• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2013"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

"

Katalog Dalam Terbltan. Kementerian Kesehatan RI V セ T@

Ino Innonesia Ken'entenan Kesehatan RI. Sekretariat L Jendera l

Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2013.-Jakarta : Kemenlerian Kesehatan RI. 2014

ISBN 978-6<l2-235-608-0

1 Judul I. HEALTH PLANNING

(3)

ッOセセ@

Af'Sii Rusli, SH, MH NlP 195411191977031002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat dan karunia-Nya, kita dapat menyelesaikan laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Biro Hukum dan Organisasi Setjen Kemenkes Tahun 2013. LAK ini menguraikan tentang pencapaian target indikator kinerja utama dan penunjang serta keberhasilan dan kegagaJan daJam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya selama tahun 2013.

Pada tahun 2013, fokus kegiatan pada upaya penye\esaian peraturan perundang-undangan yang menjadi amanat Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta bermacam peraturan yang mengatur Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria sebagaimana diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomar 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Sedangkan pengembangan organisasi difokuskan untuk menyelesaikan proses

reorganisasi

Kementerian Kesehatan serta menye1esaikan perangkat manajemennya. SeJainitu penyusunan bisnis proses, mengawal akuntabilitas satuan kerja dan sasaran kerja pegawai ュ・ョェ。、セ@ fokus penyelesaian Biro Hukum dan Organisasi.

Keberhasilan dalam pelaksanaan tug as di lingkungan Biro Hukum dan Organisasi tidak terlepas dari hasil kerja keras seluruh pegawai , unit-unit lintas program dan lintas seldor terkait

Demlkian, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum dan Organisasi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi ォゥョ・セ。N@

KepaJa Biro Hukum dan Organisasi,

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(4)

DAFTAR 151

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR 151 ... ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... v

BAB I PENDAHULUAN ... ... . 1

A. LATAR BELAKANG ... ... ... ... ... ... .. ... .... 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN ... .. ... .. ... .... .... .. .. ... ... ... 2

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI .... ... .. ... .. ... .. .... .. ... ... ... 2

D. SISTIMATIKA ... .. ... ... ... ... .. 4

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 5

A. VISI DAN NiISI ... ... ... ... ... ... ... .. .... ... 6

1. VISI .... ... ... .. ... .. ... ... 6

2. MISI ... ... .... ... .... ... .... ... .... 6

B. TUJUAN DAN SASARAN .... .. .. .... ... ... .... ... ... ... ... .... ... 7

1. TUJUAN ... ... .... ... .... .... .. ... ... 7

2. SASARAN ... ... .. ... .... ... ... .... .. ... ... 8

C. KEBIJAKAN DAN KEGIATAN TAHUN 2013 .. ... ... ... ... 10

1. KEBIJAKAN ... ... .... .. ... ... ... ... ... ... 10

2. KEGIATAN PRIORITAS ... .. ... ... ... ... ... .... ... .... ... 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 14

A. PENGUKURAN KINERJA .. .. ... 14

B. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 ... ... ... .... ... 17

1. INDIKATOR PERTAMA ... ... ... ... ... ... .. 17

a. Kegiatan "yang terkait langsung" dengan indikator ini adalah sebagai berikut ... ... ... ... ... ... ... ... ... 17

1) Penyusunan Rancangan Undang Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan Presiden (R PerPres) Bidang Kesehatan .. ... ... .. ... .. .... .... .. ... 17

2) Penyusunan Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan ... ... 20

Laporan Akuntabilitas Kinerja II

(5)

-p

b. Kegiatan lain di bidang hukum yang mendukung indikator kinerja

Utama Biro Hukum dan Organisasi ... ... ... .. .. ... ... .. .. 23

1. Pengkajian Hukum Bidang Kesehatan .. .. ... ... ... ... 23

2. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan ... .. ... .... .... .. .... 24

3. Pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak ... 25

4. Evaluasi dan Pengolahan Data Jabatan Fungsional Perancang Perundang-undangan ... ... ... ... ... ... .... .. 26

5. Sistim Jaringan Dokumentasi Informasi (SJDI) ... ... ... .. .. ... 27

2. INDIKATOR KEDUA .. .. ... ... ... .. .... ... 28

a. Kegiatan "yang terkait langsung" dengan indikator ini adalah sebagai berikut ... .... ... ... ... ... ... . 28

1) Penanganan dan Penyelesaian kasus hukum di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), maupun pendampingan hukum dalam status sebagai saksi dan/atau saksi ahli di hadapan penegak hukum ... ... ... ... ... 28

2) Penanganan dan penyelesaian atas gugatan (permohonan uji Materiil , baik di Makamah Konstitusi maupun di Makamah Agung ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .... ... ... 28

b. Kegiatan lain di bidang hukum yang mendukung indikator kinerja Kedua adalah sebagai berikut .. ... .. .. .. .. .... .. ... ... ... .. 31

1) Penanganan Putusan Pengadilan Bogor Sita Eksekusi Tanah RS Marzuki Mahdi ... ... ... ... ... ... .. .... 31

2) Advokasi Pengurusan Penyelesaian hal Kekayaan Intelektual (HKI Paten, Cipta, Merk) Bidang Kesehatan di daerah .. ... ... 32

3) Penanganan Asset Kementerian Kesehatan ... ... ... 33

4) Perjanjian di Bidang Kesehatan .... ... .... ... ... .. ... .. .... . 35

3. INDIKATOR KETIGA .. ... .... ... .. .. .... ... ... ... ... ... 36

a. Kegiatan yang terkait langsung dengan i ndikator tersebut diatas adalah sebagai berikut .. .. ... .... .. ... .. .. ... ... 36

1) Penataan Organisasi Kementerian Kesehatan/Unit Pelaksana Teknis ... ... ... ... ... .. ... .. ... ... ... ... . 36

2) Penyusunan Informasi Jabatan dan Peta Jabatan Wakil Menteri Kesehatan dan UPT .... ... .... .... ... .. ... ... .. ... ... 38

3) Analisa Beban Kerja (ABK) di lingkungan Kementerian Kesehatan 40 4) Penyusunan Pedoman SOP-AP Sekretariat Jenderal .... ... 41

5) Bisnis Proses di lingkungan Sekretariat Jenderal ... .... ... .... 42

Laporan Akuntabilitas Kinerja

iii

(6)

-b. Kegiatan bidang organisasi dalam mendukung Indikator Kinerja

Utama Biro Hukum dan Organisasi sebagai berikut ... 43

1) Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro, Setjen dan Kementerian Kesehatan ... ... ... 43

2) Evaluasi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Publik ... 45

3) Penyempurnaan Jabatan Fungsional Tertentu (J FT) ... 47

4) Penyusunan SPM Bidang Kesehatan di Provinsi dan Penyempurnaan SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota ... 48

5) Monitoring dan Evaluasi Desentralisasi ... 49

6) Pemantapan Reformasi Birokrasi ... .... 50

7) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja ... 51

8) Monitoring dan Evaluasi Jabatan Fungsional ... 51

4. INDIKATOR PENUNJANG ... ... ... 52

c.

SUMBER DAyA... 54

1. Sumber Daya Manusia ... 54

a. Menurut Jabatan ... 54

b. Menurut Golongan ... 54

c. Menurut Pendidikan ... 54

2. Sumber Daya Anggaran ... 55

BAB IV PENUTUP .... ... ... 58

LAMPIRAN (Pengukuran Kinerja Biro Hukum dan Organisasi tahun 2013) ... 60

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja IV

(7)

-IKHTISAR EKSEKUTIF

..

Dalam rangka pencapaian yang diamanahkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, maka kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Hukum dan organisasi untuk menjalankan amanah dalam pencapaian target yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan tersebut. Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2013 ini menyajikan hasil - hasil yang menggambarkan capaian kinerja dalam rangka pertanggungjawaban kewajiban. Keberhasilan serta kegagalan disajikan pula sebagai bagian evaluasi dan perencanaan mendatang dalam mewujudkan target pencapaian diakhir tahun Renstra.

Bagi Biro Hukum dan Organisasi, laporan akuntabilitas kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Sekretaris Jenderal, dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam LAK 2013 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal.

LAK ini secara garis besar berisikan informasi rencana kinerja dan capaian kinerja yang telah dicapai selama tahun 2013. Rencana kinerja 2013 dan penetapan kinerja 2013 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2013 yang sepenuhnya mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010 - 2014 yang telah disarikan dalam Indikator Kinerja Utama dan Penetapan Kinerja tahun 2013.

Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2013 menunjukkan bahwa Biro Hukum dan Organisasi memenuhi sasaran yang ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Biro Hukum dan Organisasi yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan

(8)

p

Sasaran: Meningkatnya produk-produk hukum yang akan mendukung

penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan i

2011 2012 2013

No Indikator Kinerja

T R T R T R

lumlah produk hukum bidang kesehatan yang diselesaikan

a. Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan

Pemerintah, Rancangan 9 9 9 9 9 15

PeraturaniKepu tu san Presiden.

- Full b. Per/Kepmen

Produk 35 50 35 32 45 76

Biro Hukor - Finalisasi

Oleh Biro 94 91 66

Hukor 2 lumlah kasus-kasus hukum

40 239 45 50

bidang kesehatan yang 40 53

tertangani

3 lumlah organisasi dan

tatalaksana yang tertata di 10 27 10 15 10 15

lingkungan Kementerian Kesehatan termasuk UPT

Keterangan : T: Target R : Realisasi

Dalam rangka pencapaian sasaran strategis kegiatan, untuk tahun 2013 didukung dengan anggaran sebesar Rp. 17.275.122.000,-. Alokasi tersebut diyakini merupakan alokasi yang ideal bagi Biro Hukum dan Organisasi, terbukti dari serapan anggaran yang mencapai 83%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan

(9)

Komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh pegawai Biro Hukum dan Organisasi untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan anggaran kegiatan menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.

Sesuai dengan anal isis atas capaian kinerja tahun 2013, dapat dirumuskan beberapa langkah penting strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan rencana kinerja tahun 2014, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi yang lebih intensif baik dengan pihak di luar Kementerian Kesehatan maupun dengan unit teknis lain di Kementerian Kesehatan serta diantara bagian-bagian di lingkungan Biro Hukum dan Organisasi khususnya dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. 2. Optimalisasi SOM (pegawai) sesuai kompetensi untuk menunjang kegiatan

yang telah direncanakan.

3. Melaksanakan peningkatan kemampuan / pengembangan kapasitas kualitas SOM dengan berbagai pendidikan dan pelatihan teknis yang diperlukan.

4. Merancang bisnis proses untuk memperkuat perencanaan kinerja dan menunjang amanah RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan periode tahun 2015 - 2019.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(10)

p

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan sebuah system dengan (Performance-base Management) pendekatan manajemen berbasis kinerja untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Dalam rangka memperoleh gambaran pencapaian kinerja pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, maka sebagaimana amanah dalam Instruksi Presiden No 7 tahun 1999 setiap instansi wajib menyusun laporan akuntabilitas kinerja pada setiap akhir tahun, sebagai bagian dari suatu proses system tersebut.

Penyusunan dan penyampianan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan kewajiban setiap satuan kerja dalam mempertanggungjawabkan pencapaian penetapan sasaran strategis dan indikator kinerja utama yang diperjanjikan dalam penetapan kinerja yang ditandatangani pimpinan organisasi setiap awal tahun anggaran berjalan.

Kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan diarahkan untuk terlaksananya berbagai upaya kesehatan yang reformatif dan akseleratif terhadap upaya yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan. Peningkatan prod uk-produk hukum dan organisasi menjadi sasaran yang diamanahkan pada Biro Hukum dan Organisasi. Pada tahun 2013 sebagaimana indikator utama Biro Hukum dan Organisasi maka penyusunan peraturan perundang-undangan, penataan organisasi dan tatalaksana serta monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi menjadi fokus kegiatan di Biro Hukum dan Organisasi .

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(11)

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum dan Organisasi tahun 2013 merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis yang memuat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2013 yang harus dipertanggung jawabkan oleh Kepala Biro Hukum dan Organisasi kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan.

c.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Permenkes Nomor 1144/l\I1enkes/PerNIlI/2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan, sebagaimana telah diu bah dengan Permenkes No 35/ tahun 2013 , Biro Hukum dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, pelayanan hukum, serta penyelenggaraan organisasi dan tata laksana.

Dalam melaksanakan tugas, Biro Hukum dan Organisasi menyelenggarakan fungsi :

1. koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan; 2. koordinasi dan pemberian pertimbangan hukum dan bantu an hukum

serta penyusunan rumusan perjanjian ; 3. pembinaan dan penataan kelembagaan; 4. penyusunan analisis jabatan;

5. pembinaan ketatalaksanaan;

6. koordinasi dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja;

7. koordinasi dan fasilitasi sistem dan prosedur desentralisasi bidang kesehatan;

8. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi; dan 9. pelaksanaan urusan tata usaha Biro.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(12)

Adapun susunan Organisasi Biro Hukum dan Organisasi terdiri atas : 1. Bagian Peraturan Perundang-Undangan;

2. Bagian Pelayanan Hukum; 3. Bagian Kelembagaan;

4. Bagian Ketatalaksanaan dan Akuntabilitas Kinerja; dan 5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Jabatan Biro Hukum dan Organisasi

11M",

....

--...

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(13)

D. SISTIMATIKA

Laporan akuntabilitas kinerja Biro Hukum dan Organisasi ini menjelaskan pencapaian kinerja Biro Hukum dan Organisasi selama Tahun 2013. Capaian kinerja tersebut menjelaskan posisi pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan, oleh karena itu pembandingan capaian setiap tahun dengan kinerja tahun sebelumnya dapat menjadi sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Dengan kerangka fikir seperti itu, sistimatika penyajian laporan akuntabilitas kinerja Biro Hukum dan Organisasi sebagai berikut:

• Bab I (Pendahuluan), menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Biro Hukum dan Organisasi, serta sistimatika penyajian laporan.

• Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran kegiatan Biro Hukum dan Organisasi serta Perencanaan dan Perjanjian Kinerja untuk tahun 2013.

• Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pengukuran kinerja, capaian kinerja tahun 2013, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran serta sumberdaya manusia yang digunakan dalam rangka pencapaian kinerja Biro Hukum dan Organisasi selama Tahun 2013. • Bab IV (penutup), berisi kesimpulan atas laporan akuntabilitas kinerja

tahun 2013.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(14)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan untuk mencapai sasaran dan target indikator yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Pada tahun 2013 rencana kinerja Biro Hukum dan Organisasi telah disusun dalam rangka mencapai Indikator Kinerja Utama dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.

Perjanjian kinerja (PK)I penetapan kinerja (Tapja) merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai an tara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima tanggungjawab dengan pihak yang memberi tanggungjawab. Dengan demikian, penetapan kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya. Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut. Dalam hal atasan langsung tidak sependapat dengan target kinerja yang diajukan tesebut, maka pernyataan ini harus diperbaiki hingga kedua belah pihak sepakat atas materi dan target kinerja yang telah ditetapkan.

Visi, misi, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai target kinerja tahun 2013 di lingkungan Biro Hukum dan Organisasi termuat dalam Rencana Lima Tahunan Biro Hukum dan Organisasi dalam bentuk Rencana Aksi Kegiatan (RAK).

Laporan Akuntabilitas Kinerja

5

(15)

-Adapun penjabaran visi, misi, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai target kinerja tahun 2013 di lingkungan Biro Hukum dan Organisasi adalah sebagai berikut.

A. VISI DAN MISI

1. Visi

Visi merupakan suatu gambaran yang menantang tentang masa depan berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh Biro Hukum dan Organisasi.

Visi Biro Hukum dan Organisasi adalah meningkatkan peranan dalam pelayanan prima hukum di bidang kesehatan serta penataan

organisasi dan manajemen yang efisien dan efektif.

Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad kuat dari Biro Hukum dan Organisasi untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hukum serta menata organisasi untuk mencapai visi Kementerian Kesehatan.

2. Misi

Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Untuk dapat mewujudkan visi Biro Hukum dan Organisasi tersebut, ditetapkan 7 (tujuh) misi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan;

b. Memasyarakatkan dan menyebarluaskan produk-produk hukum bidang kesehatan;

c. Memberikan bantuan hukum terhadap berbagai masalah hukum bidang kesehatan ;

d. Mendokumentasikan berbagai peraturan perundang-undangan;

Laporan Akuntabilitas Kinerja

6

(16)

-e. Meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia di bidang hukum, organisasi dan manajemen;

f. Melakukan penataan kelembagaan dan tatalaksana organisasi Kesehatan;

g. Mempersiapkan juklak dan juknis.

B. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah ditentukan dan menggambarkan kondisi yang diinginkan pad a akhir periode. Tujuan yang ingin dicapai oleh Biro Hukum dan Organisasi dalam periode tahun 2010 - 2014 adalah:

a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas produk hukum di bidang kesehatan agar penyelenggaraan pembangunan kesehatan dapat berjalan dengan baik berdasarkan landasan hukum yang pasti.

b. Tertatanya organisasi dan tatalaksana di berbagai tingkat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Penetapan tujuan ini dilandasi oleh fakta pembangunan bidang kesehatan tidak bisa lepas dari penyusunan produk hukum sebagai 'payung' yang akan melindungi setiap kebijakan yang dibuat agar bisa berlaku dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas produk hukum mutlak diperlukan agar pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan. Selain itu, pembangunan kesehatan tidak akan terwujud jika manajemen organisasi yang bersangkungan tidak tertata dengan baik. Oleh karen a itu diperlukan penataan organisasi dan tatalaksana yang terencana dan berkesinambungan agar pembangunan kesehatan dapat berjalan optimal.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(17)

2. Sasaran

Sasaran, indikator kinerja dan target yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian Ipenetapan kinerja tahun 2013 adalah sebagai berikut.

Sasaran Indikator Kinerja Target

2013 Meningkatnya a. Jumlah produk hukum bidang kesehatan

produk-produk yang diselesaikan

hukum yang 1. Rancangan Undang Undang, Rancangan 9

akan Peraturan Pemerintah, Rancangan

mendukung Peraturan/Keputusan Presiden penyelenggara 2. Peraturan/Keputusan Menteri an

Permenkes

45

pembangunan

Kepmenkes bidang

- Full Produk Biro Hukor kesehatan

セ@ Permenkes

セ@ Kepmenkes

- Finalisasi Oleh Biro Hukor

セ@ Permenkes/Kepmen kes

b. Jumlah kasus-kasus hukum bidang

50

kesehatan yang tertangani

c. Jumlah organisasi dan tatalaksana yang 10 tertata di lingkungan Kementerian Kesehatan

termasu k U PT

Laporan Akuntabilitas Kinerja

(18)

Tabel 1. Definisi Operasionallndikator Biro Hukum dan Organisasi

No Indikator URAIAN

1 Jumlah produk hukum bidang kesehatan yang diselesaikan :

PENGERTIAN :

Jumlah produk hukum adalah jumlah produk perundang-undangan bidkes yang diajukan ke Biro Hukum (dalam bentuk draft awal) untuk diproses lebih lanjut sesuai TUPOKSI.

RUU Inisiatif Yang diselesaikan adalah penyusunan RUU inisiatif Pemerintah pemerintah berupa draft awal dari unit teknis untuk

dibahas menjadi draft final dan dibahas pada Panitia Antar Kementerian serta harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM

RUU Inisiatif OPR Yang diselesaikan adalah penyusunan DIM RUU inisiatif OPR berdasarkan masukan dari unit teknis dan

selanjutnya disampaikan ke OPR RPP, R.Per/Keppres Yang diselesaikan adalah penyusunan

RPP/R.Per/Keppres berupa draft awal dari unit teknis untuk dibahas menjadi draft final dan dibahas pada Panitia Antar Kementerian (PAK) serta harmonisasi di

Kementerian Hukum dan HAM

Per/Kepmenkes Yang diselesaikan adalah penyusunan Per/Kepmenkes berupa draft awal dari unit teknis untuk

dibahas/diharmonisasi untuk menjadi Per/Kepmenkes. Proses penyelesaian Per/Kepmenkes tersebut dapat melalui rapat pembahasan, atau hanya koreksi dengan analisa hukum dan teknik penyusunan peraturan

perundang-undangan atau legal drafter dan para pejabat struktural yang terkait di Biro Hukum dan Organisasi.

2 Jumlah kasus-kasus hukum bidang kesehatan yang tertangani

PENGERTIAN :

Jumlah kasus hukum adalah jumlah kasus dan

permasalahan hukum bidkes yang sedang dalam proses penanganan.

Yang tertangani adalah proses penanganan kasus atau kasus selesai.

Kasus dalam proses adalah prosentase penyelesaian kasus baik yang baru maupun lama

Definisi Operasional

Laporan Akuntabilitas Kinerja

[image:18.612.66.519.206.761.2]
(19)

Jumlah kasus hukum bidkes yang tertangani adalah Jumlah kasus dan permasalahan hukum di bidang kesehatan yang dalam proses penanganan/penyelesaian baik kasus yang lama maupun baru.

3 Jumlah organisasi dan tatalaksana serta klasifikasi yang ditetapkan di

lingkungan Kementerian

Kesehatan termasuk UPT

PENGERTIAN :

Jumlah organisasi yg ditetapkan adalah jumlah pelembagaan/penataan organisasi di lingkungan Kemenkes yang diusulkan ke KemenPAN & RB.

Jumlah tatalaksana yg ditetapkan adalah jumlah produk ketatalaksanaan berupa peta jabatan dan informasi jabatan, korelasi jabatan/tata hubungan kerja, sistem dan prosedur yg ditetapkan .

Jumlah Klasifikasi yg ditetapkan adalah jumlah penetapan/peningkatan menjadi RS Kelas AlPMA yang telah ditetapkan.

Definisi Operasional

Jumlah organisasi dan tatalaksana serta klasifikasi yang ditetapkan di lingkungan Kementerian Kesehatan adalah jumlah pelembagaan/penataan organisasi yang diusulkan ke KemenPAN & RB serta tatalaksana dan klasifikasi yang telah diusulkan untuk ditetapkan.

c.

KEBIJAKAN DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2013

1) Kebijakan

Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Biro Hukum dan Organisasi untuk mencapai tujuan. Kebijakan Biro Hukum dan Organisasi tahun 2013:

a. Mempersiapkan produk hukum bidang kesehatan dalam berbagai tingkat perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk mendukung program kegiatan pernbangunan kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja

10

(20)

T

baik berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden maupun Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan; b. Memberikan bantuan hukum dan telaahan terhadap berbagai

masalah hukum di lingkungan Kementerian Kesehatan antara lain menyangkut masalah

penyelesaian status hukum pengadaan barang/jasa;

kepegawaian, perijinan tanah/sertifikat tanah

dan dan

c. Meningkatkan penyediaan informasi hukum bidang kesehatan melalui Jaringan Dokumentasi Hukum dan Publikasi peraturan perundang-undangan bidang kesehatan baik melalui media cetak seperti jurnal dan melalui website hukor.depkes .go.id; d. Menciptakan sistim informasi pendayagunaan aparatur negara

dengan melakukan penyusunan peraturan di bidang jabatan fungsional, uraian jabatan, dan korelasi/tata hubungan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan serta menyusun pedoman penatalaksanaan pelayanan publik di lingkungan Kementerian Kesehatan;

e. Dalam menunjang suksesnya otonomi daerah diperlukan koordinasi dan kerjasama antara instansi baik di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun antara instansi terkait dengan melakukan kegiatan fasilitasi kewenangan Pemda Prov/Kab/kota, fasilitasi pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota, serta advokasi pengorganisasian kesehatan di daerah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

11

(21)

f. Meningkatkan good governance melalui penyusunan Juklak Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro, Setjen dan Kementerian Kesehatan serta mengernbangkan organisasi dan tatalaksana dengan menyempurnakan struktur organisasi Kementerian .

2) Kegiatan Prioritas

Dalam pencapaian tujuan dan sasaran Biro Hukum dan Organisasi yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja tahun 2013 Biro Hukum dan Organisasi melaksanakan Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya, dengan output sebagai berikut:

Uraian Kegiatan

Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaan Organisasi Tatalaksana

1 Pembinaan dan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan 

2  Kajian Hukum Bidang Kesehatan 

3  Bahan  Materi  PerUU  Bidang  Kesehatan  dari  Pusat  dan 

Provinsi 

4

Kasus­kasus  hukum yang tertangani 

5  Advokasi  Hukum  Bidang Kesehatan 

6

Kajian Organisasi dan Tatalaksana 

7

Dokumen Postur Birokrasi 2025 

8

Sistem  Informasi  Pendayagunaan  Aparatur  Negara 

Tatalaksana,  Akuntabilitas  Kinerja  dan  Pelayanan  Publik 

dan Fasilitasi Sistem dan Prosedur Desentralisasi 

Laporan Akuntabilitas  Kinerja 

12

(22)

9 Pembinaan Hukum dan Organisasi

10

Layanan Perkantoran 11 Multimedia

12 Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran

13 Laporan Kegiatan dan Pembinaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja

13

(23)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan stan dar, rencana, atau target melalui indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang dilakukan oleh Biro Hukum dan Organisasi dalam kurun waktu Januari - Desember 2013.

Tahun 2013 merupakan tahun keempat pelaksanaan dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/ kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator, pengukuran kinerja ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Biro Hukum dan Organisasi khususnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan target tahun akhir Renstra.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

14

(24)

-Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra dan Penetapan Kinerja.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Biro Hukum dan Organisasi dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator Biro Hukum dan Organisasi yang telah ditetapkan.

Sasaran Biro Hukum dan Organisasi adalah:

MENINGKATNYA PRODUK-PRODUK HUKUM YANG AKAN

MENDUKUNG PE

PEMBANGUNAN

Sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja Biro Hukum dan Organisasi dan Renstra Kementerian Kesehatan, terdapat 3 (tiga) indikator kinerja output yaitu:

1. Jumlah produk hukum bidang kesehatan yang diselesaikan a. RUU, RPP, Rancangan Per/Kepmenkes

b. Per/Kepmen

2. Jumlah kasus-kasus hukum bidang kesehatan yang tertangani

3. Jumlah organisasi dan tatalaksana yang tertata di lingkungan Kementerian Kesehatan termasuk UPT

Selain penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan, Biro Hukum dan Organisasi juga menghasilkan (output) produk hukum yang substansinya bersifat manajerial seperti Permenkes tentang organisasi dan tatalaksana Kementerian Kesehatan, organisasi dan tata laksana Unit Pelaksana Teknis, penetapan kelas rumah sakit, Susunan

Laporan Akuntabilitas Kinerja

15

(25)

dan Uraian Jabatan, rancangan Permenpan atau revisi Permenpan tentang jabatan fungsional, sistem dan prosedur (SOP) , draft lVIoU dalam dan Luar negeri, telaahan dalam rangka bantu an, pelayanan dan pertimbangan hukum.

Selanjutnya pada triwulan terakhir tahun anggaran 2013, Biro Hukum dan Organisasi melaksanakan proses dan koordinasi monitoring hasil pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan . Kegiatan ini menjadi prioritas utama dari Kementerian Kesehatan.

Besaran target dan realisasi masing-masing indikator sebagaimana tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Target dan Realisasi Biro Hukum dan Organisasi

Sasaran Indikator Kinerja Target

2010

Target

2013

Realisasi

2013

Target

2014

Meningkatnya a. Jumlah produk hukum

produk-produk bidang kesehatan yang

hukum yang akan diselesaikan

mendukung 1. RUU, RPP, Rancangan 9 9 15 9

penyelenggaraan Peraturan/Keputusan

pembangunan Presiden

bidang kesehatan

セ@ RUU

セ@ RPP 8

セ@ RlKeppres 7

2. Peraturan/Keputusan 30 45 142 45

Menteri

セ@ Permenkes 76

セ@ Kepmenkes 66

b. Jumlah kasus-kasus 37 50 53 55

hukum bidang kesehatan

yang tertangani

Laporan Akuntabilitas Kinerja

16

[image:25.612.93.507.388.773.2]
(26)

Sasaran Indikator Kinerja Target Target Realisasi Target

2010 2013 2013 2014

Meningkatnya c. Jumlah organisasi dan

produk-produk tatalaksana yang tertata

10 10 14 10

hukum yang akan di lingkungan

mendukung Kementerian Kesehatan

penyelenggaraan termasuk UPT

pembangunan

bidang

kesehatan.

B. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013

Dilihat dari capaian masing-masing indikator, untuk tahun 2013 Biro Hukum dan Organisasi dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab unit organisasi.

Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1. INDIKATOR PERTAMA

Jumlah produk hukum bidang kesehatan yang ditargetkan

(rancangan peraturan perundang-undangan)

Untuk mencapai indikator pertama tersebut diperlukan

kegiatan-kegiatan,  baik  yang terkait langsung maupun  yang bersifat

pendukung.

a.  Kegiatan "yang terkait /angsung" dengan  indikator  ini  adalah 

sebagai  berikut: 

1)  Penyusunan Rancangan Undang Undang (RUU), Rancangan

Peraturan Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan

Presiden (R PerPres) Bidang Kesehatan.

Laporan Akuntabilitas  Kinerja 

17 

(27)

-Sasaran Kegiatan :

Tersusunnya RUU, RPP, R PerPres bidang kesehatan yang termasuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas).

Kondisi yang dicapai :

[image:27.612.168.481.476.617.2]

Dalam penyusunan RUU, RPP dan R PerPres bidang kesehatan ditargetkan 9 buah, dan dapat terealisasi sebanyak 15 (lima belas) buah yaitu Peraturan Pemerintah (PP) sebanyak 8 buah, dan Peraturan Presiden (Perpres) sebanyak 7 buah, dengan demikian bahwa capaian kinerja sebesar 166,67%. Dari tahun ke tahun realisasinya selalu dapat dicapai, sebagaimana ditampilkan pada grafik dibawah ini :

Grafik 1

Perbandingan Target dan Pencapaian Indikator Jumlah Produk Hukum Bidang Kesehatan yang diselesaikan:

RUU, RPP, Perpres

Tahun 2011 - 2013 serta Target Akhir Tahun Renstra

Target • Realisasi

2011 2012 2013 2014

Dari peraturan perundangan dalam bentuk PP dan Perpres yang telah dihasilkan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) PP Nomor 49 tahun 2013 tentang BPRS.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

18

(28)

-b) PP Nomor 84 tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan PP Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

c) PP Nomor 85 tahun 2013 tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

d) PP Nomor 86 tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif kepada pemberi kerja selain Penyelenggara Negara dan setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan luran dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

e) PP Nomor 87 tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan .

f) PP Nomor 88 tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Direksi BPJS.

g) PP Nomor 89 tahun 2013 tentang Pencabutan PP Nomor 69 tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan PNS Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan Beserta Keluarga. h) PP Nomor 90 tahun 2013 tentang Pencabutan PP Nomor 28

Tahun 2003 tentang Subsidi dan luran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Bagi PNS dan Penerima Pensiun.

i) Perpres Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. j) Perpres Nomor 81 tahun 2013 tentang Tunjangan Kinerja

Pegawai di lingkungan Kementerian Kesehatan.

k) Perpres Nomor 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

19

(29)

I) Perpres Nomor 108 tahun 2013 tentang Bentuk dan lsi Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.

m) Perpres Nomor 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

n) Perpres Nomor 110 tahun 2013 tentang Gaji atau Upah dan Manfaat Tambahan Lainnya serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS.

0) Perpres Nomor 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Permasalahan :

Pembahasan penyusunan peraturan perundangan ini melibatkan sejumlah kementerian terkait. Kehadiran perwakilan dari kementerian tersebut secara lengkap masih sangat sulit diharapkan, sehingga pembahasan menjadi terkendala karena terdapat beberapa materi yang harus mendapatkan klarifikasi dan persetujuan bersama.

Usul Pemecahan masalah :

1. Melakukan koordinasi secara intensif melalui media telepon. 2. Merninta masukan secara tertulis melalui surat elektronik atau

fax.

2) Penyusunan Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan.

Sasaran Kegiatan :

Tersusunnya Keputusan dan Peraturan Menteri Kesehatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

20

(30)

Kondisi yang dicapai :

Penyusunan Kep/PerMenkes ditargetkan sebanyak 45 (ernpat puluh lima) dan telah terealisasi sebanyak 142 (seratus empat puluh dua) buah yang terdiri atas 76 Permenkes dan 66 Kepmen kes.

Dari jumlah realisasi tersebut sepenuhnya dilakukan oleh Biro Hukum dan Organisasi, mulai dari penyusunan hingga finalisasi termasuk pembiayaannya. Jumlah tersebut belum ditambah dengan hasil fasilitasi terhadap unit. Jika ditambahkan dengan pendampingan penyusunan terhadap produk yang dihasilkan oleh unit, sementara finalisasinya dilakukan oleh Biro Hukum dan Organisasi maka jumlah akan melebihi dari jumlah tersebut di atas. Selain produk Per/Kepmenkes tersebut diatas, juga dihasilkan 6 (enam) buah Keputusan Sekretaris Jenderal, 2 (dua) Peraturan Bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 1 (satu) Keputusan Bersama antara Menteri Kesehatan dengan Direktur Utama PT Askes, 7 (tujuh) buah Surat Edaran dan 2 (dua) Perjanjian Kerjasama yakni antara Kementerian Kesehatan dengan PT Askes.

Permasalahan :

Masih didapatkan usulan rancangan produk hukum dari unit teknis yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi belum jelas baik konteks maupun kontennya .

Usul Pemecahan masalah :

a) Sinkronisasi dan pendampingan terhadap unit teknis terkait dalam hal kejelasan rancangan produk hukum.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

21

(31)

J

b) Penyusunan ketentuan penyusunan rancangan produk hukum dan perkuatan sosialisainya.

セセセセ@ . . . . .、mセ@

Secara umum, rata-rata capaian dari Indikator Kinerja Utama mencapai di atas

target. Dari target 9 RUU/RPP/R. Pepres dan 45 Kep/Permenkes dapat

diselesaikan sebanyak 15 RUU/RPP/R. Pep res dan 142 Kep/Permenkes (grafik 2).

Penyelesaian peraturan perundang-undangan sesuai dengan target sepenuhnya dikoordinir oleh Biro Hukum dan Organisasi, termasuk penganggarannya. Sedangkan realisasi yang di hasilkan dengan tidak sepenuhnya dikoordinir oleh Biro Hukum dan Organisasi, melainkan ada sebagian besar (konsep teknis) yang berasal dari Unit Es1 terkait serta Biro-Biro dan Pusat-Pusat di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal tidak dihitung sebagai realisasi Biro Hukum dan Organisasi .

[image:31.612.115.499.448.656.2]

Hal tersebut dikarenakan salah satu fungal Biro Hukum dan OIganisasi yang

Grafik 2 : perbandingan target dan realisasi dari indikator pertama

100

50

Of-· - '

ITarget

I

IRealisasi

I

_

RUU, RPP,

セー・イーイ・ウ@

PerlKepmen

Laporan Akuntabilitas Kinerja

22

(32)

-b.

Kegiatan lain di bidang hukum yang mendukung indikator kinerja utama Biro Hukum dan Organisasi

Dalam mencapai indikator pertama, diperlukan kegiatan-kegiatan pendukung yang harus dilakukan sebagai bagian dari proses

penyelesaian peraturan perundang-undangan . Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengkajian Hukum Bidang Kesehatan

Sasaran Kegiatan :

Tersedianya hasil kajian ilmiah bidang kesehatan sebagai peta peraturan perundangan yang telah ditetapkan.

Kondisi yang dicapai :

Target kegiatan tahun 2013 adalah tersedianya 1 (satu) hasil kajian ilmiah bidang kesehatan dan peta sinkronisasi peraturan perundangan, dan sudah terealisasi 100% yaitu kajian ilmiah

tentang Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan

sebagai dasar untuk menyusun RUU/RPP/Rperpres. Selain dilakukan oleh tim yang dibentuk dengan Keputusan Sekretaris

Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.03.01/IV/SK/0487/2011 , juga dilakukan oleh Tim Reformasi

Birokrasi melalui Kelompok Kerja Penguatan Perundang-Undangan ( POKJA II RB).

Telah dilakukan beberapa kali pembahasan dengan anggota tim dalam finalisasi rancangan. Jika dibandingkan dengan tahun

2010-2012 maka setiap tahunnya dapat direalisasikan 100%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

23

(33)

-Permasalahan :

1. Kurangnya sejumlah sumber daya manusia sebagai tim

khusus untuk melakukan kajian dalam wadah Jabatan Fungsional Tertentu (Perancang).

2. Kurangnya koordinasi yang intensif dengan Bagian Hukormas

unit kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan kajian .

Usul Pemecahan masalah :

a) Oi usulkan pembentukan kelompok jabatan fungsional tertentu di Biro Hukum dan Organisasi untuk membahas,

menyusun dan melakukan kajian peraturan perundangan.

b) Melakukan koordinasi dan evaluasi setiap tengah tahun dengan bagian Hukormas unit organisasi eselon I di

lingkungan kementerian kesehatan .

2) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan

Sasaran Kegiatan :

Terselenggaranya sosialisasi peraturan perundang-u ndangan bidang kesehatan di provinsi/kabupaten kota dengan sasaran petugas dinas kesehatan, biro/bagian hukum pemda, organisasi

profesi, rumah sakit, dan institusi pendidikan.

Kondisi yang dicapai :

Target kegiatan ini adalah pelaksanaan sosialisasi pada 4 provinsi, dan telah terealisasi 4 provinsi/kabupaten/kota yaitu Batam, Jawa Timur, Maluku dan Makasar. Oengan demikian

capaian realisasi sosialisasi 100%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

24

(34)

3) Pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak

Sasaran Kegiatan :

Dilakukannya kegiatan pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak untuk dilaporkan kepada Menteri Kesehatan sebagai bah an pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2013 ini telah dilakukannya 1 (satu) kegiatan lokakarya pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak oleh Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syarak (MPKS). Kegiatan tersebut telah dapat direalisasikan sesuai target, jika dibandingkan dengan tahun 2010-2012 maka pencapaiannya selalu sama yakni 100%, hal ini dikarenakan

setiap tahun selalu dilakukan lokakarya MPKS.

Permasalahan :

Perlu audiensi khusus dengan pimpinan Kementerian Kesehatan

untuk menginformasikan hasil pelaksanaan kegiatan MPKS sehingga keberadaan MPKS menjadi bagian yang penting bagi Kementerian Kesehatan dalam menjembatani permasalahan agama di bidang kesehatan dengan Kementerian Agama dan Komisi Fatwa MUI.

Usul Pemecahan masalah :

Perlu koordinasi dan persiapan pertemuan dengan pimpinan Kementerian Kesehatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

25

(35)

4) Evaluasi dan Pengolahan Data Jabatan Fungsional

Perancang Peraturan Perundang-undangan

Sasaran Kegiatan :

Terfasilitasinya peningkatan jenjang karir jabatan fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan.

Melalui kegiatan ini diharapkan pemangku jabatan fu ngsional

perancang peraturan perundang-undangan mengalami peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Kondisi yang dicapai :

Kegiatan evaluasi ini dapat dilaksanakan 2 kali kegiatan. Untuk menilai kenaikan pangkat dari jenjang pertama menjadi jenjang Perancang Muda atas nama Indah Febrianti dan pengangkatan

Perancang Pertama atas nama Ani Nurhayati dan Siti Maimunah .

Permasalahan :

Padatnya kegiatan penyusunan perundang-undangan sehingga kegiatan evaluasi dan pengolahan jabfung Perancang Peraturan Perundang-undangan dilaksanakan pada akhir tahun .

Usul Pemecahan masalah :

a) Diperlukan perencanaan yang matang dan terkoordinasi.

b) Usulan perencanaan kegiatan disesuaikan dengan sumber daya yang ada.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

26

(36)

-5) Sistim Jaringan Dokumentasi Informasi (SJDI)

Sasaran Kegiatan :

Tujuan kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan SJDI hukum secara nasional dan peningkatan kemampuan penyelenggaraan SJDI hukum bidang kesehatan oleh instansi kesehatan daerah.

Kondisi yang dicapai :

Target kegiatan ini adalah diikutinya kegiatan/pertemuan dalam rangka meningkatkan pengetahuan SJDI hukum. Realisasi pelaksanaan kegiatan mencapai 100%.

Permasalahan :

Kegiatan ini pelaksanaannya sangat tergantung dari Kementerian Hukum dan HAM selaku pembina dari Sistim Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum di Indonesia.

Usul Pemecahan masalah :

Perlu dioptimalkan koordinasi dengan pihak Kementerian Hukum dan HAM, baik dalam penyusunan perencanaan maupun dalam pelaksanaan diklat terkait dengan SJDI.

Kegiatan pendukung dalam penyelesaian peraturan perundang-undangan telah terealisasi dengan nilai rata-rata 100% dari yang direncanakan. Hal ini disebabkan ada kegiatan yang belum dilaksanakan karena terkait dengan instansi lain di luar Kernenterian KelMilhablQ

daR

keUlfba"l1,

WiIllUU .u.illOI

pa. . .

Laporan Akuntabilitas Kinerja

27

(37)

-p

2. INDIKATOR KEDUA

Jumlah kasus-kasus hukum bidang kesehatan yang ditangani dan diselesaikan

I...a_ セ __ ·1.

Untuk mencapai indikator tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan, baik yang terkait langsung maupun yang bersifat pendukung.

a. Kegiatan "yang terkait langsung" dengan indikator ini adalah sebagai berikut :

1) Penanganan dan Penyelesaian kasus hukum di Pengadilan negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), maupun pendampingan hukum dalam status sebagai saksi dan/atau saksi ahli di hadapan penegak hukum.

2) Penanganan dan penyelesaian atas gugatan (permohonan uji materiil, baik di Mahkamah Konstitusi maupun di Mahkamah Agung).

Sasaran Kegiatan :

a. Menangani dan menyelesaikan perkara hukum di pengadilan negeri I PTUN guna memperoleh kepastian hukum yang berkekuatan hukum tetap dan memberikan pendampingan untuk memberikan pendampingan untuk memberikan pemahaman seseorang dalam kapasitasnya sebagai saksi dan/atau saksi di hadapan penegak hukum.

b. Menangani dan menyelesaikan gugatanl permohonan uji materiil terhadap peraturan perundang-undangan agar memperoleh kepastian hukum dalam pelaksanaan peraturan

perundang-undangan tersebut. 

Laporan Akuntabilitas Kinerja 

28 

(38)

J

Kegiatan ini bertujuan untuk menangani kasus hukum di Pengadilan, PTUN dan diluar Pengadilan.

Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2013 dari target indikator sebanyak 50 kasus hu kum dapat direalisasikan sebanyak 53 kasus. Berikut kami sampaikan perbandingan pencapaian dari tahun ke tahun sebagaimana grafik berikut.

Grafik 3. Perbandingan Pencapaian Kasus dari tahun 2011 sampai 2014

300 セM

250 200 150 100 50

o

2011

r -

I

-2012 2013 2014

Kasus­kasus  yang  ditangani  antara lain terdiri  dari  :  

a)  Kasus ­ kasus yang ditangani dan diselesaikan antara lain:  

(1)  Gugatan  administrasi tata  usaha  negara 

(2)  Gugatan  perdata 

(3)  Gugatan uji  materiil 

Laporan Akuntabilitas  Kinerja 

29 

[image:38.612.124.486.353.588.2]
(39)

b) Pendampingan hukum

(1) Oi Kepolisian.

(2) Oi kejaksaan lain yang terkait dengan proses penegakan hukum.

Permasalahan :

Belum optimalnya koordinasi dan pendayagunaan Sumber Oaya Manusia yang ada di bagian Hukormasl Hukorpeg pada unit organisasi eselon I.

(1) Kasus yang masuk di Biro Hukum dan Organisasi sebagian besar telah berpotensi menjadi perkara, sehingga untuk mencari cara penyelesaian baik secara administratif maupun mediasi sang at sulit dilaksanakan.

(2) Masih rendahnya UPT Kemenkes terhadap persoalan- persoalan  permaslaahan aset milik Kemenkes. 

memiliki 

hukum, 

rasa  kepekaan 

khususnya 

Usul Pemecahan Masalah :

Peningkatan  koordinasi  dan  pendayagunaan  Sumber Oaya  Manusia 

yang  ada di  Bagian  Hukormas/Hukorpeg di  unit organisasi eselon  I. 

(1)  Meningkatkan   koordinasi  dengan  Unit­unit  Organisasi  di 

lingkungan  Kementerian  Kesehatan  untuk  mempercepat 

penyelesaian  kasus­kasus. 

(2)   Perlu  dilakukan  penataan  dan  perlindungan  terhadap  aset­aset 

yang  digunakan  oleh  UPT  dengan  melakukan  pemasangan 

identitas status kepemilikan  tanah. 

Laporan Akuntabilitas Kinerja 

30 

(40)

-b. Kegiatan lain di bidang hukum yang mendukung indikator kinerja kedua.

Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penanganan Putusan Pengadilan Bogor Sita Eksekusi Tanah RS Marzuki Mahdi

Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini bertujuan untuk menyelesaikan perkara sita eksekusi tanah Kemenkes yang dikuasai oleh Bogor Golf Club (BGC).

Kondisi yang dicapai :

Saat ini penanganan perkara sita eksekusi Kemenkes yang dikuasai oleh Bogor Golf Club belum dapat dilaksanakan akibat adanya perlawanan dari pihak lain, sehingga penanganan perkara sengketa tanah Kementerian Kesehatan yang dikuasai oleh Bogor Golf Club memerlukan waktu yang sangat lama.

Permasalahan :

a) Terdapat masalah baru yakni dari hasil pengukuran ulang dalam pengembalian batas yang dilakukan oleh BPN Kanwil Jawa Barat di duga terdapat sebagian tanah milik PT.Thryosa Mustika yang masuk ke dalam tanah yang menjadi objek sengketa.

b) Adanya pihak ke tiga yang mengajukan gugatan perlawanan terhadap tanah milik Kemenkes yang dikuasai oleh BGC sehingga Kemenkes masih menghadapi upaya hukum yang diajukan oleh pihak ke tiga yang saat ini masih diperiksa di tingkat banding.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

31

(41)

J

Usul Pemecahan masalah :

a) Klarifikasi dan mediasi dengan Kantor Pertanahan Kota Bogar terhadap adanya dugaan bahwa sebagian tanah milik PT. Thryosa Mustika yang masuk ke dalam tanah yang menjadi objek sengketa.

b) Kemenkes telah mengajukan memari banding disertai dengan tambahan alat bukti yang ditujuannya untuk menyakinkan majelis hakim yang memeriksa perkara.

2) Advokasi Pengurusan Penyelesaian hal Kekayaan Intelektual (HKI Paten, Cipta, Merk) Bidang Kesehatan di daerah

Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan atau mengurus penyelesaian HKI (Paten, Cipta, Merk) Bidang Kesehatan.

Kondisi yang dicapai :

Target dari kegiatan ini adalah tersosialisasi atau tertanganinya proses penyelesaian (Paten, Cipta, Merk) bidang kesehatan di 3 daerah, dan kegiatan sosialisasi ini telah terealisasi 100 %, yakni di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jambi.

Permasalahan :

Kurangnya pengetahuan terkait HKI pada UPT Kemenkes di daerah antara lain akibat keterbatasan informasi .

Laporan Akuntabilitas Kinerja

32

(42)

Usul Pemecahan masalah :

Diperlukan kerjasama dengan kanwil Hukum dan HAM di daerah terkait HKI.

3) Penanganan Asset Kementerian Kesehatan Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan tindakan preventif dan penanganan pengamanan terhadap asset Kementerian Kesehatan melalui kegiatan sosialisasi, pemantauan, advokasi, upaya penarikan aset yang dikuasai oleh pihak lain, sertifikasi dan melakukan perubahan nomenklatur sertifikat.

Kondisi yang dicapai :

Target dari kegiatan ini adalah terlaksananya penanganan pengamanan, penarikan aset yang dikuasai pihak lain, sertifikasi dan perubahan nomenklatur sertifikat aset Kementerian Kesehatan yang dihadapi baik di unit utama amaupun pada unit pelaksana teknis Kemenkes

Pada tahun 2013 telah dilakukan penanganan antara lain: a. Pengosongan lahan / tanah yang digunakan oleh pihak lain

(masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI)) di Jakarta. Proses penanganan terhadap lahan yang digunakan oleh masyarakat masih dalam proses pembahasan yang melibatkan pemangku wilayah setempat seperti Walikota, Camat, Lurah, Poisek, Polres Jakarta Selatan, sedangkan terhadap lahan yang digunakan oleh LSM PKBI

Laporan Akuntabilitas Kinerja

33

(43)

-penanganannya dilakukan bersama Jaksa Pengacara negara (JPN) Kejaksaan Agung .

b. Melakukan sertifikasi tanah yang digunakan unit utama maupun unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2013 ini telah didaftarkan proses sertifikasi melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Kementerian Keuangan terhadap 6 (enam) objek tanah yang slama ini di gunakan unit utama Kemenkes di 3 (tiga) provinsi, di harapkan selesai proses sertifikasi tersebut pada tahun 2014. c. Perubahan nomenklatur atas sertifikat. Berdasarkan

peraturan bersama antara Kementerian Keuangan dengan Badan Pertanahan Nasional RI, maka pada tahun 2013 telah dilakukan perubahan nama pemilik sertifikat yang semula atas nama Departemen Kesehatan menjadi Pemerintah Republik Indonesia Cq Kementerian Kesehatan sebanyak 112 ( seratus dua belas) sertifikat. Jumlah tersebut melebihi target yang hanya 100 sertifikat.

d. Pengembalian aset berupa Rumah Negara

Permasalahan :

Masih sulitnya penelusuran dokumen kelengkapan sebagai persyaratan dalam pengajuan permohonan sertifikasi tanah . a. Masih perlunya upaya sosialisasi tata cara penyelesaian

sengketa dan penyimpanan sertifikat kepemilikan asset.

b. Masih belum tertib administrasi dalam pendokumentasian surat-surat kepemilikanl status tanah dan asal-usulnya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

34

(44)

c. Belum optimalnya pendayagunaan Sumber Oaya Manusia dalam proses monitoring asset.

Usul Pemecahan Masalah :

a. Melakukan advokasi terhadap pemenuhan persyaratan pengajuan sertifikasi tanah

b. Koordinasi dan sosialisasi secara intensif tentang penyimpanan dokumen dan sertifikat kepemilikan asset serta proses penyelesaian sengketa.

c. Melakukan advokasi dan penetapan tenaga yang khusus menangani adminitrasi pendokumentasian kepemilikan asset. d. Menyarankan pembentukan tim khusus untuk monitoring

asset secara periodik.

4) Perjanjian di Bidang Kesehatan

Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini bertujuan untuk menangani penyusunan perjanjian kerjasama yang berkaitan dengan bidang kesehatan di

lingkungan Kementerian Kesehatan dengan

Kementerian/Lembaga Negara lainnya ataupun dengan Organisasi Kemasyarakatan/LSM.

Kondisi yang dicapai :

Target dari tertangani/tersusunnya perjanjian di bidang Kesehatan yang direncanakan sebanyak 10 perjanjian dan telah terealisasi sebanyak 16 perjanjian. Oengan demikian capaian realisasi sebesar 160%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

35

(45)

Permasalahan :

1. Belum selesai disusunnya panduan/pedoman baku tentang tatalaksana perjanjian di bidang kesehatan.

2. Belum adanya instrumen evaluasi terhadap substansi perjanjian kerjasama yang telah dibuat.

Usul Pemecahan masalah:

1. Perlu disusun panduan/pedoman baku tentang tatalaksana perjanjian di bidang kesehatan.

2. Penyusunan instrumen evaluasi perjanjian kerjasama

3. INDIKATOR KETIGA

Jumlah organisasi dan tatalaksana yang tertata di lingkungan Kementerian Kesehatan tennasuk UPT

.-.-Untuk mencapai indikator ketiga tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan, baik yang terkait langsung maupun yang bersifat pendukung. a. Kegiatan yang terkait langsung dengan indikator terse but di

atas adalah sebagai berikut:

1) Penataan Organisasi Kementerian Kesehatan/Unit

Pelaksana Teknis.

Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini bertujuan untuk menata Organisasi dan Tata Kerja (Ortak) di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sesuai ukuran (Rightsizing).

Laporan Akuntabilitas Kinerja

36

(46)

-Kondisi yang dicapai :

Realisasi indikator ini pada tahun 2013 adalah sebanyak 6 (enam) dokumen penataan organisasi dan tatalaksana, yaitu: a) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Laboratorium Kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan.

c) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SKlI/2013 tentang Peningkatan Kelas Rumah sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Kalimantan Selatan.

d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

216/Menkes/SKNI/2013 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. RM Soejarwadi.

e) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

469/Menkes/SK/XI/2013 tentang Penetapan Kelas Rumah sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

f) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

478/Menkes/SK/XII/2013 tentang Penetapan Kelas Rumah sakit Kanker Siloam Semanggi Jakarta.

Penataan Organisasi pada tahun 2013 tersebut diatas dikarenakan adanya penetapan Wakil Menteri Kesehatan, penataan organisasi dan tata kerja UPT Laboratorium Kesehatan berupa perubahan kedudukan serta peningkatan kelas Rumah Sakit, sehingga perlu ditindaklanjuti dengan penataan organisasi dan tata kerja U PT dibawahnya berupa

Laporan Akuntabilitas Kinerja

37

(47)

peru bah an kedudukan. Dalam rangka pelaksanaan grand design Reformasi Birokrasi terkait dengan area penataan organisasi telah pula dilakukan evaluasi organisasi yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran Unit Organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan pendampingan Konsultan yang di tugaskan oleh Kemenerian PAN dan RB.

Permasalahan :

a) Belum disusun standar baku kriteria klasifikasi UPT.

b) Belum tersedianya instrumen evaluasi / penilaian dalam penataan organisasi dan tata kerjanya.

Usul Pemecahan Masalah :

a) Penyusunan standar baku tentang kriteria klasifikasi UPT. b) Penyusunan instrumen evaluasi/penilaian dalam penataan

organisasi dan tata kerjanya.

2) Penyusunan Informasi Jabatan dan Peta Jabatan Wakil Menteri Kesehatan dan UPT

Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi pemangku jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan dan UPT dalam melaksanakan tugas.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

38

(48)

Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2013 telah dihasilkan 2 dokumen, yakni dokumen fasilitasi penyusunan dan dokumen rancangan informasi jabatan dan peta jabatan Wakil Menteri Kesehatan serta informasi dan peta jabatan UPT. Informasi Jabatan ini meliputi nama jabatan, kode jabatan, unit organisasi, kedudukan dalam struktur organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja, perangkatialat kerja, hasil kerja tanggungjawab, wewenang , korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, resiko bahaya, syarat jabatan dan prestasi kerja yang diharapkan dari setiap jabatan yang ada.

Permasalahan :

a) Belum tersusunnya pedoman penyusunan informasi jabatan dan peta jabatan di lingkungan Kementerian Kesehatan. b) Belum optimalnya koordinasi dengan lintas program dan

lintas sektor dalam penyusunan informasi jabatan dan peta jabatan.

Usul Pemecahan Masalah :

a) Penyusunan pedoman penyusunan informasi jabatan dan peta jabatan di Iingkungan Kementerian Kesehatan.

b) Pembahasan bersama melalui regionalisasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam penyusunan informasi jabatan dan peta jabatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

39

(49)

3) Analisa Beban Kerja (ABK) di lingkungan Kementerian Kesehatan

Sasaran Kegiatan :

ABK ini memberikan gambaran beban tugas secara rinci yang harus diemban baik secara organisasi maupun perseorangan, oleh karen a itu diperlukan acuan bagi setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan analisa beban kerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing -masing. ABK ini juga akan menjadi dasar penyusunan tugas jabatan seseorang secara pribadi dan penetapan sasaran kerja pegawai yang akan dinilai setiap tahunnya.

Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2013 ini telah dihasilkan 4 dokumen yakni pedoman Analisa Beban Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan, Rapat Koordinasi ABK Sekretariat Jenderal sekaligus sosialisasi ABK, Penyusunan Analisa Beban Kerja Biro Hukum dan Organisasi, pemberian fasilitasi penyusunan ABK kepada unit organisasi eselon I.

Permasalahan :

Belum adanya pedoman dan instrumen yang komprehensif untuk mengevaluasi seluruh komponen evaluasi jabatan yang dapat digunakan untuk menata organisasi dan tat a kerja UPT.

..

Laporan Akuntabilitas Kinerja

40

(50)

-p

Usul Pemecahan Masalah :

Perlu disusun pedoman dan instrumen yang komprehensif untuk mengevaluasi seluruh komponen evaluasi jabatan yang dapat digunakan untuk menata organisasi dan tata kerja UPT.

4) Penyusunan Pedoman SOP -AP Sekretariat Jenderal

Sasaran Kegiatan :

Pedoman SOP - AP Sekretariat Jenderal ini memberikan gambaran prosedur pelaksanaan kegiatan beserta pelaksana dan penetapan waktunya agar menjadi lebih efisien dan efektif. Pedoman ini menjadi acuan bagi unit kerja di lingkungan Sekretariat jenderal sekaligus menjadi bahan informasi bagi unit kerja mitra Sekretariat Jenderal.

Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2013 ini telah dihasilkan 1 dokumen yakni Pedoman SOP AP Sekretariat Jenderal. Penyusunan SOP AP ini merupakan rangkaian kegiatan penyusunan SOP satuan kerja. Pedoman ini memberikan input bagi unit sekretariat di Direktorat Jenderal dan Badan yang ada di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Permasalahan :

Belum tersedianya instrumen evaluasi efektifitas penggunaan SOP.

Usul Pemecahan Masalah :

Perlu disusun instrumen evaluasi untuk penyempurnaan SOP.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

41

(51)

5) Bisnis Proses di lingkungan Sekretariat Jenderal Sasaran Kegiatan :

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah termasuk unit kerjanya untuk membangun dan menata tatalaksana (Business Process) dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi penyusunan standard operating procedures (SOP), termasuk standar pelayanannya, yang lebih sederhana, efisien, efektif, produktif dan akuntabel.

Muara dari penataan tatalaksana (Business Process) adalah antara lain:

a. Pembuatan atau perbaikan Standar Operating Procedure (SOP), termasuk di dalamnya perbaikan standar kinerja pelayanan.

b. Perbaikan struktur organisasi.

c. Pembuatan atau perbaikan uraian pekerjaan (Job descriptions) .

Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2013 ini telah dilakukan kegiatan penyusunan Bisnis Proses Tingkat Sekretariat Jenderal, yang diharapkan dapat memberi panduan bagi satuan kerja yang berada dilingkungan Sekretariat Jenderal untuk dapat menetapkan arah kegiatannya sesuai dengan bisnis proses di Sekretariat Jenderal.

Permasalahan :

Belum adanya pemahaman yang kuat terhadap konsep bisnis proses.

Laporan Akuntabilitas Kinerja

42

(52)

Upaya Pemecahan Masalah :

a. Advokasi terhadap satuan kerja untuk mengadakan kegiatan pengembangan kapasitas pada topik bahasan bisnis proses. b. Sosialisasi yang intensif kepada satuan kerja untuk

memberikan pemahaman yang kuat.

c. Koordinasi dengan unit eselon I dalam pendampingan kegiatan penyusunan bisnis proses.

Secara umum rata-rata capaian Indikator Kinerja Utama terkait dengan bidang organisasi telah melebihi target, yaitu mencapai 140 %

(grafik 4)

Gratik.-4:-P-erbandingan-targeldan-realisasi-indikator-ketiga

15

10

5

o

IITarget . Realisasi

Jml Org dan tatalaksana yg tertata

b. Kegiatan bidang organisasi dalam mendukung In dika tor Kinerja Utama Biro Hukum dan Organisasi adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro, Setjen dan Kementerian Kesehatan

Sasaran kegiatan :

Tu

Gambar

Tabel 1. Definisi Operasionallndikator Biro Hukum dan Organisasi
Tabel 2. Target dan Realisasi Biro Hukum dan Organisasi
Grafik 1
Grafik 2 : perbandingan target dan realisasi dari indikator pertama
+3

Referensi

Dokumen terkait

maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Karena hasil r hitung = 0.604 lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5% = 0.339 dan pada taraf 1% =

Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model perkawinan endogami lokal yang dipraktikkan dari generasi–ke generasi dengan tingginya populasi

 Keputusan Gubernur tentang Hasil Evaluasi Rancangan Perda Kab./Kota tentang RPIK disampaikan kpd Bupati/Wali Kota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak Rancangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Sekretariat Jenderal

Pengertian Spelling Bee yaitu mengeja kata, ini merupakan sebuah metode yang bisa digunakan untuk mengajak siswa untuk belajar aktif, sehingga semangat untuk belajar

1) Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses – proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. 2)

Hasil pencapaian target secara aktual dari masing-masing indikator kinerja untuk setiap sasaran strategis menjadi bahan utama di dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas

Menurut Mangkunegara (2006) penilaian prestasi kerja adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan