KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOHIBRID
SETELAH PENYIKATAN DENGAN PASTA GIGI YANG
MENGANDUNG JENIS BAHAN ABRASIF BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
FAJAR FITRIAH LESTARI NIM: 110600013
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi
Tahun 2015
Fajar Fitriah Lestari
Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Setelah Penyikatan Dengan Pasta Gigi yang Mengandung Jenis Bahan Abrasif Berbeda
xii + 43 halaman
Resin komposit merupakan gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Kekasaran permukaan resin komposit dipengaruhi oleh ukuran filler, polishing dan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi. Salah satu pasta gigi yang sering digunakan pasien adalah pasta gigi pemutih yang mengandung bahan abrasif yang dapat mempengaruhi kekasaran permukaan resin komposit. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung jenis bahan abrasif berbeda. Penelitian ini menggunakan resin komposit nanohibrid (Tetric N Ceram) berbentuk tablet berdiameter 10 mm dengan ketebalan 2mm sebanyak 20 buah untuk masing-masing kelompok A (penyikatan dengan pepsodent whitening) dan kelompok B (penyikatan dengan sensodyne gentle whitening) dengan penyinaran halogen selama 20 detik. Sampel disikat selama 2
-0.0293±0.01702μm dengan nilai p=0.34 (p>0.05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung jenis bahan abrasif berbeda.
KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOHIBRID
SETELAH PENYIKATAN DENGAN PASTA GIGI YANG
MENGANDUNG JENIS BAHAN ABRASIF BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
FAJAR FITRIAH LESTARI NIM: 110600013
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Mei 2015 Pembimbing :
Tanda tangan
1. Lasminda Syafiar,drg., M.Kes
NIP : 19540803 198003 2 001 ...
2. Kholidina Imanda Harahap,drg., MDSc
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 23 Mei 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
2. Rusfian, drg., M. Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tak bosan-bosannya penulis panjatkan karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda M.Ismail dan Ibunda Kusniati yang telah memberikan segala yang dibutuhkan penulis mulai dari semangat dan dorongan hingga kasih sayang yang tiada putus-putusnya. Kepada kedua adik tersayang, Depri Indah Parawansya dan Muhammad Tanzil Al Hafiz penulis juga berterima kasih banyak atas segala semangat dan motivasi yang diberikan. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazaruddin, drg., C. Ort., Ph. D., Sp. Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes dan Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc selaku dosen pembimbing yang tak jemu-jemu meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan.
3. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.
5. Drs. Moch. Agus Zaenuri, yang telah membantu penelitian ini dalam menggunakan alat profilometer di Laboratorium Metallurgy Teknik Mesin Politeknik Medan.
6. Maya Fitria, SKM, M.Kes, yang telah membantu penulis dalam analisis statistik untuk data penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf apabila terdapat kesalahan. Penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat, khususnya di bidang kedokteran gigi.
Medan, 23 Mei 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... v
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit ... 4
2.1.1 Komposisi Resin Komposit ... 4
2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit ... 7
2.1.3 Sifat Resin Komposit ... 11
2.1.3.1 Sifat Fisik Resin Komposit ... 11
2.1.3.2 Sifat Fisik Mekanik Komposit ... 14
2.2 Pasta Gigi ... 15
2.2.1 Kandungan Utama Pasta Gigi ... 15
2.2.2 Kandungan Tambahan Pasta Gigi ... 16
2.3 Kerangka Teori ... 18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 20
3.2 Desain Penelitian ... 20
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
3.3.1 Tempat Penelitian... 20
3.3.2Waktu Penelitian ... 20
3.6 Defenisi Operasional Variabel ... 23
3.7 Alat dan Bahan ... 23
3.8.3 Penyikatan dan Pengujian Sampel. ... 30
3.9 Analisis Data ... 32
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 34
BAB 5 PEMBAHASAN ... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 39
6.2 Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sifat Bahan Restorasi Komposit ... 14
2. Komposisi Bahan Penelitian ... 25
3. Pasta Gigi Pepsodent Whitening ... 26
4. Pasta Gigi Sensodyne Gentle Whitening ... 27
5. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum Dan Sesudah Penyikatan dengan Pepsodent Whitening ... 32
6. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum Dan Sesudah Penyikatan dengan Sensodyne Gentle Whitening ... 33
7. Analisis Statistik Uji t-dependent Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pepsodent Whitening dan Sensodyne Gentle Whitening ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Kimia Bis-GMA, UEDMA dan TEGDMA ... 5
2. Ikatan 3-Methacryloxypropyltrimethoxysilane ... 6
3. Profilometer ... 13
4. Bentuk dan Ukuran Sampel ... 20
5. Master plat ... 23
6. Curing Unit (COXO China) ... 24
7. Profilometer ... 24
8. Sikat Gigi Elektrik (Oral B Vitality) ... 24
9. Timbangan (Acis) ... 25
10.Tetric N Ceram ... 25
11.Pasta gigi Pepsodent Whitening ... 26
12.Pasta Gigi Sensodyne Gentle Whitening ... 27
13.Master Plat ... 28
14.Pengambilan Resin Komposit Nanohibrid ... 28
15.Penyinaran dengan Curing Unit ... 29
16.Skema daerah yang akan diukur ... 29
17.Pengukuran awal sampel dengan menggunakan Profilometer ... 30
18.Penyikatan dengan Pasta gigi Pepsodent Whitening ... 30
19.Penyikatan dengan Pasta gigi Sensodyne Gentle Whitening ... 30
21.Pengukuran akhir dengan menggunakan Profilometer ... 31 22.Grafik hasil pengukuran kekasaran permukaan resin komposit
nanohibrid sebelum dan sesudah penyikatan Pepsodent Whitening dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Penelitian
2. Pengukuran awal Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum Penyikatan
3. Pengukuran awal Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum Penyikatan
4. Hasil pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid 5. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
6. Output Uji t-dependent Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pasta Gigi Pepsodent Whitening
7. Output Uji t-dependent Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pasta Gigi Sensodyne Gentle Whitening
Resin komposit merupakan restorasi sewarna gigi yang berkembang di awal tahun 1960-an oleh
Bowen.1 Resin komposit merupakan gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang lebih baik dari bahan itu sendiri.2 Komponen resin komposit yaitu matriks resin, bahan pengisi (filler), bahan pengikat (coupling agent). Selain itu, beberapa bahan lain yang
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin komposit merupakan restorasi sewarna gigi yang berkembang di awal tahun 1960-an oleh Bowen.1 Resin komposit merupakan gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang lebih baik dari bahan itu sendiri.2 Komponen resin komposit yaitu matriks resin, bahan pengisi (filler), bahan pengikat (coupling agent). Selain itu, beberapa bahan lain yang ditambahkan seperti sistem inisiator atau
aktivator, inhibitor, UV absorber dan bahan pigmen.1
Resin komposit memiliki ukuran bahan pengisi yang bervariasi mulai dari 0,02-12μm sehingga akan mempengaruhi kehalusan dari bahan tersebut terutama sifat mekanis dan fisik resin komposit.6 Pemolesan merupakan langkah penting dalam kedokteran gigi untuk mengurangi kekasaran yang terbentuk akibat instrument dan bahan pengisi komposit. Permukaan bahan restorasi yang dipoles akan meminimalkan akumulasi plak, iritasi gingiva, estetik yang kurang baik, perubahan warna dan akan menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding bahan dengan permukaan kasar.6,7 Lohbauer, dkk (2008) menyatakan bahwa pemolesan resin komposit dapat meningkatkan kekuatan mekanis restorasi dan memperpanjang masa pemakaian restorasi komposit dalam mulut serta meningkatkan estetis dan restorasi.8
setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi.11 Khamverdi, dkk (2010) menemukan bahwa adanya kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi pemutih.12
Adanya bahan abrasif pada pasta gigi dapat mempengaruhi kekasaran permukaan seperti besarnya tekanan saat dilakukan pemolesan, arah partikel pada permukaan bahan abrasif dan lamanya penggunaan bahan abrasif. Pasta gigi yang tidak mengandung bahan abrasif misalnya CaCO3, Ca(PO4)2 dan sebagainya, akan menyebabkan lapisan berwarna coklat pada permukaan gigi. Lapisan ini merupakan senyawa organik yang mudah hilang apabila dibersihkan dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung senyawa pembersih atau abrasif.9 Mondelli, dkk (2005) menyatakan adanya perubahan kekasaran pada bahan restorasi sewarna gigi setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung bahan abrasif.13
Pada penelitian Cong Sum Yin, dkk (2009) melakukan penelitian pada resin komposit nanofilled, microhybrid dan giomer. Dalam penelitian tersebut Chong, dkk membandingkan tiga pasta gigi yaitu Colgate Total, Colgete Advance Whitening, dan Darlie All shiny White, dimana ketiga pasta gigi memiliki bahan abrasif. Mereka
mendapatkan bahwa kekasaran permukaan resin komposit meningkat pada penyikatan dengan pasta gigi Darlie All Shiny White.14 Natalia VDC, dkk (2012) pada penelitiannnya ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada kekasaran permukaan resin komposit setelah disikat dengan pasta gigi pemutih yang mengandung beberapa jenis bahan abrasif diantaranya calcium carbonate, silica, perlite, dan hydrated silica.15
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung jumlah bahan abrasif berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung jenis bahan abrasif berbeda.
1.4 Hipotesis Penelitian
Tidak ada perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung jenis bahan abrasif berbeda.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi dan masyarakat mengenai pengaruh pasta gigi terhadap sifat resin komposit.
2. Sebagai bahan tambahan informasi bagi dokter gigi tentang bahan-bahan pasta gigi yang dapat mempengaruhi kekasaran resin komposit nanohibrid.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Komposit
Resin komposit merupakan gabungan atau kombinasi dari dua bahan atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.1,2 perkembangan bahan komposit kedokteran gigi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an, ketika bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan system epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bisphenol a Glycidyl methacrylate atau Bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin komposit gigi.1 Sejak tahun 1970-an penggunaan resin komposit untuk merestorasi gigi posterior mulai dikembangkan, sehingga resin komposit termaksud bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetis dari gigi.2
2.1.1 Komposisi Resin Komposit 2.1.1.1 Matriks Resin
Bis-GMA, urethane dimetacrylate (UEDMA), dan triethylene glycol dimetacrylate (TEGDMA) adalah golongan dimetakrilat yang umumnya digunakan
(Gambar 1). BIS-GMA merupakan derivat hasil reaksi antara bisphenol-A dan glicydiylmetacrylate. Bis-GMA dan urethane dimetacrylate merupakan jenis
monomer berviskositas tinggi karena memiliki berat molekul yang besar yang berfungsi untuk mengurangi pengerutan saat berpolimerisasi. Selain itu terdapat juga monomer berviskositas rendah yang berfungsi sebagai pengontrol viskositas untuk mengatasi kekakuan bahan komposit seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene
Gambar 1. Struktur kimia Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA.1
2.1.1.2 Partikel Filler atau Bahan Pengisi
Komposit sering digolongkan berdasarkan ukuran rata-rata komponen pengisi bahan utama. Selain jumlah volume bahan pengisi, penyebaran ukuran, dan indeks refraksi, radioopasitas dan kekerasan adalah faktor yang juga penting dalam menentukan sifat dan aplikasi klinis dari resin komposit.1
2.1.1.3 Bahan Pengikat (Coupling Agent)
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks.5 Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan lingkungan yang hidophobik untuk meminimalkan penyerapan air resin komposit, serta interfasial yang dihasilkan dapat menyediakan media untuk distribusi tegangan antar partikel-partikel yang berdekatan dan matriks polimer.1,5
Bahan pengikat atau coupling yang paling sering digunakan adalah silene seperti 3- metacryloxypropyltrimethoxysilane (MPTS) (Gambar 2). Selain itu, zirconates dan titanates juga sering digunakan. Peran coupling yang tepat dengan
bantuan organosilan sangat penting terhadap penampilan klinis dari resin komposit.1,3
O OCH
Gambar 2. Ikatan kimia 3-metacryloxypropyltrimethoxysilane.4
2.1.1.4 Inisiator dan Akselerator
Resin komposit dipolimerisasi oleh reaksi kimia dan sinar. Sinar diaktivasi dengan sinar biru dengan panjang gelombang 400-500nm dengan puncak gelombang 465nm yang diserap biasanya oleh foto-sensitizer berupa camphorquinon. Camphorquinon ditambahkan ke campuran monomer selama proses manufaktur
Komposit metakrilat, radikal bebas yang dihasilkan setelah aktifasi. Reaksi ini dipercepat oleh adanya organik amin yang memiliki ikatan karbon ganda. Amin dan champorquinon didalam oligomer stabil pada suhu kamar, selama belum terpapar
oleh sinar yang dapat mengaktifkan polimerisasi.3
2.1.1.5 Inhibitor
Monomer dimethacrylate dapat berpolimerisasi secara spontan ketika
disimpan oleh karena itu ditambahkan inhibitor atau bahan penghambat pada system resin. Bila semua bahan penghambat telah dipakai, perpanjangan rantai akan terjadi. Bahan penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene (BHT) dengan konsentrasi 0,01% berat.1
2.1.1.6 UV absorber
UV absorber ditambahkan pada komposisi resin komposit untuk meminimalkan dan meningkatkan stabilitas warna yang diakibatkan oleh oksidasi dengan menyerap radiasi elektromagnetik yang dapat menyebabkan perubahan warna pada resin komposit.1,3
2.1.1.7 Bahan Pigmen
Inorganik oksida yang biasanya ditambahkan dalam jumlah kecil untuk memberikan warna yang cocok dengan warna gigi pada umumnya. Pigmen yang paling umum digunakan adalah pigmen besi.3
2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit
2.1.2.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel 2.1.2.1.1 Resin Komposit Tradisional (macrofiller)
Resin komposit macrofiller merupakan resin yang berkembang di tahun 1970-an. Resin komposit macrofiller memiliki ukuran partikel filler 20-30μm. Ukuran rata-rata partikel fillernya adalah 8-12μm dengan ukuran 50μm mungkin juga ada. Jumlah filler di dalam resin komposit berkisar 70-80% berdasarkan berat dan 60-65% berdasarkan volume. Filler yang banyak digunakan pada untuk bahan komposit ini adalah butiran quartz.1,3,16
2.1.2.1.2 Resin Komposit Microfiller
Resin komposit microfiller memiliki filler berupa silica koloidal, dengan ukuran partikel dari 0,02-0,04μm. Partikel filler dalam resin komposit sebanyak 50% berdasarkan berat 50% berdasarkan volume. Microfiller resin komposit dikembangkan dengan material yang memiliki kemampuan polish dan estetis yang baik.2,4,16
2.1.2.1.3 Resin Komposit Hibrid
Resin komposit hibrid ada dua macam partikel filler yang berbeda yaitu silica
koloidal sebesar 10-20% ukuran berat dan partikel kaca berukuran 0,6-1,0 μm sebesar
75-80% ukuran berat. Sifat fisik dan mekanis komposit ini terletak diantara komposit konvensional dan komposit mikrofiller. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambalan gigi anterior.1,5
2.1.2.1.4 Resin Komposit Mikrohibrid
2.1.2.1.5 Resin Komposit Nanofiller
Nanofiller resin komposit memiliki muatan filler yang tinggi untuk memperoleh kekuatan dan ketahanan seperti komposit mikrohibrid, memiliki estetis yang baik serta kekuatan dan ketahanan permukaan yang hampir sama dengan komposit microfiller. Komposit nanofiller mengandung partikel filler yang berukuran 0,02-0,1 μm.17
2.1.2.1.6 Resin Komposit Nanohibrid
Nanohibrid resin komposit merupakan salah satu jenis hibrid resin komposit yang mengandung partikel filler yang berukuran 0,005-0,01 μm pada matriks resinnya. Nanohibrid resin komposit dapat dikategorikan sebagai resin komposit universal pertama dimana kemampuan penanganannya dan kemampuan poles didapat dari microfiller komposit, serta kekuatan dan ketahanan pemakaian dari komposit makrohibrid, sehingga nanohibrid resin komposit dapat digunakan sebagai restorasi pada gigi anterior dan sekaligus dapat dipakai sebagai restorasi gigi posterior.18
2.1.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Polimerisasi 2.1.2.2.1 Resin Komposit Diaktivasi Secara Kimia
Resin komposit ini dibuat dalam dua bentuk pasta yaitu base dan catalyst. Salah satu pasta mengandung inisiator benzoyl peroksida (BP) dan yang lainnya mengandung aktivator tertiary amine (N,N- dimethyl-p-toluidin). Jika kedua pasta dicampur amine akan bereaksi dengan benzoyl peroksida dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai.1
2.1.2.2.2 Resin Komposit Diaktivasi Dengan Sinar
molekul-molekul foto-inisiator atau aktivator amin terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen ini tidak akan bereaksi.1,5
Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphorquinone, dimana memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini sebesar 0,2% berat atau kurang. Ada juga akselerator amin yang cocok bereaksi dengan champorquinon seperti
dimethylaminoethyl methacrylate (DMAEMA) sebesar 0,15% berat.1
2.1.2.2.3 Resin Komposit Dual-Cure
Resin komposit dual-cure terdiri dari dua pasta yang mengandung akselerator dan aktivator sinar. Ketika kedua pasta dicampur dan ditempatkan, lalu disinar dengan light cure unit sebagai reaksi pengerasan awal kemudian secara kimia akan melanjutkan reaksi pengerasan pada bagian yang tidak terkena sinar sehingga pengerasan komplit.5
2.1.2.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas 2.1.2.3.1 Resin Komposit Packable
Resin komposit packable memiliki viskositas yang tinggi. Resin ini mengandung filler 66-70% volume. Komposisi filler yang besar dapat mengurangi pengerutan dalam proses polimerisasi. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan viskositas resin komposit sehingga sulit mengisi celah kavitas yang kecil.3
2.1.2.3.2 Resin Komposit Flowable
2.1.3 Sifat-Sifat Resin Komposit
Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi lainnya, resin komposit juga memiliki sifat-sifat. Beberapa sifat fisik dan mekanik merupakan sifat resin komposit yang sangat penting untuk diketahui, antara lain sebagai berikut:
2.1.3.1 Sifat Fisik Resin Kompoit a. Polymerization Shrinkage
Pengukuran shrinkage menghasilkan perkembangan tekanan sebesar 13 MPa antara komposit dan struktur gigi. Stress yang parah dapat mempengaruhi ikatan antara komposit dan gigi yang mengarah pada terbentuknya celah yang sangat kecil dimana dapat menyebabkan saliva dan mikroorganisme masuk dan dapat menyebabkan karies rekuren dan noda tipis. Nilai shrinkage tergantung pada metode yang digunakan. Pengukuran polymerization shrinkage pada komposit universal shrinkage diukur dengan variasi pycnometer dari 0,9%-1,8%, sedangkan
low-shrinkage flowable dari 2,4%-2,5%.3
b. Sifat Termal
Koefisien termal ekspansi untuk resin komposit yaitu 92,8x10-6/oC. Stress termal memberikan tekanan tambahan pada struktur gigi, walaupun keseluruhan
restorasi tidak akan mencapai keseimbangan termal saat mendapatkan stimulus panas atau dingin, proses yang berulang-ulang akan menyebabkan kegagalan awal bonding dan material akan fatigue. Namun komposit tidak memberikan reaksi pada stimulus termal secepat gigi asli dan hal ini tidak menjadi masalah pada klinis.2,3
c. Penyerapan Air
d. Kelarutan
Kelarutan air resin komposit bervariasi antara 0,25-2,5 mg/mm3, intensitas cahaya dan durasi yang tidak memadai mengakibatkan tidak memadainya polimerisasi terutama pada partikel terdalam dari permukaan. Silikon merupakan ion yang terbanyak keluar selama 30 hari pertama perendaman dan akan berkurang seiring bertambahnya waktu perendaman. Boron, barium dan strontium juga dapat keluar dari resin komposit yang direndam di dalam air.3
e. Kestabilan Warna
Stabilitas warna sangat penting pada kualitas estetik restorasi resin komposit. Stress atau retak pada polimer matriks dan sebagian bahan pengisi resin adalah hasil dari hidrolisis yang cenderung akan meningkatkan opasitas dan mengubah penampilan. Perubahan warna dapat terjadi karena oksidasi dan hasil dari pertukaran dalam matriks polimer dan interaksinya dengan bahan polimer dan inisiator atau akselerator.3,4
Stabilitas warna resin komposit saat ini telah diteliti dengan paparan UV dan suhu yang tinggi 70oC dan perendaman dalam berbagai noda seperti kopi, teh,
cranberry, anggur merah dan minyak wijen.3
f. Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan merupakan ukuran dari tekstur permukaan yang tidak teratur. kekasaran permukaan dipengaruhi oleh ukuran filler, finishing, polishing dan pemakaian. Ukuran filler yang bervariasi yaitu mulai dari 0,02-12 mikron, sehingga akan mempengaruhi kekasaran dari bahan tersebut terutama sifat fisik dan mekanik resin komposit. Semakin besar ukuran filler maka akan semakin kasar permukaaan resin komposit, dan begitu juga sebaliknya bila ukuran filler kecil maka permukaan resin komposit akan lebih halus.5,6
Proses perubahan kekasaran resin komposit karena pemakaian bisa terjadi karena proses mastikasi, makanan, minuman dan alat atau bahan pembersih. Makanan dan minuman yang bersifat asam (buah, citrus drink, dan soft drink) biasanya cenderung membuat resin komposit menjadi lebih kasar. Bahan abrasif yang ada dalam pasta gigi yang dipakai dalam waktu yang lama dapat juga menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan bahan restorasi.11
Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidak teraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (μm). Kekasaran permukaan dihitung sebagai devisi rata-rata aritmatika dari dasar permukaan kepuncak permukaan tertentu. Kekasaran permukaan diukur dengan metode tanpa sentuhan bisa menggunakan alat Atomic Force Microscope (AFM) sedangkan metode sentuhan dilakukan dengan menggunakan alat profilometer (gambar 3).14,19
Gambar 3. Profilometer.20
Pengukuran kekasaran permukaan (Ra) diukur dengan menggunakan surface profilometer. Profilometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur suatu
Profilometer memiliki diamond stylus, tip radius, tip angle dan memiliki kecepatan serta gaya. Kemudian dibaca dengan rekaman surfecordex. Setiap sampel ditempatkan dalam alat clamp (capitan) dan stilus, lalu diletakkan dipermukaan sampel dan alat dijalankan 2 mm, pada bagian pertama permukaan sampel dalam μm lalu diukur lagi pada bagian permukaan lain misalnya pada putaran 450 dan 900 atau pada bagian lain yang sudah ditandai. Nilai rata-rata yang direkam dari rata-rata ketiga bagian permukaan itulah yang diambil sebagai nilai kekasaran permukaan dilakukan sebelum dan sesudah penyikatan gigi.14
2.1.3.2 Sifat Mekanik Resin Komposit a. Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadinya kerusakan. Kekuatan terdiri dari kekuatan kompresi (compressive strength), kekuatan tarik (tensile strength) dan modulus elastik. Setiap resin komposit memiliki kekuatan yang berbeda-beda yang dapat dilihat dari tabel berikut ini :1
Tabel 1: sifat bahan resin komposit1
b. Kekerasan Permukaan
Kekerasan resin komposit mulai dari 22-80kg/mm.2,4 Kekerasan permukaan dental material bisa menjadi alat untuk mengetahui teknik dan hasil nilai kekerasan bisa digunakan untuk membandingkan komposit yang berbeda. Kekasaran menjadi indikator terbaik dari ketahanan pemakaian resin komposit.4
Sifat Kekuatan kompresi (MPa) 250-300 250-350 300-350
Kekuatan tarik (MPa) 50-65 30-50 70-90
2.2 Pasta Gigi (Dentifrices)
Menurut Webster, istilah dentifrices berasal dari dens (gigi) dan fricare (menggosok), secara sederhana dentifrices diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi atau secara singkat disebut pasta gigi. Pasta gigi biasanya berbentuk pasta dan ada juga dalam bentuk tepung, gel atau cairan yang beredar dipasaran untuk kebutuhan kosmetik atau terapeutik.10,22
Pasta gigi dibuat dengan tujuan untuk membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman menjaga kesehatan gigi dan gusi, serta menghambat pertumbuhan kuman-kuman dan memberi rasa segar.9
2.2.1 Kandungan Utama Pasta Gigi
Kandungan utama yang terdapat dalam pasta gigi yaitu: a. Bahan Abrasif (20-40%)
Bahan abrasif pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stein dan plak. Bentuk dan jumlahnya dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Bahan abrasif antara lain hydrated silica, silica, aluminium oxide, calcium carbonat, dikalsium fosfat,
sodium bicarbonate dan perlite banyak digunakan dalam pasta gigi
pemutih.9,10,12,22,23 Silica dan hydrated silica merupakan bahan abrasif yang berfungsi dapat mencegah pembentukan noda dan menghilangkan noda pada permukaan gigi.12 sodium bikarbonat juga dapat mengubah virulensi bakteri yang menyebabkan kerusakan gigi dan dapat mencegah karies dengan mengurangi kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi enamel.23
Di klaim bahwa pasta gigi yang mengandung konsentrasi sodium bikarbonat lebih efektif dalam menghilangkan noda entrinsik gigi dari pada mereka yang tidak mengandung sodium bikarbonat.23
merupakan bahan abrasif yang sering digunakan pada pasta gigi yang berfungsi menghilangkan noda pada permukaan gigi.9,10,23
Collins dkk, (2005) dalam penelitiannya adanya hasil yang signifikan hilangnya noda pada gigi selama dua minggu dengan pasta gigi yang mengandung calcium karbonat dan perlite.23
b. Air ( 20-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.10
c. Humectants atau bahan pelembab (20-40%)
Humectants adalah menjaga kelembaban dan memberikan tekstur pada pasta gigi. Bahan humectan yang sering digunakan adalah glycerin.22
2.2.2 Kandungan Tambahan Pasta Gigi Kandungan tambahan dalam pasta gigi yaitu10: a. Deterjent atau Surfactan (1-2%)
Bahan detergen yang banyak digunakan adalah sodium lauril sulfat (SLS) karena stabil dan mempunyai sifat anti bakteri dan tegangan permukaan yang rendah sehingga memudahkan pasta gigi mengalir membasahi gigi.
b. Bahan penambah rasa (2%)
Bahan penambah rasa yang baru dikembangkan adalah xylitol karena bersifat antikariogenik dan juga antikaries sehingga memungkinkan terjadinya remineralisasi bila digunakan pada karies dini.
c. Bahan Terapeutik (5%)
Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah fluoride, bahan desentisasi, bahan anti tar-tar, bahan anti mikroba, bahan pemutih dan bahan pengawet.
Manfaat masing-masing bahan terapeutik yaitu:
1. Flouride
fluoride yang terdapat pada pasta gigi adalah stannous fluoride, sodium fluoride dan sodium monoflorofosfat.22
2. Bahan Desentisasi
Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensitif dentin. Bahan ini yang paling sering digunakan pada pasta gigi adalah potassium citrate yang dapat memblok transmisi nyeri diantara sel saraf dan
stronsium chloride yang menghambat tubulus dentin.22
3. Bahan anti tar-tar
Bahan anti tar-tar digunakan untuk dapat menghilangkan tar dan juga mempermudah sirkulasi darah dalam gusi.10
4. Bahan anti mikroba
Bahan anti mikroba digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri misalnya zinc citrate, zinc phosphate.22
5. Bahan Pemutih
Pasta gigi ini disebut juga whitening. Biasanya pasta gigi pemutih mengandung peroksida dan karbamid peroksida. Contohnya Colgate dan Sensodye Gentle Whitening. Pasta gigi pemutih masih diperdebatkan penggunaannya dirumah,
karena sebaiknya tidak berharap banyak pada pasta gigi pemutih karena pemutihan gigi yang sebenarnya dapat dilakukan dokter gigi.10,22
6. Bahan pengawet
2.5 Kerangka Konsep
Calcium carbonat Hydrated silica
perlite Resin komposit
nanohibrid
Kekasaran permukaan
Efek abrasif Sifat Fisik
Silica Hydrated silica Sodium bicarbonat Pasta Gigi
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah Pre-test Post-test and comparative Group Design.
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian
a. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU b. Laboratorium Mesin Politeknik USU
3.3.2 Waktu Penelitian Februari 2015 – April 2015
3.4 Sampel Dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel
Resin komposit nanohibrid dibuat berbentuk tablet berdiameter 10 mm dan ketebalan 2 mm.12,15
gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel
Dengan kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 10 mm
Kriteria Inklusi
1. Sampel resin komposit nanohibrid memiliki permukaan yang halus dan rata.
2. Permukaan sampel berbentuk bulat sempurna. 3. Tidak poreus.
Kriteria Ekslusi 1. Sampel poreus.
2. Sampel terkontaminasi bahan lain atau debris. 3. Sampel tidak sesuai ukuran.
3.4.2 Besar Sampel
Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus frederer sebagai berikut:24
Keterangan:
t: jumlah perlakuan
r: jumlah sampel tiap kelompok
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok perlakuan. Kelompok A (penyikatan dengan pasta gigi dengan bahan abrasif calcium carbonat, hydrated silica, perlite) dan kelompok B (penyikatan dengan pasta gigi dengan bahan abrasif
hydrated silica, sodium bicarbonate, silica), maka t=2 dan jumlah sampel (r) tiap
kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:
(2-1) (r-1) ≥ 15 1 (r-1) ≥ 15
r ≥ 15+1 r ≥ 16
Sampel minimum dalam penelitian ini masing-masing kelompok adalah 16 sampel. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 sampel
untuk masing-masing kelompok. Jadi, jumlah total keseluruhan sampel yang digunakan adalah 40 sampel.
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Jenis pasta gigi yang mengandung bahan abrasif yang berbeda.
3.5.2 Variabel Terikat
Kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid
3.5.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran sampel resin komposit 2. Jenis sinar
3. Jarak penyinaran 4. Arah sinar 5. Lama penyinaran
6.Bulu sikat yang digunakan 7. Gerakan/arah penyikatan
8.Letak bulu sikat tepat diatas sampel dan menyentuh permukaan sampel 8.Lama penyikatan
9.Berat pasta gigi yang digunakan
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu ruangan
2. Kelembapan
1. Resin komposit nanohibrid adalah salah satu jenis hibrid resin komposit yang mengandung filler yang berukuran nano (0,005-0,01 μm) pada matriks resinnya.
2. Kekasaran permukaan adalah ukuran dari tekstur permukaan yang tidak teratur dari resin komposit nanohibrid, yang diukur menggunakan alat profilometer dengan satuan mikrometer (μm).
3. Lama penyikatan adalah waktu yang diperlukan untuk menyikat sampel dengan menggunakan pasta gigi yang berbeda yaitu 2 menit.
4. Jenis pasta gigi merupakan pasta gigi whitening yang memiliki kandungan jenis bahan abrasif berbeda yaitu pasta gigi yang mengandung Calcium carbonate, hydrated silica, perlite dan pasta gigi yang mengandung Hydrated silica, silica,
sodium bicarbonate.
3.7 Alat Dan Bahan 3.7.1Alat
1. Master plat dengan mould berbentuk lingkaran berukuran diameter 10 mm
dan ketebalan 2 mm
Gambar 5. Master plat 2. Object glass
3. Cellophan strip
4. Glass Slab
6. Curing unit dengan halogen (COXO China®)
Gambar 6. Curing Unit 7. Kertas pasir
8. Wadah plastik tempat penyimpanan sampel 9. Spidol
10.Pinset
11.Profilometer (MITUTOYO JAPAN® SJ-201)
Gambar 7. Profilometer
12.Sikat gigi elektrik (Oral B Vitality)
13.Timbangan (Acis)
Gambar 9. Timbangan digital 14.Tisu
3.7.2 Bahan
1. Resin Komposit Nanohibrid
Gambar 10. Tetric N Ceram Tabel 2. Komposisi bahan penelitian
Bahan Komposisi Produksi
Resin komposit nanohibrid (Tetric N Ceram)
-Dimethacrylate (19-20 wt.%)
-Barium Glass
-Ytterbium triflouride -Mixed oxide
-Copolymer (80-81wt.%)
-Inorganic Filler is 55-57 vol.%
Ivoclar Vivadent
2. Pasta Gigi
1. Pasta gigi Pepsodent Whitening
Gambar 11. Pepsodent Whitening
Tabel 3. Komposisi Pasta Gigi Pepsodent Whitening
Bahan Komposisi Produksi
Pepsodent Whitening -Calcium Carbonat (bahan abrasif)
- Sorbitol
- Water
- Hydrated Silica (bahan abrasif)
- Sodium lauryl sulfate
- Flavor
- Perlite (bahan abrasif)
2. Pasta Gigi Sensodyne Gentle Whitening
Gambar 12. Sensodyne Gentle Whitening
Tabel 4. Komposisi pasta gigi Sensodyne Gentle Whitening
Bahan Komposisi Produksi
Sensodyne Gentle
Whitening
- Aqua
- Hydrated Silica (bahan abrasif)
- Cocamidopropropyl Betaine
- Sodium Bicarbonate (bahan abrasif)
- Silica (bahan abrasif)
- Ammonium Glycyrrhizate
3. Aquadest sebagai pembersih bulu sikat
3.9 Prosedur Penelitian 3.8.1 Pembuatan Master plat
Master plat dari besi berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 10 mm dan
tebal 2 mm.12 Di buat di Laboratorium Mesin Politeknik USU Medan dengan jumlah mould 5 buah.
Gambar 13. Master plat 3.9.2 Pembuatan Sampel
1. Sampel yang akan dibuat sebanyak 40 buah kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, 20 sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan.
2. Master plat berbentuk mould dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm
diletakkan diatas object glass yang sudah dialasi cellophan strip tersebut.
3. Resin komposit nanohibrid diambil dengan instrument plastis lalu dimasukkan ke dalam mould pada master plat. Kemudian object glass yang sudah dialasi cellophan strip diletakkan diatas resin dan kemudian ditekan secara perlahan dengan menggunakan beban besi seberat 450g selama 10 detik.
Gambar 14 . Pengambilan resin komposit nanohibrid
4. Mould dan kedua object glass pada atas dan bawah mould dirapatkan.
Gambar 15. Penyinaran dengan Curing Unit 6. Sampel dikeluarkan dari mould
7. Sudut permukaan sampel dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dimulai dari ukuran tertinggi hingga terendah.
8. Kemudian sampel disimpan selama 24 jam dalam wadah kedap sinar.
9. Sampel dari masing-masing kelompok kemudian ditandai dengan spidol pada bagian bawah permukaan sampel dengan diberi tanda A (kelompok yang disikat dengan pasta gigi Pepsodent Whitening) dan tanda B (kelompok yang disikat dengan pasta gigi Sensodye Gentle Whitening).
10. Sampel diberi tanda dengan spidol pada tiga daerah yang akan diukur.
Gambar 16. Skema daerah yang akan diukur
11.Sebelum dilakukan pengukuran awal, profilometer dikalibrasi menggunakan precision reference specimen, nilai plat standard harus sama dengan nilai yang dikeluarkan pada surfecordex.
12.Kemudian sampel dari tiap kelompok diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan pada alat profilometer untuk dilakukan pengukuran awal pada tiga daerah yang telah ditentukan.
Tanda pada sampel Sampel
Gambar 17. Pengukuran awal sampel menggunakan Profilometer 3.9.3 Penyikatan Dan Pengujian Sampel
1. Kelompok A disikat dengan menggunakan pasta gigi Pepsodent Pepsodent Whitening dengan kandungan bahan abrasif (calcium carbonate,perlite dan hydrated
silica)) seberat 0,35g diletakkan diatas sampel kemudian dilakukan penyikatan
selama 2 menit.
Gambar 18. Penyikatan dengan Pepsodent Whitening
2. Kelompok B disikat dengan menggunakan pasta gigi Sensodye Gentle Whitening (hydrated silica, silica, sodium bicarbonate) seberat 0,35g diletakkan
diatas sampel kemudian dilakukan penyikatan selama 2 menit.
Gambar 19. Penyikatan dengan Sensodyne Gentle Whitening
3. Sampel yang telah disikat, kemudian dibersihkan dengan menggunakan spuit (10ml) yang berisi air, setelah itu dikeringkan dengan tisu.
4. Setelah kering, sampel diuji kekasaran permukaannya pada tiga daerah yang telah diberi tanda dengan stylus profilometer dan kemudian hasil pengukuran ketiga titik tersebut dicatat dan dihitung rata-ratanya dengan satuan (μm) sebagai data hasil penelitian.
Gambar 21. Pengukuran akhir sampel menggunakan Profilometer
3.10 Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil rerata perhitungan kekasaran permukaan resin pada kelompok A yaitu, sebelum penyikatan 0.126±0.015μm dan sesudah penyikatan 0.094±0.018μm. Pada hasil pengukuran kelompok A mengalami penurunan kekasaran permukaan. Seperti yang tercantum pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum Dan Sesudah Penyikatan dengan Pepsodent Whitening.
No Sampel
Hasil rerata perhitungan kekasaran permukaan resin pada kelompok B yaitu, sebelum penyikatan 0.119±0.016μm dan sesudah penyikatan 0.089±0.019μm. Pada hasil pengukuran kelompok A mengalami penurunan kekasaran permukaan. Seperti yang tercantum pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum Dan Sesudah Penyikatan dengan Sensodyne
Gentle Whitening.
Untuk mempermudah dalam melihat perbandingan nilai rata-rata hasil pengukuran kekasaran permukaan pada kedua kelompok perlakuan maka dapat digambarkan dalam grafik batang (gambar 22 dan 23). Kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid sebelum perlakuan digambarkan dengan batang berwarna biru sedangkan pada kelompok sesudah perlakuan digambarkan dengan grafik batang berwarna merah. Pada kelompok pasta gigi Pepsodent Whitening nilai rata-rata hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum penyikatan lebih tinggi dibanding dengan sesudah penyikatan, hal tersebut juga terjadi pada kelompok pasta gigi Sensodyne Gentle Whitening nilai rata-rata hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum
penyikatan lebih tinggi daripada setelah penyikatan sehingga didapatkan penurunan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid pada masing-masing kelompok yang mengakibatkan semakin halusnya permukaan resin komposit nanohibrid.
Gambar 22. Grafik hasil pengukuran kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid sebelum dan sesudah penyikatan Pepsodent Whitening dan Sensodyne
Gambar 23. Grafik nilai rerata selisih kekasaran permukaan kelompok A dan kelompok B.
Keterangan:
*Tanda negatif (-) menunjukkan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid mengalami penurunan setelah dilakukan penyikatan pada kelompok A dan Kelompom B yang berdampak semakin halus permukaan resin komposit nanohibrid.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan analisa statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal pada kelompok A sebelum nilai p=0.14 (p≥0.05) sesudah nilai p=0.05 (p≥0.05) dan kelompok B sebelum nilai p=0.50 (p≥0.05) sesudah nilai p=0.54 (p≥0.05). Kemudian dilanjutkan dengan uji t-dependent untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid sebelum dan sesudah penyikatan pada tiap kelompok. Didapatkan hasil nilai rerata±standard deviasi kelompok A sebelum penyikatan 0.126±0.015μm dan sesudah penyikatan 0.094±0.018μm diperoleh nilai p=0.00 (p≤0,05) menunjukkan hipotesis penelitian ditolak berarti ada perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan pada kelompok A. Pada kelompok B didapatkan hasil nilai rerata±standard deviasi
sebelum penyikatan 0.119±0.016μm dan sesudah penyikatan 0.089±0.019μm diperoleh nilai p=0.00 (p≤0,05) menunjukkan hipotesis penelitian ditolak berarti ada perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid setelah penyikatan pada kelompok B. Hasil uji statistik selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Analisis Statistik Uji t-Dependent Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanohibrid Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan
Pepsodent Whitening dan Sensodyne Gentle Whitening
Dari hasil analisis uji t-independent didapatkan hasil nilai rerata±standar deviasi kelompok A (-0.0348±0.01861)μm serta kelompok B (-0.0293±0.01702)μm dengan nilai p=0.34 (p≥0,05) menunjukka hipotesis penelitian ditolak berarti tidak ada perbedaan yang bermakna kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid antara penyikatan pada kelompok A (pasta gigi Pepsodent Whitening) dengan kelompok B (Sensodyne Gentle Whitening). Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 8.
Tabel 8. Analisis Statistik Uji t-Independent Kekasaran Permukaan Resin Komposit nanohibrid Sesudah Penyikatan dengan Pepsodent
Whitening dan Sensodyne Gentle Whitening
BAB V
0.12680±0.015081 0.09405±0.018013 0.0001
Pasta Gigi Sensodyne
Gentle Whitening
0.11910±0.016206 0.08985±0.019690 0.0001
Rerata Perbedaan Kekasaran
PEMBAHASAN
Dari hasil uji t-dependent didapatkan nilai rerata dan standard deviasi kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid sebelum penyikatan pada kelompok A (penyikatan dengan Pepsodent Whitening) adalah 0.126±0.015μm dan sesudah penyikatan 0.094±0.018μm diperoleh nilai p=0.00 (p<0.05). Dengan kesimpulan Ho diterima, berarti ada perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna sebelum dan sesudah penyikatan pada kelompok A selama 2 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan kekasaran permukaan permukaan resin komposit nanohibrid antara sebelum dan sesudah pada kelompok A. Begitu juga penyikatan pada kelompok B (penyikatan dengan Sensodyne Gentle Whitening) diperoleh hasil perhitungan uji t-dependent dengan nilai rerata dan standard deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan 0.119±0.016μm dan sesudah penyikatan 0.089±0.019μm diperoleh nilai p=0.00 (p<0.05). Dengan kesimpulan Ho diterima, berarti ada perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna sebelum dan sesudah penyikatan pada kelompok B selama 2 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan kekasaran permukaan permukaan resin komposit nanohibrid antara sebelum dan sesudah pada kelompok B.
Pasta gigi yang digunakan pada penelitian ini adalah pasta gigi pemutih yang berbeda dan jenis bahan abrasif berbeda yaitu Pasta gigi Pepsodent Whitening dengan kandungan bahan abrasif (calcium carbonate, perlite (0,7%) dan hydrated silica) dan pasta gigi Sensodye Gentle Whitening dengan kandungan bahan abrasif (hydrated silica, silica dan sodium bicarbonate).
terutama pada Darlie All shiny White. Mereka juga menyimpulkan semakin banyak komposisi abrasif dari suatu pasta gigi maka kekasaran permukaan resin komposit juga akan meningkat14. Begitu juga penelitian Natalia VDC, dkk (2012) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan kekasaran permukaan resin komposit mikrohibrid setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi Close-Up Extra Whitening, Colgate Ultra White, Colgate Total 12 Whtening dan Sorriso disikat
selama 3 menit15.
Perubahan kekasaran permukaan resin komposit mungkin disebabkan karena adanya komposisi bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi Pepsodent Whitening dan Sensodye Gentle Whitening yaitu calcium carbonate, perlite, hydrated silica dan sodium bicarbonate dimana kandungan bahan abrasif pada masing-masing pasta gigi
tersebut memiliki sifat polishing yakni untuk menggosok permukaan gigi sehingga menjadi lebih bersih, bersinar dan membuat permukaan resin komposit semakin halus23. Selain itu, faktor lainnya yang harus diperhatikan adalah dari bentuk, arah dan ukuran partikel dari bahan abrasif yang ada dalam pasta gigi. Faktor lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan bahan abrasif adalah durasi aplikasi bahan abrasif terhadap bahan restorasi resin komposit. Semakin banyak bahan pengisi resin komposit akibat penggunakaan bahan abrasif akan menghasilkan permukaan yang halus dan mengkilat.6
Dari hasil perhitungan uji t-independent didapatkan nilai rerata dan standard deviasi kelompok A (penyikatan dengan pasta gigi Pepsodent Whitening) adalah -0.094±0.018μm dan kelompok B (penyikatan dengan pasta gigi Sensodye Gentle
Whitening) adalah -0.089±0.019μm diperoleh nilai p=0.340 (p<0.05). Dengan
Hasil penelitian menunjukkan nilai kekasaran permukaan resin komposit nanohibrid sebelum dan sesudah penyikatan. dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rerata kekasaran permukaan sampel pada tiap kelompok sebelum penyikatan adalah ≤0,2μm atau kurang. Menurut Bollen, dkk (1997) kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2μm atau kurang.25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
4.2 Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang terlihat jelas sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi Pepsodent Whitening dengan kandungan bahan abrasif (calcium carbonate,hydrated silica dan silica) dan pasta gigi Sensodye Gentle Whitening dengan kandungan bahan abrasif hydrated silica, silica dan
sodium bicarbonate), dimana terjadi penurunan kekasaran permukaan resin
komposit nanohibrid setelah dilakukan penyikatan selama 2 menit.
2. Sesudah penyikatan antara pasta gigi Pepsodent Whitening dengan kandungan bahan abrasif (calcium carbonate,hydrated silica dan silica) dan pasta gigi Sensodye Gentle Whitening dengan kandungan bahan abrasif (hydrated silica, silica dan sodium bicarbonate) terlihat adanya perbedaan kekasaran permukaan
resin komposit nanohibrid, dimana hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisa statistik dengan uji t-independent menunjukkan hipotesis penelitian ditolak itu artinya ada perbedaan yang bermakna diantara kedua pasta gigi tersebut.
4.3 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih besar agar didapat tingkat validitas yang tinggi, sehingga perubahan sifat kekasaran permukaan resin komposit yang disikat terlihat jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice KJ. Philips science of dental materials. 12th ed. Missouri: Elsevier, 2013: 275-91.
2. Manappallil JJ. Basic dental material. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, 2003: 142-73.
3. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s restorative dental materials. 12th ed. St. Louis: Mosby Elsevier, 2006: 162-82.
4. Van Noort R. Introduction to dental material. 3rd ed. Sydney: Mosby, 2007: 99-126.
5. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental material: clinical applications for dental assistans and dental hygienists. 2nd ed. Missouri: Saunders, 2011; 51-60.
6. Ningsih DS, Indrani DJ. Aplikasi bahan abrasif terhadap kekasaran permukaan resin komposit. Dentika Dental Journal 2010; 15(1): 82-6.
7. Filho HN, Dazevedo MTFS, Nagem MD, Marsola FP. Surface roughness of composite resins after finishing and polishing. Braz Dent J 2003; 14(1): 37-41. 8. Lohbauer U, Muller FA, Petschelt A. Influence of surface roughness on
mechanical strength of resin composite versus glass ceramic materials. Dental Material 2008; 24: 250-6.
9. Maharani ET, Hersoelistyorini W. Analisis kadar detergent anionik pada sediaan pasta gigi anak-anak. Jurnal Kesehatan 2009; 2(2): 1-5.
10. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: Pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 80-98.
11.Rocha ACC, Lima CSA, Santos MCMS, Montes MAJS. Evaluation of surface roughness of nanofill resin composite after simulated brushing and immersion in mounthrises, alcohol and water. Material Research 2010; 13(1): 77-80.
13.Modelli RFL, Wang L, Garcia FCP, Prakki A, Mondelli J, Franco EB, et al. Evaluation of weight loss and surface roughness of compomer after simulated toothbrushing abrasion test. J Appl Oral Sci 2005;13(2): 131-5.
14.Yin CS, Boon LT, Lin SL. Effect of whitening toothpastes on surface roughness of composite resins. Malays Dent J 2009: 30(1): 43-8.
15.Cas NVD, Ruat GR, Bueno RPL, Pachaly R, Pozzobon RT. Effect of whitening toothpaste on superficial roughness of composite resin. General Dentistry 2012: 8-11.
16.Albers HF. Tooth-colored restoratives: principles and techniques. 9th ed. London: BC Decker Inc 2002: 111-25.
17.Margeas RC. Composite restoration esthetics. Academy of dental theraupheutic and stomatology 2009: 1-9.
18.Puckett AD, Fitchie JG, Kirk PC, Gamblin J. Direct composite restorative materials. Dent Clin N Am 2007: 659-75.
19.Lou MS, Chen JC, Li CM. Surface roughness prediction technique for CNC end milling. Journal Of Industrial Technology 1998: 15(1): 1-6.
20.Mitutoyo. Surface measurement surftest sj-201 / sj-301.
21.Giacomelli L, Derchi G, Bruno O, Covani U, Barone A, Santis DD et al. surface roughness of commercial composites after different polishing protocols: analysis with atomic force microscopy. The Open Dentistry Journal 2010: 4: 191-4.
22.Howard E, Strassler DMD. Toothpaste ingredients make a difference: patient specific recommendations. Maryland: Benco’s ADA CERP 2009: 101-9.
23.Collins LZ, Naeeni M, Schafer B, Brignoli C, Schiavi A, Casalpusterlengo et al. The effect of calcium carbonate/perlite toothpaste on the removal of extrinsic tooth stain in two weeks. Int Dent J 2005; 55: 179-82.
25.Silva RCD, Zuanon ACC. Surface roughness of glass ionomer cements indicated for atraumatic restorative treatment (ART). Braz Dent J 2006; 17(2): 106-9. 26.Dutta S, Maria R. The effect of various polishing system on surface roughness of