EFEK SAMPING PENGGUNAAN
KONTRASEPSI IMPLAN 2 BATANG
SELAMA 2 TAHUN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN
TESIS MAGISTER
OLEH:
MEIFI ELFIRA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
Pembimbing : dr. Ichwanul Adenin M.Ked (OG), SpOG(K)
dr.Syamsul Arifin Nst, SpOG (K)
Penguji : dr.Hotma Partogi Pasaribu,M.Ked (OG), SpOG
dr. Yostoto B Kaban, SpOG (K)
dr. M.Rizki Yaznil, M.Ked (OG), SpOG
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat
untuk mencapai tingkat strata dua kedokteran
KATA PENGANTAR
Assalaamua'alikum wa rohmatullaahii wa barokaatuh.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah bagi baginda Rosuulullaah Muhammad SAW, beserta keluarga dan umatnya.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Magister Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan keilmuan khususnya tentang :
“EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN 2 BATANG
SELAMA 2 TAHUN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN”
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat :
Menkes RI melalui Kemenkes RI atas kesempatan tugas belajar dan beasiswa kepada saya, sehingga saya dapat mengikuti Program Magister Kedokteran Obstetri dan Ginekologi.
Prof.dr.H.Delfi Lutan,MSc,SpOG (K) dan Dr.dr.M.Fidel Ganis Siregar,MKed (OG),SpOG (K), selaku ketua dan sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. dr.Henry Salim Siregar, SpOG (K) dan dr.M.Rhiza Z.Tala, MKed (OG), SpOG (K), selaku Ketua Program dan Sekretaris Program Studi Obstetri dan Ginekologi FK USU.
dr. Ichwanul Adenin M.Ked(OG),SpOG.K, dr.Syamsul Arifin Nst,SpOG.K, dr.Hotma Partogi Pasaribu,M.Ked (OG),SpOG, dr.Yostoto B Kaban, SpOG (K), dan dr.M.Rizki Yasnil, MKed (OG),SpOG, selaku pembimbing serta para penyanggah tesis ini.
P a r a g u r u b e s a r d a n p a r a s t a f p e n g a j a r d e p a r t e m e n o b s t e t r i d a n g in e k o lo g i F K USU y a n g s u d a h b a n y a k m e m b im b i n g s a y a s e la m a m e n im b a i lm u d a la m p r o g r a m m a g i s t e r i n i, b a ik d i R u m a h S a k it Um u m P u s a t H . A d a m Ma l i k , Ru m a h S a k it Um u m Da e r a h d r . P ir n g a d i, Me d a n s e r t a r u m a h s a k it s a t e l it la i n n y a .
Kepala Puskesmas Kecamatan Medan Johor dan Bidan Nurzakiah, para kader Puskesmas Kecamatan, serta para akseptor kontrasepsi implan 2 batang yang sangat berperan dalam penyelesaian tesis ini.
satu per satu, dokter muda, paramedik, karyawan dan karyawati di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU yang bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi ini.
Tidak lupa rasa terimakasih saya ucapkan kepada yang saya kasihi dan sayangi:
Kedua orangtua saya, Drs.H. Nawawi dan Hj. T.Erwina, yang telah banyak berkorban serta mendidik saya sampai saat ini. Terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan, hanya ALLAH lah yang dapat melipatgandakan dan memberikan pahala yang terbaik, amin insya ALLAH.
Kakakku dr.Erfitrina M.Ked (opthal)SpM dan Erliana. Adekku winny Hasfiani,Bsc dan dr.M. Erwin Syahputra,serta seluruh saudara ipar dan keluarga besar dimanapun berada yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebaikan dan dukungan kalian semua.
Akhirnya, "last but not least" kepada suamiku, dr.Mitra Arif Rizaldy dan anakku tersayang Muhammad Ariq Oubrey. Terima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan.
.
DAFTAR ISI
II 3 Jenis-jenis Kontrasepsi Implan...9
II.2.3.1 Norplant ...9
II 4 Cara Kerja Kontrasepsi Implan ...12
II 5 Patofisiologi Haid ...13
II 6 Keuntungan dan Efek samping Kontrasepsi Implan ...17
II.2.6.1 Keuntungan Kontrasepsi Implan ...17
II.2.6.2 Efek Samping Kontrasepsi Implan ... ...19
II 7 Patologi Perdarahan Pda Pemakaian Kontrasepsi ...25
II 8 Gangguan Perdarahan pada Pemakaian Kontrasepsi Progestin ...26
DAFTAR SINGKATAN
KB : Keluarga Berencana.
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia.
FDA : Food and Drug Administration.
LNG : Levonorgestrel.
SHBG : Sex Hormone Binding Globulin.
FSH : Follicle Stimulating Hormone.
LH : Luteinizing Hormone.
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone.
LHRH : Luteinizing Hormone Releasing Hormone.
IUD : Intra Uterine Device.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium...15
Gambar 2 : Diagram umpan balik positif dan negatif yang melibatkan sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium...16
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Distribusi Frekuensi Variabel ...40
Tabel IV.2 Perubahan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemasangan Implan Selama 2 Tahun ...47
Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Pola Haid ... 49
Tabel IV.4. Aseptor Berdasarkan Efek Samping selain ganguan Haid ... 50
Tabel IV.8. Distribusi Frekuensi Variabel Efek Samping Selain gangguan haid...41
Tabel IV.9. Analisis Kontinuitas pemakaian kontrasepsi implan selama 1 tahun...42
EEEEEEEEEEFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN 2
BATANG SELAMA 2 TAHUN
Meifi Elfira, Ichwanul Adenin, Syamsul Arifin Nasution, Hotma Partogi Pasaribu, Yostoto B Kaban, M Rizki Yasnil
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang : Indonesia adalah negara dengan jumlah akseptor kontrasepsi implan
terbesar didunia, makadiperlukan data rerata efek samping kontrasepsi tersebut.
Tujuan : Meneliti efek samping yang dialami selama penggunaan kontrasepsi implan
2 batang selama 2 tahun.
Metode : Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan prospektif pada 4 puskesmas
kecamatan di kota Medan, sejak bulan Mei tahun 2011 sampai dengan bulan Mei tahun 2013 terhadap 150 akseptor kontrasepsi implan 2 batang. Dilakukan pencatatan efek samping metode tersebut.
Hasil : Gangguan pola haid merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dan
merupakan penyebab diskontinuitas tersbesar (55%). Dalam penilaian per 3 bulan, secara berurutan dijumpai siklus haid ireguler dijumpai sebesar 40.26%-59.45%, siklus haid normal 13.51% - 42% dan amenore 10.1%-39.01%.
Kesimpulan : Tolerabilitas yang baik terkait efek samping, menunjukkan bahwa
kontrasepsi implan layak untuk diberikan kepada para akseptor kontrasepsi, disertai penjelasan yang baik tentang risiko dan manfaat dari penggunaan metode tersebut.
SIDE EFFECTS USE CONTRACEPTIVE 2 RODS IMPLANT FOR 2 YEARS
Meifi Elfira, Ichwanul Adenin, Syamsul Arifin Nasution, Hotma Partogi Pasaribu, Yostoto B Kaban, M Rizki Yasnil
Departement of Obstetric and Gynaecology Sumatera Utara University School of Medicine
ABSTRACT
Background : Indonesia is a country with the largest number of acceptors of
contraceptive implants in the world , it is necessary to average the data of the side effects of contraceptives .
Objective : Examining the side effects experienced during use of 2 rods implant
contraceptives for 2 years.
Methods: The study was a prospective descriptive analytic design on four district
health centers in the city of Medan, since May of 2011 until May of 2013 to 150 2 rod implantable contraceptive acceptors. Do the side effects of the method of recording .
Results : Interference pattern of menstruation is the most common complaint and is
the biggest cause of discontinuity ( 55 % ). In the assessment every 3 months , respectively encountered irregular menstrual cycles encountered by 40.26 % -59.45 % , 13,51 %- 42 % normal menstrual cycle and 10.1 %-39.01 % amenorrhea.
Conclusion : Good Tolerability related side effects , suggesting that deserves to be
given contraceptive implants to the acceptors of contraception, with a good description of the risks and benefits of the use of such methods .
EEEEEEEEEEFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN 2
BATANG SELAMA 2 TAHUN
Meifi Elfira, Ichwanul Adenin, Syamsul Arifin Nasution, Hotma Partogi Pasaribu, Yostoto B Kaban, M Rizki Yasnil
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang : Indonesia adalah negara dengan jumlah akseptor kontrasepsi implan
terbesar didunia, makadiperlukan data rerata efek samping kontrasepsi tersebut.
Tujuan : Meneliti efek samping yang dialami selama penggunaan kontrasepsi implan
2 batang selama 2 tahun.
Metode : Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan prospektif pada 4 puskesmas
kecamatan di kota Medan, sejak bulan Mei tahun 2011 sampai dengan bulan Mei tahun 2013 terhadap 150 akseptor kontrasepsi implan 2 batang. Dilakukan pencatatan efek samping metode tersebut.
Hasil : Gangguan pola haid merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dan
merupakan penyebab diskontinuitas tersbesar (55%). Dalam penilaian per 3 bulan, secara berurutan dijumpai siklus haid ireguler dijumpai sebesar 40.26%-59.45%, siklus haid normal 13.51% - 42% dan amenore 10.1%-39.01%.
Kesimpulan : Tolerabilitas yang baik terkait efek samping, menunjukkan bahwa
kontrasepsi implan layak untuk diberikan kepada para akseptor kontrasepsi, disertai penjelasan yang baik tentang risiko dan manfaat dari penggunaan metode tersebut.
SIDE EFFECTS USE CONTRACEPTIVE 2 RODS IMPLANT FOR 2 YEARS
Meifi Elfira, Ichwanul Adenin, Syamsul Arifin Nasution, Hotma Partogi Pasaribu, Yostoto B Kaban, M Rizki Yasnil
Departement of Obstetric and Gynaecology Sumatera Utara University School of Medicine
ABSTRACT
Background : Indonesia is a country with the largest number of acceptors of
contraceptive implants in the world , it is necessary to average the data of the side effects of contraceptives .
Objective : Examining the side effects experienced during use of 2 rods implant
contraceptives for 2 years.
Methods: The study was a prospective descriptive analytic design on four district
health centers in the city of Medan, since May of 2011 until May of 2013 to 150 2 rod implantable contraceptive acceptors. Do the side effects of the method of recording .
Results : Interference pattern of menstruation is the most common complaint and is
the biggest cause of discontinuity ( 55 % ). In the assessment every 3 months , respectively encountered irregular menstrual cycles encountered by 40.26 % -59.45 % , 13,51 %- 42 % normal menstrual cycle and 10.1 %-39.01 % amenorrhea.
Conclusion : Good Tolerability related side effects , suggesting that deserves to be
given contraceptive implants to the acceptors of contraception, with a good description of the risks and benefits of the use of such methods .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.1 Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang dipakai individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga.2
Keberhasilan Keluarga Berencana di Indonesia dengan tingkat
prevalensi kontrasepsi sekitar 45-50 % menyebabkan pergeseran dari
pelayanan kontrasepsi mengejar target menuju pelayanan kontrasepsi
meningkat menjadi 60-70 % dan diharapkan dengan pelayanan yang lebih
bermutu akan menunjang upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
secara bermakna. Indonesia dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 57%
berada pada peringkat ke-3 dari 10 negara ASEAN. Salah satu jenis kontrasepsi
adalah kontrasepsi hormonal implan. Penggunaan kontrasepsi implan di
Indonesia berkisar 4,2% - 5,5 % dari seluruh penggunaan kontrasepsi metode
Pada tahun 1968 di Amerika Serikat pertama kali dilakukan uji klinik
implan yang dipasang subdermal dimulai. Uji klinik ini gagal karena kapsul
silikon yang berisikan progestin, klormadinonasetat berhubungan dengan
timbulnya kanker payudara pada binatang percobaan. Antara tahun 1970
sampai dengan tahun 1978 dilakukan uji klinik implan berisikan megesterol
asetat. Uji klinik ini tidak dilanjutkan karena pada anjing percobaan menunjukkan
adanya pertumbuhan nodul payudara serta dijumpai adanya massa adneksa
dan sejumlah kehamilan ektopik. Berdasarkan pengalaman itu maka percobaan
diteruskan dengan menggunakan progestin dosis rendah, namun megestrol
asetat kurang kuat dalam menghambat ovulasi. Selanjutnya, digunakan implan
norethindrone, norgestrienone dan levonorgestrel (LNG). Enam kapsul berisi
norethindrone tidak memberikan harapan baik. Hasil uji klinik norgestrienone
dan levonorgestrel dapat mencegah kehamilan lebih baik dan angka
kelangsungan pemakaian lebih tinggi. Setelah implan levonorgestrel terpasang
didapatkan siklus anovulasi pada setiap siklus menstruasi selama tahun
pertama. 5, 13,15
Meski terus menjadi metode yang populer di negara berkembang,
pemasaran implan telah dihentikan di Amerika Serikat dan Inggris. Disetujui
oleh FDA pada tahun 1990, Norplant ditarik dari pasar pada tahun 2002. Produk
generasi berikutnya dengan dua batang, yang dikenal sebagai Norplant-2 atau
Jadelle, telah disetujui oleh FDA pada tahun 1996, namun belum dipasarkan di
Amerika Serikat. Hal ini dipengaruhi pengalaman penggunaan kontrasepsi
terhadap Wyeth, sebagai produsen, dengan alasan tidak cukupnya peringatan
tentang efek samping seperti perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan rasa
mual, yang menyebabkan kerugian dari pihak konsumen, alasan lain
penghentian pemakaian Norplant dan Norplant 2 diantaranya adalah
penambahan berat badan.
Pemakaian Implan menurut SDKI 1991 sampai dengan 1997
menunjukkan angka yang terus meningkat berturut-turut 3,1%, 4,9 %, dan 6%.
Sa
6
mpai Maret 1999 akseptor implan di Indonesia berjumlah 2.882.889 orang,
atau 10,8% dari semua akseptor kontrasepsi di Indonesia yang berjumlah
26.729. 030 akseptor. Jumlah ini merupakan yang terbesar didunia.5
Sedangkan hasil SDKI 2002-2003 pemakaian implan mengalami
penurunan menjadi 4,3 % dan SDKI 2007 menjadi 4,2 %. Sementara
berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2010, persentase akseptor kontrasepsi
implan di Indonesia adalah 8,26 % atau no.5 terbesar dari seluruh peserta KB
aktif.
7,8 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2008, jumlah
akseptor kontrasepsi implan di kota Medan adalah sebesar 11.526 orang, atau
6,86 % dari total jumlah peserta KB aktif.2
Walaupun memiliki persentase pengguna yang rendah, implan memiliki
tingkat kontinuitas pemakaian yang tinggi. Dalam uji klinis, antara 85% sampai
99% dari wanita yang menggunakan implan terus menggunakan metode ini
untuk setidaknya satu tahun. Antara 58% sampai 96% wanita terus
menggunakan implan untuk setidaknya tiga tahun, dan 40% sampai 76% terus
delapan uji klinis, tingkat kelanjutan dari Implanon adalah 92% pada satu tahun,
67% pada dua tahun, dan 17% pada tiga tahun. Kontinuitas pemakaian implan
lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
Contohnya di Indonesia pemakaian Indoplant mempunyai tingkat kontinuitas
pemakaian sampai dengan 93% pada tahun ketiga. 9,10
Dalam Cochrane review tentang subdermal implan, kontinuitas
digunakan sebagai penanda akseptabilitas, sementara efek samping
digunakan sebagai penanda tolerabilitas.4,8 Berdasarkan data di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang efek samping penggunaan implan 2 batang
sebagai tolerabilitas penggunaan implan 2 batang.
1.2. Identifikasi Masalah
Indonesia adalah negara dengan jumlah akseptor kontrasepsi implan
terbesar di dunia, maka diperlukan data rerata efek samping penggunaan
kontrasepsi. Oleh karena pengalaman penggunaan kontrasepsi implan di
Amerika Serikat sebelumnya yaitu Norplant, termasuk tuntutan hukum terhadap
Wyeth, sebagai produsen dengan alasan tidak cukupnya peringatan tentang
efek samping seperti perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan rasa mual,
yang menyebabkan kerugian dari pihak konsumen, alasan lain penghentian
pemakaian Norplant dan Norplant 2 diantaranya adalah penambahan berat
badan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Meneliti efek samping yang dialami selama penggunaan kontrasepsi
implan selama 2 tahun.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Meneliti efek samping haid memanjang yang dialami selama
penggunaan kontrasepsi implan selama 2 tahun.
2. Meneliti efek samping amenore yang dialami selama penggunaan
kontrasepsi implan selama 2 tahun.
3. Meneliti efek samping ketidaknyamanan pada lokasi implanasi yang
dialami selama penggunaan kontrasepsi implan selama 2 tahun.
4. Meneliti efek samping kenaikan berat badan yang dialami selama
penggunaan kontrasepsi implan selama 2 tahun.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan efek samping
yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi implan selama 2 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada
bagian subdermal, yang hanya mengandung levonorgestrel yang dibungkus
dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dilepaskan kedalam darah secara
difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel ( LNG ) adalah suatu progestin
yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi dengan masa
kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita.7
2.2. Kontrasepsi Implan
Folkman dan Long pada tahun 1964 memperkenalkan penemuan
tabung silastik berisikan obat yang dapat dikeluarkan sedikit demi sedikit dalam
waktu lama. Dua tahun kemudian Dziuk dan Cook menemukan kapsul silastik
yang dapat mengeluarkan konsentrasi obat secara invitro dengan konstan.
Segal dan Croxatto pada tahun 1966 dalam pertemuan tahunan American
Fertility Society mengusulkan untuk menggabungkan beberapa prinsip tersebut
pada pemakaian hormon steroid, hasilnya menunjukkan bahwa hormon steroid
dalam kapsul silastik yang dimasukkan di bawah kulit tersebut dapat
dikeluarkan secara terus-menerus sedikit demi sedikit dalam waktu lebih dan
satu tahun. Penemuan ini menjadi dasar dan konsep pengembangan
mengembangkan jenis kontrasepsi baru yang dapat memberikan alternatif bagi
perempuan dalam mengambil keputusan memilih kontrasepsi yang efektif
untuk beberapa tahun.
Norplant merupakan jenis kontrasepsi implan generasi pertama yang
diperkenalkan pertama kali di Chile pada tahun 1972-1974. Kemudian terus
Pada tahun 1968 di Amerika Serikat pertama kali dilakukan uji klinik implan yang
dipasang subdermal dimulai. Uji klinik ini gagal karena kapsul silikon yang
berisikan progestin, klormadinonasetat berhubungan dengan timbulnya kanker
payudara pada binatang percobaan. Antara tahun 1970 sampai dengan tahun
1978 dilakukan uji klinik implan berisikan megesterol asetat. Uji klinik ini tidak
dilanjutkan karena pada anjing percobaan menunjukkan adanya pertumbuhan
nodul payudara serta dijumpai adanya massa adneksa dan sejumlah kehamilan
ektopik Berdasarkan pengalaman itu maka percobaan diteruskan dengan
menggunakan progestin dosis rendah,namun megestrol asetat kurang kuat
dalam menghambat ovulasi. Selanjutnya, digunakan implan norethindrone,
norgestrienone clan. levonorgestrel (LNG). Enam kapsul berisi norethindrone
tidak memberikan harapan baik. Hasil uji klinik norgestrienone dan LNG dapat
mencegah kehamilan lebih baik dan angka kelangsungan pemakaian lebih
tinggi. Setelah implan LNG terpasang didapatkan siklus anovulasi pada setiap
siklus menstruasi selama tahun pertama.
11,12
Diperkenalkan ke berbagai negara hingga mencapai lebih kurang 60
negara pada tahun 1990-an. Di Indonesia, Norplant sebagai metoda kontrasepsi
mulai diperkenalkan kepada masyarakat secara terbatas pada dua pusat
penelitian yaitu Klinik Raden Saleh Jakarta dan Bagian Kebidanan/Kandungan
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Sejak tahun 1982 penelitian
dikembangkan pada 9 pusat penelitian lainnya, sehingga total menjadi 11 yaitu:
Jakarta, Bandung, Medan, Padang, Palembang, Semarang, Jogyakarta,
Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, dan Menado. Pada tahun 1985 mulai
dilakukan program expanded field trial di seluruh propinsi di Indonesia sampai
tahun 1987, sehingga pada tahun tersebut Norplant sudah dapat dilayani di
seluruh propinsi. 1, 5, 10, 13
Grafik 2.1. Proporsi jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB aktif di Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 – 2008 (Sumber: Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara 2008)
2.3. Jenis – jenis Kontrasepsi Implan
2.3.1. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
berkisar antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian
menurun sampai 30 – 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini
norplant yang paling banyak dipakai. Norplant merupakan nama dagang
kontrasepsi implan subdermal yang mengandung levonorgestrel yaitu suatu
hormon progestin yang merupakan derivat dari 19- nortetosteron. LNG terdapat
dalam bentuk kristal yang ditempatkan pada bagian interior dari kapsul. Pada
Norplant, levonorgestrel akan dilepaskan sebanyak 50-80 mcg/hari selama satu
tahun pertama pemasangan. Jumlah ini sama dengan yang didapat dari pil
kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dan kira-kira sepertiga sampai
setengah dari dosis harian pil kontrasepsi kombinasi (estrogen dan progestin).
Pelepasan pada tahun berikutnya sampai dengan tahun ke 6 pemakaian adalah
30-35 mcg/hari.
2.3.2. Implanon
5,8,14
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi
ketiga, yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable,
dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA
(Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah
60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama
masa kerjanya.
2.3.3. Indoplant
14,15
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan
dari dua batang lentur dan di dalamnya berisi campuran dalam jumlah yang
sama antara LNG dengan elastomer silikon. Batang implan dibungkus tabung
silikon berdinding tipis yang pada ujung-ujungnya ditutup dengan Silastic
(polydimetyl-siloxane) Medical Grade Adhesive. Indoplant dan Duplant, terdiri
dari dua batang kapsul silastik masing-masing mempunyai panjang 44 mm
dengan diameter 2,4 mm, setiap batang berisi 75 mg LNG. Baik pada Indoplant
maupun Duplant akan melepaskan hormon levonorgestrel 30 mcg/hari..
2.3.4. Duplant
14, 15, 16, 19
Duplant terdiri dari dua batang kapsul silastik masing-masing
mempunyai panjang 44 mm dengan diameter 2,4 mm, setiap batang berisi 75
mg LNG Duplant merupakan implan baru yang sedang dalam tahap fase III uji
coba klinis dan merupakan copy dari Sinoimplan yaitu implan 2 batang dengan
ukuran, kandungan dan cara kerja yang identik dengan Indoplant. Sebagai zat
aktif kontrasepsi implan, levonorgestrel merupakan hormon steroid dengan
aktivitas progesteron yang kuat dan aktivitas androgen yang lemah.. 1, 11, 12, 14, 15,
16, 17, 18
2.3.5. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang
mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar
100 μg per hari dan lama kerja 1 tahun.
2.3.6. Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan
progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut
dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan
lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia
tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat
diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara
bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer
E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan
panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang
4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12-18 bulan.
Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat
dibandingkan silastic.
Jenis-jenis implan mempengaruhi lama kerja alat kontrasepsi tersebut.
Lama kerja ini dipengaruhi oleh jenis hormon yang digunakan serta dosis
hormon yang terkandung dalam kapsul implan. Implan yang dapat mengalami
biodegradasi menghantar progestin dalam kadar konstan untuk suatu periode
waktu yang bervariasi dari sebuah wahana yang larut dalam jaringan tubuh.
Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah.
15,16
2.4. Cara Kerja Kontrasepsi Implan :
11,14,15,16,17
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap
mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang
membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi
siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan
atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi
fertilisasi, meskipun demikian tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang
dapat dideteksi pada pengguna implan.
3. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan sperma.
4. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing
hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi.11,20
2.5. Patofisiologi Haid
Dalam setiap siklus haid yang normal, proses ovulasi dan perubahan
endometrium dikendalikan oleh kerjasama antara hormon korteks serebri,
hipotalamus-hipofisis-gonad. Peran terbesar dimainkan oleh hipotalamus dan
hipofisis melalui mekanisme umpan balik positif dan negatif, balk lengkung
panjang maupun lengkung pendek. Dalam prosesnya, poros ini peka terhadap
intervensi dari luar maupun dari dalam seperti penyakit sistemik. Bila poros
berjalan normal maka siklus haid akan berjalan normal. Perdarahan haid dengan
siklus yang teratur secara tidak langsung menunjukkan fungsi normal dari poros
tersebut. Sebaliknya bila poros berjalan tidak normal akan mengakibatkan
kegagalan ovulasi dan pola perdarahan yang abnormal.
Siklus haid normal diawali oleh proses neuroendokrinologis yang akan
menghasilkan isyarat hormonal pada masing-masing tingkat. Isyarat ini dimulai
dari nukleus arkuatus di mediobasal hipotalamus setelah menerima rangsangan
dari korteks serebri. Akibat perangsangan ini, hipotalamus akan melepaskan
gonadotropin releasing hormon ( GnRH) atau luteinizing hormon releasing
hormon (LHRH). Sekresi hormom pelepas ini dikendalikan oleh mekanisme
umpan balik lengkung panjang yang oleh steroid ovarium dan mekanisme
umpan balik lengkung pendek yang diatur oleh gonadotropin hipofisis.
Pelepasan GnRH merupakan syarat awal untuk terjadinya peristiwa siklus
berikutnya. GnRH merupakan suatu hormon dekapeptida yang dilepaskan
secara pulsatil dengan frekuensi dan amplitudo tertentu. Gangguan terhadap
sekresi GnRH akan menyebabkan gangguan terhadap poros di bawahnya,
dengan akibat terjadinya anovulasi, amenore dan gangguan haid lainnya.
Sebagai respon terhadap pelepasan GnRH maka hipofisis akan melepaskan
hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone,FSH) dan hormon
luteinisasi (luteinising hormone,LH). FSH berperan merangsang pematangan
folikel ovarium, sedangkan LH dalam jumlah tertentu diperlukan sepanjang
siklus haid untuk merangsang sintesis pembakal androgen di dalam stroma
ovarium yang akan diubah menjadi estrogen di dalam folikel. Kadar estrogen
yang terus menerus tinggi di folikel menyebabkan peningkatan kadar LH pada
pertengahan siklus haid. LH hanya akan bekerja jika ada FSH, kedua hormon ini
bersifat sinergistik. Lonjakan LH yang terjadi akan merangsang terjadinya
ovulasi dan terbentuknya korpus luteum. Terjadinya gangguan pada sekresi
salah satu atau rangsangan FSH dan LH pada ovarium akan menyebabkan
folikel-folikel mengalami proses pembentukan menjadi folikel yang matang dan
kemudian akan mengalami proses ovulasi. Pengaruh kedua hormon ini pada
folikel-folikel menyebabkan sekresi estrogen serta sedikit progesteron dan
sedikit sekali androgen. Teka intema merupakan tempat utama produksi
hormon-hormon tersebut. Setelah ovulasi, sekresi progesteron dilanjutkan oleh
corpus luteum. Pola sekresi hormon-hormon ovarium sendiri telah diketahui
dengan jelas. Pada saat terjadi haid, kadar estrogen cepat merosot dan
menetap dalam kadar yang rendah pada tahap dini fase folikuler. kedua hormon
tersebut akan mengakibatkan perubahan pola ovulasi dan perdarahan. 21, 22, 24,
Gambar 1. Fungsi sekresi dari hipotalamus, juga pelepasan releasing faktor dari hipofisis yang mengendalikan fungsi endokrin dari ovarium dan kelenjar - kelenjar adrenal.
Dengan berkembangnya folikel, estrogen meningkat dengan cepat
hingga mencapai puncak. Pada saat ini terjadi lonjakan LH yang mengakibatkan
ovulasi. Setelah ovulasi, kadar estrogen cepat menurun kembali, disusul dengan
peningkatan progesteron sebagai hasil sekresi korpus luteum. Kenaikan level serum dari hormon sex steroid menyebabkan umpan balik negatif yang menghambat pelepasan GnRH dan hormon gonadotropin. Hormon sex steroid mempunyai efek yang berbeda terhadap endometrium dan miometrium. Sementara inhibin yang diproduksi di ovarium mempunyai efek umpan balik negatif terhadap pelepasan gonadotropin, seperti digambarkan pada gambar 2.
24
Gambar 2. Diagram umpan balik positif dan negatif yang melibatkan sumbu HPO. Pelepasan secara pulsatil hormon GnRH menyebabkan pelepasan LH dan FSH dari
hipofisis anterior yang mana keduanya merangsang pematangan folikel, ovulasi dan
produksi hormon sex steroid ( estrogen, progesteron dan testosteron ). 25
Pada fase folikuler kadar progesteron rendah kemudian setelah ovulasi
kadamya mulai meningkat sebagai hasil produksi korpus luteum. Hormon ini
berperanan dalam mempersiapkan endometrium untuk implanasi. Gangguan
pada hormon ini akan mempengaruhi siklus endometrium sehingga
menimbulkan pola perdarahan yang tidak teratur. Tidak terbentuknya korpus
luteum aktif karena anovulasi mengakibatkan rendahnya kadar progesteron
sementara kadar estrogen tetap normal. Pengaruh estrogen ini menyebabkan
endometrium mengalami proliferasi yang malar, sehingga mengakibatkan
pengelupasan endometrium tak beraturan. Pada insufisiensi korpus luteum,
akan terjadi regresi korpus luteum sehingga kadar progesteron` menjadi rendah.
bercak prahaid. Selain itu berubahnya nisbah estrogen/progesteron juga dapat
mengakibatkan pengelupasan endometrium yang tidak teratur. 21, 22, 24
2.6. Keuntungan dan Efek samping Kontrasepsi Implan
2.6.1. Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
1. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan
yang aman dan sangat efektif.
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa
kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh :
uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.
3. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk
dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian
besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam
bulan pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun
pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada
wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha
untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa
depan. Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi
Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena
kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan
atas.
5. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung
hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon
estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
6. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena
diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
7. Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui.
Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi
tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat
nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera
Postpartum.
8. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saat
10. Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari
perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin
para pengguna implan meningkat karena terjadi penurunan dalam
jumlah rata-rata darah haid yang hilang.11
2.6.2. Efek samping Kontrasepsi Implan, meliputi:
1. Perubahan pola haid
Kerugian atau efek samping kontrasepsi implan pada kebanyakan klien
dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
(spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta
amenorea
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama
penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi
perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran
darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan
amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun
pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi
pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun
kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun. Efek
samping yang paling sering terjadi pada pemakaian implan LNG adalah
perubahan pola perdarahan haid. Perdarahan bercak atau perdarahan
terus-menerus sering terjadi terutama pada 6-9 bulan pertama
pemakaian. Dari hasil penelitian didapatkan pola perdarahan tersebut
lebih sering dijumpai pada siklus dimana kadar estrogen rendah (yaitu
pada siklus anovulasi atau siklus ovulasi terganiggu). Sebaliknya
perdarahan yang tidak teratur jarang dijumpai pada siklus yang
berovulasi. Rata-rata jumlah darah yang keluar biasanya lebih sedikit
dibandingkan saat memakai implan. Kadar hemoglobin meningkat
dengan dilanjutkannya pemakaian implan dan jarang sekali yang
mengalami perdarahan berat sehingga menyebabkan penurunan kadar
hemoglobin. Dalam pengamatan selama 3 tahun tidak didapatkan angka
penghentian pemakaian yang disebabkan oleh perubahan pola
perdarahan pada kedua jenis implan tersebut. Perubahan perdarahan
yang sering terjadi terutama adalah perdarahan yang lama dan tidak
teratur. Perubahan tersebut akan berkurang sejalan dengan waktu
pemakaian. Penghentian pemakaian selama 5 tahun yang disebabkan
oleh perubahan pola perdarahan haid secara kumulatif adalah 4,2-30,7
per 100 pemakai implan, meskipun demikian tahun pertama
kelangsungan pemakai implan LNG berkaitan dengan efek samping
tersebut lebih baik dari IUD, pil KB dan kontrasepsi suntik.
2. Nyeri kepala
Timbulnya keluhan seperti nyeri kepala yang dialami oleh pengguna
kira-kira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
Wanita yang menggunakan implan lebih sering mengeluhkan
peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukan
oleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan
nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik
levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidak mempunyai dampak
klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75
wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak
adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan
antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
4. Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan
keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat
disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan
suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar
globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin),
menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel
maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi
yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar
SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam
androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan
dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian
antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau
reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian
besar pengguna untuk terus menggunakan implan.
5. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi
sebagian besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru
manapun, wanita akan menghadapinya dengan berbagai derajat
keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri
saat pemasangan implan merupakan sumber kecemasan utama banyak
wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan.
Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan
dengan santai proses pemasangan atau pengangkatan implannya.
Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur
tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil
yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.
6. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur
pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat
memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi.
suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan
yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta
pencabutan implan.
7. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit
menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS,
gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit
menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan
metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
8. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.
Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
9. Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin)
atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini,
penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan
risiko kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam
darah.
Pada pemakaian implan LNG umumnya akan mengalami satu atau
beberapa efek samping tetapi jarang menjadi masalah yang berat. Kebanyakan
efek samping yang terjadi ringan tetapi pada kenyataanya dapat menyebabkan
beberapa pemakai menghentikan pemakaian implan. Beberapa efek samping
penggunaan implan LNG yang dilaporkan oleh Erskine dan rekan seperti terlihat
di tabel I. 27
Tabel 1. Efek samping penggunaan kontrasepsi implan LNG yang dilaporkan oleh Erskine et al.
Perdarahan ireguler 43 39% Payudara tegang 3 3%
Amenore 28 25% Kurangnya dorongan
seksual
3 3%
Perdarahan Bercak 21 19% Kelelahan 2 2%
Pertambahan berat badan 10 9% Nyeri lengan 2 2%
Jerawat 7 6% Nausea 1 1%
Nyeri kepala 7 6% Peningkatan bulu di wajah 1 1%
Keram 7 6% Kehilangan berat badan 1 1%
Depresi 5 5% Pusing 1 1%
Ketegangan pra-haid 4 4% Pingsan 1 1%
Perubahan mood 3 3% Mata kering 1 1%
Kerontokan rambut 3 3% Insomnia 1 1%
Nyeri kepala sebelah 3 3% Ruam kulit 1 1%
2.7. Patologi Perdarahan Pada Pemakaian Kontrasepsi Progestin
Pemakaian progestin secara terus menerus akan mengakibatkan
berubahnya struktur lapisan endometrium, sehingga secara otomatis akan
merusak dinding kapiler arteriol di endometrium. Perdarahan terjadi melalui
arteriol yang rusak dan akan terbentuk hematom, atau akan langsung keluar dan
secara diapedesis. Manifestasi dan proses tersebut adalah adanya perdarahan
bercak Bila keadaan ini berlangsung terus menerus maka perdarahan yang
lama dan banyak akan terjadi. Adanya faktor pemicu lain seperti morfologi
kapiler yang abnormal, kerusakan desidua, lekopeni, iskemi pada endometrium
dan faktor lain yang belum diketahui dapat mengakibatkan perdarahan yang
berlanjut. Pada keadaan perdarahan yang banyak dan lama, kemungkinan telah
terjadi gangguan sistem hemostasis yang berhubungan dengan faktor
pembekuan yang berkurang, atau telah terjadi props aktifitas antikoagulan yang
berlebihan. Pada tingkat ini proses regenerasi endometrium telah terganggu
akibat defisiensi estrogen yang terus menerus. Proses regenerasi dari sistem
kapiler juga kemungkinan tidak terbentuk, disebabkan adanya defisiensi protein.
21,22,24
2.8. Gangguan perdarahan pada pemakaian kontrasepsi progestin
Gangguan yang utama pada pemakaian kontrasepsi yang mengandung
hormon progestin adalah gangguan pada pola perdarahan haid. Pada tahun
pertama hanya sekitar 40% akseptor yang memakai kontrasepsi progestin akan
mendapatkan siklus haid yang teratur. Sisanya akan mengalami perdarahan
yang tidak teratur (irreguler bleeding), perdarahan bercak (spotting) dan
amenorea.
Dalam salah satu penelitian, didapatkan bahwa pada tiga bulan setelah
pemasangan Norplant sebanyak 30 % akseptor mengeluh mendapat
perdarahan selama 30 hari atau lebih dan kemudian angka ini berkurang
menjadi hanya 12% pada bulan ke-9 sampai ke-12. Hasil penelitian lain
melaporkan bahwa sebanyak 25% akseptor mengalami perdarahan yang lebih
dari 11 hari pada tahun pertama pemakaian dan angka ini akan menurun
menjadi hanya 10% pada tahun ke-2,3,4. Dalam hal ini perdarahan yang banyak
dan lama jarang terjadi pada pemakaian kontrasepsi progestin. Gangguan
perdarahan ini merupakan alasan terbanyak penghentian pemakaian
kontrasepsi progestin pada tahun pertama. Keluhan perdarahan akan berkurang
sesuai dengan waktu.
Qin dan rekan meneliti penggunaan Norplant 2 selama 4 tahun dan
mendapatkan bahwa gangguan perdarahan atau menstruasi yang tidak teratur
sampai dengan keadaan amenore sebagai salah satu efek samping yang
banyak dialami oleh akseptor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan
menggunakan rancangan studi prospektif.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di 4 puskesmas di kota Medan yaitu puskesmas
kecamatan Medan Johor, puskesmas kecamatan Medan Helvetia, puskesmas
kecamatan Medan Denai, dan puskesmas kecamatan Medan Perjuangan diikuti
(follow up) selama dua tahun sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Mei
2013.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur, 18-40
tahun dan ingin menunda atau menjarangkan kehamilannya dengan
menggunakan kontrasepsi, dalam keadaan sehat dan tidak sedang hamil,yang
menjadi pasien klinik KB dari ke-4 puskesmas kecamatan tersebut di atas.
Sampel dalam penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur 18-40
tahun, dalam keadaan sehat dan tidak sedang hamil, diambil dari subjek
penelitian Uji Klinik Fase III: Perbandingan Kontrasepsi Implan Dua Batang
Levonorgestrel "DUPLANT dan INDOPLANT" di Indonesia, yang diteliti oleh
Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K) dan dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K) di
senter Medan yang saat ini sedang berlangsung.
3.3.3. Penentuan Besar Sampel
Besar sampel penelitian ini dihitung secara statistik berdasarkan
proporsi rerata kontinuitas pemakaian kontrasepsi implan levonorgestrel 2
batang selama 2 tahun pada 100 orang wanita akseptor dari penelitian oleh
Sivin dan rekan yaitu sebesar 88,3 %, dengan standard error (SE) sebesar ±
0,9.18
Sementara menurut Streiner SE = SD
, dimana SE = standard
error, SD = standar deviasi, dan n = jumlah sampel, sehingga SD = SE x . 42
Dari kedua kepustakaan tersebut didapatkan : SD = 0,9 x = 9.
Sastroasmoro mengatakan besar sampel tunggal untuk perkiraan rerata
adalah dengan menggunakan rumus :
n = [ ( Zα x S) / d ]
dimana,
2
n = jumlah sampel
Zα = nilai confidence interval 95 %, yang menurut t-table ditetapkan sebesar
S = Standar Deviasi, berdasarkan kepustakaan didapatkan sebesar 9.
d = Tingkat ketepatan absolut yang diinginkan, ditetapkan sebesar 2.
14
sehingga, berdasarkan rumus dan kepustakaan diatas, jumlah sampel minimal
yang dibutuhkan : [ ( 1,96 x 9 ) / 2 ]2 = [ 17,64 / 2 ]2 = [ 8,82 ]2 = 77,79 ~ 78 orang
3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
- Wanita Pasangan Usia Subur usia 18-40 tahun dan dalam keadaan
sehat.
- Tidak hamil
- Masih melakukan hubungan seksual secara aktif sehingga masih
mempunyai risiko untuk menjadi hamil
- Dalam 3 bulan terakhir tidak memakai kontrasepsi hormonal
- Mendapatkan penjelasan dan memahami tujuan, resiko dan manfaaat
penelitian, serta menandatangani informed consent
- Subyek bersedia kembali ke klinik, untuk melakukan kunjungan ulang
sesuai dengan jadwal
- Bersedia hanya memakai implan sebagai kontrasepsi selama penelitian
3.4.2. Kriteria Eksklusi
3.5. Alat dan Bahan
Duplan dan indoplant yaitu Implan 2 batang yang berisi levonorgestrel
masing-masing kapsul mengandung 75 mg levonorgestrel, dan susuk tersebut
akan dilepaskan hormon 30 mcg/hr,implan dipasang pada bagian dalam lengan
atas.
3.6. Cara Kerja
3.6.1. Anamnesis
Apabila telah memenuhi persyaratan sebagai peserta penelitian,
dilakukan pencatatan data tentang identitas, umur, agama, pendidikan, dan
pekerjaan. Ditanyakan tentang haid yang terakhir, riwayat haid, apakah sedang
hamil, riwayat kehamilan, jumlah paritas, apakah masih menginginkan anak,
atau sedang menyusui, pemakaian obat-obatan atau kontrasepsi hormonal
sebelumnya atau jenis kontrasepsi lain yang pernah atau dipakai, riwayat
perdarahan vagina yang abnormal, frekuensi bersenggama, riwayat penyakit
sekarang dan dahulu serta penyakit keluarga. Semua peserta diberi konseling
mengenai cara dan tujuan penelitian agar peserta mengerti dan mengikuti
semua tata cara dalam penelitian ini.
3.6.2. Pemeriksaan fisik
Diperiksa keadaan umum dan status ginekologis, mencakup tekanan
telah dilakukan skrining/penapisan (telah memenuhi seluruh persyaratan inklusi
dan eksklusi dalam penelitian ini) dan telah menandatangani informed consent,
akan mendapatkan treatment salah satu Implan yang sudah disiapkan.
3.6.3. Prosedur Pemasangan Implan 2 batang
Apabila hasil pemeriksaan riwayat kesehatan calon subyek memenuhi
syarat maka kepada subyek akan diberikan Informed Consent. Selanjutnya
apabila calon subyek bersedia mengikuti studi tersebut diwajibkan
menandatangani Informed Consent, untuk menunjukkan bahwa subyek dengan
sadar setelah mendapatkan penjelasan bersedia mengikuti penellitian ini.
Pemeriksaan kesehatan segera dilakukan setelah subyek
menandatangani Informed Consent, pemeriksaan meliputi :
• Pengukuran berat badan.
• Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan Microtoise.
• Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter air raksa.
• Untuk meyakinkan bahwa calon subyek tidak hamil maka dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan menggunakan tes kehamilan.
• Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan tidak dijumpai adanya
kelainan pada calon subyek maka subyek dipasang Implan. Data waktu
pemasangan dan pencabutan implan akan dicatat.
• Implan dapat dipasang setiap saat selama siklus haid bila sudah
dipastikan tidak hamil atau risiko untuk hamil. Waktu yang tepat adalah
tepat dibawah kulit (subdermis) pada sisi bagian dalam dari lengan kiri
atas perempuan (bila aktifitas;
-Usia reproduksi
sakseptor lebih sering menggunakan
tangan kanan) melalui tindakan operasi kecil menggunakan anestesi
lokal. Yang boleh Menggunakan Implan:
-Telah memiliki anak ataupun yang belum.
-Menghendaki
Pemasangan dilakukan sebagai berikut:
1. Persiapan
Memastikan kembali bahwa subyek penelitian tidak dalam keadaaan
hamil, dan masuk dalam kriteria penerimaaan. Subyek penelitian diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Alat-alat yang diperlukan untuk
pemasangan sudah siap dan dalam keadaaan steril. Menentukan lokasi
pemasangan setinggi 8 cm pada lengan atas bagian dalam.
2. Pra-pemasangan
Provider mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, bersihkan
dengan kain bersih dan memakai sarung tangan steril, subyek penelitian
berbaring terlentang dengan lengan kin (lengan yang tidak dominant)
direntangkan dan dilenturkan.
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan larutan betadin pada
lokasi pemasangan dengan gerakan ke arah luar secara melingkar seluas 8-13
cm. Memasang kain penutup (doek) steril di sekeliling lokasi pemasangan.
3. Pemasangan
Melakukan sayatan dangkal selebar kurang lebih 2 mm dengan pisau
operasi. Memasukkan trokar dan pendorongnya sampai batas tanda satu (pada
pangkal trokar). Mengeluarkan pendorong lalu memasukkan batang implan yang
pertama ke dalam trokar dengan tangan yang memakai sarung tangan atau
dengan pinset.
Memasukkan kembali pendorong dan mendorong terus sampai terasa
adanya tahanan. Menahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan dan
menarik trokar keluar sampai mencapai pegangan pendorong. Menarik trokar
dan pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda dua (pada ujung
trokar). Menggerakkan ujung trokar dari ujung batang implan ke arah samping
sambil memegang batang implan yang sudah terpasang, memasukkan batang
implan yang kedua dengan teknik yang sama. Meraba ujung batang implan dan
memastikan bahwa batang implan telah terpasang dengan benar, mengeluarkan
trokar dan tempat sayatan, luka ditutup dengan tensoplast atau plester.
4. Pasca pemasangan
Pasca pemasangan subyek penelitian diminta menunggu paling sedikit
selama 15 sampai 20 menit sebelum diperbolehkan pulang, untuk mengamati
bila timbul masalah seperti rasa nyeri (dapat diberi analgetik) dan perdarahan
pada luka insisi. Subyek diminta datang kembali satu bulan kemudian, atau
apabila ada keluhan sebelum waktu kunjungan ulang. Pada setiap kunjungan
ulang dilakukan anamnesis dan pemeriksaan umum oleh peneliti untuk
pemeriksaan urine (tes sensitifitas kehamilan). Bila pasien dinyatakan hamil,
maka implan dicabut, datanya dicatat dan kehamilan dapat diteruskan.
3.6.4. Prosedur Pencabutan Implan 2 Batang
Berbeda dengan pemasangan, pencabutan dapat dilakukan setiap saat.
Sebelum pencabutan dilakukan, pastikan posisi implan pada lengan dengan
palpasi. Bersihkan lengan dengan antiseptik. Berikan anestesi lokal (lidocain
1%) pada bagian bawah dan letak implan. Lakukan insisi sepanjang 2 mm.
Lakukan penekanan keluar agar susuk dapat keluar melalui insisi dan cabut
dengan menggunakan forcep. Setelah selesai pencabutan, tutup luka bekas
sayatan dengan plester steril.
3.6.5. Berhentinya Subyek dari Perlakuan Penelitian
Setiap subyek penelitian berhak mengundurkan diri/ berhenti dari
penelitian ini setiap saat mereka menghendaki. Bila terjadi hal-hal yang
demikian, peneliti berkewajiban untuk mencabut dan menghentikan sebagai
peserta/subyek penelitian ini.
Beberapa alasan berhenti dari penelitian ini kemungkinan bisa terjadi karena:
a. Subyek minta berhenti dari studi karena ingin merencanakan kehamilan
b. Alasan lain, misalnya adanya efek samping yang
membahayakan/adverse event yang serius
c. Jika subyek berpindah tempat tinggal yang sulit dijangkau sehingga tidak
dapat untuk difollow up (misalnya: pindah daerah tempat tinggal)
Implan harus dicabut segera jika subyek :
a. Hamil
b. Mengalami migrain dan pusing berkepanjangan
c. Meningkatnya tekanan darah secara signifikan (kenaikan tekanan
diastolik > 15 mm Hg, sistolik > 30 mmHg)
d. Alasan efek samping atau kesakitan yang tidak dapat ditolerir oleh subyek
e. Berhentinya subyek dari penelitian karena kehamilan ditetapkan pada 2
minggu setelah haid yang terakhir. Bagi subyek yang mengalami
kehamilan kunjungan ulang harus tetap dilakukan sampai kelahiran bayi
tersebut. Hasil kehamilan harus tercatat dalam formulir penelitian. Bagi
subyek yang mengalami ekspulsi atau keluarnya implant 2 batang maka
tanggal berhenti keikutsertaannya dalam penelitian ditetapkan sebagai
tanggal terjadinya ekspulsi. Jika alasan utama berhenti yang tertulis
dalam formulir adalah berhenti dari studi bukan merupakan akhir dari
studi. Dalam kondisi ini subyek akan dikategorikan sebagai drop out.
3.7. Pengolahan dan Analisa Data
Data diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
a. Pencatatan efek samping
Pencatatan jenis beserta jumlah keluhan yang dialami oleh subyek yang
timbul selama penggunaan implan ( Duplant ataupun Indoplant.).
Follow-up dilakukan pada bulan ke 1, bulan ke 3, bulan ke 6, bulan ke 9,
bulan ke 12, bulan ke 15, bulan ke 18, bulan ke 21 dan bulan ke 24 bulan
setelah pemasangan implan, sesuai dengan periode referens. Pada
tahun pertama akan dilakukan evaluasi hasil selama 2 tahun secara
lengkap.
3.8. Kerangka Kerja
3.9. Batasan Operasional
a. Efek samping: keluhan yang dialami oleh subyek yang timbul sebagai
akibat penggunaan implant 2 batang.
b. Kehamilan: kehamilan yang terjadi selama penelitian, dipastikan dengan
tes kehamilan.
Wanita usia subur, menikah dan telah memiliki anak
Dilakukan pemasangan kontrasepsi Kriteria inklusi
c. Haid/ Haid normal: darah yang keluar dari rahim perempuan sehat,
lamanya 3-6 hari, dengan lama siklus berkisar 21-35 hari sekali, ganti
pembalut 2-5 pembalut perhari, akibat penurunan kadar progesteron,
yaitu suatu siklus haid yang berovulasi.
d. Haid tidak normal (haid abnormal): perdarahan menyerupai haid pada
interval siklus haid normal (21-35 hari).
e. Amenorea: apabila tidak terjadi perdarahan haid, tiga siklus
berturut-turut.
f. Spotting: Perdarahan bercak yang terjadi prahaid, pertengahan haid,
pertengahan siklus dan pascahaid.
g. Menoragia: darah haid yang keluar > 6 hari.
h. Oligomenorea: darah haid yang keluar < 2 hari.
i. Hipermenorea: darah haid yang keluar terlalu banyak, dengan ganti
pembalut > 6 kali perhari.
j. Hipomenorea: darah haid yang keluar terlalu sedikit.
k. Periode referens: sejumlah hari berturutan yang digunakan sebagai
dasar analisis. Biasanya digunakan 90 hari, seperti juga yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Distribusi Frekuensi Variabel
Tabel 4.1. Distribusi Akseptor
Distribusi Frekuensi Variabel Frekuensi (n) Persentase(%)
Kelompok Usia (th)
18 – 30 65 43,3
31 – 40 85 56,67
Paritas
Primipara 16 10,67
Secundipara 45 30,00
Multipara 83 55,33
Grande multipara 6 4,00
Tingkat Pendidikan
SLTP 7 4,67
SLTA 135 90,00
Akademi 4 2,67
Universitas 4 2,67
Kontrasepsi
Tidak pernah 13 8.67
Suntik 52 34.67
Pil 56 37.33
Implan 3 2.00
IUD 5 3.33
Kondom 18 12.00
Senggama Terputus 3 2.00
Variabel Total Mean (th) Std. Dev. Range (th)
Min Max
Usia 150 31,48 5,069609 20 39
Pada penelitian ini didapatkan proporsi pengguna kontrasepsi implan
terbanyak adalah pada kelompok usia penurunan fertilitas (declining fertility)
sebesar 56.67%, dibandingkan dengan proporsi kelompok usia fertilitas optimal
(optimal fertility) yaitu 43.33%. Pengelompokan usia fertilitas tersebut
berdasarkan pedoman dari Society of Obstetrician and Gynaecologist of
Canada (SOGC).
Temuan ini berbeda dibandingkan penelitian multisenter di Cili,
Finlandia, Kanada, Mesir serta SIngapura, oleh Sivin et al dengan
menggunakan implan 2 batang Jadelle yang mempunyai bentuk fisik serta
komposisi yang sama dengan yang digunakan pada penelitian ini, dimana 60%
akseptor kontrasepsi implan merupakan wanita usia fertilitas optimal, serta
40% akseptor lainnya adalah wanita kelompok usia penurunan fertilitas.29 Alvarez et al pada penelitian lainnya di Amerika Serikat serta Republik
Dominika, Afrika, mendapatkan proporsi distribusi usia akseptor implan
didominasi oleh wanita usia fertilitas optimal, sebesar 80% dibandingkan 20%
pada wanita akseptor kontrasepsi implan usia penurunan fertilitas.
Sementara rerata usia akseptor kontrasepsi implan pada penelitian
adalah 31,48 tahun. Temuan ini sesuai dengan kajian sistematis (systematic
review) atas beberapa penelitian acak terkontrol yang dikaji oleh Steiner et al.
Mereka mengkaji temuan oleh Fan et al dan Qi et al, bahwa akseptor
kontrasepsi implan 2 batang mempunyai rerata umur 31,1 tahun dan 32,1
tahun, yang mana temuan ini tidak berbeda dibandingkan temuan pada
penelitian ini. Kajian sistematis oleh Steiner et al tersebut dilakukan pada
akseptor implan 2 batang Sino-Implant II.
30
Dari 150 orang responden, yang paling tua berusia 39 tahun dan yang
termuda berusia 20 tahun. Nilai standar deviasi (5,07) yang lebih kecil dari nilai
rata-rata (31,48) menunjukkan bahwa variasi data usia tidak terlalu besar dan
nilai rata-rata dapat digunakan sebagai statistik yang representatif untuk
menggambarkan variabel usia.
31
Pada penelitian ini sebagian besar akseptor kontrasepsi implan
merupakan wanita multiparitas dengan proporsi total 89,33%, yang dibagi lagi
menurut jumlah persalinan (secundi, multi, grande multipara). Sementara
Temuan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian multisenter di
beberapa negara oleh Sivin et al. Dalam penelitiannya mereka mendapatkan
wanita multiparitas merupakan akseptor kontrasepsi implan terbesar dengan
proporsi 72,8% dibandingkan dengan wanita primiparitas sebesar 24,9%.
Uniknya Sivin et al mendapatkan adanya akseptor kontrasepsi implan yang
belum pernah melahirkan dengan proporsi sebesar 2,3%.29 Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sivin dan Alvarez et al di Amerika Serikat dan di Republik
dominika menunjukkan bahwa akseptor kontrasepsi implan pada wanita
multigravida mempunyai proporsi total sebesar 56,7%, serta wanita primiparitas
akseptor implan mempunyai proporsi yang cukup tinggi dibandingkan dengan
penelitian ini yaitu 26,4%. Pada penelitian mereka tersebut juga dijumpai
akseptor implan yang belum pernah melahirkan dengan proporsi sebesar
16,8%.
Dari segi pendidikan, akseptor kontrasepsi implan terbesar adalah
tamatan SLTA dengan proporsi sebesar 90%, sementara proporsi pengguna
terkecil adalah tamatan pendidikan tingkat lanjut, dalam hal ini akademi dan
universitas dengan proporsi masing-masing sebesar 2,67%.
30
Penelitian oleh Chompootaweep et al di Thailand dengan
menggunakan implan 2 batang memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan
akseptor kontrasepsi implan di negara tersebut mempunyai proporsi secara
berturut-turut, pendidikan dasar 71,4%, pendidikan sekunder 21,4%, serta
pendidikan dasar atau primer merupakan sekolah dasar sampai dengan
sekolah lanjutan tingkat pertama (SD-SLTP), pendidikan sekunder merupakan
sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), dan pendidikan tersier atau lanjutan
merupakan tingkata akademi dan universitas, maka proporsi akseptor
berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian akan terbagi menjadi,
pendidikan dasar atau primer sebesar 4,67%, pendidikan sekunder sebesar
90% serta proporsi akseptor implan yang mempunyai pendidikan tersier atau
lanjutan adalah 5,34%. Temuan ini jika dibandingkan tentu berbeda karena
pada penelitian ini menunjukkan bahwa akseptor kontrasepsi implan lebih
banyak pada wanita dengan pendidikan sekunder (90%). Akan tetapi akseptor
pada tingkat pendidikan tersier atau lanjut mempunyai persentase yang hampir
sama, yaitu 4,3% dibandingkan 5,34% pada penelitian ini.32 Temuan tingkat pendidikan akseptor pada penelitian ini dan pada penelitian di Thailand
tersebut juga berbeda terhadap temuan di Benin, Nigeria. Pada penelitian oleh
Aisien di negara tersebut, didapatkan bahwa proporsi akseptor berdasarkan
tingkat pendidikan adalah 13,8% untuk pendidikan primer, 30,8% untuk
pendidikan sekunder, serta 55,4% pada pendidikan tersier atau tingkat lanjut.
Temuan oleh Aisien tersebut menunjukkan persentase akseptor implan
terbesar adalah pada wanita dengan tingkat pendidikan tingkat lanjut.
Distribusi pekerjaan akseptor kontrasepsi implan 2 batang pada penelitian
menunjukkan bahwa proporsi terbesar pada wanita ibu rumah tangga sebesar
74%, sementara diurutan berikutnya merupakan wiraswasta sebesar 24% dan
terakhir adalah PNS sebesar 2%.
Chompootaweep et al di Thailand mendapatkan proporsi akseptor
kontrasepsi implan berdasarkan jenis pekerjaan secara berurutan yaitu, pekerja
51,4%, ibu rumah tangga 34,3%, serta pedagang atau wiraswasta sebesar
12,1%. Temuan tersebut berbeda jika dibandingkan dengan penelitian ini, di
mana proporsi terbesar menurut jenis pekerjaan adalah pada ibu rumah
tangga, sementara akseptor dengan pekerjaan wiraswasta pada penelitian ini
mempunyai persentase hampir 2 kali lipat (24%) dibandingkan dengan
penelitian di Thailand tersebut (12,1%).
Pada penelitian ini dari 150 orang subjek, sebagian besar mempunyai
riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya. Proporsi dari riwayat
penggunaan kontrasepsi sebelumnya ini proporsi terbesar didapati pada
pengguna kontrasepsi pil sebesar 37,33%, diikuti oleh kontrasepsi injeksi
progesteron sebesar 34,67%, penggunaan kondom 12%, belum pernah
menggunakan metode kontrasepsi apapun sebelumnya sebesar 8,67%, IUD
3,33%, serta pengguna kontrasepsi implan serta melakukan senggama
terputus dengan besar proporsi yang sama yaitu masing-masing sebesar 2%.
32
Penelitian oleh Chompootaweep et al pada wanita akseptor kontrasepsi
implan 2 batang, didapatkan proporsi terbesar riwayat penggunaan kontrasepsi
sebelumnya merupakan akseptor pil sebesar 62,9%, diikuti akseptor
kontrasepsi injeksi sebesar 16,4%, belum pernah menggunakan kontrasepsi
pada 8,6% subjek, pengguna kondom sebesar 7,9% serta pengguna IUD
sebesar 2,9%. Walaupun mempunyai proporsi yang jauh berbeda, akan tetapi
berdasarkan riwayat kontrasepsi didominasi oleh akseptor pil yang diikuti oleh
akseptor kontrasepsi injeksi progesteron. Menariknya, pada kedua penelitian,
jika proporsi pengguna metode kontrasepsi terbanyak digabungkan, yaitu pil
dan injeksi, akan didapatkan persentase yang hampir sama, 72% (akseptor pil
ditambah injeksi) pada penelitian ini, dibandingkan dengan 79.3% pada
penelitian di Thailand oleh Chompootaweep et al tersebut.32 Penelitian lain di Thailand, oleh Laphikanont dan Taneepanichskul menggunakan kontrasepsi
implan 2 batang, mempunyai hasil yang berbeda dengan penelitian ini, maupun
penelitian oleh Chompootaweep et al. Mereka mendapatkan bahwa proporsi
terbesar riwayat penggunaan kontrasepsi didominasi oleh penggunaan kondom
dengan proporsi 61%, diikuti oleh penggunaan pil serta tidak pernah memakai
kontrasepsi dengan proporsi yang sama yaitu 11,9%, penggunaan implan
10,2%, penggunaan IUD 3,4%, serta pengunaan injeksi progesteron sebesar
1,7%. Walaupun hasil penelitian tersebut berbeda dibanding dengan hasil
penelitian ini, akan tetapi penelitian oleh Laphikanont dan Taneepanichskul ini
mencatat adanya riwayat penggunaan kontrasepsi implan seperti dijumpai
pada penelitian ini walaupun dengan proporsi yang berbeda (10,2% vs 2%).
Perubahan pola berat badan akseptor kontrasepsi implan 2 batang pada
penelitian ini dijumpai 65,2 % (90 orang) mengalami peningkatan berat badan
dengan rerata 1,61 Kilogram, 19,6 % (27 orang) mengalami penurunan berat
badan dengan rerata 0.36 kilogram, sementara 15,2% (21 orang) tidak
mengalami perubahan berat badan. Rerata berat badan pretest ( sebelum