sawit
ialah 1,5 % dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan ternak domba.
Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil sawit
Uraian Kandungan (%)
Protein kasar 15,40a
TDN 81,00b
Serat kasar 16,90a
Lemak kasar 2,40a
Bahan kering 92,60a
Ca 0,10c
P 0,22c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).
Dedak Padi
Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang
mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian
penutup beras itu. Hal ini yanng mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan serat kasar
Dedak mempunyai harga yang absolut yang relatif rendah tetapi kandungan
gizinya tidak mengecewakan. Dedak cukup mengandung energi dan protein, juga kaya
akan vitamin. Hal tersebutlah yang menyebabkan dedak dapat digunakan sebagai
campuran formula ransum atau sebagai makanan tambahan (Rasyaf, 1990). Kandungan
nutrisi pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi
Uraian Kandungan (%)
Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).
Molases
Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk
fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein
dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan ternak walaupun sifatnya
sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak pada aroma dan rasanya, sehingga
bila dicampur pada pakan ternak bisa memperbaiki aroma dan rasa ransum (Widayati dan
Widalestari, 1996).
Tabel 5. Kandungan nilai gizi molases
Uraian Kandungan (%)
Urea
Tillman (1991) melaporkan bahwa pemberian Nitrogen Non-Protein (NPN) pada
makanan sapi dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea cukup membantu ternak
untuk mudah mengadakan pembentukan asam amino esensial. Penggunaan urea tidak
bisa lebih dari setengah persen dari jumlah bahan kering dan lebih dari 2 gram untuk
setiap bobot badan 100 kg ternak.
Garam
Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl merangsang sekresi saliva. Terlalu
banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan udema. Defisiensi
garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora daripada hewan lainnya. Ini
disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam
adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi
mundur sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).
Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun
berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral
digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah,
pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang berperan
dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral dalam pakan ternak
dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral dalam pakan (Setiadi dan inouno, 1991).
Tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh koefisien cerna, kualitas pakan,
fermentasi dalam rumen, serta status fisiologi ternak. Kualitas pakan ditentukan oleh
tingkat kecernaan zat-zat makanan yang terkandung pada pakan tersebut. Zat makanan
tersebut tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian akan dikeluarkan melalui
feses. Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan jumlah
mikroba rumen (Tomaszewska, et al., 1993).
Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas).
Pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan
pakan yang berkualitas rendah (Parakkasi, 1995).
Daya cerna (digestibility) adalah bagian zat makanan dari makanan yang tidak
dieksresikan dalam feses, biasanya dinyatakan dalam bentuk bahan kering dan apabila
dinyatakan dalam persentase disebut “koefisien cerna”.
Daya cerna tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi suatu pakan tetapi juga
dipengaruhi komposisi suatu makanan lain yang ikut dikonsumsi bersama pakan tersebut.
Hal ini disebut “efek asosiasi”. Cara yang lebih baik adalah dengan penambahan secara
bertingkat dari bahan makanan yang diteliti untuk menentukan pengaruh pakan basal
terhadap daya cerna bahan yang sedang diteliti.
Serat kasar mempunyai pengaruh terbesar terhadap daya cerna. Selulosa dan
hemiselulosa yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin (Tillman, et al.,
1981).
Menurut Tillman (1981), nilai koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap
Komposisi kimiawi. Daya cerna berhubungan erat dengan komposisi kimiawinya. Serat
kasar berisi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna
oleh ternak ruminansia secara enzimatik. 2. Pengolahan makanan.
Beberapa perlakuan terhadap bahan makanan seperti pemotongan, penggilingan
dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus dari hijauan
menambah kecepatan jalannya bahan makanan melalui usus sehingga menyebabkan
pengurangan daya cerna 5-15%. 3. Jumlah makanan yang diberikan. Penambahan jumlah
makanan yang dimakan mempercepat arus makanan ke dalam usus, sehingga mengurangi
daya cerna. Penambahan jumlah makanan sampai dua kali lipat dari jumlah kebutuhan
hidup pokok mengurangi daya cerna 1-2%. Penambahan yang lebih besar akan
menyebabkan daya cerna akan menjadi turun. 4. Jenis Ternak. Ternak ruminansia dapat
mencerna serat kasar yang tinggi karena N Metaboliknya lebih tinggi sehingga daya
cerna protein ruminansia lebih rendah dibanding non ruminansia, disamping adanya
peran mikroorganisme yang terdapat pada rumen.
Salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam bahan pakan adalah tingginya daya
cerna bahan pakan tersebut, dalam arti bahwa pakan itu harus mengandung zat pakan
yang dapat diserap dalam saluran pencernaan dan zat pakan yang terkandung tidak
seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian besar dikeluarkan lagi melalui feses
karena tidak tercerna (Ranjhan dan
Kecernaan pakan didefenisikan dengan cara menghitung bagian zat makanan
yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan tersebut telah diserap
atau persentase. Selisih antara nutrien yang dikandung dalam bahan pakan dengan nutrien
yang ada dalam feses merupakan bagian nutrien yang dicerna (Mc Donald et al., 2002).
Sutardi (1979) menyatakan bahwa bahan organik berkaitan dengan bahan kering
karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering. Kecernaan bahan organik
merupakan faktor penting yang dapat menentukan nilai kualitas pakan, dimana setiap
domba memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mendegradasi pakan sehingga
mengakibatkan perbedaan kecernaan.
Konsumsi BK pakan adalah selisih antara pakan yang diberikan dan sisa pakan
dikalikan kadar BK pakan. Konsumsi PK adalah konsumsi BK dikalikan kadar PK pakan.
Konsumsi TDN adalah konsumsi BK dikalikan kadar TDN pakan. Kadar TDN pakan (%)
merupakan penjumlahan dari PK tercerna, serat kasar (SK) tercerna, bahan ekstrak tanpa
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian
berlangsung selama 2 bulan dimulai bulan Juni 2013 sampai Agustus 2013.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Adapun domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih sebanyak
16 ekor dengan bobot badan 10-11,6 kg. Pakan konsentrat yang terdiri dari bungkil inti
sawit, dedak padi, molasses, urea, mineral mix dan garam. Pelepah kelapa sawit
fermentasi sebagai pengganti pakan rumput ternak, Aspergillus niger sebagai fermentor
pelepah kelapa sawit, obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen), anti bloat untuk obat
gembung, Rhodallon untuk desinfektan dan vitamin. Air minum diberikan secara ad
libitium.
Alat
Kandang terdiri atas kandang individu 16 unit dengan ukuran 1 x 1 m2 beserta
perlengkapannya, ember sebanyak 16 buah tempat pakan dan 16 buah tempat minum,
timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 150 kg dengan kepekaan 50 g,
timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan, terpal
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah :
P0: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chooper)
P1: P0 + Aspergillus niger
P2: P0 + amoniasi
P3: P0 + Aspergillus niger + amoniasi
Keterangan:
Perlakuan ke-1 pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa sawit 100%. Perlakuan ke-2 pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa sawit yang difermentasi dengan Aspergillus niger dan konsentrat 1% dari bobot badan.
Perlakuan ke-3 pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa sawit yang telah diamoniasi dan konsentrat 1% dari bobot badan.
Perlakuan ke-4 pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa sawit amoniasi, fermentasi dan konsentrat 1% dari bobot badan.
Denah penelitian adalah sebagai berikut :
P1U3 P0U2 P3U3 P3U1
P1U1 P2U1 P0U1 P3U2
P3U4 P2U2 P1U2 P2U3
P2U4 P0U4 P1U4 P0U3
Dimana : Perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) Ulangan (U1,U2,U3 dan U4)
Metode linier rancangan percobaan yang digunakan menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + Єij
Keterangan:
I = 1,2…. Perlakuan. j = 1,2….. Ulangan.
µ = nilai tengah umum.
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.
Єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang
diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) (Steel dan Torrie, 1993).
Tabel 6. Susunan komposisi ransum percobaan
kandungan nutrisi bahan komposisi bahan pakan
P0 P1 P2 P3
pelepah (fisik) 50 0 0 0
pelepah (biologi) 0 50 0 0
pelepah (amoniasi) 0 0 50 0
pelepah (kombinasi) 0 0 0 50
t. jagung 7.5 7.5 7.5 7.5
Bis 20.5 20.5 20.5 20.5
dedak padi 16 16 16 16
Molasses 4 4 4 4
Garam 0.5 0.5 0.5 0.5
Mineral 0.5 0.5 0.5 0.5
Urea 1 1 1 1
Total 100 100 100 100
Nutrisi
Protein Kaar (PK) 13.73 21.01 16.99 21.27
Serat Kasar (SK) 41.0117 35.6617 36.2517 35.6617
Lemak Kasar (LK) 6.6597 7.0297 7.0297 7.0297
Peubah Penelitian
a. Konsumsi (Lemak kasar dan TDN)
Konsumsi lemak kasar dan TDN diukur dengan mengalikan konsumsi ransum
dengan kandungan lemak kasar dan TDN yang diperoleh dari data analisis di
laboratorium. Periode pengukuran dilakukan selama satu minggu.
b. Kecernaan Lemak Kasar (KcLK)
Kecernaan lemak kasar dapat diukur dengan menghitung berdasarkan
rumus: KcLk = (LK Konsumsi –LK dari feses)
LK konsumsi
x 100%
Konsumsi dan pengeluaran feses (LK) diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama
periode koleksi yaitu satu minggu.
c. Total Digestible Nutrient (TDN)
Total Digestible Nutrient dapat diukur dengan menghitung berdasarkan
rumus: TDN = %PK DD + %SK DD + %BETN DD + (2,25 x %LK) Ket= DD (Dapat Dicerna) (Hardjosubroto dan Astuti, 1993)
Konsumsi dan pengeluaran feses (TDN) diperoleh dalam jangka waktu pengukuran
selama periode koleksi yaitu selama satu minggu.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan kandang
Kandang dipersiapkan dengan tipe kandang individu, kemudian difumigasi
dengan desinfektan. Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan
Pengacakan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 ekor. Penempatan
domba dengan sistem acak yang tidak membedakan bobot badan domba. Sebelumnya
dilakukan penimbangan bobot badan domba.
Persiapan Pakan
Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan limbah berupa pelepah daun kelapa
sawit sebagai bahan pakan. Pelepah daun kelapa sawit dirajang menggunakan alat
pencincang (chopper). Selanjutnya dilakukan penjemuran dengan sinar matahari.
Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan bahan
pakan dimana bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks
karbohidrat penyusun dinding sel serta dapat juga digunakan dalam pengawetan dan
menghilangkan kandungan antinutrisi bahan dapat dilakukan melalui proses kimia, fisik
dan biologis (Hungate, 1966).
Pengolahan Pakan Proses Pengolahan Fisik
Proses pengolahan fisik bertujuan untuk merombak stuktur fisik bahan dan
menghilangkan antinutri bahan. Perlakuan fisik berupa pelayuan, pencincangan dengan
menggunakan chopper, kemudian dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari dimana
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pakan, lalu dapat diberikan pada
ternak.
Proses Pembuatan Amoniasi (Urea)
Daun kelapa sawit yang telah dilayukan dicacah dengan menggunakan chopper
menjadi potongan 2 – 3 cm. Potongan diperciki secara merata dengan larutan urea 3%.
kemudian diusahakan agar kedap udara. Dibiarkan selama 21 hari kemudian di
angin-aginkan selama 24 jam, lalu diberikan kepada ternak.
Proses Pengolahan Fermentasi (Aspergillus niger)
Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah
bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi kandungan
antinutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh enzim delignifikasi
sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein mikroorganisme. Perlakuan secara
biologis dilakukan dengan menggunakan Aspergiilus niger dengan maksud untuk
mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan lama agar dapat diberikan
kepada ternak.
Pelepah daun kelapa sawit yang telah dilayukan dicacah dengan menggunakan
chopper menjadi potongan 2 – 3 cm. Hasil potongan tersebut ditempatkan pada wadah
yang telah disediakan lalu ditabur secara merata dengan serbuk Aspergillus niger
sebanyak 2% pada pelepah daun kelapa sawit yang cukup basah kemudian ditutupi
supaya kedap udara dibiarkan selama 7 hari. Setelah 7 hari penutup dibuka lalu
Kombinasinya
Hasil pengolahan fisik, pengolahan kimia dan pengolahan biologi digabungkan
menjadi satu, dimana hasil gabungan tersebut dijadikan pakan dan diberikan pada ternak.
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Pelayuan (24 jam)
Pengolahan Biologi (Fermentasi) menggunakan Aspergillus niger
Penjemuran di bawah matahari selama 3 hari
Pencincangan (Chopper)
Pengolahan kimia (Amoniasi) dengan menggunakan Urea 3%
Pengolahan Fisik
Kombinasi: hasil pengolahan fisik, kimia dan biologi yang akan diberikan pada ternak
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan pada pagi dan sore hari. Pemberian air minum diberikan
secara adlibitum. Sisa pakan ditimbang pada waktu pagi keesokan harinya sesaat sebelum
ternak diberi pakan kembali untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum
dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk adaptasi lingkungan dan penyesuaian
terhadap perlakuan pakan selama 10 hari.
Pemberian obat-obatan
Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan obat
cacing Nemasol dengan dosis 1 tablet/50 berat badan untuk menghilangkan parasit dalam
saluran pencernaan.
Tahapan Penelitian: Periode pendahuluan
Pada periode ini ternak diberi pakan yang dicobakan sedikit demi sedikit untuk
menggantikan pakan awal sampai sapi mengkonsumsi pakan perlakuan seluruhnya.
Adaptasi pakan dilakukan dengan cara memberikan pakan hijauan dan pakan perlakuan
serta air minum secara ad libitum. Manfaat dari periode ini adalah membiasakan ternak
untuk berada dalam kandang dan membiasakan pada pakan yang dicobakan. Periode
adaptasi dilakukan selama 1 minggu, pada akhir periode adaptasi dilakukan penimbangan
bobot badan ternak. Periode ini ternak diberi pakan perlakuan sampai konsumsinya
konstan. Tahap penghomogenan ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh pakan
Periode koleksi data
Koleksi sampel pakan pemberian dan sisa
Mengambil sampel pemberian sebanyak 5% dari berat total pemberian setiap hari saat
diberikan pada ternak lalu dikeringkan dibawah sinar matahari. Pada hari berikutnya
apabila terdapat sisa pakan maka diambil sampel dan dikeringkan di bawah sinar
matahari. Pada akhir periode koleksi, sampel pakan pemberian dan sisa dikomposit
diambil untuk dimasukkan ke dalam oven 60 0C selama 24 jam untuk penentuan BK
udara, kemudian diambil sub sampel secara proporsional dan digiling, selanjutnya
dianalisis kandungan BK, BO
Koleksi sampel feses
Koleksi feses dilakukan secara harian selama 1 minggu sebelum dengan cara
sebagai berikut :
• Pengambilan sampel feses dilakukan dengan cara mengoleksi total feses yang
diekskresikan setiap hari (24 jam) kemudian ditampung dalam bak penampung.
• Untuk mencegah pembusukan pada feses dilakukan penimbangan pada feses
segar dan dilakukan penjemuran untuk mengurangi kadar air pada feses.
• Pada akhir koleksi feses ditimbang untuk mengetahui berat totalnya.
Feses diaduk sampai rata kemudian diambil sampel sebanyak 10 % dari berat total
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Lemak Kasar
Rataan konsumsi lemak kasar (dalam bahan kering) selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan konsumsi lemak kasar ransum perlakuan (g/ekor/hari)
Perlakuan
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Tabel 7 memperlihatkan konsumsi lemak kasar dengan rataan tertinggi pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 17,54 ± 0.49 g/ekor/hari dan rataan konsumsi lemak kasar
terendah pada perlakuan P3 sebesar 12.93 ± 2,23 g/ekor/hari. Berdasarkan analisis sidik
ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa
sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya pada domba
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi lemak kasar (LK).
Hal ini disebabkan pakan yang sudah diolah secara biologis menurunkan serat
kasar sehingga mudah didegradasi oleh mikroba di dalam rumen. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Tomaszewska, et al., (1993) yang menyatakan bahwa Tingkat konsumsi
sangat dipengaruhi oleh koefisien cerna, kualitas pakan, fermentasi dalam rumen, serta
status fisiologi ternak. Kualitas pakan ditentukan oleh tingkat kecernaan zat-zat makanan
yang terkandung pada pakan tersebut. Zat makanan tersebut tidak seluruhnya tersedia
ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan jumlah mikroba rumen. Juga sesuai
dengan pernyataan Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa tingkat perbedaan
konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur,
tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Pakan yang berkualitas baik
tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang berkualitas rendah.
Untuk melihat pengaruh dari uji pakan ransum yang mengandung pelepah daun
kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya terhadap
kecernaan lemak kasar pada domba lokal dapat dilihat dari rataan kecernaan lemak kasar
(KcLK) yang tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan kecernaan lemak kasar (KcLK) ransum perlakuan (%)
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4
P0 93.85 94.76 94.40 94.96 94.49±0.49B
P1 92.00 91.82 93.02 92.20 92.26±0.53A
P2 95.89 94.97 95.46 95.66 95.50±0.39B
P3 95.76 96.10 96.08 95.11 95.76±0.46B
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Dari data kecernaan lemak kasar pada Tabel 8, memperlihatkan kecernaan lemak
kasar dengan rataan tertinggi pada perlakuan P3 yaitu sebesar 95.76 ± 0.46 (%) dan
rataan kecernaan lemak kasar terendah pada perlakuan P1 sebesar 92.26 ± 0.53 (%).
Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan
menggunakan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan
kombinasinya pada domba memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap
Pengolahan secara fisik, kimia dan kombinasi yang menyebabkan meningkatnya
daya cerna pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman, et al., (1981) yang
menyatakan bahwa daya cerna tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi suatu pakan tetapi
juga dipengaruhi komposisi suatu makanan lain yang ikut dikonsumsi bersama pakan
tersebut. Hal ini disebut “efek asosiasi”. Cara yang lebih baik adalah dengan penambahan
secara bertingkat dari bahan makanan yang diteliti untuk menentukan pengaruh pakan
basal terhadap daya cerna bahan yang sedang diteliti. Serat kasar mempunyai pengaruh
terbesar terhadap daya cerna. Selulosa dan hemiselulosa yang sukar dicerna terutama bila
mengandung lignin dan hal ini sesuai dengan pernyataan Ranjhan dan Pathak, (1979)
yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam bahan pakan adalah
tingginya daya cerna bahan pakan tersebut, dalam arti bahwa pakan itu harus
mengandung zat pakan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan dan zat pakan yang
terkandung tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian besar dikeluarkan lagi
melalui feses karena tidak tercerna.
Total Digestible Nutrient (TDN)
Nilai Total Digestible Nutrient (TDN) diperoleh dari hasil penjumlahan
kecernaan Protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN (bahan ekstrak tanpa
nitrogen) . Rataan nilai kecernaan serat kasar, protein kasar, lemak kasar dan BETN
Tabel 9. Rataan kecernaan serat kasar, protein kasar, lemak kasar dan BETN ransum
Tabel 9 memperlihatkan rataan kecernaan serat kasar (KcSK) dengan rataan
tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 79.42 ± 2.01 % dan rataan kecernaan serat
kasar terendah pada perlakuan P2 sebesar 78.00 ± 1.06 %. Berdasarkan analisis sidik
ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa
sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya pada domba
memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap kecernaan serat kasar (KcSK).
Tabel 9 memperlihatkan rataan kecernaan protein kasar (KcPK) dengan rataan
tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 88.74 ± 1.11 % dan rataan kecernaan protein
kasar terendah pada perlakuan P0 sebesar 85.48 ± 1.23 %. Berdasarkan analisis sidik
ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa
sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya pada domba
memberikan pengaruh yang nyata (P<0.01) terhadap kecernaan serat kasar (KcSK).
Dari data kecernaan lemak kasar pada tabel 9, memperlihatkan kecernaan lemak
kasar dengan rataan tertinggi pada perlakuan P3 yaitu sebesar 95.76 ± 0.46 (%) dan
rataan kecernaan lemak kasar terendah pada perlakuan P1 sebesar 92.26 ± 0.53 (%).
Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan
kombinasinya pada domba memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap
kecernaan lemak kasar (KcLK).
Tabel 9 memperlihatkan rataan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dengan
rataan tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 54.13 ± 5.98 % dan rataan bahan ekstrak
tanpa nitrogen terendah pada perlakuan P0 sebesar 46.98 ± 8.09 %. Berdasarkan analisis
sidik ragam diketahui bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pelepah daun
kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya pada domba
memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap kecernaan serat kasar
(KcSK).
Untuk melihat pengaruh dari uji pakan pelepah daun kelapa sawit dengan
perlakuan fisik, biologis, kimia dan kombinasinya terhadap Total Digestible Nutrient
(TDN) pada domba lokal dapat dilihat dari Total Digestible Nutrient (TDN) yang tertera
pada Tabel 10.
Tabel 10. Total Digestible Nutrient (TDN) (%) Perlakuan
Keterangan: tn = tidak nyata
Data kecernaan TDN pada Tabel 10, memperlihatkan Total Digestible Nutrient
(TDN) dengan rataan tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 58.20 ± 2,71 (%) dan
rataan Total Digestible Nutrient (TDN) terendah pada perlakuan P0 sebesar 54.32 ± 3.62
(%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ranjhan (1981) yang menyatakan bahwa TDN
pakan dengan menggunakan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologis,
kimia dan kombinasinya pada domba memberikan pengaruh tidak nyata (tn) terhadap
Total Digestible Nutrient (TDN).
Kadar TDN pakan (%) merupakan penjumlahan dari PK tercerna, serat kasar (SK)
tercerna, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tercerna dan 2.25 kali lemak kasar (LK)
tercerna (Hartadi et al., 2005). Total Digestible Nutrient (TDN) dengan rataan tertinggi
pada perlakuan P1 yaitu sebesar 58.20 ± 2,71 (%) dan rataan Total Digestible Nutrient
(TDN) terendah pada perlakuan P0 sebesar 54.32 ± 3.62 (%), tetapi masing-masing
perlakuan (fisik, biologis, kimia dan kombinasinya) tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada TDN. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perbedaan TDN pada tiap
perlakuan disebabkan karena pada penelitian kecernaan bahan organiknya juga tidak
berbeda nyata pada tiap perlakuan. TDN merupakan gambaran dari total energi yang
berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Besar kecilnya nilai energi tersebut
tergantung pada kecernaan bahan organik pakan, nutrien (protein kasar, serat kasar,
lemak kasar dan BETN) merupakan bahan organik (Hermanto, 2001). Berdasarkan
komposisi kimiawi pakan pada setiap perlakuan yang dapat dicerna secara enzimatik oleh
mikroba yang terdapat di dalam rumen domba yang mengakibatkan meningkatnya daya
cerna pakan. Tidak hanya komposisi kimiawi pakan tetapi juga tekstur pakan yang halus
menyebabkan laju pakan lebih cepat sampai ke usus sehingga meningkatkan daya cerna
pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman (1981) yang menyatakan bahwa nilai
koefisien cerna tidaklah tetap untuk setiap makanan atau setiap ekor ternak, tetapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Komposisi kimiawi. Daya cerna berhubungan
Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna oleh ternak ruminansia secara enzimatik. 2.
Pengolahan makanan. Beberapa perlakuan terhadap bahan makanan seperti pemotongan,
penggilingan dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus dari
hijauan menambah kecepatan jalannya bahan makanan melalui usus sehingga
menyebabkan pengurangan daya cerna 5-15%. 3. Jumlah makanan yang diberikan.
Penambahan jumlah makanan yang dimakan mempercepat arus makanan ke dalam usus,
sehingga mengurangi daya cerna. Penambahan jumlah makanan sampai dua kali lipat dari
jumlah kebutuhan hidup pokok mengurangi daya cerna 1-2%. Penambahan yang lebih
besar akan menyebabkan daya cerna akan menjadi turun. 4. Jenis Ternak. Ternak
ruminansia dapat mencerna serat kasar yang tinggi karena N Metaboliknya lebih tinggi
sehingga daya cerna protein ruminansia lebih rendah dibanding non ruminansia,
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kecernaan lemak kasar (KcLK) menunjukkan pengaruh yang baik. Pada
perlakuan biologi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan fisik, kimia dan
kombinasinya. Sedangkan pada Total Digestible Nutrient (TDN) tidak menunjukkan
perbedaannya pada tiap perlakuan.
Saran
Disarankan penggunaan pelepah daun kelapa sawit fermentasi dengan
menggunakan Aspergillus niger, diamoniasi dengan urea serta kombinasinya dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aregheore, E.M., 2000. Crop Residues and Agroindustrial By Product In Four Pacific
Island Countries: Availability, Utilization and Potensial Value In Ruminant Nutrition. Asian-Aust. J. of Anim. Sci. 13 (Supplement B): 266-269.
Anggorodi, 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum, Gramedia, Jakarta.
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2000. Bogor.
Basuki., 1994. Serat Kasar dan Peranannya Dalam Ransum Ternak. Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Blakely and Bade., 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan Bambang Srigandono. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Cahyono., 1998. Beternak Kambing Dan Domba, Kanisius, Yogyakarta.
Devendra, C., 1997. Utilization of Feedings Tuff From The Oil Palm. Feedings Tuff for Livestock In South Asia, Serdang, Malaysia.
Davendra, C. dan M. Burns, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung dan Universitas Udayana Bali.
DirektoratJenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2008-2010.
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 57 hal.
Frandson, R.D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hermanto., 2001. Pakan Alternatif Sapi Potong. Dalam Kumpulan Makalah Lahirnya Kajian Teknologi Pakan Ternak Alternatif. Pakan Ternak Alternatif. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Dispet Propinsi Jatim, Surabaya.
Kawamoto, H; M. Wan Azhari; N.I. Mohd. Shukur; M.S. Ali; J. Ismail and S.Oshiho, 2002. Palatability digestibility and volumary intake ofprocessed oil fronds in cattle. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9 – 10 September 2003.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. Hasil Analisa Bungkil Inti Sawit. Institut Pertanian Bogor-IPB, Bogor.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2005. Hasil Analisa Bungkil Inti Sawit. Program Studi Peternakan FP USU, Medan.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2010. Hasil Analisa Nutrisi Kulit Kakao. Program Studi Peternakan FP USU, Medan.
Laconi, E.B., 1998. Peningkatan Kualitas Kakao Melalui amoniasi dengan Urea dan Biofermentasi dengan Phanerochae techrysosporium serta Penjabarannya dalam Formulasi Ransum Ruminansia. Disertasi. Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lindahl. I. L., 1974. Nutrion and Feeding of Grats in Digestive Physiology and Nutrion of Ruminants. Church. D. C Vol.3. Practical Nutrional. Department of Animal Science. Oregon State University. Cornelis. USA.
Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor.
Mc Donald, P., R. A. Edward., J. F. D. Greenhalghand
Animal Nutrition. 6th Edition. Ashford Colour Press, Gosport.
C. A. Morgan. 2002.
N.R.C, 1995.Nutrient Requiment Of Sheep, National Academy of Science, Washinton DC, USA.
Parakkasi, A., 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminan. UI Press, Jakarta.
Preston, T.R. and R.A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System with
Available Re Sumber keragaman sinthe Tropics and Sub Tropics. Penambule
Books. Armidale. Australia.
Rasyaf, M., 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.
_________1992.Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, 1996. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, S. B., 2003. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, A. 2009. Suplementasi Blok Multinutrisi Berbasis Hijauan Lapangan
Terhadap Kecernaan In Vivo pada Domba Jantan. Departemen
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Siregar, Z., 2009. Pemanfaatan Hasil Samping Perkebunan dengan Penambahan Mineral dan Hidrolisat Bulu Ayam. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sodiq, A dan Abidin, Z., 2008, Sukses Menggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sodiq, A dan Abidin. Z., 2002. Penggemukan Domba :Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Tomaszeweska, M. W, J. M, Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya., 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia, Sebelas Maret University Press, Solo.
Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tillman, D.A., H, Hartadi., S, Reksohadiprodjo., S, Lebdosoekojo, 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM,
Yogyakarta.
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika., A. Djajanegara., S. Gardiner dan T. R. Wiradarya., 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret, Surabaya.
Van Soest, P.J. dan C.J. Sniffen, Arora P.S., 1983. Nitrogen Fraction in NDF, Proc Dist, Feed conf.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003. Perkebunan Kelapa Sawit Dapat Menjadi Basis Pengembangan Sapi Potong
Widayati, E. dan Widalestari, Y., 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana, Surabaya.
Lampiran 1. Skema proses fermentasi pelepah kelapa sawit
Pelepah kelapa sawit
Dicoper dengan mesin coper
Digiling dengan mesin grinder
Dicampur dengan Aspergillus niger
Difermentasi selama 7 hari
Diangin-anginkan selama 24 jam
Lampiran 2. Skema proses amoniasi pelepah kelapa sawit
Pelepah kelapa sawit
Dicoper dengan mesin coper
Digiling dengan mesin grinder
Dicampur dengan urea
Difermentasi selama 21 hari
Diangin-anginkan selama 24 jam
Lampiran 3. Skema proses kombinasi pelepah kelapa sawit
Pelepah kelapa sawit
Dicoper dengan mesin coper
Digiling dengan mesin grinder
Dicampur dengan Aspergillus niger
Difermentasi selama 7 hari
Diangin-anginkan selama 24 jam
Dicampur dengan urea
Difermentasi selama 21 hari
Diangin-anginkan selama 24 jam
Lampiran 4. Kandungan nutrisi bahan
Kandungan nutrisi bahan PK SK LK TDN
pelepah (fisik) 4.76a 35.59a 4.56a 41.39a
pelepah (biologi) 12.04a 30.24a 4.93a 43.2a
pelepah (amoniasi) 8.02a 30.83a 4.4a 39.93a
pelepah (kombinasi) 12.3a 29.06a 4.38a 42.28a
Tepung jagung 8.6b 2c 3.9b 48.5b
Bungkil inti sawit 15.4a 16.9a 2.4a 81d
Dedak padi 13.8a 11.2a 8.2a 64.3a
Molasses 4a 0.38a 0.08a 81a
Garam 0 0 0 0
Mineral 0 0 0 0
Urea 280a 0 0 0
Sumber: a. Laboratorium ilmu nutrisi pakan ternak, FP USU (2000, 2005, 2013) b. NRC 1985
c. Hartadi et al., (1997)
Lampiran 5. Rataan konsumsi zat makanan domba
P0U1 369,90 89,7 331,63 78,1 259,10 4,39 14,56 11,36 37,67 22,87 75,84 38,39 127,31
P0U2 419,98 89,7 376,52 78,1 294,18 4,39 16,53 11,36 42,77 22,87 86,11 38,39 144,55
P0U3 372,60 89,7 334,05 78,1 260,99 4,39 14,66 11,36 37,95 22,87 76,40 38,39 128,24
P0U4 372,14 89,7 333,63 78,1 260,66 4,39 14,65 11,36 37,90 22,87 76,30 38,39 128,08
P1U1 458,19 84,5 387,11 76,9 297,57 4,46 17,26 15,11 58,49 20,33 78,70 35,61 137,85
P1U2 454,65 84,5 384,12 76,9 295,27 4,46 17,13 15,11 58,04 20,33 78,09 35,61 136,78
P1U3 483,66 84,5 408,62 76,9 314,10 4,46 18,22 15,11 61,74 20,33 83,07 35,61 145,51
P1U4 465,82 84,5 393,55 76,9 302,52 4,46 17,55 15,11 59,47 20,33 80,01 35,61 140,14
P2U1 412,07 83,0 341,83 77,7 265,63 4,31 14,73 12,47 42,63 20,94 71,58 38,79 132,60
P2U2 397,40 83,0 329,66 77,7 256,18 4,31 14,21 12,47 41,11 20,94 69,03 38,79 127,88
P2U3 352,84 83,0 292,69 77,7 227,45 4,31 12,62 12,47 36,50 20,94 61,29 38,79 113,54
P2U4 378,07 83,0 313,63 77,7 243,72 4,31 13,52 12,47 39,11 20,94 65,67 38,79 121,66
P3U1 283,25 82,9 234,94 75,6 177,64 4,32 10,15 15,05 35,36 19,98 46,94 34,66 81,43
P3U2 362,52 82,9 300,69 75,6 227,35 4,32 12,99 15,05 45,25 19,98 60,08 34,66 104,22
P3U3 362,52 82,9 300,69 75,6 227,35 4,32 12,99 15,05 45,25 19,98 60,08 34,66 104,22
Lampiran 6. Rataan pengeluaran feses domba
P0U1 315,13 42,42 133,68 71,24 95,23 28,76 0,67 0,90 14,7 19,65 4,24 5,67 51,63 69,02
P0U2 311,64 40,29 125,57 67,73 85,05 32,27 0,69 0,87 15,22 19,11 4,33 5,44 47,50 59,65
P0U3 329,18 40,22 132,40 77,38 102,45 22,62 0,62 0,82 15,34 20,31 4,4 5,83 57,02 75,50
P0U4 320,91 39,00 125,15 78,67 98,46 21,33 0,59 0,74 14,75 18,46 4,23 5,29 59,10 73,97
P1U1 269,97 44,47 120,04 71,7 86,07 28,3 1,15 1,38 13,62 16,35 5,38 6,46 51,55 61,88
P1U2 306,51 41,55 127,35 78,62 100,12 21,38 1,10 1,40 13,57 17,28 5,82 7,41 58,14 74,04
P1U3 272,45 38,90 105,99 75,55 80,08 24,45 1,20 1,27 13,81 14,64 5,88 6,23 54,67 57,95
P1U4 271,41 42,03 114,08 75,62 86,27 24,38 1,20 1,37 13,79 15,73 5,80 6,62 54,82 62,54
P2U1 288,77 38,85 112,19 74,44 83,51 25,56 0,54 0,61 14,58 16,36 4,49 5,04 54,83 61,51
P2U2 259,36 38,29 99,30 77,97 77,43 22,03 0,72 0,71 14,58 14,48 4,51 4,48 58,16 57,75
P2U3 265,63 37,84 100,51 77,52 77,92 22,48 0,57 0,57 14,64 14,72 4,49 4,51 57,83 58,13
P2U4 249,37 38,56 96,16 77,04 74,08 22,96 0,61 0,59 14,55 13,99 4,44 4,27 57,44 55,23
P3U1 189,19 37,88 71,67 78,06 55,94 21,94 0,60 0,43 13,92 9,98 6,37 4,57 57,15 40,96
P3U2 233,10 43,50 101,40 68,34 69,30 31,66 0,50 0,51 13,63 13,82 6,26 6,35 47,95 48,62
P3U3 245,82 36,38 89,43 75,89 67,87 24,11 0,57 0,51 13,59 12,15 6,26 5,60 55,47 49,61
Lampiran 7. Rataan LK, PK, SK, BETN dapat dicerna dan TDN pada domba (g)
Perlakuan Rataan LK Rataan PK Rataan SK Rataan
BETN
Rataan TDN
(g) (g) (g) (g) (g)
P0U1 13,66 32,00 56,19 58,29 177,23
P0U2 15,66 37,34 67,00 84,90 224,48
P0U3 13,84 32,12 56,09 52,74 172,10
P0U4 13,91 32,61 57,84 54,11 175,85
P1U1 15,88 52,03 62,35 75,97 226,09
P1U2 15,73 50,63 60,81 62,74 209,58
P1U3 16,95 55,51 68,44 87,56 249,65
P1U4 16,18 52,85 64,28 77,60 231,14
P2U1 14,13 37,59 55,22 71,08 195,68
P2U2 13,49 36,63 54,55 70,12 191,67
P2U3 12,04 31,99 46,57 55,41 161,06
P2U4 12,93 34,84 51,68 66,42 182,04
P3U1 9,72 30,79 36,96 40,47 130,10
P3U2 12,48 38,91 46,26 55,60 168,85
P3U3 12,48 39,66 47,92 54,61 170,27
Lampiran 8. Persentase kecernaan LK, PK, SK, BETN dan TDN pada domba (%)
Perlakuan KcLK KcPK KcSK KcBETN TDN
(%) (%) (%) (%) (%)
P0U1 93,85 84,95 74,09 45,79 53,44
P0U2 94,76 87,29 77,81 58,74 59,62
P0U3 94,40 84,65 73,41 41,13 51,52
P0U4 94,96 86,03 75,81 42,25 52,71
P1U1 92,00 88,96 79,22 55,11 58,41
P1U2 91,82 87,23 77,87 45,87 54,56
P1U3 93,02 89,91 82,38 60,18 61,10
P1U4 92,20 88,87 80,34 55,37 58,73
P2U1 95,89 88,18 77,15 53,61 57,24
P2U2 94,97 89,11 79,03 54,84 58,14
P2U3 95,46 87,63 75,99 48,80 55,03
P2U4 95,66 89,08 78,70 54,60 58,04
P3U1 95,76 87,09 78,75 49,70 55,38
P3U2 96,10 85,97 77,00 53,35 56,15
P3U3 96,08 87,63 79,77 52,40 56,63
Lampiran 9. Analisis anova konsumsi lemak kasar (LK) (gr)
Tabel Uji Lanjut BNT
Perlakuan rataan Notasi
P0 15,10 ab
P1 17,54 b
P2 13,77 a
Lampiran 10. Analisis anova kecernaan lemak kasar (KcLK) (%)
Tabel Uji Lanjut BNT
Perlakuan rataan Notasi
P0 94,49 b
P1 92,26 a
P2 95,50 b
Lampiran 11. Analisis anova Kecernaan Serat Kasar (KcSK) (%)
Uji BNT 2,17 1,47091771 1,212814 2,6318063
Tabel Uji Lanjut BNT
Perlakuan rataan Notasi
P0 75,28 a
P1 79,95 b
P2 77,72 ab