KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT
SETELAH PENYIKATAN DENGAN PASTA GIGI
MENGANDUNG PERLITE DAN TANPA PERLITE
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
FAUZIATUN MAULIDA
NIM : 060600178
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 29 Juli 2013
Pembimbing : Tanda Tangan
1. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
NIP : 19540803 198003 2 001 ...
2. Astrid Yudhit, drg., M.Si
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 29 Juli 2013
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi, drg., Ph.D
2. Rusfian, drg., M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tunjukkan kepada kedua orang tua tercinta yang penulis kasihi Ayahanda (Ilyas S.Pd), Ibunda (Fikriah S.Pd) dan Adinda (Fakhrur Razi) yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil, semangat dan motivasi yang tentunya sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat mengecap pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga dapat menyelesaikan proses penelitian ini dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg. C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes dan Astrid Yudhit, drg., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Maya Fitria, SKM., M.Kes dan Sukamto, SKM selaku pembimbing analisa statistik yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan saran dalam penulisan skripsi.
7. Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku instruksi di Unit Uji Laboratorium Mesin Politeknik Medan atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
8. Teman-teman terbaik penulis drg.Maya, adinda Meinia, drg.Vanazia, drg.Merina, kakanda Lia, adinda Reni serta Bript. A. Manik atas doa, cinta kasih dan dukungan demi kebaikan dan kebahagiaan penulis, juga seluruh rekan mahasiswa stambuk 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu serta segala kebersamaan yang telah kita lewati selama menjalani perkuliahan.
Semoga segala kebaikan yang pernah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari ALLAH SWT.
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan fikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat serta bagi FKG USU.
Medan, Juli 2013 Penulis
Fauziatun Maulida
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2013
Fauziatun Maulida
KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT SETELAH PENYIKATAN
DENGAN PASTA GIGI MENGANDUNG PERLITE DAN TANPA PERLITE
Xi + 46 halaman
Resin komposit merupakan gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan
sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Kekasaran permukaan
resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pasta gigi yang
digunakan pasien. Salah satu pasta gigi yang banyak digunakan pasien adalah pasta
gigi pemutih yang mengandung bahan abrasif yang dapat mempengaruhi kekasaran
permukaan resin komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan
menggunakan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite selama 30 detik. Besar
sampel adalah 20 buah untuk masing-masing kelompok. Sampel adalah resin
komposit yang berbentuk disk dengan ketebalan 2 mm dan diameter 10 mm dengan
penyinaran blue visible light selama 40 detik pada jarak penyinaran 2 mm dan arah
berlawanan arah (180o). Dari hasil analisis statistik uji t-berpasangan diperoleh
adanya perbedaan kekasaran yang bermakna (p≤0,05) antara sebelum dengan sesudah
penyikatan pada tiap kelompok. Terlihat juga sesudah penyikatan antara pasta gigi
mengandung perlite dan tanpa perlite setelah dilakukan analisa statistik uji-t
independent tidak diperoleh adanya perbedaan kekasaran dengan p=0,380 (p≥0,05).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan kekasaran sebelum
dan sesudah penyikatan pada permukaan resin komposit dengan pasta gigi
mengandung perlite dan tanpa perlite, namun tidak ditemukan adanya perbedaan
kekasaran permukaan sesudah penyikatan antara dua kelompok tersebut.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...
KATA PENGANTAR ... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit ... 4
2.1.1 Komposisi Resin Komposit ... 6
2.1.1.1 Matriks Resin ... ... 7
2.1.1.2 Partikel Bahan Pengisi ... ... 7
2.1.1.3 Bahan Coupling ... ... 8
2.1.2 Jenis-jenis Resin Komposit ... 9
2.1.2.1 Berdasarkan Ukuran Partikel Bahan Pengisi ... ... 9
2.1.2.1.1 Resin Komposit Konvesional ... ... 9
2.1.2.1.3 Resin Komposit Hybrid ... ... 9
2.1.2.2 Berdasarkan Mekanisme Pengerasan ... ... 10
2.1.2.2.1 Resin Komposit Diaktivasi Kimia ... ... 10
2.1.2.2.2 Resin Komposit Diaktivasi Sinar ... ... 10
2.1.3 Sifat-sifat Resin Komposit ... 11
2.1.3.1 Kekasaran Permukaan ... 11
2.1.3.2 Kekerasan Permukaan ... ... 12
2.2.2 Kandungan Tambahan Pasta Gigi ... 15
2.3 Kekasaran Permukaan ... ... 17
2.4 Kerangka Konsep ... 18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.8.2 Pembuatan Sampel Dan Pengukuran Awal ... 26
3.8.3 Penyikatan Dan Pengujian Sampel ... 39
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ... ... 31
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... ... 32
BAB 5 PEMBAHASAN ... . 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... ... 37
6.2 Saran ... ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. ... Klasifikasi Komposit Resin ... 5 2. ... Klasifikasi
Komposit Resin Menurut William ... 6 3. ... Sifat
Bahan Resin Komposit ... 12 4. ... Komposisi
Bahan Penelitian ... ... 25 5. ... Hasil
Pengukuran Kekasaran permukaan Resin Komposit (µm)
6. ... Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan pasta gigi mengandung
perlite dan tanpa perlite ... ... 31 7. Analisis Statistik Uji t-berpasangan Kekasaran Permukaan Resin
Komposit (µm) Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pasta
Gigi yang Berbeda ... 32 8. Analisis Statistik Uji t-independent Kekasaran Permukaan Resin
Komposit (µm) Sesudah Penyikatan dengan pasta gigi mengandung
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. ... Struktur Kimia Bis-GMA,UEDMA Dan TEGDMA ... 7 2. ... Struktur kimia bahan coupling ɤ-methacryloxypropyltriethoxysilane ... 8 3. ... Prinsip
Sentuhan Stylus Dengan Alat Profilometer ... 17 4. ... Bentuk
Dan Ukuran Sampel ... 19 5. ... Master
Cast ... 22 6. ... Curing
Unit ... 22 7. ... Mikromot
or ... 22 8. ... Sikat Gigi Elektrik ... 23 9. ... Profilomet
er ... 23 10. ... Resin
Komposit DiaFilTM ... 23 11. ... Pasta Gigi
12. ... Pasta Gigi Komposit dimasukkan dalam master cast ... ... 27 17. ... Resin
Komposit ditekan perlahan dengan cellophan strip ... ... 27 18. ... Penyinara
n dengan Light Curing Unit ... ... 27 19. ... Sampel
dirapikan menggunakan Mikromotor ... ... 28 20. ... Skema
daerah yang diukur ... ... 28 21. ... Pengukura n awal sampel menggunakan Profilometer ... ... 29 22. ... Penyikatan
dengan Pasta Gigi mengandung Perlite ... ... 29 23. ... Penyikatan
dengan Pasta Gigi tanpa Perlite ... ... 29 24. ... Sampel di cuci dan di keringkan ... ... 30 25. ... Pengukura n akhir sampel menggunakan Profilometer ... ... 30
Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alur Penelitian ... 40 2. Hasil pengukuran kekasaran permukaan resin komposit ... 41 3. Output Uji t-berpasangan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah
penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung Perlite ... 43 4. Output Uji t-berpasangan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah
penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa Perlite... . 44 5. Output Uji t-independent kekasaran permukaan sesudah penyikatan
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2013
Fauziatun Maulida
KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT SETELAH PENYIKATAN
DENGAN PASTA GIGI MENGANDUNG PERLITE DAN TANPA PERLITE
Xi + 46 halaman
Resin komposit merupakan gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan
sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Kekasaran permukaan
resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pasta gigi yang
digunakan pasien. Salah satu pasta gigi yang banyak digunakan pasien adalah pasta
gigi pemutih yang mengandung bahan abrasif yang dapat mempengaruhi kekasaran
permukaan resin komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan
menggunakan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite selama 30 detik. Besar
sampel adalah 20 buah untuk masing-masing kelompok. Sampel adalah resin
komposit yang berbentuk disk dengan ketebalan 2 mm dan diameter 10 mm dengan
penyinaran blue visible light selama 40 detik pada jarak penyinaran 2 mm dan arah
berlawanan arah (180o). Dari hasil analisis statistik uji t-berpasangan diperoleh
adanya perbedaan kekasaran yang bermakna (p≤0,05) antara sebelum dengan sesudah
penyikatan pada tiap kelompok. Terlihat juga sesudah penyikatan antara pasta gigi
mengandung perlite dan tanpa perlite setelah dilakukan analisa statistik uji-t
independent tidak diperoleh adanya perbedaan kekasaran dengan p=0,380 (p≥0,05).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan kekasaran sebelum
dan sesudah penyikatan pada permukaan resin komposit dengan pasta gigi
mengandung perlite dan tanpa perlite, namun tidak ditemukan adanya perbedaan
kekasaran permukaan sesudah penyikatan antara dua kelompok tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Resin komposit telah digunakan sejak 50 tahun yang lalu hingga saat ini telah banyak peningkatan yang ditemukan baik dari segi komposisi maupun cara penggunaannya.1 Sejak tahun 1960, telah ditemui banyak klasifikasi dari resin komposit, salah satunya berdasarkan ukuran filler yang digunakan yaitu konvesional atau tradisional, microfine atau small particle composite dengan silicium dioxide
microfillers, dan hybrid (microhybrid, minihybrid, submicron hybrid dan
nanohybrid).2,3
Kekasaran bahan permukaan restorasi dalam rongga mulut adalah salah satu kriteria yang sangat penting untuk menentukan dan memprediksi kesuksesan klinis suatu restorasi. Permukaan bahan restorasi yang kasar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak pada rongga mulut. Kekasaran resin komposit mempengaruhi sifat fisik resin komposit seperti warna, penyerapan air, dan kelarutan. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap kekasaran resin komposit adalah pasta gigi. Sekarang ini berbagai jenis pasta gigi telah beredar di pasaran dan digunakan secara bebas oleh masyarakat. Pasta gigi pemutih adalah salah satu diantaranya.4 Kandungan utama bahan pemutih gigi tergantung dari produsen pembuatnya, diantaranya hydrogen peroxide, carbamide peroxide atau urea peroxide atau sistim non hydrogen peroxide
yang mengandung sodium chloride, oxygen dan natrium fluoride. Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium nitrat dan fluoride untuk membantu mengurangi sensitifitas gigi.4
menghilangkan noda (stain) yang tertinggal akibat makanan dan minuman berwarna, bahan abrasif juga berfungsi sebagai bahan poles untuk menggosok permukaan gigi sehingga menjadi bersih dan bersinar.4
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pasta gigi terhadap kekasaran permukaan bahan restorasi. Mondelli, dkk ( 2005 ) melakukan penelitian dan menemukan perubahan kekasaran pada bahan restorasi sewarna gigi setelah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi pemutih, lalu penelitian selanjutnya dia juga menemukan adanya perubahan kekasaran pada bahan restorasi sewarna gigi setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi yang mengandung bahan abrasif.5 Rocha, dkk ( 2010 ) dalam penelitiannya juga menemukan peningkatan kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi.6 Khamverdi, dkk (2010) juga menemukan adanya kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi pemutih. Hal ini juga diteliti oleh peneliti terdahulu dan didapatkan juga hasil yang sama, dimana pasta gigi memiliki pengaruh terhadap kekasaran resin komposit.7 Kandungan pasta gigi pemutih biasanya tidak jauh berbeda dengan pasta gigi pada umumnya namun ditambahkan oleh bahan-bahan yang dapat memutihkan gigi seperti peroksida, ataupun kandungan bahan abrasif yang lebih banyak. Beberapa contoh merek dagang pasta gigi pemutih adalah
Diamond, Opale, Pepsodent Whitening dengan Perlite, dan Pepsodent White Now.7
Dari pemaparan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite.
1.2RUMUSAN MASALAH
1.3TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite.
1.4HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kekasaran permukaan resin komposit yang telah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite.
1.5MANFAAT PENELITIAN
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan dokter gigi mengenai bahan restorasi resin komposit.
2. Sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi dan masyarakat mengenai pengaruh pasta gigi terhadap tambalan resin komposit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RESIN KOMPOSIT
Istilah bahan komposit dapat didefenisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Perkembangan komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan berubah warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin komposit gigi.1
Resin komposit digunakan dalam bidang konservatif kedokteran gigi untuk mengurangi kelemahan dari resin akrilik yang telah digunakan untuk menggantikan tempat semen silikat pada tahun 1940. Pada tahun 1955, orthophosphoric acid telah digunakan untuk memperbaiki perlekatan resin akrilik terhadap permukaan enamel. Pada tahun 1962, bis-GMA monomer digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik dari resin akrilik.7 Keadaan komposit yang polimerisasi secara kimia, memerlukan adonan kasar (base paste) dicampur dengan katalis telah menimbulkan beberapa kelemahan dari segi perbandingan bahan, proses pencampuran dan stabilitas warna. Pada tahun 1970, bahan-bahan komposit di polimerisasi dengan radiasi elektromagnetik. Pada umumnya, suatu sumber cahaya ultraviolet (365 nm) telah digunakan sebagai tenaga cahaya, tetapi terdapat beberapa kelemahan dari segi polimerisasinya, cahayanya telah digantikan dengan cahaya visual (427-491 nm) yang digunakan hingga sekarang.8
Resin komposit dapat ditentukan menurut konsistensinya yaitu komposit hybrid yang flowable dan packable. Komposit hybrid yang flowable mempunyai
Pabrik menganjurkan beberapa indikasi dalam penggunaannya yaitu sebagai pit dan
fissure sealent, memperbaiki kerusakan marginal dan restorasi Klas V.9
Komposit hybrid yang packable juga disebut sebagai high-density composite, mempunyai kandungan filler yang tinggi. Menurut pabrik, perbaikan terhadap komposisinya seperti mengurangi kelekatan dan meningkatkan kepekatan dapat tercapai dengan bertambahnya filler atau dengan modifikasi resin. Komposit packable yang mempunyai kepadatan yang tinggi serta kurang daya lekat dapat
digunakan untuk mendapatkan kontak interproximal yang tepat.9
Menurut Schneider Komposit resin diklasifikasikan seperti yang terlihat pada tabel 1:
Tabel 1 : Klasifikasi komposit resin.9
Ukuran Partikel Filler Kategori Komposit
10-20 µm Tradisional
0,01-0,05 µm Microfilled
10-15 µm Hybrid
1-0,6 nm Nanomer
Tabel 2 : Klasifikasi Komposit menurut William.9
Composite Type Filler
Densified composite
Midway-filled
Ultrafine
Fine
Compact-filled > 60% by volume
Ultrafine
Average particle size = 0,04 um
Miscellaneous composite Blends of densified and microfine
composite
Traditional composite Equivalent to what are termed marofill composite in other classifications
Fiber-reinforced composite Industrial-use composites
2.1.1 Komposisi Resin Komposit
Komposisi dari resin komposit adalah matriks resin atau pengikat yaitu BIS-GMA atau Urethane Dimethacrylate, bahan pengisi atau filler seperti quartz,
colloidal silica atau heavy metal glasses dan coupling agent yaitu organo silanes.1
2.1.1.1Matriks Resin
Bis-GMA, urethane dimetacrylate (UEDMA), dan triethylene glycol dimetacrylate (TEGDMA) adalah golongan dimetakrilat yang umumnya digunakan.
Bis-GMA merupakan derivat hasil reaksi antara bisphenol-A dan glycidylmethacrylate. Bis-GMA dan urethane dimetacrylate merupakan jenis
monomer berviskositas tinggi karena memiliki berat molekul yang besar yang berfungsi untuk mengurangi pengerutan saat berpolimerasasi. Selain itu terdapat juga monomer berviskositas rendah yang berfungsi sebagai pengontrol viskositas untuk mengatasi kekakuan bahan komposit seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene
glycol dimethacrylate (EDMA) dan triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA).10
Gambar 1. Struktur kimia Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA.1
2.1.1.2Partikel Bahan Pengisi
bahan pengisi yang dapat dimasukkan ke dalam matriks resin umumnya dipengaruhi oleh luas daerah permukaan bahan pengisi.1
Keuntungan dimasukkannya bahan pengisi ke dalam matriks resin antara lain mengurangi pengerutan dan koefisien termal ekspansi, meningkatkan sifat mekanis dari resin itu sendiri, dan itu dapat pula dimasukkan logam berat seperti Batrium dan
Strontium yang akan memberikan radiopasitas pada komposit.10
2.1.1.3Bahan Coupling
Berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi. Ikatan antara keduanya diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang pertemuan bahan pengisi dan resin.1
Gambar 2. Struktur kimia bahan coupling ɤ-methacryloxypropyltriethoxysilane.9
2.1.2 Jenis-jenis Resin Komposit
Resin komposit umumnya dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi bahan pengisi anorganik yaitu komposisi konvesional, komposit mikrolifer, dan komposit hybrid. Selain itu resin komposit juga dibagi berdasarkan mekanisme pengerasannya yaitu resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.11
2.1.2.1 Berdasarkan Ukuran Partikel Bahan Pengisi
Berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi resin komposit dibagi menjadi resin komposit tradisional (macrofiller), resin komposit microfiller, dan resin komposit hybrid.11
2.1.2.1.1 Resin Komposit Konvesional
Resin komposit conventional umumnya berisi 75 – 80 %berat bahan pengisi anorganik dari beratnya. Ukuran partikel ini biasanya berkisar 5 – 25 µm dengan rata-rata biasanya berkisar 8 µm. Jadi ukuran partikel berhubungan dengan jenis komposisi bahan pengisi. Karena ukuran yang agak besar dan partikel bahan pengisi yang relatif keras akan menunjukkan tekstur permukaan yang kasar.11
2.1.2.1.2 Resin Komposit Microfilled
Bahan pengisi yang digunakan adalah partikel silika yang berukuran rata-rata 0,04 µm. Dari segi estetis resin komposit ini lebih unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal. Kekuatan kompresif dan tensilnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit konvensional. Kelemahan dari komposit ini adalah lemahnya ikatan antara partikel komposit dan matriks sehingga mempermudah pecahnya suatu restorasi.11
2.1.2.1.3 Resin Komposit Hybrid
0,6-1,0 µm sebesar 75-80 %berat. Sifat fisik dan mekanis komposit ini terletak di antara komposit konvensional dan komposit mikrofiller. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambahan gigi anterior.11
2.1.2.2 Berdasarkan Mekanisme Pengerasan
Berdasarkan mekanisme pengerasannya resin komposit terbagi menjadi resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.12
2.1.2.2.1 Resin Komposit Diaktivasi Kimia
Bahan yang diaktivasi secara kimia umumnya terdapat di pasaran dalam bentuk dua tube, salah satunya berisi inisiator benzoyl peroxide dan yang lainnya adalah aktivator tertiary amine. Bila kedua bahan ini dicampurkan, amine akan bereaksi dengan benzoyl peroxide membentuk radikal bebas dan pengerasan akan terjadi. Kelemahan dari resin komposit jenis ini adalah waktu kerjanya yang relatif singkat, resin akan mengeras dalam beberapa menit sehingga diperlukan keterampilan operator saat pengadukan.12,13
2.1.2.2.2 Resin Komposit Diaktivasi Sinar
Pada awal tahun 1970-an dikembangkan jenis komposit yang akan mengeras jika terpapar oleh sinar ultraviolet. Keuntungan dari jenis komposit ini adalah waktu kerja yang panjang sehingga operator tidak terburu-buru ketika menempatkan material karena komposit tidak akan mengeras jika tidak terpapar oleh lampu sinar ultraviolet. Namun kekurangannya adalah resiko terhadap kesehatan akibat terpapar radiasi sinar ultraviolet dengan intensitas yang tinggi serta terbatasnya daya penetrasi pada restorasi yang dalam sehingga komposit tidak terpolimerisasi sempurna.7
dengan intensitas yang cukup untuk dapat mengeras dengan sempurna. Oleh karena itu restorasi sebaiknya dibuat dengan membentuk beberapa lapisan tipis untuk memastikan terjadi pengerasan yag adekuat. Walaupun sinar yang digunakan jenis sinar tampak namun tetap ada kemungkinan terjadi kerusakan retina jika dilihat secara langsung dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu disarankan menggunakan kaca khusus berwarna oranye dan filter selama penyinaran.14
Bahan restorasi resin komposit yang diaktivasi sinar umumnya terdapat di pasaran berbentuk pasta dan tube mengandung foto-insisiator dan aktivator amine. Kedua bahan ini akan bereaksi membentuk radikal bebas jika disinari dengan panjang gelombang yang tepat yaitu 468 nm. Waktu optimal untuk penyinaran adalah 60 detik.14
Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini sebesar 0,2 %berat atau kurang. Terdapat juga akselerator anime yang cocok bereaksi dengan camphoroquinone seperti
dimethylaminoethyl methacrylate sebesar 0,15 %berat.15
2.1.3 Sifat – sifat Resin Komposit
Sifat mekanis resin komposit dipengaruhi oleh jumlah partikel bahan pengisi, jenis partikel bahan pengisi, efisiensi proses berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin, dan tingkat porositas dari material itu sendiri, sedangkan sifat fisiknya antara lain kekasaran permukaan, penyerapan air dan kelarutan.16
2.1.3.1 Kekasaran Permukaan
Penelitian Heintze, dkk (2009) menyatakan kehalusan resin komposit tergantung terhadap tekanan saat aplikasi bahan abrasif. Tekanan bahan abrasif sangat tergantung pada tipe bahan abrasif yang digunakan. Penggunaan bahan abrasif pada resin komposit dengan tekanan yang besar, akan menghasilkan permukaan resin komposit yang kurang halus karena terjadinya peningkatan kekasaran resin komposit akibat semakin dalam dan besarnya permukaan goresan yang terbentuk.18
2.1.3.2 Kekerasan Permukaan
Kekerasan permukaan dapat didefenisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap deformasi dari tekanan yang diberikan padanya. Kekerasan resin komposit hybrid adalah sekitar 90 VHN.19
2.1.3.3 Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan masing-masing jenis komposit dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 11
Tabel 3 : Sifat Bahan Resin Komposit. 11
Sifat Bahan Komposit
Komposit ( compressive strength )
250 – 300 Mpa 250 – 350 Mpa 300 – 350 Mpa
Kekuatan Tarik ( tensile strength )
50 – 65 Mpa 30 – 50 Mpa 70 – 90 Mpa
Kekuatan Elastik ( flexural strength )
2.1.3.4 Kepadatan
Kepadatan permukaan bahan resin komposit bergantung pada jenis resin komposit berdasarkan bahan pengisinya. Kepadatan partikel bahan pengisi ini menentukan ketahanan komposit terhadap fraktur. Semakin banyak jumlah partikel bahan pengisi maka komposit tersebut semakin tahan terhadap fraktur.20
2.1.3.5 Penyerapan Air
Penyerapan air diukur dengan membandingkan antara berat air yang diserap oleh suatu material dengan berat material dalam keadaan kering. Penyerapan air oleh resin komposit dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang diserap oleh suatu material komposit ketika direndam dalam air selama jangka waktu tertentu. Jumlah air yang dapat diserap bergantung kepada jumlah matriks resin yang terdapat pada komposit dan kualitas ikatan antara matriks resin dengan bahan pengisi. Jumlah air yang dapat diserap oleh resin komposit adalah sekitar 40-45 µm/mm.21,22
2.2 Pasta Gigi
Pasta gigi didefenisikan suatu bahan semi-aqueos yang banyak digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi, dan pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut.4
2.2.1 Kandungan Utama Pasta Gigi
Kandungan utama yang terdapat dalam pasta gigi yaitu : a. Bahan abrasif ( 20-50% )
Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlahnya dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain hydrocated silica, sodium bikarbonat, aluminium
Pasta gigi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasta gigi yang mengandung perlite dan tanpa perlite, dimana perlite merupakan produk alamiah dari dalam bumi. Warna asli umumnya abu-abu, meski bisa juga berwarna hijau, coklat, biru atau merah. Setelah dipanaskan, warnanya berubah menjadi abu-abu atau putih. Perlite merupakan batuan silika yang mengandung persentase silika (Si) yang tinggi. Batuan ini 2-5% mengandung air, sehingga bila terkena pemanasan (871oC) akan membuat air yang menyelusup di antara batuan menjadi menguap sehingga batuan menjadi porus (berlubang-lubang), mirip seperti popcorn karena ukuran batuan bisa mencapai 20 kali besar ukuran aslinya.13
Fungsi utama bahan ini kurang lebih sama dengan pumice yang lebih dikenal dalam dunia kedokteran gigi sebagai bahan abrasif. Selain berfungsi untuk menghilangkan noda tertinggal akibat makanan dan minuman berwarna, pumice ini dimaksudkan pula sebagai bahan poleshing, yakni untuk menggosok permukaan gigi sehingga menjadi bersih dan bersinar. Namun tidak ada standar khusus, seberapa banyak bahan abrasif diperbolehkan ada dalam pasta gigi. Penelitian menunjukkan, pemakaian pasta gigi dengan bahan abrasif yang kurang tepat, justru membuat permukaan gigi menjadi kasar. Oleh karena itu pemilihan pasta gigi harus didasarkan pada kebutuhan.13
Bahan abrasif tersebut bisa mengurangi pewarnaan gigi akibat minuman misalnya pada orang yang terbiasa meminum kopi, teh atau merokok dan juga dapat mengurangi jumlah tar rokok yang melekat pada gigi. Namun bagi orang yang tidak biasa minum kopi, teh atau merokok dan lebih sering minum putih, pemakaian pasta gigi dengan bahan abrasif tidak terlalu perlu. Karena kebutuhan seseorang terhadap bahan abrasif dalam pasta gigi tidak diketahui secara pasti, alangkah baiknya untuk melakukan uji coba pasta gigi sesuai dengan pola makan dan minum sehari-hari sehingga bisa menemukan pasta gigi yang tepat.13
Perlite memiliki kelebihan antara lain, dapat mengurangi pewarnaan gigi
b. Air ( 20-40% )
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.4
c. Humectants atau bahan pelembab ( 20-35% )
Humectan adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban.4
2.2.2 Kandungan Tambahan Pasta Gigi
Kandungan tambahan yang terdapat dalam pasta gigi yaitu : a. Bahan perekat ( 1-2% )
Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya antara lain glycerol, sarbitol, polyethylene glycol (PEG)dan cellulose
gum.4
b. Surfactan atau detergent ( 1-3% )
Bahan detergen yang banyak terdapat pada pasta gigi di pasaran adalah sodium laurul sulphate ( SLS ) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan,
melarutkan lemak, dan memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah.4
c. Bahan penambah rasa ( 0-2% )
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang beranekaragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk anak-anak.4
d. Bahan terapeutik ( 0-2% )
Bahan terapeutik yang biasanya ditambahkan dalam pasta gigi adalah flouride, bahan desentisasi, bahan anti tar-tar, bahan antimikroba, bahan pemutih dan bahan pengawet.4
Manfaat masing-masing bahan terapeutik yaitu :
1. Fluoride
asam. Jenis Fluoride yang terdapat dalam pasta gigi adalah stannous fluoride,
sodium fluoride dan sodium monoflourofosfat. Stannious fluoride merupakan flour
yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasive. Flour ini bersifat antibacterial namun kelemahannya dapat membuat stein abu-abu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF merupakan flour yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.4
2. Bahan desentisasi
Jenis bahan desentisisasi adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensivitas dentin. Bahan ini yang paling sering digunakan dalam pasta gigi adalah pottasium citrate yang dapat memblok tranmisi nyeri diantara sel saraf dan
stronsium chloride yang dapat menhambat tubulus dentin.4
3. Bahan anti tar-tar
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium daan magnesium dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi, misalnya
tetrasodium pyrophosphate.4
4. Bahan anti mikroba
Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, misalnya, zinc citrate, zinc phosphate.4
5. Bahan pemutih
Antara lain sodium carbonat, hydrogen peroksida, citroxine dan sodium
hexametaphospat.4
6. Bahan pengawet
Bahan ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam pasta gigi. Contohnya, sodium benzoate, methylparaben dan etihylparaben.4
2.3 Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan adalah ukuran yang tidak teratur dari suatu permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm). Kekasaran permukaan dihitung sebagai deviasi rata-rata aritmatika dari dasar permukaan ke puncak permukaan tertentu. Permukaan yang halus sangat penting tidak hanya untuk pasien melainkan juga untuk jangka panjang suatu restorasi, estetik yang baik, oral
hygiene dan perlekatan plak.1
Profilometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan suatu bahan. Pengukurannya dengan cara ujung jarum diletakkan pada setiap spesimen yang akan diukur dan spesimen yang akan diukur diletakkan di atas meja yang datar dan kemudian ujung dari profilometer digerakkan di atas permukaan dan nilai kekasaran dapat diperoleh.4 Prinsip sentuhan dengan profilometer seperti yang terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Prinsip sentuhan stylus dengan alat profilometer.6 1. Cantilever
2.4 KERANGKA KONSEP
Pasta Gigi
Jenis
Abrasive Pasta Gigi
tanpa Perlite
Komposisi Bahan
Pasta Gigi Mengandung
Perlite
Durasi Penyikatan
Kekasaran Permukaan Resin Komposit Tekanan Penyikatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris.
3.2 DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian adalah Pretest Posttest Group Design.
3.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat : - Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan
- Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan. Waktu : Mei 2013
3.4 SAMPEL DAN BESAR SAMPEL
3.4.1 Sampel
Resin komposit tipe hybrid merek DiaFilTM, Korea yang berbentuk disk (tebal 2 mm dan diameter 10 mm), dengan penyinaran blue visible light selama 40 detik pada jarak penyinaran 2 mm.
Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel 10 mm
Dengan kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Kriteria inklusi
1. Sampel resin komposit memiliki permukaan yang halus dan rata. 2. Permukaan sampel berbentuk bulat sempurna.
Kriteria ekslusi
1. Sampel memiliki poreus.
2. Sampel dengan permukaan yang kasar.
3. Sampel kotor dan terkontaminasi bahan lain atau debris. 4. Sampel dengan bentuk tidak bulat sempurna.
3.4.2 Besar Sampel
Pada penelitian ini besar sampel diestimasi berdasarkan rumus frederer (t - 1) (r - 1) ≥ 15
Keterangan: t: jumlah perlakuan r: jumlah sampel tiap kelompok
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel, maka t = 2 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:
(2– 1) (r – 1) ≥ 15 1 (r – 1) ≥ 15 r – 1 ≥ 15 r ≥ 15 + 1 r ≥ 16
3.5 VARIABEL PENELITIAN
3.5.1 Variabel Terikat
Kekasaran permukaan resin komposit.
3.5.2 Variabel Bebas
Jenis pasta gigi yaitu pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite.
3.5.3 Varibel Terkendali
1. Ukuran sampel resin komposit (diameter 10 mm dan ketebalan 2 mm)
2. Jenis sinar (blue visible light) 3. Jarak penyinaran (2 mm)
4. Arah sinar (tegak lurus terhadap object glass) 5. Lama penyinaran (40 detik)
6. Bulu sikat yang digunakan (rata dan halus)
7. Gerakan/arah penyikatan (memutar searah jarum jam) 8. Letak bulu sikat tepat diatas sampel
9. Lama penyikatan (30 detik)
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
1. Resin komposit hybrid adalah bahan tambal yang sewarna gigi, yang merupakan gabungan matrik resin berupa resin oligomer dan bahan pengisi (silika) yang keduanya diikat oleh coupling agent (silane), yang memiliki ukuran partikel 0,6-1 µm.
2. Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur menggunakan alat surface roughness tester dengan satuan mikrometer ( µm ).
4. Jenis pasta gigi yang digunakan adalah pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite.
3.7 ALAT DAN BAHAN
3.7.1 Alat Penelitian
1. Master cast dengan mould berbentuk lingkaran berukuran diameter 10 mm
dan ketebalan 2 mm.
Gambar 5. Master cast
2. Cellophan strip
3. Object glass
4. Instrument plastis
5. Pinset 6. Tissue
7. Stopwatch ( Casio HS30W-N1V )
8. Curing unit dengan blue visible light ( LITEX TM 680A, DENTAMERICA U.S.A )
Gambar 6. Curing unit 9. Mikromotor (Marathon Escort III)
10.Stone bur
11.Wadah plastik tempat penyimpan sampel
12.Glass Slab
13.Sikat gigi elektrik (Oral B Braun Germany)
Gambar 8. Sikat gigi elektrik
14.Profilometer (Mitutoyo)
Gambar 9. Profilometer
3.7.2 Bahan Penelitian
1. Resin komposit tipe hybrid merek DiaFilTM, Korea. Komposisi bahan dapat dilihat pada tabel 4.
2. Pasta gigi mengandung perlite ( Pepsodent whitening dengan perlite ). Komposisi bahan dapat dilihat pada tabel 4.
Gambar 11. Pepsodent whitening dengan perlite
3. Pasta gigi tanpa perlite ( Pepsodent White Now ). Komposisi bahan dapat dilihat pada tabel 4.
Gambar 12. Pepsodent White Now
4. Aquades. Komposisi bahan dapat dilihat pada tabe 4.
Gambar 13. Aquades
Tabel 4. Komposisi Bahan Penelitian
No Bahan Komposisi Produksi
1 Resin komposit hibrid - Barium Aluminosilicate (Average Particle Size:<1µm)
- Fumed Silica (Particle Size: 0.04µm) - Bisphenol A glycidyldimethacrylate - Triethyleneglycol dimethacrylate - Photo-initiator
- Colorant
- Inorganic filler is 80%
DiaFilTM, Korea
2 Pepsodent whitening
dengan perlite
- Calcium carbonate ( bahan abrasif ) - Water
- Sorbitol
- Hydrated silica ( bahan abrasif ) - Sodium lauryl sulfate
- Sodium monofluorophosphate 1,12% - Flavor
- Hydrated silica ( bahan abrasif ) - PEG-32
- Sodium lauryl sulfate - Flavor
- Cellulose gum
3.8 PROSEDUR PENELITIAN
3.8.1 Pembuatan Cetakan
Pembuatan master cast dengan mould berukuran diameter 10 mm dan tebal 2 mm dari besi dengan jumlah mould 2 buah dan dibuat di Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan.
Gambar 14. Master cast
3.8.2 Pembuatan Sampel dan Pengukuran Awal
1. Master cast dibuka, kemudian letakkan cellophan strip di dalam master
cast sebagai alas untuk meletakkan resin komposit agar tidak menempel pada master
cast kemudian master cast ditutup kembali. Lalu setelah itu resin komposit diambil
dengan menggunakan instrument plastis lalu dimasukkan ke dalam mould pada master cast. Kemudian letakkan cellophan strip dan object glass berketebalan 2 mm
diatas mould yang telah terisi resin komposit lalu ditekan perlahan dengan menggunakan tangan selama 30 detik.
Gambar 15. Pengambilan Resin Komposit
Gambar 16. Resin Komposit dimasukkan ke dalam Master cast
Gambar 17. Resin Komposit ditekan perlahan dengan cellophan strip
2. Resin komposit kemudian disinar dengan blue visible light menggunakan light cure selama 40 detik. Alat sinar diletakkan tegak lurus diatas object glass
sehingga jarak penyinaran 2 mm (sesuai ketebalan object glass).
Gambar 18. Penyinaran dengan Light Curing Unit
Tanda pada sampel
3. Setelah mengeras, sampel dikeluarkan dari mould lalu rapikan tepi sampel dengan menggunakan mikromotor dan stone bur setelah itu tandai bagian bawah sampel dengan spidol dan di simpan selama 24 jam dalam wadah kedap sinar.
Gambar 19. Sampel dirapikan menggunakan Mikromotor
4. Sampel dikelompokkan menjadi 2 bagian, dan dibuat 20 sampel untuk masing-masing kelompok, kemudian pada tiap sampel diberi titik area dengan menggunakan spidol pada tiga daerah yang akan di ukur, seperti yang terlihat pada gambar 20.
Gambar 20. Skema daerah yang akan di ukur
5. Sampel dari setiap kelompok diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan pada alat profilometer untuk dilakukan pengukuran awal pada tiga daerah yang telah ditentukan.
Sampel
Area yang akan diukur
Gambar 21. Pengukuran awal sampel menggunakan surface roughness test ( Profilometer )
3.8.3 Penyikatan dan Pengujian Sampel
1. Kelompok I dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi whitening perlite selama 30 detik.
Gambar 22. Penyikatan dengan Pepsodent Whitening dengan Perlite
2. Kelompok II dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi white now selama 30 detik.
Gambar 23. Penyikatan dengan Pepsodent White Now
3. Sampel yang telah disikat dibilas dengan aquadest untuk menghilangkan sisa-sisa pasta gigi yang menempel pada sampel lalu dikeringkan dengan menggunakan tissue, kemudian setelah itu dilakukan lagi uji kekasaran pada tiga daerah yang telah diberi tanda dengan menggunakan Profilometer.
Gambar 24. Sampel dicuci dan dikeringkan
Gambar 25. Pengukuran akhir sampel menggunakan surface roughness test ( Profilometer )
3.9 ANALISIS DATA
Data di analisis secara Statistik menggunakan uji-t dengan tingkat kemaknaan (p≤0,05). Uji t-berpasangan (p≤0,05) untuk melihat kekasaran sebelum dan sesudah penyikatan dan uji t-independent (p≤0,05) untuk melihat kekasaran sesudah penyikatan antara pasta gigi yang mengandung perlite dan pasta gigi tanpa perlite.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini 20 buah untuk setiap perlakuan. Hasil pengukuran kekasaran permukaan sebelum dan sesudah di lakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi yang berbeda yaitu dengan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit (µm) Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pasta Gigi Mengandung Perlite dan Tanpa Perlite.
Kekasaran (µm) Pasta Gigi Mengandung
Perlite
Pasta Gigi Tanpa Perlite
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 1,6466 1,7333 1,6133 1,7833
2 1,6566 1,7833 1,6166 1,7066
3 1,6666 1,7466 1,6433 1,7333
4 1,6766 1,7333 1,6233 1,6933
5 1,6333 1,7066 1,6166 1,7166
6 1,6233 1,7333 1,6466 1,7066
7 1,6433 1,7133 1,6066 1,6933
8 1,6666 1,7666 1,6166 1,7233
9 1,6433 1,7266 1,6466 1,7233
10 1,6566 1,7333 1,6133 1,7133
11 1,6233 1,7166 1,6266 1,7166
12 1,6466 1,6833 1,6066 1,7033
13 1,6433 1,7166 1,6266 1,7166
14 1,6766 1,6933 1,6733 1,7333
15 1,6666 1,7666 1,6566 1,6933
16 1,6633 1,7166 1,6733 1,7833
17 1,6766 1,7233 1,6366 1,6966
18 1,6733 1,7166 1,6766 1,7233
19 1,6733 1,7333 1,6166 1,6766
20 1,6433 1,7466 1,6666 1,7166
Rerata 1,65495 1,72945 1,63511 1,71762
Gambar 26 . Grafik rata-rata kekasaran permukaan Resin Komposit (µm)
Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Nilai rerata dan hasil uji statistik perbedaan kekasaran permukaan sampel sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi mengandung perlite dan tanpa perlite dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Analisis Statistik Uji t-berpasangan Kekasaran Permukaan Resin Komposit (µm) Sebelum dan Sesudah Penyikatan dengan Pasta Gigi Mengandung perlite dan Tanpa perlite
Pasta Gigi
Rerata Kekasaran (µm ± SD)
p Sebelum Sesudah
Pasta Gigi mengandung perlite
1,65495 ± 0.0173455 1,72945 ± 0.0243315 0,0001
Pasta Gigi tanpa perlite
Dari hasil analisis statistik uji t-berpasangan untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin komposit sebelum dan sesudah dilakukan penyikatan pada tiap kelompok didapatkan hasil nilai rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan pada kelompok pasta gigi mengandung Perlite adalah 1,65495 ± 0.0173455 µm dan sesudah penyikatan adalah 1,72945 ± 0.0243315 µm dan nilai p=0,0001 (p≤0,05) ini menunjukkan bahwa H0 ditolak artinya ada
perbedaan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah penyikatan dengan menggunakan pasta gigi mengandung perlite.
Dari hasil analisis statistik uji t-berpasangan untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin komposit sebelum dan sesudah dilakukan penyikatan pada tiap kelompok permukaan pada kelompok pasta gigi tanpa perlite sebelum penyikatan adalah 1,63511 ± 0.0236831 µm dan sesudah penyikatan adalah 1,71762 ± 0.0267403 µm dan nilai p=0,0001 (p≤0,05) ini menunjukkan bahwa H0 ditolak
artinya ada perbedaan kekasaran permukaan sebelum dan sesudah penyikatan dengan menggunakan pasta gigi tanpa perlite.
Tabel 7. Analisis Statistik Uji t-independent Kekasaran Permukaan Resin Komposit (µm) Sesudah Penyikatan dengan Pasta Gigi Mengandung Perlite dan Tanpa Perlite
Rerata Perbedaan Kekasaran Sebelum dan Sesudah (µm ± SD)
0.074500 ± 0.0273818 0.082510 ± 0.0296518 0,380
Pasta Gigi mengandung Perlite dan kelompok Pasta Gigi tanpa Perlite didapatkan hasil nilai rerata dan standar deviasi Pasta Gigi mengandung Perlite adalah 0.074500 ± 0.0273818 µm serta Pasta Gigi tanpa Perlite adalah 0.082510 ± 0.0296518 µm dan nilai p=0,380 (p≥0,05) menunjukkan bahwa H0 diterima berarti tidak adanya
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis statistik uji t-berpasangan (tabel 5) didapatkan hasil nilai rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan dengan menggunakan pasta gigi mengandung Perlite adalah 1,65495 ± 0.0173455 µm dan sesudah penyikatan adalah 1,72945 ± 0.0243315 µm serta nilai p=0,0001. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai p=0,0001 (p≤0,05) dengan kesimpulan H0 ditolak,
berarti ada perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi mengandung Perlite selama 30 detik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kekasaran permukaan resin komposit antara sebelum dengan sesudah penyikatan dengan pasta gigi mengandung Perlite.
Begitu juga penyikatan dengan menggunakan pasta gigi tanpa perlite diperoleh hasil analisa statistik uji t-berpasangan (tabel 5) dengan nilai rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum penyikatan adalah 1,63511 ± 0.0236831 µm dan sesudah penyikatan adalah 1,71762 ± 0.0267403 µm serta nilai p=0.0001. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai p=0,0001 (p≤0,05) dengan kesimpulan H0 ditolak, berarti ada perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna
sebelum dan sesudah dilakukan penyikatan menggunakan pasta gigi tanpa perlite selama 30 detik. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa juga adanya peningkatan kekasaran permukaan resin komposit antara sebelum dan sesudah penyikatan dengan pasta gigi tanpa perlite.
carbonate, hydrated silica dan perlite sedangkan pasta gigi tanpa perlite hanya
mengandung satu jenis bahan abrasif saja yaitu hydrated silica.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Modelli, dkk(2005) yang menyatakan bahwa adanya perubahan kekasaran pada bahan restorasi sewarna gigi sebelum dilakukan penyikatan dan sesudah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung bahan abrasif.5 Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rocha, dkk(2010) yang menyatakan bahwa adanya peningkatan kekasaran permukaan resin komposit setelah penyikatan dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flouride. Penelitian Khamverdi, dkk(2010) yang menemukan adanya kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi pemutih.7
Dari hasil analisis statistik uji t-independent didapatkan nilai rerata dan standar deviasi pasta gigi mengandung Perlite adalah 0.074500 ± 0.0273818 µm dan pasta gigi tanpa perlite adalah 0.082510 ± 0.0296518 µm serta nilai p=0,380. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai p=0,380 (p≥0,05) dengan kesimpulan H0
diterima, berarti tidak ada perbedaan kekasaran permukaan yang bermakna sesudah dilakukan penyikatan menggunakan pasta gigi mengandung Perlite dan pasta gigi tanpa Perlite selama 30 detik. Namun dari data terlihat bahwa kekasaran pada kelompok pasta gigi tanpa Perlite lebih tinggi daripada kelompok pasta gigi mengandung Perlite.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Adanya perbedaan kekasaran permukaan yang terlihat jelas setelah dilakukan analisa statistik dengan uji t-berpasangan antara sebelum dan sesudah dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi mengandung Perlite maupun dengan pasta gigi tanpa Perlite, dimana terjadi peningkatan kekasaran permukaan resin komposit setelah dilakukan penyikatan selama 30 detik.
2. Setelah penyikatan dengan menggunakan pasta gigi mengandung Perlite dan pasta gigi tanpa Perlite terlihat tidak adanya perbedaan kekasaran permukaan resin komposit dimana hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisa statistik dengan uji t-independent menunjukkan H0 diterima itu artinya tidak ada perbedaan yang bermakna
diantara kedua pasta gigi pemutih tersebut.
6.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih besar agar didapat tingkat validitas yang tinggi, sehingga perubahan sifat kekasaran permukaan resin komposit yang disikat terlihat lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Annusavice KJ, Philips’ Science of Dental Material. Ed 10. Alih bahasa. drg. Johan Arief Budiman dan drg. Susi Purwoko. Jakarta : EGC, 2003: 227-243. 2. Baum L, Philips RW, Lund MR. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Ed 3. Alih
bahasa. Rasinta Tarigan. Jakarta: EGC, 1997 : 297-9.
3. Chimello D.T, Dibb R.G.P, Corona S.A.M, Lara E.H.G. Assesing Wear and Surface Roughness of Different Composite. Materials Research, Vol.4, No.4, 2001 : 285-289.
4. Silje S, Shilpi Midha OS. Dentrifaces and mouthwashes ingredients and their use. Oslo university of andidatus/candidate odonto degree quide to clinic, 2003;1-4.
5. Mondelli RFL, Wang L, Garcia FCP, Prakki A, Mondelli J, Franco EB, Ishikiriama A. Evaluation of weight loss and surface roughness of compomer after simulated toothbrushing abrasion test. J appl Oral Sci, 2005;13(2). 6. Rocha ACC, Lima CSA, Santos MCMS, Montes MAJS. Evaluation of surface
roughness of nanofill resin composite after simulated brushing and immersion in mouthrises, alcohol and water. Mat Res, 2010;13(1).
7. Khamverdi Z, Kasraie Sh, Soufi LR, Jebeli S. Comparison of the effects of two whitening toothpastes on microhardness of the enamel and a microhybride composite resin:an in vitro study. Journal of denstistry, Teheran university of medical science, 2010;7(3):139-145.
8. Moore M, Nguyen-Hasler N, Saroea G. In vitro tooth whitening effect of two medicated chewing gums compared to a whitening gum and saliva. BMC Oral Health, 2008;23-8.
10.Van Noort R. Introduction to Dental Materials. 3rd ed. London : Mosby Elsevier, 2007 : 99-102.
11.Schneider J. LF, Cavalcante LM, Silikas N. Shrinkage Stresses Genarated during Resin Composite Application : A Review. Journal of Dental Biomechanics 2009; 2010: 14.
12.Ferracane J.L, Materials in Dentistry – Principles and Application. 2nd ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2001 : 88.
13.Unknown. Perlite – wikipedia, the free encyclopedia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Perlite (2 Juni 2012).
14.Powers JM, Wataha JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri : Mosby Elsevier, 2008 : 69-96.
15.Penugonda B, Settembrini L, Hittelman E, Strassler H. Alcohol Containing Moutwashes – Effect on Composite Hardness. J Clin Dent 1994; 5(2) : 60-2. 16. Arnold HW, Dorow A, Langenhorst S, Gintner Z, Banoczy J, Gaengler P.
Effect of flouride toothpaste on enamel demineralization. BMC Oral Health, 2006; 6:8.
17.Grossman LI. Handbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia : J.B.LI, 1995 : 99-120.
18.Prabhakar A.R, Mahantesh T, Vishwas T.D, Kabade A. Effect of Surface Treatment with Remineralizing on the Color Stability and Roughness of Esthetic Restorative Materials. Rev Clin Pesq Odontol 2009; 5(1): 19-27. 19.Combe E.C. Notes On Dental Materials, 4th ed, Edinburgh: Chuchill
Livingstone, 1986;157-63.
20.Bailey SJ, Swift EJ. Effect of Home Bleaching Products on Composit Resins. Quintessence Internasional, Vol. 23, 1992 ; 489.
21.Weine FS. Endodontic Theraphy. 3th ed., The C.V. Mosby Company, 1982 ; 630.
Lampiran 1. Alur Penelitian
Resin Komposit
Hybrid
Sampel resin komposit dibentuk
di dalam master cast ( 10 mm x
2 mm )
Lalu dilakukan penyinaran
dengan menggunakan light
curing selama 40 detik
Setelah mengeras lalu dikeluarkan dari
cetakan dan di simpan selama 24 jam
Kelompok 1 :
Sampel dibilas dengan aquadest lalu dikeringkan
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Komposit
a. Penyikatan dengan Pasta
Gigi mengandung Perlite
Sampel Kekasaran Permukaan ( µm )
Sebelum Penyikatan Sesudah Penyikatan
I II III Rerata I II III Rerata
Rerata 1.65495 Rerata 1.72945
b. Penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa Perlite
Sampel Kekasaran Permukaan ( µm )
Sebelum Penyikatan Sesudah Penyikatan
I II III Rerata I II III Rerata
21. 1.60 1.62 1.62 1.6133 1.80 1.85 1.70 1.7833
22. 1.62 1.60 1.63 1.6166 1.70 1.70 1.72 1.7066
23. 1.65 1.65 1.63 1.6433 1.70 1.75 1.75 1.7333
24. 1.62 1.61 1.64 1.6233 1.70 1.70 1.68 1.6933
25. 1.60 1.62 1.63 1.6166 1.70 1.75 1.70 1.7166
26. 1.65 1.65 1.64 1.6466 1.70 1.70 1.72 1.7066
27. 1.60 1.62 1.60 1.6066 1.70 1.70 1.68 1.6933
28. 1.60 1.63 1.62 1.6166 1.72 1.75 1.70 1.7233
29. 1.64 1.65 1.65 1.6466 1.70 1.75 1.72 1.7233
30. 1.60 1.61 1.63 1.6133 1.70 1.72 1.72 1.7133
31. 1.64 1.62 1.62 1.6266 1.80 1.70 1.65 1.7166
32. 1.61 1.60 1.61 1.6066 1.66 1.70 1,75 1.7033
33. 1.62 1.63 1.63 1.6266 1.70 1.75 1.70 1.7166
34. 1.68 1.69 1.65 1.6733 1.70 1.75 1.75 1.7333
35. 1.66 1.65 1.66 1.6566 1.70 1.69 1.69 1.6933
36. 1.69 1.68 1.65 1.6733 1.80 1.80 1.75 1.7833
37. 1.60 1.65 1.66 1.6366 1.69 1.70 1.70 1.6966
38. 1.68 1.67 1.68 1.6766 1.75 1.72 1.70 1.7233
39. 1.60 1.62 1.63 1.6166 1.65 1.69 1.69 1.6766
40. 1.67 1.65 1.68 1.6666 1.70 1.70 1.75 1.7166
Lampiran 3 :
T-Test Berpasangan
Paired Samples Statistics
Mean N Std.Deviation Std.Error
Mean
Pair 1 resin komposit sebelum
penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung perlite
resin komposit sesudah penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung perlite
1.654950 20 .0173455 .0038786
1.729450 20 .0243315 .0054407
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 resin komposit sebelum
penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung perlite
resin komposit sesudah penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung perlite
20 .170 .475
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Pair 1 resin komposit sebelum
penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung perlite
-0
resin komposit sesudah penyikatan dengan Pasta Gigi mengandung perlite
Lampiran 4 :
T-Test Berpasangan
Paired Samples Statistics
Mean N Std.Deviation Std.Error
Mean
Pair 1 resin komposit sebelum
penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa perlite
resin komposit sesudah penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa perlite
1.635110 20 .0236831 .0052957
1.717620 20 .0267403 .0059793
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 resin komposit sebelum
penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa perlite
resin komposit sesudah penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa perlite
20 .313 .179
Paired Samples Test
Paired Differences
Pair 1 resin komposit sebelum penyikatan dengan Pasta Gigi tanpa perlite
-.0825100 .0296518 .0066303 -.0963875 -.0686325 -12.444 19 .0001
resin komposit sesudah
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Difference Lower Upper
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
skor Pasta Gigi mengandung Perlite
20 .074500 .0273818 .0061227
skor Equal variances assumed
Equal variances not assumed
.018 .894 -.888
-.888
38
37.761
.380
.380
-.0080100
-.0080100
.0090249
.0090249
-.0262800
-.0262838
.0102600
BIAYA PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
1. Alat
Master cast 2 lubang @ Rp 100.000 Rp 200.000
Chellopan strip 2 @Rp 2.000 Rp 2.000
Object glass @Rp 1.000 Rp 1.000
Instrument plastis@Rp 20.000 Rp 20.000
Pinset @Rp 20.000 Rp 20.000
Pasta gigi Pepsodent Whitening Perlite @Rp 17000 Rp. 15.000 Pasta gigi Pepsodent White Now @Rp 18.000 Rp 18.000
B. PEMBUATAN PROPOSAL, LAPORAN DAN SKRIPSI