• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Dan Uap Blok I St 1.0 Sicanang Belawan Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Dan Uap Blok I St 1.0 Sicanang Belawan Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP

BLOK I ST 1.0 SICANANG BELAWAN DENGAN METODE

OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

HASBER F. H. SITANGGANG

NIM. 110421011

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

penghasil energi listrik yang tidak terlepas dari masalah efektivitas peralatan dan

mesin yang diakibatkan oleh six big losses. Dampak dari masalah tersebut akan

mengganggu mesin bekerja sesuai dengan hasil yang seharusnya dicapai. Oleh

karena itu perlu adanya perhatian yang khusus mengenai pemeliharaan dan

perawatan terhadap mesin dengan tujuan mesin dapat melakukan proses produksi

dengan lebih lama dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan.Overall

Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah satu alat untuk meningkatkan tingkat

efektifan pemanfaatan mesin dan peralatan. OEE merupakan sebagai salah satu

aplikasi program dari Total Productive Maintenance (TPM). Total Productive

Maintenance merupakan suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin

secara efektif. Penelitian ini mengukur nilai OEE satu lini produksi dari energi

listrik di PT. PLN (Persero) Sicanang Belawan dalam satu periode, dilanjutkan

dengan menganalisa nilai dengan menggunakan analisa pareto dari hasil yang

diperoleh oleh akar penyebab OEE tersebut.Kesimpulannya bahwa nilai hasil

analisa yang diperoleh rata-rata tidak melampaui nilai standar dari OEE<85 %,

oleh karena mesin masih dalam keadaan kurang baik..Faktor yang mungkin akan

mengalami drop secara cepat diprediksi adalah minor stoppages loss2275,49

jam,yield/scrap losses 2003,4 jam, reduce speed loss 2237,24 jam, breakdown

losses 399,56 jam dan synkron and adjustment losses 399,56 jamakibat yang

mungkin tidak begitu berdampak dalam waktu yang cepat, tetapi akan segera

menyerang mesin jika perawatan tidak dilakukan secara berkesinambungan dan

teratur.

Kata kunci : Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive

Maintenance, dan Six Big Losses.

(13)

PT. PLN (Persero) is a company engaged in the producer of electrical

energy which is inseparable from the effectiveness of machinery and equipment

problems caused by the six big losses. The impact of these problems will

interfere with the machine work in accordance with the results that should be

achieved. Hence the need for special attention regarding the maintenance and care

of the machine with the purpose of the machine is capable of committing a longer

production process and generate a profit as expected.Overall Equipment

Effectiveness (OEE) is one of the tools to enhance the effectiveness of the

utilization rate of machinery and equipment. OEE is as one of the application

programs of Total Productive Maintenance (TPM). Total Productive Maintenance

is a principle of management to improve productivity and efficiency of the

production company to use the machine effectively. This study measures the value

of OEE which one production line of electric energy in PT. PLN (Persero)

Sicanang Belawan in the period, followed by analyzing the value of using Pareto

analysis of the results obtained by the root causes of the OEE.The conclusion that

the value of the analysis results obtained on average exceeded the standard value

of OEE< 85%, because the engine is still in good condition.Factors that may

experience rapid drop predicted loss is minor stoppages 2275.49 hours,

yield/scrap losses 2003,4 hours, reduce speed loss 2237.24 hours, breakdown

losses 399,56 hours, and synkron and adjustment losses 399,56 hours as a result

of which may not have an impact in a short time, but will immediately attack the

machine if no have treat of maintenance as continously and directly.

Keywords: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive

Maintenance, and Six Big Losses.

(14)

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRACT ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ...viii

DAFTAR TABEL ... …... ix

DAFTAR SIMBOL ... ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 2

1.3.Rumusan Masalah ... 2

1.4.Batasan Masalah ... 2

1.5.Asumsi-asumsi ... 3

1.6.Tujuan Penelitian ... 3

1.6.1.Tujuan Umum ... 3

1.6.2.Tujuan Khusus ... 3

1.7.Manfaat Penulisan ... 3

1.8.Metode Penelitian ... 4

1.9.Sistematika Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas ... 6

2.1.1. Prinsip Kerja PLTGU ... 7

2.1.2. Siklus PLTGU ... 8

2.1.3. Bagian Utama PLTGU... 9

2.1.3.1. PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) ... 9

2.1.3.2. HRSG (Heat Recovery Steam Generator) ... 10

2.1.3.3. Turbin Uap (Steam Turbine) ... 10

2.2. Pemeliharaan (Maintenance) PLTGU ... 11

2.3. PLTGU ST 1.0 ... 12

(15)

2.4.1. Tujuan Maintenance ... 15

2.4.2. Jenis-jenis Maintenance ... 15

2.4.3. Total Productive Maintenance ... 20

2.4.3.1. Pengertian Total Productive Maintenance ... 21

2.4.4. Tujuan Total Productive Maintenance ... 25

2.4.5. Manfaat Total Productive Maintenance ... 26

2.4.5.1. Penurunan Mesin (Downtime) ... 27

2.4.5.2. Kerugian Akibat Penurunan Kecepatan (Speed Losses) ... 28

2.4.5.3. Kerugian Karena Terjadinya cacat (Defects) ... 28

2.5. Overall Equipment Effectiveness ... 29

2.5.1. Kesediaan Waktu Mesin (Availability) ... 30

2.5.2. Efisiensi Performansi (Performance Efficiency) ... 31

2.5.3. Perbandingan Kualitas Produk yang Dihasilkan (Rate of Quality Product) ... 32

2.5.4. Diagram Pareto ... 32

2.5.5. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1. Metode Kuantitatif Eksperimen ... 35

3.2. Lokasi Penelitian ... 35

3.3. Rancangan Penelitian ... 35

3.4. Sumber dan Jenis Data ... 36

3.5. Variabel Penelitian ... 36

3.6. Instrumen Penelitian ... 36

3.7. Pelaksanaan Penelitian ... 36

3.8. Sistematis Penelitian ... 37

3.9. Analisa Data dan Pemecahan Masalah ... 39

3.10. Diagram Alir Penelitian ... 40

3.11. Pengumpulan Data ... 40

3.11.1. Data waktu Planned/ Pemeliharaan ST 1.0 ... 41

(16)

3.11.3. Data Waktu Setup ST 1.0 ... 43

3.11.4. Data Produksi ST 1.0 ... 44

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA ... 46

4.1. Pengolaha Data ... 46

4.1.1. Perhitungan Availability (AV) ... 46

4.1.2. Perhitungan Performancy Efficiency ... 48

4.1.3. Perhitungan Rate of Quality Product (RQP) ... 49

4.1.4. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) ... 50

4.1.5. Perhitungan Six Big Losses ... 51

4.1.5.1. Downtime Losses ... 51

4.1.5.2. Speed Losses ... 54

4.1.5.3. Defect Losses ... 57

4.2. Analisa Perhitungan ... 59

4.2.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... 59

4.2.2. Analisa Perhitungan Six Big Losses ... 61

4.2.3. Analisa Diagram Sebab-Akibat ... 62

4.2.4. Penyelesaian Masalah ... 67

4.2.4.1. Penyelesaian Masalah Six Big Losses ... 67

4.2.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(17)

Gambar 2.1 Prinsip Kerja PLTGU ... 7

Gambar 2.2 Siklus Kombinasi ... 8

Gambar 2.3 Siklus Bryton, Siklus Rankine, Siklus Kombinasi ... 9

Gambar 2.4 Komponen Penyusun PLTG ... 9

Gambar 2.5 Heat Recovery Steam Generator ... 10

Gambar 2.6 Turbin Uap... 10

Gambar 2.7 Pillar-pilar TPM... 23

Gambar 2.8 Diagram Pareto ... 33

Gambar 2.9 Diagram Sebab Akibat ... 34

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 40

Gambar 4.1 Grafik Persentase OEE ... 60

Gambar 4.2 Diagram Total Time Big Six Losses ... 62

Gambar 4.3 Diagram Sebab Akibat Idling speed and Minor stopagges Losses ... 63

Gambar 4.4 Diagram Sebab Akibat Yield /Scrap Losses ... 63

Gambar 4.5 Diagram Sebab Akibat Reduce Speed Loss ... 64

(18)

Tabel 2.1 Jadual Pemeliharaan Mesin Turbin Gas dan Uap ST 1.0 ... 13

Tabel 3.1 Data Pemeliharaan ST 1.0Periode Mei 2014- Mei 2015 ... 41

Tabel 3.2 Data Waktu Operation ST 1.0Periode Mei 2014- Mei 2015 ... 42

Tabel 3.3 Data Waktu SynkronST 1.0Periode Mei 2014- Mei 2015 ... 43

Tabel 3.4 Data Produksi ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015... 44

Tabel 4.1 World Class of OEE ... 46

Tabel 4.2 Availabiliy ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 47

Tabel 4.3 Performance Efficiency ST 1.0 Periode Mei 2014-Juni 2015 .... 48

Tabel 4.4 Rate of Quality Product Turbin Gas dan Uap Mei 2014 – Mei 2015 ... 49

Tabel 4.5 Overall Equipment Effectiveness Turbin Gas dan Uap ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 51

Tabel 4.6 Breakdown Loss ST 1.0 Periode Mei 2014 –Mei 2015 ... 52

Tabel 4.7 Setup and Adjustment ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 53

Tabel 4.8 Idling and Minor Stoppages Loss ST 1.0 Juli 2014 – Mei 2015 ... 55

Tabel 4.9 Reduce Speed Loss ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 56

Tabel 4.10 Rework Loss ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 57

Tabel 4.11 Yield/Scrap Loss ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 59

Tabel 4.12. Persentase OEE Setiap Periodenya ... 60

Tabel 4.13. Total Time Six Big Losses Turbin Gas dan Uap ST 1.0 Periode Mei 2014 – Mei 2015 ... 61

(19)

Simbol Nama AV

Satuan

Availability %

- Breakdowntime Jam

- Downtime Jam

EF Equipment Failure (Breakdowns) Jam

- Ideal Cycle Time Jam/Kwh

IMS Idling and Minor Stoppages Loss Jam

- Loading Time Jam

- Net Operating Jam

- Non Productive Time Jam

- Operating Cycle Time Jam

- Operation Time Jam

OEE Overall Equipment Effectivenes (OEE) %

PE Performance Efficiency %

- Planned Down Time Jam

- Product Used Kwh

RQP Rate Of Quality Product %

RS Reduce Speed %

RL Rework Loss %

- Result Processed KWh

- Set up Jam

SA Setup and Adjustment Jam

- Total Actual Press Hours KWh

- Total Availability Time Jam

- Total Processed Amount KWh

YS Yield/Scrap Loss Jam

(20)

PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

penghasil energi listrik yang tidak terlepas dari masalah efektivitas peralatan dan

mesin yang diakibatkan oleh six big losses. Dampak dari masalah tersebut akan

mengganggu mesin bekerja sesuai dengan hasil yang seharusnya dicapai. Oleh

karena itu perlu adanya perhatian yang khusus mengenai pemeliharaan dan

perawatan terhadap mesin dengan tujuan mesin dapat melakukan proses produksi

dengan lebih lama dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan.Overall

Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah satu alat untuk meningkatkan tingkat

efektifan pemanfaatan mesin dan peralatan. OEE merupakan sebagai salah satu

aplikasi program dari Total Productive Maintenance (TPM). Total Productive

Maintenance merupakan suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin

secara efektif. Penelitian ini mengukur nilai OEE satu lini produksi dari energi

listrik di PT. PLN (Persero) Sicanang Belawan dalam satu periode, dilanjutkan

dengan menganalisa nilai dengan menggunakan analisa pareto dari hasil yang

diperoleh oleh akar penyebab OEE tersebut.Kesimpulannya bahwa nilai hasil

analisa yang diperoleh rata-rata tidak melampaui nilai standar dari OEE<85 %,

oleh karena mesin masih dalam keadaan kurang baik..Faktor yang mungkin akan

mengalami drop secara cepat diprediksi adalah minor stoppages loss2275,49

jam,yield/scrap losses 2003,4 jam, reduce speed loss 2237,24 jam, breakdown

losses 399,56 jam dan synkron and adjustment losses 399,56 jamakibat yang

mungkin tidak begitu berdampak dalam waktu yang cepat, tetapi akan segera

menyerang mesin jika perawatan tidak dilakukan secara berkesinambungan dan

teratur.

Kata kunci : Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive

Maintenance, dan Six Big Losses.

(21)

PT. PLN (Persero) is a company engaged in the producer of electrical

energy which is inseparable from the effectiveness of machinery and equipment

problems caused by the six big losses. The impact of these problems will

interfere with the machine work in accordance with the results that should be

achieved. Hence the need for special attention regarding the maintenance and care

of the machine with the purpose of the machine is capable of committing a longer

production process and generate a profit as expected.Overall Equipment

Effectiveness (OEE) is one of the tools to enhance the effectiveness of the

utilization rate of machinery and equipment. OEE is as one of the application

programs of Total Productive Maintenance (TPM). Total Productive Maintenance

is a principle of management to improve productivity and efficiency of the

production company to use the machine effectively. This study measures the value

of OEE which one production line of electric energy in PT. PLN (Persero)

Sicanang Belawan in the period, followed by analyzing the value of using Pareto

analysis of the results obtained by the root causes of the OEE.The conclusion that

the value of the analysis results obtained on average exceeded the standard value

of OEE< 85%, because the engine is still in good condition.Factors that may

experience rapid drop predicted loss is minor stoppages 2275.49 hours,

yield/scrap losses 2003,4 hours, reduce speed loss 2237.24 hours, breakdown

losses 399,56 hours, and synkron and adjustment losses 399,56 hours as a result

of which may not have an impact in a short time, but will immediately attack the

machine if no have treat of maintenance as continously and directly.

Keywords: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive

Maintenance, and Six Big Losses.

(22)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini manusia banyak mengembangkan sistem-sistem teknologi dari

yang manual sampai digital, hal-hal itu tidak lepas dari peranan energi listrik yang

sebagai tenaga yang menjalankannya. Kebutuhan tersebut kian hari semakin

meningkat sehingga diperlukan pembangunan berbagai stasiun pembangkit tenaga

listrik. Pembangkit tenaga listrik tersebut dapat berupa PLTU (Pembangkit Listrik

Tenaga Uap), PLTGU (PembangkitListrik Tenaga Gas dan Uap), PLTD

(Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), dan

lain-lain.

Atas dasar kebutuhan tersebut, dituntut adanya suatu sistem pemeliharaan

(Maintenance) yang dapat mengurangi tingkat kerusakan dan memperpanjang

umur mesin yang terdapat di dalam pembangkit tersebut. Sehingga diharapkan

sistem pemeliharaan (Maintenance) tersebut akan dapat memberikan

keuntungan-keuntungan, baik ditinjau dari segi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

pemeliharaan maupun waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeliharaan.

Pemeliharaan tersebut mencakup mesin-mesin utama maupun mesin-mesin

penunjang yang terdapat di Perusahaaan Pembangkit Listrik tersebut.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) merupakan pembangkit

listrik yang mengandalkan siklus PLTG dan siklus PLTU sebagai penggerak

utamanya dalam upaya menaikkan efisiensi termal. Penggabungan siklus turbin

gas dengan siklus turbin uap dilakukan melalui peralatan pemindah panas berupa

boiler atau umum disebut “Heat Recovery Steam Generator”(HRSG). Adapun

metode perawatan yang dipakai penulis adalah Total Productive Maintenance.

Total Productive Maintenance (TPM) merupakan pengembangan dari

Preventive Maintenance (PM) yang adalah metode pemeliharaan mesin serta

peralatan. Langkah untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut dalam usaha

peningkatan efisiensi produksi dilakukan dengan TPM yang menggunakan

metode Efektivitas Seluruh Komponen Mesin (Overall Equipment Effectiveness )

sebagai pengukur serta penganalisis kinerja mesin maupun peralatan. Hal-hal

yang dilihat sebagai faktor yaitu Enam Kerugian Besar (Six Big Losses) yang

(23)

Maksud penulisan ini memberikan usulan perbaikan efektivitas mesin atau

peralatan dengan tujuan meningkatkan efisiensi dari produksi pembangkitan

listrik.

Dari uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Total Productive Maintenance pada Turbin Gas dan Uap di

PT. PLN (Persero) Pembangkit Bagian Sumatera Utara Sektor Pembangkit

Belawan.”

1.2. Permasalahan

Pembangkit listrik sering mengalami gangguan energi yang diproduksinya.

Dugaan sementara hal ini dikarenakan mesin pembangkit mengalami gangguan

operasional. Sebagaimana diketahui bahwa mesin sering mengalami penurunan

yang diduga pada sektor Availability, Performance Efficiency, dan Rate of Quality

Product . Penulis melihat bahwa OEE (Overall EquipmentEffectiveness) mempu

menghitung nilai efektivitas dan efisiensi mesin Turbin Gas dan Uap dengan

parameter penyebabnya yang disebut Six Big Losses. Penulis juga menduga hal

yang sama terjadi pada sistem Turbin Gas dan Uap.

1.3. Rumusan Masalah

Setelah mengenal latar belakang masalah dan permasalahan maka dapat

dirumuskan masalah yang terjadi, yaitu : Bagaimana perawatan dan perbaikan

yang diterapkan pembangkitan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas kerja

mesin Turbin Gas dan Uap ST 1.0 dengan daya 50 MW ?

1.4. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan dana:

1. Penulisan memfokuskan penelitian pada perawatan perbaikan mesin melalui

data operasi, tidak menyinggung mengenai biaya perawatan. Dan perawatan

yang diteliti ada di Blok I PLTGU, secara khusus Turbin Gas dan Uap ST

1.0.

2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin atau peralatan diukur dengan

(24)

TotalProductive Maintenance (TPM) untuk mengetahui seberapa besar

kerugian pada mesin atau peralatan dalam memproduksi.

1.5. Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan adalah :

1. Perusahaan memakai sistem pemeliharaan total productive maintenance.

2. Proses produksi berjalan secara normal tanpa gangguan saat

dilakukannya penelitian.

3. Metode kerja yang dilakukan tidak berubah.

4. Pengukuran yang dilakukan bertujuan menganalisa permasalahan yang

berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas yang belum pernah

diterapkan sebelumnya.

5. Dokumen yang digunakan secara jelas serta terperinci.

1.6. Tujuan Penelitian

1.6.1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk mengetahuiTotal Productive

Maintenance pada sistem Turbin Gas dan Uap Sektor Pembangkitan Belawan.

1.6.2.Tujuan Khusus

Tujuan utama penelitian untuk mengetahui seberapa besar keefektifan mesin

Turbin Gas dan Uap beroperasi dari sudut pandang Total Productive Maintenance

dengan tolak ukur Overall Equipment Effectiveness (OEE) melalui faktor

penyebab yang disebut dengan 6 big losses : breakdown losses, setup and

adjustment, reduce speed losses, idling and minor stoppaged losses, rework losses

and yield/scraf losses.

1.7. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk penulis, manfaatnya dapat mengembangkan wawasan mengenai Total

(25)

2. Mengenal dasar - dasar perawatan dan perbaikan Turbin Gas dan Uap dan

hal-hal yang harus dilakukan, sehingga mampu memperpanjang jangka pakai

komponen-komponen Turbin Gas dan Uap tersebut.

3. Untuk pembaca, dimana dapat untuk memahami mengenai perawatan dan

perbaikan pada Turbin Gas dan Uap.

4. Bagi keseluruhan yaitu mengetahui betapa pentingnya perawatan mesin

sehingga mengurangi faktor-faktor penghambat produksi.

1.8. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai

berikut:

1. Metode yang digunakan adalah Metode Kuantitatif

2. Alat yang digunakan sebagai pengukur yaitu Overall Equipment

Effectiveness yaitu alat ukur Total Productive Maintenance.

3. Bahan/objek dilakukan penelitian adalah Pembangkitan PLTGU yaitu

ST 1.0 Sicanang-Belawan. KomponenPLTGU yang merupakan

komponen utamanya terdiri dari:

1. PLTG

2. HRSG

3. Turbin Uap

4. Tempat dilakukannya penelitian yaitu di Pembangkitan PT. PLN

PERSERO di Sicanang-Belawan, Sumatera Utara.

1.9. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar penulisan mudah dipahami dan ditelusuri maka penulisan ini akan

disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

Menjelaskanan mengenai latar belakang masalah, permasalahan, batasan masalah,

tujuan dari penelitian baik secara umum maupun secara khususnya,manfaat

penelitian, metodologi penelitian sampai ke sistematika penulisan dalam

(26)

Menampilkan dan menjelaskan mengenai tinjauan pustakaan yang berisi teori dan

pemikiran yang digunakan sebagai landasan teori serta pemikiran yang digunakan

sebagai landasan dalam pembahasan, pemecahan masalah dan menjelaskan hasil

kesimpulan dari penelitian ini dan menguraikan gambaran umum perusahaan PT.

PLN (Persero) Pembangkitan Bagian Sumbagut. Bab IILandasan Teori

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi

penelitian, rancangan penelitian, sumber dan jenis data, variabel penelitian,

pelaksanaan penelitian, sistematis pengolahan data serta analisa data dan uraian

data penelitian yang berhasil didapat. Bab IIIMetode Penelitian

Menganalisis juga menjelaskan pemecahan masalah dan langkah –langkah

perencanaan yang dilakukan dalam memecahkan masalah OEE. Bab IVPengolahan, dan Analisa Data

Berisi kesimpulan dan saran yang menyimpulakan keseluruhan hasil penelitian

dari hasil pengolahan data serta langkah – langkah pemecahan yang harus

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

Pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) merupakan Pembangkit

daya siklus gabungan pada dasarnya terdiri dari dua siklus utama, yakni siklus

Brayton (siklus gas) dan siklus Rankine (siklus uap) dengan turbin gas dan turbin

uap yang menyediakan daya ke jaringan. Dalam pengoperasian turbin gas, gas

buang sisa pembakaran yang keluar mempunyai suhu yang relatif tinggi. Sehingga

jika dibuang langsung ke atmosfer merupakan kerugian energi. Oleh karena itu,

panas hasil buangan turbin gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas

ketel uap yang dalam hal ini disebut Heat Recovery Steam Generator (HRSG),

disamping menghasilkan efisiensi yang tinggi dan keluaran daya yang lebih besar,

siklus gabung bersifat luwes, mudah dinyalakan dengan beban tak penuh, cocok

untuk operasi beban dasar dan turbin bersiklus dan mempunyai efisiensi yang

tinggi dalam daerah beban yang luas. Kelemahan berkaitan dengan keruwetannya,

karena pada dasarnya instalasi ini mengabungkan dua teknologi didalam satu

kompleks pembangkit daya.

Penggabungan siklus tunggal PLTG menjadi unit pembangkit siklus

kombinasi akan diperoleh beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut antara lain

adalah :

- Efisiensi termalnya tinggi,

- Biaya pemakaian bahan bakar (konsumsi energi) lebih rendah,

- Pembangunannya relatif cepat,

- Kapasitas dayanya bervariasi dari kecil hingga besar,

- Menggunakan bahan bakar gas yang bersih dan ramah lingkungan,

- Fleksibilitasnya tinggi.

PLTGU pada dasarnya ada dua sistem yakni :  Unfired Recovery Boiler

Energi panas yang didapatkan oleh HRSG berasal dari flue gas unit turbin

(28)

Supplementary Firing In Heat Recovery Boiler

Sistem ini dibutuhkan bahan bakar tambahan baik pada beban puncak

maupun untuk beban dasar.

2.1.1. Prinsip Kerja PLTGU

Kompresor berfungsi untuk memampatkan udara dari luar menjadi udara

yang bertekanan tinggi, gas alam dibakar di ruang bakar bersama- sama dengan

udara yang bertekanan tinggi. Udara untuk pembakaran diperoleh dari kompresor

utama, sedangkan panas untuk awal pembakaran diihasilkan oleh ignitor. Didalam

sistem turbin gas, gas panas hasil pembakaran bahan bakar dialirkan untuk

memutar turbin gas sehingga menghasilkan energi mekanik yang digunakan untuk

memutar generator. Gas buang dari turbin gas yang masih mengandung energi

panas tinggi dialirkan ke HRSG untuk memanaskan air sehingga dihasilkan uap.

Setelah menyerahkan panasnya, gas buang di lepas ke atmosfir dengan temperatur

yang jauh lebih rendah, keluar menuju saluran buang (exhaust) dan selanjutnya ke

bypass stack.

Uap dari HRSG dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk

memutar turbin uap yang dikopel dengan generator sehingga dihasilkan energi

listrik. Uap bekas keluar turbin uap didinginkan didalam kondensor sehingga

menjadi air kembali. Air kondensat ini dipompakan sebagai air pengisi HRSG

untuk dipanaskan lagi agar berubah menjadi uap dan demikian seterusnya.

(29)

2.1.2. Siklus PLTGU

Siklus PLTGU terdiri dari gabungan siklus PLTG dan siklus PLTU. Siklus

PLTG menerapkan siklus Brayton, sedangkan siklus PLTU yang merupakan

siklus tertutup menerapkan siklus ideal Rankine. Kedua siklus tersebut dapat

digambarkan dengan diagram T – s. Siklus PLTU memanfaatkan daerah

pembuangan panas turbin gas atau berada dibawah siklus turbin gas, tetapi diatas

daerah temperatur udara luar (ambient temperatur). Karena siklus PLTU berada

dibawah, maka sering disebut bottoming cycle, sedangkan siklus PLTG karena

diatas biasa disebut toping cycle.

Siklus gabung atau siklus kombinasi adalah suatu siklus yang

memanfaatkan gas buang dari turbin gas untuk memanaskan air yang dalam hal

ini digunakan ketel atau pembangkit uap atau boiler. Panas gas buang dari PLTG

biasanya 500°C. Panas ini dapat dimanfaatkan dengan untuk memproduksi uap

yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU oleh Heat Recovery Steam

Generator(HRSG).

(30)

Gambar 2.3 Siklus Bryton, Siklus Rankine, Siklus Kombinasi (Michael J. Moran

dan Howard N. Shapiro, 2004).

2.1.3. Bagian Utama PLTGU

Adapun bagian utama Turbin Gas dan Uaptersebut adalah :

1. PLTG

2. HRSG

3. Turbin Uap

2.1.3.1. PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)

Unit ini selain sebagai pembangkit utama yang menghasilkan daya

tersendiri juga sebagai sumber energi panas yang dialirkan ke unit Boiler/HRSG

Gambar 2.4 Komponen Penyusun PLTG (dietzel, 1993).

Keterangan Gambar :

1. Udara Masuk 4.Turbin

2. Kompresor 5.Keluaran Turbin

(31)

2.1.3.2. HRSG ( Heat Recovery Steam Generator )

Unit ini adalah penghasil uap dengan menggunakan sumber energi panas

dari flue gas yang dihasilkan unit Turbin Gas. Unit ini pada dasarnya hanyalah

suatu alat penukar panas (Heat Exhanger). HRSG ini terdiri dari satu unit atau

lebih yang menghasilkan kondisi uap yang superheat

Gambar 2.5 Heat Recovery Steam Generator

(Sumber: PT.PLN(Persero) Sektor Belawan)

2.1.3.3. Turbin Uap ( Steam Turbine )

Turbin ini dapat digerakan oleh tingkat tekanan uap yang berbeda (single

pressure, dual pressure). Turbin dengan dual pressure tersebut terdiri dari High

Pressure dan Low Pressure.

Gambar 2.6 Turbin Uap

(32)

2.2. Pemeliharaan (Maintenance) PLTGU

Maintenance adalah perawatan untuk mencegah hal-hal yang tidak

diinginkan seperti kerusakan terlalu cepat terhadap semua peralatan di pabrik,

baik yang sedang beroperasi maupun yang berfungsi sebagai suku cadang.

Kerusakan yang timbul biasanya terjadi karena mesin mengalami keausan dan

umur limit pakai akibat pengoperasian yang terus-menerus, dan juga akibat

langkah pengoperasian yang salah.

Secara umum maintenance dapat dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya

adalah:

1. Preventive Maintenance

Preventive maintenance adalah suatu kegiatan perawatan yang direncanakan

baik itu secara rutin maupun periodik, karena apabila perawatan dilakukan tepat

pada waktunya akan mengurangi down time dari peralatan. Preventive

maintenance dibagi menjadi:

a. Routine Maintenance, adalah suatu kegiatan prmrliharaan dan perawatan

yang dilakukan secara rutin.sebagai contoh dari kegiatan ini adalah

pembersihan fasilitas maupun peralatan, pelumasan, serta pemeriksaan

bahan bakarnya dan mungkin termasuk pemanasan

(warming-up)mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang

hari(Assauri, 1993).

b. Periodic Maintenance, adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu.sebagai contoh

untuk kegiatan periodik adalah penyetelan katup-katup pemasukan dan

pembuangan(Assauri, 1993).

2. Repair Maintenance

Repair Maintenance merupakan perawatan yang dilakukan terhadap

peralatan yang tidak kritis, atau disebut juga peralatan-peralatan yang tidak

mengganggu jalannya operasi.

3. Predictive Maintenance

Predictive Maintenance merupakan kegiatan monitor, menguji, dan

(33)

yang terjadi pada bagian utama, apakah peralatan tersebut berjalan dengan normal

atau tidak.

4. Corrective Maintenance

Corrective Maintenance adalah perawatan yang dilakukan dengan

memperbaikidan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai

standar yang diterima.seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan

agar peralatan menjadi lebih baik.

5. Break Down Maintenance.

Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan atau kelainan

pada peralatan sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya dan untuk

memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-alat, dan tenaga kerjanya.

6. Modification Maintenance.

Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan atau unit.

Modifikasibertujuan menambah kehandalan peralatan atau menambah tingkat

produksi dan kualitas pekerjaan.

7. Shut Down Maintenance

Shut Down adalah kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan

yang sengaja dihentikan pengoperasiannya. Shutdown maintenance pada turbine

gas terdiri dari Boroscope Inspection, Combustion Inspection, Hot Gas Path

Ispection dan Major Inspection.

2.3. PLTGU ST 1.0

PLTGU ST 1.0. merupakan mesin yang menjadi objek peneliti dengan

beban atau energi yang dihasilkan 50 MW, menggunakan bahan bakar Gas, yaitu

Liquid Natural Gas (LNG) juga bisa menggunakan dengan High Speed Diesel

(HSD).

Mesin ini mulai dioperasikan sejak 5 November 1993 memiliki waktu

pemeliharaan preventif yang dilakukan PLN Sicanang terhadap Turbin Gas dan

Uap ST 1.0. sesuai dengan waktu mesin beroperasi. Berikut adalah jadual

(34)

Tabel 2.1 Jadual Pemeliharaan Mesin Turbin Gas dan Uap ST 1.0

Hours

Equivalent

operating

hours

25.000 50.000 75.000 100.000 125.000 150.000

Inspection 2 sampai 5 kali sesuai dengan kebutuhan

Hot Gas Path

item

maintenance

(x) X (x) X (x) X

Major

Inspection

x X X

Sumber : PT. PLN (Persero) Sektor Belawan

Dengan: x : dilakukannya pemeliharaan

(x) : pemeliharaan Hot Gas Path bersamaan

Pada saat mesin telah beroperasi mencapai 8.000 jam maka akan dilakukan

pemeliharaan Inspection atau biasanya disebut Minor Inspection yaitu MI 1.

Pengecekan oli, pembersihan mesin, pengecekan mesin, pengencangan mur-mur

telah longgar, serta pengecekan yang lain. Diusia pakai mesin 16.000 jam juga

akan dilakukan Minor Inspection yaitu MI 2 begitu seterusnya. Saat mesin

mencapai usia pakai 25.000 jam, msin akan diberhentikan untuk pemeliharaan

Major Inspection, disini akan dilakukan pergantian mesin-mesin yang sudah tak

layak pakai ataupun telah mengalami kerusakan, bersamaan dengan pemeliharaan

di bagian Hot Gas Path (tempat terjadinya pembakaran). Biasanya

komponen-komponen Hot Gas Path akan diganti.

2.4. Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu manufaktur yang sama

pentingnya dengan fungsi - fungsi lain seperti produksi. Hal ini dilakukan dengan

tujuan supaya kegiatan produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Dalam

(35)

dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan – kegiatan pemelihaaan dan perawatan

yang meliputi:

a. Kegiatan pengecekan

b. Memberikan minyak (lubrication)

c. Perbaikan/reparasi atas kerusakan - kerusakan yang ada

d. Penyesuain/penggantian spare part atau komponen

Ada dua jenis penurunan kemampuan mesin/peralatan yaitu:

1. Natural Deterioration yaitu menurunya kinerja mesin/peralatan secara alami

akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin /peralatan selama waktu

pemakaian walaupun penggunaan secara benar

2. Accerated Deterioration yaitu menurunya kinerja mesin/peralatan akibat

kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan

mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan pelakuan yang tidak

seharusnya di lakukan terhadp mesin/peralatan.

Dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan keausan yang

timbul ketika proses produksi berjalan, dubutuhkan cara dan metode untuk

mengantisipasi dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan.

Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau

menjaga mesin atau peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau

penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang

memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi dengan adanya kegiatan

maintenance maka mesin/peralatan dapat di pergunakan sesuai dengan rencana

dan tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau

sebelum jangka waktu tertentu direncanakan tercapai.

Menurut Corder et al.,dalam Dewi Mulyati yang mengatakan bahwa hasil

yang diharapkan dari kerugian pemeliharaan mesin/peralatan (equipment

maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut :

1. Perawatan dalam bentuk kondisi (condition maintenance) yaitu

mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar berfungsi dengan baik sehingga

komponen - komponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi umur

(36)

2. Pergantian komponen (replacement maintenace) yaitu melakukan tindakan

perbaikan dan penggatian komponen komponen mesin tepat waktunya sesuai

dengan jadwal yang telah direncanakan sebelum kerusakan terjadi.

2.4.1. Tujuan Maintenance

Maintenance merupakan kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil,

maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan, berbiaya

rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi

dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama

jangka waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain (Assauri, 1993):

1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan dengan rencan

produksi.

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang di

butuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.

3. Untuk membantu mengurangi pemakain dan penyimpangan yang di luar

batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama

waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai

investasi tersebut.

4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien

keseluruhannya.

5. Untuk menjamin keselamatan orang yang mengunakan keselamatan tersebut

6. Memaksimumkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi (mengurangi

downtime)

7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan.

2.4.2. Jenis- jenis Maintenance

Menurut (Assauri, 1993) maintenance dibagi menjadi :

1. Pemeliharaan terencana(planned maintenance )

Planned maintenance adalah yang terorganisir dan dilakukan dengan

pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana

(37)

akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pemeliharaan

secara aktif bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat

mesin/peralatan.

Konsep planned maintenance di tunjukan untuk dapat mengatasi masalah

yang dihadapi manejer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance.komunikasi

dapat di perbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk

mengambil keputusan.Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance

antara lain laporan permintaan pemeliharaan,laporan pemeriksaan, laporan

perbaikan, dan lain-lain.pemeliharaan terencana dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Pemeliharaan pencegahan(preventive maintenance)

Preventive maintenace adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

di lakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tidak terduga

dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi

mengalami kerusakan pada waktu di gunakan dalam proses produksi (Assauri,

1993).

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang di berikan preventive

maintenance akan terjamin kelancaranya dan selalu du usahakan dalam kondisi

atau kedaan yang siap di pergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi

pada setiap saat.Sehingga dapatlah di mungkinkan pembuatan suatau rencana dan

jadual pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi

yang lebih tepat.

b. Pemeliharaan perbaikan(corrective maintenance)

Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang

dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelainan pada mesin/peralatan

sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

c. Pemeliharaan yang telah diprediksi(predictive maintenance)

Predictive maintenance adalah tindakan - tindakan maintenance yang

dilakukan pada tanggal yang di tetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan

evaluasi data operasi yang di ambil untuk melakukan predictive maintenance itu

dapat berupa data getaran,temperature,vibrasi,flow rate, dan lain lainnya.

Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari

(38)

maintenance untuk di lakukan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan

perusahaan.

2. Pemeliharaan tak terencana(unplanned maintenance)

Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency

maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah

tindakan maintenance yang dilakukan pada mesin/peralatan yang masih dapat

beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi.

Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan

pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari mesin/peralatan, dan

dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

3. Pemeliharaan mandiri(autonomous maintenance)

Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu

kegiatan untuk dapat meningkatakan produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan

melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara

mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri.

Prinsip-prinsip yang terdapat pada 5S, merupakan prinsip yang mendasari

kegiatan autonomous maintenance, yaitu:

1) Seiri (clearing up) : Pembersihan

Memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.

Membuang benda-benda yang tidak diperlukan. Hal ini merupakan kegiatan

klasifikasi barang yang terdapat ditempat kerja. Biasanya tempat kerja

dimuati dengan mesin yang tidak terpakai, cetakan , dan peralatan , benda

cacat, barang gagal, barang , barang dalam proses material, persedian dan

lain-lain.

2) Seiton (organazing) : Pengelompokan yang rapi

Menyusun dengan rapi dan mengenali benda untuk mempermudah

penggunaanya. Kata seiton berasal dari bahas jepang yang artinya menyusus

berbagai benda dengan cara yang menarik. Maksudnya dalam 5-S ini berarti

mengatur barang-barang sehingga setiap orang dapat menemukannya

dengan mudah dan cepat. Untuk mencapai langkah ini, pelat penunjuk

(39)

Dengan kata lain menata semua barang yang ada setelah ringkas, dengan

pola teratur dan tertib.

3) Seiso (cleaning) : Membersihkan peralatan dan tempat kerja

Menjaga kondisi mesin yang siap pakai dan keadaan bersih. Selalu

membersihkan, menjaga kerapian dan kebersihan. Ini adalah proses

pembersihan dasar dimana disuatu daerah dalam keadaan bersih. Meskipun

pembersihan besar-besaran dilakukan oleh pihak perusahaan beberapa kali

dalam setahun. Aktivitas itu cenderung mengurangi kerusakan mesin yang

diakubatkan oleh tumpahan minyak, abu dan sampah. Untuk itu bersihkan

semua mesin, peralatan dan tempat kerja, mengilangkan noda, dan limbah

serta menanggulangi sumber limbah.

4) Seikatsu (standarizing) : Penstandarisasian

Memperluar konsep kebersihan pada diri sendiri terus-menerus

memperaktekkan tiga langkah sebelumnya. Membuat standarisasi

pemeliharaan di tempat kerja seperti membuat standar pelumasan, standar

pengeceikan ataupun inspeksi mesin, membuat standar pencapaia, dan lainb

sebagainya.

5) Shitsuke (training and discipline) : Meningkatkan skil dan moral

Shitsuke merupakan sifat 5-S yang menitik beratkan pelatihan dan

pendisiplinan dengan pendidikan yang dilakukan sebelum memulai dunia

kerja, pelatihan, pengarahan serta diklat yang umumnya diberlakukan sesuai

dengan standar organisasi ataupun perusahaan.

Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan

membangun keahlian yang di butuhkan operator agar mereka mengetahui

tindakan apa yang harus dilakukan.

Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah:

1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)

2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan

3. Menghilangakan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminete

problem and anaccesible area)

(40)

5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection)

6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance)

7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidies)

Tugas dan Pelaksanaan kegiatan maintenance

Semua tugas tugas atau kegiatan daripada maintenance dapat di

golongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut:

1. Inspeksi (Inspections)

Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara

berkala (routine scedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai denagn rencana

yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas

mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.

2. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru di

beli,dan kegiatan pengembangan komponen komponen atau peralatan yang perlu

di ganti, serta melakukan penelitian penelitian terhadap kemingkinan

pengembanga komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya

kerusakan.

3. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya yaitu

dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi, hal yang direkam saat

operasi hingga dapat dilakukannya perawatan.

4. Kegiatan Adminitrasi

Kegiatan adminitrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan sceduling, yaitu rencana kapan

kegiatan suatu mesin/peralatan tersebut harus di periksa, diservice dan di perbaiki.

5. Pemeliharaan bangunan

Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang dilakukan tidak

(41)

2.4.3. Total Productive Maintenance

Agar perusahaan tetap mampu bersaing dalam kompetisi global yang

semakin menantang dan innovatif, maka diperlukan strategi penerapan yang

terbaik dalam mengelola sumber daya yang terdapat di dalam organisasi

perusahaan tersebut dilakukan secara tepat, efisien serta efektif. Just In Time (JIT)

dan Total Quality Management (TQM) adalah dua strategi yang banyak

digunakan oleh dunia industri dan beberapa waktu belakangan ini lahirlah Total

Productive Maintenance (TPM) sebagai sebuah strategi yang diyakini mampu

menjadi sarana pemeliharaan berkualitas yang strategis dan modern yang

merupakan hasil pengembangan dari JIT dan TQM itu sendiri.

Managemen pemeliharaan mesin/pemeliharaan modern yang dimulai

dengan apa yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang

menjadi productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya di

singkat dengan PM dan pertama kali di terapkan di industri-industri manufaktur di

Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya di tempatkan satu departemen yang

di sebut maintenance departement.

Preventive maintenance mulai di kenal pada tahun 1950-an, yang

kemudian berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang ada dan

kemudian berkembang pada tahun 1960-an muncul yang disebut productive

maintenance. Total productive maintenance (TPM) mulai berkembang pada

tahun1970-an pada perusahaan di negara jepang yang merupakan pengembangan

konsep maintenance yang di terapkan pada perusahaan industri manufaktur

Amerika Serikat yang disebut preventive maintenance. Seperti dapat dilihat pada

masa periode perkembangan PM di jepang di mana pada priode tahun1950-an

juga bisa di kategorikan sebagai priode “breakdown maintenance”. Peralatan yang

telah rusak harus mengalami pergantian, jadi banyak menghabiskan waktu

sehingga dikeluarkan banyak pemikiran untuk mengubah prinsip ini menjadi

prinsip pemeliharaan pencegahan (Preventive maintenance) serta dikembangkan

menjadi prinsip total productive maintenance.

Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan

(42)

pemeliharaan unit produksi. Tujuan pemeliharaan produktif (productive

maintenance) adalah untuk mencapai yang disebut dengan profitable PM.

2.4.3.1. Pengertian Total Productive Maintenance

TPM sesuai dengan nama kepanjangannya yang terdiri atas tiga buah

suku kata, yaitu :

(1) Total

Total berarti menyeluruh, yang menjelaskan bahwa aspek ini melibatkan

dari seluruh karyawan yang terdapat di dalam perusahaan, mulai dari tingkat

atas hingga karyawan tingkat bawah baik dalam mengoperasi maupun

dalam memelihara mesin ataupun peralatan.

(2) Productive

Productive merupakan upaya yang dilakukan supaya mesin maupun

peralatan tetap beroperasi secara produktif serta meminimaliskan atau

menghilangkan kerugian-kerugian yang terjadi diproduksi saat

pemeliharaan dilakukan.

(3) Maintenance

Berarti memelihara serta menjaga mesin dan peralatan secara mandiri yang

dilakuakan oleh operator produksi agar kondisi mesin atau peralatan

tersebut dalam keadaan prima dan terpelihara dengan menjaga kebersihan

mesin, melakukan pemeriksaan pelumasan dan hal-hal yang berkaitan

dengan pemeliharaan.

Total productive maintenanceyang menekankan pada pendayagunaan dan

keterlibatan sumber daya manusia dan sistem Preventive Maintenance untuk

memaksimalkan efektifitas peralatan dengan melibatkan semua departemen dan

fungsional organisasi (Nakajima, 1988).

TPM adalah hubungan kerja sama yang erat antara perawatan dan organisasi

produksi secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas

produksi,mengurangi pemborosan(waste),mengurangi biaya produksi,

(43)

perawatan pada perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh defenisi dari total

productive maintenance mencakup lima elemen yaitu sebagai berikut:

1. TPM bertujuan untuk menciptakan suatau sistem preventive maintenance

(PM) untuk memperpanjang umur pengunaan mesin/peralatan.

2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas mesin/peralatan secara

keseluruhan (overall equipment effectiveness).

3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti

engineering,bangian produksi, bagian maintenance).

4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkat managemen tertinggi

hingga para karyawan/operator lantai produksi.

5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM

melalui manajemen motivasi.

Kemudian menambahkan bahwa OEE juga merupakan cara efektif

menganalisis efisiensi sebuah mesin tunggal atau sebuah sistem permesinan

terintegrasi .Bagaimanapun suatu perusahaan menginginkan peralatan

produksinya dapat beroperasi 100% tanpa ada downtime, pada kinerja 100% tanpa

ada speed losses, dengan output 100% tanpa ada reject. Dalam kenyataannya, hal

ini sangat sulit tapi bukan tidak mungkin hal ini dapat dicapai. Menghitung OEE

merupakan salah satu komitmen untuk mengurangi kerugian-kerugian dalam

peralatan produksi maupun proses melalui aktivitas TPM dan hal ini merupakan

tujuan utamanya (Ljungberg, 1998).

Menurut Nehete, S., et al, TPM terangkum di dalam delapan pillar yang

(44)

Gambar 2.7 Pillar-pilar TPM

Sumber :

Dengan pengertian :

1. 5S : TPM dimulai dari 5S. Masalahtidak dapatdengan jelasterlihat

ketikatempatkerja tidak terorganisir. Membersihkandanmengaturtempat

kerjamembantutimuntuk mengungkapmasalah.

Membuatmasalahterlihatdengan langkah pertamadariperbaikan. Definisi dari

5S is SEIRI (Sort Out), SEITON (Organize), SEISO (Shine the workplace),

SEIKETSU (Standardization), SHITSUKE (Self descipline).

2. Autonomous Maintenance : pilar ini diarahkan untuk mengembangkan

operator supaya dapat mengurus tugas pemeliharaan-pemeliharaan kecil,

sehingga tidak selalu tergantung kepada para maintenance terampil sehingga

waktu tidak terbuang banyak dan hal ini menjadi nilai tambah kegiatan dan

perbaikan teknis. Operator bertanggung jawab untuk memeliharaan peralatan

mereka dengan tujuan mencegah peralatan memburuk.

3. KOBETSU KAIZEN (Continuous Improvement) : “Kai” berarti mengubah,

and :”Zen” adalah baik (untuk mendapatkan lebih baik). Pada dasarnya

kaizen adalah penambahan-penambahan kecil yang mengarah perbaikan,

(45)

karyawan perusahaan. Kaizen bertolak belakang dengan inovasi-inovasi

besar. Kaizen tidak memerlukan banyak investasi. Dibelakang prinsipnya

yang adalah “ Banyak melakukan penambahan kecil yang bergerak secara

efektif dalam sebuah lingkungan perusahaan daripada perubahan yang besar

dalam kuantitas sedikit.pilar ini bertujuan mengurangi kerugian yang

mempengaruhi efisiensi pada lahan kerja. Jika diterapkan secara detail serta

melalui prosedur dapat menghilangkan kerugian metode sistematis saat

menggunakan peralatan Kaizen. Aktivitas ini tidak hanya dibatasi pada area

produksi, hal ini juga baik jika diterapkan pada bagian administrasi.

4. Planned Maintenance : tujuannya untuk membebaskan mesin dan peralatan

produksi dari produk cacat yang dihasilkan dengan tujuan memuaskan para

konsumen. Pemeliharaan ini dibagi menjadi 4 grup :

a. Preventive Maintenance

b. Breakdown Maintenance

c. Corrective Maintenance

d. Maintenance Prevention

5. Quality Maintenance : ini bertujuan untuk memuaskan konsumen melalui

tingginya kualitas tanpa cacat manufaktur. Fokus menghilangkan cara

sistematis yang tidak sesuai serta banyak fokus kepada perubahan.

Meningkatkan pengertian mengenai bagian-bagian mesin yang

mempengaruhi kualitas produk dan mulai konsen menghilangkan kualitas

yang buruk, dan menyingkirkan keraguan mengenai qualitas serta

menyingkirkan potensi keraguan tersebut.

6. Education & Training : tujuannya meningkatkan kemampuan-kemampuan

para pekerja yang bermoral tinggi dan yang menyukai pekerjaannya juga

membentuk kebutuhan seluruh fungsitalitas dengan efektifdan independen.

Pendidikan diberikan kepada operator untuk menambah kemampuannya.

7. Office TPM : Office TPM harus dimulai setelah mengaktifkan empat pillar

TPM lainnya seperti Autonomous Maintenance (AM), Countinous

Improvement (CI), Planned Maintenance (PM), dan Quality Maintenance

(QM). Office TPM harus dijalankan untuk meningkatkan produktivitas,

(46)

kerugian. Termasuk proses analisis dan prosedur-prosedur yang secara

otomatis meningkatkan kantor. Office TPM menggambarkan dua belas

kerugian besar, diantaranya :

a. Kerugian pada bagian prosedur, akuntan, pemasaran,

penjualan-penjualan.

b. Kerugian komunikasi.

c. Kerugian saat mesin mengalami perhentian mendadak.

d. Kerugian saat penyetelan mesin.

e. Kerugian akurasi mesin

f. Peralatan rusan

g. Sambungan komunikasi rusak.

h. Membuang waktu.

i. Ketidak ketersediaan.

j. Konsumen yang mengeluh.

k. Beban darurat.

l. Kerugian start up

8. Safety, Hygiene and Environment Control : fokusnya bagian ini adalah

membentuk lapangan kerja yang aman di daerah sekitar sehingga tidak rusak

akibat proses dan prosedur. Pillar ini akan saling membutuhan antar yang satu

dengan yang lain secara teratur. Kesatuan dari pillar-pilar ini merupakan

gabungan representif para pekerja yang sama baik dari sebuah perusahaan.

Kesatuan ini dikepalai oleh wakil presiden direktur senior (secara teknis).

Seluruh yang terpenting.

2.4.4. Tujuan Total Productive Maintenance

Tujuan dari total productive maintenance baik secara langsung, maupun

tidak langsung yaitu:

1. Mencapai OPE (Overall Plant Efficiency) paling minimum 80 %

2. Mencapai nilai OEE minimum 90 %

3. Mengurangi biaya manufaktur sebesar 30 %

4. Memenuhi pesanan konsumen sebesar 100 %

(47)

6. Mencapai tujuan dengan bekerja sebagai tim

7. Perubahan perilaku kerja operator

8. Membagi pengetahuan dan pengalaman

9. Menambah tingkat keyakinan karyawan dalam bekerja.

2.4.5. Manfaat Total Productive Maintenance

Manfaat dari studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja

jangka panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor berikut:

1. Peningkatan produktifitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan

meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan

2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada

mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode terfokus

3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati karena produksi yang tanpa

gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan

4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai

tambah dapat dikurangi

5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja baik

6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab dilegasikan

pada setiap orang.

Kegiatan dan tindakan tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya

berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan

meminimalkan downtime mesin/peralatan akan tetapi banyak faktor yang

menyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja.

Rendahnya produktifitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi

perusahaan sering diakibatkan oleh pengguna mesin/peralatan yang tidak efektif

dan efesien terdapat pada enam faktor yang disebut kerugian besar (six big

losses).

Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber

daya yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output, efisiensi

merupakan karakteristik proses mengukur perpormasi aktual dari sumberdaya

(48)

Sedangkan efektifitas merupakan karakteristik lain dari proses mengukur

derajat penyampaian output dari sistem produksi, efektifitas diukur dari rasio

aktual output terhadap output yang direncanakan. Dalam era persaingan bebas saat

ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kualitas output semata

akan dapat menyesatkan, karena pengukuran ini tidak memperhatikan

karakteristik utama dari proses yaitu : kapasitas efesiensi dan efektifitas.

Taisir, Osama (2010) berkata bahwa satu tujuan dari TPM dan OEE adalah

mengurangi atau menghilangkan apa yang disebut dengan six big losses yang

merupakan penyebab umum terjadinya kerugian efisiensi saat proses manufaktur.

Berlangsungnya kerugian dari efektifitas di dalam TPM tersebut didefinisikan

dengan istilah dari kualitas yang disebut kualitas produk dan kesediaan waktu

mesin. Mesin /peralatan seefisien mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi

dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna dan berdaya guna, Untuk

dapat meningkatkan produtifitas mesin/peralatan yang digunakan maka perlu

dilakukan analisis produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan pada six big losses.

Merumuskan six big losses dalam formula dibawah ini (Nakajima, 1988):

2.4.5.1. Penurunan Mesin (Downtime)

1) Kerugian karena kerusakan mesin/peralatan (equipmentfailure/breakdown)

Kerusakan mesin/peralatan (equipment failure breakdown) akan

mengakibatkan waktu yang terbuang sia-sia yang mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibar

dari produk yang di hasilkan cacat.

Formula matematis untuk breakdown losses sebagai berikut:

EF = ������������������

������������� x 100%

2) Kerugian karena pemasangan dan penyetelan (set-up and adjustment losses)

Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up termasuk

waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang di butuhkan untuk kegiatan

kegiatan menggati jenis produk ke jenis berikutnya untuk produksi selanjutnya.

Dengan kata lain total yang di butuhkan mesin tidak berproduksi guna menggati

peralatan (dies) bagi jenis produksi berikutnya sampai dihasilkan produksi sesuai

(49)

Formula matematis untuk set-up and adjusment losses sebagai berikut :

SA = �������� −��/����������

������������� x 100 %

2.4.5.2. Kerugian akibat penurunan kecepatan (speed losses)

1) Kerugian kerena beroperasi tanpa beban maupun berhenti sesaat (Idling and

minor stoppages)

Kerugian kerena beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat

muncul jika factor ekternal mengakibatkan mesin/peralatan berhenti berulang

ulang mesin/peralatan beroperasi tampa mengahasilkan produk.

Formula matematis untuk idling and minor stoppages losses sebagai berikut:

IMS = �����������������

����������� x 100 %

2) Kerugian karena menurunnya kecepatan Produksi(Reduced speed)

Menurunnya kecepatan produksi timbul jika operasi lebih kecil dari

kecepatan yang di rancang beroperasi dalam kecepatan normal. Menurunnya

kecepatan produksi antara lain di sebabkan oleh:

1. Kecepatan mesin yang dirancang tidak dapat dicapai karena berubahnya

jenis produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin dan peralatan

yang digunakan.

2. Kecepatan produksi mesin/peralatan menurun akibat operator tidak

mengetahui berapa kecepatan normal mesin/peralatan sesungguhnya.

3. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk mencegah timbulnya masalah

pada mesin/peralatan dan kualitas produksi yang dihasilkan jika di

produksi pada kecepatan produksi yang lebih tinggi.

Formula matematis reduce speed losses sebagai berikut:

RS = �������������������� –�������������������

����������� x 100 %

2.4.5.3. Kerugian karena terjadinya cacat (Defects)

1) Kerugian karena produk cacat maupun karena kerja produk di proses

(50)

Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian

material,mengurangi jumlah produksi, limbah produksi produksi meningkat dan

biaya untuk mengerjakan ulang, kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya

tenaga kerja dan waktu yang di butuhkan untuk mengolah dan mengerjakan

kembaliataupun memperbaiki cacat produk Cuma sedikit akan tetapi kondisi

seperti ini bias menimbulkan masalah yang semakin besar.

Formula matematis untuk rework losses sebagai berikut:

RL = ���������������������

����������� x 100 %

2) Kerugian pada awal waktu produksi hingga mencapai waktu produksi yang

stabil(Reduced yield/scrap losses)

Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul

selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin/peralatan untuk menghasilkan produk

baru dengan kwalitas produk yang di harapkan. Kerugian yang timbul tegantung

pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil, tidak tepatnya

penanganan dan pemasangan mesin/peralatan atau cetakan (dies) ataupun operator

tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang ditimbulkan.

Formula matematis yield/scrap losses sebagai berikut:

YS = ��������������������

����������� x 100 %

2.5. Overall Equipment Effectiveness

Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big

losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam six big losses dapat

dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk digunakan

dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni downtimes losses, speed losses

dan defect losses.

OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat

produktivitas mesin/peralatan dan kinerja secara teori. OEE adalah tingkat

keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Availability, Performance Efficiency, dan Rate of Quality Product (Roy Davis,

(51)

area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas maupun effisiensi

mesin/peralatan dan dapat juga menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada

lintasan produksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan

memperbaiki cara yang tepat untuk menjamin peningkatan produktivitas

penggunaan mesin/peralatan.

Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE) di rumuskan

sebagai berikut :

OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%

Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat di tunjukkan

jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance

efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang

dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor data six big

losses harus diikutkan dalam penghitungan OEE, kemudian kondisi aktusal dari

mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat. OEE dihitung dengan menghasilkan

produk dari ketersediaan peralatan, efisiensi kerja proses dan tingkat kualitas

produk (Ljungberg, 1998; Dal et al, 2000.).

2.5.1. Kesediaan Waktu Mesin (Availability)

Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading

timenya, sehingga dapat menghitung availability mesin di butuhkan nilai dari

Operation time, Loading time dan Downtime :

Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Availability = �������������

����������� x 100 %

Loading time adalah waktu yang tersedia (avaibility) per hari atau per

bulan di kurang dengan waktu downtime direncanakan (planned downtime).

Planned time adalah jumlah waktu mesin pada saat dilakukannya

pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan management lainya.

Lamanya Loading time dapat dicari dengan formula :

(52)

Operation time merupakan hasil pengurangan loading dengan waktu down

time (non operation time), dengan kata lain operation time adalah waktu operasi

tersedia (avaibility time) setelah waktu downtime mesin keluarkan dari total

avaibility time yang di rencanakan.

Planned time mesin adalah waktu proses yang seharusnya digunakan

mesin akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin/peralatan (equipment

failures/breakdown) mengakibatkan tidak ada output yang di hasilkan downtime

meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan mesin/peralatan, pelaksanaan

prosedur set-up and adjustment dan lain - lainya. Untuk mencari lamanya terjadi

Downtime maka diperlukan formula sebagai berikut :

Downtime = Setup + Breakdown +waktu saat mesin berhenti

Operation time didapat dari data PT.PLN (Persero) sektor belawan

2.5.2. Efisiensi Performansi (Performance Efficiency)

Performnace efficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed

rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang di hasilkan di kalikan

dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakukan

prosesn produksi (operation time).

Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal

mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time)

dengan kecepatan actual mesin (actual cycle time). Persamaan matematikanya di

tunjukkan sebagai berikut :

Operation speed rate = ����� ����� ����

������ ����� ����

Net operatiaon rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang

di proses (processed amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net

operatioan time menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor stoppages dan

menurunya kecepatan produksi (reduced speed). Adapun cara mencari besarnya

net opertation dapat dicari dengan formula dibawah ini :

Net operation rate = ������ ���������� ����

Gambar

Gambar 2.6 Turbin Uap (Sumber: PT.PLN (Persero) Sektor Belawan)
Tabel 2.1 Jadual Pemeliharaan Mesin Turbin Gas dan Uap ST 1.0
Gambar 2.7 Pillar-pilar TPM
Gambar 2.8 Diagram Pareto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan ekspektasi pengkhotbah (lingkaran kuning) terhadap tangga di depan tengah mimbar yang dirasakan mengganggu aksesibilitasnya dalam bergerak ketika melakukan

201 Timbul Prasetyo / Timbul Sungapan Dukuh RT 68 Argodadi Sedayu Lantainisasi 750,000 Bagian Administrasi Pembangunan. 202 Kotinah Sungapan Dukuh RT 71 Argodadi Sedayu

Penilaian karakter yang kedua adalah anecdotal record, yaitu kumpulan rekaman/catatan tentang peristiwa-peristiwa penting yang menonjol dan menarik perhatian

Analisa gugus fungsi dengan FTIR diperoleh pita serapan pada bilangan gelombang 883,25 yang menunjukkan ikatan C-H dan 1612,49 cm -1 yang menunjukkan ikatan C=C yang berasal

tidak boleh transparan). 3) Berdasi hitam dan memakai ikat pinggang warna hitam polos. 4) Sepatu pantofel warna hitam tanpa hak berkaus kaki putih 10cm diatas mata kaki. 5) Memakai

Jika ingin menampilkan kata ”alias”, maka Anda tidak perlu mengetik perintah yang panjang lagi, tetapi cukup ketik ^shell^alias^ dan tekan Enter maka akan menggantikan kata

Argumentasi Kegiatan transportasi harian relatif menimbulkan pergerakan yang bersifat berulang, misalnya yang terjadi pada para pekerja dan mereka yang

Identifikasi Lembaga/unit bisnis pada sub- sistem distribusi dari 36 responden benih padi non subsidi diketahui ada tiga toko pengecer yaitu Toko Abadi, Toko