72 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di empat tempat, diantaranya Semarang, Banjarnegara, Kudus, dan Banjarnegara.
Tabel 3.1 Perincian tempat penelitian Nama Informan Tempat Penelitian
Chris John Semarang, Jawa Tengah Johan Tjahjadi Kudus, Jawa Tengah Sutan Rambing Semarang, Jawa Tengah Anna Maria Megawati Semarang, Jawa Tengah Adrian John Semarang, Jawa Tengah Aliyati Kudus, Jawa Tengah Siti Suharti Banjarnegara, Jawa Tengah Marsud Banjarnegara, Jawa Tengah Supardi Banjarnegara, Jawa Tengah Rusyati Banjarnegara, Jawa Tengah SD Negeri Gelang 2 Banjarnegara, Jawa Tengah SMP Santo Borromeus Purbalingga, Jawa Tengah SMA Pancasila Semarang, Jawa Tengah
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai 31 Oktober 2014 sampai 8 Desember 2014. Berikut rincian waktu penelitian ini dilaksanakan :
Tabel 3.2 Perincian waktu penelitian Nama Informan Waktu Penelitian
Chris John 31 Oktober 2014, 4 September 2014, 8 September 2014, 24 September 2014
Sutan Rambing 5 Desember 2014 Anna Maria Megawati 24 September 2014 Adrian John 4 Desember 2014 Aliyati 13 September 2014 Siti Suharti 6 Desember 2014
Marsud 6 Desember 2014
Supardi 6 Desember 2014
Rusyati 6 Desember 2014
SD Negeri Gelang 2 6 Desember 2014 SMP Santo Borromeus 6 Desember 2014 SMA Pancasila 8 Desember 2014
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisanya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2009:6).
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri diantaranya : dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entitas) dan peneliti dijadikan sebagai instrumen kunci (Moleong, 2011:8).Penelitian kualitatif tidak menggunakan desain yang ketat dan kaku, namun disusun dengan desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan(Moleong, 2011:9).
Metode kualitatif secara khusus berorientasi pada eksplorasi, penemuan dan logika induktif. Penelitian kualitatif menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian. Satu tujuan penting kualitatif adalah
diperolehnya pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005:36).
Bila kita melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus. Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku seorang individu.
Metode studi kasus memberikan beberapa keuntungan. Keuntungan utama, kita dapat melakukan penelitian lebih mendalam. Dengan menggali lebih dalam seluruh kepribadian seseorang, yakni dengan memperhatikan keadaannya sekarang, pengalamannya masa lampau, latar belakang dan lingkungannya, mungkin kita dapat mengetahui mengapa orang tersebut bertingkah laku dan bersikap seperti itu. Keuntungan lain yang diperoleh dari studi kasus adalah kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar tingkah laku manusia. Melalui penyelidikan intensif, kita dapat menemukan hubungan-hubungan yang tidak diharapkan sebelumnya (Consuelo G. Sevilla, dkk, 1993:74).
Secara khusus penelitian kualitatif ini menggunakan rancangan penelitian Studi Kasus Life History. Sebagaimana dikemukakan oleh Yin (2009:10) bahwa studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa) dan bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer didalam konteks kehidupan nyata.
Menurut Bungin (2010:23) sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri. Secara rinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan – keunggulan berikut :
1) Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses – proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.
2) Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep – konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan
intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan – hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya.
3) Studi kasus dapat menyajikan data – data dan temuan – temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam.
Sementara pendekatan life history digunakan untuk menyelami pengalaman (Denzin & Lincoln, 2009:578). Dalam hal ini peneliti akan terlibat dalam proses penuturan pengalaman relasi – reflektif antara menghidupkan, menyampaikan, menghidupkan ulang, dan menghadirkan ulang kisah perjalanan hidup (life story). Sebagai peneliti kita akan menghidupkan kisah pengalaman, menyampaikannya, dan memodifikasinya dengan menyampaikan ulang dan menghidupkannya lagi.
Penggunaan pendekatan life history dalam penelitian ini juga didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan pendekatan ini peneliti dapat mengungkap bagaimana kehidupan Chris John dari masa kecil sampai beliau menjadi juara dunia tinju kelas bulu WBA periode 2003 – 2013, dimana selama periode tersebut Chris John berhasil mempertahankan gelarnya selama 18 kali.
C. Data dan Sumber Data
Gambar 3.1. Chris John dengan gelar juara WBA. Sumber : http://google.co.id
Data pada penelitian ini adalah hasil wawancara, sedangkan sumber data akan diperoleh melalui informan kunci yaitu Chris John dan beberapa informan sekunder. Informan diharap dapat memberikan informasi yang memadai berkaitan dengan penelitian ini. Informan dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkaya data sekaligus berfungsi untuk melakukan triangulasi terhadap data yang diperoleh.
Informan pada penelitian ini yaitu :
Tabel 3.3 Perincian Nama Informan Nama Informan Hubungan dengan informan kunci Johan Tjahjadi Ayah Chris John
Sutan Rambing Pelatih Awal Chris John Anna Maria Megawati Istri Chris John
Adrian John Adik Chris John Aliyati Keponakan Chris John Siti Suharti Guru Kelas Satu Chris John
Marsud Penjaga Sekolah SD Negeri Dua Gelang Supardi Lurah Desa Gelang
Rusyati Guru Kelas Satu SD Negeri Dua Gelang
1. Johan Tjahjadi
Gambar 3.2. Johan Tjahjadi Sumber : Dokumentasi Penelitian
Johan Tjahjadi adalah ayah Chris John. Beliau mendidik Chris John menjadi seorang petinju dari umur 5 tahun. Beliau mempunyai sikap disiplin yang
tinggi untuk mendidik anaknya. Beliau adalah mantan seorang petinju amatir yang mempunyai keinginan anaknya menjadi juara dunia.
2. Anna Maria Megawati
Gambar 3.3 Anna Maria Megawati Sumber : Dokumentasi Penelitian
Anna Maria Megawati adalah istri Chris John. Beliau adalah seorang mantan atlet wushu. Saat menjadi atlet wushu inilah dia bertemu Chris John. Beliau juga pernah menjadi manajer Chris John setelah manajemen Chris John tidak menjalin kerjasama lagi dengan pelatih Sutan Rambing.
3. Adrian John
Gambar 3.4. Adrian John
Sumber : Rekaman Video Dokumentasi Penelitian
Adrian John adalah adik kandung Chris John. Beliau seorang mantan atlet tinju. Dari kecil sudah berlatih bersama Chris John. Beliau berhenti menjadi petinju karena lengannya patah saat bermain tinju.
4. Aliyati
Gambar 3.5. Ibu Aliyati Sumber : Dokumentasi Penelitian
Aliyati adalah keponakan Chris John. Beliau mengenal Chris John sejak kecil. Sekarang beliau tinggal bersama bapak Johan Tjahjadi di Kudus.
5. Sutan Rambing
Gambar 3.6. Sutan Rambing Sumber : Dokumentasi Penelitian
Sutan Rambing adalah mantan pelatih Chris John. Beliau menjadi pelatih di Surabaya, lalu melatih di Semarang sejak tahun 1996 sampai sekarang. Beliau adalah pelatih yang ikut andil mengangkat nama Chris John di dunia tinju Nasional dan Internasional.
6. Supardi
Gambar 3.7. Supardi Sumber : Dokumentasi Penelitian
Bapak Supardi merupakan Lurah Desa Gelang saat Chris John masih memulai karir tinju amatir sampai profesional. Beliau banyak membantu Chris John dalam perjalanan karirnya.
7. Marsud
Gambar 3.8. Marsud Sumber : Dokumentasi Penelitian
Pak Marsud adalah penjaga sekolah SD Negeri Gelang 2 saat Chris John sekolah di sekolah tersebut.
8. Rusyati
Gambar 3.9. Rusyati Sumber : Dokumentasi Penelitian
Ibu Rusyati adalah guru kelas SD Negeri 2 Gelang. Beliau tidak mengenal Chris John tapi tahu beberapa hal tentang Chris John.
9. Siti Suharti
Gambar 3.10. Siti Suharti Sumber : Dokumentasi Penelitian
Ibu Siti Suharti adalah seorang guru di SD Negeri 2 Gelang.
Beliau menjadi guru Chris John dari kelas 1 sampai 4. Dalam wawancara mendalam peran informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti. Tugas pewawancara adalah untuk tetap menjaga agar peran informan selalu dapat berfungsi sebagaimana perannya dalam proses sosial yang sebenarnya (Bungin, 2009 : 109).
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Bungin (2009:106) metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi pasrtisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara mendalam. Consuelo G. Sevilla (1993:205) menyatakan bahwa wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dan responden. Ada dua teknik dalam wawancara penelitian, (1) Teknik wawancara terstruktur, (2) Teknik wawancara tidak terstruktur.
Menurut Borg (1963) dalam Consuelo G. Sevilla (1993:205), wawancara terstruktur didefinisikan sebagai banyaknya arahan dan pembatasan yang ditentukan oleh situasi wawancara. Diadalam wawancara terstruktur, peneliti menggunakan pertanyaan yang distandardisasi dan menggunakan prosedur tanya
jawab. Ini berarti pewawancara menanyakan pertanyaan dalam kata-kata yang tepat dan memerlukan aturan. Ia tidak akan mengulangi pertanyaan yang ditanyakan kecuali kalau yang diwawancarai tidak mendengar pewawancara.
Wawancara tidak terstruktur atau tidak terstandardisasi lebih fleksibel dan terbuka. Pewawancara dapat memodifikasi, mengulangi, menguraikan pertanyaan yang ditanyakan dan dapat mengikuti jawaban responden asal saja tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Keuntungannya adalah umpan balik segera muncul. Data yang lebih berarti dikumpulkan sejak pewawancara meberikan peluang menanyakan pertanyaan yang dipikir sesuai dengan keadaan.
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran wawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan wawancara pada umumnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, dimana hal ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya ( Bungin,2009:108).
E. Validitas Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Menurut Moleong (2011:324) pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu ikhtisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu
terdiri dari kriteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu. Ikhtisar tersebut dikemukakan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data (Moleong,2011:327)
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas (derajat kepercayaan) 1. Perpanjangan keikut-sertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Triangulasi 4. Pengamatan sejawat 5. Kecukupan referensial 6. Kajian kasus negatif 7. Pengecekan anggota Keteralihan 8. Uraian Teori
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan Kepastian 10. Audit Kepastian
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data peneliti melakukannya selama berada di lapangan, bahwa dalam penelitian kualitatif dimungkinkan melakukan analisis data pada waktu peneliti berada di lapangan atau setelah kembali dari lapangan. Sementara itu menurut Bungin (2010:64) alur analisis yang dilakukan mengikuti model analisis interaktif. Analisis dalam penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu ; (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap reduksi data, (3) tahap penyajian data, (4) tahap penarikan kesimpulan verifikasi.
Gambar 3.11. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
Dalam gambar tersebut terlihat adanya kegiatan yang saling terkait dan merupakan rangkaian yang tidak berdiri sendiri-sendiri. Penyajian data selain berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali dalam proses pengumpulan data untuk memastikan bahwa tidak ada data penting yang tercecer. Demikian pula dalam verifikasi ternyata ada kesimpulan yang masih meragukan dan belum disepakati kebenaran maknanya, maka kembali ke proses pengumpulan data. Tindakan memvalidasi data sangat penting dalam penarikan kesimpulan.Berikut penjelasan tiap-tiap analisis data tersebut.
1. Tahap Pengumpulan Data
Data dikumpulkan diawali dengan melakukan pengamatan di tempat penelitian. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan informan. Sebagai tambahannya, peneliti mengambil data berupa dokumentasi yang sesuai dengan objek penelitian.
2. Tahap Reduksi Data
Dari data yang begitu banyak dan kompleks serta masih campur aduk, maka perlu dilakukan reduksi data.Data yang direduksi adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara.
3. Tahap Penyajian Data
Setelah data direduksi kemudian disajikan baik secara naratif atau bentuk matrik, table dan lain-lain, yang fungsinya mnjelaskan, meringkas, menyederhanakan data yang kompleks agar data menjadi mudah dipahami oleh
(1) Pengumpulan Data (3) Penyajian Data (2) Reduksi Data (4) Penarikan Kesimpulan Verifikasi
pembaca, sehingga dapat dicerna dengan jelas apa yang sedang terjadi, selanjutnya baru dilakukan langkah analisis.
4. Penarikan Kesimpulan
Langkah ini dilakukan setelah penyajian data sesuai dengan tema masing-masing dengan menarik kesimpulan dan verifikasi yang tidak lepas dari data yang dianalisis.