• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Perempuan Pesisir Dalam Meningkatkan Daya Tahan Ekonomi Keluarga Nelayan (Survei Pada Perempuan Pesisir di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Perempuan Pesisir Dalam Meningkatkan Daya Tahan Ekonomi Keluarga Nelayan (Survei Pada Perempuan Pesisir di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEREMPUAN PESISIR DALAM MENINGKATKAN

DAYA TAHAN EKONOMI KELUARGA NELAYAN

(Survei Pada Perempuan Pesisir di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli,

Kabupaten Tapanauli Tengah)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Onkaruna Nainggolan

090901036

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Rasa terima kasih yang mendalam saya sampaikan kepada kedua orang tua (O.

Nainggolan dan K.br Siahaan) yang telah memberikan dukungan baik secara moril

maupun materil sehingga sampai saat ini saya dapat menyelesaikan pendidikan di

perguruan tinggi. Skripsi ini saya persembahkan sebagai wujud ucapan terimakasih atas

kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan,

saya diajari untuk bekerja keras, terbuka terhadap pendapat orang lain, memanfaatkan

waktu sebaik mungkin dan mengevaluasi diri. Saya juga mengucapkan terimakasih

kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara; Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua

Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Bapak Drs. T. Ilham

Saladin, MSP selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik; Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selama

ini memberikan saran dan evaluasi. Pada penulisan skripsi ini, Bapak banyak

memberikan motivasi, pengetahuan dan mengarahkan saya mulai dari awal pemilihan

judul sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya juga mengucapkan

terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Sosiologi dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik yang telah memberikan materi perkuliahan selama menjalani pendidikan di

FISIP USU. Terimakasih kepada seluruh staf pendidikan Departemen Sosiologi, Kak

(4)

ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kepala desa dan Sekretaris

Desa Mela 1 yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk melaksanakan

penelitian dan meluangkan waktu untuk menemani saya dalam melakukan survey.

Terimakasih kepada Masyarakat Desa Mela I yang telah bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih untuk orang-orang terkasih yang selalu

menyemangati saya daya dan mendukung saya dalam doa. Terimakasih kepada

saudara-saudara saya, kepada Kakak tercinta, Lasma Rumondang, A.md dan adik terkasih,

Yehezkiel Rizki yang selalu menyemangati, mengingatkan saya untuk tetap fokus,

kepada sahabat-sahabatku: Dina Mariana. S.Sos; Suartri Welly Harefa. S.Sos; Widya

Marbun. S.Sos; dan Lely Lumban Toruan. S.Sos yang mengajari banyak hal dalam proses

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada keluarga besar Yayasan Giving Indonesia

(YGI) dan Yayasan Giving Ministry (YGM) yang senantiasa mendorong saya untuk

tetap bergerak maju. Terimakasih kepada senior-senior Sosiologi FISIP USU,

teman-teman stambuk 2009, khususnya kepada Tim ANBU Research (syahid ismail, tian, yoan

reza, welly,dll).

Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu

saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan

semoga bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2013

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ...

Lembar Pengesahan ...

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Teori ... 5

Teori Peranan ... 7

Teori Gender ... 9

Teori Struktural Fugsional ... 12

1.6 Hipotesis Penelitian ... 15

1.7 Defenisi Operasional ... 16

1.8 Operasionalisasi Variabel………... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

(6)

2.2 Manajemen Rumah Tangga ... 19

2.3 Perspektif Perekonomian Keluarga... 20

2.4 Hasil-Hasil Penelitian ... 22

2.5 Penyebab Kemiskinan Nelayan……….. . 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. . 27

3.2 Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 31

3.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 31

3.7 Jadwal Kegiatan ... 33

3.8 Keterbatasan Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Desa.... …………... 35

4.2 Kondisi Demografis Desa ... 38

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi...40

4.4 Kondisi Sosial Budaya ... 41

4.5 Sarana dan Prasarana...42

4.6 Temuan Data ...44

4.6.1 Karakteristik Responden ...44

4.7 Hasil Analisa Data ...46

(7)

BAB V PENUTUP ... 63

6.1 Kesimpulan... 63

6.2 Saran ... 64

Daftar Pustaka ... viii

(8)

ABSTRAK

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di

perbincangkan. Perempuan yang dulunya dianggap sebagai kanca wingking, pada zaman

modern ini beralih peran menjadi perempuan yang memiliki peran dalam peningkatan

ekonomi. Perempuan ikut berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi dalam sebuah

keluarga. Bukan hanya di daerah perkotaan saja, melainkan juga di daerah yang

perkembangannya belum terlalu pesat. Contoh kasus yang paling sering kita temukan

dimana perempuan/istri turut mengambil bagian dalam meningkatkan pendapatan

keluarga adalah dalam keluarga nelayan. Tingkat penghasilan yang diperoleh nelayan

seringkali tidak sesuai dengan harapan, terlebih lagi jika nelayan tersebut memiliki

tingkatan sebagai nelayan buruh. Para nelayan buruh ini menggantungkan nasib

sepenuhnya pada hasil tangkapan dan kebaikan hati para toke (pemilik kapal,pemilik alat

produksi).

Kabupaten Tapanuli Tengah adalah bagian wilayah di Kepulauan Sumatera Utara

yang terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km

dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di

pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 Km². Sebagian besar wilayah Kabupaten

Tapanauli Tengah dikelilingi oleh pegunungan dan lautan yang terbentang luas. Letaknya

yang strategis membuat daerah ini menjadi salah satu daerah objek wisata bahari yang

menarik untuk dikunjungi dan merupakan daerah penghasil komoditi laut yang cukup

(10)

para nelayan adalah Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tap-Teng. Desa

Mela I merupakan sebuah desa kecil pecahan wilayah dari kecamatan Tapian Nauli,

dimana desa ini masih sarat dengan sikap keramah-tamahan dan sikap saling peduli

antara satu penduduk dengan penduduk yang lain. Penduduk desa Mela I mayoritas

terdiri dari suku Batak, kemudian suku Nias, Minang dan Jawa. Dan agama yang dianut

adalah agama Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik.

Tingkat penghasilan yang diperoleh para nelayan di Desa Mela I sangat tergantung

pada fluktuasi musim. Ada musim ketika ikan-ikan sangat banyak dan mudah ditangkap

(musim panen), tetapi di musim berikutnya adalah musim paceklik bagi para nelayan,

atau sering disebut dengan musim terang bulan yang berlangsung pada bulan Januari

sampai dengan bulan Maret. Ketika musim terang bulan tiba, maka ikan-ikan menjadi

sulit ditangkap sehingga hasil diperoleh jauh lebih sedikit. Kondisi kemiskinan yang

dialami keluarga nelayan semakin diperparah dengan status mereka yang lebih banyak

bekerja sebagai nelayan buruh, yaitu nelayan yang pendapatannya sangat bergantung

pada jumlah hasil laut yang di peroleh dan dari kemurahan hati toke (pemilik modal dan

alat produksi).

Keadaan pendapatan nelayan yang tidak menentu secara langsung mempengaruhi

berbagai aspek kehidupan para nelayan di Kabupaten Tap-Teng, khususnya di daerah

Mela I, mulai dari segi ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan yang dapat diperoleh

keluarga nelayan, gaya hidup, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga

nelayan tidak akan pernah tercukupi apabila hanya mengandalkan pekerjaan pokok saja.

Gambaran kondisi seperti ini akhirnya membuat ibu rumah tangga yang sebelumnya

(11)

kemudian terjun dalam sektor produktif dengan ikut serta menopang perekonomian

keluarga. Peran serta perempuan dalam menghasilkan uang menjadi salah satu alternatif

untuk menyiasati kekosongan penghasilan nelayan di musim paceklik, dan meningkatkan

daya tahan ekonomi rumah tangga nelayan.

Begitu pula halnya yang dialami oleh para perempuan pesisir Desa Mela I.

Perempuan pesisir di Desa Mela I memilih untuk bekerja ditengah kesibukan yang harus

mereka jalankan sebagai ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka memilih bekerja

sebagai penjual dan pengolah hasil laut demi meningkatkan daya tahan ekonomi

keluarga. Alasan utama mereka memilih pekerjaan ini adalah karena waktunya yang tidak

terikat (fleksibel) dan bahan bakunya mudah untuk didapatkan. Jadi mereka masih

memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga yang

bertugas untuk mengurus kebutuhan pribadi anak-anak beserta suami. Mereka menyadari

bahwa mereka harus berperan aktif agar kebutuhan dalam keluarga mereka bisa

terpenuhi. Mereka tahu sebagian besar tanggungjawab kelangsungan hidup sehari-hari

pada keluarga tersebut ada ditangan perempuan sebagai ibu sekaligus ayah (temporal

single parent).

Namun masalah yang sering muncul adalah ketika peran yang dilakukan oleh para

perempuan di sektor publik masih dianggap sebelah mata. Kontribusi yang diberikan

perempuan melalui sektor publik dianggap tidak sepadan dengan pengeluaran keluarga.

Begitu pun halnya dengan sistem pengupahan yang diterima oleh perempuan ketika

mereka bekerja. Kaum perempuan cenderung menerima upah yang lebih rendah

(12)

perempuan yang sudah bekerja cenderung akan melupakan tanggung jawabnya secara

kodrati.

Adanya proses peralihan peran serta masalah yang harus dialami oleh perempuan,

khususnya perempuan pesisir inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk memilih

penelitian dengan judul Peranan Perempuan dalam Meningkatkan Daya Tahan Ekonomi

Keluarga Nelayan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang tersebut, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan perempuan

pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan dan sejauh apa

peranan tersebut mempengaruhi peningkatan daya tahan ekonomi dalam keluarga

nelayan.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui serta mengukur keterlibatan/ peranan perempuan pesisir dalam

meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan

(13)

2. Memberi manfaat bagi peneliti agar lebih memahami bagaimana sebenarnya

peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi

keluarganya.

3. Sebagai sumbangan bagi pihak yang ingin memperluas wacana dan pengetahuan

seputar peranan yang dilakukan perempuan pesisir bagi pemenuhan kebutuhan

keluarganya.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Teori Peranan

Peranan (role) merupakan proses dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan

suatu peranan. Kedudukan dengan peranan tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu

tergantung pada yang lain dan sebaliknya.(Soekanto, 2009:212-213). Levinson dalam

Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

(14)

Wirutomo mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang

berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan

kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan

didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam

masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan

masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan

yanglain.lain.

Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut

bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Secara garis besar peranan dibagi

menurut pelaksanaannya dan cara memperolehnya yaitu:

Berdasarkan pelaksanaannya:

1. Peranan yang diharapkan (expected roles): cara ideal dalam pelaksanaan

peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan

yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat

ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan.

2. Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana peranan itu

dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan

situasi dan kondisi tertentu.

(15)

1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara

otomatis, bukan karena usaha, misalnya: peranan sebagai seorang ibu, nenek,

dan lain-lain.

2. Peranan pilihan (achieved roles), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar

keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memilih untuk kuliah.

1.5.2 Teori Gender

1.5.2.1 Konsep Gender

Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial

oleh Ann Oakley dan sejak saat itu gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik

untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum.

Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Seks adalah pembagian jenis kelamin yang

ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu,

konsep jenis kelamin digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan

berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh (Tuttle, Lisa, Encyclopedia of Feminism,

1968). Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan

pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut

dan perilaku yang dibentuk secara kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan.

Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan (memisahkan) fungsi

dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi dan peran antara laki-laki

dan perempuan. Pembedaan fungsi antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan

(16)

menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan

pembangunan.

Engles (dalam Fakih, 1997) rmenjelaskan perbedaan gender antara laki-laki dan

perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang seperti proses sosialisasi,

penguatan, konstruksi sosial, kultural, keagamaan, bahkan melalui kekuasaan Negara

Karena melalui proses yang sedemikian panjang, maka perbedaan gender antara laki-laki

dan perempuan seolah-olah menjadi ketentuan Tuhan. Demikian pula sebaliknya,

sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi pada akhirnya mempengaruhi

perkembangan fisik dan biologis masing-masing jenis kelamin. Seperti misalnya, gender

laki-laki harus kuat dan agresif, sehingga dengan konstruksi sosial semacam itu

menjadikan laki-laki termotivasi mempertahankan sikap tersebut.

Dengan demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil dari pemikiran

manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis dan tidak berlaku

secara universal, melainkan sesuai dengan situasional masyrakatnya. Untuk mengetahui

lebih jelas tentang perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender, dapat dilihat dari

tabel berikut.

Tabel 1.5.1 Perbedaan Seks dan Gender

SEKS GENDER

Biologis Kultur, adat istiadat

(17)

Kodrat (alami) Kontruksi sosial

Tidak dapat diubah Dapat diubah (dinamis)

Peran Seks:

Laki-laki: Produksi

Perempuan: Reproduksi (haid, hamil, melahirkan, menyusui dan lain-lain)

Peran Gender: memasak, mencuci, merawat anak dan orangtua, mendidik anak, bekerja diluar rumah, menjadi tenaga professional, dan sebagainya.

Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran

perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah

melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana

manusia beraktifitas.

1.5.2.2 Ketimpangan Gender dalam Masyarakat

Perbedaan gender (gender differences) tidak menjadi masalah selama hal tersebut

tidak memunculkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun dalam aplikasi

gender yang terdapat di masyarakat belumlah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini

sebagian besar dipengaruhi oleh budaya setempat yang masih cenderung menganut

sistem patriarkat. Adapun beberapa bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam

masyarakat antara lain:

1. Gender dan Marginalisasi Perempuan

Marginalisasi perempuan adalah proses pemiskinan atas perempuan yang

disebabkan oleh perbedaan gender. Marginalisasi perempuan dapat bersumber

dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, dan

(18)

telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya dan kehilangan

pekerjaan sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan.

2. Gender dan Subordinasi

Secara umum subordinasi sering diartikan sebagai penomorduaan terhadap suatu

jenis kelamin yang disini adalah perempuan. Adanya anggapan dalam masyarakat

bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa

tampil sebagai pemimpin (sebagai pengambil keputusan), maka akibatnya

perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis (second

person). Contohnya pada masyarakat Jawa, ada anggapan bahwa perempuan tidak

perlu sekolah tinggi-tinggi, karena pada akhirnya akan ke dapur. Terlebih lagi

karena nilai-nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat Jawa yaitu masak,

macak, manak (memasak, bersolek, dan melahirkan anak) adalah sebagai tugas

utama perempuan.

3. Gender dan Stereotip

Streotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yang sifatnya negatif dan selalu

berakibat merugikan pihak lain serta menimbulkan ketidakadilan. Sebagai contoh,

adanya anggapan bahwa perempuan yang bersolek atau memakai rok mini akan

memancing perhatian lawan jenis dan bila terjadi pelecehan seksual, maka

perempuan tersebut akan disalahkan.

4. Gender dan Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah suatu serangan baik terhadap fisik maupun integritas

mental psikologis seseorang. Kekerasan yang bersumber anggapan gender

(19)

Kekerasan terhadap perempuan sering terjadi karena budaya dominasi laki-laki

terhadap perempuan.

5. Gender dan Beban Ganda

Ada anggapan dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan memiliki sifat

rajin, senang memelihara, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tanggayang

mengakibatkan semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan.

Kondisi perekonomian yang tidak menentu saat ini menjadi tambahan beban

(double burden) bagi perempuan dimana mereka diperhadapkan pada tanggung

jawab yang lain yaitu ikut serta menyokong perekonomian keluarga walaupun

dengan upah yang jauh lebih sedikit daripada upah ang diterima laki-laki. Bahkan

Mosser (1999) berpendapat bahwa perempuan tidak saja memiliki peran ganda

(double burden), melainkan tiga peran (triple burden) : peran reproduksi, yaitu

peran yang berhubungan dengan peran tradisional yang berkaitan di sektor

domestik; peran produktif, yaitu peran ekonomis di sektor publik, dan peran

sosial, yaitu peran dalam komunitas atau masyarakat.

1.5.3 Teori Struktural Fungsional

Teori atau pendekatan struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang

diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu

masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari

unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi

fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur- unsur tersebut dalam

(20)

kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur

masyarakat dan menentukan keragaman fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam

struktur sebuah sistem. Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi,

bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak

dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem

(21)

Menurut para penganutnya, teori struktural-fungsional tetap relevan diterapkan

dalam masyarakat modern. Talcott Parsons dan Bales menilai bahwa pembagian peran

secara seksual adalah suatu yang wajar (Nasaruddin Umar, 1999: 53). Dengan pembagian

kerja yang seimbang, hubungan suami-isteri bisa berjalan dengan baik. Jika terjadi

penyimpangan atau tumpang tindih antar fungsi, maka sistem keutuhan keluarga akan

mengalami ketidakseimbangan. Keseimbangan akan terwujud bila tradisi peran gender

senantiasa mengacu kepada posisi semula. Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen

dari masyarakat, seperti kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat

setempat/lokal dan sebagainya. Kunci untuk memahami konsep struktur adalah konsep

status (posisi yang ditentukan secara sosial, yang diperoleh baik karena kelahiran

(ascribed status maupun karena usaha (achieved status) seseorang dalam masyarakat).

Setiap status memiliki aspek dinamis yang disebut dengan peran (role) tertentu, misalnya

seorang yang berstatus ayah memiliki peran yang berbeda dengan seseorang yang

berstatus anak. Kedudukan seseorang dalam keluarga akan menentukan fungsinya, yang

masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan

individu yang bersangkutan, tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan.

Tentunya, struktur dan fungsi ini tidak akan pemah lepas dari pengaruh budaya, norma,

(22)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Parsons dengan Bales, mereka

membuat kesimpulan bahwa institusi keluarga serta kelompok-kelompok kecil lainnya,

dibedakan (didiferensiasikan) oleh kekuasaan atau dimensi hierarkis. Umur dan jenis

kelamin biasanya dijadikan dasar alami dari proses diferensiasi ini. Parsons menekankan

pula pentingnya diferensiasi peran dalam kesatuan peran instrumental-ekspresif. Dalam

keluarga harus ada alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai

sistem dapat tetap ada. Struktural-fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga

membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, dan bahwa sebuah keluarga

inti tersusun dari seorang laki-Iaki pencari nafkah dan wanita ibu rumah tangga adalah

(23)

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang dirumuskan untuk menggambarkan

hubungan dua variabel akibat, atau dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah terdiri dari dari hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternative (Ha)

yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dan

hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara

variabel X dan Y

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ha : Perempuan pesisir memiliki peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi

ekonomi keluarga nelayan

Ho : Tidak adanya peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan

ekonomi ekonomi keluarga nelayan

Dan hipotesa sementara peneliti adalah bahwa perempuan pesisir memiliki

peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan.

1.7 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masing-masing terhadap batasan

konsep yang akan digunakan. Tujuan dari defenisi konsep adalah untuk memudahkan

pemahaman dan menghindari terjadinya tumpang tindih atas variabel yang menjadi objek

(24)

1. Peran

Peran (role) merupakan perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki

suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada status ini oleh

Merton, dinamakan perangkat peran (role set).

2. Perempuan Pesisir

Perempuan pesisir adalah suatu istilah yang merujuk pada perempuan yang hidup

di lingkungan keluarga nelayan baik sebagai istri maupun dari anak nelayan pria.

Dimana kaum perempuan dalam keluarga nelayan terlibat dalam aktivitas mencari

nafkah untuk keluarganya.

3. Perekonomian Keluarga

Defenisi dari ekonomi adalah segala aturan maupun urusan keuangan rumah

tangga suatu kelompok yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi.

Perekonomian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala hal yang

berurusan dengan keuangan rumah tanggga berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan hidup sehari-hari didalam keluarga seperti: kebutuhan pangan,

pemenuhan kesehatan keluarga, biaya pendidikan formal (sekolah) bagi

anak-anaknya dan lain sebagainya.

4. Nelayan Buruh

Nelayan buruh merupakan nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang

lain. Biasanya para nelayan buruh harus membagi hasil tangkapan pada toke

(pemilik alat produksi) sampai dengan 65% dengan pembagian 50% untuk toke

dan 15% untuk mengatasi kerusakan.

(25)

Suatu gejala yang menunjukkan keadaan turun-naik atau ketidaktetapan yang

terjadi dalam musim tertentu dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

perolehan hasil tangkapan laut para nelayan.

6. Terang Bulan

Adalah kondisi alam dimana keadaan bulan berada dalam posisi penuh (memiliki

bulatan yang sempurna dan memiliki cahaya yang sangat terang). Pantulan sinar

bulan ini mengakitbatkan ikan-ikan di laut tidak bergerak naik ke permukaan

sehingga pada kondisi ini, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan menjadi

berkurang.

1.8 Operasional Variabel

Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau

memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberikan batasan atau arti suatu

variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel

tersebut (Sarwono, 2006:12). Dalam penelitian kuantitatif, secara umum terdiri dari 2

(dua) variabel, yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Adapun

yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan perempuan pesisir dan

yang menjadi variabel terikatnya yaitu daya tahan ekonomi keluarga

1.8.1 Bagan Operasional Variabel

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai

Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh

Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa posisi perempuan dalam

struktur produksi tidak hanya berfungsi domestik atau komplementer terhadap peran

laki-laki, tetapi semakin signifikan terkait dengan semakin luasnya keterlibatan perempuan

dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

mendatangkan penghasilan untuk memperkuat daya tahan ekonomi rumah tangga

nelayan.

Sampai saat ini, sebagian besar perempuan cenderung diposisikan untuk berkutat

di sekitar domestik yaitu melaksanakan kegiatan yang sifatnya rumahan yang tidak

menghasilkan uang (unpaid worker). Pemberian upah yang rendah kepada perempuan

yang bekerja di sektor publik atau produktif lebih dikarenakan masih adanya perlakuan

bekerja di dalam rumah tangga tanpa bayaran dan dikuatkan dengan alasan mayoritas

perempuan bekerja adalah untuk mengurangi beban tanggungan keluarga.

Konsep matripoduksi sendiri dibingkai dari padanan kata matriarki, matrilineal

dan produksi yang memiliki pengertian yaitu sebagai pola pemberdayaan perempuan

melalui upaya penyeimbangan peran dan posisi antar jenis kelamin dalam struktur sosial

ekonomi. Matriproduksi ini dapat di telusuri, salah satunya melalui curahan waktu yang

(27)

pendapatan, serta bekerja dengan sistem upahan. Lebih jelasnya, konsep matriproduksi

digambarkan melalui skema berikut:

Bagan 2.1. Model Matrproduksi dan Perubahan Masyarakat Pantai

2.2 Manajemen Rumah Tangga

Pengertian ’’keluarga’’ dan ’’rumah tangga’’seringkali dicampuradukkan. Dalam

hal ini, manajemen rumah tangga lebih meninjau keluarga sebagai sebuah lembaga

maupun organisasi dan bukan sebagai hubungan kekerabatan. Kata keluarga yang

dibahas disini adalah sebagai kelompok manusia yang menjadi anggota dalam sebuah

(28)

Rumah tangga yaitu seluruh urusan (keluarga) untuk hidup bersama dikerjakan

bersama dibawah pimpinan seseorang yang ditetapkan menurut tradisi. Konstruksi sosial

yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan keluarga adalah ayah

(suami). Namun walaupun demikian, pada beberapa daerah di pedesaaan di Jawa,

keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggota keluarga, ayah (suami) selalu

mengajak bermusyawarah ibu (istri), serta anak-anak yang dianggap sudah mampu.

Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga

sebagai unit-unit produksi yang sering kali mengadakan pembagian kerja di antara

anggota-anggotanya. Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoodinir dalam

produksi ekonomi. Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah di mana semua

anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata pencaharian yang sama.

Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya

sekedar hubungan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga

sebagai sistem hubungan kerja.

2.3 Perspektif Perekonoian Keluarga

Analisis alternatif mengenai peran perempuan dapat dilihat dalam tiga perspektif

dalam kaitannya sebagai individu yang memiliki banyak peranan. Hubeis dalam Toety

(29)

1. Peran Tradisi

Peran tradisi merupakan peran domestik yang menjadi urusan perempuan, semua

pekerjaan rumah dari membersihkan rumah, memasak, merawat anak, dan hal lain

yang berkaitan dengan rumah tangga.

2. Peran Transisi

Peran transisi merupakan peran peralihan dari peran domestik mulai bergeser

kepada peran publik yang dilakukan perempuan. Kondisi ekonomi menjadi

determinan utama bagi seorang perempuan mengambil keputusan untuk

melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan yang dapat membantu

perekonomian keluarga.

3. Peran Kontemporer

Merupakan peran yang dijalankan perempuan tanpa menjalankan peran

domestiknya. Artinya seorang perempuan hanya memiliki peran di luar rumah

tangga atau yang sering kita sebut sebagai perempuan (wanita) karir. Perempuan

yang terlibat dalam peran ini biasanya memilih untuk tidak menikah dan mencari

nafkah hidup sendiri.

Perspektif perempuan sebagai tulang punggung keluarga menunjukkan bahwwa

kaum perempuan adalah aset. Dalam hal ini, perempuan harus mempunyai kemampuan

untuk melihat potensi maupun peluang yang mungkin dapat dikembangkan. Besarnya

(30)

dilakukan pada saat kondisi perekonomian keluarga memaksa perempuan memainkan

peranannya sebagai penyangga ekonomi keluarga. (Sukesi, 2010)

2.4 Hasil-Hasil Penelitian mengenai Peranan Perempuan Pesisir

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan peranan perempuan

pesisir dalam perekonomian nelayan antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Slamet

Widodo (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Peran Perempuan dalam Sistem

Rumah Tangga Nelayan. Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan dan peranan

perempuan terutama istri di dua desa yaitu Desa Kwanyar Barat dan Desa Karang Agung.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki hal-hal yang bermanfaat dalam

membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi rumah tangga mereka. Pada

kondisi ini, istri dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah

untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut.

Peranan perempuan dalam penelitian ini terlihat ketika perahu kembali dari laut

dan membawa hasil tangkapan. Pada saat itu, perempuan terlibat dalam penjualan

tangkapan. Di Kwanyar Barat maupun di Karang Agung, perempuan mempunyai peran

yang berarti terjualnya hasil tangkapan. Pada masyarakat di kedua desa ini, bukanlah hal

yang baru apabila istri terlibat dalam aktifitas dalam menambah nafkah rumah tangga.

Justru keterlibatan mereka mendapa dukungan dari para suami, karena mereka (suami)

(31)

Penelitian Aminah Nuraini (2004) membahas mengenai peranan perempuan

dalam kehidupan keluarga dan masyarakat pesisir di Muara Angke yang ditinjau dari

perspektif gender. Penelitian ini terdiri dari 10 orang responden perempuan, 10 orang

suami responden dan 27 anak responden. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode studi kasus dan jenis pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan

kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa telah banyak

perempuan yang aktif dalam kegiatan produktif dan sosial kemasyarakatan. Hal ini

terlihat dari total alokasi curahan waktu pada perempuan pada ketiga jenis kegiatan

(peran reproduktif, peran produktif, dan sosial kemasyarakatan) yaitu sebesar 17,91

jam/hari atau sekitar 74,63% dan total curahan waktu laki-laki pada ketiga jenis kegiatan

ini adalah sebesar 17,96 jam/hari atau sekitar 74,83%. Kegiatan produktif yang dilakukan

perempuan berpengaruh pada penghasilan keluarga dan menyebabkan beban yang

ditanggung laki-laki sebagai pencari nafkah utama keluarga lebih ringan. Dalam

penelitian ini, terlihat bahwa tidak ada persaingan pendapatan antara suami istri, selama

tujuannya adalah untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yanti Puji, Sri

Hartati, Nur Isnaeni (2008) yang berjudul Peran dan Potensi Wanita Pesisir dalam

Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga di Kota Tegal. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini adalan bahwa wanita pesisir hampir seluruhnya bekerja untuk

menambah penghasilan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Berbagai

macam jenis pekerjaan dilakukan baik yang berhubungan dengan sektor perikanan

maupun yang bukan sektor perikanan. Sebagian besar wanita pesisir (83%) bekerja di

(32)

sisanya bekerja di luar sektor perikanan yaitu sebesar (17%). Kontribusi penghasilan

wanita pesisir ini mencapai 50% dari tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Penelitian yang juga mengkaji tentang perempuan pesisir adalah penelitian yang

di lakukan oleh Achmad Mulyadi (2011) dengan penelitian yang berjudul Perempuan

Madura Pesisir Meretas Budaya Mode Produksi Patriarkat. Achmad melihat perempuan

pesisir dalam perspektif Gender Equality dimana perspektif ini memberikan pandangan

yang luas bagi istri nelayan untuk terlibat aktif dalam kegiatan publik dengan tidak

mengorbankan tanggung jawab domestiknya. Dasar dari keterlibatan mereka adalah atas

kesadaran dan kemauan mereka sendiri. Keterlibatan istri dalam dunia publik, khususnya

bekerja yang berkaitan dengan ikan baik menjual, menjemur, mengelola hasilnya (home

industry), maupun yang lainnya, menjadi kebanggaan bagi suami. Ini disebabkan

keterlibatan tersebut dapat memberi kontribusi yang bermakna bagi keluarga mereka dan

dapat menopang derajat ekonomi serta kelangsungan hidup mereka sehingga

kesejahteraan hidupnya menjadi meningkat.

2.5 Penyebab Kemiskinan Nelayan

Ada beberapa faktor umum yang menyebakan kemiskinan dalam keluarga nelaya

susah untuk ditanggulangi. Faktor penyebab tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor

secara internal dan faktor secara eksternal. Adapun faktor secara internal yaitu:

a. Kebiasaan para nelayan jika kembali dari laut dan memperoleh hasil yang

melimpah sehingga memperoleh uang yang relatif cukup besar, yaitu

untuk kembali melaut setelah masa istirahatnya berakhir. Mereka

cenderung akan menghabiskan terlebih dahulu penghasilan yang mereka

(33)

nelayan-nelayan lain yang tidak sedang melaut. Setelah akhirnya uang yang

mereka miliki habis, bahkan ada yang sampai sanggup untuk berhutang

dahulu untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya, barulah

mereka kembali bekerja untuk mencari ikan.

b. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ketika tidak

sedang pergi ke laut nelayan cenderung menghabiskan waktunya

dikedai-kedai minuman berbaur dengan teman dan sesama nelayan. Sangat sedikit

jumlahnya yang mau memanfaatkan waktu luang mereka untuk

melakukan hal-hal yang lebih produktif untuk menambah penghasilan

mereka.

Selain itu, faktor eksternal yang menjadi penyebab kemiskinan para nelayan

antara lain:

a. Tingkat pengetahuan yang rendah

b. Masih kurangnya kesadaran pemerintah untuk memberikan bantuan yang

tepat kepada para nelayan.

c. Faktor cuaca yang sering tidak berpihak kepada nelayan. Saat ini dengan

kondisi alam yang katanya tidak menentu lagi (yang diakibatkan “global

warming” atau pemanasan global), keadaan cuaca menjadi musuh

nelayan. Begitu juga jika memasuki musim hujan, bila hujan turun di

sertai petir dan angin maka sudah bisa dipastikan nelayan tidak akan

berani pergi melaut. Saat pasang besar juga menjadi masalah tersendiri

bagi nelayan, gelombang-gelombang tinggi akan mengancam nyawa

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah

penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

meneliti tindakan dan bersifat mengukur, mengadakan evaluasi yang dilakukan pada

sejumlah individu. Dalam penelitian ini, survei dilakukan untuk mengukur sampai sejauh

mana peranan yang dilakukan oleh para perempuan pesisir dalam meningkatkan daya

tahan ekonomi keluarga. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten

Tapteng. Lokasi ini dipilih oleh peneliti karena di wilayah ini hampir sebagian besar

penduduknya bekerja sebagai nelayan dan istri-istri mereka terlibat dalam pemenuhan

kebutuhan rumah tangga.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan lain

(35)

Bungin, 2004). Populasi yang diambil dalam penelitian adalah seluruh ibu rumah tanggga

yang suaminya bekerja sebagai nelayan dan terlibat dalam mencari nafkah.

Tabel 3.1 Tabel Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

N

Sumber: RPJMDES Mela

3.3.2 Sampel

Sampel adalah kelompok yang dipergunakan peneliti untuk memperoleh

informasi (Komaruddin, 2004). Pengambilan sampel bertujuan sebagai representasi dari

(36)

adalah dengan sistem purposive sampling techniques. Teknik purposive ini dilakukan

untuk memilih siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi

yang dibutuhkan Peneliti memilih sampel berdasarkan penelitian atas karakteristik

anggota sampel yang sesuai dengan maksud penelitian (Ulber Silalahi, 2009). Besaran

sampel diperoleh dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane.

Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah:

� = �

�.�2+1

Dimana, n : Besarnya Sampel

N : Besarnya Populasi

d : Presisi atau derajat kebebasan (peneliti menetapkan 10% atau d=0,1)

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besarnya sampel pada penelitian ini

adalah:

Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 77 orang.

(37)

Data primer diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner.

1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang

akan diteliti untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perempuan pesisir yang bekerja

dalam sektor produktif.

2. Kuesioner, adalah daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif jawaban yang telah

tersedia dan distribusikan oleh peneliti kepada responden. Tujuannya adalah untuk

meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau untuk

mengetahui tentang sifat, pendapat, dan keadaan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan metode :

a. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data, informasi dari buku-buku, jurnal yang

diperoleh dari perpustakaan atau pun internet dan beberapa data-data yang diperoleh

dari Dinas terkait seperti : Kantor Kepala Desa Mela I, Badan Pusat Statistik (BPS)

dan bentuk tulisan lainnya yang mendukung penelitian.

b. Dokumentasi merupakan kumpulan foto yang berisi gambar-gambar selama

penelitian berlangsung.

3.4 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.5.1 Instrumen

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa

kuesioner dengan pertanyaan yang bersifat semiterbuka dimana kuesioner tersebut berisi

(38)

kesempatan untuk variasi jawaban yang lain. Pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya yang berisi pertanyaan mengenai jenis pekerjaan, curahan waktu kerja,

tingkat pemenuhan keluarga selama bekerja, serta pengambilan keputusan dalam rumah

tangga nelayan.

3.5.2 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dari penelitian didasarkan dari jawaban responden yang

disesuaikan dengan skor. Pengukuran dilakukan melalui penggunaan tiga skala dalam

penelitian sosial. Skala ordinal yaitu jenis skala yang menunjukkan urutan-urutan

tertentu, seperti tingkat pendidikan. Skala nominal yang bertujuan untuk

mengelompokkan objek atau peristiwa dalam kategori-kategori (jenis kelamin, umur) dan

skala interval/rasio yaitu jenis skala yang berupa angka, contohnya tingkat pendapatan

dan tingkat pengeluaran

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data kuantitatif secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap

memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan

(tabulating).

1. Pengeditan Data (editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang

(39)

relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan

pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan

memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner.

3. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam

komputer untuk diolah dan dianalisis melalui program SPSS for

window.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Adalah pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan

atau tidak.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasional yaitu

analisis statistik yang berusaha mencari hubungan antara dua variabel atau

lebih dengan menggunakan kuesioner yang yang dibagi menjadi tiga bagian

pertanyaan yaitu pertanyaan tentang profil kegiatan, profil akses dan kontrol

dan faktor-faktor lain yang dianggap memiliki keterkaitan dengan penelitian.

Analisis tersebut menyajikan data penelitian yang berupa penjelasan

(explanatory) tentang peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya

tahan ekonomi keluarga yang juga dibantu dengan memanfaatkan software

(40)

3.7 Jadwal Kegiatan

7 Pengumpulan Data dan Analisis

data √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.8 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengalami banyak kendala yang

menjadi keterbatasan dalam penelitian, adapun yang menjadi keterbatasan peneliti antara

lain :

1. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakasanakan penelitian

ilmiah.

2. Keterbatasan peneliti dalam menentukan teori yang sesuai dengan penelitian.

3. Keterbatasan peneliti dalam menganalisa hasil penelitian sehingga membutuhkan

(41)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis Desa

4.1.1 Letak Desa

Desa Mela I merupakan desa kecil yang terbentuk dari 5 Dusun. Desa ini masuk ke

dalam wilayah Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah yang memiliki

batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mela II

• Sebelah Selatan berbatasan dengan perbatasan Kotamadya Sibolga

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Simaninggir

• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Tapian Nauli

(42)

Desa Mela I berada pada ketinggian antara ± 1 m - 1,5 m diatas permukaan laut.

Sebagian besar lahan yang ada di Desa Mela I dimanfaatkan oleh penduduk untuk

kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Mela I dapat

terlihat pada tabel berikut.

4.1 Tabel Luas Lahan menurut Peruntukan lahan Desa Mela I

No Peruntukan Lahan Luas (m2) Persentase (%)

1 Tegalan/Perladangan 10.000 2, 734

2 Perkebunan 3.000.000 82, 044

3 Perumahan/Pemukiman 400.000 10, 939

4 Kolam/Perikanan 100.000 2, 734

5

Perkantoran/Sarana Sosial

a. Lahan Kantor Kepala Desa 150 0, 004

b. 5 unit Gereja 3000 0, 082

c. 2 unit SDN 15000 0, 410

d. Pasar Desa 400 0, 010

e. Jalan Umum/Jalan Dusun 8000 0, 218

f. Saluran Sungai 15000 0, 410

g. Saluran Parit 15000 0, 410

(43)

Sumber: RPJMDES Mela I

4.1.2 Status Kepemilikan Lahan dan Keadaan Tanah

Di Desa Mela I dikenal adanya sistem pembagian lahan. Status kepemilikan lahan di

Desa Mela I terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Milik Rakyat = 363 Ha

2. Milik Desa = 0.004 Ha

3. Milik Pemerintah = 2. 315 Ha

Lahan milik rakyat yang dimaksudkan disini adalah lahan yang dimiliki oleh

penduduk desa secara turun-temurun melalui warisan dari nenek moyang mereka atau

yang lebih dikenal dengan sebutan tanah adat. Lahan Desa merupakan lahan yang

diperuntukkan untuk membangun sarana bersama yang diperoleh dari kesepakatan dari

penduduk desa. Sedangkan Lahan Pemerintahan merupakan lahan yang menjadi

kewenangan dari pihak pemerintah setempat.

Tanah di Desa Mela I terdiri dari komponen tanah pasir dan tanah endapan sehingga

dengan demikian, sebagian besar lahan di Desa Mela I cocok dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian dan lahan perkebunan.

4.2 Kondisi Demografis Desa

4.2.1 Jumlah Penduduk

Dari data penduduk tahun 2011-2012, tercatat jumlah penduduk Desa Mela I

(44)

Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga, maka penduduk Desa Mela I dihuni

sebanyak 778 Kepala Keluarga (KK).

4.2.2 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Desa Mela I dapat dilihat dari pembagian berdasarkan jenis

kelamin dan agama yang dianut.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

NO Nama Dusun

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1 Dusun I 350 370 720

2 Dusun II 515 540 1055

3 Dusun III 659 643 1302

4 Dusun IV 205 220 425

5 Dusun V 66 58 124

Jumlah 1795 1833 3628

Sumber: RPJMDES Mela I

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk Desa Mela

I lebih banyak terdiri dari kaum perempuan yaitu sebanyak 1833 jiwa (50,52%) dan kaum

laki-laki sebanyak 1795 jiwa (49,47%).

(45)

NO Nama Dusun

Agama

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 Dusun I 272 355 95 0 0

2 Dusun II 70 780 205 0 0

3 Dusun

III 92 1044 166 0 0

4 Dusun

IV 16 328 81 0 0

5 Dusun V 11 113 0 0 0

Jumlah 461 2620 547 0 0

Sumber: RPJMDES Mela I

Berdasarkan tabel diatas dipaparkan bahwa komposisi penduduk Desa Mela I

lebih besar dianut oleh penduduk beragama Kristen sebanyak 2620 jiwa (72,23%), diikuti

oleh penduduk yang beragama Katolik sebanyak 547 jiwa (15.07) dan penduduk

beragama Islam sebanyak 461 jiwa (12,70%).

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Mela I merupakan desa pertanian/perkebunan dan nelayan dimana letak desa

ini berdekatan dengan tepi pantai. Maka perolehan ekonomi penduduk desa sebagian

besar dihasilkan dari kegiatan pertanian dan kelautan. Walaupun Desa Mela I berada

dalam letak geografis yang strategis, namun hal ini tidak lantas membuat kondisi

(46)

sebagian besar penduduk desa ini masih tergolong dalam kategori miskin. Hal ini

disebabkan oleh kondisi pertanian yang kurang menghasilkan yang disebakan oleh

kurangnya tenaga terampil yang dapat mengolah lahan pertanian. Hal yang sama juga

terjadi dalam sektor perikanan atau kelautan. Faktor tenaga dan peralatan melaut yang

masih tradisional, serta faktor alam menjadi faktor utama yang membuat hasil laut yang

diperoleh tidak memuaskan. Kendala lain adalah kurangnya tindakan dari pemerintah

setempat untuk membantu peningkatan pendapatan penduduk dari kedua sektor ekonomi

yang dominan ini. Kondisi ekonomi yang pas-pasan terlihat dari masih banyaknya

penduduk desa yang mendirikan rumah diatas perairan laut, yang sebenarnya berbahaya

dan tidak diperbolehkan oleh pemerintah. Mereka mendirikan rumah di perairan laut

dikarenakan tidak mencukupinya biaya untuk membeli lahan di daerah pemukiman darat.

Indikator kondisi sosial ekonomi lainnya terlihat dari tingkat pendidikan yang

telah diselesaikan. Para penduduk Desa Mela I sebagian besar hanya sampai pada jenjang

SMA/SMK. Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA/SMK, penduduk Desa

Mela I lebih memilih untuk bekerja karena keterbatasan biaya untuk melanjut ke

Perguruan Tinggi. Kebanyakan dari mereka memilih untuk merantau dan daerah rantauan

yang paling banyak dituju adalah daerah Batam, Kalimantan, dan Medan.

(47)

4.4 Kondisi Sosial Budaya

Kehidupan penduduk Desa Mela I masih kental dengan tradisi-tradisi peninggalan

leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia

(lahir-dewasa-berumah tangga-mati), seperti upacara kelahiran, khitanan, perkawinan, dan

upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, selalu dilakukan oleh penduduk

Desa Mela I.

Sikap kegotong-royongan dan rasa empati masih terjalin kuat di desa ini. Hal ini

terlihat dari kebiasaan mereka yang saling membantu memperbaiki rumah atau

membantu tetangga yang mengadakan perhelatan. Sementara rasa empati mereka

ditunjukkan dengan kebiasaan mereka yaitu manjanguk (membesuk, menjenguk) orang

sakit. Biasanya ketika mereka menjenguk orang sakit, mereka datang datang bukan hanya

membawa makanan, tetapi juga uang yang mereka kumpulkan secara bersama-sama yang

bertujuan untuk membantu pengobatan tetangga mereka yang sakit.

Kesenian asli daerah di desa ini seperti marsuling (mainkan alat musik suling)

dulu masih sering dilakukan terlebih jika para nelayan berkumpul di kedai kopi, namun

(48)

Mela I jadi lebih cenderung menyukai musik dangdut, pop serta musik-musik modern

lainnya. Hal ini menyebabkan kelompok kesenian tradisional mulai mengendor

kegiatannya, sedangkan kelompok kesenian modern seperti band dan pesunuduk khntas

keyboard semakin bermunculan.

4.5 Sarana dan Prasarana

Desa Mela I telah memiliki jalan yang terhubung dengan daerah lain melalui jalan

desa. Keadaan jalan desa secara umum masih baik namun apabila musim hujan tiba, d

beberapa tempat mengalami kerusakan. Kondisi jalan Desa Mela I dapat dilihat melalui

tabel berikut:

Tabel 4.5 Prasarana Perhubungan Desa

No Jenis Prasarana Kuantitas/Panjang Keterangan

1 Jalan Desa 5 Km Rusak

2 Jalan Dusun 2 Km Bila musim hujan, kondisi jalan becek

3 Jembatan 3 unit Masih layak pakai

Sumber: RPJMDES Mela I

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan penduduk Desa Mela I adalah

sepeda motor dan becak bermotor. Jaringan listrik PLN sudah tersedia di desa ini,

(49)

penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Di desa ini, pengadaan air diperoleh

dari sumber mata air sehingga masalah air bersih masih bisa diatasi.

4.6 Bagan Kelembagaan Desa Mela 1

No Lembaga Kondisi

1 PEMDES Tidak memiliki sarana kantor yang lengkap

seperti komputer

2 BPD Kurang aktif

3 LPM Kurang aktif

4 PKK Kurangnya tenaga yang memiliki keterampilan

5 Karang Taruna Tidak terbentuk

Sumber: RPJMDES Mela I

4.6 Temuan Data

4.6.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.7 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-Laki 20 26

(50)

Jumlah 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan

jenis kelamin. Responden laki-laki sebanyak 20 orang (26 %) dan perempuan sebanyak

57 orang (74%). Dimana dalam tabel terlihat bahwa responden perempuan memiliki

perbedaan yang cukup besar dibandingkan responden laki-laki.

Tabel 4. 8 Jumlah Responden berdasarkan Umur

No Kategori Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 16-31 20 26

2 31-45 32 42

3 45-60 25 32

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan kategori

umur terdiri dari usia 16-31 tahun sebanyak 20 orang (26%), usia 31-45 tahun sebanyak

32 orang (42%) dan usia 45-60 sebanyak 25 orang (32%). Terlihat bahwa sebagian besar

perempuan yang bekerja di desa Mela I masih berada dalam usia yang produktif sehingga

(51)

Tabel 4.9 Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0

2 SD 9 11

3 SMP/MTs 27 35

4 SMA/MA 38 49

5 Diploma 3 5

6 Sarjana 0 0

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki

responden terdiri dari Tidak Sekolah sebanyak 0 orang (0%), tingkat SD sebanyak 9

orang (11%), tingkat SMP/MTs sebanyak 27 orang (35%), tingkat SMA/MA sebanyak

38 orang (51%), tingkat Diploma sebanyak 3 orang (5%) dan tingkat Sarjana sebanyak 0

orang (0%). Dari data diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak

diselesaikan oleh responden adalah hanya sampai pada tingkat SMA. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang di kecap penduduk desa Mela I masih

(52)

4.7 Analisa Data

4.7.1 Jenis Pekerjaan

Perempuan pesisir Desa Mela I memiliki jenis pekerjaan yang cukup bervariasi

dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya. Namun sebagian

besar jenis pekerjaan tersebut masih tetap bergerak dalam bidang perikanan dan

pengolahan hasil laut. Hal ini dikarenakan tingkat efisiensi yang mereka dapatkan ketika

memilih untuk bekerja di sektor yang berhubungan dengan perikanan seperti contohnya

ketika memilih untuk bekerja mengasinkan ikan. Mereka tidak perlu repot-repot ketika

belajar untuk mengasinkan ikan karena mereka sudah terbiasa melihat proses pengasinan

ikan sedari mereka kecil. Berikut merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan

pesisir Desa Mela I.

Tabel 4.10 Jenis Pekerjaan Perempuan Pesisir Desa Mela I

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Menjual Ikan 36 47

2 Mengasinkan Ikan 21 27

3 Menjahit Jaring/Jala 7 9

4 Membuka Toko/ Warung 4 5

5 Pekerjaan Lain 9 12

(53)

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan yang paling

dominan dilakukan oleh perempuan pesisir di Desa Mela I adalah sebagai penjual ikan

dengan jumlah 36 orang (47%), mengasinkan ikan sebanyak 21 orang (27%), menjahit

jala/jaring sebanyak 7 orang (9%), membuka toko dan warung sebanyak 4 orang (5%)

dan pekerjaan lain sebanyak 9 orang (12%). Kecenderungan para perempuan pesisir

memilih pekerjaan sebagai penjual ikan dikarenakan mudahnya akses untuk memperoleh

ikan segar untuk dijual sehingga tidak memerlukan biaya transport yang besar. Para

penjual ikan di desa Mela I biasanya langsung memesan ikan sesuai stok yang hendak

dijual kepada tetangganya yang akan berangkat melaut ataupun menjual hasil tangkapan

dari suaminya. Selain itu waktu kerja yang dibutuhkan tidak terlalu lama, biasanya hanya

memakan waktu 3-5 jam. Berbeda dengan pekerjaan mengasinkan ikan maupun menjahit

jala. Proses pengasinan ikan sendiri bisa memakan waktu berhari-hari sampai

mendapatkan hasil yang diinginkan. Proses pengasinan ikan itu sendiri dimulai dengan

proses perebusan ikan mentah, penggaraman, dan pengeringan serta penimbangan.

Semua proses ini dilakukan oleh kaum perempuan. Begitu juga dengan proses penjahitan

jala, tingkat keulitan yang tinggi ketika menjahit jaring membuat pekerjaan ini

membutuhkan waktu yang lama

(54)

Tabel 4.11 KurunWaktu Bekerja

No Kurun Waktu Bekerja (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 1-5 5 6

2 5-10 20 26

3 10-15 28 37

4 >15 24 31

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kurun waktu bekerja yang

dimiliki responden antara lain yang bekerja 1-5 tahun sebanyak 5 orang (6%), bekerja

dengan kurun waktu 5-10 tahun sebanyak 20 orang (26%), bekerja dengan kurun waktu

(55)

Tabel 4.12 Penghasilan Perbulan

No Penghasilan Perbulan (Rupiah) Frekuensi Persentase (%)

1 < 800.000 9 12

2 800.000-1.100.000 36 47

3 1.100.000-1.400.000 25 32

4 >1.400.000 7 9

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh para

perempuan pesisir di Desa Mela I dimulai dari Rp 500.000- Rp 800.000 dengan jumala

sebanyak 9 orang (12%). Pendapatan Rp 800.000- Rp 1.100.000 sebanyak 36 orang

(36%), pendapatan Rp 1.100.000- Rp 1.400.000 sebanyak 25 orang (32%) dan lebih

besar dari Rp 1.400.000 sebanyak 7 orang (9%). Dari tingkat pendapatan yang diperoleh,

terlihat bahwa sebagian besar perempuan pesisir Desa Mela I masih memiliki pendapatan

yang cukup rendah.

Tabel 4.13 Jumlah Pengeluaran Perbulan

No Jumlah Pengeluaran Perbulan

(56)

1 < 1.000.000 2 3

2 1.000.000-2.000.000 23 30

3 2.000.000-3.000.000 34 45

4 >3.000.000 18 23

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah pengeluaran perbulan dalam keluarga

nelayan di Desa Mela I yaitu kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 2 orang (3%),

pengeluaran Rp 1.000.000- Rp 2.000.000 sebanyak 23 orang (30%), pengeluaran Rp

2.000.000- Rp 3.000.000 sebanyak 34 orang (45%), dan pengeluaran lebih dari Rp

3.000.000 sebanyak 18 orang (23%). Tingkat pemenuhan kebutuhan di desa Mela

termasuk dalam kategori yang cukup tinggi. Hal ini lebih dikarenakan banyaknya jumlah

anggota keluarga yang harus ditanggung setiap keluarga. Tingginya tingkat reproduksi di

keluarga nelayan sebagian disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran penduduk

pesisir akan program keluarga berencana (2 orang anak cukup) dan adanya anggapan

bahwa anak adalah sumber rezeki sehingga semakin banyak anak yang di peroleh maka

kesempatan untuk memperoleh rezeki pun semakin besar.

Tabel 4.14 Jumlah Anggota Keluarga

(57)

1 < 5orang 32 41

2 5-9 orang 40 52

3 9-13 orang 5 7

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga

nelayan di Desa Mela I yaitu kurang dari 5 orang sebanyak 32 orang (41%), jumlah

tanggungan keluarga 5-9 orang sebanyak 40 orang (52%), jumlah tanggungan 9-13

orang sebanyak 5 orang (7%). Dari data diatas dapat diketahui bahwa keluarga nelayan di

Desa Mela I mayoritas memiliki anggota keluarga yang cukup banyak yaitu dalam

kisaran 5-9 orang. Dengan jumlah anggota keluarga seperti ini, tentu beban ekonomi

yang dirasakan pun semakin berat, sementara pendapatan yang diperoleh tidaklah terlalu

tinggi (dalam tabel 4.11). Hal ini menjadi alasan yang utama bagi perempuan pesisir di

Desa Mela I untuk bekerja mencari nafkah.

Tabel 4.15 Curahan Waktu Bekerja

No Curahan Waktu Bekerja (Jam) Frekuensi Persentase (%)

1 < 4 jam 62 80

(58)

3 8-12 jam 6 8

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa curahan waktu kerja yang dimiliki

perempuan pesisir berkisar antara kurang dari 4 jam sebanyak 9 orang (12%), waktu kerja

4-8 jam sebanyak 62 orang (80%), waktu kerja 8-12 jam sebanyak 6 orang (8%). Curahan

waktu kerja disini adalah hanya meliputi kegiatan produktif (kegiatan bekerja mencari

nakah). Belum lagi waktu yang digunakan untuk mengerjakan kegiatan reproduktif dan

peran publik. Terlihat bahwa perempuan pesisir mengeluarkan energi dan tenaga yang

besar untuk dapat memenuhi ketiga beban (triple burden) ini.

Tabel 4.16 Alasan Bekerja

No Alasan untuk Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Menambah pendapatan keluarga 71 87

2 Ingin lebih mandiri 4 8

3 Untuk mengisi waktu luang 2 5

Total 77 100

(59)

Ada beberapa alasan yang dimiliki perempuan pesisir di Desa Mela I yang

menyebabkan mereka harus bekerja antara lain yaitu untuk menambah pendapatan

keluarga sebanyak 71 orang (87%), alasan agar lebih mandiri sebanyak 4 orang (8%) dan

ingin mengisi waktu luang sebanyak 2 orang (5 orang).

Tabel 4.17 Kondisi Ekonomi Setelah Bekerja

No Kondisi Ekonomi Setelah Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat meningkat 4 9

2 Cukup meningkat 73 91

3 Tidak meningkat 0 0

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kondisi ekonomi

keluarga nelayan menjadi meningkat atau lebih baik dari sebelumnya ketika perempuan

pesisir (istri nelayan) memutuskan untuk bekerja membantu mencari nafkah. Keluarga

nelayan yang kondisi ekonominya sangat meningkat setelah istri nelayan ikut bekerja

sebanyak 4 orang (9%), cukup meningkat sebanyak 73 orang (91%), dan tidak meningkat

0%.

(60)

No Respon Keluarga Ketika Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat setuju 23 41

2 Setuju 54 48

3 Tidak Setuju 0 11

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar para anggota

keluarga nelayan setuju saat istri maupun ibu mereka memilih untuk bekerja mencari

tambahan penghasilan.

Tabel 4.19 Tingkat Kepuasan dalam Bekerja

No Tingkat Kepuasan Dalam Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Puas 7 9

2 Puas 40 52

3 Tidak Puas 30 39

Total 77 100

(61)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan dalam bekerja

yang dirasakan oleh perempuan pesisir Desa Mela I dikategorikan menjadi tiga bagian

yaitu kategori sangat puas sebanyak 7 orang (9%), kategori puas sebanyak 40 orang (52

orang) dan kategori tidak puas sebanyak 30 orang (39%).

Tabel 4.20 Masalah yang dihadapi saat Bekerja

No Masalah yang dihadapi saat

Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Kesulitan membagi waktu 35 45

2 Ketidaknyamanan dalam bekerja 7 10

3 Kelelahan yang berlebihan 35 45

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Adapun masalah atau kendala yang dihadapi oleh perempuan pesisir ketika

melakukan pekerjaannya dalam sektor produktif antara lain kesulitan dalam membagi

waktu sebanyak 35 orang (45%), ketidaknyamanan dalam bekerja sebanyak 7 orang

(10%) dan kelelahan yang berlebihan sebanyak 35 orang (45%). Kesulitan dalam

membagi waktu dan kelelahan yang berlebihan merupakan hal yang selalu dirasakan

setiap perempuan yang memilih untuk bekerja di sektor pulik. Terlebih lagi para

perempuan pesisir yang rata-rata memiliki waktu jam kerja 4-8 jam, ditambah lagi harus

Gambar

Tabel 1.5.1 Perbedaan Seks dan Gender
Tabel 3.1 Tabel Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Gambar 2. Peta Desa Mela I
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas Lemna minor meliputi jumlah anakan, klorofil-a, produksi biomassa, luas cover area , serapan fosfat dan doubling time

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa leverage , likuiditas dan komite audit independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap luas

Sedangkan sebagai saran untuk perkembangan selanjutnya baik itu kepada pengembang maupun pengelola, yaitu bagi pengelola agar dapat mencoba menggunakan aplikasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa layanan informasi bimbingan pribadi mampu untuk meningkatkan etika

Parameter yang diamati meliputi efisiensi pemanfatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER), jumlah konsumsi pakan (TKP), laju pertumbuhan spesifik (SGR) dan kelulushidupan

Implementasi Kartu Semarang Sehat apabila ditinjau dari ketepatan kebijakan Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi

Lihat Gambar 2.9 Bila sinyal digital diubah kembali ke bentuk analog, harmonisa yang tidak diinginkan harus disaring dengan filter rekonstruksi seperti ditunjukkan pada

Hasil pengamatan karakter kuantitatif tanaman menunjukkan bahwa tinggi tanaman pisang Gohu adalah paling tinggi, pisang Tembaga, Bunga, dan Mulu Bebe memiliki tinggi